Messages In This Digest (25 Messages)
- 1.
- (Inspirasi) Pernah? From: Jenny Jusuf
- 2.
- (Artikel): Tangkal Santet Dengan Takwa From: Pandika Sampurna
- 3a.
- aku,tukang cukur dan tukang urut From: mariko hendru
- 3b.
- Re: aku,tukang cukur dan tukang urut From: Nia Robiatun Jumiah
- 3c.
- Re: aku,tukang cukur dan tukang urut From: novi_ningsih
- 4a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG KACA From: dyah zakiati
- 4b.
- Re: Bls: [sekolah-kehidupan] (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG From: Bu CaturCatriks
- 4c.
- Re: (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG KACANG From: yudhi mulianto
- 5a.
- Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H From: sismanto
- 5b.
- Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H From: Enggar Retnoningsih
- 5c.
- Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H From: Siwi LH
- 5d.
- Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H From: Siwi LH
- 6.
- [Kelana] Ya Allah, Engkau Keren Sekali! From: Lia Octavia
- 7a.
- [Kelana] Little House On The Prairie From: Lia Octavia
- 7b.
- Re: [Kelana] Little House On The Prairie From: novi_ningsih
- 7c.
- Re: [Kelana] Little House On The Prairie From: Nia Robiatun Jumiah
- 8.
- [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan From: Lia Octavia
- 9.
- Bls: [sekolah-kehidupan] [Kelana] Ya Allah, Engkau Keren Sekali! From: Lily Ceria
- 10a.
- Re: Salam kenal dari anggota baru From: Hadian Febrianto
- 11.
- Bls: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan From: sis Sismanto
- 12a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Di From: noni fauziah
- 12b.
- Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Onlin From: Jonru
- 12c.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Di From: noni fauziah
- 13.
- salam kenal ,sekolah menulis anak juga sudah dibuka From: Aimee
- 14a.
- Semoga Berhasil: Re: (ruang keluarga) Sebuah Jalan Cinta From: inga_fety
Messages
- 1.
-
(Inspirasi) Pernah?
Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com j3nnyjusuf
Tue Oct 7, 2008 4:59 am (PDT)
Pernah merasa
jenuh sampai berkhayal seandainya punya kemampuan teleportasi, maka lebih baik
menghilang dari muka Bumi sebentar untuk jalan-jalan, saaay, ke Planet Pluto?
Pernah merasa
lelah berkejaran dengan waktu, sampai rasanya ingin bisa menghentikan putaran
jarum detik, sekejap saja?
Pernah merasa
segala sesuatu berjalan dengan tidak semestinya, and everything just seems wrong?
Pernah merasa kehilangan
arah sampai hanya bisa melihat kalau nggak tembok, ya jalan buntu?
Pernah merasa
tidak bisa melakukan apa-apa, atau tidak sanggup mencapai apa pun yang berarti
dalam hidup, sementara umur terus bertambah?
Pernah merasa iri
melihat anak-anak kecil yang berlarian, bermain-main dan tertawa begitu
lepasnya -tanpa beban sama sekali- dan berharap seandainya hidup bisa sesederhana
itu?
Pernah merasa
frustrasi karena impian tak kunjung jadi kenyataan walaupun sudah dikejar
mati-matian?
Pernah merasa
'kecil' saat berada di tengah orang-orang 'besar' yang punya pencapaian
segudang dan prestasi menjulang, sampai ingin ngumpet dan tak usah berkumpul lagi dengan mereka?
.....
Pernah?
Monggo dijawab. Tidak perlu bertanya balik, karena jawaban saya atas semua
pertanyaan di atas adalah 'IYA'.
;-)
Tapi, setidaknya,
sekarang saya punya 'amunisi' yang cukup canggih, atau paling tidak, lumayan
ampuh untuk menangkal pikiran-pikiran perusak keceriaan hidup. ;-D
Solusi? Bukan.
Jalan keluar?
Boro-boro.
Pelarian? Bukan
juga....
Amunisi itu 'hanya'
sebuah lagu, yang selalu menampar saya dengan suksesnya setiap kali hati ini
mulai menye-menye oleh kejamnya dunia...
*alaaah, lebay*
Dan untuk kita
semua, hari ini, saya ingin berbagi. Sebuah lagu yang mudah-mudahan bisa
menyalakan lagi sumbu hati yang mulai pudar cahayanya. Semoga akan punya arti.
:-)
You seem to find the dark, when everything
is bright
You look for all that's wrong, instead of all that's right
Does it feel good to you, to rain on my parade
You never say a word, unless it's to complain
It's driving me insane
If I were you, holding the world right in my hands
The first thing I'd do, is thank the stars for all that I have
If I were you
Look what surrounds you now, more than you ever dreamed
Have you forgotten just how hard it used to be?
So what's it going to take, for you to realize
It all could go away, in one blink of an eye
It happens all the time
If I were you, holding the world right in my hands
The first thing I'd do, is thank the stars above, tell the ones I love
That I do
Yeah, if I were you
If I were you
Yeah, if I were you
So what's it going to take, for you to realize
It all could go away, in one blink of an eye
It happens all the time
If I Were You, holding the world right in my hands
The first thing I'd do, is thank the stars above, for the ones I love
Take a breath and enjoy the view
Live the life that I wanted to
If I were you
(Hoobastank If I were You)
Lagu ini saya
dapatkan dari seorang teman melalui konversasi via SMS, dan kini selalu saya
pakai untuk 'mengingatkan' diri sendiri setiap kali kejenuhan datang mengusik;
ketika saya merasa terlampau penat berjalan di setapak bernama Kehidupan.
Sepenuh hati saya bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk meresapi
kebenaran-kebenaran sederhana ini...
...bahwa selalu
ada garis keperakan yang indah pada setiap awan kelabu.
...bahwa tidak
peduli betapa keras pun hujan menghantam bumi, selalu ada pelangi yang menanti
di baliknya.
...bahwa segelap
apa pun langit di atas sana, matahari akan tetap terbit di ufuk timur esok
pagi.
...bahwa apa pun
keadaannya, hidup tercipta untuk dijalani dengan penuh rasa syukur.
Dan akhirnya,
saya benar-benar bisa menghayati sebuah kebenaran lagi... yang tak kalah
sederhana, dan tak kalah otentik:
'Bersyukur' bukan
nama kue basah. ;-D
ROCK Your Life! - Jenny Jusuf - http://jennyjusuf.blogspot. com
- 2.
-
(Artikel): Tangkal Santet Dengan Takwa
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Tue Oct 7, 2008 6:23 am (PDT)
Tangkal Santet Dengan Takwa
Oleh: Abdi Susanto
Meski sulit dibuktikan siapa pelakunya dan bagaimana proses pengirimannya korban santet nyata ada. Bagaimana santet bekerja dan apa yang harus dilakukan untuk menangkalnya?
Ahmad, pria berusia 50 tahun, merasa tangannya sakit, mulai dari bahu sampai lengan. Sayang. rasa sakit itu sulit dijelaskan dengan tepat. Kadang terasa nyeri, kadang terasa pegal, lemah, bahkan kaku. Kadang lengannya tidak bisa digerakkan. Rasa sakit ini gonta-ganti, minggu ini di tangan kiri, minggu depan di lengan kanan, seterusnya bergiliran.
Sudah dua tahun ini, Ahmad berupaya ke sana kemari mencari pengobat yang bisa menyelesaikan masalahnya. Mulai dari dokter spesialis saraf, tulang, sampai ahli pengobatan alternatif. Selama itu pula semua keluhannya tidak kunjung bisa diatasi.
Untung, ada dokter yang pernah menangani kasus seperti yang dialami Ahmad. Sang dokter justru menganjurkan Ahmad agar pergi ke seorang ibu yang ahli di bidang prana.
Ketika sampai di tempat si ibu yang tidak mau disebutkan namanya ini, Ahmad diminta berdoa. Semua orang yang hadir di tempat sang ibu di wilayah Jakarta Utara ini diminta ikut mendukung dengan doa. Setelah disisir dengan energi prana, ibu tadi mulai mengatakan bahwa ada masalah di bahu kiri dan kanan Ahmad. Padahal, Ahmad belum mengatakan masalahnya pada si ibu.
Seorang pria bernama Toni yang ikut menyaksikan pengobatan diminta untuk meletakkan kertas penadah di samping bahu kiri Ahmad. Sementara si ibu sudah mulai melakukan gerakan menyapu bahu.
Tidak diketahui dari mana datangnya, ada bunga kamboja kering dan segar keluar lalu jatuh ke kertas yang dipegang Toni. Selanjutnya, tanah yang jumlahnya cukup banyak keluar dan terhambur di kertas. Ada pula bungkusan kain kecil yang ternyata berisi jarum, terjatuh setelah bahu kanan disapu dengan daun kelor.
Setelah itu Ahmad diminta berdoa, bersyukur pada Tuhan bahwa dia masih selamat dan diminta tidak memikirkan siapa yang melakukan hal ini. Sejak itu, keluhan yang dialami Ahmad tidak terasa lagi. Semua barang yang jatuh di kertas tadi dibakar sampai habis.
Beragam Nama
Meski nama dalam cerita ini hanya rekaan, peristiwa ini tidak dibuat-buat. Cerita ini nyata terjadi. Kasus yang disebut santet ini bagi sebagian orang bukanlah bualan belaka.
Santet tidak hanya dikenal di Jawa (Jawa Barat disebut teluh ganggaong atau sogra), melainkan hadir juga di berbagai daerah lain dengan beragam nama. Di Bali terkenal dengan desti, leak, atau teluh terangjana, di Maluku dan Papua dengan suangi, di Sumatra Utara begu ganjang, di Sumatra Barat puntianak, dan masih banyak yang lain lagi.
Di Afrika dikenal voodoo. Di belahan Eropa, orang mengenal tukang sihir. Masih banyak istilah dengan teknik dan cara kerja yang sama dengan santet dipraktikkan di negara-negara lain, selain Indonesia.
Santet, menurut Prof. Dr. Th. Ronny Nitibaskara, termasuk sorcery (ilmu tenung) atau witch craft (ilmu sihir). "Keduanya masuk dalam black magic atau ilmu hitam," kata guru besar kriminologi dari Universitas Indonesia itu.
Ilmu ini sudah digunakan sejak zaman Nabi Musa. Tentu kebanyakan dari kita tahu kisah ketika Nabi Musa ditantang oleh para tukang sihir yang dimiliki Raja Firaun.
Walau itu atas perintah Tuhan, Musa melepaskan tongkat gembalanya. Jadilah tongkat itu ular besar yang mengalahkan ular-ular ciptaan para tukang sihir Firaun.
Guru besar yang disertasinya mengenal kejahatan santet ini menyebutkan bahwa baik tenung maupun sihir dikatakan ilmu hitam karena tujuan penggunaannya. Mengutip pendapat sosiolog asal Inggris, Raymond Firth, Prof. Ronny menyebutkan bahwa santet adalah tindakan yang merusak kesejahteraan orang lain dengan motif balas dendam atau sakit hati. Tindakan ini mengakibatkan sakit, kematian, dan berbagai bentuk penderitaan lain.
"Jadi tindakan ini dalam kaidah agama mana pun dianggap sebagai sebuah kejahatan. Demikian juga dalam kaidah hukum modern," ungkap Ronny.
Kejahatan metafisis ini dikirim oleh pelakunya dalam bentuk apa pun. Mulai dari benda mati seperti tanah, paku, besi berkarat, jarum bahkan juga binatang entah itu kalajengking, ular juga kelelawar.
Yang paling canggih, menurut Permadi, SH, anggota DPR RI yang juga dikenal aktif di bidang parapsikologi, santet bisa berupa penyakit modern yang ada sekarang ini, misalnya berupa kanker, pembengkakan kelenjar tiroid dan lain lain.
"Semua itu tergantung kepintaran sang dukun. Karena itu, dukun santet juga beragam tingkat ilmunya. Anggap saja ada yang masih SD, SMP, SMU, bahkan ada yang tingkat profesor untuk menggambarkan bahwa dukun itu sangat pintar," papar Permadi.
Menurut Prof Ronny pengiriman santet bisa dengan cara imitative magic, misalnya membuat boneka kemudian menusuk boneka dengan jarum, atau menggunakan media foto yang kemudian dibakar.
Bisa juga dengan cara contagious magic atau menggunakan benda-benda yang digunakan orang yang hendak dikirimi santet seperti pakaian, rambut dan sebagainya.
Sulit Dibuktikan
Menurut Permadi santet bisa dijelaskan dengan teori bahwa benda dengan molekul padat seperti paku atau berbagai hal lain bisa diubah menjadi bentuk energi yang tidak kelihatan (dematerialisasi) untuk kemudian diubah lagi menjadi benda padat setelah terkirim atau sampai pada seseorang yang dituju. "Semua itu berkat kekuatan mind atau pikiran," ujar Permadi.
Mirip dengan Permadi seorang ahli radiesthesi yang juga seorang pastor, Romo Handoyo Lukman, menyebutkan bahwa santet tak lebih dari induksi negatif yang ditujukan untuk mencelakakan orang lain atau merupakan energi alam yang dipermainkan secara tidak wajar.
Proses penyantetan, menurut Romo Lukman bukan merupakan hal yang tidak bisa dijelaskan. Ini adalah proses yang bisa dijelaskan secara ilmiah dengan teori elektrodinamika," katanya.
Orang-orang tertentu, menurut Lukman, memiliki kemampuan mengubah materi menjadi energi. Dengan kemampuan itu juga energi dikirimkan ke tubuh korban lewat proses elektrodinamika.
Karena pada dasarnya tubuh manusia mengandung muatan listrik, korban yang tidak kuat menahan kiriman energi yang mengenai tubuhnya akan menjadi sakit. Namun, banyak juga yang berpendapat, salah satunya Prof. Tubagus Yuhyi, bahwa santet bisa terjadi akibat bantuan jin atau makhluk halus.
Meski bisa dijelaskan sedemikian rupa, tidak ada yang bisa membuktikan jejak santet. Siapa yang mengirimnya sulit dibuktikan secara hukum. Yang jelas, akibat atau korban santet jelas dan nyata ada, seperti yang dialami Ahmad dan banyak orang lain lagi.
Prof. Yuhyi yang juga ahli dalam menangkal santet dan salah satu dewan guru Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten menekankan bahwa siapa pun bisa kena santet, mulai dari bayi sampai orangtua.
"Namun, bila tingkat energi seseorang lebih tinggi dibanding tingkat energi sang pengirim santet, santet tidak tak mampu menembus seseorang," tutur Permadi.
Prof. Yuhyi menegaskan bahwa orang takwalah yang bisa kebal dari santet. Kalaupun masih bisa tembus, setidaknya dalam kasus yang dialami Ahmad, bungkusan jarum yang dikirim padanya tidak akan pecah atau terbuka, sehingga menyebar ke seluruh tubuh.
Takwa pada Tuhan
Meski kelihatannya menyeramkan, santet bisa ditangkal, "Asal kita bertakwa kepada Allah Sang pencipta, kita pasti selamat dan terlindungi" kata Prof. Yuhyi.
Bagi orang Islam, Yuhyi menyarankan agar menggunakan wirid atau doa seperti yang pernah diucapkan Nabi Muhammad saat menghadapi perang Badrar, "La Khaulawala Kuatailla Billahil Aliyil Adhiimi", ayat ini berarti, "Tiada daya dan upaya atau kekuatan siapa pun yang mampu menandingi keperkasaan Allah."
Doa ini sebenarnya bisa dilafalkan oleh siapa pun tanpa mengenal agama karena tidak terkait dengan akidah. Namun, mereka yang beragama lain bisa juga menggunakan doanya masing-masing.
Lain lagi dengan Romo Lukman. Pastor asal Belanda ini justru menemukan alat yang bisa menetralisasi energi negaatif santet, sehingga tidak mempan masuk ke tubuh.
Alat berupa kumparan ini terbuat dari tembaga berukuran panjang 7 cm tebal 2 cm, dengan beragam bentuk dan memiliki daya elektrostatiska yang mampu menyerap dan menetralkan energi yang berlebihan.
Alat ini perlu di tempatkan dengan tepat karena kalau tidak fungsinya malah bisa terbalik. Sayang, hanya Lukman dan murid-muridnya saja yang baru bisa melakukannya.
Energi Positif
Cerita lain datang dari Rizca Natasuwarna. Lulusan ITB ini mengembangkan alat yang disebut teknologi generator energi positif (GEPP). Menurutnya, alat ini mampu menangkal santet. Bahkan, alat ini bisa digunakan untuk menangkap energi negatif yang terluap dari emosi di ruangan yang besarnya sebanding dengan stadion sepakbola.
Saat uji coba yang diterapkan pada pohon pisang di Bandung, pohon tersebut tetap segar ketika disantet oleh penyantet dari Garut, akibat generator antisantet ini. Sementara pohon yang tidak dipasangi generator, langsung mati mengering.
Cara kerja GEPP sangat sederhana. Alat ini menyerap energi negatif yang ada di sekitar generator. Ini karena adanya energi prana positif dikeluarkan dari dalam bejana yang sudah dikemas dalam bentuk piramida.
Energ prana positif tersebut dihasilkan dari kumparan yang sudah dibentuk sedemikian rupa yang mengolah 4 unsur alam. Alat ini ternyata tidak hanya menyerap energi negatif, melainkan juga mampu membalikkan energi negatif yang dikirim.
Sayang, kemampuan GEPP tidak lama. Baterainya tidak cukup tahan mengeluarkan energi sepanjang waktu. Alat ini harus diisi ulang setelah penggunaan 6 bulan. Selain itu, harganya juga tidak murah. Satu GEPP piramida harganya sekitar 2 juta, dan silinder 200 ribu. Beberapa ahli lain mungkin memiliki cara yang berbeda lagi dalam hal menangkal santet. Ada yang dengan membukakan cakra-cakra atau pusat energi orang yang terkena. Ada yang menggunakan daun kelor. Ada pula yang menggunakan rajah-rajah tertentu.
Seperti misalnya Prof. Dr. IGK Putra Wirawan, MM. Praktisi penyembuh dari Yayasan Prana Murti ini cukup menyentuh pasien, langsung membaik. Setelah pasien kelihatan membaik, pria asal Bali ini lalu memberi pasien minum air putih yang sebelumnya didoakan lebih dahulu agar kekuatan yang mengganggu sirna.
Pesan Wirawan, mendekatkan diri pada Tuhan dan selalu bersikap baik pada setiap orang merupakan langkah terbaik untuk terhindar dari santet. Santet biasanya muncul atau dipicu oleh sikap kita, yang secara sengaja atau tidak, menyakiti orang lain sehingga orang tersebut menyerang kita dengan cara lebih kejam.
Sumber: Kompas Cybermedia
Kamis, 13 Juli 2006
- 3a.
-
aku,tukang cukur dan tukang urut
Posted by: "mariko hendru" ldk_foskomi99@yahoo.com ldk_foskomi99
Tue Oct 7, 2008 4:31 pm (PDT)
besok adalah hari pertama kerja setelah libur lebaran dan cuti kerja. untuk itu saya harus mempersiapkan segalanya untuk keperluan esok kerja(perlengkapan perang dilapangan untuk ekspor ke FIJI).satupersatu semuanya dipersiapkan dan dimasukan kedalam tas kerja. kebetulan tas kerja ku baru berumur 3 minggu,jadi masih terlihat fresh dan culup membanggakan jika dibawa kekantor ( teman-teman kantor lebih banyak yang bagus dan juga mahal)
mmmmm...apa yah yang belum aku persiapkan .......????
ada..(sekejap hayalanku tentang keperluan yang belum hilang)
Potong Rambut
Lebaran kemaren aku tidak sempat untuk potong rambut.karena libur kerja cuma 1 hari sebelum hari Raya ( kejam)
wah sudah jam 21.00 malam...mmmm Ketukang cukur yang biasa pasti sudah tutup.
Ya sudah cari saja dipasar. Pasti ada yang buka.
15 menit kemudian aku sudah sampai dipasar dan mencari-cari tukang cukur mana yang masih buka. Setahuku dopasar ini kurang lebih ada 3 tempat cukur rambut.
yang pertama adalah tukang cukur langgananku.Rp 7000 sekali potong dengan ekstra airmineral 250 ml.
yang kedua tukang cukur yang berada disebelah rumah makan Balambin Cinto, Rumah makan padang yang buka 24 jam. tapi setahuku tadi siang selepas menemani ummi belanja, tukang cukur itu tutup.
Ya sudah aku pergi ke tukang cukur yang ketiga saja. Tempatnya cukup jauh, Tempatnya berada didaerah pertokoan ramayana.
5 menit dari tempat semula aku sudah berada didepan tokonya, salon cantika.
Salon cantika, gunting,blow,keriting, rebonding
waduh.....
assalmualai.......... ......... ......... .......kum
selamat datang mas,ayo mau dicukur atau yang lain
Ampun DJ
Mau dicukur aja MMMMMMba/Mas ..he.he.he
lekong.lekong cucok nek
Ya Allah lindungi hamba
dipotong pendek yah,potong nya disasak,terus jambangnya dirapikan
Cucok
selama digunting saya banyak memperhatikan orang-orang disekitar sambil menjawab pertanyaan orang yang menjadi tukang cukur saya. salon kecantikan.Oh tampaknya saya salah tempatnih.Ada banyak wanita dan waria, ada satu yang menggusiku,yaitu salah seorang pelanggan yang sedang di cuci rambutnya, seorang om-om yang dari tadi membaca majalah mens health. entah kenapa setiap dimelewati setiap lembar halaman di melihat kearah saya
Ampun DJ
Akhirnya guntingannya selesai juga
Mau ada plus=plus ga mas?
Apa tuh
Plus +
disini kalau sudah dipotong atai yang lain sebelum pulang ada service plus
+
ga usahlah, tapi biasanya ditempat cukur saya yang lama saya selalu dapat pijatan untuk setip potong rambut
Cucok banget
sini saya bisa pijat
uh cucok
tanpa basa basi tukang cukur yang bergaya seperti wanita ni mulai memijit kepala sampai leher saya, lumayanj enak. tidak keras tapi juga tidak biasa.tapi tiba-tiba kepala saya dipiting.dan timbul bunyi KRAAAK
wow....
satu lagi yah mas.sebelah kiri,kalau cuma sebelah nanti ga balace,bisa keram
KRAAAAAK
aduuuuuuuuh Ampun Dj. aku langsung memegang leher ku,rasanya sakit banget,tidak seperti yang pertama.
Maaf yah mas....kekencangan
aduh hati-hati dong mbak/Mas
maaf yah ,sakityah, sini akika pijet lagi.
kontan saja saya langsung turun dari bangku dan langsung menuju kekasir
setelah membayar sekitar Rp8000.saya buru-buru pergi meninggalkan tempat yang tidak akan pernah saya lupakan
Cucok
--- On Mon, 10/6/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com > wrote:
From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com >
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Salam kenal dari anggota baru
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Monday, October 6, 2008, 4:31 AM
selamat bergabung!!
ambil tempat yang nyaman...
salam
nia robie'
Pada 6 Oktober 2008 15:20, salimlengkong <salimlengkong@ yahoo.com> menulis:
Assalamu'alaikum untuk teman-teman EsKa yang muslim dan juga salam
sejahtera untuk teman-teman kristiani dan yang lainnya....
Aku anggota baru dimilis EsKa ini. Aku tahu EsKa dari temanku. awalnya
aku nanya tentang milis penulis dan aku dikenalkanlah kepada EsKa ini.
Denger dari ceritanya si aku yakin EsKa bagus...at least nice to join
EsKa...Oya nama aku Salim Yahya...
- 3b.
-
Re: aku,tukang cukur dan tukang urut
Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com
Tue Oct 7, 2008 6:22 pm (PDT)
kikikik jadi mengingangatkanku sama cerita waktu kuliah dulu..
iseng jam 10 malem keliling tugu kujang, dan disekitar kebun raya..
beuh.. ajib bow..
takut mereka AC-DC mening kabur:)
salam,
nia robie'
Pada 7 Oktober 2008 22:35, mariko hendru <ldk_foskomi99@yahoo.com > menulis:
> besok adalah hari pertama kerja setelah libur lebaran dan cuti kerja.
> untuk itu saya harus mempersiapkan segalanya untuk keperluan esok
> kerja(perlengkapan perang dilapangan untuk ekspor ke FIJI).satupersatu
> semuanya dipersiapkan dan dimasukan kedalam tas kerja. kebetulan tas kerja
> ku baru berumur 3 minggu,jadi masih terlihat fresh dan culup membanggakan
> jika dibawa kekantor ( teman-teman kantor lebih banyak yang bagus dan juga
> mahal)
> mmmmm...apa yah yang belum aku persiapkan .......????
> ada..(sekejap hayalanku tentang keperluan yang belum hilang)
> Potong Rambut
> Lebaran kemaren aku tidak sempat untuk potong rambut.karena libur kerja
> cuma 1 hari sebelum hari Raya ( kejam)
> wah sudah jam 21.00 malam...mmmm Ketukang cukur yang biasa pasti sudah
> tutup.
> Ya sudah cari saja dipasar. Pasti ada yang buka.
> 15 menit kemudian aku sudah sampai dipasar dan mencari-cari tukang cukur
> mana yang masih buka. Setahuku dopasar ini kurang lebih ada 3 tempat cukur
> rambut.
> yang pertama adalah tukang cukur langgananku.Rp 7000 sekali potong dengan
> ekstra airmineral 250 ml.
> yang kedua tukang cukur yang berada disebelah rumah makan Balambin Cinto,
> Rumah makan padang yang buka 24 jam. tapi setahuku tadi siang selepas
> menemani ummi belanja, tukang cukur itu tutup.
> Ya sudah aku pergi ke tukang cukur yang ketiga saja. Tempatnya cukup jauh,
> Tempatnya berada didaerah pertokoan ramayana.
> 5 menit dari tempat semula aku sudah berada didepan tokonya, salon cantika.
> Salon cantika, gunting,blow,keriting, rebonding
> waduh.....
> assalmualai.......... ......... ......... .......kum
> selamat datang mas,ayo mau dicukur atau yang lain
> Ampun DJ
> Mau dicukur aja MMMMMMba/Mas ..he.he.he
> lekong.lekong cucok nek
> Ya Allah lindungi hamba
> dipotong pendek yah,potong nya disasak,terus jambangnya dirapikan
> Cucok
> selama digunting saya banyak memperhatikan orang-orang disekitar sambil
> menjawab pertanyaan orang yang menjadi tukang cukur saya. salon
> kecantikan.Oh tampaknya saya salah tempatnih.Ada banyak wanita dan waria,
> ada satu yang menggusiku,yaitu salah seorang pelanggan yang sedang di cuci
> rambutnya, seorang om-om yang dari tadi membaca majalah mens health. entah
> kenapa setiap dimelewati setiap lembar halaman di melihat kearah saya
> Ampun DJ
> Akhirnya guntingannya selesai juga
> Mau ada plus=plus ga mas?
> Apa tuh
> Plus +
> disini kalau sudah dipotong atai yang lain sebelum pulang ada service plus
> +
> ga usahlah, tapi biasanya ditempat cukur saya yang lama saya selalu dapat
> pijatan untuk setip potong rambut
> Cucok banget
> sini saya bisa pijat
> uh cucok
> tanpa basa basi tukang cukur yang bergaya seperti wanita ni mulai memijit
> kepala sampai leher saya, lumayanj enak. tidak keras tapi juga tidak
> biasa.tapi tiba-tiba kepala saya dipiting.dan timbul bunyi KRAAAK
> wow....
> satu lagi yah mas.sebelah kiri,kalau cuma sebelah nanti ga balace,bisa
> keram
> KRAAAAAK
> aduuuuuuuuh Ampun Dj. aku langsung memegang leher ku,rasanya sakit
> banget,tidak seperti yang pertama.
> Maaf yah mas....kekencangan
> aduh hati-hati dong mbak/Mas
> maaf yah ,sakityah, sini akika pijet lagi.
> kontan saja saya langsung turun dari bangku dan langsung menuju kekasir
> setelah membayar sekitar Rp8000.saya buru-buru pergi meninggalkan tempat
> yang tidak akan pernah saya lupakan
> Cucok
> --- On *Mon, 10/6/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com >* wrote:
>
> From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com >
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Salam kenal dari anggota baru
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Monday, October 6, 2008, 4:31 AM
>
> selamat bergabung!!
> ambil tempat yang nyaman...
>
> salam
> nia robie'
>
> Pada 6 Oktober 2008 15:20, salimlengkong <salimlengkong@ yahoo.com<salimlengkong@yahoo.com >
> > menulis:
>
>> Assalamu'alaikum untuk teman-teman EsKa yang muslim dan juga salam
>> sejahtera untuk teman-teman kristiani dan yang lainnya....
>> Aku anggota baru dimilis EsKa ini. Aku tahu EsKa dari temanku. awalnya
>> aku nanya tentang milis penulis dan aku dikenalkanlah kepada EsKa ini.
>> Denger dari ceritanya si aku yakin EsKa bagus...at least nice to join
>> EsKa...Oya nama aku Salim Yahya...
>>
>>
>
>
>
- 3c.
-
Re: aku,tukang cukur dan tukang urut
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Tue Oct 7, 2008 8:57 pm (PDT)
hehehe, lucuuuuuuuuuuuuuu :D
gapapa kan dengan lehernya? :D
hehehe
anggota baru, ya? salam kenal juga
selamat datang di ESKA ;)
salam
Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , mariko hendrucom
<ldk_foskomi99@...> wrote:
>
> besok adalah hari pertama kerja setelah libur lebaran dan cuti
kerja. untuk itu saya harus mempersiapkan segalanya untuk keperluan
esok kerja(perlengkapan perang dilapangan untuk ekspor ke
FIJI).satupersatu semuanya dipersiapkan dan dimasukan kedalam tas
kerja. kebetulan tas kerja ku baru berumur 3 minggu,jadi masih
terlihat fresh dan culup membanggakan jika dibawa kekantor (
teman-teman kantor lebih banyak yang bagus dan juga mahal)
> mmmmm...apa yah yang belum aku persiapkan .......????
> ada..(sekejap hayalanku tentang keperluan yang belum hilang)
> Potong Rambut
> Lebaran kemaren aku tidak sempat untuk potong rambut.karena libur
kerja cuma 1 hari sebelum hari Raya ( kejam)
> wah sudah jam 21.00 malam...mmmm Ketukang cukur yang biasa pasti
sudah tutup.
> Ya sudah cari saja dipasar. Pasti ada yang buka.
> 15 menit kemudian aku sudah sampai dipasar dan mencari-cari tukang
cukur mana yang masih buka. Setahuku dopasar ini kurang lebih ada 3
tempat cukur rambut.
> yang pertama adalah tukang cukur langgananku.Rp 7000 sekali potong
dengan ekstra airmineral 250 ml.
> yang kedua tukang cukur yang berada disebelah rumah makan Balambin
Cinto, Rumah makan padang yang buka 24 jam. tapi setahuku tadi siang
selepas menemani ummi belanja, tukang cukur itu tutup.
> Ya sudah aku pergi ke tukang cukur yang ketiga saja. Tempatnya cukup
jauh, Tempatnya berada didaerah pertokoan ramayana.
> 5 menit dari tempat semula aku sudah berada didepan tokonya, salon
cantika.
> Salon cantika, gunting,blow,keriting, rebonding
> waduh.....
> assalmualai.......... ......... ......... .......kum
> selamat datang mas,ayo mau dicukur atau yang lain
> Ampun DJ
> Mau dicukur aja MMMMMMba/Mas ..he.he.he
> lekong.lekong cucok nek
> Ya Allah lindungi hamba
> dipotong pendek yah,potong nya disasak,terus jambangnya dirapikan
> Cucok
> selama digunting saya banyak memperhatikan orang-orang disekitar
sambil menjawab pertanyaan orang yang menjadi tukang cukur saya. salon
kecantikan.Oh tampaknya saya salah tempatnih.Ada banyak wanita dan
waria, ada satu yang menggusiku,yaitu salah seorang pelanggan yang
sedang di cuci rambutnya, seorang om-om yang dari tadi membaca majalah
mens health. entah kenapa setiap dimelewati setiap lembar halaman di
melihat kearah saya
> Ampun DJ
> Akhirnya guntingannya selesai juga
> Mau ada plus=plus ga mas?
> Apa tuh
> Plus +
> disini kalau sudah dipotong atai yang lain sebelum pulang ada
service plus
> +
> ga usahlah, tapi biasanya ditempat cukur saya yang lama saya selalu
dapat pijatan untuk setip potong rambut
> Cucok banget
> sini saya bisa pijat
> uh cucok
> tanpa basa basi tukang cukur yang bergaya seperti wanita ni mulai
memijit kepala sampai leher saya, lumayanj enak. tidak keras tapi juga
tidak biasa.tapi tiba-tiba kepala saya dipiting.dan timbul bunyi KRAAAK
> wow....
> satu lagi yah mas.sebelah kiri,kalau cuma sebelah nanti ga
balace,bisa keram
> KRAAAAAK
> aduuuuuuuuh Ampun Dj. aku langsung memegang leher ku,rasanya sakit
banget,tidak seperti yang pertama.
> Maaf yah mas....kekencangan
> aduh hati-hati dong mbak/Mas
> maaf yah ,sakityah, sini akika pijet lagi.
> kontan saja saya langsung turun dari bangku dan langsung menuju kekasir
> setelah membayar sekitar Rp8000.saya buru-buru pergi meninggalkan
tempat yang tidak akan pernah saya lupakan
> Cucok
> --- On Mon, 10/6/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@...> wrote:
>
> From: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@...>
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Salam kenal dari anggota baru
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Monday, October 6, 2008, 4:31 AM
>
>
>
>
>
>
>
> selamat bergabung!!
> ambil tempat yang nyaman...
>
> salam
> nia robie'
>
>
> Pada 6 Oktober 2008 15:20, salimlengkong <salimlengkong@ yahoo.com>
menulis:
>
>
>
>
>
>
> Assalamu'alaikum untuk teman-teman EsKa yang muslim dan juga salam
> sejahtera untuk teman-teman kristiani dan yang lainnya....
> Aku anggota baru dimilis EsKa ini. Aku tahu EsKa dari temanku. awalnya
> aku nanya tentang milis penulis dan aku dikenalkanlah kepada EsKa ini.
> Denger dari ceritanya si aku yakin EsKa bagus...at least nice to join
> EsKa...Oya nama aku Salim Yahya...
>
- 4a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG KACA
Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com adzdzaki
Tue Oct 7, 2008 5:45 pm (PDT)
Santai aja Oom. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang menggoyang. Kalau mo sukses memang resikonya harus bisa menghadapi terpaan ujian yang kian berat. Kalau ada kata-kata negatif dari orang hadapi dengan positif saja. Ibarat makan durian, kalau terganggu dengan kulitnya, tidak dapat menikmati buahnya. Jadi ambil buahnya, buang kulitnya. Kalau perlu manfaatkan. (pernah dengar keset durian kan?)
Hehehe, tapi sepertinya Oom sudah memanfaatkan hal negatif itu kok. Buktinya dengan hal negatif tersebut, Oom jadi punya tulisan ini. Wah, Oom harus berterima kasih padanya ^_^.
Salam
Dyah
----- Pesan Asli ----
Dari: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com >
semangat bang Fy..
bener kata pak Teha..
orang yang ngirim sms itu pasti ngedoain tulisan2 bang Fy laris kayak kacang.. hi..hi..
Amin..
Alloh cuma mau lihat usaha dari tiap hambaNya...
salam perjuangan (hayyah.. mulai lebai)
Nia Robie'
Pada 6 Oktober 2008 15:44, bujang kumbang <bujangkumbang@ yahoo.co. id> menulis:
PENULIS KACANGAN VS PEDAGANG KACANG
"Better to write for yourself and have no public, than to write for the public and have no self."â"Cyrill Connollyâ"
Medio September lalu saya menerima sebuah pesan singkat di handphone saya. Pesan singkat itu mampir disaat saya sedang ada diperjalanan menuju tempat saya bekerja. Tepatnya di atas angkot "pribadi" saya. Entah pesan singkat itu dari siapa pengirimnya saya juga tidak tahu. Yang ada hanya nomor si pengirim singkat itu saja tanpa nama pengirimnya. Penuh misterius
Oya, kalau tidak salah saya menerima pesan singkat itu pada pagi hari saya menerima pesan singkat itu--yang menurut saya begitu misterius. Bukan mistreius saja tetapi pesan singkat itu juga bernada sebuah ejekan dan ironi. Ya, benar-benar membuat saya mengelus dada sekaligus merenung. Berpikir. Apakah ada yang salah pada diri saya? Atau, adakah yang tidak suka dengan saya sebagai penulis?" bathin saya bertanya-tanya sambil mengurut dada.
Pesan singkat itu seperti ini yang dikirimkannya ke saya: Dasar penulis kacanganâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦. Saya yang membacanya langsung meratap dan merenung. Danâ¦.tanpa sengaja jemari saya mengetik tuts handphone tanpa sadar. Membalas pesan singkat dari si pengirim misterius itu. Sebenarnya saya tak mau membalasnya lagi tapi karena saya diliputi awan gelap akhirnya terjadilah balasan pesan singkat itu.
Alhamdulillah, saya dikatakan penulis kacangan. Tapi Anda bukanlah orang yang pertama mengatakan saya penulis kacangan. Terima kasih.
Itulah pesan singkat yang saya balas. Ya, kenapa saya mengatakan seperti itu karena memang saya sadari dan saya akui saya adalah bukan penulis profesional. Bukan pula penulis handal. Atau, pun yang banyak mengasilkan buku-buku best seller. Tetapi walaupun saya penulis kacangan lagi-lagi saya sadar diri alhamdulillah walaupun saya dikatakan penulis kacangan saya bisa seperti penulis tersebut yang bisa menghiasi karya-karyanya di media massa maupun elektronik. Bahkan diantaranya ada yang memenangkan lomba. Tapi ya lagi-lagi saya harus menerima apa pun resikonya sebagai penulis kacangan. Perkataan, kritikan, sampai cibiran bahwa saya penulis kacangan saya harus tetap legowo. Menerima itu semua. Hingga saya teringat pesan dari seorangâ"yang sudah saya anggap Bapak sendiri. Maklum ayah saya sudah meninggal sejak saya masih duduk di bangku SD. Tepatnya duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Orang itu sangat begitu baik kepada saya hingga ia memberikan sebuah
wejangan untuk saya melalui pesan singkatnya.
Tidak apa-apa Yan dikatakan penulis kacangan. Kan penulis kcangan nanti juga bisa laris kayak kacangâ¦.
Pesan singkat itu seperti meleburkan rasa ketidakepedean saya sebagai penulis. Pesan singkat dari orang yang tinggal di Bandung . Ia juga seorang motivator, penulis, dan juga editor sekaligus pengusaha. Ia memberikan saya spirit di dunia yang selama ini saya geluti. Bahkan saat saya menerima pesang singkat misterius itu dalam diri saya sudah terkotaminasi:Ingin menggantungkan pena! Itulah dampak psikis dari pesan singkat itu. Namun. Alhmadulillah, akhirnya Sang Khalik memberikan saya seorang penolong untuk saya saat saya lagi labil ketika saya menceritakan tentang apa yang saya alami kepadanya. Saya ceritakan hal yang sebenarnya terjadi. Dan akhirnya ia mau juga memberi saya wejangan dan semangat. Bangkit untuk menulis kembali. Dan akhirnya jadilah tulisan ini.
Oya, kalau saya samakan wejangan dari orang yang baik terhadap saya ini jadi teringat sama pedagang kacang (rebus) yang dijual oleh lelaki paruh baya. Lelaki paruh baya itu berjualan kacang sudah sejak saya belum lahir. Bahkan pedagang kacang itu pun kini sudah memiliki cucuâ"yang kadang juga sering menemani ia berdagang. Nama pedagang kacang itu bernama Pak Suri.
Itulah nama lelaki paruh baya yang saya kira-kirakan berusia diatas lima puluhan itu. Tetapi walaupun usianya sudah seabad tetapi ijwa untuk menafkahkan anak dan cucunya semangat sekali. Saya yang tiap malam melihat ia bedagang tiap malam menjelang hanya ditemani pelita seadanyaada rasa terenyuh melihat kehidupannya. Kehidupannya tak seberuntung orang-orang yang ada didalam rumah yang tiap malam ia kelilingi. Beruntung seperti mereka. Hingga malam tiba sampi larut ia masih berputar mengelingi perkampungan di mana saya tinggal . Tapi sayangny sejak sebelum Ramadhan tiba hingga Ramdahan usai ia juga tak tampak batang hidungnya sama sekali. Saya yang merasakan itu adi khawatir. Apakah ia sudah tiada atau belum. Ya, semoga saja Allah memanjangkan usianya dan memberikan kebahagiaan hidupnya kelak.
Ya, hampir selama itu saya tidak menemui dirinya lagi. Untuk itulah saya merasa khwatir pada diriya dibandingkan saya pada pesan singkat yang dikirimkan oleh pengirim misterius. Yang mengatakan saya sebagai penulis kacangan. Tetapi tidak separah bila saya merlihat kehidupan Pak Suri si pedagang kacang. Walau pun kami berdua mendapatkan predikat embel-embel dibelakangnya dengan sebutan kacang!*(fy)
Ulujami, Awal Oktober 2008
Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang Bandung, Bapak Titisanku. semoga Bapak sehat selalu. Amin! Terima kasih Pak atas wejangannya semoga bermanfaat untuk saya dan juga menjadi bahan renungan saya. Sukses buat Bapak. Amin!
"
_____________________ _________ __
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ - 4b.
-
Re: Bls: [sekolah-kehidupan] (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Tue Oct 7, 2008 7:05 pm (PDT)
sekedar bernostalgia,
sekitar 6 thn lalu, seorang saudara bilang sm saya, bahwa saya nggak
mungkin lulus smpb. mungkin karena melihat cara belajar sy yg
terkesan santai dan banyak menghabiskan waktu dgn membaca novel
sastra, maka pernyataan inipun didukung oleh beberapa anggota
keluarga inti.
termasuk saya.
tapi sy mencoba melecut diri sy, dgn membeli sejumbreng buku soal
spmb--saya bahkan membeli buku soal spmb tahun 80an di toko buku
bekas--dan mengerjakannya setiap mlm. tidak spt 2 cawu sebelumnya,
sy tak lagi bolos bimbel.dan sy mencoba ikut try-out dimana2, mulai
dari bimbel lain, SMU lain, dll--it's almost like addict (halah,
addict kok try out, geeky berat :) ).
pun mengerjakan itu semua, sy ttp aja nggak pd utk milih komunikasi
ui di pilihan 1. selain karena sy lebih ingin kuliah di yogya, saya
tahu, seberapa sulitnya msuk kom ui, dan seberapa tinggi passing
gradenya.
tapi seorang kakak bta, bilang "utk pilihan 1, taro aja
setinggi2nya. kali2 aja dapet."
dan sy pun melingkari kode kom ui sbg pilihan pertama sy.
dan sy lulus.
dan saat sejumlah orang yg meragukan sy tercengang, sy bisa
tersenyum dan bilang "alhamdulillah, tembus juga. makasih ya, utk
doa dan dukungannya,"
nostalgia panjang itulah, yg sering menguatkan sy dlm banyak hal,
seperti: saat tulisan sy dibilang jelek, tidak berbobot, tidak
jurnalistik, dll (ya, sy pernah dibilang begitu), atau saat sy
membuat keputusan dlm banyak hal, yg mungkin diragukan orang.
sy percaya, setiap orang dewasa harusnya bertanggung jawab atas isi
kepalanya masing2. sy cuma bisa bertanggung jawab atas isi kepala
saya.
dan mengutip saran seorang teman saya yg bernama annisa cinantya
putri: "udahlah, nggak usah banyak mikirin kata orang. biarin aja
mereka ngomong macem2. percaya deh, mereka nggak sering kok kaya
gitu."
semangat, bang fy :)
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , dyah zakiaticom
<adzdzaki@...> wrote:
>
> Santai aja Oom. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang
menggoyang. Kalau mo sukses memang resikonya harus bisa menghadapi
terpaan ujian yang kian berat. Kalau ada kata-kata negatif dari
orang hadapi dengan positif saja. Ibarat makan durian, kalau
terganggu dengan kulitnya, tidak dapat menikmati buahnya. Jadi ambil
buahnya, buang kulitnya. Kalau perlu manfaatkan. (pernah dengar
keset durian kan?)
> Hehehe, tapi sepertinya Oom sudah memanfaatkan hal negatif itu
kok. Buktinya dengan hal negatif tersebut, Oom jadi punya tulisan
ini. Wah, Oom harus berterima kasih padanya ^_^.
>
> Salam
> Dyah
>
>
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@...>
>
>
>
> semangat bang Fy..
> bener kata pak Teha..
> orang yang ngirim sms itu pasti ngedoain tulisan2 bang Fy laris
kayak kacang.. hi..hi..
> Amin..
> Alloh cuma mau lihat usaha dari tiap hambaNya...
>
> salam perjuangan (hayyah.. mulai lebai)
> Nia Robie'
>
>
> Pada 6 Oktober 2008 15:44, bujang kumbang <bujangkumbang@
yahoo.co. id> menulis:
>
>
>
>
>
> PENULIS KACANGAN VS PEDAGANG KACANG
> "Better to write for yourself and have no public, than to write
for the public and have no self."â"Cyrill Connollyâ"
>
>
> Medio September lalu saya menerima sebuah pesan singkat di
handphone saya. Pesan singkat itu mampir disaat saya sedang ada
diperjalanan menuju tempat saya bekerja. Tepatnya di atas
angkot "pribadi" saya. Entah pesan singkat itu dari siapa
pengirimnya saya juga tidak tahu. Yang ada hanya nomor si pengirim
singkat itu saja tanpa nama pengirimnya. Penuh misterius
>
>
> Oya, kalau tidak salah saya menerima pesan singkat itu pada pagi
hari saya menerima pesan singkat itu--yang menurut saya begitu
misterius. Bukan mistreius saja tetapi pesan singkat itu juga
bernada sebuah ejekan dan ironi. Ya, benar-benar membuat saya
mengelus dada sekaligus merenung. Berpikir. Apakah ada yang salah
pada diri saya? Atau, adakah yang tidak suka dengan saya sebagai
penulis?" bathin saya bertanya-tanya sambil mengurut dada.
>
>
> Pesan singkat itu seperti ini yang dikirimkannya ke saya: Dasar
penulis kacanganâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦. Saya yang
membacanya langsung meratap dan merenung. Danâ¦.tanpa sengaja
jemari saya mengetik tuts handphone tanpa sadar. Membalas pesan
singkat dari si pengirim misterius itu. Sebenarnya saya tak mau
membalasnya lagi tapi karena saya diliputi awan gelap akhirnya
terjadilah balasan pesan singkat itu.
>
>
> Alhamdulillah, saya dikatakan penulis kacangan. Tapi Anda bukanlah
orang yang pertama mengatakan saya penulis kacangan. Terima kasih.
>
> Itulah pesan singkat yang saya balas. Ya, kenapa saya mengatakan
seperti itu karena memang saya sadari dan saya akui saya adalah
bukan penulis profesional. Bukan pula penulis handal. Atau, pun yang
banyak mengasilkan buku-buku best seller. Tetapi walaupun saya
penulis kacangan lagi-lagi saya sadar diri alhamdulillah walaupun
saya dikatakan penulis kacangan saya bisa seperti penulis tersebut
yang bisa menghiasi karya-karyanya di media massa maupun elektronik.
Bahkan diantaranya ada yang memenangkan lomba. Tapi ya lagi-lagi
saya harus menerima apa pun resikonya sebagai penulis kacangan.
Perkataan, kritikan, sampai cibiran bahwa saya penulis kacangan saya
harus tetap legowo. Menerima itu semua. Hingga saya teringat pesan
dari seorangâ"yang sudah saya anggap Bapak sendiri. Maklum ayah
saya sudah meninggal sejak saya masih duduk di bangku SD. Tepatnya
duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Orang itu sangat begitu baik
kepada saya hingga ia memberikan sebuah
> wejangan untuk saya melalui pesan singkatnya.
>
>
> Tidak apa-apa Yan dikatakan penulis kacangan. Kan penulis kcangan
nanti juga bisa laris kayak kacangâ¦.
>
> Pesan singkat itu seperti meleburkan rasa ketidakepedean saya
sebagai penulis. Pesan singkat dari orang yang tinggal di Bandung .
Ia juga seorang motivator, penulis, dan juga editor sekaligus
pengusaha. Ia memberikan saya spirit di dunia yang selama ini saya
geluti. Bahkan saat saya menerima pesang singkat misterius itu dalam
diri saya sudah terkotaminasi:Ingin menggantungkan pena! Itulah
dampak psikis dari pesan singkat itu. Namun. Alhmadulillah, akhirnya
Sang Khalik memberikan saya seorang penolong untuk saya saat saya
lagi labil ketika saya menceritakan tentang apa yang saya alami
kepadanya. Saya ceritakan hal yang sebenarnya terjadi. Dan akhirnya
ia mau juga memberi saya wejangan dan semangat. Bangkit untuk
menulis kembali. Dan akhirnya jadilah tulisan ini.
> Oya, kalau saya samakan wejangan dari orang yang baik terhadap
saya ini jadi teringat sama pedagang kacang (rebus) yang dijual
oleh lelaki paruh baya. Lelaki paruh baya itu berjualan kacang sudah
sejak saya belum lahir. Bahkan pedagang kacang itu pun kini sudah
memiliki cucuâ"yang kadang juga sering menemani ia berdagang. Nama
pedagang kacang itu bernama Pak Suri.
>
>
> Itulah nama lelaki paruh baya yang saya kira-kirakan berusia
diatas lima puluhan itu. Tetapi walaupun usianya sudah seabad tetapi
ijwa untuk menafkahkan anak dan cucunya semangat sekali. Saya yang
tiap malam melihat ia bedagang tiap malam menjelang hanya ditemani
pelita seadanyaada rasa terenyuh melihat kehidupannya. Kehidupannya
tak seberuntung orang-orang yang ada didalam rumah yang tiap malam
ia kelilingi. Beruntung seperti mereka. Hingga malam tiba sampi
larut ia masih berputar mengelingi perkampungan di mana saya
tinggal . Tapi sayangny sejak sebelum Ramadhan tiba hingga Ramdahan
usai ia juga tak tampak batang hidungnya sama sekali. Saya yang
merasakan itu adi khawatir. Apakah ia sudah tiada atau belum. Ya,
semoga saja Allah memanjangkan usianya dan memberikan kebahagiaan
hidupnya kelak.
>
> Ya, hampir selama itu saya tidak menemui dirinya lagi. Untuk
itulah saya merasa khwatir pada diriya dibandingkan saya pada pesan
singkat yang dikirimkan oleh pengirim misterius. Yang mengatakan
saya sebagai penulis kacangan. Tetapi tidak separah bila saya
merlihat kehidupan Pak Suri si pedagang kacang. Walau pun kami
berdua mendapatkan predikat embel-embel dibelakangnya dengan sebutan
kacang!*(fy)
>
>
>
> Ulujami, Awal Oktober 2008
> Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang Bandung, Bapak Titisanku.
semoga Bapak sehat selalu. Amin! Terima kasih Pak atas wejangannya
semoga bermanfaat untuk saya dan juga menjadi bahan renungan saya.
Sukses buat Bapak. Amin!
> "
> _____________________ _________ __
>
>
>
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
______
> Dapatkan alamat Email baru Anda!
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
> http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
>
- 4c.
-
Re: (catcil) PENULIS KACANGAN DAN PEDAGANG KACANG
Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com yudhi_sipdeh
Tue Oct 7, 2008 7:53 pm (PDT)
iya setuju sama mba Dyah :-)
" Ibarat makan durian, kalau terganggu dengan kulitnya, tidak dapat menikmati buahnya. Jadi ambil buahnya, buang kulitnya."
Jangan lupa untuk bisa makan daging buah durian, duriannya harus dibelah dulu.
saking enaknya durian jangan sampe bijinya di telan juga :-)
bijinya mesti di rebus dulu sampe matang..baru enak untuk dimakan.
Kulit durian bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain...misalnya buat alat pijat refeksi kaki...:-)
selamat mencoba tapi hati-hati saat menggunakan kulit durian ini sebagai alat pijat refleksi kaki. Kulit durian harus sudah dicuci bersih dan kering. Kalau tidak maka akan mengundang banyak lalat yang akan mengganggu acara pijat kaki anda tersebut.
Selamat mencoba.
salam
yudhi
(sekedar dukungan pendapat mba Dyah perihal Durian)
--- On Tue, 10/7/08, dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com > wrote:
Santai aja Oom. Semakin tinggi pohon, semakin besar angin yang menggoyang. Kalau mo sukses memang resikonya harus bisa menghadapi terpaan ujian yang kian berat. Kalau ada kata-kata negatif dari orang hadapi dengan positif saja. Ibarat makan durian, kalau terganggu dengan kulitnya, tidak dapat menikmati buahnya. Jadi ambil buahnya, buang kulitnya. Kalau perlu manfaatkan. (pernah dengar keset durian kan?)
Hehehe, tapi sepertinya Oom sudah memanfaatkan hal negatif itu kok. Buktinya dengan hal negatif tersebut, Oom jadi punya tulisan ini. Wah, Oom harus berterima kasih padanya ^_^.
Salam
Dyah
----- Pesan Asli ----
Dari: Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail. com>
semangat bang Fy..
bener kata pak Teha..
orang yang ngirim sms itu pasti ngedoain tulisan2 bang Fy laris kayak kacang.. hi..hi..
Amin..
Alloh cuma mau lihat usaha dari tiap hambaNya...
salam perjuangan (hayyah.. mulai lebai)
Nia Robie'
Pada 6 Oktober 2008 15:44, bujang kumbang <bujangkumbang@ yahoo.co. id> menulis:
PENULIS KACANGAN VS PEDAGANG KACANG
"Better to write for yourself and have no public, than to write for the public and have no self."â"Cyrill Connollyâ"
Medio September lalu saya menerima sebuah pesan singkat di handphone saya. Pesan singkat itu mampir disaat saya sedang ada diperjalanan menuju tempat saya bekerja. Tepatnya di atas angkot "pribadi" saya. Entah pesan singkat itu dari siapa pengirimnya saya juga tidak tahu. Yang ada hanya nomor si pengirim singkat itu saja tanpa nama pengirimnya. Penuh misterius
Oya, kalau tidak salah saya menerima pesan singkat itu pada pagi hari saya menerima pesan singkat itu--yang menurut saya begitu misterius. Bukan mistreius saja tetapi pesan singkat itu juga bernada sebuah ejekan dan ironi. Ya, benar-benar membuat saya mengelus dada sekaligus merenung. Berpikir. Apakah ada yang salah pada diri saya? Atau, adakah yang tidak suka dengan saya sebagai penulis?" bathin saya bertanya-tanya sambil mengurut dada.
Pesan singkat itu seperti ini yang dikirimkannya ke saya: Dasar penulis kacanganâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦blaâ¦bla⦠blaâ¦. Saya yang membacanya langsung meratap dan merenung. Danâ¦.tanpa sengaja jemari saya mengetik tuts handphone tanpa sadar. Membalas pesan singkat dari si pengirim misterius itu. Sebenarnya saya tak mau membalasnya lagi tapi karena saya diliputi awan gelap akhirnya terjadilah balasan pesan singkat itu.
Alhamdulillah, saya dikatakan penulis kacangan. Tapi Anda bukanlah orang yang pertama mengatakan saya penulis kacangan. Terima kasih.
Itulah pesan singkat yang saya balas. Ya, kenapa saya mengatakan seperti itu karena memang saya sadari dan saya akui saya adalah bukan penulis profesional. Bukan pula penulis handal. Atau, pun yang banyak mengasilkan buku-buku best seller. Tetapi walaupun saya penulis kacangan lagi-lagi saya sadar diri alhamdulillah walaupun saya dikatakan penulis kacangan saya bisa seperti penulis tersebut yang bisa menghiasi karya-karyanya di media massa maupun elektronik. Bahkan diantaranya ada yang memenangkan lomba. Tapi ya lagi-lagi saya harus menerima apa pun resikonya sebagai penulis kacangan. Perkataan, kritikan, sampai cibiran bahwa saya penulis kacangan saya harus tetap legowo. Menerima itu semua. Hingga saya teringat pesan dari seorangâ"yang sudah saya anggap Bapak sendiri. Maklum ayah saya sudah meninggal sejak saya masih duduk di bangku SD. Tepatnya duduk dibangku kelas 4 Sekolah Dasar. Orang itu sangat begitu baik kepada saya hingga ia memberikan sebuah
wejangan untuk saya melalui pesan singkatnya.
Tidak apa-apa Yan dikatakan penulis kacangan. Kan penulis kcangan nanti juga bisa laris kayak kacangâ¦.
Pesan singkat itu seperti meleburkan rasa ketidakepedean saya sebagai penulis. Pesan singkat dari orang yang tinggal di Bandung . Ia juga seorang motivator, penulis, dan juga editor sekaligus pengusaha. Ia memberikan saya spirit di dunia yang selama ini saya geluti. Bahkan saat saya menerima pesang singkat misterius itu dalam diri saya sudah terkotaminasi: Ingin menggantungkan pena! Itulah dampak psikis dari pesan singkat itu. Namun. Alhmadulillah, akhirnya Sang Khalik memberikan saya seorang penolong untuk saya saat saya lagi labil ketika saya menceritakan tentang apa yang saya alami kepadanya. Saya ceritakan hal yang sebenarnya terjadi. Dan akhirnya ia mau juga memberi saya wejangan dan semangat. Bangkit untuk menulis kembali. Dan akhirnya jadilah tulisan ini.
Oya, kalau saya samakan wejangan dari orang yang baik terhadap saya ini jadi teringat sama pedagang kacang (rebus) yang dijual oleh lelaki paruh baya. Lelaki paruh baya itu berjualan kacang sudah sejak saya belum lahir. Bahkan pedagang kacang itu pun kini sudah memiliki cucuâ"yang kadang juga sering menemani ia berdagang. Nama pedagang kacang itu bernama Pak Suri.
Itulah nama lelaki paruh baya yang saya kira-kirakan berusia diatas lima puluhan itu. Tetapi walaupun usianya sudah seabad tetapi ijwa untuk menafkahkan anak dan cucunya semangat sekali. Saya yang tiap malam melihat ia bedagang tiap malam menjelang hanya ditemani pelita seadanyaada rasa terenyuh melihat kehidupannya. Kehidupannya tak seberuntung orang-orang yang ada didalam rumah yang tiap malam ia kelilingi. Beruntung seperti mereka. Hingga malam tiba sampi larut ia masih berputar mengelingi perkampungan di mana saya tinggal . Tapi sayangny sejak sebelum Ramadhan tiba hingga Ramdahan usai ia juga tak tampak batang hidungnya sama sekali. Saya yang merasakan itu adi khawatir. Apakah ia sudah tiada atau belum. Ya, semoga saja Allah memanjangkan usianya dan memberikan kebahagiaan hidupnya kelak.
Ya, hampir selama itu saya tidak menemui dirinya lagi. Untuk itulah saya merasa khwatir pada diriya dibandingkan saya pada pesan singkat yang dikirimkan oleh pengirim misterius. Yang mengatakan saya sebagai penulis kacangan. Tetapi tidak separah bila saya merlihat kehidupan Pak Suri si pedagang kacang. Walau pun kami berdua mendapatkan predikat embel-embel dibelakangnya dengan sebutan kacang!*(fy)
Ulujami, Awal Oktober 2008
Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang Bandung, Bapak Titisanku. semoga Bapak sehat selalu. Amin! Terima kasih Pak atas wejangannya semoga bermanfaat untuk saya dan juga menjadi bahan renungan saya. Sukses buat Bapak. Amin!
"
- 5a.
-
Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Tue Oct 7, 2008 6:47 pm (PDT)
Wah asyik sekali yach mudik lebaran, n Met Ulang Tahun Mbak....
-sis-
yang tidak mudik tahun ini
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Siwi LH <siuhik@...> wrote:com
>
> Mudik dan Lebaran 1429 H
> Seandainya tak ada
> mudik dan lebaran saya tak tahu apakah saya akan sanggup berpisah
dengan Ramadhan?
> Sungguh indah Allah mengatur segala sesuatunya, saya ibarat
> anak kecil yang tengah asyik masyuk dengan permainan saya, dengan
- 5b.
-
Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
Posted by: "Enggar Retnoningsih" eretnoni@gmail.com eretnoni
Tue Oct 7, 2008 9:58 pm (PDT)
assalamu'alaikum wr wb,
Minal aidin wal fa'idzin
maaf lahir batin buat semua sodaraku di SK tercinta
selamat ultah bwat mb Siwi
panjang usia, sehat selalu berlimpah rahmatNya padamu
Btw,
pesen sirup lagi 5 ya say
makaci
wassalam
Mamanya ErZaGya
http://www.binacendikia.com
http://www.bci-supermoms. blogspot. com
===================== ========= ========= =======
Joint SUPERMOMS COMMUNITY:
http://finance.groups.yahoo. com/group/ supermom_ s/join
===================== ========= ========= =======
- 5c.
-
Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com siuhik
Tue Oct 7, 2008 11:57 pm (PDT)
maturnuwun Mbakku yang chantiq, Amin... semoga panjang usia yang berlimpah rahmatNya juga senantiasa mengiringi keluarga Mbak Enggar dan semuanya...
BTW sirupnya enak yah? abis pesen 10 masih mo pesen 5 lagi?...hehehe...
Ok siap dikirim....
Maaf OOT teman-teman, abis surprised aja disapa Mbak Enggar disini....
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik
----- Original Message ----
From: Enggar Retnoningsih <eretnoni@gmail.com >
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Sent: Wednesday, October 8, 2008 11:42:43 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
assalamu'alaikum wr wb,
Minal aidin wal fa'idzin
maaf lahir batin buat semua sodaraku di SK tercinta
selamat ultah bwat mb Siwi
panjang usia, sehat selalu berlimpah rahmatNya padamu
Btw,
pesen sirup lagi 5 ya say
makaci
wassalam
Mamanya ErZaGya
http://www.binacend ikia.com
http://www.bci- supermoms. blogspot. com
============ ========= ========= ========= =======
Joint SUPERMOMS COMMUNITY: http://finance. groups.yahoo. com/group/ supermom_ s/join
============ ========= ========= ========= =======
- 5d.
-
Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com siuhik
Wed Oct 8, 2008 12:09 am (PDT)
maturnuwun MAs Sis, semoga tahun depan bisa merasakan amazing-nya mudik, palagi sekarang jauhhh...dari kampung halaman, pasti tambah asyik mudiknya....sukses selalu buatmu ya?
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik
----- Original Message ----
From: sismanto <siril_wafa@yahoo.co.id >
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Sent: Wednesday, October 8, 2008 8:47:01 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Catatan Kak]) (Perjalanan) Mudik dan Lebaran 1429 H
Wah asyik sekali yach mudik lebaran, n Met Ulang Tahun Mbak....
-sis-
yang tidak mudik tahun ini
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> Mudik dan Lebaran 1429 H
> Seandainya tak ada
> mudik dan lebaran saya tak tahu apakah saya akan sanggup berpisah
dengan Ramadhan?
> Sungguh indah Allah mengatur segala sesuatunya, saya ibarat
> anak kecil yang tengah asyik masyuk dengan permainan saya, dengan
- 6.
-
[Kelana] Ya Allah, Engkau Keren Sekali!
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Tue Oct 7, 2008 7:27 pm (PDT)
*Ya Allah, Engkau Keren Sekali!*
* *
Oleh Lia Octavia
Sepertiga malam yang terakhir di bulan Ramadhan belumlah tiba,
ketika saya harus segera bangun. Jam di ponsel saya baru menunjukkan pukul
1.30 malam, namun saya tidak punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Saya
segera makan sahur seadanya, memasak air panas untuk mandi, bersiap-siap,
kemudian pergi ke bandara. Hari itu, di hari terakhir Ramadhan, Allah
mengijinkan saya untuk pergi berlibur ke Padang dan merayakan Idul Fitri di
sana bersama sahabat saya, Mbak Uri beserta keluarganya.
Padang Adalah seorang sahabat lama saya, Indra, di kelas
Perancis yang saya kenal lebih dari tujuh tahun lalu yang memperkenalkan
saya untuk pertama kalinya pada keindahan Padang. Pantai-pantainya.
Gunung-gunungnya. Hanya saja saya belum mendapat kesempatan untuk berkunjung
ke sana. Hingga pada suatu siang di tengah kesibukan kantor yang menggunung
sekitar dua minggu sebelumnya, saya sempat chatting dengan Mbak Uri.
"Liburan ke Padang, yuk!" tulis Mbak Uri di kotak percakapan YM
kami.
"Boleh. Wah, aku belum pernah ke Padang nih!" jawabku.
"Kalau mau, tiketnya harus dibeli dari sekarang."
"Iya yah. Hmmm.. tanggal berapa ya? Naik Garuda aja kali ya?"
"Iya, lebih enak naik Garuda."
"Harganya mahal ga?"
"Mbak udah dapet THR belum?"
Aku meringis. "Wah bosku belum transfer nih," jawabku.
"Ya udah, aku booking dulu aja ya? Jadi atau ga, yang penting
udah dibooking," kubaca kata-kata Mbak Uri di layar monitorku.
"Ok deh!"
Tak lama kemudian
"Mbak Lia, aku udah booking tiket di Panorama. Dari Jakarta
tanggal 30 September dan kembali tanggal 5 Oktober. Mbak libur berapa lama?"
kotak percakapan YM Mbak Uri terpampang kembali.
"Ya aku libur seminggu itu, Mbak. Emang berapa harga tiketnya?"
balasku.
"Rp xxxxx" jawabnya. "Itu termasuk murah, Mbak. Bukan harga high
season."
Tiba-tiba pimpinan saya memanggil saya ke ruangannya dan ia
memberitahu saya bahwa ia sudah mentransfer sejumlah uang ke rekening saya
sebagai THR dan bonus saya. Saya termangu-mangu. Setelah kembali ke meja
saya, saya langsung mengetikkan jawaban saya untuk Mbak Uri.
"Mbak, aku udah dapet THR hari ini," ketik saya.
"Alhamdulillah. Gimana, jadi ga ke Padang? Cukup ga uangnya buat
beli tiket?" tanyanya.
"Alhamdulillah lebih dari cukup, Mbak. Memangnya kapan tiketnya
harus di-issued?" tanyaku.
"Besok paling lambat."
"Ok, besok aku transfer uangnya."
Begitulah, dalam sekejap mata dan dalam hitungan kurang dari
satu jam, saya sudah mendapatkan tiket ke Padang dan kesempatan berlibur ke
sana yang tentu saja di luar rencana saya. Keesokan harinya saya membayar
harga tiket tersebut dan seorang teman dari Panorama Tour mengirimkan tiket
elektroniknya melalui email.
"Kalau takut naik pesawat terbang, berarti Mbak harus
sering-sering naik pesawat terbang, biar takutnya hilang," begitu komentar
salah seorang rekan kerja saya. Saya tersenyum. Mungkin benar juga apa
katanya.
Hari masih gelap ketika saya keluar dari rumah sambil menyeret
tas koper dan mencangklong ransel di bahu saya. Tetangga-tetangga sebelah
rumah masih menikmati sahur di hari terakhir Ramadhan itu. Jam tiga pagi
saya sudah berada di dalam taksi yang membawa saya ke bandara Soekarno
Hatta.
"Mudah-mudahan aku masih bisa melanjutkan sahur di bandara,"
pikir saya sambil menatap pekatnya malam di luar jendela. Sahur di bandara
sepertinya sudah tak asing lagi bagi saya. Sahur terakhir di bulan suci ini
kembali saya habiskan di bandara seperti beberapa minggu sebelumnya ketika
saya harus berangkat ke Yogya dengan penerbangan pertama.
Seperti dugaan saya sebelumnya, antrian di depan meja check-in
Garuda sudah tampak dari pintu depan ketika saya memasuki bandara. Setelah
menunggu hampir tiga puluh menit, saya akhirnya mendapat giliran. Waktu
masih menunjukkan pukul empat dini hari. Saya duduk di kedai kopi di dekat
gerbang boarding dan meneruskan sahur saya yang sempat terhenti. Dengan
sepotong roti dan susu, saya memperhatikan orang-orang yang hilir mudik di
depan saya sambil saling berkirim sms dengan Indra.
"Dra, aku mau ke Padang lho!" tulisku.
"Oh ya? Di mana? Asyik dong. Aku ga pulang tahun ini," balasnya.
"Iya. Liburan di tempat teman. Kapan pulang?" jawabku.
"Insya Allah Idul Adha. Sholat Ied di sana ya?
"Iya."
"Shalat Ied-nya siang lho. Jam 7an. Udah panas."
"Biarin!" balasku.
"Udah di bandara?"
"Iya."
"Hati-hati ya!"
Saya tersenyum. Indra memang sahabat saya yang baik. Teman
berdiskusi yang cerdas, lucu, penuh perhatian, dan senang bercanda. Saya
ingat, dulu ia sering membeli siomay Gondangdia untuk saya sehingga saya
tidak perlu repot-repot membeli makanan lagi di kantin. Lalu ia menaruh
siomay itu di kursi saya di kelas. Ia tahu saya sangat menyukai siomay itu.
Sehingga sering kali kami belajar dan melewati hari-hari di kelas Perancis
sambil mencium aroma siomay penggoda selera yang mengapung hingga ke
sudut-sudut ruang kelas. Tiba-tiba saya sangat merindukan saat-saat itu.
"Yes, Sir!" balasku.
Tak lama kemudian, Mbak Uri menelepon saya. Ia yang akan
menjemput saya di bandara di Padang. Rasanya tak sabar ingin segera bertemu
sahabat karib saya itu. Waktu shalat subuh tiba dan saya shalat subuh di
ketenangan mushalla bandara. Pagi menyiram bumi dan saya menyaksikan ufuk
fajar yang kemerahan di balik kaca jendela ruang tunggu bandara. Langit yang
sebentar lagi akan mengiringi pesawat saya menuju ke Padang.
Rasanya mungkin tidak begitu tepat bila saya katakan saya phobia
naik pesawat. Barangkali karena saya tidak pernah muntah pada saat pesawat
take off atau landing. Saya juga tidak pernah merasa pusing atau jantung
berdebar-debar. Namun perasaan yang sama selalu saya alami setiap kali saya
naik pesawat terbang. Perasaan yang menyesak hingga ke dalam relung jiwa
saya.
Saya duduk di tempat duduk saya. Memasang sabuk pengaman dan menatap keluar
jendela. Saat saya merasakan roda pesawat mulai bergerak, saya mulai membaca
doa dan surat-surat yang saya hapal sambil mencengkeram sandaran lengan
kursi. Saya terus menatap ke luar jendela. Pesawat berjalan perlahan-lahan
menuju landas pacu.
"Sebentar lagi mesin pesawat akan terdengar lebih kencang," pikirku. Dan
kemudian mesin pesawat terdengar lebih keras. "Lalu pesawat mengambil
ancang-ancang take off, dan tubuh pesawat terasa ringan mengudara di
angkasa," lanjut pikiranku sambil terus menatap ke luar jendela. Pesawat
mengudara.
"Lalu pesawat akan melakukan gerakan jurusan tiga angka," pikirku. Di
benakku tergambar hitung-hitungan rumus jurusan tiga angka beserta
koordinat-koordinatnya. Pesawat memutar pada jurusan tiga angkanya,
menyongsong awan putih yang bergumpal-gumpal di hadapan.
"Selamat datang, Cinta," bisikku, menatap keagungan, keindahan, dan
kemegahan Sang Maha Cinta yang terhampar sambil berlinang air mata. Sejauh
mata memandang, renda-renda awannya terajut dengan apik. Ada yang berbentuk
pulau, pohon, gunung, lembah, panda, kupu-kupu dan lainnya dengan gradasi
warna yang begitu memukau. Tak ada keindahan yang lebih menyesakkan
kesadaranku sebagai manusia hingga ke ujung rambutku daripada mengapung di
dalam kemegahan awan-Nya, dengan cahaya mentari tersembul malu-malu di balik
setiap lengkungnya. Ingin rasanya aku menghamparkan sajadahku di salah satu
pulau-pulau awan itu dan bersujud pada-Nya. Bukankah tidak ada yang lebih
indah daripada shalat di atas awan? Kata-kata pujian rasanya tak cukup
menggambarkan keindahan itu. Pagi yang tersenyum di jendela pesawat di
samping tempat dudukku. Merengkuhku ke dalam pelukannya dan mengucapkan
selamat datang padaku sambil mengatakan bahwa selama aku berada dalam
genggaman-Nya, aku akan baik-baik saja. Hanya karena kuasa-Nya lah,
pesawat-pesawat mengapung di udara dan kapal-kapal mengapung di atas air.
Kota yang semakin lama semakin kecil tampak dari atas. Apalagi manusia.
Bagai setitik debu di dalam hamparan kemulian-Nya.
Begitulah awan-awan menari bersamaku sepanjang perjalanan, kadang cahaya
warna warni yang terbias dari sisa-sisa awan hujan melambai-lambai, seiring
dengan liukan badan pesawat membelah angkasa. Aku bermain-main dengan wajah
berbinar di dalam keindahan itu sehingga nyaris tak kupedulikan pramugari
yang membagikan makanan dan minuman, orang-orang di sebelahku yang acuh tak
acuh menatap awan di luar jendela, dan rengekan anak kecil yang ribut
berebut permen di bangku barisan depan. "Keindahan hanya dapat dilihat pada
orang yang belum pernah melihat keindahan itu, sehingga bagi orang yang
sering melihat keindahan tersebut, semuanya tampak biasa-biasa saja," pikir
saya.
Hingga akhirnya pesawat mendarat dengan mulus di bandara Minangkabau, udara
dingin mengibarkan kerudung hitam saya, mengelus pipi saya serta
gunung-gunungnya mengangguk mengucapkan selamat datang pada saya.
Gunung-gunung yang menggapai langit, yang renda-renda awannya lembut
meliputi hampir sebagian tubuh mereka, dan pohon-pohon beraneka ragam jenis
dan bentuknya terangguk-angguk bertasbih pada Allah.
Dan di sela-sela senyuman hangat Mbak Uri yang menyambut saya di pintu
gerbang bandara, saya mengedipkan mata pada awan yang berarak
berjengkal-jengkal di atas kepala saya seraya berbisik, *"Ya Allah, Engkau
keren sekali!"*
Bandara Soekarno Hatta, Jakarta Bandara Minangkabau, Padang, Selasa, 30
September 2008 dini hari-pagi
********
http://mutiaracinta.multiply. com
- 7a.
-
[Kelana] Little House On The Prairie
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Tue Oct 7, 2008 7:28 pm (PDT)
*Little House On The Prairie*
Oleh Lia Octavia
Udara dingin disertai rintik hujan mengulurkan tangannya pada
saya ketika saya keluar dari gerbang bandara Minangkabau, Padang. Mbak Uri,
sahabat saya sudah menunggu di sana. Pilek dan sakit tenggorokan serta demam
yang saya alami pada malam sebelumnya membuat nafas saya agak tersengal.
Mbak Uri tampak ceria walau sebenarnya ia juga masuk angin dan demam
semalam. Hanya kegembiraan bertemu dengan sahabat kariblah yang membuat
demam kami hilang ditiup angin yang berhembus dari lereng Gunung Merapi.
Pagi itu, suasana bandara masih lengang. Waktu baru menunjukkan pukul 7.30
pagi. Sejumlah petugas yang berada di posko lebaran di depan bandara tampak
duduk-duduk dengan santai. "Arus mudik belum mencapai puncaknya," pikirku.
Kami langsung menuju bis yang telah menunggu. Bis tersebut yang
kemudian membawa kami menuju pusat kota Padang. Jalan-jalan tampak lengang
dan bersih. Gunung-gunung menjulang di sepanjang kiri-kanan kami dengan
keindahan yang luar biasa. Angkot-angkot berwarna warni berseliweran ke sana
ke mari.
"Ternyata orang Padang lebih kreatif ya dari pada orang Bandung," ujarku
pada Mbak Uri. Bagaimana tidak? Lihat saja lukisan dan gambar bermacam-macam
anime Jepang seperti Naruto, Samurai X, Slam Dunk, Air Gear dll terpampang
pada body luar angkot-angkot tersebut. Belum lagi tape stereo yang memutar
lagu-lagu pop terkini berdentum-dentum dari dalam angkot itu. Juga
hiasan-hiasan menarik turut menghiasi interior luar dan dalam angkot itu.
Baru kali ini aku melihat angkot yang begitu keren dan trendi.
Setiba di pusat kota Padang, kami menuju kantor sebuah agen perjalanan. Kami
harus menggunakan mobil yang biasa disebut travel untuk melanjutkan
perjalanan kami ke Payakumbuh, di mana Mbak Uri dan keluarganya menetap.
"Kamu dari Jepang ya? Atau China? Taiwan? Hong Kong" pertanyaan beberapa
laki-laki setengah baya yang berada di kantor biro perjalanan itu menyerbu
saya bertubi-tubi ketika kami memasuki kantor itu. Saya terkejut. Belum
sempat saya menjawab mereka, ada lagi yang bertanya, "Bisa bahasa Indonesia
nggak?" seraya menatap saya lekat-lekat dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Saya tersenyum geli. Sudah tak terhitung mereka yang mengira saya orang
Jepang, orang China, orang Taiwan, atau orang Hong Kong. Mengenakan kerudung
pula. Saya melihat sekeliling kantor itu. Jelas sekali warna kulit saya yang
putih kemerahan dengan mata agak sipit membuat saya menjadi pusat perhatian
di antara orang-orang yang berada di situ yang kebanyakan berkulit sawo
matang dan kecoklatan. Ingin rasanya saya menjawab pertanyaan mereka dengan
bahasa Jepang, sekedar untuk bercanda, tetapi kemudian saya ingat bahwa ini
bukan Jakarta dan saya baru pertama kali berada di Padang. "Di mana bumi
dipijak, di situlah langit dijunjung," begitu pepatah yang sering diucapkan
Mbak Uri. Dan saya pikir memang benar adanya. Dengan tertawa-tawa kecil,
kami berdua naik mobil travel itu menuju Payakumbuh.
"Berapa lama kita akan sampai di Payakumbuh?" tanyaku.
"Sekitar tiga jam. Nggak pakai macet," jawab Mbak Uri.
Ingin rasanya saya tidur selama perjalanan itu karena pilek yang
membuat saya terus menerus membersitkan hidung saya ditambah lagi kurang
tidur pada malam sebelumnya. Tetapi, keindahan alam di sekitarku
mengumandangkan sabda cintanya, merentangkan tangan-tangannya yang kemudian
merengkuhku ke dalam keindahan itu sendiri. Keindahan yang merupakan sebuah
keniscayaan, yang merasuk hingga ke relung jiwa saya. Keindahan yang
sederhana. Yang tersenyum pada saya di setiap kelokan jalannya, turun naik
bukitnya, dan bertiup di sisi-sisi jendela mobil. Tak sedetik pun saya
sanggup memejamkan mata. Lukisan alam yang menjelma menjadi nyata di hadapan
saya menarik saya ke dalam perjalanan yang menakjubkan. Tiba-tiba saja, saya
berada di dalam lingkaran keindahan yang menakjubkan. Kota Payakumbuh
dikelilingi oleh Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago, dan Bukit
Barisan yang berjejer rapi sejauh mata memandang. Terlindung. Rasa nyaman
menyelinap ke dalam dada. It feels like home for me.
Tiba di kampung halaman Mbak Uri, juga merupakan pengalaman
tersendiri bagi saya. Rumah keluarganya yang terletak di lereng gunung, di
tengah hamparan sawah dan ladang yang riuh melambai-lambai, disertai ratusan
SMS ucapan selamat Idul Fitri beserta puisi-puisi dan doa-doa yang berebut
masuk ke ponselku membuat suasana malam takbiran saya kali ini jelas
berbeda.
Kami tiba sekitar pukul dua siang. Mbak Uri memperkenalkan saya
pada seluruh keluarga dan kerabatnya yang menyambut saya dengan ramah dan
tangan terbuka. Kemudian setelah shalat dzuhur, Mbak Uri membawa saya
berkeliling ke sawah, tempat di mana Mbak Uri sering duduk dan menulis.
Burung-burung pipit padi yang terbang rendah di atas dahan-dahan padi yang
menguning bersiul-siul membelah udara dingin yang semakin menusuk tulang.
Tak ketinggalan itik-itik serta ayam-ayam peliharaan yang meleter dan
berkotek di halaman. Kerbau yang sedang berkubang di kejauhan serta
gunung-gunung dengan awan-awan beraraknya di hadapan, membuat bait-bait
puisi yang beterbangan di dalam benak saya tidak dapat menemukan jalan
keluarnya. Semuanya begitu indah untuk dilukiskan.
Kedatangan saya membuat seluruh keluarga Mbak Uri sibuk. Ibu
Mbak Uri memotong salah satu itik mereka dan dengan gembira saya menonton
itik itu dibersihkan dan dicabuti bulunya. Juga seekor ayam jantan yang
gemuk mendapat giliran. Dan yang lebih mengasyikkan melihat ikan-ikan
ditangkap langsung dari kolam di belakang rumah dan disiangi saat itu juga.
Seketika saya teringat pada kisah-kisah Laura Ingalls Wilder di masa
kecilnya di buku serial Little House-nya, di mana semua bahan makanan
ditangkap sendiri diambil dari alam sekitar dan kemudian diolah. Rumah kecil
yang nyaman. Yang penuh cinta, kekeluargaan, dan kebersamaan.
Seiring dengan adzan maghrib yang berkumandang di kejauhan, saya
berbuka puasa bersama dengan Mbak Uri dan keluarganya, di ruang makan, di
dalam rumah mereka yang luas dan asri, menikmati teh manis hangat dan
rendang daging serta opor ayam yang lezat, diiringi bunyi jangkerik dan itik
di halaman serta riuh nyanyian hujan yang menari-nari di atas atap. Ramadhan
saya tahun ini berakhir di dalam kesahajaan cinta rumah itu. Rumah yang kini
telah menjadi bagian dalam hidup saya. My little house on the prairie.
Padang Payakumbuh, Selasa, 30 September 2008
********
http://mutiaracinta.multiply. com
- 7b.
-
Re: [Kelana] Little House On The Prairie
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Wed Oct 8, 2008 1:30 am (PDT)
Indahnya penuturan mabak LIa...
aku jadi ikut membayangkan.....
:)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *Little House On The Prairie*
>
>
>
> Oleh Lia Octavia
>
>
>
>
>
> Udara dingin disertai rintik hujan mengulurkan tangannya
pada
> saya ketika saya keluar dari gerbang bandara Minangkabau, Padang.
Mbak Uri,
> sahabat saya sudah menunggu di sana. Pilek dan sakit tenggorokan
serta demam
> yang saya alami pada malam sebelumnya membuat nafas saya agak tersengal.
> Mbak Uri tampak ceria walau sebenarnya ia juga masuk angin dan demam
> semalam. Hanya kegembiraan bertemu dengan sahabat kariblah yang membuat
> demam kami hilang ditiup angin yang berhembus dari lereng Gunung Merapi.
> Pagi itu, suasana bandara masih lengang. Waktu baru menunjukkan
pukul 7.30
> pagi. Sejumlah petugas yang berada di posko lebaran di depan bandara
tampak
> duduk-duduk dengan santai. "Arus mudik belum mencapai puncaknya,"
pikirku.
>
>
>
> Kami langsung menuju bis yang telah menunggu. Bis
tersebut yang
> kemudian membawa kami menuju pusat kota Padang. Jalan-jalan tampak
lengang
> dan bersih. Gunung-gunung menjulang di sepanjang kiri-kanan kami dengan
> keindahan yang luar biasa. Angkot-angkot berwarna warni berseliweran
ke sana
> ke mari.
>
>
>
> "Ternyata orang Padang lebih kreatif ya dari pada orang Bandung,"
ujarku
> pada Mbak Uri. Bagaimana tidak? Lihat saja lukisan dan gambar
bermacam-macam
> anime Jepang seperti Naruto, Samurai X, Slam Dunk, Air Gear dll
terpampang
> pada body luar angkot-angkot tersebut. Belum lagi tape stereo yang
memutar
> lagu-lagu pop terkini berdentum-dentum dari dalam angkot itu. Juga
> hiasan-hiasan menarik turut menghiasi interior luar dan dalam angkot
itu.
> Baru kali ini aku melihat angkot yang begitu keren dan trendi.
>
>
>
> Setiba di pusat kota Padang, kami menuju kantor sebuah agen
perjalanan. Kami
> harus menggunakan mobil yang biasa disebut travel untuk melanjutkan
> perjalanan kami ke Payakumbuh, di mana Mbak Uri dan keluarganya menetap.
>
>
>
> "Kamu dari Jepang ya? Atau China? Taiwan? Hong Kong" pertanyaan beberapa
> laki-laki setengah baya yang berada di kantor biro perjalanan itu
menyerbu
> saya bertubi-tubi ketika kami memasuki kantor itu. Saya terkejut. Belum
> sempat saya menjawab mereka, ada lagi yang bertanya, "Bisa bahasa
Indonesia
> nggak?" seraya menatap saya lekat-lekat dari ujung kepala hingga
ujung kaki.
>
>
>
> Saya tersenyum geli. Sudah tak terhitung mereka yang mengira saya orang
> Jepang, orang China, orang Taiwan, atau orang Hong Kong. Mengenakan
kerudung
> pula. Saya melihat sekeliling kantor itu. Jelas sekali warna kulit
saya yang
> putih kemerahan dengan mata agak sipit membuat saya menjadi pusat
perhatian
> di antara orang-orang yang berada di situ yang kebanyakan berkulit sawo
> matang dan kecoklatan. Ingin rasanya saya menjawab pertanyaan mereka
dengan
> bahasa Jepang, sekedar untuk bercanda, tetapi kemudian saya ingat
bahwa ini
> bukan Jakarta dan saya baru pertama kali berada di Padang. "Di mana bumi
> dipijak, di situlah langit dijunjung," begitu pepatah yang sering
diucapkan
> Mbak Uri. Dan saya pikir memang benar adanya. Dengan tertawa-tawa kecil,
> kami berdua naik mobil travel itu menuju Payakumbuh.
>
>
>
> "Berapa lama kita akan sampai di Payakumbuh?" tanyaku.
>
>
>
> "Sekitar tiga jam. Nggak pakai macet," jawab Mbak Uri.
>
>
>
> Ingin rasanya saya tidur selama perjalanan itu karena
pilek yang
> membuat saya terus menerus membersitkan hidung saya ditambah lagi kurang
> tidur pada malam sebelumnya. Tetapi, keindahan alam di sekitarku
> mengumandangkan sabda cintanya, merentangkan tangan-tangannya yang
kemudian
> merengkuhku ke dalam keindahan itu sendiri. Keindahan yang merupakan
sebuah
> keniscayaan, yang merasuk hingga ke relung jiwa saya. Keindahan yang
> sederhana. Yang tersenyum pada saya di setiap kelokan jalannya,
turun naik
> bukitnya, dan bertiup di sisi-sisi jendela mobil. Tak sedetik pun saya
> sanggup memejamkan mata. Lukisan alam yang menjelma menjadi nyata di
hadapan
> saya menarik saya ke dalam perjalanan yang menakjubkan. Tiba-tiba
saja, saya
> berada di dalam lingkaran keindahan yang menakjubkan. Kota Payakumbuh
> dikelilingi oleh Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago, dan
Bukit
> Barisan yang berjejer rapi sejauh mata memandang. Terlindung. Rasa
nyaman
> menyelinap ke dalam dada. It feels like home for me.
>
>
>
> Tiba di kampung halaman Mbak Uri, juga merupakan pengalaman
> tersendiri bagi saya. Rumah keluarganya yang terletak di lereng
gunung, di
> tengah hamparan sawah dan ladang yang riuh melambai-lambai, disertai
ratusan
> SMS ucapan selamat Idul Fitri beserta puisi-puisi dan doa-doa yang
berebut
> masuk ke ponselku membuat suasana malam takbiran saya kali ini jelas
> berbeda.
>
>
>
> Kami tiba sekitar pukul dua siang. Mbak Uri
memperkenalkan saya
> pada seluruh keluarga dan kerabatnya yang menyambut saya dengan
ramah dan
> tangan terbuka. Kemudian setelah shalat dzuhur, Mbak Uri membawa saya
> berkeliling ke sawah, tempat di mana Mbak Uri sering duduk dan menulis.
> Burung-burung pipit padi yang terbang rendah di atas dahan-dahan
padi yang
> menguning bersiul-siul membelah udara dingin yang semakin menusuk
tulang.
> Tak ketinggalan itik-itik serta ayam-ayam peliharaan yang meleter dan
> berkotek di halaman. Kerbau yang sedang berkubang di kejauhan serta
> gunung-gunung dengan awan-awan beraraknya di hadapan, membuat bait-bait
> puisi yang beterbangan di dalam benak saya tidak dapat menemukan jalan
> keluarnya. Semuanya begitu indah untuk dilukiskan.
>
>
>
> Kedatangan saya membuat seluruh keluarga Mbak Uri sibuk. Ibu
> Mbak Uri memotong salah satu itik mereka dan dengan gembira saya
menonton
> itik itu dibersihkan dan dicabuti bulunya. Juga seekor ayam jantan yang
> gemuk mendapat giliran. Dan yang lebih mengasyikkan melihat ikan-ikan
> ditangkap langsung dari kolam di belakang rumah dan disiangi saat
itu juga.
> Seketika saya teringat pada kisah-kisah Laura Ingalls Wilder di masa
> kecilnya di buku serial Little House-nya, di mana semua bahan makanan
> ditangkap sendiri diambil dari alam sekitar dan kemudian diolah.
Rumah kecil
> yang nyaman. Yang penuh cinta, kekeluargaan, dan kebersamaan.
>
>
>
> Seiring dengan adzan maghrib yang berkumandang di
kejauhan, saya
> berbuka puasa bersama dengan Mbak Uri dan keluarganya, di ruang
makan, di
> dalam rumah mereka yang luas dan asri, menikmati teh manis hangat dan
> rendang daging serta opor ayam yang lezat, diiringi bunyi jangkerik
dan itik
> di halaman serta riuh nyanyian hujan yang menari-nari di atas atap.
Ramadhan
> saya tahun ini berakhir di dalam kesahajaan cinta rumah itu. Rumah
yang kini
> telah menjadi bagian dalam hidup saya. My little house on the prairie.
>
>
>
> Padang Payakumbuh, Selasa, 30 September 2008
>
>
> ********
>
> http://mutiaracinta.multiply. com
>
- 7c.
-
Re: [Kelana] Little House On The Prairie
Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com
Wed Oct 8, 2008 1:42 am (PDT)
iya nih jadi bikin aku pengen ke Padang..
ayo2!! siapa yang mau nampung aku? hi..hi..
2008/10/8 novi_ningsih <novi_ningsih@yahoo.com >
> Indahnya penuturan mabak LIa...
> aku jadi ikut membayangkan.....
>
> :)
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia Octavia"
> <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *Little House On The Prairie*
>
> >
> >
> >
> > Oleh Lia Octavia
> >
> >
> >
> >
> >
> > Udara dingin disertai rintik hujan mengulurkan tangannya
> pada
> > saya ketika saya keluar dari gerbang bandara Minangkabau, Padang.
> Mbak Uri,
> > sahabat saya sudah menunggu di sana. Pilek dan sakit tenggorokan
> serta demam
> > yang saya alami pada malam sebelumnya membuat nafas saya agak tersengal.
> > Mbak Uri tampak ceria walau sebenarnya ia juga masuk angin dan demam
> > semalam. Hanya kegembiraan bertemu dengan sahabat kariblah yang membuat
> > demam kami hilang ditiup angin yang berhembus dari lereng Gunung Merapi.
> > Pagi itu, suasana bandara masih lengang. Waktu baru menunjukkan
> pukul 7.30
> > pagi. Sejumlah petugas yang berada di posko lebaran di depan bandara
> tampak
> > duduk-duduk dengan santai. "Arus mudik belum mencapai puncaknya,"
> pikirku.
> >
> >
> >
> > Kami langsung menuju bis yang telah menunggu. Bis
> tersebut yang
> > kemudian membawa kami menuju pusat kota Padang. Jalan-jalan tampak
> lengang
> > dan bersih. Gunung-gunung menjulang di sepanjang kiri-kanan kami dengan
> > keindahan yang luar biasa. Angkot-angkot berwarna warni berseliweran
> ke sana
> > ke mari.
> >
> >
> >
> > "Ternyata orang Padang lebih kreatif ya dari pada orang Bandung,"
> ujarku
> > pada Mbak Uri. Bagaimana tidak? Lihat saja lukisan dan gambar
> bermacam-macam
> > anime Jepang seperti Naruto, Samurai X, Slam Dunk, Air Gear dll
> terpampang
> > pada body luar angkot-angkot tersebut. Belum lagi tape stereo yang
> memutar
> > lagu-lagu pop terkini berdentum-dentum dari dalam angkot itu. Juga
> > hiasan-hiasan menarik turut menghiasi interior luar dan dalam angkot
> itu.
> > Baru kali ini aku melihat angkot yang begitu keren dan trendi.
> >
> >
> >
> > Setiba di pusat kota Padang, kami menuju kantor sebuah agen
> perjalanan. Kami
> > harus menggunakan mobil yang biasa disebut travel untuk melanjutkan
> > perjalanan kami ke Payakumbuh, di mana Mbak Uri dan keluarganya menetap.
> >
> >
> >
> > "Kamu dari Jepang ya? Atau China? Taiwan? Hong Kong" pertanyaan beberapa
> > laki-laki setengah baya yang berada di kantor biro perjalanan itu
> menyerbu
> > saya bertubi-tubi ketika kami memasuki kantor itu. Saya terkejut. Belum
> > sempat saya menjawab mereka, ada lagi yang bertanya, "Bisa bahasa
> Indonesia
> > nggak?" seraya menatap saya lekat-lekat dari ujung kepala hingga
> ujung kaki.
> >
> >
> >
> > Saya tersenyum geli. Sudah tak terhitung mereka yang mengira saya orang
> > Jepang, orang China, orang Taiwan, atau orang Hong Kong. Mengenakan
> kerudung
> > pula. Saya melihat sekeliling kantor itu. Jelas sekali warna kulit
> saya yang
> > putih kemerahan dengan mata agak sipit membuat saya menjadi pusat
> perhatian
> > di antara orang-orang yang berada di situ yang kebanyakan berkulit sawo
> > matang dan kecoklatan. Ingin rasanya saya menjawab pertanyaan mereka
> dengan
> > bahasa Jepang, sekedar untuk bercanda, tetapi kemudian saya ingat
> bahwa ini
> > bukan Jakarta dan saya baru pertama kali berada di Padang. "Di mana bumi
> > dipijak, di situlah langit dijunjung," begitu pepatah yang sering
> diucapkan
> > Mbak Uri. Dan saya pikir memang benar adanya. Dengan tertawa-tawa kecil,
> > kami berdua naik mobil travel itu menuju Payakumbuh.
> >
> >
> >
> > "Berapa lama kita akan sampai di Payakumbuh?" tanyaku.
> >
> >
> >
> > "Sekitar tiga jam. Nggak pakai macet," jawab Mbak Uri.
> >
> >
> >
> > Ingin rasanya saya tidur selama perjalanan itu karena
> pilek yang
> > membuat saya terus menerus membersitkan hidung saya ditambah lagi kurang
> > tidur pada malam sebelumnya. Tetapi, keindahan alam di sekitarku
> > mengumandangkan sabda cintanya, merentangkan tangan-tangannya yang
> kemudian
> > merengkuhku ke dalam keindahan itu sendiri. Keindahan yang merupakan
> sebuah
> > keniscayaan, yang merasuk hingga ke relung jiwa saya. Keindahan yang
> > sederhana. Yang tersenyum pada saya di setiap kelokan jalannya,
> turun naik
> > bukitnya, dan bertiup di sisi-sisi jendela mobil. Tak sedetik pun saya
> > sanggup memejamkan mata. Lukisan alam yang menjelma menjadi nyata di
> hadapan
> > saya menarik saya ke dalam perjalanan yang menakjubkan. Tiba-tiba
> saja, saya
> > berada di dalam lingkaran keindahan yang menakjubkan. Kota Payakumbuh
> > dikelilingi oleh Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago, dan
> Bukit
> > Barisan yang berjejer rapi sejauh mata memandang. Terlindung. Rasa
> nyaman
> > menyelinap ke dalam dada. It feels like home for me.
> >
> >
> >
> > Tiba di kampung halaman Mbak Uri, juga merupakan pengalaman
> > tersendiri bagi saya. Rumah keluarganya yang terletak di lereng
> gunung, di
> > tengah hamparan sawah dan ladang yang riuh melambai-lambai, disertai
> ratusan
> > SMS ucapan selamat Idul Fitri beserta puisi-puisi dan doa-doa yang
> berebut
> > masuk ke ponselku membuat suasana malam takbiran saya kali ini jelas
> > berbeda.
> >
> >
> >
> > Kami tiba sekitar pukul dua siang. Mbak Uri
> memperkenalkan saya
> > pada seluruh keluarga dan kerabatnya yang menyambut saya dengan
> ramah dan
> > tangan terbuka. Kemudian setelah shalat dzuhur, Mbak Uri membawa saya
> > berkeliling ke sawah, tempat di mana Mbak Uri sering duduk dan menulis.
> > Burung-burung pipit padi yang terbang rendah di atas dahan-dahan
> padi yang
> > menguning bersiul-siul membelah udara dingin yang semakin menusuk
> tulang.
> > Tak ketinggalan itik-itik serta ayam-ayam peliharaan yang meleter dan
> > berkotek di halaman. Kerbau yang sedang berkubang di kejauhan serta
> > gunung-gunung dengan awan-awan beraraknya di hadapan, membuat bait-bait
> > puisi yang beterbangan di dalam benak saya tidak dapat menemukan jalan
> > keluarnya. Semuanya begitu indah untuk dilukiskan.
> >
> >
> >
> > Kedatangan saya membuat seluruh keluarga Mbak Uri sibuk. Ibu
> > Mbak Uri memotong salah satu itik mereka dan dengan gembira saya
> menonton
> > itik itu dibersihkan dan dicabuti bulunya. Juga seekor ayam jantan yang
> > gemuk mendapat giliran. Dan yang lebih mengasyikkan melihat ikan-ikan
> > ditangkap langsung dari kolam di belakang rumah dan disiangi saat
> itu juga.
> > Seketika saya teringat pada kisah-kisah Laura Ingalls Wilder di masa
> > kecilnya di buku serial Little House-nya, di mana semua bahan makanan
> > ditangkap sendiri diambil dari alam sekitar dan kemudian diolah.
> Rumah kecil
> > yang nyaman. Yang penuh cinta, kekeluargaan, dan kebersamaan.
> >
> >
> >
> > Seiring dengan adzan maghrib yang berkumandang di
> kejauhan, saya
> > berbuka puasa bersama dengan Mbak Uri dan keluarganya, di ruang
> makan, di
> > dalam rumah mereka yang luas dan asri, menikmati teh manis hangat dan
> > rendang daging serta opor ayam yang lezat, diiringi bunyi jangkerik
> dan itik
> > di halaman serta riuh nyanyian hujan yang menari-nari di atas atap.
> Ramadhan
> > saya tahun ini berakhir di dalam kesahajaan cinta rumah itu. Rumah
> yang kini
> > telah menjadi bagian dalam hidup saya. My little house on the prairie.
> >
> >
> >
> > Padang Payakumbuh, Selasa, 30 September 2008
> >
> >
> > ********
> >
> > http://mutiaracinta.multiply. com
> >
>
>
>
- 8.
-
[Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Tue Oct 7, 2008 7:28 pm (PDT)
*Cinta Putih Negeri Di Awan*
Oleh Lia Octavia
Cinta, fajar ini terasa berbeda sekali. Embun pagi masih basah
menetes dari tiap tangkai daun dan rumput di halaman. Langit masih
berselimutkan malam dan enggan beranjak dari peraduannya. Begitu juga aku.
Tidurku semalam begitu nyenyak. Nyaris tidak ada mimpi. Malam ini adalah
pertama kalinya aku tidur di rumah keluarga Mbak Uri di Payakumbuh yang
flamboyan. Udara yang dingin ditingkah hujan rintik-rintik, membuatku ingin
terus bergelung di balik selimut. Kulihat Mbak Uri yang masih terlelap di
sebelahku. Jam telah menunjukkan pukul 5.30, Cinta. Sudah waktunya aku
menghadap Penciptaku di ambang fajar ini.
Cinta, air - sedingin es balok yang ditaruh di bak kamar mandi-
mengguyur wajahku. Tahukah engkau, Cinta, berwudhu di tengah alam yang
sedang tersenyum, menghilangkan segala rasa kantuk dan lelah yang masih
tersisa setelah perjalananku ke Padang kemarin. Aku tahu, Cinta, kau juga
sedang melakukan hal yang sama denganku. Bersujud menghadap pada-Nya. Di
tempat yang berbeda. Satu setengah jam lamanya perjalanan dengan pesawat
terbang yang memisahkan kita. Dan setelah itu, kita akan bersiap-siap untuk
melaksanakan shalat Ied.
Tetapi di sini berbeda keadaannya, Cinta. Setelah shalat subuh,
Mbak Uri memberitahuku bahwa shalat Ied akan dilaksanakan di lapangan tak
jauh dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi. Benar sekali kata Indra,
sahabatku itu, Cinta, bahwa shalat Ied di Padang dilakukan lebih siang
daripada di Jakarta. Sungguh bagiku itu sama sekali tidak masalah. Di
tahun-tahun sebelumnya, aku harus bersiap-siap untuk pergi ke tempat shalat
Ied dilaksanakan setelah shalat subuh. Kalau terlambat, tempat shalat akan
dipenuhi orang sehingga aku mendapatkan tempat menggelar sajadah seadanya
saja. Aku bersyukur, Cinta, karena kali ini aku tidak harus berpacu dengan
waktu, tidak perlu terburu-buru datang ke tempat shalat lebih awal.
Pagi itu turut merekah bersama senyum kami semua, Cinta. Semua
orang mengenakan pakaian yang terbaik dan berbondong-bondong memasuki
lapangan tempat shalat Ied akan dilaksanakan. Di situ aku bertemu dengan
sanak keluarga dan kaum kerabat Mbak Uri yang lain. Juga teman-teman Mbak
Uri yang telah kukenal sebelumnya di Jakarta. Aku menggelar sajadahku sambil
menatap sekeliling. Lapangan berumput hijau yang dikelilingi oleh
gunung-gunung yang berselaput awan. Bergumpal-gumpal awan berlomba-lomba
membentuk gambar yang terindah yang pernah kulihat. Duduk di atas sajadah
sambil menunggu shalat Ied dimulai dengan rengkuhan langit dan gunung-gunung
yang menggapai awan disertai kicauan burung-burung pipit padi dan ucapan
minal aidin wal faidzin dari orang-orang yang berbaju lebih putih dari pada
salju, adalah saat-saat yang tak dapat terlupakan dalam hidupku.
Kemudian aku melihat ibu-ibu berbondong-bondong membawa nampan
berisi makanan di atas kepala mereka, beserta teko-teko berisi air dan teh
manis. Semuanya menuju lapangan tempat shalat Ied. Mereka menaruh semua
makanan itu dalam barisan-barisan yang diatur rapi di bagian depan shaf para
ikhwan. Sementara itu, Cinta, ponselku dibanjiri oleh ratusan sms dan
telepon-telepon dari sahabat-sahabatku, kenalanku, bahkan dari nomor yang
tidak aku kenal. Ucapan selamat Idul Fitri yang sangat beragam. Mulai dari
yang serius, yang lucu, yang berisi doa, puisi-puisi. Bahkan ada yang
mencoba merayuku dengan mengirimkan bermacam-macam sms puisi cinta. Manusia
dengan segala warna-warninya. Walau telah kucoba untuk membalas sms-sms
tersebut satu persatu di malam sebelumnya, tetap saja tidak dapat kubalas
semuanya. Tetapi, ini saatnya menghadap Sang Maha Cinta, jadi aku
meninggalkan ponselku di kamar Mbak Uri dan membiarkannya berdering-dering
tanpa ada yang menjawabnya.
Cinta, aku bertanya pada Mbak Uri mengapa ibu-ibu itu membawa
banyak makanan ke tengah lapangan. Mbak Uri tersenyum penuh misteri.
"Tunggu saja nanti," jawabnya.
Shalat Ied dimulai. Udara segar membelai pipiku, mengibarkan
kerudung dan mukenahku, serta bersama-sama alam kami semua mengumandangkan
takbir memuji kebesaran Sang Pencipta. Allahu Akbar! Cinta, Ia-lah yang
menautkan hati-hati kita semua, saudara seiman di dalam kebeningan pagi.
Kemudian kutbah Idul Fitri pun dimulai. Satu-satunya kutbah yang
kudengarkan dengan terjemahan yang dibisikkan Mbak Uri di sampingku karena
kutbah tersebut disampaikan dengan bahasa Minang. Kutbah yang keren sekali,
setidaknya menurutku, Cinta. Kau tahu, Cinta, khotib itu melantunkan
pantun-pantun dan puisi-puisi indah yang kita sukai. Puisi-puisi yang
mengisi malam-malam kita yang hitam. Puisi-puisi tentang indahnya kembali
fitri. Baru kali ini aku mendengarkan kutbah yang berisi puisi-puisi
kegemaran kita. Ah Cinta, seandainya engkau berada di sini, aku yakin kau
juga akan menyukainya. Orang-orang yang tidak beranjak sedikit pun dari
tempat duduk mereka. Mendengarkan kutbah hingga selesai. Berbeda dengan
kutbah Idul fitri yang kuikuti di Jakarta. Seringkali orang-orang sudah
meninggalkan tempat shalat justru pada saat kutbah dimulai.
Begitulah, Cinta. Setelah kutbah yang bernuansa sastra itu, para
lelaki berkumpul menuju tempat nampan-nampan berisi makanan itu diletakkan.
Lalu mereka semua duduk bersila dan makan bersama dari nampan-nampan itu.
Para perempuan akan mendapat giliran setelah para lelaki selesai makan.
Pertama kalinya dalam hidupku, Cinta, aku makan bersama dengan banyak orang
yang sebagian besar tidak kukenal. Di tengah lapangan yang dikelilingi
dengan rumput dan padi yang menguning serta gunung-gunung berselimut awan
yang mengelilingi kami. Makanan yang kurasa tidak habis-habisnya karena
beraneka ragam makanan tersedia di situ. Nasi, opor ayam, rendang, lontong,
donat, kue-kue, pecel, mie, bihun sayur dan makanan-makanan lain yang tidak
kuketahui namanya, tetapi rasanya enak sekali. Aku makan sampai kenyang,
bergabung dengan penduduk setempat.
"Orang-orang di desa ini rumahnya letaknya berjauhan satu dengan yang lain,
jadi akan memakan banyak waktu dan tenaga apabila kita singgah ke rumah
mereka satu per satu. Karena itulah, setelah shalat Ied, kami berkumpul dan
makan bersama di lapangan ini. Sebagai ajang silaturahim dan
bermaaf-maafan," kata Mbak Uri menjelaskan di sela-sela makanan yang terus
dicurahkan para ibu ke dalam piringku.
"Dan satu lagi, Mbak Lia. Makanan yang ada di piringmu harus dihabiskan,"
kata Mbak Uri sambil tertawa saat melihatku terkejut karena piringku diisi
terus dengan makanan.
Jadilah siang itu aku makan sampai kenyang, Cinta. Sekilas kulihat awan
putih di atas gunung Singgalang merebak memancarkan cahaya mentari yang
berwarna putih kekuningan. Walau berita duka juga terdengar bahwa ada dua
warga desa itu yang berpulang karena kecelakaan, tidak menyurutkan hati-hati
berselubung putih untuk merayakan hari kemenangan. Justru setelah makan
bersama, kami semua berbondong-bondong menuju rumah warga yang meninggal
dunia itu, bergotong royong mempersiapkan pemakaman yang layak bagi mereka.
Cinta, negeri di awan itu yang semula kukira hanya ada dalam lirik lagu
Katon Bagaskara ternyata menjelma menjadi nyata di hari yang fitri ini.
Sebentuk cinta yang menggerakkan orang-orang yang berada di dalamnya untuk
saling bahu membahu, tolong menolong, berbagi kasih dan merenda hari
bersama. Menuju kemenangan abadi kelak, cinta putih negeri di awan itu kian
berpendar di dalam kalbuku. Selamanya.
Payakumbuh, 1 Oktober 2008 (1 Syawal 1429H)
Untuk LAS dengan penuh cinta
*******
http://mutiaracinta.multiply. com
- 9.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] [Kelana] Ya Allah, Engkau Keren Sekali!
Posted by: "Lily Ceria" lilyceria@yahoo.co.id lilyceria
Tue Oct 7, 2008 8:25 pm (PDT)
Subhanallohh...kisah yang indah.
boro2 naik pesawat, saya ajah naik bis pas di tol cipularang...indah sekali.
hmmm.......ya...emang Alloh Maha Keren!!! Subhanalloh.
Salam
Lily Liandiana
----- Pesan Asli ----
Dari: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com >
Kepada: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Terkirim: Rabu, 8 Oktober, 2008 09:27:29
Topik: [sekolah-kehidupan] [Kelana] Ya Allah, Engkau Keren Sekali!
Ya Allah, Engkau Keren Sekali!
Oleh Lia Octavia
Sepertiga malam yang terakhir di bulan Ramadhan belumlah tiba, ketika saya harus segera bangun. Jam di ponsel saya baru menunjukkan pukul 1.30 malam, namun saya tidak punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Saya segera makan sahur seadanya, memasak air panas untuk mandi, bersiap-siap, kemudian pergi ke bandara. Hari itu, di hari terakhir Ramadhan, Allah mengijinkan saya untuk pergi berlibur ke Padang dan merayakan Idul Fitri di sana bersama sahabat saya, Mbak Uri beserta keluarganya.
Padang⦠Adalah seorang sahabat lama saya, Indra, di kelas Perancis yang saya kenal lebih dari tujuh tahun lalu yang memperkenalkan saya untuk pertama kalinya pada keindahan Padang. Pantai-pantainya. Gunung-gunungnya. Hanya saja saya belum mendapat kesempatan untuk berkunjung ke sana. Hingga pada suatu siang di tengah kesibukan kantor yang menggunung sekitar dua minggu sebelumnya, saya sempat chatting dengan Mbak Uri..
"Liburan ke Padang, yuk!" tulis Mbak Uri di kotak percakapan YM kami.
"Boleh. Wah, aku belum pernah ke Padang nih!" jawabku.
"Kalau mau, tiketnya harus dibeli dari sekarang."
"Iya yah. Hmmm.. tanggal berapa ya? Naik Garuda aja kali ya?"
"Iya, lebih enak naik Garuda."
"Harganya mahal ga?"
"Mbak udah dapet THR belum?"
Aku meringis. "Wah bosku belum transfer nih," jawabku.
"Ya udah, aku booking dulu aja ya? Jadi atau ga, yang penting udah dibooking," kubaca kata-kata Mbak Uri di layar monitorku.
"Ok deh!"
Tak lama kemudianâ¦
"Mbak Lia, aku udah booking tiket di Panorama. Dari Jakarta tanggal 30 September dan kembali tanggal 5 Oktober. Mbak libur berapa lama?" kotak percakapan YM Mbak Uri terpampang kembali.
"Ya aku libur seminggu itu, Mbak. Emang berapa harga tiketnya?" balasku.
"Rp xxxxx" jawabnya. "Itu termasuk murah, Mbak. Bukan harga high season."
Tiba-tiba pimpinan saya memanggil saya ke ruangannya dan ia memberitahu saya bahwa ia sudah mentransfer sejumlah uang ke rekening saya sebagai THR dan bonus saya. Saya termangu-mangu. Setelah kembali ke meja saya, saya langsung mengetikkan jawaban saya untuk Mbak Uri.
"Mbak, aku udah dapet THR hari ini," ketik saya.
"Alhamdulillah. Gimana, jadi ga ke Padang? Cukup ga uangnya buat beli tiket?" tanyanya.
"Alhamdulillah lebih dari cukup, Mbak. Memangnya kapan tiketnya harus di-issued?" tanyaku.
"Besok paling lambat."
"Ok, besok aku transfer uangnya."
Begitulah, dalam sekejap mata dan dalam hitungan kurang dari satu jam, saya sudah mendapatkan tiket ke Padang dan kesempatan berlibur ke sana yang tentu saja di luar rencana saya. Keesokan harinya saya membayar harga tiket tersebut dan seorang teman dari Panorama Tour mengirimkan tiket elektroniknya melalui email.
"Kalau takut naik pesawat terbang, berarti Mbak harus sering-sering naik pesawat terbang, biar takutnya hilang," begitu komentar salah seorang rekan kerja saya. Saya tersenyum. Mungkin benar juga apa katanya.
Hari masih gelap ketika saya keluar dari rumah sambil menyeret tas koper dan mencangklong ransel di bahu saya. Tetangga-tetangga sebelah rumah masih menikmati sahur di hari terakhir Ramadhan itu. Jam tiga pagi saya sudah berada di dalam taksi yang membawa saya ke bandara Soekarno Hatta.
"Mudah-mudahan aku masih bisa melanjutkan sahur di bandara," pikir saya sambil menatap pekatnya malam di luar jendela. Sahur di bandara sepertinya sudah tak asing lagi bagi saya. Sahur terakhir di bulan suci ini kembali saya habiskan di bandara seperti beberapa minggu sebelumnya ketika saya harus berangkat ke Yogya dengan penerbangan pertama.
Seperti dugaan saya sebelumnya, antrian di depan meja check-in Garuda sudah tampak dari pintu depan ketika saya memasuki bandara. Setelah menunggu hampir tiga puluh menit, saya akhirnya mendapat giliran. Waktu masih menunjukkan pukul empat dini hari. Saya duduk di kedai kopi di dekat gerbang boarding dan meneruskan sahur saya yang sempat terhenti. Dengan sepotong roti dan susu, saya memperhatikan orang-orang yang hilir mudik di depan saya sambil saling berkirim sms dengan Indra.
"Dra, aku mau ke Padang lho!" tulisku.
"Oh ya? Di mana? Asyik dong. Aku ga pulang tahun ini," balasnya.
"Iya. Liburan di tempat teman. Kapan pulang?" jawabku.
"Insya Allah Idul Adha. Sholat Ied di sana ya?
"Iya."
"Shalat Ied-nya siang lho. Jam 7an. Udah panas."
"Biarin!" balasku.
"Udah di bandara?"
"Iya."
"Hati-hati ya!"
Saya tersenyum. Indra memang sahabat saya yang baik. Teman berdiskusi yang cerdas, lucu, penuh perhatian, dan senang bercanda. Saya ingat, dulu ia sering membeli siomay Gondangdia untuk saya sehingga saya tidak perlu repot-repot membeli makanan lagi di kantin. Lalu ia menaruh siomay itu di kursi saya di kelas. Ia tahu saya sangat menyukai siomay itu. Sehingga sering kali kami belajar dan melewati hari-hari di kelas Perancis sambil mencium aroma siomay penggoda selera yang mengapung hingga ke sudut-sudut ruang kelas. Tiba-tiba saya sangat merindukan saat-saat itu.
"Yes, Sir!" balasku.
Tak lama kemudian, Mbak Uri menelepon saya. Ia yang akan menjemput saya di bandara di Padang. Rasanya tak sabar ingin segera bertemu sahabat karib saya itu. Waktu shalat subuh tiba dan saya shalat subuh di ketenangan mushalla bandara. Pagi menyiram bumi dan saya menyaksikan ufuk fajar yang kemerahan di balik kaca jendela ruang tunggu bandara. Langit yang sebentar lagi akan mengiringi pesawat saya menuju ke Padang.
Rasanya mungkin tidak begitu tepat bila saya katakan saya phobia naik pesawat. Barangkali karena saya tidak pernah muntah pada saat pesawat take off atau landing. Saya juga tidak pernah merasa pusing atau jantung berdebar-debar. Namun perasaan yang sama selalu saya alami setiap kali saya naik pesawat terbang. Perasaan yang menyesak hingga ke dalam relung jiwa saya.
Saya duduk di tempat duduk saya. Memasang sabuk pengaman dan menatap keluar jendela. Saat saya merasakan roda pesawat mulai bergerak, saya mulai membaca doa dan surat-surat yang saya hapal sambil mencengkeram sandaran lengan kursi. Saya terus menatap ke luar jendela. Pesawat berjalan perlahan-lahan menuju landas pacu.
"Sebentar lagi mesin pesawat akan terdengar lebih kencang," pikirku. Dan kemudian mesin pesawat terdengar lebih keras. "Lalu pesawat mengambil ancang-ancang take off, dan tubuh pesawat terasa ringan mengudara di angkasa," lanjut pikiranku sambil terus menatap ke luar jendela. Pesawat mengudara.
"Lalu pesawat akan melakukan gerakan jurusan tiga angka," pikirku. Di benakku tergambar hitung-hitungan rumus jurusan tiga angka beserta koordinat-koordinat nya. Pesawat memutar pada jurusan tiga angkanya, menyongsong awan putih yang bergumpal-gumpal di hadapan.
"Selamat datang, Cinta," bisikku, menatap keagungan, keindahan, dan kemegahan Sang Maha Cinta yang terhampar sambil berlinang air mata. Sejauh mata memandang, renda-renda awannya terajut dengan apik. Ada yang berbentuk pulau, pohon, gunung, lembah, panda, kupu-kupu dan lainnya dengan gradasi warna yang begitu memukau. Tak ada keindahan yang lebih menyesakkan kesadaranku sebagai manusia hingga ke ujung rambutku daripada mengapung di dalam kemegahan awan-Nya, dengan cahaya mentari tersembul malu-malu di balik setiap lengkungnya. Ingin rasanya aku menghamparkan sajadahku di salah satu pulau-pulau awan itu dan bersujud pada-Nya. Bukankah tidak ada yang lebih indah daripada shalat di atas awan? Kata-kata pujian rasanya tak cukup menggambarkan keindahan itu. Pagi yang tersenyum di jendela pesawat di samping tempat dudukku. Merengkuhku ke dalam pelukannya dan mengucapkan selamat datang padaku sambil mengatakan bahwa selama aku berada dalam genggaman-Nya, aku
akan baik-baik saja. Hanya karena kuasa-Nya lah, pesawat-pesawat mengapung di udara dan kapal-kapal mengapung di atas air. Kota yang semakin lama semakin kecil tampak dari atas. Apalagi manusia. Bagai setitik debu di dalam hamparan kemulian-Nya.
Begitulah awan-awan menari bersamaku sepanjang perjalanan, kadang cahaya warna warni yang terbias dari sisa-sisa awan hujan melambai-lambai, seiring dengan liukan badan pesawat membelah angkasa. Aku bermain-main dengan wajah berbinar di dalam keindahan itu sehingga nyaris tak kupedulikan pramugari yang membagikan makanan dan minuman, orang-orang di sebelahku yang acuh tak acuh menatap awan di luar jendela, dan rengekan anak kecil yang ribut berebut permen di bangku barisan depan. "Keindahan hanya dapat dilihat pada orang yang belum pernah melihat keindahan itu, sehingga bagi orang yang sering melihat keindahan tersebut, semuanya tampak biasa-biasa saja," pikir saya.
Hingga akhirnya pesawat mendarat dengan mulus di bandara Minangkabau, udara dingin mengibarkan kerudung hitam saya, mengelus pipi saya serta gunung-gunungnya mengangguk mengucapkan selamat datang pada saya. Gunung-gunung yang menggapai langit, yang renda-renda awannya lembut meliputi hampir sebagian tubuh mereka, dan pohon-pohon beraneka ragam jenis dan bentuknya terangguk-angguk bertasbih pada Allah.
Dan di sela-sela senyuman hangat Mbak Uri yang menyambut saya di pintu gerbang bandara, saya mengedipkan mata pada awan yang berarak berjengkal-jengkal di atas kepala saya seraya berbisik, "Ya Allah, Engkau keren sekali!"
Bandara Soekarno Hatta, Jakarta â" Bandara Minangkabau, Padang, Selasa, 30 September 2008 dini hari-pagi
********
http://mutiaracinta .multiply. com
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions. .yahoo.com/ newdomains/ id/
- 10a.
-
Re: Salam kenal dari anggota baru
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Tue Oct 7, 2008 10:59 pm (PDT)
Kang mas salim, selamat datang di sekolah ini.
Sekolah yang membicarakan seputar kehidupan.
Sebelumnya, mohon maaf khawatir nantinya tidak sesuai dengan harapan. kalo
milis ini tidak hanya sekedar tulis menulis. Yang lebih dari itu adalah
bagaimana kita dapat memberikan kisah kehidupan kita dan sekitar kita untuk
semuanya, bagaimana caranya? salah satunya melalui tulisan.
Tidak hanya itu, beberapa waktu yang lalu sebuah program 1000 cinta untuk
1000 musholla pun diadakan di beberapa tempat dan kota.
So, marilah kita sama-sama memberikan CINTA untuk semuanya melalui milis
ini. Yang paling mungkin di dunia maya adalah dengan tulisan kehidupan.
Mohon maaf lahir dan batin
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
Ph/fax: (+6222) 2507537
- 11.
-
Bls: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
Posted by: "sis Sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Tue Oct 7, 2008 11:55 pm (PDT)
Wah.........
Menyenangkan sekali, Cinta. di hari yang fitri di saat semua orang menundukkan wajahnya seraya meminta maaf, di Payakumbuh ada oase cinta.
senang membaca cerita njenengan Bu Lia........
-sis-
--- Pada Sel, 7/10/08, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com > menulis:
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 12a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Di
Posted by: "noni fauziah" alycra@yahoo.com
Wed Oct 8, 2008 1:25 am (PDT)
wa'alaikum salam,
mas, saya udah daftar k link yg d rekomendasikan n dah berhasil, tp saya tggu mpe skrg gak ada konfirmasinya tuh..saya udh cek k spam juga, hasilnya nihil...
Â
mohon d bantu tindak lanjutnya
Â
thx
noni
----- Pesan Asli ----
Dari: Jonru <jonrusaja@gmail.com >
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Terkirim: Selasa, 7 Oktober, 2008 12:48:06
Topik: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Dibuka Kembali!
Assallamualaikum,
Belajar menulis lewat internet memang asyik!
Anda tak perlu ke luar rumah, tak perlu meninggalkan aktivitas lain.
Anda bisa belajar langsung dari depan komputer.
Kini, pendaftaran Sekolah-Menulis Online (SMO) dibuka kembali.
SMO kini hadir dengan konsep baru! Sistem per angkatan tidak berlaku lagi.
Kini, Anda bisa langsung belajar SEGERA setelah mendaftar.
Tak perlu menunggu lagi!
Bahkan investasi kepesertaan kini bisa dicicil perbulan. Tak perlu
lagi bayar sekaligus di depan.
Berminat?
Klik segera: http://smo.belajarm enulis.com
--
Thanks dan wassalam
Jonru
Founder PenulisLepas. com & BelajarMenulis. com
http://www.penulisl epas.com/ v2
http://www.belajarm enulis.com/
Telp: 0852-1701-4194 / 021-9829-3326
YM: jonrusaja
Belajar Menulis Jarak Jauh, Kapan Saja di Mana Saja, Berlaku Internasional
=====>>> http://www.SekolahM enulisOnline. com
Mau menerbitkan buku tapi belum tahu caranya?
http://www.naskahok e.com/e-mbig :)
Peluang Bisnis untuk Penulis?
===>>> http://bisnis. penulislepas. com/
Personal blog:
http://www.jonru. net
http://jonru. multiply. com
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ - 12b.
-
Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Onlin
Posted by: "Jonru" jonrusaja@gmail.com j0nru
Wed Oct 8, 2008 1:29 am (PDT)
Noni...
Mungkin ini maksudnya newsletter yang gratis itu ya?
Kalau ya, mungkin servernya yang lagi lelet.
Biasanya sih, semua pesan terkirim secara otomatis dari server.
Ditunggu saja ya
thanks
Jonru
2008/10/8 noni fauziah <alycra@yahoo.com >:
> wa'alaikum salam,
>
> mas, saya udah daftar k link yg d rekomendasikan n dah berhasil, tp saya
> tggu mpe skrg gak ada konfirmasinya tuh..saya udh cek k spam juga, hasilnya
> nihil...
>
>
>
> mohon d bantu tindak lanjutnya
>
>
>
> thx
>
> noni
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: Jonru <jonrusaja@gmail.com >
> Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Terkirim: Selasa, 7 Oktober, 2008 12:48:06
> Topik: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Dibuka
> Kembali!
>
> Assallamualaikum,
>
> Belajar menulis lewat internet memang asyik!
> Anda tak perlu ke luar rumah, tak perlu meninggalkan aktivitas lain.
> Anda bisa belajar langsung dari depan komputer.
>
> Kini, pendaftaran Sekolah-Menulis Online (SMO) dibuka kembali.
>
> SMO kini hadir dengan konsep baru! Sistem per angkatan tidak berlaku lagi.
>
> Kini, Anda bisa langsung belajar SEGERA setelah mendaftar.
> Tak perlu menunggu lagi!
>
> Bahkan investasi kepesertaan kini bisa dicicil perbulan. Tak perlu
> lagi bayar sekaligus di depan.
>
> Berminat?
> Klik segera: http://smo.belajarm enulis.com
>
> --
> Thanks dan wassalam
>
> Jonru
> Founder PenulisLepas. com & BelajarMenulis. com
> http://www.penulisl epas.com/ v2
> http://www.belajarm enulis.com/
> Telp: 0852-1701-4194 / 021-9829-3326
> YM: jonrusaja
>
> Belajar Menulis Jarak Jauh, Kapan Saja di Mana Saja, Berlaku Internasional
> =====>>> http://www.SekolahM enulisOnline. com
>
- 12c.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Di
Posted by: "noni fauziah" alycra@yahoo.com
Wed Oct 8, 2008 1:33 am (PDT)
wa'alaikum salam,
mas, saya udah daftar k link yg d rekomendasikan n dah berhasil, tp saya tggu mpe skrg gak ada konfirmasinya tuh..saya udh cek k spam juga, hasilnya nihil...
Â
mohon d bantu tindak lanjutnya
Â
thx
noni
----- Pesan Asli ----
Dari: Jonru <jonrusaja@gmail.com >
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Terkirim: Selasa, 7 Oktober, 2008 12:48:06
Topik: [sekolah-kehidupan] Info: Pendaftaran Sekolah-Menulis Online Dibuka Kembali!
Assallamualaikum,
Belajar menulis lewat internet memang asyik!
Anda tak perlu ke luar rumah, tak perlu meninggalkan aktivitas lain.
Anda bisa belajar langsung dari depan komputer.
Kini, pendaftaran Sekolah-Menulis Online (SMO) dibuka kembali.
SMO kini hadir dengan konsep baru! Sistem per angkatan tidak berlaku lagi.
Kini, Anda bisa langsung belajar SEGERA setelah mendaftar.
Tak perlu menunggu lagi!
Bahkan investasi kepesertaan kini bisa dicicil perbulan. Tak perlu
lagi bayar sekaligus di depan.
Berminat?
Klik segera: http://smo.belajarm enulis.com
--
Thanks dan wassalam
Jonru
Founder PenulisLepas. com & BelajarMenulis. com
http://www.penulisl epas.com/ v2
http://www.belajarm enulis.com/
Telp: 0852-1701-4194 / 021-9829-3326
YM: jonrusaja
Belajar Menulis Jarak Jauh, Kapan Saja di Mana Saja, Berlaku Internasional
=====>>> http://www.SekolahM enulisOnline. com
Mau menerbitkan buku tapi belum tahu caranya?
http://www.naskahok e.com/e-mbig :)
Peluang Bisnis untuk Penulis?
===>>> http://bisnis. penulislepas. com/
Personal blog:
http://www.jonru. net
http://jonru. multiply. com
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 13.
-
salam kenal ,sekolah menulis anak juga sudah dibuka
Posted by: "Aimee" itsmeanggi@yahoo.com itsmeanggi
Wed Oct 8, 2008 1:52 am (PDT)
Salam kenal
senang saya join disini
saya ibu, dari anak 2,5 tahun.
berawal dari anak saya yang sudah suka tulis menulis, menelusuri alat
bantu baca tulis mencetak A-Z dengan benar , mengeja kalimat , baik
huruf besar dan kecil...akhirnya saya juga membuka metode mengajarkan
menulis anak yang menyenangkan....
proses menulis membutuhkan aspek2x penting dalam tubuh,
saya mengajar mulai dari anak bisa grasping, merespon objek yang
bergerak, hingga anak2x.....
sekarang ini, untuk masuk sekolah aja perlu persyaratan khusus,
sehingga kita dituntut untuk mengajarkan menulis yang menyenangkan
supaya tidak bosan
saya sudah punya rekan ( saya sebut utk bapak ibu yang mempercayakan
saya mengajarkan menulis pada anaknya) yang saat ini belum punya anak
( masih dalam kandungan), namun pengin banyak belajar...
ga masalah....saya terbuka....
background saya medis..saya ada klinik di jakarta timur....
oh iya dan saya ada access untuk website kurikulum di
www.enchantedlearning.com ( website berbahasa inggris )
jika bapak dan ibu guru berminat untuk mendapatkan filenya ( susah
donwload, saya bantu dengan CD kapasitas 300 mega)
jika bapak ibu ada putra-putrinya yang belum senang menulis, silahkan
email saya : utami.anggi@yahoo.com
salam
- 14a.
-
Semoga Berhasil: Re: (ruang keluarga) Sebuah Jalan Cinta
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Oct 8, 2008 3:20 am (PDT)
makasih mas sismanto...
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "sismanto" <siril_wafa@com ...>
wrote:
>
> Semoga cepet selesai mbah reseacrh studentnya,tapi menurutku itu
> keputusan yang tepat . . ."Inna allaha ma'ana"
>
> -sis-
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "inga_fety" <inga_fety@>com
> wrote:
> >
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar