Aku Akan Mencinta...
Penulis : Lizsa Anggraeny
------------
KotaSantri.com : "Wajahnya mirip!"
Penggalan kata tersebut sering terdengar. Membuat bibir tersenyum senang,
tersungging geli. Entah benar atau sekedar basa basi, biarlah! Yang penting, aku
bahagia. Dan kau pun seolah tahu, tertawa lebar dengan pelukan erat.
Kau lihat? Wajah kita
jelas sekali berbeda. Mataku bulat hitam, sedangkan kau coklat sipit. Kuliku
coklat sawo matang, sedangkan kau putih bersih. Hidung tak sama, lekuk garis pun
tak serupa. Jelas kita tak mirip.
Kita Mirip? Ya, mungkin
saja. Orang melihat kita telah menjadi mirip. Terbentuk oleh ritme kehidupan
yang sama.
Kau ingat? Kita pernah
menangis bersama. Ketika baju-baju dalam koper kau porak porandakan, teracak
berhamburan. Urat kesabaranku pecah.
Dengan mata singa galak membentakmu, menggelegar. Hingga badan kecil terhenyak
ketakutan, menangis sejadi-jadinya. Lalu merangkak pelan menuju alas pelicin,
berusaha mengangkat setrika berat, dengan masih berurai air mata. Seolah kau
ingin mengatakan, "Aku hanya ingin mencoba alat yang bernama setrika! Bukan
bermaksud mengacak-acak pakaian!"
Aku tergugu di pojokan.
Trenyuh memandang tubuh kecil yang sedang berusaha menggerakan setrikaan berat.
Dengan pakaian yang kusut di genggaman. Dan aku pun turut menangis. Menyesali
ketidaksabaran.
Kita pernah tertawa
bahagia. Tidak, bukan hanya pernah, tapi sering kali kita tertawa bersama.
Ketika wajah badutku mulai terpasang, bersiap mengejar tubuh mungil. Dengan
riang, kau akan merangkak cepat, menghindari wajah badut di belakang. Kau pun
akan tertawa senang jika hidangan kesukaan terlihat tersaji. Empat gigi yang
baru tumbuh akan dipamerkan dalam tawa lebar. Lahap menyantap
kegemaran.
Dan kau tahu? Aku pernah
begitu bahagia memilikimu. Ketika suara mungil mulai berolah vokal.
"Miiih... Mih... Amih... Amiiihhh" Sambil mendekati, kemudian memeluk leherku
dengan gerakan lincah senang. Aku bagai malambung saat itu. Ingin rasanya
meloncat ke awang-awang, mengabarkan pada semuanya. "Woooiii.... Lihat! Dia
sudah bisa memanggilku Amih!"
Mirip atau tak mirip,
aku tak peduli. Tak mirip karena memang kau bukan terlahir dari rahimku. Tak
pernah aku merasakan tendangan mungilmu dalam hitungan sembilan bulan. Tak
pernah aku merasakan kesakitan menunggu persalinan. Tak pernah pula aku
merasakan keindahan menyusui. Sesuatu yang sesungguhnya begitu aku dambakan
dalam semakin bertambahnya usia pernikahan.
Jika orang mengatakan
kita mirip, itu karena keadaan. Seiring dengan hari-hari yang telah kita lalui
bersama. Sejalan dengan rasa cinta yang menjalar cepat. Kasih sayangku menumpuk
dalam hitungan detik. Kebahagiaanku bertambah dengan skala kilat. Relung batinku
terisi naluri seorang ibu.
Percayalah, Nak, mirip
tak mirip, bagiku bukan halangan. Karena aku akan mencinta, dalam batas kemurnian
kasih seorang ibu. Mengasihi dalam waktu yang masih tersisa. Menyayangi dalam
jiwa yang mendamba. Menerima kehadiranmu adalah sebuah amanah yang tidaklah
mudah.
-----------
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]
[Non-text portions of this message have been removed]
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar