Messages In This Digest (25 Messages)
- 1a.
- Re: MENGKRITISI FILM LOVE IS CINTA (CATATAN KAKI) From: ukhti hazimah
- 2a.
- [artikel] Makin habis 'kenangan' Indonesia From: ukhti hazimah
- 2b.
- Deorama Menantang Pagi From: satya aditya
- 2c.
- Re: [artikel] Makin habis 'kenangan' Indonesia From: bApaKne vLeA
- 3a.
- [Kelana] Bukittinggi Dalam Cinta From: Lia Octavia
- 3b.
- Re: [Kelana] Bukittinggi Dalam Cinta From: Pandika Sampurna
- 4a.
- Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan From: Lia Octavia
- 4b.
- Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan From: Bu CaturCatriks
- 4c.
- Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan From: Ain Nisa
- 5a.
- Re: [Kelana] Menyusuri Perjalanan Cinta Hamka From: Lia Octavia
- 6.
- wajib kunjung untuk ngakak From: Jenny Jusuf
- 7.
- (Ruang Baca) Ulasan Novel Fantasi Terjemahan: Maximum Ride #2, Sekol From: Rini Agus Hadiyono
- 8.
- terimakasih (dari panitia talkshow anak muda, fIlm, & dakwah) From: Wildan Nugraha
- 9a.
- (catcil) pagi yg indah From: Bu CaturCatriks
- 9b.
- Re: (catcil) pagi yg indah From: Nia Robiatun Jumiah
- 9c.
- Re: (catcil) pagi yg indah From: yudhi mulianto
- 10.
- (Tantangan): Proyek "Laskar Pelangi" From: Pandika Sampurna
- 11.
- KISAH NOVEL "THE SCARLET LETTER" From: Pandika Sampurna
- 12.
- Evaluasi PascaRamadhan 1429 H From: Annisa Sholihah
- 13a.
- Re: HAKI SK From: SyaSya
- 13b.
- Re: HAKI SK From: bApaKne vLeA
- 13c.
- Re: HAKI SK From: Pandika Sampurna
- 14a.
- Re: Sumber Inspirasi Menulis From: Pandika Sampurna
- 14b.
- Re: Sumber Inspirasi Menulis From: Bu CaturCatriks
- 15.
- [LONCENG] I-SK, Ada apa dibalik senyum bu guru Dyah, yang kian meman From: Nia Robiatun Jumiah
Messages
- 1a.
-
Re: MENGKRITISI FILM LOVE IS CINTA (CATATAN KAKI)
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Thu Oct 9, 2008 5:13 am (PDT)
Anda pernah menonton film Love is Cinta? Gaaaaakkkk!!!!! hehehe...
ini baru satu film ya pak, masih banyak tuh berjejer di papan blackboard gede depan mall-mall film yang senada. Walaupun gitu ada secercah cahaya di tengah gulita [hiyaaaaaa....!!] seperti kun fayakun, laskar pelangi, rindu kami padaMu dkk dsb dll...moga aja para sineas yang sadar pentingnya film bermutu bisa terus menghasilkan karya yang bisa membuat kepala kita berpikir jernih. Tetep optimis!!tfs pak ^_^:sinta:
Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^
www.sinthionk.rezaervani. com
www.sinthionk.multiply. com YM: sinthionk
--- On Thu, 10/9/08, arya noor amarsyah arya <arnabgaizir@yahoo.co. > wrote:id
From: arya noor amarsyah arya <arnabgaizir@yahoo.co. >id
Subject: [sekolah-kehidupan] MENGKRITISI FILM LOVE IS CINTA (CATATAN KAKI)
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Thursday, October 9, 2008, 10:31 AM
MENGKRITISI FILM LOVE IS CINTA
- 2a.
-
[artikel] Makin habis 'kenangan' Indonesia
Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com ukhtihazimah
Thu Oct 9, 2008 5:49 am (PDT)
Sekali lagi 'kenangan' Indonesia dijual, benda-benda purbakala yang jadi aset dan 'pengukir' sejarah, dijual oleh orang dalam. Jadi ngeri bayangin Indonesia beberapa tahun ke depan buta sejarah karena bukti-buktinya pada amblas!!Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^
www.sinthionk.rezaervani. com
www.sinthionk.multiply. com YM: sinthionk
--- On Thu, 10/9/08, mediacare <mediacare@cbn.net.id > wrote:
From: mediacare <mediacare@cbn.net.id >
Subject: [ac-i] Batu Kuya dijual Rp 4 miliar
To: "aci" <artculture-indonesia@yahoogroups. >, babadbali@yahoogroucom ps.com , "media jabar" <media-jabar@yahoogroups. >, "media bali" <media-bali@yahoogrocom ups.com >, balinet@yahoogroups.com , "zamanku" <zamanku@yahoogroups.com >, ppiindia@yahoogroups.com
Date: Thursday, October 9, 2008, 12:12 PM
Prof Uka yakin
Peninggalan Purnawarman dan Zaman Megalithikum
Batu Kuya Rp.4
Miliar
BOGOR - Batu Kuya yang dicuri dari tempat asalnya di kawasan
Hutan Lindung Haur Bentes Desa Pasirmadang Kecamatan Sukajaya ternyata bernilai
miliaran. Tak tanggung-tanggung, batu langka tersebut dijual Rp4 miliar kepada
kolektor dari Korea.
Demikian data yang didapat Radar Bogor dari Profesor Uka Tjandrasasmita yang
bersama timnya sudah menelusuri bisnis benda unik dan bernilai tinggi itu.
Selain itu, saking tingginya nilai jual batu tersebut, para pemburu Batu Kuya
menghabiskan Rp300 juta untuk membangun jalan menuju lokasi.
Menurut Uka, sangat tidak masuk akal batu yang dibawa dengan truk kontainer
itu tidak memiliki nilai sejarah. Batu yang diperkirakan seberat 50 ton itu
dijual dengan harga tinggi sekitar Rp4 miliar oleh oknum penjualnya. Bahkan,
untuk mengangkutnya saja penjual harus membuka jalan terlebih dulu dengan dana
yang mencapai Rp300 juta.
Dari konteks sejarah, Uka melihat kawasan hutan lindung di barat Kabupaten
Bogor itu masih bertebaran situs-situs sejarah peninggalan Kerajaan Tarumanegara
pimpinan Raja Purnawarman. Kerajaan Tarumanegara adalah salah satu kerajaan
tertua di Indonesia dan terkuat di Jawa Barat serta berkembang sekitar abad V
Masehi. "Jumlah situs di sana masih sangat banyak dan belum semuanya
teridentifikasi," ujarnya.
Uka mengatakan, binatang kura-kura bagi Raja Purnawarman merupakan binatang
suci. Atau bisa juga merupakan jelmaan dari Dewa Wishnu. "Dewa Wishnu adalah
dewa tertinggi yang disembah Purnawarman. Purnawarman sendiri adalah penganut
Hindu Wishnu. Dia memerintahkan masyarakat menyembah Dewa Wishnu. Jadi, bisa
dipastikan bahwa Batu Kuya itu peninggalan Kerajaan Tarumanegara," beber pria
yang pernah menjabat Direktur Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1980 ini.
Kalaupun bukan berasal dari zaman kerajaan Tarumanegara, Uka menilai Batu
Kuya itu pasti memiliki sejarah. "Bisa saja batu itu berasal dari zaman
Megalitikum (zaman batu besar-satu fase zaman pra sejarah, red), karena
bentuknya sangat halus. Saya tidak yakin jika batu itu dibentuk alam. Itu
pasti diukir manusia,'' tegasnya.
Untuk itu, Uka meminta aparat kepolisian mengusut siapa penjual yang sudah
menginjak-injak sejarah sendiri demi uang. Oknum penjual pun bisa terjerat UU
No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.
Dalam Pasal 26 UU tersebut dikatakan siapa pun yang dengan sengaja membawa,
memindahkan, mengambil tanpa izin benda cagar budaya akan diancam kurungan
sebanyak-banyaknya 10 tahun penjara. Dalam Pasal 12 disebutkan, setiap orang
dilarang mencari benda cagar budaya atau benda berharga yang tidak diketahui
pemiliknya dengan cara penggalian, penyelaman, pengangkatan, atau dengan cara
pencarian lainnya, tanpa izin dari pemerintah.
"Apalagi pengambilan Batu Kuya itu terbukti tanpa izin dan akan dibawa ke
luar negeri," imbuh Uka.
Sementara itu, Rositi yang mewakili Depbudpar mengatakan, sudah bukan
kewenangan lembaganya menindaklanjuti masalah Batu Kuya. "Kewenangan saat ini
ada di tangan pemerintah setempat (Pemkab Bogor, red). Apakah mereka akan
mengusutnya lebih lanjut atau tidak," ujarnya.
Kepala Subdirektorat Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata (Depbudpar) itu mengatakan, batu itu bukan situs melainkan batu alam
biasa dan bukan merupakan buatan manusia.
"Setelah tim kami meneliti, tidak ada jejak bahwa batu itu peninggalan
sejarah kerajaan. Batu itu hanya batu biasa yang bentuknya mirip kura-kura,"
kata Rositi saat dihubungi Radar Bogor, kemarin.
Dewan Minta Perhutani Lapor Polisi
Sementara itu, reaksi keras soal raibnya Batu Kuya dan kini diketahui berada
di Jakarta, muncul dari kalangan anggota DPRD Kabupaten Bogor. Para wakil rakyat
yang saat ini sedang sibuk jelang Pilbup Bogor putaran II itu menyayangkan
kurang aktifnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bogor
dalam melestarikan benda cagar budaya.
Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bogor Wawan Risdiawan meminta pihak berwenang
segera mengusut dan menyelidiki siapa di balik penjualannya. Di masyarakat
sekitar TKP mencuat ada dugaan oknum anggota dewan yang berada di balik batu
dengan berat 50 ton itu. "Pokoknya, siapa pun yang terlibat kepolisian harus
bisa mengungkapnya," tegas Wawan kepada Radar Bogor.
Sedangkan anggota dewan dari Komisi A Hidayat Royani mengatakan, Disbudpar
harus mengambil langkah cepat dan berkoordinasi dengan Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata (Depbudpar). Selain itu, Hidayat juga merasa Departemen Kehutanan
dirugikan karena lokasi Batu Kuya berada di kawasan hutan lindung milik
Perhutani.
"Jika benda itu bukan benda cagar budaya, saya harap Perhutani melaporkan ke
pihak berwajib sebagai tindak pencurian karena penjual tidak meminta izin
terlebih dulu pada Perhutani," kata Hidayat. Politisi muda itu menambahkan,
langkah Perhutani melaporkan ke polisi merupakan langkah yang baik agar
masyarakat tidak sembarangan mengambil barang-barang milik negara.
Informasi Disbudpar Kabupaten Bogor, hilangnya Batu Kuya sebenarnya sudah
dilaporkan ke Polres Bogor dengan laporan sebagai benda purbakala yang hilang.
Namun karena hasil penelitian Depbudpar bahwa batu itu bukan benda purbakala,
kepolisian tidak bisa menindaklanjutinya.
"Saya pikir kepolisian harus menindaklanjutinya. Perkara itu benda cagar
budaya atau bukan, yang namanya pencurian harus diusut," tambah politisi dari
Golkar itu. Apalagi diketahui bahwa proses pengembalian batu itu harus merusak
hutan untuk sekadar membuat jalan masuk truk kontainer pembawa batu
tersebut.
Polres Siap Usut
Kasat Reskrim Polres Bogor AKP M Santoso kepada Radar Bogor membenarkan
perihal pengawalan Batu Kuya. Pihaknya juga siap mengusut tuntas bila ada
kepastian mengenai status Batu Kuya.
Mengenai pengawalan yang dilakukan kepolisian saat pengangkutan batu dari
lokasinya, Santoso menjelaskan, pengawalan dilakukan atas inisiatif anggota dan
tujuannya tidak mengganggu lalulintas. Saat pengawalan, petugas tidak mengetahui
bahwa itu benda purbakala.
"Benar. Di jalan memang ada pengawalan yang dilakukan petugas kepolisian,
tapi itu hanya inisiatif anggota. Sebab, sebelumnya tidak ada permintaan resmi
dari pemilik batu ke Polres Bogor untuk dikawal kepolisian," katanya.
Menurut Santoso, Polres Bogor siap memproses kasus itu jika hasil penelitian
benar-benar purbakala. Namun kini belum ada alat bukti permulaan yang bisa
digunakan kepolisian untuk melakukan penyelidikan.
Sesuai UU No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, lanjut dia, setiap
orang yang menemukan atau mengetahui benda tersebut wajib melapor kepada
pemerintah. Jika tidak, orang yang bersangkutan akan dikenakan hukuman sesuai
ketentuan yang berlaku.
(RADAR BOGOR)
http://www.radar- bogor.co. id/?ar_id= MTk0MTk=&click=MTEz
Hadi Darajat
Graphic Designer
P. +62 251 8651809
M. +62 8157120873
E.
hadeesign@yahoo. com
Blog: http://www.hadeesig n.wordpress. com
Website:
http://www.balebat- online.com
- 2b.
-
Deorama Menantang Pagi
Posted by: "satya aditya" ukasah_aditya@yahoo.com ukasah_aditya
Thu Oct 9, 2008 8:07 am (PDT)
Kenapa kita tidak tantang mentari untuk tetap sembunyi dibalik pagi..?
Agar semua pernyataan tidak kembali menjadi pertanyaan
Seperti pertanyaan yang akan kembali dinyatakan sebagai pernyataan.
Agar semua pernyataan termaktum sebagai pertanyaan yang ditulis dengan pernyataan, tanpa ada ruang kenyataan yang menjelaskan sebuah pertanyaan yang ada dalam pernyataan.
Mari membumi melewati hari,
Melukis keindahan pagi dalam tragedi yang menanti
Dalam sesak yang menyeruak dada
Yang terhimpit bebatuan kenyataan bahwa aku menanti hari tanpa-Mu di sini
Sebelum makna menemukan artinya sendiri
Sebelum mata pena berkarat dan menolak terisi kembali
Atau sebelum darah mulai mengering
Dan sebelum matahari terkhianati pagi
Ohhh.. kau mentari-Ku
Kenapa kita tidak tantang hari untuk sama-sama melewati
Di atas langit dan awan yang terhunus
Sampai kita mengerti hari
Bahwa pagi tak pernah mengkhianati-Mu
Mentari-Ku..!!!
Ukasah aditya
Deorama Menantang pagi
Bekasi, oktober 2008
http://cerminhati.multiply. com
- 2c.
-
Re: [artikel] Makin habis 'kenangan' Indonesia
Posted by: "bApaKne vLeA" kampungcahaya@yahoo.com kampungcahaya
Thu Oct 9, 2008 12:34 pm (PDT)
pilihan yg sulit, mbak sinta. karna nasib benda2 itu kalau tidak lenyap dijual ya lenyap dimakan usia karna tidak terawat :(
ini misalnya......
Menyibak Cerita dari Situs-Situs Sejarah di Malang Raya
Jan. 1st, 2008 by henri
Dari Kampung Ken Dedes hingga Karuman, Nyaris Terlupakan
Ada beberapa ceceran situs sejarah di Malang Raya. Ada cerita yang bisa dirangkai dari situs-situs itu. Sayangnya, hinga kini masih sulit bagi masyarakat awam untuk berwisata, melihat, dan membaca sejarahnya.
Yosi Arbianto, MALANG
Sebuah batu, berbentuk lempeng bundar berdiameter kira-kira 40 centimeter teronggok di teras rumah Nur Mulya, warga Jalan Cakalang 541 Kelurahan Polowijen Kota Malang. Ada sebuah benjolan tepat di atas lempeng batu bundar itu. Bentuk batu itu pun mirip kenong. Kenong adalah sebuah instrumen gamelan Jawa yang dipukul.
"Dari batu inilah, kampung sini dinamakan Kampung Watukenong. Karena ada batu berbentuk seperti kenong," ungkap Subandi, kakek 65 tahun yang rumahnya tepat di seberang lokasi batu tersebut.
Semenjak dia lahir, batu tersebut tetap berada di tempat itu. Sebelum berdiri rumah milik Nur Mulya, lokasi itu adalah lahan kosong. Ada pepohonan di tempat itu. Batu kenong itu, juga tetap di tempat itu. Bedanya kini, batu itu diletakkan di atas lantai porselin. Sebelumnya diletakkan di tanah. "Tetapi posisinya dari dulu ya di situ. Tidak diubah-ubah," imbuh Subandi.
Menurut mitos warga setempat, batu tersebut sengaja tidak dipindah karena takut terjadi sesuatu. Warga memercayai ada pengaruh mistis. Sehingga warga pun membiarkan batu itu sampai kapan pun. "Ya biarkan di sini saja. Sebagai tanda kampung ini," katanya.
Meski menurut warga batu itu menjadi asal usul nama kampung Watukenong, namun tidak ada yang berinisitif untuk merawatnya. Termasuk juga membuat semacam situs sejarah untuk kampung tersebut.
Bagi orang yang ingin mengetahuinya, ketika tidak dicari dengan seksama dan bertanya ke sana kemari, sulit menemukannya. Sebab batu itu sekilas tampak seperti batu uumnya, berlumut, dan ada di sela-sela tanaman. Posisinya pun di perkampungan padat ujung utara Kota Malang.
"Ya biarkan saja. Mungkin pemerintah yang mau memelihara," kata Subandi enteng.
Situs di Polowijen lainnya adalah sebuah Sumur Windu Abad XI. Dipercaya, situs tersebut merupakan tempat mandi Ken Dedes, istri dari Ken Arok, salah satu Raja Kerajaan Singasari. Dahulunya berbentuk sumur tua yang tidak terawat. Baru pada 2002, ada budayawan yang peduli dan rela mengeluarkan dana pribadinya untuk membangun petilasan di sumur tua tersebut. Ada papan penunjuk ke arah situs ini. Sehingga masyarakat lebih mudah ketika ingin melihatnya.
Mbah Sawun, penjaga situs tersebut mengatakan, banyak yang datang ke situs tersebut di waktu-waktu tertentu. Tujuannya pun beraneka ragam. Ada yang sekadar melihat-lihat, ada juga yang ingin bertapa. Yang pasti, nenek 90 tahun ini percaya bahwa dahulunya adalah tempat mandi Ken Dedes, permaisuri Raja Singasari abad ke XI itu.
Selain di Kelurahan Polowijen, daerah yang banyak terdapat ceceran situs sejarah Malang adalah Kelurahan Merjosari. Beberapa situs kurang terawat dan sulit untuk ditemukan. Salah satunya adalah situs peninggalan kerajaan Kanjuruhan abad VII yang ada di Merjosari Barat. Situs berbentuk Singa (kepalanya hilang) tersebut ada di tengah sawah, tepatnya di ladang jagung.
Bagi yang tertarik untuk melihatnya, sangat sulit menemukannya. Tidak ada papan penunjuk atau pagar pembatas. Situs itu ada di tengah sawah yang ada di tengah kampung. Dari jalan raya tidak tampak. Harus turun ke ladang jagung dan menyibaknya, baru kelihatan sebuah arca batu. Ada pagar kayu seadanya yang diberikan oleh seseorang.
"Kadang ada saja orang yang datang malam-malam ke situ. Macam-macam maksudnya. Arca itu tak pernah diangkat dan dirawat. Ya begitu dari dulu," kata Mulyani, kata seorang warga yang bermukim di sebelah selatan situs tersebut.
Terkait ceceran situs tentang sejarah Malang yang kurang mendapat perhatian tersebut, Blasius Suprapto, arkeolog dari Universitas Negeri Malang (UM) ikut menyayangkan. Selain tiga situs itu, masih ada beberapa situs lainnya yang kini tidak mudah ditemukan. Padahal, situs tersebut adalah rangkaian perjalanan cerita Malang.
Situs lainnya adalah Punden Karuman, situs terowongan Karuman, (keduanya ada di Tlogomas), situs Kebalon, (ada di Kotalama), dan situs di Gunung Buring. "Bagus juga kalau pemkot memperhatikan. Saya rasa laku dijual dari sisi pariwisata. Saat ini ya kondisinya seadanya saja," katanya.
Blasius menjelaskan, ceceran situs di Merjosari patut untuk dilestarikan karena menggambarkan bahwa Malang adalah pusat peradaban mulai abad VII. Saat itu yang memerintah adalah Kerajaan Kanjuruhan dengan rajanya yang terkenal Gajayana. Peradaban kala itu maju karena sudah dimulai kurang lebih 3000 tahun sebelum masehi.
Kerajaan Kanjuruhan berpusat dikawasan Dinoyo. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo sendiri ditemukan di Merjosari.
Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan.
"Dinoyo itu pusat pemerintahan abad VII. Jadi apapun peninggalannya, cukup menarik untuk dilihat dan dipamerkan. Prasasti Dinoyo salah satunya," kata dosen sejarah kuno ini.
Ceceran situs di Polowijen (dahulu disebut desa Panawijen) juga sangat penting dilestarikan. Alasannya, Polowijen dipercaya sebagai lokasi bermukimnya Loh Gawe, ayah dari Ken Dedes. Polowijen adalah desa tua yang cukup berkembang di abad XI-XII.
Terkait dengan ceceran situs di sana, Blasius mengatakan patut untuk dilestarikan karena tidak ada di tempat lain. Dari Ken Dedes-lah, muncul tokoh-tokoh pemimpin kerajaan Jawa. Dari desa itu juga Ken Dedes meninggal penuh misteri.
Tentang Watukenong sendiri, sebenarnya batu itu adalah umpak (alas penyangga tiang rumah). Umpak batu itu bisa dikatakan pondasi. Dahulu, rumah-rumah warga selalu ada tiangnya dan batu umpak sebagai alasnya. Masyarakat saat itu sudah menggunakan sedikit teknologi untuk menghindari kayu rumahnya dimakan jamur atau rayap. "Tetapi bisa saja dilestarikan. Karena batu itu ada di desa tua asal usul Ken Dedes," ungkapnya. (*/ing)
Radar Malang, Selasa, 01 Jan 2008
Dana Minim, Ratusan Situs Purbakala
di Jabar Telantar
Bandung, Sinar Harapan
Ratusan situs purbakala di Jawa Barat (Jabar) telantar akibat dana pengelolaan yang minim. Padahal, situs-situs itu potensial sebagai obyek wisata sejarah yang tidak kalah menarik dengan situs- situs lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurut Kepala Balai Pengelolaan Kepurbakalaan dan Nilai Tradisional Jabar, Prama-putra, Jumat (28/5) siang, di wilayahnya terdapat sedikitnya 1.800 situs purbakala, tapi yang terawat tidak lebih dari enam situs yakni Goa Pawon di Padalarang, Situs Batujaya Karawang, Candi Bojongmenje di Cicalengka serta situs Cikuray di Sumedang. "Selebihnya dalam kondisi tidak terawat dan telantar," katanya.
Dia mengungkapkan, penyebab utama tidak terawatnya situs-situs itu semata-mata karena keterbatasan dana. Menurut Pramaputra, anggaran dari pemerintah pusat melalui APBN untuk mengelola situs benda purbakala setiap tahun hanya Rp 2 miliar. Anggaran itu ditambah dari APBD Jabar jelas tidak memadai dibandingkan jumlah situs yang tersebar di berbagai daerah di Jabar.
"Terlebih lagi anggaran tersebut termasuk dengan keperluan membayar gaji juru kunci penjaga situs. Akibat terbatasnya dana pengelolaan dan pemeliharaan ini maka tidak semua situs mendapat perawatan yang memadai," ujarnya.
Pramaputra menyebutkan, idealnya anggaran untuk pengelolaan dan perawatan situs di Jabar adalah sebesar Rp 5 miliar per tahun. Minimnya anggaran pengelolaan dan perawatan ini dianggapnya bertolak belakang dengan UU Benda Cagar Budaya.
Menurutnya, sebagai benda cagar budaya yang harus dilestarikan semestinya pemerintah mengalokasikan dana pengelolaan dan perawatan dalam jumlah yang memadai. Dengan pengelolaan dan perawatan yang memadai maka kecil kemungkinan situs yang ada menjadi rusak karena tidak terawat.
Jabar selama ini dikenal sebagai provinsi yang memiliki banyak situs maupun benda purbakala lainnya. Benda-benda cagar budaya ini tersebar hampir di seluruh daerah di Jabar seperti di Karawang, Cicalengka, Sumedang, Garut serta Tasikmalaya.
Pramaputra mengatakan, bila situs-situs yang ada tidak telantar, maka situs tersebut dapat dijadikan sebagai obyek pariwisata sejarah yang tak kalah menariknya dengan situs-situs lain di Jateng dan Jatim. Situs Batujaya, contohnya. "Di Batujaya data masih lengkap. Kondisinya terawat baik hingga menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi orang," ungkapnya.
Waduk Jatigede
Sementara itu rencana pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang dikhawatirkan akan menenggelamkan situs yang ada di kawasan tersebut. Pramaputra membenarkan keberadaan situs di kawasan yang rencananya untuk pembangunan Waduk Jatigede.
"Ada sekitar 11 situs di lokasi akan dibangunnya Waduk Jatigede. Situs-situs itu merupakan peninggalan Prabu Siliwangi," ujarnya. Namun, Pramaputra menolak berkomentar mengenai kemungkinan situs tersebut akan tenggelam bila Waduk Jatigede jadi dibuat. (dio) http://www.sinarharapan.co.id/ berita/0405/ 29/nus01. html
KORAN TEMPO
Rubrik Laporan Utama
Edisi 2006-05-28
Back
Merana Termakan Usia
Tanah seluas 3,8 hektare itu seperti lahan tak bertuan. Batu sisa reruntuhan bangunan teronggok di sana-sini. Sebagian sudah berlumut.
Rumpun ilalang berdiri tegak di tengah lahan itu. Pucuknya bergoyang ditiup angin. Di sebuah sudut, tampak beberapa ekor kambing dan kerbau sedang mengunyah rumput hijau.
Tanah lapang yang terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Serang, Banten, itu tampak tak terurus. Padahal itu bukan sembarang tanah lapang. Di sana pernah berdiri tegak Keraton Surosowan, pusat Kesultanan Banten. Istana ini dibangun sekitar tahun 1526, ketika Sultan Maulana Hasanuddin berkuasa.
Sayang, warisan sejarah itu dibiarkan telantar. Hampir seluruh bangunan hancur. Yang tersisa hanya puing. Satu-satunya peninggalan yang masih utuh adalah sebuah kolam pemandian yang terletak di tengah bekas keraton. Kolam bernama Roro Denok itu adalah pemandian untuk putra-putri raja. Namun, kolam yang dulu jernih itu kini kotor dan berlumut.
Di luar tembok keraton, berjajar puluhan lapak pedagang kaki lima. Sampah plastik bertebaran di mana-mana. Ketika angin bertiup semilir, bau pesing segera tercium.
Surosowan adalah saksi sejarah kejayaan Kesultanan Banten, yang berkembang pada abad ke-16 hingga ke-19. Sayang, Belanda menghancurkan bangunan itu pada 1808.
Sejak itu, situs sejarah ini bagai tak bertuan. "Melihat kondisi sekarang ini, kami hanya bisa mengelus dada," kata Kepala Balai Peninggalan Purbakala Serang, Zakaria Kasimin, kepada Tempo, Ahad pekan silam.
Zakaria pantas pening kepala. Tak hanya Surosowan, sebagian besar situs sejarah di negeri ini tak terurus. Padahal, bila dikelola serius, situs-situs itu bisa menjadi magnet bagi wisatawan.
Di Tambak Segaran, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, misalnya, batu-batu berelief berserakan di situs Candi Minakjinggo. Candi yang dikenal juga dengan Sanggar Pamelengan itu kini tampak tak terawat.
Di Desa Bejijong, Trowulan, ditemukan juga candi yang kini tertutup atap besar. Candi Gentong, demikian situs itu dinamai, kini juga terbengkalai. Penggalian intensif pernah dilakukan pada 1994-1998, tapi berhenti begitu saja sehingga keindahan candi belum tampak.
Nasib serupa dialami Candi Jiwa di Karawang, Jawa Barat. Candi yang terletak di tengah sawah ini dulunya reruntuhan. Pada 1996, pemerintah mengucurkan dana untuk memugar candi ini. Sejak itu, banyak pelancong berkunjung ke sana.
Kaisin Sapin, petugas Balai Pengelola Peninggalan Purbakala Kabupaten Serang, mengatakan Candi Jiwa juga kerap dikunjungi turis asing. Meski demikian, kondisinya memprihatinkan. Bangunannya tampak kusam dan tidak terawat. Pagar kawat yang mengelilingi candi itu sebagian kini tak lagi mampu berdiri tegak.
Untungnya, tidak semua bangunan bersejarah rusak parah. Beberapa masih berdiri utuh dan tetap terawat. Misalnya situs Muarojambi. Candi yang berdiri di Kota Jambi ini adalah peninggalan purbakala yang terbesar di Indonesia. Berdiri di tepi Sungai Batang Hari, luas situs ini mencapai 12 kilometer persegi.
Muarojambi terdiri atas beberapa bangunan, antara lain Candi Kembar Batu, Kotomahligai, Astano, Gedang 1 dan 2, Kedaton, Gumpung, serta Tinggi. Di sebelah timur terdapat kolam Telaga Rajo.
Selain terdapat bangunan candi, di kompleks Muarojambi berdiri museum situs yang digunakan untuk menyimpan temuan purbakala. Semua bangunan di dalam kompleks itu tetap berdiri utuh.
Museum Sejarah di Jalan Fatahillah, Jakarta, juga tetap berdiri tegak meski sudah berumur ratusan tahun. Sayang, beberapa bagian bangunannya tampak tidak terawat.
Cat tembok gedung yang dulunya adalah bangunan Balai Kota (zaman VOC) itu kini mulai mengelupas. Debu tebal menempel di kisi-kisi jendela. Air mancur yang berada di tengah lapangan Fatahillah juga sudah lama tak berfungsi.
Padahal gedung itu merekam jejak Jakarta, dari zaman prasejarah hingga saat ini. Di museum ini pula Meriam Sijagur yang terkenal itu dan mebel kayu ukir warisan VOC disimpan.
Sri Kusumawati, Kepala Seksi Pameran dan Edukasi Museum Sejarah, mengatakan usia bangunan yang sudah berbilang tahun menyebabkan beberapa bagian gedung mudah rusak. "Kelembaban udara di sini sangat tinggi. Dinding jadi mudah lembab," katanya. Tak jarang, meski sudah berkali-kali dicat, dinding luar museum kembali mengelupas.
Menurut perempuan yang akrab disapa Atiek ini, setiap bulan Pemerintah Daerah DKI Jakarta menganggarkan biaya perawatan gedung. Sayang, Atiek tak ingat persis berapa jumlahnya. "Angkanya memang tidak begitu besar," kata wanita berkacamata ini.
Sejak otonomi daerah diberlakukan, sebagian situs sejarah berada di bawah pengawasan pemerintah daerah. Direktur Geografi Sejarah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Susanto Zuhid mengatakan kewenangan melestarikan situs sejarah berada di pemerintah daerah.
Sayang, kepedulian pemerintah daerah tidak seragam. Ada yang peduli, tapi banyak juga yang tutup mata. Akibatnya, situs yang menyimpan cerita sejarah bangsa ini banyak yang terabaikan.
Tak sedikit pula yang sudah berubah fungsi. "Banyak situs yang sudah menjadi mal, gedung perkantoran, dan pusat bisnis lainnya. Padahal situs tersebut banyak menyimpan peristiwa sejarah," tutur Susanto.
Padahal warisan sejarah itu memegang peran yang cukup penting. Selain menyimpan catatan perjalanan bangsa ini, kata Susanto, situs sejarah bisa menjadi perekat bangsa. Sayang, situs-situs itu merana tak terawat. DEWI RINA | FAIDIL AKBAR | SYAIPUL BAKHORI | NANANG SUTISNA | SUNUDYANTORO
bloglomba, blogbacatulis, anakaletta,
--- On Thu, 10/9/08, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com > wrote:
From: ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] [artikel] Makin habis 'kenangan' Indonesia
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Thursday, October 9, 2008, 7:49 PM
Sekali lagi 'kenangan' Indonesia dijual, benda-benda purbakala yang jadi aset dan 'pengukir' sejarah, dijual oleh orang dalam. Jadi ngeri bayangin Indonesia beberapa tahun ke depan buta sejarah karena bukti-buktinya pada amblas!!Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^
www.sinthionk.rezaervani. com
www.sinthionk.multiply. com YM: sinthionk
- 3a.
-
[Kelana] Bukittinggi Dalam Cinta
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Oct 9, 2008 7:41 am (PDT)
*Bukittinggi Dalam Cinta*
Oleh Lia Octavia
Belum lengkap rasanya bila berkunjung ke Sumatera Barat tetapi
belum mengunjungi Bukittinggi. Kota yang dikelilingi oleh berbagai tempat
wisata di setiap sudutnya telah memanggil saya untuk menjejakkan langkah di
sana. Di hari keempat saya berada di negeri yang dikelilingi oleh
pasak-pasak buminya yang berselimut awan, Mbak Uri memutuskan mengajak saya
untuk menikmati kota Bukittinggi.
Matahari sudah hampir di atas kepala hari itu ketika saya bangun
dari tidur nyenyak saya. Udara dingin disertai dengan hujan rintik-rintik
membuat saya kembali terlelap setelah bersujud pada Sang Maha Cinta dan
bersama-sama riuh itik di halaman serta daun-daun yang meneteskan embun,
menyongsong fajar di hari kedua kemenangan Cinta. Tidur yang benar-benar
berkualitas, setidaknya begitu menurut saya. Lelap. Tanpa mimpi. Mungkin
karena hari-hari sebelumnya saya kurang tidur selama di Jakarta. Mungkin
juga karena beban pikiran saya sudah terbang terbawa angin dari lereng
gunung Merapi dan gunung Singgalang yang merengkuh saya dalam kehangatan
cinta sebuah keluarga yang membuat saya benar-benar merasa berada di rumah.
Di dalam rengkuhan orang-orang yang mencintai saya dan menerima saya apa
adanya.
"Hari ini kita akan berkunjung ke rumah sahabatku di Pasar. Lalu
kita ke Bukittinggi bersama-sama dengan temanku naik mobil," ujar Mbak Uri
ketika ia melihatku sudah terbangun. Pasar adalah pusat kota Payakumbuh.
"Oh gitu. Naik mobil ya? Wah asyik! Kita bisa melihat jam gadang
ya, Mbak!" jawabku sambil merenggangkan otot-otot tubuhku dan menghirup
udara segar yang berhembus dari balik jendela kamar. Segar sekali. Saya
seperti terlahir kembali.
Setelah sarapan pagi yang begitu nikmat, kami pun segera
bersiap-siap. Kedua saudara sepupu Mbak Uri sudah menanti kami berdua dengan
sepeda motor masing-masing. Siap membawa kami mengarungi petualangan baru
hari ini. Di Payakumbuh, motor merupakan kendaraan yang paling disukai oleh
penduduknya. Selain lebih praktis dan cepat, motor dapat mendaki jalan-jalan
yang menanjak atau yang menurun di lereng-lereng gunung. Segera kami berpacu
di atas motor kami masing-masing. Sawah, sungai, kelokan, berkelebat bersama
angin yang bermain-main di ujung kibaran kerudung saya. Awan berarak turut
berlari-lari di atas kepala kami. Sungguh, ngebut di atas motor di
Payakumbuh merupakan suatu kenikmatan tersendiri. Saya tidak perlu
mengenakan saputangan penutup hidung dan mulut karena tidak ada polusi dan
asap tebal kendaraan yang menyesakkan pernapasan. Ngebut dengan pemandangan
indah yang meliuk-liuk dan berkelebat di sekitar saya, membuat saya selalu
merindukan saat-saat seperti ini.
Kami tiba di Pasar dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Uni
Diana, sahabat Mbak Uri, sudah menyambut kami dengan ramah di depan rumahnya
yang besar dan asri. Juga suami dan putranya, Zidane, yang biasa dipanggil
Zizou, turut menemani kami mengobrol sembari bermaaf-maafan dan melepas
kerinduan serta bertukar cerita. Seusai makan siang yang nikmat, kami segera
berangkat ke Bukittinggi. Hujan mulai turun di halaman rumah Uni Diana yang
luas dan berlari-lari di atas atap mobil yang kami tumpangi.
Jalan-jalan sudah mulai dipenuhi kendaraan dan orang-orang yang hendak
bepergian bersilaturahim dengan sanak keluarga mereka. Anak rantau yang
sudah kembali ke pelukan kampung halaman tercinta. Dan di sela-sela jalan
menuruni gunung yang berkelok-kelok serta rimbunnya pohon-pohon di sisi kiri
kanan jalan, saya dapat melihat pendar Cinta di hari nan fitri itu bercahaya
di setiap jabat tangan dan pelukan kerinduan mereka. Mereka yang rela
berlelah-lelah menghabiskan waktu berjam-jam di atas kendaraan bahkan
berhari-hari demi mencapai tanah kelahiran. Mereka yang rela mengeluarkan
seluruh simpanan hasil kerja selama setahun di tanah rantau demi berjumpa
dengan sanak keluarga. Mereka yang mengorbankan begitu banyak waktu dan
tenaga, demi mengucapkan selamat Idul Fitri, memohon maaf lahir batin, dan
memulai segalanya dari titik nol. Arti mudik yang sesungguhnya, yang hanya
baru terasa apabila kita sudah mengalaminya sendiri. Tidak ada yang dapat
membeli cinta. Cinta pada keluarga. Cinta pada kampung halaman. Tidak uang.
Tidak pekerjaan. Tidak waktu. Tidak tenaga. Tidak juga seluruh harta duniawi
di jagat raya ini.
Cinta itu pulalah yang kemudian membawa kami memasuki kota Bukittinggi
dengan selamat. Bukittinggi yang ramai dikunjungi orang dari berbagai asal,
bukan saja dari tanah air, melainkan juga dari mancanegara. Sejauh mata
memandang, hanya keindahan alam yang mampu terekam oleh penglihatan dan
seluruh indera saya. Kota yang ramai dengan kendaraan itu dikelilingi
berbagai tempat wisata di setiap sudutnya. Ngarai Sihanuk di sebelah kiri,
kebun binatang di sebelah kanan, museum rumah Jepang jaman dahulu di bagian
depan saya, dan jam gadang; yang merupakan ikon kota ini berdiri megah di
jantung kota.
Dengan penuh cinta, di bawah siraman hujan lebat, kami berlari-lari dari
tempat parkir mobil menuju menara jam gadang. Saya sudah tidak begitu
memedulikan lagi apakah saya akan basah kuyup atau tidak. Saya juga tidak
memedulikan lagi apakah pilek saya akan bertambah parah atau tidak. Yang
saya tahu, berhujan-hujan dengan Mbak Uri, Uni Diana beserta suami dan si
kecil Zidane, adalah sebuah cinta. Tanpa menghiraukan ketipak kaki kuda yang
menyeret bendi berisikan orang-orang yang dipenuhi dengan cinta, kami
menembus keramaian jalan-jalan kota dan menuju jam gadang. Menara jam gadang
yang berdiri tegak. Bercat putih biru pada dinding-dinding menaranya dan
penunjuk waktu yang tepat. Beratap awan yang berarak tak jauh dari kepala
saya yang seakan memanggil saya untuk meraihnya dan Ngarai Sihanuk yang
mengelilinginya di kejauhan.
Banyak orang berjualan buah tangan di sekitar jam gadang itu. Walau hujan
terus mengguyur, kami tetap bersemangat membeli beberapa buah tangan dengan
harga yang relatif murah sambil sesekali saya membersitkan hidung dan
berusaha meredam pilek yang masih terus mengucur dari hidung saya. Saya
tidak memakan obat pilek sedikit pun sejak saya terserang batuk, pilek, dan
sakit tenggorokan sebelum saya ke Padang. Biarlah kali ini saya membebaskan
tubuh saya dari anti biotik dan obat-obatan yang membuat kepala pusing dan
tidur yang penuh dengan bunga mimpi yang aneh. Walau sebelumnya kondisi
tubuh saya boleh dikatakan tidak terlalu kuat. Bila saya kecapaian atau
kurang tidur atau kurang istirahat atau terlalu sering tidur larut malam,
saya sering jatuh sakit. Demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, sudah
menjadi hal yang tidak mengherankan lagi. Parahnya, selama di Jakarta, demam
saya itu tidak dapat sembuh bila saya biarkan saja tanpa pergi ke dokter.
Dan boleh dikatakan, hampir setiap bulan saya pasti jatuh sakit dan harus
menghabiskan anti biotik dan obat-obatan untuk menurunkan demam saya. Kali
ini berbeda. Saya bertekat tidak akan meminum obat pilek dan sakit
tenggorokan. Dan saya tidak akan membiarkan pilek saya menghalangi saya
untuk menari di haribaan Cinta pada liburan kali ini.
Setelah membeli buah tangan di lapak-lapak yang bertebaran di
samping luar jam gadang, kami harus segera kembali ke Payakumbuh karena
hujan turun makin deras dan agar tidak kemalaman di jalan. Jalan-jalan
Bukittinggi yang macet serta jalan-jalan berkelok menuju Payakumbuh yang
padat serta nyaris sulit untuk bergerak ditambah dengan jarak pandang yang
hanya berkisar satu meter saja, justru membuat cinta semakin berpendar.
Sambil sesekali membersihkan kaca mobil yang buram oleh hembusan udara
dingin serta melemparkan senyum pada orang-orang yang lewat, di situlah
Cinta menautkan hati-hati kami semua, yang membuat Bukittinggi semakin
hangat di dalam dekapan-Nya. Dan karena Cinta di Bukittinggi itulah, saya
tidak mengalami demam di malam harinya. Tidur lelap di dalam kelembutan
malam, yang mengelus awan-awan yang berarak, dan meliputi setiap
gunung-gunung di sana. Di dalam keheningan yang damai.
Bukittinggi, Jumat, 3 Oktober 2008
*********
http://mutiaracinta.multiply. com
- 3b.
-
Re: [Kelana] Bukittinggi Dalam Cinta
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Thu Oct 9, 2008 9:34 pm (PDT)
Lia,
Kalau baca ceritanya, kayak saya sendiri yang jalan-jalan.
Sungguh menarik, apalagi kalau saya sendiri yang ke sana.
Kapan ya?
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *Bukittinggi Dalam Cinta*
>
>
>
> Oleh Lia Octavia
>
>
>
>
>
> Belum lengkap rasanya bila berkunjung ke Sumatera
Barat tetapi
> belum mengunjungi Bukittinggi. Kota yang dikelilingi oleh berbagai
tempat
> wisata di setiap sudutnya telah memanggil saya untuk menjejakkan
langkah di
> sana. Di hari keempat saya berada di negeri yang dikelilingi oleh
> pasak-pasak buminya yang berselimut awan, Mbak Uri memutuskan
mengajak saya
> untuk menikmati kota Bukittinggi.
>
>
>
> Matahari sudah hampir di atas kepala hari itu ketika
saya bangun
> dari tidur nyenyak saya. Udara dingin disertai dengan hujan rintik-
rintik
> membuat saya kembali terlelap setelah bersujud pada Sang Maha
Cinta dan
> bersama-sama riuh itik di halaman serta daun-daun yang meneteskan
embun,
> menyongsong fajar di hari kedua kemenangan Cinta. Tidur yang benar-
benar
> berkualitas, setidaknya begitu menurut saya. Lelap. Tanpa mimpi.
Mungkin
> karena hari-hari sebelumnya saya kurang tidur selama di Jakarta.
Mungkin
> juga karena beban pikiran saya sudah terbang terbawa angin dari
lereng
> gunung Merapi dan gunung Singgalang yang merengkuh saya dalam
kehangatan
> cinta sebuah keluarga yang membuat saya benar-benar merasa berada
di rumah.
> Di dalam rengkuhan orang-orang yang mencintai saya dan menerima
saya apa
> adanya.
>
>
>
> "Hari ini kita akan berkunjung ke rumah sahabatku di
Pasar. Lalu
> kita ke Bukittinggi bersama-sama dengan temanku naik mobil," ujar
Mbak Uri
> ketika ia melihatku sudah terbangun. Pasar adalah pusat kota
Payakumbuh.
>
>
>
> "Oh gitu. Naik mobil ya? Wah asyik! Kita bisa melihat
jam gadang
> ya, Mbak!" jawabku sambil merenggangkan otot-otot tubuhku dan
menghirup
> udara segar yang berhembus dari balik jendela kamar. Segar sekali.
Saya
> seperti terlahir kembali.
>
>
>
> Setelah sarapan pagi yang begitu nikmat, kami pun
segera
> bersiap-siap. Kedua saudara sepupu Mbak Uri sudah menanti kami
berdua dengan
> sepeda motor masing-masing. Siap membawa kami mengarungi
petualangan baru
> hari ini. Di Payakumbuh, motor merupakan kendaraan yang paling
disukai oleh
> penduduknya. Selain lebih praktis dan cepat, motor dapat mendaki
jalan-jalan
> yang menanjak atau yang menurun di lereng-lereng gunung. Segera
kami berpacu
> di atas motor kami masing-masing. Sawah, sungai, kelokan,
berkelebat bersama
> angin yang bermain-main di ujung kibaran kerudung saya. Awan
berarak turut
> berlari-lari di atas kepala kami. Sungguh, ngebut di atas motor di
> Payakumbuh merupakan suatu kenikmatan tersendiri. Saya tidak perlu
> mengenakan saputangan penutup hidung dan mulut karena tidak ada
polusi dan
> asap tebal kendaraan yang menyesakkan pernapasan. Ngebut dengan
pemandangan
> indah yang meliuk-liuk dan berkelebat di sekitar saya, membuat
saya selalu
> merindukan saat-saat seperti ini.
>
>
>
> Kami tiba di Pasar dalam waktu kurang dari tiga puluh
menit. Uni
> Diana, sahabat Mbak Uri, sudah menyambut kami dengan ramah di
depan rumahnya
> yang besar dan asri. Juga suami dan putranya, Zidane, yang biasa
dipanggil
> Zizou, turut menemani kami mengobrol sembari bermaaf-maafan dan
melepas
> kerinduan serta bertukar cerita. Seusai makan siang yang nikmat,
kami segera
> berangkat ke Bukittinggi. Hujan mulai turun di halaman rumah Uni
Diana yang
> luas dan berlari-lari di atas atap mobil yang kami tumpangi.
>
>
>
> Jalan-jalan sudah mulai dipenuhi kendaraan dan orang-orang yang
hendak
> bepergian bersilaturahim dengan sanak keluarga mereka. Anak rantau
yang
> sudah kembali ke pelukan kampung halaman tercinta. Dan di sela-
sela jalan
> menuruni gunung yang berkelok-kelok serta rimbunnya pohon-pohon di
sisi kiri
> kanan jalan, saya dapat melihat pendar Cinta di hari nan fitri itu
bercahaya
> di setiap jabat tangan dan pelukan kerinduan mereka. Mereka yang
rela
> berlelah-lelah menghabiskan waktu berjam-jam di atas kendaraan
bahkan
> berhari-hari demi mencapai tanah kelahiran. Mereka yang rela
mengeluarkan
> seluruh simpanan hasil kerja selama setahun di tanah rantau demi
berjumpa
> dengan sanak keluarga. Mereka yang mengorbankan begitu banyak
waktu dan
> tenaga, demi mengucapkan selamat Idul Fitri, memohon maaf lahir
batin, dan
> memulai segalanya dari titik nol. Arti mudik yang sesungguhnya,
yang hanya
> baru terasa apabila kita sudah mengalaminya sendiri. Tidak ada
yang dapat
> membeli cinta. Cinta pada keluarga. Cinta pada kampung halaman.
Tidak uang.
> Tidak pekerjaan. Tidak waktu. Tidak tenaga. Tidak juga seluruh
harta duniawi
> di jagat raya ini.
>
>
>
> Cinta itu pulalah yang kemudian membawa kami memasuki kota
Bukittinggi
> dengan selamat. Bukittinggi yang ramai dikunjungi orang dari
berbagai asal,
> bukan saja dari tanah air, melainkan juga dari mancanegara. Sejauh
mata
> memandang, hanya keindahan alam yang mampu terekam oleh
penglihatan dan
> seluruh indera saya. Kota yang ramai dengan kendaraan itu
dikelilingi
> berbagai tempat wisata di setiap sudutnya. Ngarai Sihanuk di
sebelah kiri,
> kebun binatang di sebelah kanan, museum rumah Jepang jaman dahulu
di bagian
> depan saya, dan jam gadang; yang merupakan ikon kota ini berdiri
megah di
> jantung kota.
>
>
>
> Dengan penuh cinta, di bawah siraman hujan lebat, kami berlari-
lari dari
> tempat parkir mobil menuju menara jam gadang. Saya sudah tidak
begitu
> memedulikan lagi apakah saya akan basah kuyup atau tidak. Saya
juga tidak
> memedulikan lagi apakah pilek saya akan bertambah parah atau
tidak. Yang
> saya tahu, berhujan-hujan dengan Mbak Uri, Uni Diana beserta suami
dan si
> kecil Zidane, adalah sebuah cinta. Tanpa menghiraukan ketipak kaki
kuda yang
> menyeret bendi berisikan orang-orang yang dipenuhi dengan cinta,
kami
> menembus keramaian jalan-jalan kota dan menuju jam gadang. Menara
jam gadang
> yang berdiri tegak. Bercat putih biru pada dinding-dinding
menaranya dan
> penunjuk waktu yang tepat. Beratap awan yang berarak tak jauh dari
kepala
> saya yang seakan memanggil saya untuk meraihnya dan Ngarai Sihanuk
yang
> mengelilinginya di kejauhan.
>
>
>
> Banyak orang berjualan buah tangan di sekitar jam gadang itu.
Walau hujan
> terus mengguyur, kami tetap bersemangat membeli beberapa buah
tangan dengan
> harga yang relatif murah sambil sesekali saya membersitkan hidung
dan
> berusaha meredam pilek yang masih terus mengucur dari hidung saya.
Saya
> tidak memakan obat pilek sedikit pun sejak saya terserang batuk,
pilek, dan
> sakit tenggorokan sebelum saya ke Padang. Biarlah kali ini saya
membebaskan
> tubuh saya dari anti biotik dan obat-obatan yang membuat kepala
pusing dan
> tidur yang penuh dengan bunga mimpi yang aneh. Walau sebelumnya
kondisi
> tubuh saya boleh dikatakan tidak terlalu kuat. Bila saya kecapaian
atau
> kurang tidur atau kurang istirahat atau terlalu sering tidur larut
malam,
> saya sering jatuh sakit. Demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek,
sudah
> menjadi hal yang tidak mengherankan lagi. Parahnya, selama di
Jakarta, demam
> saya itu tidak dapat sembuh bila saya biarkan saja tanpa pergi ke
dokter.
> Dan boleh dikatakan, hampir setiap bulan saya pasti jatuh sakit
dan harus
> menghabiskan anti biotik dan obat-obatan untuk menurunkan demam
saya. Kali
> ini berbeda. Saya bertekat tidak akan meminum obat pilek dan sakit
> tenggorokan. Dan saya tidak akan membiarkan pilek saya menghalangi
saya
> untuk menari di haribaan Cinta pada liburan kali ini.
>
>
>
> Setelah membeli buah tangan di lapak-lapak yang
bertebaran di
> samping luar jam gadang, kami harus segera kembali ke Payakumbuh
karena
> hujan turun makin deras dan agar tidak kemalaman di jalan. Jalan-
jalan
> Bukittinggi yang macet serta jalan-jalan berkelok menuju
Payakumbuh yang
> padat serta nyaris sulit untuk bergerak ditambah dengan jarak
pandang yang
> hanya berkisar satu meter saja, justru membuat cinta semakin
berpendar.
> Sambil sesekali membersihkan kaca mobil yang buram oleh hembusan
udara
> dingin serta melemparkan senyum pada orang-orang yang lewat, di
situlah
> Cinta menautkan hati-hati kami semua, yang membuat Bukittinggi
semakin
> hangat di dalam dekapan-Nya. Dan karena Cinta di Bukittinggi
itulah, saya
> tidak mengalami demam di malam harinya. Tidur lelap di dalam
kelembutan
> malam, yang mengelus awan-awan yang berarak, dan meliputi setiap
> gunung-gunung di sana. Di dalam keheningan yang damai.
>
>
>
>
>
> Bukittinggi, Jumat, 3 Oktober 2008
>
>
>
>
>
> *********
>
>
> http://mutiaracinta.multiply. com
>
- 4a.
-
Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Oct 9, 2008 7:53 am (PDT)
iya benar banget, mas...
Maha Cinta yang keren dan cantik sekali... ^_^
thanks ya...
On 10/9/08, jun an nizami <tinta_mirah@yahoo.co. > wrote:id
>
> Allah..memang cinta mampu secantik apa saja.
> Syukron atas AL_CINTA.
>
> Lia Octavia wrote:
> > Cinta Putih Negeri Di Awan
> >
> > Oleh Lia Octavia
> >
> >
> > Cinta, fajar ini terasa berbeda sekali. Embun pagi masih
> basah menetes dari tiap tangkai daun dan rumput di halaman. Langit masih
> berselimutkan malam dan enggan beranjak dari peraduannya. Begitu juga aku.
> Tidurku semalam begitu nyenyak. Nyaris tidak ada mimpi. Malam ini adalah
> pertama kalinya aku tidur di rumah keluarga Mbak Uri di Payakumbuh yang
> flamboyan. Udara yang dingin ditingkah hujan rintik-rintik, membuatku ingin
> terus bergelung di balik selimut. Kulihat Mbak Uri yang masih terlelap di
> sebelahku. Jam telah menunjukkan pukul 5.30, Cinta. Sudah waktunya aku
> menghadap Penciptaku di ambang fajar ini.
> >
> > Cinta, air - sedingin es balok yang ditaruh di bak kamar
> mandi- mengguyur wajahku. Tahukah engkau, Cinta, berwudhu di tengah alam
> yang sedang tersenyum, menghilangkan segala rasa kantuk dan lelah yang masih
> tersisa setelah perjalananku ke Padang kemarin. Aku tahu, Cinta, kau juga
> sedang melakukan hal yang sama denganku. Bersujud menghadap pada-Nya. Di
> tempat yang berbeda. Satu setengah jam lamanya perjalanan dengan pesawat
> terbang yang memisahkan kita. Dan setelah itu, kita akan bersiap-siap untuk
> melaksanakan shalat Ied.
> >
> > Tetapi di sini berbeda keadaannya, Cinta. Setelah shalat
> subuh, Mbak Uri memberitahuku bahwa shalat Ied akan dilaksanakan di lapangan
> tak jauh dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi. Benar sekali kata Indra,
> sahabatku itu, Cinta, bahwa shalat Ied di Padang dilakukan lebih siang
> daripada di Jakarta. Sungguh bagiku itu sama sekali tidak masalah. Di
> tahun-tahun sebelumnya, aku harus bersiap-siap untuk pergi ke tempat shalat
> Ied dilaksanakan setelah shalat subuh. Kalau terlambat, tempat shalat akan
> dipenuhi orang sehingga aku mendapatkan tempat menggelar sajadah seadanya
> saja. Aku bersyukur, Cinta, karena kali ini aku tidak harus berpacu dengan
> waktu, tidak perlu terburu-buru datang ke tempat shalat lebih awal.
> >
> > Pagi itu turut merekah bersama senyum kami semua, Cinta.
> Semua orang mengenakan pakaian yang terbaik dan berbondong-bondong memasuki
> lapangan tempat shalat Ied akan dilaksanakan. Di situ aku bertemu dengan
> sanak keluarga dan kaum kerabat Mbak Uri yang lain. Juga teman-teman Mbak
> Uri yang telah kukenal sebelumnya di Jakarta. Aku menggelar sajadahku sambil
> menatap sekeliling. Lapangan berumput hijau yang dikelilingi oleh
> gunung-gunung yang berselaput awan. Bergumpal-gumpal awan berlomba-lomba
> membentuk gambar yang terindah yang pernah kulihat. Duduk di atas sajadah
> sambil menunggu shalat Ied dimulai dengan rengkuhan langit dan gunung-gunung
> yang menggapai awan disertai kicauan burung-burung pipit padi dan ucapan
> minal aidin wal faidzin dari orang-orang yang berbaju lebih putih dari pada
> salju, adalah saat-saat yang tak dapat terlupakan dalam hidupku.
> >
> > Kemudian aku melihat ibu-ibu berbondong-bondong membawa
> nampan berisi makanan di atas kepala mereka, beserta teko-teko berisi air
> dan teh manis. Semuanya menuju lapangan tempat shalat Ied. Mereka menaruh
> semua makanan itu dalam barisan-barisan yang diatur rapi di bagian depan
> shaf para ikhwan. Sementara itu, Cinta, ponselku dibanjiri oleh ratusan sms
> dan telepon-telepon dari sahabat-sahabatku, kenalanku, bahkan dari nomor
> yang tidak aku kenal. Ucapan selamat Idul Fitri yang sangat beragam. Mulai
> dari yang serius, yang lucu, yang berisi doa, puisi-puisi. Bahkan ada yang
> mencoba merayuku dengan mengirimkan bermacam-macam sms puisi cinta. Manusia
> dengan segala warna-warninya. Walau telah kucoba untuk membalas sms-sms
> tersebut satu persatu di malam sebelumnya, tetap saja tidak dapat kubalas
> semuanya. Tetapi, ini saatnya menghadap Sang Maha Cinta, jadi aku
> meninggalkan ponselku di kamar Mbak Uri dan membiarkannya berdering-dering
> tanpa ada yang menjawabnya.
> >
> > Cinta, aku bertanya pada Mbak Uri mengapa ibu-ibu itu
> membawa banyak makanan ke tengah lapangan. Mbak Uri tersenyum penuh misteri.
> >
> > "Tunggu saja nanti," jawabnya.
> >
> > Shalat Ied dimulai. Udara segar membelai pipiku, mengibarkan
> kerudung dan mukenahku, serta bersama-sama alam kami semua mengumandangkan
> takbir memuji kebesaran Sang Pencipta. Allahu Akbar! Cinta, Ia-lah yang
> menautkan hati-hati kita semua, saudara seiman di dalam kebeningan pagi.
> >
> > Kemudian kutbah Idul Fitri pun dimulai. Satu-satunya kutbah
> yang kudengarkan dengan terjemahan yang dibisikkan Mbak Uri di sampingku
> karena kutbah tersebut disampaikan dengan bahasa Minang. Kutbah yang keren
> sekali, setidaknya menurutku, Cinta. Kau tahu, Cinta, khotib itu melantunkan
> pantun-pantun dan puisi-puisi indah yang kita sukai. Puisi-puisi yang
> mengisi malam-malam kita yang hitam. Puisi-puisi tentang indahnya kembali
> fitri. Baru kali ini aku mendengarkan kutbah yang berisi puisi-puisi
> kegemaran kita. Ah Cinta, seandainya engkau berada di sini, aku yakin kau
> juga akan menyukainya. Orang-orang yang tidak beranjak sedikit pun dari
> tempat duduk mereka. Mendengarkan kutbah hingga selesai. Berbeda dengan
> kutbah Idul fitri yang kuikuti di Jakarta. Seringkali orang-orang sudah
> meninggalkan tempat shalat justru pada saat kutbah dimulai.
> >
> > Begitulah, Cinta. Setelah kutbah yang bernuansa sastra itu,
> para lelaki berkumpul menuju tempat nampan-nampan berisi makanan itu
> diletakkan. Lalu mereka semua duduk bersila dan makan bersama dari
> nampan-nampan itu. Para perempuan akan mendapat giliran setelah para lelaki
> selesai makan.
> >
> > Pertama kalinya dalam hidupku, Cinta, aku makan bersama dengan banyak
> orang yang sebagian besar tidak kukenal. Di tengah lapangan yang dikelilingi
> dengan rumput dan padi yang menguning serta gunung-gunung berselimut awan
> yang mengelilingi kami. Makanan yang kurasa tidak habis-habisnya karena
> beraneka ragam makanan tersedia di situ. Nasi, opor ayam, rendang, lontong,
> donat, kue-kue, pecel, mie, bihun sayur dan makanan-makanan lain yang tidak
> kuketahui namanya, tetapi rasanya enak sekali. Aku makan sampai kenyang,
> bergabung dengan penduduk setempat.
> >
> > "Orang-orang di desa ini rumahnya letaknya berjauhan satu dengan yang
> lain, jadi akan memakan banyak waktu dan tenaga apabila kita singgah ke
> rumah mereka satu per satu. Karena itulah, setelah shalat Ied, kami
> berkumpul dan makan bersama di lapangan ini. Sebagai ajang silaturahim dan
> bermaaf-maafan," kata Mbak Uri menjelaskan di sela-sela makanan yang terus
> dicurahkan para ibu ke dalam piringku.
> >
> > "Dan satu lagi, Mbak Lia. Makanan yang ada di piringmu harus
> dihabiskan," kata Mbak Uri sambil tertawa saat melihatku terkejut karena
> piringku diisi terus dengan makanan.
> >
> > Jadilah siang itu aku makan sampai kenyang, Cinta. Sekilas kulihat awan
> putih di atas gunung Singgalang merebak memancarkan cahaya mentari yang
> berwarna putih kekuningan. Walau berita duka juga terdengar bahwa ada dua
> warga desa itu yang berpulang karena kecelakaan, tidak menyurutkan hati-hati
> berselubung putih untuk merayakan hari kemenangan. Justru setelah makan
> bersama, kami semua berbondong-bondong menuju rumah warga yang meninggal
> dunia itu, bergotong royong mempersiapkan pemakaman yang layak bagi
> mereka.
> >
> > Cinta, negeri di awan itu yang semula kukira hanya ada dalam lirik lagu
> Katon Bagaskara ternyata menjelma menjadi nyata di hari yang fitri ini.
> Sebentuk cinta yang menggerakkan orang-orang yang berada di dalamnya untuk
> saling bahu membahu, tolong menolong, berbagi kasih dan merenda hari
> bersama. Menuju kemenangan abadi kelak, cinta putih negeri di awan itu kian
> berpendar di dalam kalbuku. Selamanya.
> >
> >
> >
> > Payakumbuh, 1 Oktober 2008 (1 Syawal 1429H)
> > Untuk LAS dengan penuh cinta
> >
> >
> > *******
> > http://mutiaracinta .multiply. com
> >
> >
>
>
>
>
> _____________________ _________ _________ _________ _________ _
> Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download sekarang
> juga.
> http://id.toolbar.yahoo.com/
>
- 4b.
-
Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Thu Oct 9, 2008 5:32 pm (PDT)
meski baru komen,
tapi aku baca semua, lho, tulisan kelana-mu ini :)
dan wow, keren bgt ya, idenya: bawa makanan rame2 utk silaturahmi.
pasti seru bgt ya mbak!
apalagi bukittinggi kan pemandangannya cantik.
sungguh hari raya yg indah ya, mbak.
you're lucky :).
ps: adakah yg bawa keripik sanjai christine hakim ke lapangan itu/
kalo ada dan aku lagi disana, pasti abis tuh, hehehe.
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Lia Octavia"com
<liaoctavia@...> wrote:
>
> iya benar banget, mas...
> Maha Cinta yang keren dan cantik sekali... ^_^
>
> thanks ya...
>
>
>
> On 10/9/08, jun an nizami <tinta_mirah@...> wrote:
> >
> > Allah..memang cinta mampu secantik apa saja.
> > Syukron atas AL_CINTA.
> >
> > Lia Octavia wrote:
> > > Cinta Putih Negeri Di Awan
> > >
> > > Oleh Lia Octavia
> > >
> > >
> > > Cinta, fajar ini terasa berbeda sekali. Embun
pagi masih
> > basah menetes dari tiap tangkai daun dan rumput di halaman.
Langit masih
> > berselimutkan malam dan enggan beranjak dari peraduannya. Begitu
juga aku.
> > Tidurku semalam begitu nyenyak. Nyaris tidak ada mimpi. Malam
ini adalah
> > pertama kalinya aku tidur di rumah keluarga Mbak Uri di
Payakumbuh yang
> > flamboyan. Udara yang dingin ditingkah hujan rintik-rintik,
membuatku ingin
> > terus bergelung di balik selimut. Kulihat Mbak Uri yang masih
terlelap di
> > sebelahku. Jam telah menunjukkan pukul 5.30, Cinta. Sudah
waktunya aku
> > menghadap Penciptaku di ambang fajar ini.
> > >
> > > Cinta, air - sedingin es balok yang ditaruh di
bak kamar
> > mandi- mengguyur wajahku. Tahukah engkau, Cinta, berwudhu di
tengah alam
> > yang sedang tersenyum, menghilangkan segala rasa kantuk dan
lelah yang masih
> > tersisa setelah perjalananku ke Padang kemarin. Aku tahu, Cinta,
kau juga
> > sedang melakukan hal yang sama denganku. Bersujud menghadap pada-
Nya. Di
> > tempat yang berbeda. Satu setengah jam lamanya perjalanan dengan
pesawat
> > terbang yang memisahkan kita. Dan setelah itu, kita akan bersiap-
siap untuk
> > melaksanakan shalat Ied.
> > >
> > > Tetapi di sini berbeda keadaannya, Cinta. Setelah
shalat
> > subuh, Mbak Uri memberitahuku bahwa shalat Ied akan dilaksanakan
di lapangan
> > tak jauh dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi. Benar sekali
kata Indra,
> > sahabatku itu, Cinta, bahwa shalat Ied di Padang dilakukan lebih
siang
> > daripada di Jakarta. Sungguh bagiku itu sama sekali tidak
masalah. Di
> > tahun-tahun sebelumnya, aku harus bersiap-siap untuk pergi ke
tempat shalat
> > Ied dilaksanakan setelah shalat subuh. Kalau terlambat, tempat
shalat akan
> > dipenuhi orang sehingga aku mendapatkan tempat menggelar sajadah
seadanya
> > saja. Aku bersyukur, Cinta, karena kali ini aku tidak harus
berpacu dengan
> > waktu, tidak perlu terburu-buru datang ke tempat shalat lebih
awal.
> > >
> > > Pagi itu turut merekah bersama senyum kami semua,
Cinta.
> > Semua orang mengenakan pakaian yang terbaik dan berbondong-
bondong memasuki
> > lapangan tempat shalat Ied akan dilaksanakan. Di situ aku
bertemu dengan
> > sanak keluarga dan kaum kerabat Mbak Uri yang lain. Juga teman-
teman Mbak
> > Uri yang telah kukenal sebelumnya di Jakarta. Aku menggelar
sajadahku sambil
> > menatap sekeliling. Lapangan berumput hijau yang dikelilingi oleh
> > gunung-gunung yang berselaput awan. Bergumpal-gumpal awan
berlomba-lomba
> > membentuk gambar yang terindah yang pernah kulihat. Duduk di
atas sajadah
> > sambil menunggu shalat Ied dimulai dengan rengkuhan langit dan
gunung-gunung
> > yang menggapai awan disertai kicauan burung-burung pipit padi
dan ucapan
> > minal aidin wal faidzin dari orang-orang yang berbaju lebih
putih dari pada
> > salju, adalah saat-saat yang tak dapat terlupakan dalam hidupku.
> > >
> > > Kemudian aku melihat ibu-ibu berbondong-bondong
membawa
> > nampan berisi makanan di atas kepala mereka, beserta teko-teko
berisi air
> > dan teh manis. Semuanya menuju lapangan tempat shalat Ied.
Mereka menaruh
> > semua makanan itu dalam barisan-barisan yang diatur rapi di
bagian depan
> > shaf para ikhwan. Sementara itu, Cinta, ponselku dibanjiri oleh
ratusan sms
> > dan telepon-telepon dari sahabat-sahabatku, kenalanku, bahkan
dari nomor
> > yang tidak aku kenal. Ucapan selamat Idul Fitri yang sangat
beragam. Mulai
> > dari yang serius, yang lucu, yang berisi doa, puisi-puisi.
Bahkan ada yang
> > mencoba merayuku dengan mengirimkan bermacam-macam sms puisi
cinta. Manusia
> > dengan segala warna-warninya. Walau telah kucoba untuk membalas
sms-sms
> > tersebut satu persatu di malam sebelumnya, tetap saja tidak
dapat kubalas
> > semuanya. Tetapi, ini saatnya menghadap Sang Maha Cinta, jadi aku
> > meninggalkan ponselku di kamar Mbak Uri dan membiarkannya
berdering-dering
> > tanpa ada yang menjawabnya.
> > >
> > > Cinta, aku bertanya pada Mbak Uri mengapa ibu-ibu
itu
> > membawa banyak makanan ke tengah lapangan. Mbak Uri tersenyum
penuh misteri.
> > >
> > > "Tunggu saja nanti," jawabnya.
> > >
> > > Shalat Ied dimulai. Udara segar membelai pipiku,
mengibarkan
> > kerudung dan mukenahku, serta bersama-sama alam kami semua
mengumandangkan
> > takbir memuji kebesaran Sang Pencipta. Allahu Akbar! Cinta, Ia-
lah yang
> > menautkan hati-hati kita semua, saudara seiman di dalam
kebeningan pagi.
> > >
> > > Kemudian kutbah Idul Fitri pun dimulai. Satu-
satunya kutbah
> > yang kudengarkan dengan terjemahan yang dibisikkan Mbak Uri di
sampingku
> > karena kutbah tersebut disampaikan dengan bahasa Minang. Kutbah
yang keren
> > sekali, setidaknya menurutku, Cinta. Kau tahu, Cinta, khotib itu
melantunkan
> > pantun-pantun dan puisi-puisi indah yang kita sukai. Puisi-puisi
yang
> > mengisi malam-malam kita yang hitam. Puisi-puisi tentang
indahnya kembali
> > fitri. Baru kali ini aku mendengarkan kutbah yang berisi puisi-
puisi
> > kegemaran kita. Ah Cinta, seandainya engkau berada di sini, aku
yakin kau
> > juga akan menyukainya. Orang-orang yang tidak beranjak sedikit
pun dari
> > tempat duduk mereka. Mendengarkan kutbah hingga selesai. Berbeda
dengan
> > kutbah Idul fitri yang kuikuti di Jakarta. Seringkali orang-
orang sudah
> > meninggalkan tempat shalat justru pada saat kutbah dimulai.
> > >
> > > Begitulah, Cinta. Setelah kutbah yang bernuansa
sastra itu,
> > para lelaki berkumpul menuju tempat nampan-nampan berisi makanan
itu
> > diletakkan. Lalu mereka semua duduk bersila dan makan bersama
dari
> > nampan-nampan itu. Para perempuan akan mendapat giliran setelah
para lelaki
> > selesai makan.
> > >
> > > Pertama kalinya dalam hidupku, Cinta, aku makan bersama
dengan banyak
> > orang yang sebagian besar tidak kukenal. Di tengah lapangan yang
dikelilingi
> > dengan rumput dan padi yang menguning serta gunung-gunung
berselimut awan
> > yang mengelilingi kami. Makanan yang kurasa tidak habis-habisnya
karena
> > beraneka ragam makanan tersedia di situ. Nasi, opor ayam,
rendang, lontong,
> > donat, kue-kue, pecel, mie, bihun sayur dan makanan-makanan lain
yang tidak
> > kuketahui namanya, tetapi rasanya enak sekali. Aku makan sampai
kenyang,
> > bergabung dengan penduduk setempat.
> > >
> > > "Orang-orang di desa ini rumahnya letaknya berjauhan satu
dengan yang
> > lain, jadi akan memakan banyak waktu dan tenaga apabila kita
singgah ke
> > rumah mereka satu per satu. Karena itulah, setelah shalat Ied,
kami
> > berkumpul dan makan bersama di lapangan ini. Sebagai ajang
silaturahim dan
> > bermaaf-maafan," kata Mbak Uri menjelaskan di sela-sela makanan
yang terus
> > dicurahkan para ibu ke dalam piringku.
> > >
> > > "Dan satu lagi, Mbak Lia. Makanan yang ada di piringmu harus
> > dihabiskan," kata Mbak Uri sambil tertawa saat melihatku
terkejut karena
> > piringku diisi terus dengan makanan.
> > >
> > > Jadilah siang itu aku makan sampai kenyang, Cinta. Sekilas
kulihat awan
> > putih di atas gunung Singgalang merebak memancarkan cahaya
mentari yang
> > berwarna putih kekuningan. Walau berita duka juga terdengar
bahwa ada dua
> > warga desa itu yang berpulang karena kecelakaan, tidak
menyurutkan hati-hati
> > berselubung putih untuk merayakan hari kemenangan. Justru
setelah makan
> > bersama, kami semua berbondong-bondong menuju rumah warga yang
meninggal
> > dunia itu, bergotong royong mempersiapkan pemakaman yang layak
bagi
> > mereka.
> > >
> > > Cinta, negeri di awan itu yang semula kukira hanya ada dalam
lirik lagu
> > Katon Bagaskara ternyata menjelma menjadi nyata di hari yang
fitri ini.
> > Sebentuk cinta yang menggerakkan orang-orang yang berada di
dalamnya untuk
> > saling bahu membahu, tolong menolong, berbagi kasih dan merenda
hari
> > bersama. Menuju kemenangan abadi kelak, cinta putih negeri di
awan itu kian
> > berpendar di dalam kalbuku. Selamanya.
> > >
> > >
> > >
> > > Payakumbuh, 1 Oktober 2008 (1 Syawal 1429H)
> > > Untuk LAS dengan penuh cinta
> > >
> > >
> > > *******
> > > http://mutiaracinta .multiply. com
> > >
> > >
> >
> >
> >
> >
> >
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
______
> > Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
sekarang
> > juga.
> > http://id.toolbar.yahoo.com/
> >
>
- 4c.
-
Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com jurnalcahaya
Thu Oct 9, 2008 6:28 pm (PDT)
waktu di aceh, aku sempet hadir ke nikahan temen disana.
ada juga begitu, makan-makan lesehan di resepsi, dengan seluruh makanan di tata di tengah, jadi para undangan duduk ngelilingi makanan itu dan makan rame-rame. asik euy. padahal ga kenal semua undangannya.
kebersamaannya terasa banget ya mbak lia. seneng deh baca ceritanya.
maaf lahir batin ya
--- On Thu, 10/9/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Kelana] Cinta Putih Negeri Di Awan
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Thursday, October 9, 2008, 5:32 PM
meski baru komen,
tapi aku baca semua, lho, tulisan kelana-mu ini :)
dan wow, keren bgt ya, idenya: bawa makanan rame2 utk silaturahmi.
pasti seru bgt ya mbak!
apalagi bukittinggi kan pemandangannya cantik.
sungguh hari raya yg indah ya, mbak.
you're lucky :).
ps: adakah yg bawa keripik sanjai christine hakim ke lapangan itu/
kalo ada dan aku lagi disana, pasti abis tuh, hehehe.
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@ ...> wrote:
>
> iya benar banget, mas...
> Maha Cinta yang keren dan cantik sekali... ^_^
>
> thanks ya...
>
>
>
> On 10/9/08, jun an nizami <tinta_mirah@ ...> wrote:
> >
> > Allah..memang cinta mampu secantik apa saja.
> > Syukron atas AL_CINTA.
> >
> > Lia Octavia wrote:
> > > Cinta Putih Negeri Di Awan
> > >
> > > Oleh Lia Octavia
> > >
> > >
> > > Cinta, fajar ini terasa berbeda sekali. Embun
pagi masih
> > basah menetes dari tiap tangkai daun dan rumput di halaman.
Langit masih
> > berselimutkan malam dan enggan beranjak dari peraduannya. Begitu
juga aku.
> > Tidurku semalam begitu nyenyak. Nyaris tidak ada mimpi. Malam
ini adalah
> > pertama kalinya aku tidur di rumah keluarga Mbak Uri di
Payakumbuh yang
> > flamboyan. Udara yang dingin ditingkah hujan rintik-rintik,
membuatku ingin
> > terus bergelung di balik selimut. Kulihat Mbak Uri yang masih
terlelap di
> > sebelahku. Jam telah menunjukkan pukul 5.30, Cinta. Sudah
waktunya aku
> > menghadap Penciptaku di ambang fajar ini.
> > >
> > > Cinta, air - sedingin es balok yang ditaruh di
bak kamar
> > mandi- mengguyur wajahku. Tahukah engkau, Cinta, berwudhu di
tengah alam
> > yang sedang tersenyum, menghilangkan segala rasa kantuk dan
lelah yang masih
> > tersisa setelah perjalananku ke Padang kemarin. Aku tahu, Cinta,
kau juga
> > sedang melakukan hal yang sama denganku. Bersujud menghadap pada-
Nya. Di
> > tempat yang berbeda. Satu setengah jam lamanya perjalanan dengan
pesawat
> > terbang yang memisahkan kita. Dan setelah itu, kita akan bersiap-
siap untuk
> > melaksanakan shalat Ied.
> > >
> > > Tetapi di sini berbeda keadaannya, Cinta. Setelah
shalat
> > subuh, Mbak Uri memberitahuku bahwa shalat Ied akan dilaksanakan
di lapangan
> > tak jauh dari rumahnya sekitar pukul delapan pagi. Benar sekali
kata Indra,
> > sahabatku itu, Cinta, bahwa shalat Ied di Padang dilakukan lebih
siang
> > daripada di Jakarta. Sungguh bagiku itu sama sekali tidak
masalah. Di
> > tahun-tahun sebelumnya, aku harus bersiap-siap untuk pergi ke
tempat shalat
> > Ied dilaksanakan setelah shalat subuh. Kalau terlambat, tempat
shalat akan
> > dipenuhi orang sehingga aku mendapatkan tempat menggelar sajadah
seadanya
> > saja. Aku bersyukur, Cinta, karena kali ini aku tidak harus
berpacu dengan
> > waktu, tidak perlu terburu-buru datang ke tempat shalat lebih
awal.
> > >
> > > Pagi itu turut merekah bersama senyum kami semua,
Cinta.
> > Semua orang mengenakan pakaian yang terbaik dan berbondong-
bondong memasuki
> > lapangan tempat shalat Ied akan dilaksanakan. Di situ aku
bertemu dengan
> > sanak keluarga dan kaum kerabat Mbak Uri yang lain. Juga teman-
teman Mbak
> > Uri yang telah kukenal sebelumnya di Jakarta. Aku menggelar
sajadahku sambil
> > menatap sekeliling. Lapangan berumput hijau yang dikelilingi oleh
> > gunung-gunung yang berselaput awan. Bergumpal-gumpal awan
berlomba-lomba
> > membentuk gambar yang terindah yang pernah kulihat. Duduk di
atas sajadah
> > sambil menunggu shalat Ied dimulai dengan rengkuhan langit dan
gunung-gunung
> > yang menggapai awan disertai kicauan burung-burung pipit padi
dan ucapan
> > minal aidin wal faidzin dari orang-orang yang berbaju lebih
putih dari pada
> > salju, adalah saat-saat yang tak dapat terlupakan dalam hidupku.
> > >
> > > Kemudian aku melihat ibu-ibu berbondong-bondong
membawa
> > nampan berisi makanan di atas kepala mereka, beserta teko-teko
berisi air
> > dan teh manis. Semuanya menuju lapangan tempat shalat Ied.
Mereka menaruh
> > semua makanan itu dalam barisan-barisan yang diatur rapi di
bagian depan
> > shaf para ikhwan. Sementara itu, Cinta, ponselku dibanjiri oleh
ratusan sms
> > dan telepon-telepon dari sahabat-sahabatku, kenalanku, bahkan
dari nomor
> > yang tidak aku kenal. Ucapan selamat Idul Fitri yang sangat
beragam. Mulai
> > dari yang serius, yang lucu, yang berisi doa, puisi-puisi.
Bahkan ada yang
> > mencoba merayuku dengan mengirimkan bermacam-macam sms puisi
cinta. Manusia
> > dengan segala warna-warninya. Walau telah kucoba untuk membalas
sms-sms
> > tersebut satu persatu di malam sebelumnya, tetap saja tidak
dapat kubalas
> > semuanya. Tetapi, ini saatnya menghadap Sang Maha Cinta, jadi aku
> > meninggalkan ponselku di kamar Mbak Uri dan membiarkannya
berdering-dering
> > tanpa ada yang menjawabnya.
> > >
> > > Cinta, aku bertanya pada Mbak Uri mengapa ibu-ibu
itu
> > membawa banyak makanan ke tengah lapangan. Mbak Uri tersenyum
penuh misteri.
> > >
> > > "Tunggu saja nanti," jawabnya.
> > >
> > > Shalat Ied dimulai. Udara segar membelai pipiku,
mengibarkan
> > kerudung dan mukenahku, serta bersama-sama alam kami semua
mengumandangkan
> > takbir memuji kebesaran Sang Pencipta. Allahu Akbar! Cinta, Ia-
lah yang
> > menautkan hati-hati kita semua, saudara seiman di dalam
kebeningan pagi.
> > >
> > > Kemudian kutbah Idul Fitri pun dimulai. Satu-
satunya kutbah
> > yang kudengarkan dengan terjemahan yang dibisikkan Mbak Uri di
sampingku
> > karena kutbah tersebut disampaikan dengan bahasa Minang. Kutbah
yang keren
> > sekali, setidaknya menurutku, Cinta. Kau tahu, Cinta, khotib itu
melantunkan
> > pantun-pantun dan puisi-puisi indah yang kita sukai. Puisi-puisi
yang
> > mengisi malam-malam kita yang hitam. Puisi-puisi tentang
indahnya kembali
> > fitri. Baru kali ini aku mendengarkan kutbah yang berisi puisi-
puisi
> > kegemaran kita. Ah Cinta, seandainya engkau berada di sini, aku
yakin kau
> > juga akan menyukainya. Orang-orang yang tidak beranjak sedikit
pun dari
> > tempat duduk mereka. Mendengarkan kutbah hingga selesai. Berbeda
dengan
> > kutbah Idul fitri yang kuikuti di Jakarta. Seringkali orang-
orang sudah
> > meninggalkan tempat shalat justru pada saat kutbah dimulai.
> > >
> > > Begitulah, Cinta. Setelah kutbah yang bernuansa
sastra itu,
> > para lelaki berkumpul menuju tempat nampan-nampan berisi makanan
itu
> > diletakkan. Lalu mereka semua duduk bersila dan makan bersama
dari
> > nampan-nampan itu. Para perempuan akan mendapat giliran setelah
para lelaki
> > selesai makan.
> > >
> > > Pertama kalinya dalam hidupku, Cinta, aku makan bersama
dengan banyak
> > orang yang sebagian besar tidak kukenal. Di tengah lapangan yang
dikelilingi
> > dengan rumput dan padi yang menguning serta gunung-gunung
berselimut awan
> > yang mengelilingi kami. Makanan yang kurasa tidak habis-habisnya
karena
> > beraneka ragam makanan tersedia di situ. Nasi, opor ayam,
rendang, lontong,
> > donat, kue-kue, pecel, mie, bihun sayur dan makanan-makanan lain
yang tidak
> > kuketahui namanya, tetapi rasanya enak sekali. Aku makan sampai
kenyang,
> > bergabung dengan penduduk setempat.
> > >
> > > "Orang-orang di desa ini rumahnya letaknya berjauhan satu
dengan yang
> > lain, jadi akan memakan banyak waktu dan tenaga apabila kita
singgah ke
> > rumah mereka satu per satu. Karena itulah, setelah shalat Ied,
kami
> > berkumpul dan makan bersama di lapangan ini. Sebagai ajang
silaturahim dan
> > bermaaf-maafan, " kata Mbak Uri menjelaskan di sela-sela makanan
yang terus
> > dicurahkan para ibu ke dalam piringku.
> > >
> > > "Dan satu lagi, Mbak Lia. Makanan yang ada di piringmu harus
> > dihabiskan," kata Mbak Uri sambil tertawa saat melihatku
terkejut karena
> > piringku diisi terus dengan makanan.
> > >
> > > Jadilah siang itu aku makan sampai kenyang, Cinta. Sekilas
kulihat awan
> > putih di atas gunung Singgalang merebak memancarkan cahaya
mentari yang
> > berwarna putih kekuningan. Walau berita duka juga terdengar
bahwa ada dua
> > warga desa itu yang berpulang karena kecelakaan, tidak
menyurutkan hati-hati
> > berselubung putih untuk merayakan hari kemenangan. Justru
setelah makan
> > bersama, kami semua berbondong-bondong menuju rumah warga yang
meninggal
> > dunia itu, bergotong royong mempersiapkan pemakaman yang layak
bagi
> > mereka.
> > >
> > > Cinta, negeri di awan itu yang semula kukira hanya ada dalam
lirik lagu
> > Katon Bagaskara ternyata menjelma menjadi nyata di hari yang
fitri ini.
> > Sebentuk cinta yang menggerakkan orang-orang yang berada di
dalamnya untuk
> > saling bahu membahu, tolong menolong, berbagi kasih dan merenda
hari
> > bersama. Menuju kemenangan abadi kelak, cinta putih negeri di
awan itu kian
> > berpendar di dalam kalbuku. Selamanya.
> > >
> > >
> > >
> > > Payakumbuh, 1 Oktober 2008 (1 Syawal 1429H)
> > > Untuk LAS dengan penuh cinta
> > >
> > >
> > > *******
> > > http://mutiaracinta .multiply. com
> > >
> > >
> >
> >
> >
> >
> >
____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
______
> > Yahoo! Toolbar kini dilengkapi dengan Search Assist. Download
sekarang
> > juga.
> > http://id.toolbar. yahoo.com/
> >
>
- 5a.
-
Re: [Kelana] Menyusuri Perjalanan Cinta Hamka
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Thu Oct 9, 2008 8:00 am (PDT)
benar-benar bagus.. speechless saat memandangnya.. keren sekali ciptaan
Allah...
insya Allah kalau ada waktu & kesempatan, pulanglah ke kampung halaman
kakekmu di sana dan nikmatilah keagungan Cinta-Nya... ^_^
On 10/9/08, suka2_iu <suka2_iu@yahoo.co.id > wrote:
>
> waaahhh... pasti bagus banget ya pemandangannya!
> udh lama bgt pgn kesana tp blm kesampaian pdhl danau maninjau kampung
> halaman kakekku.
>
> hiks..hiks..hiks..
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia Octavia"
> <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *Menyusuri Perjalanan Cinta Hamka*
> >
> >
> >
> > Oleh Lia Octavia
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Mengenal sosok Buya Hamka lebih jauh adalah sebuah keinginan
> > saya yang terpendam sejak satu setengah tahun yang lalu. Dimulai saat
> > MbakUri dan saya sedang mengaji di Masjid Al Azhar, bilangan Blok M,
> Jakarta
> > Selatan. Kami berdua mendiskusikan buku Tafsir Al Qur'an sebanyak
> 30 juz
> > yang ditulis oleh Hamka. Buku itu sangat menggugah dan membuka
> tirai-tirai
> > pengetahuan di dalam hati dan jiwa kami. Buku yang sangat fenomenal
> terlebih
> > karena Hamka menulisnya saat beliau menjadi tahanan. Di dalam sepi dan
> > sunyi, Allah memberikan hidayah-Nya untuk menulis dan menyelesaikan buku
> > itu. Kebetulan malam itu, salah seorang putera Hamka membawakan kajian.
> > Masih terbayang di dalam ingatan saya, Mbak Uri dan saya begitu
> bersemangat
> > mengikuti pengajian tersebut. Saya sudah pernah membaca karya-karya
> sastra
> > Hamka seperti Merantau Ke Deli, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan
> Tenggelamnya
> > Kapal Van Der Wijck. Tetapi Tafsir Qur'an yang ditulis beliau sungguh
> > berbeda dari yang lainnya.
> >
> >
> >
>
>
>
>
>
- 6.
-
wajib kunjung untuk ngakak
Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com j3nnyjusuf
Thu Oct 9, 2008 8:56 am (PDT)
Dear All,
Monggo, monggo dikunjungi:
www.ngupingjakarta.blogspot. com
Selamat ketawa! ;-D
ROCK Your Life! - Jenny Jusuf - http://jennyjusuf.blogspot. com
- 7.
-
(Ruang Baca) Ulasan Novel Fantasi Terjemahan: Maximum Ride #2, Sekol
Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com rinurbad
Thu Oct 9, 2008 4:09 pm (PDT)
Judul asli: Maximum Ride - School's Out Forever
Penulis: James Patterson
Penerjemah: Poppy Damayanti Chusfani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 512 halaman
Cetakan: I, September 2008
Beli di: Gramedia Merdeka, Bandung
Harga: Rp 66.000,00
Skor: 8
Tanya (T): Apakah tokoh utamanya masih Maximum Ride?
Jawab (J): Tentu saja. Tetapi ia tidak memonopoli seluruh narasi dan
plot. Ada juga bagian untuk Ari, yang lebih banyak daripada di buku
pertama.
T: Foto sampulnya terlihat cukup berbeda dengan buku pertama. Kenapa
ya?
J: Mungkin untuk menunjukkan metamorfosis kepribadian Max. Bagaimana
pun ia sudah memasuki masa remaja dengan konflik-konflik baru. Saya
sih suka foto sampul ini. Sosoknya nampak lebih mirip burung,
terutama posisi kedua kakinya itu.
T: Bila cerita bergerak maju, biasanya ada tokoh baru. Siapa?
J: Namanya Anne, orang FBI. Dia muncul ketika tiba-tiba Fang terluka
parah dalam sebuah insiden dengan Pemusnah dan terpaksa dilarikan ke
rumah sakit. Insting Max mendorongnya berbohong mengenai identitas
mereka berenam, walaupun Anne berlaku ramah.
T: Berbohong seperti apa? Pasti ketahuan bahwa mereka bukan manusia
biasa.
J: Max mengaku bahwa mereka bersaudara, anak adopsi. Ia menyamarkan
banyak nama. Serunya, teman-temannya kompak berbohong dengan lancar.
Termasuk bahwa orang tua angkat mereka adalah misionaris.
T: Kalau begitu Anne memegang peran cukup besar di sini.
J: Ya. Max dan teman-temannya diperlakukan sebagai anak, bahkan dicoba
'dinormalkan' dengan bersekolah. Inilah sub plot yang cukup menyedot
perhatian sehingga saya sulit menunda untuk membaca bab-bab
selanjutnya. Max dan kawanannya mulai bergaul, belajar, mengenal lawan
jenis lebih dekat, walau dalam hati mereka tetap merasa berbeda.
T: Asyik betul. Berarti semua karakter berkembang, dong.
J: Benar, termasuk Angel. Semua menunjukkan kepolosan khas kanak-kanak
ketika berpikir untuk meninggalkan rumah Anne namun hari Thanksgiving
sudah dekat.
T: Bagian-bagian mana yang paling mengesankan dari novel kedua ini?
J: Banyak. Ketika Angel bertemu Presiden. Kemudian ia membaca pikiran
Ari. Total si anjing piaraan ternyata bisa berbicara. Kecemburuan Max
terhadap siswi yang mendekati Fang. Pertemuan Iggy dengan orang tua
kandungnya. Paling lucu, sewaktu Angel berhasil mengobrol dengan ikan
hiu.
T: Keren! Total 142 bab di buku ini. Masih pendek-pendek seperti MR
#1?
J: Tentu, makanya semakin seru dan enak dibaca.
T: Seperti biasa, ada kutipan yang oke?
J: Beberapa, sebenarnya. Tapi yang paling 'nendang' buat saya, di
halaman 45: Kau harus menghormati musuhmu, Max..Jangan, jangan pernah
merendahkan mereka. Begitu kau meremehkan mereka, mereka akan
melumatkanmu.
- 8.
-
terimakasih (dari panitia talkshow anak muda, fIlm, & dakwah)
Posted by: "Wildan Nugraha" wildanugraha@yahoo.com wildanugraha
Thu Oct 9, 2008 4:43 pm (PDT)
Assalamu'alaikum wr wb
Berikut ini beberapa tulisan di media massa dari acara talkshow, workshop, dan festival budaya ''Anak Muda, FIlm, & Dakwah'' FLP Bandung dan Salman Films. Alhamdulillah, acara di Auditorium Abu Bakar Masjid Salman ITB, Ahad, 21 September 2008 ini berlangsung meriah. Kami, panitia, mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi menyukseskan acara ini.
Para pembicara talkshow: Arief Gustaman (Citra Cinema), Yus R Ismail (Kritikus Film, anggota Forum Film Bandung), Ustadz Darlis Fajar (Anggota DPRD Jabar), Muhammad Yulius (Ketua Majelis Budaya Rakyat, Penulis Skenario Sang Murabbi), dan Zul Ardhia (Sutradara Sang Murabbi). Pemateri workshop: Wildan Hanif (Dosen ITENAS). Pemandu talkshow dan workshop: M Irfan Hidayatullah (Ketua Umum FLP) dan Iqbal Alfajri (Ketua Salman Films).
Seniman-seniman yang tampil dalam pembacaan puisi, pementasan nasyid, dan musikalisasi puisi: Iman Soleh, Ayi Kurnia, Deddy Koral, Yopi Setia Umbara, Hery Maja Kelana, Semy Ikra Anggara, Ana Bilqis, Gola, Epri Tsaqib, Kelompok Wedang Jahe, Teater Waktu, Nasyid SMU PGII 2 Bandung.
Sekali lagi, terimakasih. Mohon maaf lahir dan batin apabila terdapat banyak kekurangan.
Wassalamu'alaikum wr wb
Wildan Nugraha
Ketua Pelaksana
==================
Anak Muda, Film, dan Dakwah (Pikiran Rakyat, 21 September 2008)
Gairah anak muda membuat film memang telah menggejala sejak akhir 1990-an. Booming film indie pun tak terbendung lagi hingga hari ini. Media audio visual sebagai wadah ekspresi bagi kaum muda memang menawarkan peluang tak terhingga. Namun, di balik gairah berkarya itu, wawasan dan pemahaman tentang media film di kalangan pembuat film itu terasa masih sangat minim. [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=33950
Film Religius Bukan Karena Kerudungnya (Tribun Jabar, 22 September 2008)
Dakwah melalui film bisa dilakukan mulai dari praproduksi sampai proses produksi. Maksudnya, proses penggarapan film dilakukan dengan memanusiakan pekerjanya dengan cara-cara yang baik. Misalnya dengan memberikan honor kepada pekerja sebelum keringat mereka kering. [...]
http://tribunjabar.co.id/artikel_ view.php? id=20944& kategori= 7
Sarat Simbol, Miskin Makna (Pikiran Rakyat, 25 September 2008)
Manakah yang lebih oke; kebanyakan simbol tapi cerita kering atau minim simbol tapi pesan yang menginspirasi? [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=34572
Ragam Cara Menerjemahkan Dakwah (Pikiran Rakyat, 25 September 2008)
FILM merupakan alat. Perantara yang diharapkan bisa membawa pesan kepada yang menontonnya. Film sebenarnya sebuah panggung. Panggung yang direkayasa sedemikian rupa sehingga seperti realitas nyata. Sensasi emosi hadir di dalamnya, seperti pula kehidupan manusia pada umumnya. Konon, mudah membuat film. Bicara teknis kamera, artistik, dan acting banyak orang Indonesia yang mumpuni di sana. Akan tetapi, siapa yang bisa menyajikan ide cerita yang punya karakter dan nilai filosofi di dalamnya? [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=34571
Dicari, Format Film Islam (Pikiran Rakyat, 27 September 2008)
FILM ''Ayat-ayat Cinta'' (AAC) memang fenomenal. Bukan saja dari sisi komersial yang mampu menarik 3,7 juta penonton sehingga menjadikannya sebagai film nasional paling banyak ditonton, melainkan juga dari sisi tema, bisa memberi warna baru wajah perfilman nasional. Ya, film yang diadaptasi dari novel laris karya Habiburrahman El Shirazy itu seolah membuka mata para sineas kita bahwa film bertema di luar tema mainstream --cinta remaja, horor, dan komedi-- ternyata menarik dan menjadi box office. [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=35005
''Sang Murabbi'' Untuk Sebuah Cita-cita (Pikiran Rakyat, 27 September 2008)
''SANG'' Murabbi merupakan film pertama yang diproduksi Masyarakat Budaya Rakyat (MBR) Jakarta. Film yang bertutur tentang figur ulama karismatik, yang mampu mengajak umat untuk berbuat dan hidup lebih baik. Film yang dibuat lebih sebagai upaya realisasi dari cita-cita umat Islam dalam memproduksi film Islam bersyariat Islam, ini cara-cara produksi dan pengerjaannya berbeda dengan film-film bergenre dakwah sebelumnya. [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=35004
Menonton Film Dakwah? Kenapa Enggak (Republika, 28 September 2008)
Di zaman modern ini, kayaknya jarang banget ya nemuin remaja yang enggak suka nonton film. Itulah sebabnya, bioskop-bioskop hampir selalu dipenuhi penonton, yang biasanya didominasi anak-anak muda.
Mau nonton film bertema apa aja ada. Tinggal dipilih, kepengen yang horor, komedi, drama atau action, semuanya tersedia, baik bikinan lokal maupun Hollywood punya.
Tapi, sementara kalangan menganggap ada baiknya bila sebuah produk film, jangan jadi sekedar tontonan. Harusnya sih dapat juga jadi tuntunan bagi pemirsanya sehingga waktu yang dihabiskan buat menonton, bisa benar-benar bermanfaat.
Itulah yang kemudian ramai diperbincangkan dalam seminar di Aula Salman ITB, Bandung, akhir pekan lalu. Ratusan peserta, kebanyakan remaja, begitu antusias mengikuti seminar dan pemutaran film. [...]
http://www.republika.co.id/launcher /view/mid/ 22/kat/116
Kekontraproduktifan Dakwah ''Sang Murabbi'' (Pikiran Rakyat, 28 September 2008)
Mendengar pemaparan M. Yulius dan Zoel Ardia, penulis skenario dan sutradara film ''Sang Murabbi'' pada acara ''Anak Muda, Film, dan Dakwah'' di Masjid Salman ITB beberapa waktu lalu, saya menemukan kejanggalan di dalamnya. Apa itu? M. Yulius menegaskan bahwa film ''Sang Murabbi'' dibuat memang untuk kalangan tertentu karena dia yakin setiap film memiliki konsumennya sendiri. [...]
http://newspaper.pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&id=35117
==================
Anak Muda, Film, & Dakwah
http://am-fd.blogspot. com
--------------------- --------- ---
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
- 9a.
-
(catcil) pagi yg indah
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Thu Oct 9, 2008 5:21 pm (PDT)
pagi ini, pukul 04.30, dlm perjalanan dr rumah ciawi menuju tol ciawi,
saya berdiskusi dgn suami saya:
saya (dgn antusias): ayang, aku produktif deh tadi pagi! tadi aku
bangun jam 2, trus, aku bikin grafik analis media bulanan, trus bikin
daily work history sebulan. abis itu, aku cuci piring, cuci baju,
nyiapin tas kerjamu, lipet2 jemuran, dan nyikat toilet. jadi bangga
nggak kamu sama aku?
suami saya (sambil senyum2): wah, hebat, hebat kamu! adhe nggak
sekalian benerin pompa air sama nyemen jalan depan rumah kita?
saya (ngakak): ih, ayang! tapi maaf ya, ayang, tadi aku mau buatin
kopi buat kamu, tapi kopinya abis...aku lupa beli semalam...maaf ya..
suami saya (tersenyum memaklumi): iya gpp, adhe jgn merasa bersalah
ya..ntar aku bisa bikin kopi sendiri, kok...
saya: bener ya? trus sarapan apa?
suami saya (masih dgn senyum memaklumi): kan masih ada pisang molen
keju kemarin. udah, aku makan itu aja. tapi ntar kamu smp kantor
sarapan ya...trus di jalan juga bobo aja...ntar pulang jam brp?aku mau
ngaji ntar mlm
saya: ada rapat, tapi di atas jam 17. boleh nggak? kalo boleh, ntar
aku pulang bareng mas wirya.trus dijemput kamu di tol ciawi. tapi kalo
kamu nggak bisa jemput, gpp, aku ngojek aja ya.
suami saya: ya udah, adhe kabar2in ya.
saya: oki doki! oya, tulung jemurin baju yg tadi ta'cuci ya. i love
you!
suami saya (meringis becanda): enjih, bu. semangat ya, dhe. love you
too!
dan saya tidak menepati janji pada suami saya, utk tidur di bis tadi
pagi.
karena sambil mengamati mentari bangun, mewarnai langit kehitaman dgn
pendar2 jingganya, sampai terang benderang di uki,
saya bersyukur.
utk seorang suami yg sangat pengertian.
utk tumpukan pekerjaan yg ternyata bisa diselesaikan pelan2.
utk satu pagi, yg terlalu indah utk dilewatkan.
-retno-
- 9b.
-
Re: (catcil) pagi yg indah
Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com
Thu Oct 9, 2008 8:24 pm (PDT)
dan mas catur berfikir:
untuk seorang istri seperti kamu retno :)
nihaw..
lagi iseng..:P
2008/10/10 Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com >
> pagi ini, pukul 04.30, dlm perjalanan dr rumah ciawi menuju tol ciawi,
> saya berdiskusi dgn suami saya:
>
> saya (dgn antusias): ayang, aku produktif deh tadi pagi! tadi aku
> bangun jam 2, trus, aku bikin grafik analis media bulanan, trus bikin
> daily work history sebulan. abis itu, aku cuci piring, cuci baju,
> nyiapin tas kerjamu, lipet2 jemuran, dan nyikat toilet. jadi bangga
> nggak kamu sama aku?
> suami saya (sambil senyum2): wah, hebat, hebat kamu! adhe nggak
> sekalian benerin pompa air sama nyemen jalan depan rumah kita?
> saya (ngakak): ih, ayang! tapi maaf ya, ayang, tadi aku mau buatin
> kopi buat kamu, tapi kopinya abis...aku lupa beli semalam...maaf ya..
> suami saya (tersenyum memaklumi): iya gpp, adhe jgn merasa bersalah
> ya..ntar aku bisa bikin kopi sendiri, kok...
> saya: bener ya? trus sarapan apa?
> suami saya (masih dgn senyum memaklumi): kan masih ada pisang molen
> keju kemarin. udah, aku makan itu aja. tapi ntar kamu smp kantor
> sarapan ya...trus di jalan juga bobo aja...ntar pulang jam brp?aku mau
> ngaji ntar mlm
> saya: ada rapat, tapi di atas jam 17. boleh nggak? kalo boleh, ntar
> aku pulang bareng mas wirya.trus dijemput kamu di tol ciawi. tapi kalo
> kamu nggak bisa jemput, gpp, aku ngojek aja ya.
> suami saya: ya udah, adhe kabar2in ya.
> saya: oki doki! oya, tulung jemurin baju yg tadi ta'cuci ya. i love
> you!
> suami saya (meringis becanda): enjih, bu. semangat ya, dhe. love you
> too!
>
> dan saya tidak menepati janji pada suami saya, utk tidur di bis tadi
> pagi.
> karena sambil mengamati mentari bangun, mewarnai langit kehitaman dgn
> pendar2 jingganya, sampai terang benderang di uki,
> saya bersyukur.
>
> utk seorang suami yg sangat pengertian.
> utk tumpukan pekerjaan yg ternyata bisa diselesaikan pelan2.
> utk satu pagi, yg terlalu indah utk dilewatkan.
>
> -retno-
>
>
>
- 9c.
-
Re: (catcil) pagi yg indah
Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com yudhi_sipdeh
Thu Oct 9, 2008 8:57 pm (PDT)
KEMESRAAN DALAM RUMAH TANGGA
**** SUAMI SUKA sekali ISTRI yang P E R H A T I A N :-)
**** ISTRI SUKA sekali SUAMI yang P E N G E R T I A N :-)
klop deh
cerita masa-masa indah saat berdua he..he..he..
salam
yudhi
--- On Thu, 10/9/08, Nia Robiatun Jumiah <musimbunga@gmail.com > wrote:
dan mas catur berfikir:
untuk seorang istri seperti kamu retno :)
nihaw..
lagi iseng..:P
2008/10/10 Bu CaturCatriks <punya_retno@ yahoo.com>
pagi ini, pukul 04.30, dlm perjalanan dr rumah ciawi menuju tol ciawi,
saya berdiskusi dgn suami saya:
saya (dgn antusias): ayang, aku produktif deh tadi pagi! tadi aku
bangun jam 2, trus, aku bikin grafik analis media bulanan, trus bikin
daily work history sebulan. abis itu, aku cuci piring, cuci baju,
nyiapin tas kerjamu, lipet2 jemuran, dan nyikat toilet. jadi bangga
nggak kamu sama aku?
suami saya (sambil senyum2): wah, hebat, hebat kamu! adhe nggak
sekalian benerin pompa air sama nyemen jalan depan rumah kita?
saya (ngakak): ih, ayang! tapi maaf ya, ayang, tadi aku mau buatin
kopi buat kamu, tapi kopinya abis...aku lupa beli semalam...maaf ya..
suami saya (tersenyum memaklumi): iya gpp, adhe jgn merasa bersalah
ya..ntar aku bisa bikin kopi sendiri, kok...
saya: bener ya? trus sarapan apa?
suami saya (masih dgn senyum memaklumi): kan masih ada pisang molen
keju kemarin. udah, aku makan itu aja. tapi ntar kamu smp kantor
sarapan ya...trus di jalan juga bobo aja...ntar pulang jam brp?aku mau
ngaji ntar mlm
saya: ada rapat, tapi di atas jam 17. boleh nggak? kalo boleh, ntar
aku pulang bareng mas wirya.trus dijemput kamu di tol ciawi. tapi kalo
kamu nggak bisa jemput, gpp, aku ngojek aja ya.
suami saya: ya udah, adhe kabar2in ya.
saya: oki doki! oya, tulung jemurin baju yg tadi ta'cuci ya. i love
you!
suami saya (meringis becanda): enjih, bu. semangat ya, dhe. love you
too!
dan saya tidak menepati janji pada suami saya, utk tidur di bis tadi
pagi.
karena sambil mengamati mentari bangun, mewarnai langit kehitaman dgn
pendar2 jingganya, sampai terang benderang di uki,
saya bersyukur.
utk seorang suami yg sangat pengertian.
utk tumpukan pekerjaan yg ternyata bisa diselesaikan pelan2.
utk satu pagi, yg terlalu indah utk dilewatkan.
-retno-
- 10.
-
(Tantangan): Proyek "Laskar Pelangi"
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Thu Oct 9, 2008 5:51 pm (PDT)
Para anggota Milis ESKA Yth.,
Sudah lebih dua tahun milis kita berjalan, ribuan tulisan berupa cerpen, nonfiksi, fiksi, dan cerita lainnya sudah bertaburan di milis ini. Enam buku antologi puisi dan cerita pendek sudah terbit, dan akan menyusul lebih banyak lagi ke depan.
Sekarang ada buku novel best seller "Laskar Pelangi" dan filmnya yang digandrungi oleh banyak orang untuk ditonton.
Bagaimana dengan anak-anak ESKA?
Mampukah membuat novel?
Mampukan menjadi penulis novel best seller?
Saya mencatat, sudah beberapa penulis di Milis ESKA yang membuat novel.
Tetapi bagaimana dengan yang lain?
Sekarang, kita bikin NOVEL yuk!
Setuju?
Ini TANTANGAN buat penulis ESKA semua.
Ini TANTANGAN buat Pengurus ESKA 2008-2010
Saya memimpikan satu atau dua tahun ke depan:
1. Sebagian besar penulis ESKA sudah membuat novel baik fiksi maupun nonfiksi.
2. Ada beberapa Penulis dari Milis ESKA yang membuat Novel Best Seller.
3. Paling tidak ada satu novel Penulis ESKA yang dibuat menjadi film.
4. Film tersebut bakal laris seperti kacang goreng.
Bagaimana, apakah siap?
Kalau semua setuju, baru bersama-sama kita akan atur bagaimana rencana pelaksanaannya, serta bagaimana agar proyek ini terlaksana dengan baik.
Meminjam judul novel dan film yang laris, dan menilai penulis ESKA yang banyak dan dengan kemampuan yang beragam, maka bagaimana kalau kita sebut pryoyek penulisan ini sebagai: Proyek "Laskar Pelangi".
Silahkan didiskusikan dan dibicarakan bersama.
Salam,
Pandika Sampurna
- 11.
-
KISAH NOVEL "THE SCARLET LETTER"
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Thu Oct 9, 2008 6:42 pm (PDT)
KISAH NOVEL "THE SCARLET LETTER"
Ketika ada pergantian jabatan di pejabat Kastam Boston,
Massachusetts, Nathaniel Hawthorne yang bekerja di situ
diberhentikan. Malam itu ia pulang ke rumah dengan penuh rasa kecewa
dan sakit hati. Dia bimbang, bagaimana keluarganya, terutama istri,
akan menerima berita tersebut. Sebaliknya, istri Nathaniel Hawthorne
tidak berkata apa-apa ketika berita itu disampaikan kepadanya.
Istrinya Cuma mengambil sebatang pen dan sebotol tinta lalu
meletakkannya di atas meja di depan Nathaniel Hawthorne. Dia lalu
menyalakan api penerang dan merangkul Nathaniel Hawthorne dengan
penuh kemesraan seraya berkata '' Abang sekarang tentunya punya
waktu untuk menulis buku. '' Nathaniel Hawthorne mendapat semangat
baru dari motivasi dan dorongan istrinya. Nathaniel Hawthorne
kemudian terus menulis dan menghasilkan sebuah novel yang termashur
di seluruh dunia, berjudul The Scarlet Letter.
Sumber: Infokita2 dalam Kisah Sedih Yang Merubah Dunia
4 April 2006
- 12.
-
Evaluasi PascaRamadhan 1429 H
Posted by: "Annisa Sholihah" annisa_fpb@yahoo.com annisa_fpb
Thu Oct 9, 2008 7:00 pm (PDT)
Assalamu'alaikum wr wb
Ikhwati fillah rahimanii wa rahimakumullah...
Ramadhan sudah kita lewati, bulan Syawal sekarang kita tapaki.
Ada sedikit renungan untuk saudara-saudaraku (di attachment).
Semoga bermanfaat. Amin
Syukron jaziilan
Ma'as salamah
Wassalamu'alaikum wr wb
- 13a.
-
Re: HAKI SK
Posted by: "SyaSya" sya4215@yahoo.com sya4215
Thu Oct 9, 2008 9:06 pm (PDT)
maksudnya yg school of life ya mas epri?
kalo gak salah sih itu juga sudah lama adanya,
kalo SK 2 thn, kayaknya school of life lebih tua deh..atau kurang
lebih umurnya sama, (soalnya dulu aku pernah ngedaftarin adikku ikut
salah satu program school of life, kurleb 2 thn yg lalu)
jadi mungkin mereka gak berniat meniru SK, cuma kebetulan aja namanya
hampir sama.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Sekolah Kehidupan Mesircom
<eska_mesir@...> wrote:
>
> ikut nimbrung
> kita memang berbahagia
> ketika ada komunitas lain
> berniat membangun umat dan bangsa
>
> namun ketika
> dua komunitas yg berbeda
> dengan satu nama
>
> apa ini tidak akan membuat
> masyarakat bingung?
>
> apalagi komunitas lain ini
> memiliki buku dan pelatihannya
>
>
> --- On Fri, 9/26/08, epri_tsi <epri_tsi@...> wrote:
> From: epri_tsi <epri_tsi@...>
> Subject: [sekolah-kehidupan] HAKI SK
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Friday, September 26, 2008, 11:19 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Salah satu program kerja yang katanya tak terwujud pada
periode
>
> kepengurusan yang lalu adalah membuat Hak Paten atas Nama komunitas
>
> Sekolah kehidupan, begitu kurang lebih Nursalam membacakan LPJ nya di
>
> SItu Gintung beberapa waktu lalu.
>
>
>
> Karena saya juga melihat ada komunitas2 lain yang mencoba membuat nama
>
> dan jargon2 yang agak mirip, saya kira perlu difikirkan untuk segera
>
> membuat Hak Paten SK ya.
>
>
>
> Sekedar masukan saja.
>
>
>
> Terimakasih.
>
>
>
> Epri Tsaqib
>
>
>
> ** Berikut ini baru saja saya menemukan template tentang milis yang
>
> saya temui ketika mencari kata "sekolah kehidupan" di groups yahoo.
>
>
>
> LifeSharing Community :
>
>
>
> "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru".
>
> LivingSchool Community adalah komunitas orang-orang yang mau belajar
>
> dan mengambil hikmah dari setiap perjalanan kehidupan yang dilaluinya,
>
> kumpulan orang-orang yang senantiasa belajar dari semua orang yang
>
> ditemuinya, belajar dari setiap kejadian yang berlangsung di muka
>
> bumi, setiap jam, menit dan detik.
>
>
>
> See?
>
>
>
> :)
>
- 13b.
-
Re: HAKI SK
Posted by: "bApaKne vLeA" kampungcahaya@yahoo.com kampungcahaya
Thu Oct 9, 2008 9:40 pm (PDT)
kalo gitu, mestinya mereka dong yg lbh kalang kabut ngurus paten karna sbg lembaga profit, khawatir "sawah"-nya dimanfaatkan oleh pihak lain????
bloglomba, blogbacatulis, anakaletta
--- On Fri, 10/10/08, SyaSya <sya4215@yahoo.com > wrote:
From: SyaSya <sya4215@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: HAKI SK
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Friday, October 10, 2008, 11:02 AM
maksudnya yg school of life ya mas epri?
kalo gak salah sih itu juga sudah lama adanya,
kalo SK 2 thn, kayaknya school of life lebih tua deh..atau kurang
lebih umurnya sama, (soalnya dulu aku pernah ngedaftarin adikku ikut
salah satu program school of life, kurleb 2 thn yg lalu)
jadi mungkin mereka gak berniat meniru SK, cuma kebetulan aja namanya
hampir sama.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Sekolah Kehidupan Mesircom
<eska_mesir@...> wrote:
>
> ikut nimbrung
> kita memang berbahagia
> ketika ada komunitas lain
> berniat membangun umat dan bangsa
>
> namun ketika
> dua komunitas yg berbeda
> dengan satu nama
>
> apa ini tidak akan membuat
> masyarakat bingung?
>
> apalagi komunitas lain ini
> memiliki buku dan pelatihannya
>
>
> --- On Fri, 9/26/08, epri_tsi <epri_tsi@...> wrote:
> From: epri_tsi <epri_tsi@...>
> Subject: [sekolah-kehidupan] HAKI SK
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Friday, September 26, 2008, 11:19 PM
>
>
>
> Salah satu program kerja yang katanya tak terwujud pada
periode
>
> kepengurusan yang lalu adalah membuat Hak Paten atas Nama komunitas
>
> Sekolah kehidupan, begitu kurang lebih Nursalam membacakan LPJ nya di
>
> SItu Gintung beberapa waktu lalu.
>
>
>
> Karena saya juga melihat ada komunitas2 lain yang mencoba membuat nama
>
> dan jargon2 yang agak mirip, saya kira perlu difikirkan untuk segera
>
> membuat Hak Paten SK ya.
>
>
>
> Sekedar masukan saja.
>
>
>
> Terimakasih.
>
>
>
> Epri Tsaqib
>
>
>
> ** Berikut ini baru saja saya menemukan template tentang milis yang
>
> saya temui ketika mencari kata "sekolah kehidupan" di groups
yahoo.
>
>
>
> LifeSharing Community :
>
>
>
> "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah
guru".
>
> LivingSchool Community adalah komunitas orang-orang yang mau belajar
>
> dan mengambil hikmah dari setiap perjalanan kehidupan yang dilaluinya,
>
> kumpulan orang-orang yang senantiasa belajar dari semua orang yang
>
> ditemuinya, belajar dari setiap kejadian yang berlangsung di muka
>
> bumi, setiap jam, menit dan detik.
>
>
>
> See?
>
>
>
> :)
>
--------------------- --------- ------
Yahoo! Groups Links
- 13c.
-
Re: HAKI SK
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Thu Oct 9, 2008 11:00 pm (PDT)
Hal ini sudah tidak perlu diperpanjang.
Nama saja sudah beda.
Paten kita juga akan beda.
Hanya kalau masalah buku panduan dan pelatihannya, saya rasa kita
tidak membutuhkan. Karena hidup itu mengalir, yang walau bisa
disimulasikan di kelas, tetapi dalam kenyataan di kehidupan yang
sebenarnya akan jauh sekali berbeda.
Tetapi kalau untuk pelatihan yang spesifik mengenai motivasi dan
inspirasi, silahkan saja. Kita bisa mengikuti dari pelatihan-
pelatihan yang banyak tersedia.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , bApaKne vLeAcom
<kampungcahaya@...> wrote:
>
> kalo gitu, mestinya mereka dong yg lbh kalang kabut ngurus paten
karna sbg lembaga profit, khawatir "sawah"-nya dimanfaatkan oleh
pihak lain????
>
> bloglomba, blogbacatulis, anakaletta
>
>
>
> --- On Fri, 10/10/08, SyaSya <sya4215@...> wrote:
> From: SyaSya <sya4215@...>
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: HAKI SK
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Friday, October 10, 2008, 11:02 AM
>
> maksudnya yg school of life ya mas epri?
>
> kalo gak salah sih itu juga sudah lama adanya,
> kalo SK 2 thn, kayaknya school of life lebih tua deh..atau kurang
> lebih umurnya sama, (soalnya dulu aku pernah ngedaftarin adikku
ikut
> salah satu program school of life, kurleb 2 thn yg lalu)
>
> jadi mungkin mereka gak berniat meniru SK, cuma kebetulan aja
namanya
> hampir sama.
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Sekolah Kehidupan Mesircom
> <eska_mesir@> wrote:
> >
> > ikut nimbrung
> > kita memang berbahagia
> > ketika ada komunitas lain
> > berniat membangun umat dan bangsa
> >
> > namun ketika
> > dua komunitas yg berbeda
> > dengan satu nama
> >
> > apa ini tidak akan membuat
> > masyarakat bingung?
> >
> > apalagi komunitas lain ini
> > memiliki buku dan pelatihannya
> >
> >
> > --- On Fri, 9/26/08, epri_tsi <epri_tsi@> wrote:
> > From: epri_tsi <epri_tsi@>
> > Subject: [sekolah-kehidupan] HAKI SK
> > To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> > Date: Friday, September 26, 2008, 11:19 PM
> >
> >
> >
> > Salah satu program kerja yang katanya tak terwujud
pada
> periode
> >
> > kepengurusan yang lalu adalah membuat Hak Paten atas Nama
komunitas
> >
> > Sekolah kehidupan, begitu kurang lebih Nursalam membacakan LPJ
nya di
> >
> > SItu Gintung beberapa waktu lalu.
> >
> >
> >
> > Karena saya juga melihat ada komunitas2 lain yang mencoba
membuat nama
> >
> > dan jargon2 yang agak mirip, saya kira perlu difikirkan untuk
segera
> >
> > membuat Hak Paten SK ya.
> >
> >
> >
> > Sekedar masukan saja.
> >
> >
> >
> > Terimakasih.
> >
> >
> >
> > Epri Tsaqib
> >
> >
> >
> > ** Berikut ini baru saja saya menemukan template tentang milis
yang
> >
> > saya temui ketika mencari kata "sekolah kehidupan" di groups
> yahoo.
> >
> >
> >
> > LifeSharing Community :
> >
> >
> >
> > "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka setiap orang adalah
> guru".
> >
> > LivingSchool Community adalah komunitas orang-orang yang mau
belajar
> >
> > dan mengambil hikmah dari setiap perjalanan kehidupan yang
dilaluinya,
> >
> > kumpulan orang-orang yang senantiasa belajar dari semua orang
yang
> >
> > ditemuinya, belajar dari setiap kejadian yang berlangsung di muka
> >
> > bumi, setiap jam, menit dan detik.
> >
> >
> >
> > See?
> >
> >
> >
> > :)
> >
>
>
>
> --------------------- --------- ------
>
> Yahoo! Groups Links
>
- 14a.
-
Re: Sumber Inspirasi Menulis
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Thu Oct 9, 2008 9:40 pm (PDT)
Terima kasih Mas Udo Yamin,
Mudah-mudahan trik-trik cara menulisnya bisa berkelanjutan.
Biar kita semua bisa belajar lebih banyak lagi.
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , WORD SMART CENTERcom
<wordsmartcenter@...> wrote:
>
>
>
>
>
> Sumber Inspirasi Menulis
>
> Oleh: Udo Yamin Majdi
>
>
>
> Teman-teman saya sering
> bilang, salah satu alasan, mereka tidak bisa menulis karena tidak
ada inspirasi
> alias kehilangan ide. Itu hal yang wajar dan biasa. Yang
membedakan antara
> penulis sejati dengan bukan adalah, penulis sejati ketika tidak
ada gagasan ia
> terus mencari dan mencari, sedangkan orang-orang yang
baru "berpikir"
> menjadi penulis, ia berdiam diri dan lari dari kenyataan yang ia
hadapi. Lantas,
> di manakah kita bisa menemukan inspirasi itu? Jawabannya adalah
coba baca Al-Quran!
> Ya, di sanalah sumber inspirasi itu! Tidak percaya? Mari kita
dengarkan kisah
> Pak Taufiq Ismail, Kang Abik, dan Mas Fauzil.
>
>
>
> "Di tahun 1997 --tulis pak Taufiq
> dalam majalah sastra HORISON-- "saya bertemu Chrisye sehabis
sebuah acara,
> dan dia berkata, 'Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba
menuliskan kata-katanya,
> tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?'
Karena saya suka
> lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti
selesai. Dia
> bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan
itu bolehlah.
> Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris
lirik diperlukan,
> dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi
dengan suku
> kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
>
>
>
> Kemudian saya dengarkan lagu
> itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada
ide. Dua minggu
> begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai
gelisah. Di
> ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu
cantik jelita. Tapi
> kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan
telepon Chrisye
> keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet.
Sori."
> Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin
baca Surah
> Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi,
A'udzubillahi minasy
> syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna
> aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya
berhenti. Maknanya,
> "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan
> berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa
yang telah
> mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan
Akhir
> ini luar biasa!
>
>
>
> Saya hidupkan lagi pita
> rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik
lagi tersebut. Pada
> mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa
masuk pas ke
> dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah
penulisan lirik
> itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki
Berkata.
>
>
>
> Keesokannya dengan lega saya
> berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat
> gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik
tersebut. Berikutnya
> hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar
menyanyikannya baru dua baris
> Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.
>
>
>
> Di dalam memoarnya yang
> dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye? Sebuah Memoar Musikal, 2007
(halaman 308-309),
> bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-
satunya lirik
> dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya.
Ada kekuatan
> misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-
benarbenar mencekam
> dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu
bertambah
> susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu
itu. Baru
> dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis
lagi.Yanti sampai
> syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap
sebuah lagu. Taufiq
> memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan
Kaki Berkata.
>
>
>
> Lirik itu begitu merasuk dan
> membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya
manusia ketika
> hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya
menelepon Taufiq
> dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu
dari Surat
> Yasin ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang
saat
> menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang
sering kali
> tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq,
tetap saja
> saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal,
dan gagal lagi.
> Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-
umur, sepanjang
> sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini.
Dilumpuhkan
> oleh lagu sendiri!
>
>
>
> Butuh kekuatan untuk bisa
> menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu
lagu terakhir
> yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa
keberangkatan ke
> Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke
Australia, saya
> lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat
khusus untuk
> mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan
lagu itu
> hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena
saya sudah
> menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang
Anda
> mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang
paling autentik,
> dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya
mendengarkan lagu
> itu saja, rasanya ingin berlari!
>
>
>
> Lagu itu menjadi salah satu
> lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan.
Kekuatan
> spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah
pengalaman
> batin saya yang paling dalam selama menyanyi.
>
>
>
> Penuturan Chrisye dalam
> memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan
Hari Akhir
> sedemikian sensitif dan luar biasanya, dengan saksi tetesan air
matanya. Bukan
> main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya
terhadap makna Pengadilan
> Hari Akhir di hari kiamat kelak.
>
>
>
> Mengenai menangis, menangis
> ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan
lagu Rindu
> Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat
menyanyikannya
> dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan
membelakangi penonton
> menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul
dalam lagu
> tersebut".
>
>
>
> Baik, sekarang mari kita
> dengarkan cerita kang Abik. "Ide menulis ini saya peroleh," kata
Kang Abik mengawali
> ceritanya kepada Eramuslim dan Republika, "ketika saya mentadaburi
surah
> Az-Zukhruf ayat 67 dan surah Yusuf, di mana di dalamnya terdapat
kisah cinta
> yang universal dan sangat indah, itu yang mengilhami novel saya.
Tidak hanya
> itu, ayat Al-Qur`an lainnya seperti surah Ar-Rahman juga telah
mengilhami
> beberapa tulisan saya. Al-Qur`an memang sumber inspirasi terbesar
bagi karya-karya
> saya, selain juga pengalaman belajar di Mesir, karena itu memacu
saya untuk
> terus mendalami dan membaca Al-Qur`an!"
>
>
>
> Betul, apa yang diceritakan
> oleh Kang Abik. Saya sendiri menyaksikan kedekatan beliau dengan
Al-Qur`an. Bahkan,
> ketika beliau menjadi Ketua Umum FLP Mesir, saya menjadi salah
seorang
> pengurusnya, acara-acara sering kami awali dengan bacaan Al-
Qur`an. Misalnya,
> Kang Abik mengusulkan acara "Pesantren Karya". Acara ini, kami
> laksanakan pada bulan suci Ramadhan, selain ada semacam pelatihan
menulis, juga
> untuk mengkhatam Al-Qur`an. Caranya, masing-masing peserta membaca
satu juz,
> dari juz satu hingga juz tiga puluh, dalam waktu yang bersamaan.
Menjelang ifthâr
> (buka puasa), Al-Qur`an 30 juz itu tamat.
>
>
>
> Terakhir cerita Mas Fauzil (Muhammad
> Fauzil Adhim, penulis best seller "Kupinang Engkau dengan
Basmalah).
> "Waktu saya menulis, saya sempat kehilangan inspirasi dan cara
> menyampaikan gagasan agar menggugah", cerita Mas Fauzil ketika
beliau
> berkunjung ke Mesir, "tiba-tiba, saya tersentak saat membaca surat
Ar-Rahman,
> di sana ada satu ayat yang diulang-ulang. Muncullah ide untuk
menulis dengan
> gaya seperti al-Quran, satu kalimat diulang-ulang. Dan ternyata,
sebagaimana
> cerita teman saya, pengaruhnya sangat dahsyat tatkala membaca
tulisan saya"..
>
>
>
> Lagi-lagi saya sebagai saksi,
> seperti yang saya lihat dalam diri Kang Abik, juga ada pada Mas
Fauzil. Sehingga
> dalam Pelatihan Menulis, Diskusi, Dialog, maupun berduaan di kamar
tempat Mas
> Fauzil menginap --ketika beliau ke Mesir, saya merasakan nuansa
Qurani itu. Bahkan dengan jelas Mas
> Fauzil menceritakan kepada saya bahwa di samping mendengar nasyid
yang
> menggugah, setiap hari selain membaca Al-Qur`an lewat Mushaf
beliau
> mendengarkan ayat suci Al-Qur`an lewat walkman yang selalu beliau
bawa ke mana-mana.
>
> Apa yang dialami oleh beliau bertiga --penulis lirik
> lagu, penulis novel, dan penulis buku agama, juga saya alami.
Sebagai contoh, saya
> menulis buku QURANIC QUOTIENT: Menggali & Melejitkan Potensi
Melalui Al-Quran
> (Qultum Media, 2007), terinspirasi dari surat Al-Fatihah. Dari
ummul kitab itu,
> saya terinspirasi untuk menulis Tujuh Prinsip Melejitkan Potensi
Diri yang
> tercantum dalam bab akhir buku saya itu. Bahkan, tujuh prinsip
atau bab akhir
> itu, saya kembangkan lagi menjadi buku tersendiri "THE 7
PRINCIPLES OF
> ISLAMIC SELF DEVELOPMENT".
>
> Bahkan hampir semua tulisan saya terilhami dari ayat-ayat
> dalam Al-Quran. Nah, jika Anda ingin membuktikan cerita Pak
Taufiq, Kang Abik,
> Mas Fauzil, dan saya bahwa Al-Quran sumber inspirasi, lalu mengapa
tidak Anda
> coba sendiri? Wallahu a'lamu bish shawab.
>
>
>
> ===================== ========= =========
>
> WORD SMART CENTER adalah sebuah komunitas --online dan offline--
tempat belajar mengasah kecerdasan dalam berbahasa (berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis) dan bercita-cita membangun bangsa
lewat pelatihan/sekolah menulis, literary agency, penerbitan,
distributor, toko buku, dan taman baca.
>
> Bagi siapa saja berminat belajar mengasah kecerdasan berbahasa dan
menjadi bagian dari pecinta buku, silahkan bergabung di milis
wordsmartcenter@yahoogroups. com
>
- 14b.
-
Re: Sumber Inspirasi Menulis
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Thu Oct 9, 2008 10:58 pm (PDT)
waaah, aku suka banget lagu itu, lho!
bikin merinding.
dari dulu, aku juga bertanya2, ide liriknya dr mana ya?
oh, baru paham sekarang:)
thanks for writing, pak udo yamin...
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Pandika Sampurna"com
<pandika_sampurna@...> wrote:
>
> Terima kasih Mas Udo Yamin,
> Mudah-mudahan trik-trik cara menulisnya bisa berkelanjutan.
> Biar kita semua bisa belajar lebih banyak lagi.
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , WORD SMART CENTERcom
> <wordsmartcenter@> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> > Sumber Inspirasi Menulis
> >
> > Oleh: Udo Yamin Majdi
> >
> >
> >
> > Teman-teman saya sering
> > bilang, salah satu alasan, mereka tidak bisa menulis karena
tidak
> ada inspirasi
> > alias kehilangan ide. Itu hal yang wajar dan biasa. Yang
> membedakan antara
> > penulis sejati dengan bukan adalah, penulis sejati ketika tidak
> ada gagasan ia
> > terus mencari dan mencari, sedangkan orang-orang yang
> baru "berpikir"
> > menjadi penulis, ia berdiam diri dan lari dari kenyataan yang ia
> hadapi. Lantas,
> > di manakah kita bisa menemukan inspirasi itu? Jawabannya adalah
> coba baca Al-Quran!
> > Ya, di sanalah sumber inspirasi itu! Tidak percaya? Mari kita
> dengarkan kisah
> > Pak Taufiq Ismail, Kang Abik, dan Mas Fauzil.
> >
> >
> >
> > "Di tahun 1997 --tulis pak Taufiq
> > dalam majalah sastra HORISON-- "saya bertemu Chrisye sehabis
> sebuah acara,
> > dan dia berkata, 'Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba
> menuliskan kata-katanya,
> > tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?'
> Karena saya suka
> > lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti
> selesai. Dia
> > bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline
sebulan
> itu bolehlah.
> > Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris
> lirik diperlukan,
> > dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi
> dengan suku
> > kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
> >
> >
> >
> > Kemudian saya dengarkan lagu
> > itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada
> ide. Dua minggu
> > begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai
> gelisah. Di
> > ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu
> cantik jelita. Tapi
> > kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan
> telepon Chrisye
> > keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet.
> Sori."
> > Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan
rutin
> baca Surah
> > Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi,
> A'udzubillahi minasy
> > syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa
tukallimuna
> > aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya
> berhenti. Maknanya,
> > "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka
akan
> > berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa
> yang telah
> > mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari
Pengadilan
> Akhir
> > ini luar biasa!
> >
> >
> >
> > Saya hidupkan lagi pita
> > rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik
> lagi tersebut. Pada
> > mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan
bisa
> masuk pas ke
> > dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah
> penulisan lirik
> > itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki
> Berkata.
> >
> >
> >
> > Keesokannya dengan lega saya
> > berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye
sangat
> > gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik
> tersebut. Berikutnya
> > hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar
> menyanyikannya baru dua baris
> > Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.
> >
> >
> >
> > Di dalam memoarnya yang
> > dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye? Sebuah Memoar Musikal,
2007
> (halaman 308-309),
> > bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-
> satunya lirik
> > dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya.
> Ada kekuatan
> > misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-
> benarbenar mencekam
> > dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu
itu
> bertambah
> > susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan
lagu
> itu. Baru
> > dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis
> lagi.Yanti sampai
> > syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap
> sebuah lagu. Taufiq
> > memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan
> Kaki Berkata.
> >
> >
> >
> > Lirik itu begitu merasuk dan
> > membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya
> manusia ketika
> > hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya
> menelepon Taufiq
> > dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik
itu
> dari Surat
> > Yasin ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang
> saat
> > menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang
> sering kali
> > tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan
Taufiq,
> tetap saja
> > saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal,
> dan gagal lagi.
> > Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-
> umur, sepanjang
> > sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini.
> Dilumpuhkan
> > oleh lagu sendiri!
> >
> >
> >
> > Butuh kekuatan untuk bisa
> > menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu
> lagu terakhir
> > yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa
> keberangkatan ke
> > Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang
ke
> Australia, saya
> > lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti
sholat
> khusus untuk
> > mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa
menyanyikan
> lagu itu
> > hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena
> saya sudah
> > menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang
> Anda
> > mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang
> paling autentik,
> > dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya
> mendengarkan lagu
> > itu saja, rasanya ingin berlari!
> >
> >
> >
> > Lagu itu menjadi salah satu
> > lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya
nyanyikan.
> Kekuatan
> > spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan.
Itulah
> pengalaman
> > batin saya yang paling dalam selama menyanyi.
> >
> >
> >
> > Penuturan Chrisye dalam
> > memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap
Pengadilan
> Hari Akhir
> > sedemikian sensitif dan luar biasanya, dengan saksi tetesan air
> matanya. Bukan
> > main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya
> terhadap makna Pengadilan
> > Hari Akhir di hari kiamat kelak.
> >
> >
> >
> > Mengenai menangis, menangis
> > ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina
dengan
> lagu Rindu
> > Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat
> menyanyikannya
> > dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan
> membelakangi penonton
> > menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul
> dalam lagu
> > tersebut".
> >
> >
> >
> > Baik, sekarang mari kita
> > dengarkan cerita kang Abik. "Ide menulis ini saya peroleh,"
kata
> Kang Abik mengawali
> > ceritanya kepada Eramuslim dan Republika, "ketika saya
mentadaburi
> surah
> > Az-Zukhruf ayat 67 dan surah Yusuf, di mana di dalamnya terdapat
> kisah cinta
> > yang universal dan sangat indah, itu yang mengilhami novel saya.
> Tidak hanya
> > itu, ayat Al-Qur`an lainnya seperti surah Ar-Rahman juga telah
> mengilhami
> > beberapa tulisan saya. Al-Qur`an memang sumber inspirasi
terbesar
> bagi karya-karya
> > saya, selain juga pengalaman belajar di Mesir, karena itu memacu
> saya untuk
> > terus mendalami dan membaca Al-Qur`an!"
> >
> >
> >
> > Betul, apa yang diceritakan
> > oleh Kang Abik. Saya sendiri menyaksikan kedekatan beliau dengan
> Al-Qur`an. Bahkan,
> > ketika beliau menjadi Ketua Umum FLP Mesir, saya menjadi salah
> seorang
> > pengurusnya, acara-acara sering kami awali dengan bacaan Al-
> Qur`an. Misalnya,
> > Kang Abik mengusulkan acara "Pesantren Karya". Acara ini, kami
> > laksanakan pada bulan suci Ramadhan, selain ada semacam
pelatihan
> menulis, juga
> > untuk mengkhatam Al-Qur`an. Caranya, masing-masing peserta
membaca
> satu juz,
> > dari juz satu hingga juz tiga puluh, dalam waktu yang bersamaan.
> Menjelang ifthâr
> > (buka puasa), Al-Qur`an 30 juz itu tamat.
> >
> >
> >
> > Terakhir cerita Mas Fauzil (Muhammad
> > Fauzil Adhim, penulis best seller "Kupinang Engkau dengan
> Basmalah).
> > "Waktu saya menulis, saya sempat kehilangan inspirasi dan cara
> > menyampaikan gagasan agar menggugah", cerita Mas Fauzil ketika
> beliau
> > berkunjung ke Mesir, "tiba-tiba, saya tersentak saat membaca
surat
> Ar-Rahman,
> > di sana ada satu ayat yang diulang-ulang. Muncullah ide untuk
> menulis dengan
> > gaya seperti al-Quran, satu kalimat diulang-ulang. Dan ternyata,
> sebagaimana
> > cerita teman saya, pengaruhnya sangat dahsyat tatkala membaca
> tulisan saya"..
> >
> >
> >
> > Lagi-lagi saya sebagai saksi,
> > seperti yang saya lihat dalam diri Kang Abik, juga ada pada Mas
> Fauzil. Sehingga
> > dalam Pelatihan Menulis, Diskusi, Dialog, maupun berduaan di
kamar
> tempat Mas
> > Fauzil menginap --ketika beliau ke Mesir, saya merasakan nuansa
> Qurani itu. Bahkan dengan jelas Mas
> > Fauzil menceritakan kepada saya bahwa di samping mendengar
nasyid
> yang
> > menggugah, setiap hari selain membaca Al-Qur`an lewat Mushaf
> beliau
> > mendengarkan ayat suci Al-Qur`an lewat walkman yang selalu
beliau
> bawa ke mana-mana.
> >
> > Apa yang dialami oleh beliau bertiga --penulis lirik
> > lagu, penulis novel, dan penulis buku agama, juga saya alami.
> Sebagai contoh, saya
> > menulis buku QURANIC QUOTIENT: Menggali & Melejitkan Potensi
> Melalui Al-Quran
> > (Qultum Media, 2007), terinspirasi dari surat Al-Fatihah. Dari
> ummul kitab itu,
> > saya terinspirasi untuk menulis Tujuh Prinsip Melejitkan Potensi
> Diri yang
> > tercantum dalam bab akhir buku saya itu. Bahkan, tujuh prinsip
> atau bab akhir
> > itu, saya kembangkan lagi menjadi buku tersendiri "THE 7
> PRINCIPLES OF
> > ISLAMIC SELF DEVELOPMENT".
> >
> > Bahkan hampir semua tulisan saya terilhami dari ayat-ayat
> > dalam Al-Quran. Nah, jika Anda ingin membuktikan cerita Pak
> Taufiq, Kang Abik,
> > Mas Fauzil, dan saya bahwa Al-Quran sumber inspirasi, lalu
mengapa
> tidak Anda
> > coba sendiri? Wallahu a'lamu bish shawab.
> >
> >
> >
> > ===================== ========= =========
> >
> > WORD SMART CENTER adalah sebuah komunitas --online dan offline--
> tempat belajar mengasah kecerdasan dalam berbahasa (berbicara,
> mendengar, membaca, dan menulis) dan bercita-cita membangun bangsa
> lewat pelatihan/sekolah menulis, literary agency, penerbitan,
> distributor, toko buku, dan taman baca.
> >
> > Bagi siapa saja berminat belajar mengasah kecerdasan berbahasa
dan
> menjadi bagian dari pecinta buku, silahkan bergabung di milis
> wordsmartcenter@yahoogroups. com
> >
>
- 15.
-
[LONCENG] I-SK, Ada apa dibalik senyum bu guru Dyah, yang kian meman
Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com
Thu Oct 9, 2008 10:43 pm (PDT)
I-Sk..
Infotainment SK
Berita terhangat seputar sahabat SK
Salam Semuanya... ada apa dengan bu guru Dyah?
Adakah senyum bahagia dari wajahnya yang semakin memancar akhir-akhir ini
disebabkan kebahagiaan yang akan menjadi kisah penting di sejarah
kehidupannya akan segera tiba?
Simaklah tayangan eh undangan berikut ini!
***
*Assalamu'allaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh*
* *
*Dengan memohon Rahmat & Ridho Alloh SWT, kami bermaksud menyelenggarakan
resepsi pernikahan putra&putri kami*
* *
*Dyah Zakiati*
*Putri dari Bpk. Mashuri & Ibu Suciati*
* *
*Dengan*
* *
*Dwiarso Sapto Nugroho
Putra dari Bpk. Sugiyo Pranoto & Ibu Sri Sugihari*
* *
* *
*Akad Nikah,*
*Hari Ahad 19 Oktober 2008*
*Pukul 09.00 WIB*
* *
*Resepsi Pernikahan,*
*Pukul 11.00-15.00 WIB*
* *
*Aula Asrama Mahasiswa Kalimantan Barat*
*Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 11 Palmeriam, Matraman Jakarta Timur*
* *
*Merupakan suatu kehormatan bagi kami apabila Bpk/Ibu/Sdr/i berkenan hadir
untuk memberikan doa restu pada kedua mempelai.*
* *
*Wassalamu'allaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.*
* *
*****
* *
Rute:
Dari Kampung Melayu naik M. 01 (atau apapun yang ke arah Senen) Turun di
halte Gereja Antonius masuk ke Jalan Ahmad Dahlan. (Jalan di sebelah kanan
Gereja)
Dari Senen naik M. 01 (atau apapun yang ke arah Kampung Melayu) Turun di
halte Gereja Antonius
Dari By Pass/Kramat Asem naik M.21 ke arah Kampung Melayu turun di lokasi
(Asrama Kalimantan Barat)
PS: yang mau bareng ama aku, bisa janjian di stasiun depok.. mba asma, kang
taufik, mas catur& retno, A'Hendra atau yang lain kumaha?
Nb: Thanks for mba Dyah.. mbak yu manis ku., yang memberikan kehormatan
untuk aku mengumumkan kabar bahagia ini... tapi btw, kalo aku yang nikah
siapa yang mau ngumumin yaq? Hi..hi...
Btw lagi, Mas Dwiarso itu yang pernah jadi ketua BEM IPB yaq? kayaknya
namanya gak asing?
salam,
Nia Robie'
Yang Obsesi Gilanya kembali kumat.. hi..hi..
so.. I-Sk, gak selamanya negatif khan? teteup...
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar