Sabtu, 01 November 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2339

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (20 Messages)

Messages

1a.

Bayi Akhir Bulan ku

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Fri Oct 31, 2008 6:55 am (PDT)

^_^ Bahagia ... banget
Bayi ku lahir lagi
Cukup menggemaskan karena bobotnya 4 kg dengan kulit yang putih bersih ^_^

Saat hendak ke musholla setelah adzan magrib berkumandang, aku
sempatkan menjenguk ibu Daryati yang baru saja masuk ke ruang persalinan.
Ibu yang sedang menunggu kelahiran anak ke 3 nya ini masih tersenyum
dan masih berbincang ringan dengan ku.
"Sudah bukaan 8 kak", ujar perawat yang menemani karena bidan sedang
sholat

Usai bermunajat pada Sang Pemilik Kehidupan, aku mendengar tangis bayi .
Bergegas aku menuju ruang persalinan. Surprise banget ... prosesnya
cepat dan mudah.
Subhanallah ... tak ada teriakan sakit dari ibu yang masih berusia 27
tahun ini. Sang suami yang setia menemani, menggenggam tangan istrinya
sambil memeluk dan membisikkan kata - kata yang tak bisa kudengar.
INDAH ... ^_^

Kuambil alih perempuan kecil dari perawat untuk ku bedung dan d
masukkan ke inkubator.
Kubetulkan letak kepalanya dan membiarkan dia dalam kehangatan
Walau ingin sekali melayangkan satu ciuman ke pipinya yang montok

Teringat kata2 AA Gym tadi pagi di sebuah infotainment
"Sangat rugi ketika kita melihat bayi yang lahir lalu kita tidak kagum
pada siapa yang menciptakannya" (kira2 gitu kata2nya)

Subhanallah ya Allah ...
di saat pertukaran hari ... saat magrib
Seorang Bayi suci mulai menyapa dunia ...
Smoga kelak kau menjadi permata dien ini ya nak
^_^

Welcome Baby ...........

by : antz

1b.

Re: Bayi Akhir Bulan ku

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Fri Oct 31, 2008 9:12 pm (PDT)

Selamat ya bu...
semoga menjadi anak yang sholeh.
ditunggu cerita kelanjutan si bayi suci ini..^_^

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "hariyanty thahir"
<anty_th@...> wrote:
>
> ^_^

2a.

Re: [catatan kaki] sharing tentang ASI dong..

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Fri Oct 31, 2008 7:05 am (PDT)

Boleh di tambahkan dengan bahasan yang sedang IN saat ini mbak .
Tentang Inisiasi Menyusu Dini.
Banyak banget manfaat nya untuk bayi, ibu, dan kesehatan ekonomi
keluarga ^_^

by : antz

3.

Love U'r Parents Anywhere They R'

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Fri Oct 31, 2008 7:14 am (PDT)

Suatu hari seorang sahabat saya pergi ke rumah orang jompo atau lebih
terkenal dengan sebutan panti werdha bersama dengan teman-temannya.
Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan
lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang
kesepian dalam hidupnya.

Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua,
tiba-tiba mata teman saya tertumpu pada seorang opa tua yang duduk
menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong.

Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya
berbicara. Perlahan tapi pasti sang opa akhirnya mau mengobrol
dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan kisah hidupnya.

Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang.
Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha
yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat
saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa
tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat
bagus.

Demikian pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah
sampai keluar negeri dengan iaya yang tidak pernah saya batasi.
Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan
juga dalam berkeluarga.

Tibalah dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan
menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu
setia menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal
dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri
saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak
kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah
mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi
orang yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.

Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi
kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan
mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien
juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga
saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar
lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah
itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.

Tapi apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri
dan kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau
menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah
saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak
pernah sakit-sakitan.

Lalu saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau
saya akan mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang
lebih menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti,
mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk
keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya
memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya
makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang
mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari
saya makan dan minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah
hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu
sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang
anak yang sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa
yang saya dapatkan?

Setelah beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan
istrinya mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim
saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya
teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi
saya.

Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka
yang datang untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan
saya. Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya
besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya
bertanya-tanya mengana kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan
padahal saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya
mereka ambil. Saya hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi
mereka sibuk dengan diri sendiri.

Kadang saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak
yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan
juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang mengasihi saya tapi tetap
saya merindukan anak-anak saya.

Sejak itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk datang kesana
dan berbicara dengan sang opa.

Lambat laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan
keceriaan apalagi kalau sekali-sekali teman saya membawa serta
anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali
hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.

Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ?
Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan
menjadi seperti ini.

Jika anda masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak
yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.

When was the last time you chat to your parent? THEY NEED YOU!

Love your parents in anyway they are...

... Tulisan ini di ambil dari Artikel di Web Internal Rumah Zakat ...

antz

4a.

Re: Apa Khabar?

Posted by: "Rajawali Gurun" rajawaligurun@yahoo.com   rajawaligurun

Fri Oct 31, 2008 7:18 am (PDT)

HORAS juga buat ...Pak Teha,
 
Makasih banyak atas kesediaannya memberi No HP dan pujiannya yang terlalu tinggi. Semoga saja Bapak tidak kecewa kelak setelah mengenal saya lebih jauh lagi karena banyak sekali hal yang buruk ada didalam diri saya yang belum dapat saya perbaiki.
 
Massalama.
Maruli M.

--- On Fri, 10/31/08, teha <teha.sugiyo@toserbayogya.com> wrote:

From: teha <teha.sugiyo@toserbayogya.com>
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Re: Apa Khabar?
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Friday, October 31, 2008, 7:47 AM

terima kasih pak maruli atas perhatian dan kepeduliannya kepada kami semua, teman-teman di sk.  no hp saya ini pak: 0815.611.0345, jika tidak nyambung bisa ke 0812.2001.1950. saya lebih sering menggunakan mentari. untuk email coba kirim ke: sinarning_rat@ yahoo.co. id   ; yang sekarang saya gunakan ini email dari kantor. hanya bisa menerima dan membalas email saja. fasilitas lain tidak ada. senang sekali memiliki sahabat sehebat pak maruli. lebih hebat lagi jika "rajawali gurun" berkenan berbagi cerita, tentang suka duka melanglang buana, mengelilingi dan menaklukkan gurun demi gurun.... alangkah indahnya... saya tunggu kabar baiknya pak maruli. kami semua senang, pak maruli menjadi bagian dari keluarga sekolah kehidupan. horas!

Rajawali Gurun wrote:

Pak Sinang...
Kami menunggu cerita perjalanannya, terutama BATAM tempatnya Bang Hasan Aspahani bermukim. Karena saya pernah tinggal disana selama 13 tahun.
 
Pak TEHA....
Kalau boleh saya minta nomer HP-nya & email address yang dapat dihubungi via Japri. Kalau sedang mujur mungkin saya dapat menghubungi Bapak pake Skype, tergantung signal satelit dan cuaca. Karena saya coba hubungi ke email address teha.sugiyo@ toserbayogya. com replynya failure. Sebelumnya saya sudah memperkenalkan diri saya di milist ini sebagai MARULI M.
anak MEDAN yang bermukim di Middle East.
 
Mbak Jenny Jusuf...
Jika email japri saya udah diterima...( jika sukses terkirim)..tolong di forward ke Bpk.Teha.
 
Mas Andi Pranolo....saya turut prihatin mas, semoga anda mendapatkan rezeki yang lebih besar lagi dan bukan hanya HP baru yang didapat....tapi lebih besar dari itu.
 
Buat Mbak Retno....senang rasanya membaca info kesehatan yang sudah memulih dan menulis keceriannya kembali di SK.
 
Buat seluruh members SK dimanapun berada salam hangat dan sukses selalu menyertai anda semuanya.
 
Mohon maaf buat semuanya karena berulang-ulang mereply ke milist...... (agar dikenal warga ...hik...hik. ..hik ..). Mungkin di tanah air udah menjelang tengah malam,.....tapi di belahan dunia sekitar Teluk Persia ini masih pukul 20.30 malam hari....Saya masih seger-segernya melahap postingan dan kiriman teman-teman di SK.
 
Salam,
Maruli M - Middle East.

--- On Wed, 10/29/08, teha <teha.sugiyo@ toserbayogya. com> wrote:

From: teha <teha.sugiyo@ toserbayogya. com>
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Re: Apa Khabar?
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, October 29, 2008, 9:03 AM

selamat kembali  pulang ke rumah yang nyaman pak sinang. kisah-kisah perjalanannya tentu seru jika dibagikan. bunda icha sedang sibuk dengan proyek survey-nya, katanya dalam sms. tapi masih terus memantau perkembangan teman-teman sk yang makin rame n beragam. saya sendiri masih terus menyiasati kesempatan dalam kesempitan waktu. malah minggu ini tidak sempat menuliskan inspirasi karena ada tugas baru yang menyita pikiran, tenaga dan waktu. jika sudah melewati "masa kritis" ini, tentu inspirasi akan mengalir kembali.  untuk bunda ammy, yang baru ketabrak motor, sudah sembuhkah?

fil_ardy wrote:

Wah, wellcomeback, Pak Sinang

5.

(Inspirasi) Pat Gulipat

Posted by: "setyawan_abe" setyawan_abe@yahoo.com   setyawan_abe

Fri Oct 31, 2008 7:26 am (PDT)


Salah satu perusahaan di San Francisco yang memproduksi binatang
peliharaan cloning, Genetic Savings & Clone, menyatakan diri bangkrut
karena minimnya permintaan. Sejauh ini, perusahaan tersebut hanya
berhasil menjual 2 ekor kucing hasil kloning untuk dijadikan binatang
peliharaan.

Nasib buruk yang dihadapi perusahaan tersebut bukanlah hal baru buat
para inovator. Sebelumnya, sederet inovasi terkenal yang sempat dianggap
bakal merevolusi hidup kita mengalami nasib yang hampir sama atau sedang
menuju ke arah sana. Sebut saja alat transportasi Segway yang didukung
oleh dana dari Steve Jobs (Apple) dan Jeff Bezos (Amazon). Dalam 18
bulan, perusahaan ini hanya berhasil menjual sekitar 6.000 produk. TiVo,
perekam video digital juga mengalami nasib yang lebih kurang sama. Meski
mendapatkan banyak ulasan positif karena kemampuannya menghindari iklan
TV, perusahaan ini terus merugi.

Memang banyak alasan yang bisa diberikan mengapa produk-produk
revolusioner tersebut mengalami kegagalan seperti itu. John T. Gourville
dalam artikelnya di Harvard Business Review, Eager Sellers & Stony
Buyers (Juni 2006) memberikan penjelasan yang didasarkan atas hasil
penelitian Daniel Kahneman dan Amos Tversky, yaitu teori loss aversion
dan endownment effect. Secara ringkas teori endowment effect ini
menunjukkan bahwa manusia menilai apa yang dimilikinya sekitar 3 kali
lebih berharga dibanding barang lain yang bernilai sama. Efek ini
umumnya terjadi untuk barang pribadi atau barang yang tidak dimaksudkan
untuk diperjualbelikan. Sementara teori loss aversion menunjukkan kita
lebih suka menghindari kerugian dibanding memperoleh keuntungan,
lagi-lagi dengan perbedaan sekitar 2-3 kali lipat.

Penilaian asimetris tersebut membuat para pencipta produk sering salah
menilai laju adopsi konsumen. Setiap produk baru, sebaik apa pun, akan
meminta konsumen membuang hal-hal lama yang dimilikinya. Hal-hal lama
tersebut bisa berupa peralatan lama, sistem lama, manfaat lama,
kebiasaan lama, atau kepercayaan lama. Dengan mengingat kecendrungan
konsumen menghindari kerugian karena membuang apa yang dimilikinya
sekarang dibanding memperoleh manfaat baru, produk baru tersebut
setidaknya harus menawarkan manfaat 4 kali lebih besar berdasarkan kaca
mata konsumen. Bila manfaat yang ditawarkan di bawah 4 kali manfaat
produk lama, jangan harap konsumen akan beramai-ramai pindah ke produk
baru.

Yang membikin masalah ini lebih kompleks lagi adalah kecendrungan
innovator melihat hasil ciptaannya lebih superior dibanding produk lama.
Setelah lama bergelut dengan ciptaannya, inovator tanpa sadar telah
menjadikan produk baru tersebut sebagai milik`nya. Karena sudah
menjadi miliknya, endowment effect juga bekerja di sisi inovator. Dengan
kata lain, inovator akan menilai miliknya 4 kali lebih berharga dari
solusi yang ada saat ini.

Menggabungkan efek yang bekerja di kedua belah pihak tersebut, Gourville
menyimpulkan agar sebuah produk baru bisa berhasil, produk tersebut
harus menawarkan manfaat,

minimal 8 (Baca : DELAPAN) lebih besar dari solusi yang ada saat ini.
Produk baru yang memiliki kemungkinan besar untuk berhasil adalah yang
menawarkan manfaat dan nilai yang cukup besar, namun tidak mengharuskan
pengguna mengubah kebiasaan mereka. Search engine Google adalah contoh
yang sangat bagus dengan menawarkan kinerja pencarian yang lebih baik
dibanding pendahulunya namun tidak mengharuskan para pengguna merubah
kebiasaan mereka sama sekali. iPod adalah contoh lainnya karena
penggunaanya cukup intuitif dan mirip dengan walkman, tapi mampu
menyimpan lagu dengan kapasitas yang jauh lebih banyak dibanding
walkman. Mobil hybrid Toyota Prius, juga berhasil karena mengembangkan
mobil yang tetap memakai mesin konvensional (sehingga penggunanya tidak
perlu mempelajari sesuatu yang baru), dan ditambah dengan engine baru
yang digerakkan oleh tenaga listrik. Hasilnya adalah pengalaman
berkendara yang persis sama dengan mobil berbahan bakar bensin lainnya.

Sementara itu untuk produk yang awalnya memang mengharuskan pengguna
merubah kebiasaan mereka secara total seperti sepeda, mobil, pesawat
terbang, atau komputer, produk bersangkutan harus menawarkan manfaat
yang benar-benar lebih dan proses edukasi konsumen yang panjang. Tanpa
adanya manfaat berkali-kali lipat tersebut dan

edukasi tersebut, produk tersebut pasti akan gagal.

Strategi lainnya yang bisa dipakai adalah menjual produk tersebut ke
segmen pasar yang belum terlanjur —disandera" oleh solusi lama.
Linux dan aplikasi-aplikasinya pasti akan mengalami kesulitan masuk ke
korporasi yang sudah terlanjur membeli solusi Wintel. Tetapi, untuk
perusahaan yang baru berdiri, Linux lebih mudah untuk masuk. Blogging
awalnya juga dihindari oleh media konvensional, tetapi dirangkul dalam
skala luas oleh individu-individu lainnya.

Setelah melihat contoh-contoh di atas, kita bisa menarik kesimpulan
ketika sebuah produk inovatif gagal di pasaran, sering masalahnya bukan
terletak pada kurangnya manfaat produk tersebut. Kegagalan tersebut
lebih sering disebabkan oleh hambatan pada pikiran konsumen yang lebih
menghargai solusi sekarang. Dengan mengetahui hambatan sebenarnya,
inovator baru bisa mengembangkan strategi yang tepat untuk mengatasinya.

********

Pat Gulipat, saling menebar manfaat ke masyarakat.

Pat Gulipat, bukan menggunting dalam lipatan, tuan.

Pat Gulipat, 4 + 4 = 8, (DELAPAN).

********

6.

(Catcil) Akhirnya Saya Bisa Menyayangi Anak Saya Sendiri....

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Fri Oct 31, 2008 7:58 am (PDT)

***
 
Sebelum menikah, aku sudah terbiasa merawat adikku yang paling bungsu. Mamaku sudah berusia 42 tahun saat melahirkannya ditambah dengan beban merawat ketiga adikku yang lain membuat Mama jadi keteteran merawat si bungsu. Namanya Ucha. Adik kesayanganku.
 
Sejak berumur 6 bulan, akulah yang selalu kebagian menjaga Ucha, mengganti popoknya, mengasuhnya, menggendongnya kala menangis, menyuapinya makan tetapi ASI tetap diberikan oleh Mama. Hari-hari kulalui bersama Ucha, saat itu usiaku baru 18 tahun, aku mendidik Ucha layaknya aku mendidik anak sendiri bahkan Aku mengajarkan Ucha untuk memanggilku Mantik (Mama Yang Cantik :-) karena dia cadel akhirnya dia memanggilku Mancik. Aku suka dengan panggilan itu. Sungguh, aku sangat merasa menjadi Mamanya yang kedua.
 
Terlebih, menjelang usia Ucha yang ke-4, Mama mulai sibuk mengurus PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Di RW tempat kami tinggal. Nama PAUD itu adalah BKB Bougenville. Awalnya Ucha memang sering ikutan BKB tapi karena nakalnya minta ampun, Mama sering tidak mengajak Ucha. Mama juga jadi sering rapat di RW dan Kelurahan. Lagi-lagi yang mendidik Ucha. Menemaninya main di lapangan, menggendongnya, memandikannya, memberinya makan, menjewernya saat nakal dan memasukkannya ke pojok nakal tempat dimana dia harus dihukum duduk untuk merenungi kesalahannya.
 
Hingga kini, saat usia Ucha sudah 6 tahun, dia sangat takut dengan ancaman pojok nakal apalagi kalau disuruh merenungi kesalahannya. Makanya dia jadi nurut tapi hanya sama aku saja. Kalau sama Abang dan Mbaknya yang lain, dia cenderung masih nakal. Sama Mama dan Ayahnya pun sering nakal juga. Tapi aku mampu meredam semua itu.
 
Aku sangat sayang sama Ucha. Sayang sekali. Aku benar-benar sudah menganggapnya sebagai anak. Ia sering tidur berdua denganku. Bahkan saat aku menikah pun dia sama sekali tak mau menegurku, tak mau naik ke atas pelaminan, saat difoto keluarga pun dia menangis meraung membuat tamu undangan tertegun. Foto sekeluarga saat pernikahanku tak ada wajah Ucha karena Ucha membenamkan wajahnya di gendongan abangnya. Sedihnya aku.
 
Lucunya, saat sedang malam pertama. Di kala sedang menikmati rasa deg-deg plash, pintu kamar tiba-tiba digedor keras pada pukul satu malam dan terdengarlah teriakan Ucha yang saat itu masih 5 tahun. "Mancik! Mancik Buka! Ucha mau tidur sama Mancik!" Maka batallah malam pertama kita, secara ngga konsentrasi. Meski akhirnya Ucha harus dimarahin sama Ayah dan Mama, tangisnya pecah malam itu juga. Ah... Ucha... di malam-malam selanjutnya aku dan suami selalu waspada, apakah Ucha sudah tidur? :-D
 
Ya... kasih sayangku sama Ucha terus berlanjut. Setelah menikah, aku tetap merawat Ucha, membawanya jalan-jalan bersama suamiku. Kami sudah seperti keluarga lengkap, ayah ibu dan anak. Setelah aku hamil, Uchalah yang paling sayang dengan janinku ketimbang dengan suamiku sendiri. Dalam artian, Ucha yang paling sering memelukku, mencium perutku, mengelusnya, mengajak ngobrol dan Ucha menganggap janin di perutku itu sebagai adiknya sendiri meski Ayah sudah sering Ucha kalau ucha itu adalah Om dari calon anakku bukannya Abang. Ucha tetap ngga terima, ia bersikeras bahwa anakku adalah adiknya meski akhirnya ia membahasakan dirinya dengan sebutan 'Om Ucha' juga. Dasar Ucha... Ucha.... Om kecil yang lucu.
 
Sejujurnya aku agak menyesal hamil lebih cepat, dua bulan nikah sudah isi padahal aku sudah KB dan berniat ingin kosong dulu 1 tahun karena aku ingin meniti karierku di dunia penulisan skenario tapi Allah juga yang mengatur segalanya. Aku harus menerima janin itu dengan ikhlas dan merawatnya baik-baik. Tapi ada pamrih di balik itu semua, aku hanya ingin melihat Ucha bahagia. Aku merawat bayi itu, menjaganya, meski aku hampir sempat keguguran karena naik motor ngebut-ngebut, toh semua itu kulakukan agar aku melihat kebahagiaan Ucha. Melihat Ucha bahagia aku pun bahagia.
 
Sembilan bulan sudah kulalui, aku perjuangkan kelahiran anakku juga buat Ucha. Saat anakku lahir, aku memang bahagia. Bukan karena anakku lahir ke dunia tapi karena aku membayangkan, wah, ucha pasti bahagia dengan kehadiran anakku. Prosentase kasih sayangku saat itu 30 - 70. 70 %nya buat Ucha semata.
 
Bahkan aku sempat kesal kepada anakku. Aku kesal karena kehadirannya membuat aku susah berkarier lagi, susah main dengan ucha, menganggu tidurku karena dia selalu menangis. Aku selalu mengeluh saat rasa sakit yang sangat aku rasakan tatkala aku menyusuinya. Bahkan aku kesal karena aku melahirkan dia, rahimku jadi radang, luka karena kurangnya perawatan (sampai sekarangpun belum sembuh). Semua itu tak kulakukan dengan ikhlas, mengganti popoknya, waktuku seperti terbuang sia-sia. Aku merasa bila waktuku tak digunakan untuk menulis maka itu sia-sia saja. Ya... aku memang menyia-nyiakan anakku. Bahkan aku tak sayang sama dia. Aku lakukan semua kewajibanku sebagai hamba Allah semata, menjalankan takdir sebagai seorang Ibu tapi sungguh aku tak menikmatinya. Aku selalu mengeluh dan mengeluh. Aku lebih menyayangi Ucha ketimbang anakku sendiri.
 
Sampai kemudian musibah terjadi ketika anakku berumur 4 bulan. Di Bulan Ramadhan kemarin, di saat aku kesal, aku pergi ke warung sambil mendorong kereta yang berisi bayiku. Sepulang dari warung, roda kereta yang masih kuat tiba-tiba lepas, anakku terjatuh, tertindih kereta bayi yang cukup tinggi. Aku panik, berteriak ketakutan, aku takut kenapa-kenapa dengan anakku. Aku rasakan guncangan yang luar biasa. Diam-diam aku takut untuk kehilangan dia. Anakku menangis lalu diam saja, tingkah lakunya tak seperti biasa meski sudah diurut. Anakku jadi diam padahal sebelumnya dia aktif miring-miring bahkan mulai tengkurap meski belum bisa mengangkat kepalanya.
 
Aku menangis, memohon kepada Allah agar anakku tidak mengalami cedera atau mengalami kehambatan dalam pertumbuhannya. Esok paginya, cobaan kembali datang, aku menyusui anakku sambil mengambil HP, tiba-tiba saja HP yang lumayan berat itu menimpa anakku. Anakku menjerit kesakitan. Ia semakin jadi pendiam setelahnya. Tadinya sudah mulai mengoceh, jadi diam. bahkan ia muntah dan demam. Aku kalut, malam itu juga aku membawanya ke dokter anak. Dokter memberikan waktu tiga hari untuk observasi. Kalau dalam 3 hari kelakuan anakku tak kembali seperti semula maka akan diadakan pemeriksaan ulang. Dokterpun hanya memberikan vitamin.
 
Selama satu hari, anakku masih diam terus paling hanya menangis bila sudah lapar. Aku sedih bukan main. Selama itu pula, sehabis sholat aku bertobat kepada Allah. Aku bernazar, bila engkau mengembalikan kondisi anakku seperti sedia kala, aku berjanji akan merawat amanah-Mu sebaik-baiknya dengan ikhlas dan ridho. Aku menangis dan Allah melihat air mataku tulus.
 
Esok paginya anakku kembali tersenyum, senyumnya cerah sekali. Inikah yang disebut sebagai cahaya hati. Senyumnya membuat hatiku berdesir, seolah lautan embun menyirami gersang hatiku. Aku bersyukur, bersujud, terima kasih Ya Allah... Engkau Maha Mendengar....
 
Sejak kejadian itu, alhamdulillah, tak pernah terbersit rasa kesal saat menyusuinya, bahkan aku bahagia. Aku bahagia pula bisa bermain dengannya, aku habiskan waktu bersamanya bila tak ada job skenario. Aku tak peduli teman-temanku mengejek aku sudah jadi Ibu Rumah Tangga, nih, Ye... ngga kerenlah merawat anak dan lain sebagainya. Maklum di sekolah dan di kampus dulu aku bisa dikatakan sebagai anak gokil yang banyak dikenal orang. Sekarang? Aku bagaikan ulat dalam kepompong.
 
Menempa diri menjadi seorang Ibu,
Seorang Ibu yang seutuhnya
 
Sekarang anakku, Abiy Arsena Dimyathi, sudah berusia 5 setengah bulan. Dia lincah sekali, sudah merayap ke sana kemari, sudah bisa nungging dan menopang tubuhnya dengan tangan, sudah bisa menepuk tangan orang, sudah senang diajak ngobrol, hobi jilat-jilat dan mengigiti apa saja yang dia pegang (meski dia belum punya gigi). Ah... Abiy... ternyata kau lucu sekali. Tampan pula, gantengnya selangit. Meski banyak yang bilang kalau Abiy itu bukan anak kami.
 
"Habis Bapaknya item, Emaknya item, kok anaknya putih?"
 
:-D
 
Ya... itu adalah rahasia Allah, kenapa dia bisa putih.
Yang jelas aku tak pernah mencucinya dengan Rinso pemutih....
 
Akhirnya aku bisa menyayangi Abiy. Tentu saja aku tetap sayang kepada Om Ucha.
 
By :
Mancik Yang Tercancik
alias
Achi TM :-p

__________________________________________________________
Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
http://id.messenger.yahoo.com
7a.

Re: Apa Khabar?.... kangen gak sama Gue? (Achi TM Getoh... wuahaha)

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Fri Oct 31, 2008 8:31 am (PDT)

Absen juga Pak Sinang dan juga teman-teman yang lain.
 
Meski saya sadari kehadiran saya selalu dianggap sebelah mata, karena yang sebelah lagi sedang sakit mata :-p tapi saya teteup keukeuh mau sekolah di sini.
 
meski Pak Guru sudah sering menjewer kuping saya bahkan menghapus no HP saya dari phonebooknya gara-gara saya jarang keliatan dimana-mana... (hmm... sebenarnya saya udah pindah ke dunia lain :-D
 
jadi buat temen2 SK yang ngga ngerasa kehilangan saya, cobalah sedikit aja nanya, saya ada dimana? Hix... halah gubrakz... jadi begini, selama ini saya sibuk buat bikin novel best seller, percaya gak? saya yakin tahun 2010 tuh novel bakalan laris manis. Selama pertapaan mencari judulnya, saya membutuhkan banyak energi, tapi ah... ternyata saya sendiri belum tahu apa ide ceritanya... duh... ngaco ngomongnya.
 
buat temen 2 dimanapun berada
saat kalian di dalam kelas dan aku di luar kelas, menderita kedinginan dengan Dude Herlino sambil makan Bakso MalanG Karapitan, aku tetap sesekali ngintip dari atas pohon jambu, kali aja ada yang nyontek.
 
Kalau aku kirim sms tidak dibalas sama kalian maka aku berdoa biarlah Allah yang membalas hehehe...
 
Pak Suhadi... istri kumaha? Apik-apik kabeh? Yuuu...
Mbak Retno dan Mas Catur???
Mbak Diah?
Pak Teha...? Suhuu... apa nomor HPku didelete lagi?
Mbak Lia yang selalu mengingatkan pada masa mudaku, halah
Danse yang selalu bikin aku gemes... upz.. maksudnya cerita2 tentang Nibrasnya bikin aku gemes :-p
mbak Endah? Pak Sinang yang jarang bales sms :-(, mbak Indar juga, mas Nurcalam juga (udah lahir belum ni de haize ma?)
Mbak Novi, boneka mobil Mbak udah dijilatin sama Abiy hahahaha.... udah ditanjakin juga sama dia low...
Mbak Sinta... mana semangatmu untuk akyu?
BanG Fiyan Arjun yang selalu bikin semangatku berkobar
Tante Rinurbad yang nampaknya asing sekali hehehe...
KEpada sobat SK yang lain...
siapapun kalian...
bolehkah aku masuk kelas lagi? Atau masuk ke kantin aja?
 
salam kehidupan...
aku yang sudah merasa tua
digerai ombak kehidupan
napasku sudah putusputus bau kecut
itu semua karena belum gosok gigi
tapi janganlah menjauh
karena aku ... karena aku...
 
huhuhuhuhu...
 
rinduh!
 
 
salam
Achi TM
Ibu yang sedang jadi ulat dalam kepompong!
Menunggu untuk jadi milyuner...
 

__________________________________________________________
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
7b.

Re: Apa Khabar?.... kangen gak sama Gue? (Achi TM Getoh... wuahaha)

Posted by: "Nia Robiatun Jumiah" musimbunga@gmail.com

Fri Oct 31, 2008 8:45 am (PDT)

kayaknya bakso mlang yang deket Roda Hias enak tuh heuheu,,
ya bolehlah mba Acie:D
boleh masuk
tapi kayaknya kita bisa kompak deh ke kantin mulu hihi

Pada 31 Oktober 2008 22:21, Agung Argopo <gopo_alhusna@yahoo.co.id> menulis:

> Absen juga Pak Sinang dan juga teman-teman yang lain.
>
> Meski saya sadari kehadiran saya selalu dianggap sebelah mata, karena yang
> sebelah lagi sedang sakit mata :-p tapi saya teteup keukeuh mau sekolah di
> sini.
>
> meski Pak Guru sudah sering menjewer kuping saya bahkan menghapus no HP
> saya dari phonebooknya gara-gara saya jarang keliatan dimana-mana... (hmm...
> sebenarnya saya udah pindah ke dunia lain :-D
>
> jadi buat temen2 SK yang ngga ngerasa kehilangan saya, cobalah sedikit aja
> nanya, saya ada dimana? Hix... halah gubrakz... jadi begini, selama ini saya
> sibuk buat bikin novel best seller, percaya gak? saya yakin tahun 2010 tuh
> novel bakalan laris manis. Selama pertapaan mencari judulnya, saya
> membutuhkan banyak energi, tapi ah... ternyata saya sendiri belum tahu apa
> ide ceritanya... duh... ngaco ngomongnya.
>
> buat temen 2 dimanapun berada
> saat kalian di dalam kelas dan aku di luar kelas, menderita kedinginan
> dengan Dude Herlino sambil makan Bakso MalanG Karapitan, aku tetap sesekali
> ngintip dari atas pohon jambu, kali aja ada yang nyontek.
>
> Kalau aku kirim sms tidak dibalas sama kalian maka aku berdoa biarlah Allah
> yang membalas hehehe...
>
> Pak Suhadi... istri kumaha? Apik-apik kabeh? Yuuu...
> Mbak Retno dan Mas Catur???
> Mbak Diah?
> Pak Teha...? Suhuu... apa nomor HPku didelete lagi?
> Mbak Lia yang selalu mengingatkan pada masa mudaku, halah
> Danse yang selalu bikin aku gemes... upz.. maksudnya cerita2 tentang
> Nibrasnya bikin aku gemes :-p
> mbak Endah? Pak Sinang yang jarang bales sms :-(, mbak Indar juga, mas
> Nurcalam juga (udah lahir belum ni de haize ma?)
> Mbak Novi, boneka mobil Mbak udah dijilatin sama Abiy hahahaha.... udah
> ditanjakin juga sama dia low...
> Mbak Sinta... mana semangatmu untuk akyu?
> BanG Fiyan Arjun yang selalu bikin semangatku berkobar
> Tante Rinurbad yang nampaknya asing sekali hehehe...
> KEpada sobat SK yang lain...
> siapapun kalian...
> bolehkah aku masuk kelas lagi? Atau masuk ke kantin aja?
>
> salam kehidupan...
> aku yang sudah merasa tua
> digerai ombak kehidupan
> napasku sudah putusputus bau kecut
> itu semua karena belum gosok gigi
> tapi janganlah menjauh
> karena aku ... karena aku...
>
> huhuhuhuhu...
>
> rinduh!
>
>
> salam
> Achi TM
> Ibu yang sedang jadi ulat dalam kepompong!
> Menunggu untuk jadi milyuner...
>
>
> ------------------------------
> Dapatkan alamat Email baru Anda!
> <http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/>
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
>
>
7c.

Re: Apa Khabar?.... kangen gak sama Gue? (Achi TM Getoh... wuahaha)

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Fri Oct 31, 2008 4:14 pm (PDT)

haduh...haduh...neng achi, padahal lagi ditunggu tulisannya neh

Keindahan selalu muncul saat kepala manusia berpikir positif
^_^

www.sinthionk.rezaervani.com
www.sinthionk.multiply.com YM: sinthionk

--- On Fri, 10/31/08, Agung Argopo <gopo_alhusna@yahoo.co.id> wrote:
From: Agung Argopo <gopo_alhusna@yahoo.co.id>
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Apa Khabar?.... kangen gak sama Gue? (Achi TM Getoh... wuahaha)
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Friday, October 31, 2008, 3:21 PM

Absen juga Pak Sinang dan juga teman-teman yang lain.
 
Meski saya sadari kehadiran saya selalu dianggap sebelah mata, karena yang sebelah lagi sedang sakit mata :-p tapi saya teteup keukeuh mau sekolah di sini.
 
meski Pak Guru sudah sering menjewer kuping saya bahkan menghapus no HP saya dari phonebooknya gara-gara saya jarang keliatan dimana-mana. .. (hmm... sebenarnya saya udah pindah ke dunia lain :-D
 
jadi buat temen2 SK yang ngga ngerasa kehilangan saya, cobalah sedikit aja nanya, saya ada dimana? Hix... halah gubrakz... jadi begini, selama ini saya sibuk buat bikin novel best seller, percaya gak? saya yakin tahun 2010 tuh novel bakalan laris manis. Selama pertapaan mencari judulnya, saya membutuhkan banyak energi, tapi ah... ternyata saya sendiri belum tahu apa ide ceritanya... duh... ngaco ngomongnya.
 
buat temen 2 dimanapun berada
saat kalian di dalam kelas dan aku di luar kelas, menderita kedinginan dengan Dude Herlino sambil makan Bakso MalanG Karapitan, aku tetap sesekali ngintip dari atas pohon jambu, kali aja ada yang nyontek.
 
Kalau aku kirim sms tidak dibalas sama kalian maka aku berdoa biarlah Allah yang membalas hehehe...
 
Pak Suhadi... istri kumaha? Apik-apik kabeh? Yuuu...
Mbak Retno dan Mas Catur???
Mbak Diah?
Pak Teha...? Suhuu... apa nomor HPku didelete lagi?
Mbak Lia yang selalu mengingatkan pada masa mudaku, halah
Danse yang selalu bikin aku gemes... upz.. maksudnya cerita2 tentang Nibrasnya bikin aku gemes :-p
mbak Endah? Pak Sinang yang jarang bales sms :-(, mbak Indar juga, mas Nurcalam juga (udah lahir belum ni de haize ma?)
Mbak Novi, boneka mobil Mbak udah dijilatin sama Abiy hahahaha.... udah ditanjakin juga sama dia low...
Mbak Sinta... mana semangatmu untuk akyu?
BanG Fiyan Arjun yang selalu bikin semangatku berkobar
Tante Rinurbad yang nampaknya asing sekali hehehe...
KEpada sobat SK yang lain...
siapapun kalian...
bolehkah aku masuk kelas lagi? Atau masuk ke kantin aja?
 
salam kehidupan...
aku yang sudah merasa tua
digerai ombak kehidupan
napasku sudah putusputus bau kecut
itu semua karena belum gosok gigi
tapi janganlah menjauh
karena aku ... karena aku...
 
huhuhuhuhu.. .
 
rinduh!
 
 
salam
Achi TM
Ibu yang sedang jadi ulat dalam kepompong!
Menunggu untuk jadi milyuner...
 

Dapatkan alamat Email baru Anda!

Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
















8a.

[Ruang Baca] Bukavu: Cara Helvy Membuat Tuhan Tersenyum

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Fri Oct 31, 2008 10:14 am (PDT)

*Bukavu: Cara Helvy Membuat Tuhan Tersenyum*

Oleh Lia Octavia

Judul buku : Bukavu

Penulis : Helvy Tiana Rosa

Penerbit : Lingkar Pena Publishing House

Tebal : 219 halaman

Cetakan : Pertama, April 2008

*Bacalah semua yang bisa kau baca, yang terbaca maupun tak terbaca dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan*. Demikianlah berawal dari surat Al Alaq dalam
Al Qur'an, Helvy membaca berbagai peristiwa yang terjadi dan menuliskannya
dengan hati, dengan jiwa, dengan cinta. Bukan saja beberapa fakta sejarah
yang membalut kisah perjalanan hidup manusia di muka bumi ini, tetapi Helvy
juga mengeksplorasi arti di balik luka, impian, dan harapan yang terhempas
demi membaca cinta yang terbungkus lara.

Kumpulan cerpen ini berbicara lebih dari sekedar peristiwa, melainkan
membisikkan hingga meneriakkan segenap kekuatan yang berada di dalamnya
serta memaksa pembacanya untuk berenang-renang dalam lautan energi yang
dinamis dan, tidak bisa tidak, menyatu pada setiap tokoh rekaannya. Melalui
segenap perasaan dan pergumulan tokoh-tokohnya, Helvy membawa pembacanya
pada keniscayaan bahwa Tuhan tersenyum melalui berbagai cara.

Seperti dalam cerpen yang berjudul *Lelaki Semesta*, Helvy menggambarkan
seorang lelaki terbaik yang pernah diimpikan umat manusia. Penolong,
penghibur, lelaki yang senantiasa terdepan dalam kebajikan, cinta, dan
kedamaian bagi orang di sekitarnya. Namun manusia putih dan berkilau itu
ternyata tidak dapat membuatnya terhindar dari tuduhan dan fitnah hanya
karena ia berjanggut, bersorban, dan berjubah. Di tengah-tengah tawa iblis
yang membahana dan penyiksaan yang nyaris tak tertahankan, lelaki itu tak
putus mendoakan mereka yang menyiksanya agar Tuhan memberi mereka petunjuk
dan mencintainya. Sebuah gambaran kelapangan jiwa seorang manusia untuk
mencintai. Karena hanya dengan mencintai, ia pula memaafkan.

Helvy juga menggambarkan kerinduan seorang hamba yang menggelegak untuk
bersujud di Rumah Allah dalam *Juragan Haji*. Begitu rindunya tokoh Mak
Siti ini sehingga ia mendengar namanya dipanggil berulang kali oleh
suara-suara yang tak kelihatan wujudnya dan kemudian ia tiba-tiba berada di
depan Ka'bah. Hati yang begitu merindu Tuhannya membuat Mak Siti - yang
hanya seorang pembantu di rumah majikannya yang sudah berkali-kali naik haji
– telah naik haji dengan caranya sendiri.

Potret keadaan pasca peristiwa tsunami di Aceh juga digulirkan Helvy dengan
lincah dalam cerpennya yang berjudul *Ketika Cinta Menemukanmu*. Pergulatan
untuk keluar dari badai trauma psikologis seorang gadis belasan tahun, yang
kehilangan anggota keluarga dan lupa namanya sendiri, untuk tidak mau lagi
kehilangan lagi. Takut kehilangan cinta dari para relawan di tempat
pengungsian. Pergulatan untuk kembali berdiri dan berjalan di atas
reruntuhan duka hingga waktu mengobati segala.

Keteguhan dan kegigihan seorang muslimah muda untuk berperang, melawan
iblis berbentuk monster berwajah manusia yang membantai warga muslim di
tanah Ambon, mampu menghantarkan panggilan dari Sang Maha Agung kepada angin
untuk membantunya dalam *Sebab Aku Cinta, Sebab Aku Angin*. Bersatunya
segenap makhluk dan ciptaan Tuhan yang penuh cinta menghadapi angkara dan
durjana untuk mempertahankan tanah kelahiran yang begitu menggetarkan.

Helvy bahkan menyoroti panggung sandiwara bernama kehidupan yang penuh
topeng dan kepura-puraan sehingga para pemainnya lupa untuk tersenyum dalam
*Mencari Senyum*. Dengan cerdas Helvy mengkritik realita peristiwa
penjarahan harta, kedudukan, dan kehormatan yang telah membawa pergi senyum
mereka melalui dialog-dialog antara lelaki tua, lelaki 1, lelaki 2, lelaki
3, dan badut. Begitu banyaknya kegetiran dan sinisme di dalam kehidupan yang
dialami tokoh-tokohnya sehingga mereka lupa bahkan tidak tahu bagaimana
caranya senyum dapat hadir kembali menghiasi bibir-bibir mereka. Sebuah
pencarian cahaya yang sia-sia.

Pertumpahan darah warga Palestina pun tidak luput dari pena Helvy yang
meneriakkan arti sebuah derita yang berkepanjangan melalui mata seorang
serdadu Yahudi di Yerusalem yang terperangkap dalam bayang-bayang hitam para
pendahulunya. Serdadu yang terbelah antara rasa kemanusiaan dan kepekatan
darah yang mengalir di tubuhnya dalam *Hingga Batu Bicara. *Dengan lincah
Helvy meliuk-liukkan kenyataan dan mimpi buruk sehingga tidak bisa dibedakan
lagi antara mimpi menjelma nyata atau nyata menjelma mimpi.

Hingga bisikan pilu *Kivu Bukavu* yang menyaksikan pembantaian etnis di
Afrika di mana gelimpang mayat bercampur sampah, air mata, dan darah,
menggetarkan pena Helvy begitu rupa saat di tengah derita yang
berkepanjangan ini, masih ada seorang gadis yang ingat untuk selalu dekat
dengan Tuhannya, menunaikan shalat di antara ratusan tengkorak yang belum
mati, hingga akhirnya ia pergi menghadap Penciptanya dalam doa yang tak
pernah putus. Begitu pilu. Begitu ngilu. Hingga danau tak dapat menangis.

Helvy berhasil menggubah cerpen-cerpennya dengan indah melalui
kepenyairannya. Kalimat-kalimat puisi yang merajut setiap peristiwa, rasa
dan makna menjadi secercah cahaya yang semula tidak terbaca kemudian
berpendar dan menerangi ruang jiwa mereka yang membaca karya-karyanya.
Membaca semua yang bisa dibaca melalui jendela yang Helvy bukakan untuk para
pembacanya. Dan entah disadari atau tidak, Tuhan mungkin sedang tersenyum
menatap Helvy dari suatu tempat di atas sana.

Jakarta, 31 Oktober 2008

*******
8b.

Re: [Ruang Baca] Bukavu: Cara Helvy Membuat Tuhan Tersenyum

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Fri Oct 31, 2008 8:58 pm (PDT)

Makasih resensinya Bu Lia...
menambah pelajaran bagi saya akan makna kehidupan.

-sis-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>

8c.

Re: [Ruang Baca] Bukavu: Cara Helvy Membuat Tuhan Tersenyum

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Fri Oct 31, 2008 10:54 pm (PDT)

HUaaaaaaaa
resensi yang indah, mbak Lia
begitulah klau kumpulan cerpen ditulis dengan
cinta, dibaca dengan cinta, dan di resensi
dengan cinta *haiayah*

Mantabs, btw, sudah dikirim ke panitia lomba, kan?
Good luck ya ^_^

DANi

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia" <liaoctavia@...>
wrote:
>
> *Bukavu: Cara Helvy Membuat Tuhan Tersenyum*
>

9.

Jangan Minder di Depan Penerbit!

Posted by: "Jonru" jonrusaja@gmail.com   j0nru

Fri Oct 31, 2008 6:41 pm (PDT)

Teman-teman sekalian,

Selama ini, banyak penulis yang merasa minder ketika berhadapan dengan
penerbit. Saat menawarkan naskah, mereka memoposisikan diri seperti
seorang pengangguran yang sedang melamar pekerjaan di sebuah
perusahaan. Si pelamar sangat membutuhkan pekerjaan, sementara si
perusahaan belum tentu membutuhkan dia.

Sebenarnya, posisi penulis dan penerbit itu sejajar. Mereka adalah
mitra kerja. Jadi ketika menawarkan naskah ke penerbit, Anda harus
memoposisikan diri sebagai direktur perusahaan A yang sedang menjajaki
kerjasama dengan perusahaan B.

Kenapa sejajar?

Pertama: Anda - sebagai penulis - bukan karyawan penerbit manapun.
Bila kebetulan Anda adalah karyawan di sebuah penerbitan, itu lain
perkara, hehehe.. :)

Kedua: Penulis dan penerbit itu saling membutuhkan. Anda membutuhkan
penerbit untuk menerbitkan karya Anda. Sementara penerbit membutuhkan
naskah Anda!

Sebagai perusahaan, sebuah penerbit tentu harus rutin berproduksi.
Yang mereka produksi adalah NASKAH dan diolah menjadi "produk jadi"
yang bernama BUKU.

Coba bayangkan bila tidak ada satu naskah pun yang masuk ke penerbit.
Apa yang terjadi? Tentu saja, mereka kehabisan bahan baku. Akibatnya,
mereka tak dapat berproduksi. Akibatnya lagi, kelangsungan hidup
mereka terancam!

Ini artinya, penerbit pun sebenarnya sangat membutuhkan penulis.

Dengan demikian, tak ada alasan bagi penulis manapun - termasuk yang
masih sangat pemula - untuk minder di depan penerbit.

Penulis dan penerbit adalah mitra kerja. Keduanya saling membutuhkan.

Inilah hal utama yang perlu kita yakini sebelum menawarkan naskah ke penerbit.

Tetap Semangat & Salam Sukses!

Jonru
Penulis buku "Menerbitkan Buku Itu Gampang!" (MBIG)
Panduan langkah-langkah penulisan & penerbitan buku untuk pemula
http://www.naskahoke.com/mbig

--
Thanks dan wassalam

Jonru
Founder PenulisLepas.com & BelajarMenulis.com
http://www.penulislepas.com/v2
http://www.belajarmenulis.com/
Telp: 0852-1701-4194 / 021-9829-3326
YM: jonrusaja

Belajar Menulis Jarak Jauh, Kapan Saja di Mana Saja, Berlaku Internasional
=====>>> http://www.SekolahMenulisOnline.com

Mau menerbitkan buku tapi belum tahu caranya?
http://www.naskahoke.com/e-mbig :)

Peluang Bisnis untuk Penulis?
===>>> http://bisnis.penulislepas.com/

Personal blog:
http://www.jonru.net
http://jonru.multiply.com

10a.

Re: (Ruang Baca) And Then There Were None

Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com   thee_ok

Fri Oct 31, 2008 8:44 pm (PDT)

Sinta,
makanya ngamuk pas tahu buku ini keriting abis nyebur di kamar mandi
ya? hehehe.. tenang, sudah kembali ke rak dengan manisnya. Aku nggak
ngefans Agatha sebenernya, penasaran aja. Bagaimanapun bagiku cerita
horor dan thriller lebih mengasyikkan daripada detektif..hehehe..

Mbak Siwi,
ini versi horor dari lagu anak ayam waktu kecil, kayaknya.
Kan lagunya, "Anak ayam turun sepuluh. Mati satu tinggal sembilan.."
Kalau di sini, "Sepuluh anak negro..satu tersedak, tinggal sembilan.."
dan seterusnya (baca sendiri aja biar surprised..hehe..)

Mas Sismanto,
kalau pas lampu mati, sakit mata dong.
Saya bacanya dekat jendela, sambil lihat burung walet nangkring di
kabel listrik. Langsung deh membayangkan walet itu kesetrum dan pada
gosong..sadis ya:p

Terima kasih sudah membaca resensi saya.
--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply.com
http://sinarbulan.multiply.com

11.

(Ruang Film) The Fog

Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com   thee_ok

Fri Oct 31, 2008 8:44 pm (PDT)

Peringatan: mengandung spoiler

Segumpal kabut meluruk ke Antonio Bay menjelang peringatan mengenang
keempat pendiri kota: William, Malone, Castle, dan Wayne. Korban
pertama adalah dua orang gadis dan seorang pemuda yang tengah
bersukaria di kapal Seagrass. Pemuda satu lagi, Spooner, selamat
karena bersembunyi di lemari pendingin. Tetapi ia dituduh bertanggung
jawab atas kematian tiga penumpang lain.

Pemilik Seagrass, Nick Castle, menemukan bukti bahwa Spooner tidak
bersalah. Sayang, kamera video yang merekamnya terjatuh dalam kolam
ketika dititipkan pada Elizabeth Dane di rumah kapal. Sang kekasih,
yang pulang akibat mimpi-mimpi menggelisahkan, kemudian mendapati buku
harian Patrick Malone, leluhur salah satu pendiri Antonio Bay. Ia
memperoleh jawaban atas penglihatan-penglihatan misterius yang
diperolehnya.

Kabut terus menyelubungi kota dan menyerang warga. Rata-rata mati
dalam keadaan hangus. Jawabannya terletak pada keempat pendiri kota
tersebut. Mereka membangun Antonio Bay dengan harta rampasan,
mengingkari kesepakatan dengan sekawanan penderita lepra yang mencari
tempat mukim baru pada tahun 1817. Setelah merampok, Malone dan
kawan-kawan menenggelamkan dan membakar kapal Elizabeth Dane yang
berisi para pengungsi dari pulau lain itu. Kaptennya, Blake, sempat
meneriakkan, "Blood for blood!"

Dari serangkaian film horor yang diputar Trans TV dalam rangka Minggu
Halloween, The Fog menurut saya paling mengesankan. Tom Welling kalah
pamor oleh Maggie Grace di sini. Tidak ada tokoh perempuan yang
jerit-jerit nggak jelas, panik dan malah mengacaukan suasana sekaligus
membahayakan orang lain seperti kebanyakan film horor atau thriller.
Efek spesialnya pun mengagumkan, meski adegan-adegannya lumayan sadis.

Satu hal yang membuat saya berkerut kening: mengapa Elizabeth
menghilang bersama roh rombongan Kapten Blake? Apakah itu berarti dia
manusia jadi-jadian titisan istri sang pelaut?

--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply.com
http://sinarbulan.multiply.com

12.

[catatan kaki] Filosofi Melajang & 4 Jurus Menjaring Jodoh

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Fri Oct 31, 2008 11:27 pm (PDT)

*Filosofi Melajang dan 4 Jurus Menjaring Jodoh*

*Oleh Nursalam AR*)*

* *

Melajang, tulis M. Muhyidin dalam *Dilarang Melajang* (2006), secara
filosofis dibedakan menjadi tiga yakni melajang karena sebab alamiah,
melajang karena kehendak sendiri dan melajang karena terpaksa. Maksudnya?

Melajang karena sebab alamiah adalah keadaan alami dalam kehidupan seorang
manusia. Bayi yang tumbuh menjadi bocah kemudian remaja memiliki keadaan,
yang secara alamiah, melajang. Inilah kondisi melajang sebagai jembatan
menuju kehidupan dewasa atau kehidupan berpasangan. Sementara ketika seorang
cewek atau cowok memahami kondisi melajang, dan ia sadar ia ingin melajang
maka inilah yang disebut melajang karena kehendak sendiri. Termasuk dalam
kategori ini para biksu dan biarawan yang mempraktikkan hidup selibat (tidak
menikah selamanya) yang diyakini lebih mendekatkan diri mereka kepada Tuhan.

Di sisi lain, melajang karena keterpaksaan dibagi menjadi dua yakni melajang
karena belum mampu menikah, dan memaksa diri sendiri melajang sebagai
pilihan keadaan dengan segala konsekuensi logisnya. Kisah Mu'awiyah bin Abu
Sufyan, seorang tokoh pendiri Dinasti Umayyah dalam *tarikh *Islam pada abad
6-7 Masehi adalah contoh nyata tentang opsi kedua tersebut.

Dalam sebuah kitab klasik diceritakan sewaktu remaja Mu'awiyah bermimpi
didatangi Rasulullah SAW. Dalam mimpinya itu, Rasullah SAW berkata,"Wahai
Mu'awiyah kelak anak cucumu akan membunuh cucuku." Mu'awiyah sontak
terbangun dan beristighfar. Sejak itu, ia bertekad takkan menikah seumur
hidupnya karena ia takut memiliki keturunan. Ia tanamkan tekadnya itu begitu
kuat karena cintanya kepada Rasulullah SAW.

Dalam suatu perjalanan melintasi gurun pasir, Mu'awiyah ingin buang air
kecil. Ia kemudian buang air kecil dengan cara berjongkok—sebagaimana yang
disunnahkan Rasulullah SAW untuk kaum laki-laki—di atas sebuah lubang.
Rupanya ia keliru memilih tempat. Itu adalah lubang tempat kalajengking
bersarang. Kemaluan Mu'awiyah disengat kalajengking hingga mengakibatkan
penyakit pembengkakan. Beberapa tabib yang mengobatinya angkat tangan, tidak
sanggup. Hingga ia ditangani seorang tabib yang mengatakan bahwa
satu-satunya obat untuk menyembuhkan penyakit itu adalah dengan berhubungan
badan. Tentu saja itu hanya bisa dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah.

Awalnya, karena cintanya kepada Rasulullah SAW, Mu'awiyah menolak. Ia
memilih tetap melajang kendati harus menanggung penyakit itu seumur hidup.
Namun kemudian sang tabib menyarankan Mu'awiyah agar menikahi seorang
perempuan tua yang sudah tidak subur dan diperkirakan tidak dapat melahirkan
lagi. Mu'awiyah setuju, dan akhirnya penyakitnya sembuh. Namun Allah punya
rencana lain. Perempuan tua itu hamil dan melahirkan seorang anak.

Sejarah pun mencatat pada tahun 680 M terjadi konflik politik dan meletus
perang di padang Karbala, Irak, antara pasukan Husain bin Ali bin Abi Thalib
(cucu Rasulullah SAW) dengan Bani Umayah (keturunan Mu'awiyah). Husain
terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, Suriah. Jasadnya
dikubur di Karbala. Inilah momentum bersejarah yang kelak diperingati kaum
Syi'ah setiap tahun dengan ratap tangis dan upaya penyiksaan diri sendiri
guna mengenang wafatnya putera Imam Ali tersebut.

Ada satu pertanyaan besar: melajang itu *trend* ataukah kecelakaan?

Jika melajang dipahami sebagai tren (baca: *trend*)* *yang definisinya
*prevailing
tendency, direction or style *(*Webster Dictionary*) maka ia hanya gejala
sesaat, yang dapat diluruskan. Namun jika para lajang berprinsip sableng
"kawin *yes*, nikah *no*", wah, celaka tiga belas deh!

*4 Jurus Menjaring Jodoh*

"Mencintai itu adalah seperti kobaran api," ujar Kate Winslet dalam perannya
di film *Sense and Sensibility* arahan sutradara Taiwan Ang Lee yang meraih
Oscar lewat *Brokeback Mountain*.

Yup, mencari jodoh harus bersemangat, jangan *adem ayem*. Meski jangan pula
kelewat agresif, seperti ayam kebelet kawin, karena saking ekstremnya. Jodoh
memang sudah ditetapkan Tuhan di *lauhul mahfudz* sejak usia empat bulan
dalam kandungan, akan tetapi ia tetap harus dijemput. Karena jodoh seperti
halnya rizki, kata Aa Gym, ia harus dijemput dan diupayakan.

Gimana caranya? Inilah ke-4 jurus andalan:

*1. Memperluas Jejaring (social networking)*

Pernah merasakan cinta ditolak atau kandas?

"Cinta ditolak entah sama *akhwat*nya atau ortunya mah jangan terlalu
dibikin sulit. Lha *akhwat* yang laen yang mau menerima kondisi si
*ikhwan*apa adanya, masih bejibun kok. Barangkali kalo si
*ikhwan*nya ikhlas, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik," kata
Nurman, salah seorang *netter* di Jakarta.

"Jika sudah seiman, penghasilan tetap (kalau rezeki kan tergantung usaha dan
doa), yang pasti calon istri gak akan kelaparan. *Go ahead*, konsekuen. Satu
hal yang penting, percaya deh sama kekuatan cinta. Karena ini benar-benar
anugerah dari Allah. Tidak *sembarangan orang bisa cocok dengan orang lain,
kalau bukan Dia yang kasih dan ijinkan,"* ujar Lintang, responden yang lain.

Nah, yang di atas adalah sebagian advis yang bertebaran di sebuah *mailing
list* ketika salah seorang *netter* curhat mengenai cintanya yang kandas.
Banyak yang bersimpati, banyak yang memberi *support*. Itulah kekuatan
jejaring. Kekuatan inilah yang juga dapat dimanfaatkan dalam mencari sang *Miss
atau Mr. Right*, calon istri atau suami idaman. Mulai dari jejaring di dunia
nyata seperti lingkungan sekolah, kursus, pekerjaan, lingkungan sekitar
rumah atau hobi sampai jejaring di dunia maya (internet). Tak heran banyak
yang menemukan jodoh lewat media yang satu ini. Konon mantan menteri Yusril
Ihza Mahendra mendapat jodohnya lewat *friendster*. Bertemulah ia dengan
sang istri kedua yang blasteran Jepang-Filipina yang usianya terpaut lebih
dari 10 tahun.

Bukankah Nabi Muhammad SAW juga menganjurkan agar rajin bersilaturahmi agar
memperbanyak rejeki? Makanya gaul yuk!

*2. Butuh Mak Comblang?*

Jangan malu-malu menganggukkan kepala jika butuh makcomblang. Pasti akan
banyak orang yang rela memperkenalkan kita dengan bakal *Miss *atau *Mr.
Right*. Lagipula bukankah orang–orang tua kita juga banyak yang sukses
menikah karena dicomblangi alias dijodohkan? Dalam bentuk yang mutakhir,
makcomblang saat ini berbentuk biro jodoh. Demikian banyak biro jodoh di
dunia nyata atau dunia maya*. Be selective, *Sista en* *Brur. Karena tak
jarang, terutama di internet, biro jodoh atau situs jodoh yang sebenarnya
kamuflase dari bisnis prostitusi terselubung atau ajang seks bebas.

*3. Ta'aruf*

Ini bentuk perjodohan yang lazim dikenal di kalangan aktivis Muslim kampus.
Tapi tak ada salahnya dicoba. Biasanya anggota pengajian yang sudah merasa
siap menikah akan bertukar biodata plus foto dengan difasilitasi *murobbi*atau
*murobbiyah* (guru ngaji). Proses perkenalan pun didampingi orang ketiga
agar lebih aman dan *syar'i *(baca: sesuai syariat atau aturan Islam). Dalam
proses ini umumnya tak dibutuhkan waktu lama untuk mencapai Hari H alias
waktu akad nikah. Kecuali jika sang *ikhwan* atau *akhwat* punya segambreng
kriteria atau keinginan yang susah dikompromikan. Umumnya proses berlangsung
cepat karena didasarkan pada prinsip *kufu*, kesetaraan antara profesi,
pendidikan dll dan tujuan membangun keluarga dakwah yang samara (*sakinah
mawaddah wa rohmah)*.

Salah seorang kawan yang mengikuti proses ini hanya butuh waktu sebulan
sejak *ta'aruf *hingga *walimatul 'ursy* (resepsi pernikahan). Dengan *
akhwat* lain yang belum pernah ia kenal sebelumnya pula. Dalam proses ini
memang tidak dikenal istilah dan praktik pacaran, yang ribet dengan ritual
PDKT dll yang bahkan dapat memakan waktu bertahun-tahun. Dari perspektif
ekonomi, ini model penjaringan jodoh yang ekonomis, praktis dan efisien.
Sungguh direkomendasikan untuk zaman krisis global seperti sekarang.

Proses perjodohan model ini, di salah satu majalah Islam terbitan Jakarta,
juga sudah difasilitasi dalam bentuk kontak jodoh tanpa pacaran. Gimana,
tertarik mencoba? *Love will find you if you try…*

*4. Tawakal*

Dalam sebuah kisah bijak dikisahkan seorang hamba yang memohon kepada Tuhan
akan pasangan idaman. Bertahun-tahun ia berdoa kepada Tuhan untuk
memberikannya pasangan. Ia juga meminta kepada Tuhan seraya menjelaskan
kriteria pasangan yang diinginkan. Ia menginginkan pasangan yang baik
hati,lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan
sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, serta penuh
perhatian. Ia bahkan memberikan kriteria fisik pasangan yang selama ini
diimpikannya. **

Sejalan dengan berlalunya waktu, ia menambahkan daftar kriteria yang
diinginkannya.

Suatu malam Tuhan berkata kepadanya, "Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan
apa yang engkau inginkan."

"Mengapa wahai Tuhan?"

"Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan
segala yang aku lakukan adalah benar."

"Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa aku pinta
dari-Mu?

"Aku akan menjelaskan kepadamu," jawab Tuhan. "Adalah suatu ketidakadilan
dan ketidakbenaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat
memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk
memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika
terkadang engkau masih kasar. Atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi
engkau masih kejam. Atau seseorang yang mudah mengampuni, tetapi engkau
sendiri masih suka menyimpan dendam, atau seseorang yang peduli tetapi
engkau sendiri bukan orang yang peduli."

Tuhan terus berkata, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu
seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari
selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang
sudah mempunyai semua itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan
dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian
berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu
pendidikan jangka panjang. Pernikahan adalah tempat di mana engkau dan
pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk
menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia
yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid. Aku tidak
memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku
memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."

Nah, Sahabat, sudah cukup paham hikmah dari kisah bijak tersebut?

Jika segala upaya sudah kita lakukan untuk menempa diri menjadi *Mr. Right*atau
*Miss Right* dan ikhtiar sudah dilakoni habis-habisan namun sang *Mr. Right
*atau* Miss Right* belum nongol juga, bertawakal adalah kata akhir. "Barang
siapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya."
(Surah Ath-Thalaq, 65:3).

Apa pun takdir atau pemberian Tuhan haruslah kita syukuri. Karena di situlah
segenap hikmah kehidupan bersumber. "Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu
padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak
mengetahui." (Surah Al Baqoroh, 2: 216).

*Wallahu a'lam bisshawwab.*

* *

*LA, 1 November 2008*

* *

**) Nursalam AR, adalah seorang pria beristri satu dan calon ayah bagi anak
pertamanya yang, Insya Allah, lahir pada akhir November 2008. Jika Anda
mendapat manfaat dari tulisan ini, sebarkan kepada orang lain dan panjatkan
doa keselamatan dan kesejahteraan untuk sang pemilik tulisan beserta
keluarga dan jabang bayinya**:)**.Amin!*

* *

* *

* *

* *

* *

* *

* *

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
13.

[catatan kaki] Menelisik Pemimpin Indonesia Abad 21

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Nov 1, 2008 1:24 am (PDT)

*
*

*Menelisik Pemimpin Indonesia Abad 21*

*Oleh Nursalam AR*

Abad 21, menurut sebagian sosiolog dunia, adalah abad penguatan identitas
keagamaan. Di samping, menurut Samuel Huntington, terdapat fenomena
menguatnya sentimen tribalisme dan kebangkitan kekuatan-kekuatan di luar
Amerika Serikat yang saat ini menjadi negara adidaya tunggal di dunia.
Huntington dalam *The Clash of Civilization* memprediksi bangkitnya kekuatan
Islam selain kekuatan Cina (baca: Konfusius) sebagai "ancaman" terhadap
keadidayaan Amerika Serikat. Hal ini, barangkali karena pertimbangan jumlah
penganut yang besar dan tingkat militansi dari kedua kekuatan (baca:
ideologi) tersebut.

Di sinilah dibutuhkan peran strategis Indonesia sebagai negara berpenduduk
Muslim terbesar di dunia dan merupakan negara demokratis Muslim terbesar di
dunia. Cina dengan kekuatan ekonomi, militer dan budaya dengan puncaknya
pada Olimpiade 2008 lalu sudah membuktikan prediksi Huntington. Bagaimana
dengan Indonesia?

Seiring telisikan sejarah dan anatomi bangsa Indonesia yang berciri
paternalisme maka kunci kebangkitan Indonesia adalah pada model kepemimpinan
bangsa. Jika kita ingin berjaya di abad 21 perlu ditelisik lebih jauh
ciri-ciri pemimpin Indonesia yang ideal di abad 21. Tentunya dengan tetap
jeli mengamati geliat kebangkitan mandiri rakyat.

Saya membayangkan bahwa pemimpin Indonesia kelak adalah orang yang memahami
jiwa dan alam psikologi manusia Indonesia sehingga ia mampu memobilisasi
sumber daya kultural dan insani bangsa untuk mencapai tujuan terbaik. Nah,
mayoritas penduduk Indonesia yang Muslim namun moderat dengan menghargai
keberagaman agama dan budaya adalah alam terkembang yang inspirasional. Maka
kebijakan-kebijakan pemimpin yang bertentangan dengan suasana psikologis dan
budaya Indonesia akan selalu tertolak. Indonesia tak mungkin dibiarkan
seperti Turki yang mayoritas Muslim dengan budaya Islam yang kuat namun
masyarakatnya untuk memakai jilbab pun dilarang. Namun Indonesia juga tak
bisa mutlak seperti Arab Saudi yang memberlakukan peraturan Islam secara *top
down* namun acapkali abai dengan fitrah toleransi keberagamaan.

Kepemimpinan Indonesia yang ideal di abad 21 adalah model kepemimpinan yang
mengayomi mayoritas dan juga mengasihi minoritas serta memahami betul élan
vital serta karakter bangsa Indonesia yang sebetulnya pekerja keras.
Sifat *nrimo
*bangsa ini – karena dominasi suku Jawa – tidak dapat dijadikan justifikasi
bahwa rakyat menerima begitu saja kebijakan kenaikan harga BBM atau elpiji
yang mencekik leher. Sekali lagi, di samping masalah "elit" di atas, masalah
konkret semisal harga sembako dan kebutuhan sehari-hari rakyat adalah
masalah penting. Seorang pemimpin Indonesia yang ideal semestinya, apapun
agamanya, bisa mencontoh seorang khalifah Umar bin Khattab yang bisa
menangis tersedu-sedu ketika diberitahu bahwa ada seekor keledai mati
kelaparan di wilayah kekuasaannya. Baginya, seekor keledai pun yang mati
akan ditanyakan Allah kelak kepadanya di hari kiamat. Itulah tanggung jawab
seorang pemimpin. Umar bin Khattab pun dicatat sebagai pemimpin besar,
karena ia tak abai dengan hal-hal kecil. Karena sesuatu yang besar berawal
dari yang kecil.

"Perjalanan seribu mil dimulai dengan suatu langkah kecil," demikian pepatah
Cina mengatakan. Nah, setidaknya kita sudah memulai dengan kesadaran bahwa
kita perlu memulai, dan kita perlu menemukan model kepemimpinan yang tepat
sekaligus menelisik sosok pemimpin yang tepat untuk memimpin bangsa ini di
abad 21. Karena yang kita perlukan adalah pemimpin, bukan hanya seorang
presiden, seorang administrator atau seorang birokrat.

Pemimpin adalah sang peletak tangga, yang berpikir mengenai *do the right
thing*, dan bukan hanya berpikir soal *do the things right*. Dan alangkah
ideal jika wacana kepemimpinan di abad 21 digagas saat pemilu 2009 melalui
debat kandidat presiden yang akan bersaing produktif soal program dan
pembangunan ke depan dan tidak lagi cerewet menyoal ideologi
Islam-nasionalis atau ortodoks atau progresif. Rakyat sudah lelah dengan
wacana "elit" demikian yang sudah dipromosikan sejak 1998. Pada akhirnya,
rakyat akan cenderung berpikir seperti Deng Xiaoping,"Kucing hitam atau
putih tak masalah. Yang penting dapat menangkap tikus."

Di sinilah kita perlu sosok Umar bin Khattab di masa depan, yang pemimpin
sekaligus cendekiawan namun juga pro-rakyat. Adakah di antara kita?*****

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
14.

[catcil] Nostalgia Baju Lebaran

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Nov 1, 2008 1:27 am (PDT)

Nostalgia Baju Lebaran

Oleh Nursalam AR

* *

Lebaran selalu identik dengan baju baru. Sudah lazim orang bertanya di
penghujung Ramadhan,"Eh, sudah beli baju baru belum?" Entahlah, sejak kapan
tradisi membeli baju baru untuk Lebaran ini berawal. Padahal Nabi Muhammad
SAW dalam salah satu hadisnya dalam Shahih Bukhari hanya memerintahkan kita
mengenakan "pakaian yang terbaik" pada hari raya Idul Fitri. Tapi "terbaik"
di sini selalu dimaknai sebagai sesuatu yang "baru".

Di zaman penjajahan dulu saat kehidupan sehari-hari susah termasuk untuk
makan apalagi untuk beli baju, hal tersebut dapat dipahami. Tidak ada
pakaian sehari-hari yang "layak" atau "terbaik" dipakai pada hari raya. *
Wong*, ada yang sampai bikin celana dari karung goni atau karung beras kok.
Bila dari kain belacu, itu sudah lumayan, demikian cerita almarhum ayahku.
Maka wajarlah bila yang terbaik dimaknai sebagai sesuatu yang baru. Tapi di
zaman saat ini, anehnya, tradisi itu terus berlangsung. Meski saat ini
banyak orang sanggup beli baju tiap bulan, bahkan setiap momen khusus, entah
pesta ulang tahun atau piknik.

Namun sewaktu aku kanak-kanak, pikiran bijak tersebut sama sekali jauh dari
pikiran. Yang aku tahu adalah jika aku tak punya baju baru berarti aku
berbeda dari teman-teman sepermainanku. Dan aku malu karenanya. Itu saja.
Sebetulnya kondisi ekonomi keluargaku tahun 80-an itu juga memprihatinkan.

Saat itu keluargaku masih lengkap. Sangat lengkap, ada ayah dan ibu dan enam
anak-anaknya. Aku sendiri anak kelima dari enam bersaudara. Empat laki-laki
dan dua perempuan. Semuanya bersekolah, dan belum ada yang bekerja saat itu.
Suatu kondisi yang lumayan berat bagi ayahku (kami biasa memanggilnya *aba*)
yang hanya montir mobil panggilan. Ibu hanya ibu rumah tangga biasa, yang
coba membantu *aba* dengan membuat kue yang dititipkannya di warung-warung
di dekat rumah.

Ada juga tambahan penghasilan dari beberapa petak rumah kontrakan yang baru
dirintis *aba* yang sayangnya tak cukup menutupi kebutuhan keluarga. Maklum,
rumah kontrakan kami kecil dan tidak terlalu bagus sehingga *aba* tak
terlalu tega untuk mengenakan harga sewa yang tinggi. Apalagi harga sewa
rumah kontrakan saat itu tidak setinggi sekarang.

Aku ingat betul waktu itu seminggu lagi Lebaran. Aku kelas tiga SD, sembilan
tahun usiaku. Agak telat memang. Karena di kelas satu SD aku sempat cuti
sekolah karena sakit kencing batu. Baru kemudian atas jasa baik Bu
Satimah—guruku di kelas satu—aku dapat melanjutkan sekolah di kelas dua di
sekolah yang sama tanpa harus membayar biaya tambahan.

Ya, sakit yang mengharuskan aku istirahat selama setahun di rumah itu
sangat membebani keluarga untuk ongkos pengobatan kesana-kemari. Atas izin
Allah, *alhamdulillah*, aku sembuh setelah batu sebesar kepalan tangan bayi
itu berhasil diangkat dari kandung kemihku melalui operasi bedah. Waktu itu
belum dikenal teknologi bedah laser sehingga aku harus mendapat beberapa
jahitan. Biaya operasinya tiga ratus ribu rupiah (ingat saat itu tahun
1984!), hasil berhutang dari salah seorang pemilik warung tempat ibuku biasa
menitipkan dagangan kuenya.

Alhasil persoalan baju baru adalah persoalan istimewa bagiku. Tidak setiap
bulan aku bisa punya baju baru. Sering juga memang langganan kerja
*aba*—kebanyakan
etnis Cina di kawasan Jakarta Barat—memberikan pakaian bekas mereka—yang
menurutku bekas hanya karena jarang sekali dipakai atau tertumpuk di lemari
pakaian—yang masih bagus-bagus sebagai bonus atas kerjanya yang dianggap
memuaskan ketika memperbaiki mobil mereka. Tapi ya tetap saja judulnya baju
bekas, bukan baju baru ya *to*?

"Lam, lo udah punya baju baru belom?" tanya salah seorang temanku. Kami
sedang bermain *gundu* alias kelereng menunggu beduk berbuka puasa.

Aku pura-pura sibuk membersihkan kelereng-kelerengku yang berdebu. Tanah
tempat kami bermain memang berdebu. Waktu itu kemarau.

"Gue sih udah punya dua. Satu baju koko, satu kaos!" tukas temanku yang lain
berbangga. Senyumnya cerah. Bagiku itu senyum mengejek.

Obrolan pun beralih ke topik baju baru. Ah, panas sekali telingaku. Aku juga
saat itu bingung kenapa ibu belum juga mengajakku ke pasar. Biasanya dua
pekan sebelum Lebaran ibu mengajakku—karena adikku masih dianggap terlalu
kecil—berbelanja baju Lebaran di Pasar Jatinegara. Pasar yang padat dan
sumpek di tepi lapangan Jenderal Oerip Soemohardjo, Jakarta Timur. Tapi aku
ingat betul betapa harumnya bau baju-baju baru yang tergantung di kios-kios
pedagang maupun emperan kaki lima. Tak peduli peluh dan lelah karena
seringkali ibu harus bolak-balik masuk toko mencari barang terbaik dengan
harga termurah. Tapi aku senang-senang saja. Itulah ritual menjelang
Lebaran.

Ketika aku pulang ke rumah pun, *aba* dan ibu sama sekali tak membahas soal
baju baru. Kakak-kakakku yang lain juga bersikap biasa-biasa saja. Kakakku
yang terdekat perempuan, selisih usia kami tiga tahun. Mungkin ia sudah
cukup paham. Tapi itu dia, bukan aku.

Malam harinya selepas sholat Tarawih, aku bergegas sampai ke rumah paling
awal. Ketika ibu baru merapikan mukenah dan sajadahnya dari masjid, aku
langsung merajuk meminta. Ibu cuma bilang,"Nanti juga dibeliin. Sabar!" Aku
tak puas. Aku dekati *aba* yang sedang asyik merokok di ruang depan.
Jawabnya pun sama,"Sabar ye…"

Aku pun pupuk kesabaran hingga beberapa hari. Tinggal tiga hari menjelang
Lebaran. Ibu sudah sibuk membuat kue Lebaran. Sebagian pesanan tetangga.
Tapi ada yang kurang. Baju baru. Anehnya kakak-kakakku masih tenang-tenang
saja. Entahlah apakah ibu sudah berhasil memenangkan mereka. Adikku sendiri
yang selisih usia empat tahun di bawahku, anehnya, tak seribut aku. Rasanya
di hari-hari menjelang Lebaran jantungku kian berdebar. Tiap malam saat
keluarga berkumpul menonton TV—saat itu masih hitam putih 14 inci—aku
berharap ibu akan berkata,"Lam, besok ke pasar yuk!"

Namun ucapan itu tak kunjung keluar dari bibirnya. *Aba* pun ketika
'kudesak-desak kembali hanya membentak dengan mata mendelik,"Tanya ibu lo
sono!" Ah, rasanya kesabaranku habis. Tangisku meledak. Esoknya, dua hari
menjelang Lebaran, aku tidak bermain keluar rumah. Sekolah memang sudah
libur. Aku berdiam saja di rumah. Tidak kemana-mana. Hanya mendekam di
kolong tempat tidur. Aku sedang protes!

* *

*Aba* dan ibu membujuk. Kakak-kakakku mengiming-imingi janji beli permen
atau penganan. Semuanya membujuk agar aku mau keluar dari kolong tempat
tidur. Cukup lama aku bertahan, sambil sesekali berteriak dan menangis. Aku
tak peduli meski salah satu kakakku bilang puasaku batal karena aku
menangis.

Ubin lantai di kolong tempat tidur dingin dan agak berdebu. Kerongkonganku
lelah berteriak. Dada juga sakit dan leher pegal karena tak bisa tegak. Aku
pun terbatuk-batuk hebat. Tapi biarlah. Aku lebih rela begini daripada malu
tak punya baju baru, pikirku.

Menjelang azan Ashar, ibu menyerah. Beliau janji mengajakku ke pasar
keesokan harinya. Wah, hilang sudah pegal, dingin dan batukku! Terbayang aku
bisa sholat Ied, berkunjung ke rumah kerabat, dan paling penting bisa
beramai-ramai bersama teman-temanku berbaris meminta *angpao *dari para
tetangga. Itu momen-momen terindah saat Lebaran. Dan itu mustahil tanpa baju
baru.

Alhasil, sehari menjelang Lebaran itu, jadilah aku punya baju baru. Seharian
ibu mengajakku berbelanja baju. Ternyata termasuk baju Lebaran untuk
kakak-kakakku. Mungkin *aba* dan ibu sebenarnya sudah punya uang untuk beli
baju. Tapi tunggu waktu yang tepat, batinku. Ah, yang penting hatiku gembira
sekali saat itu.

Malamnya malam Takbiran. Selepas takbiran bersama di masjid, aku lekas
pulang ke rumah. Mengepaskan baju baruku di depan cermin. Ya, baju yang
didapat dengan perjuangan keras. Keras betul, menurutku. Anehnya, meski film
terakhir di TV—saat itu paling malam siaran TVRI berakhir pukul dua belas
dengan acara terakhir film Barat. Itupun hanya satu film sepanjang hari—aku
tak merasa mengantuk sama sekali.

Lamat-lamat kudengar *aba* dan ibu berbincang-bincang di kamarnya.

"Pinjem duit siape buat belanje tadi?" Suara *aba* terdengar bertanya.

Terdengar tarikan nafas berat ibu. "Nunung kasih pinjem. Kapan aje
gantiinnye katenye." Nunung adalah adik tiri *aba*. Suaminya, Om Misdi,
seorang pematung yang sering dapat orderan dari luar daerah. Kehidupan
mereka memang lebih berada daripada kami.

Tarikan nafas berat *aba* menyusul. "Gak enak juga ye minjem mulu ame die."

"Ye, gak pape deh. Tadi juga ditahan-tahanin malunye. Namenye juga buat
anak."

Sunyi. Sesunyi perasaanku malam itu. Kegembiraan malam itu terasa berkurang.
Ya, demi anak. Duh, *aba*, ibu, maafkan aku. Peristiwa malam Takbiran itu
sangat membekas. Seingatku, itulah terakhir kalinya aku merengek minta baju
baru untuk Lebaran. Toh, tanpa aku merengek pun, tahun-tahun berikutnya
kedua orangtuaku tak pernah lupa membelikan kami baju baru untuk Lebaran.
Entah, barangkali dengan uang tabungan atau kembali berhutang, aku tak tega
menanyakannya. Cukuplah mereka hanya tahu kami gembira menerimanya.

Sayang ibuku keburu wafat pada 1997 saat aku baru menginjak tahun pertama
kuliah di Universitas Indonesia (UI). Aku belum bisa membelikannya baju baru
untuk Lebaran. Namun, setidaknya untuk beberapa tahun kemarin--ketika aku
sudah punya penghasilan sendiri--aku sempat membelikan baju Lebaran untuk *
aba*: baju koko, peci dan sarung untuk sholat Ied. Tidak mahal-mahal sekali,
tapi itu pun sudah bagus sekali, kata *aba* sambil berucap terima kasih.
Binar riang matanya dan senyum bangganya ketika berterima kasih padaku sudah
cukup melegakanku. Moga itu bisa menebus rasa susah hatinya saat aku protes
sambil *ngumpet *di kolong tempat tidur dulu. Orang tua manapun pasti pusing
jika anak merengek minta baju baru sementara tak ada uang di saku. Mungkin
aku juga begitu jika kelak menjadi orang tua, Insya Allah.

Tahun ini sebetulnya aku berencana memberikan baju koko dan sarung terbaik
buat *aba*. Namun Allah berkehendak lain. *Aba* berpulang ke rahmatullah
pada usianya ke-73 tepat *nisfu sya'ban*, lima belas hari menjelang Ramadhan
tahun ini. Tepat *ba'da* Maghrib 8 September 2006. Ah, betapa sunyinya
Ramadhan ini dan Lebaran nanti tanpa kedua orang tua. Baju baru memang bukan
masalah lagi, tapi apalah artinya tanpa kedua orang tua di hari raya nan
fitri?

Ketika mengetik tulisan ini, aku teringat salah satu ucapan *tabi'in*—kalangan
ulama yang hidup setelah zaman sahabat Nabi Muhammad SAW—dalam salah satu
buku yang pernah kubaca,"Kasih sayang anak ketika merawat orang tua takkan
pernah dapat menebus kasih sayang orang tua terhadap anak. Orang tua merawat
anak ketika kecil hingga dewasa tanpa tahu bagaimana akhirnya kelak apakah
si anak akan membalas budinya atau justru mendurhakainya. Sementara anak
merawat orang tua dengan sebuah akhir yang diketahuinya bahwa orang tuanya
akan wafat di hari tua." Jadi jelas nilainya sangat berbeda. Kasih orang tua
sepanjang hayat, kasih anak sepanjang galah.

Dalam hati aku berdoa,"Ya Allah, pakaikan kedua orang tuaku baju baru di
surga-Mu." *Amien ya robbal 'alamien*.
Jakarta, 15 Ramadhan 1427 H

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
15.

[catcil] Nostalgia Bangku Bus

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Sat Nov 1, 2008 1:31 am (PDT)

Nostalgia Bangku Bus

Oleh Nursalam AR

* *

Berdesakan dalam buskota di jalanan Jakarta adalah hal biasa. Terlebih pada
jam-jam pulang kantor. Maka mendapat "berkah" bangku kosong di saat itu
adalah hal luarbiasa.Meskipun bukan pekerja kantoran (karena memilih kerja
SOHO* <#_edn1> sebagai penerjemah yang punya biro penerjemahan sendiri) tak
ayal aku harus terjebak pula jika ada urusan pekerjaan yang memaksa keluar
rumah. Seperti sore itu di hari-hari pertama Ramadhan dalam buskota jurusan
Blok M-Kampung Melayu.

Sejak dari terminal Blok-M bus sudah mulai padat. Apalagi di jalan Mampang
Prapatan yang sedang ada proyek jalur *busway* menuju Ragunan. Padat
merayap, demikian istilah penyiar radio yang terdengar dari *tape* mobil
mewah yang bersisian jalan di sebelah bus. Penumpangnya hanya dua orang
saja, seorang lelaki muda berdasi dan wanita cantik dengan busana kantor
yang apik. Tertawa ceria di tengah kemacetan. Di sebelahnya, bus yang
kutumpangi, padat berjejal penumpang bak pindang presto. Duh, senjangnya.

* *

*"Biskota tua miring ke kiri oleh sesaknya penumpang. Aku terjepit di tengah
tengah padatnya para penumpang yang bergelantungan...."* Jadi ingat syair
lagunya Om Franky Sahilatua. Lumayan agak hafal sedikit untuk menghilangkan
jenuh menunggu kemacetan. Mau ngobrol? Rasanya wajah-wajah di sekitarku
terlalu lelah dan mengantuk untuk diajak bicara. Mau baca? Terlalu repot
tanganku menjangkau ransel besar di dada (biar tidak kecopetan) untuk
mengaduk-aduk isinya, mencari buku yang baru kubeli di Gramedia Melawai. Mau
tidur?Panasnya minta ampun. AC (Angin CendelaJ ) juga bertiup malas.
Terlebih bulan puasa begini yang rasanya dosa-dosa pun turut terbakar suhu
Jakarta yang konon menurut berita sekitar 30-33 derajat Celcius. Alhasil,
jadilah aku seperti puluhan penumpang lain: bergelantungan sambil menatap
sekeliling. Termasuk menatapi mobil-mobil mewah yang berkali-kali umbar
klakson. Menatapi tukang ngamen dan pedagang asongan yang silih berganti
naik-turun bus. Termasuk para peminta dengan kotak amal untuk pembangunan
mesjid yang entah di mana letaknya.

"Kantor Pos!Kantor Pos!" teriak kenek dengan suara parau. Beberapa orang
penumpang turun di halte Kantor Pos Mampang. Seorang bapak tergopoh-gopoh
bangkit dari bangkunya. Sejak tadi ia tertidur. Pada jam-jam *ba'da* Ashar
di bulan puasa ini sudah merupakan pemandangan umum orang tertidur di
buskota. Ia bergegas turun sambil ribut mengetok-ketok atap bus dari
alumunium. Bus yang hendak sedikit beranjak kemudian tertahan mendadak.

"Siap-siap dong, Pak, dari tadi!" sembur kenek. Matanya mendelik. Entahlah
tak kulihat reaksi si bapak. Yang ada di sampingku adalah bangku kosong di
samping seorang anak muda. Ya, sejak tadi bapak itu duduk di bangku bus
samping tempatku berdiri. Dan sekarang bangku itu kosong. *Alhamdulillah*,
kududuki bangku itu dengan gempita. Lumayanlah untuk sekedar memejamkan
mata barang beberapa waktu. Aku berniat turun di jembatan Ciliwung.

Dalam jarak dua halte di depan, naik serombongan lagi penumpang. Tambah
padat nian bus ini. Seorang gadis muda menyandang dua tas besar menyesak
masuk ke tengah-tengah dan berdiri persis di sampingku. Belum lagi ia
mengepit map tebal di dada. Kulirik sejenak. *Ah, masih muda*, batinku. *Jika
sudah tua, mungkin aku rela melepaskan bangku ini*. Aku memang biasa
mengalah kepada orang tua atau orang cacat, sesama penumpang buskota, untuk
jatah bangku di buskota.

Bus bergerak lagi, kencang. Kendati kadang harus tertahan mendadak karena
salipan kendaraan di depan atau kemacetan. Gadis itu tampak kerepotan. Satu
tasnya kini ditaruh di lantai bus. *Hmm...kasih duduk tidak ya? Tapi, ah,
dia masih muda kok, pasti kuat*. *Kalo tuaan dikit, aku kasih deh. Lagian
capek kan menunggu hampir satu jam dari Blok M ke Mampang hanya untuk satu
bangku kosong*. Demikian batinku berperang.Satu sisi ingin mengalah, tapi
rasanya badan ini lelah betul. *Ah, Allah juga maklum kok, beramal tentu
harus sesuai kemampuan*, batinku menjelajah mencari justifikasi.

Alhasil bus terus berjalan. Menjelang studio Trans TV, ketika penumpang
makin bertambah, tampak betul gadis itu makin kerepotan. Ia berkali-kali
melihat ke sekitar. Termasuk ke arahku yang pura-pura ngantuk. Aku tentunya
tidak *ge-er* dilirik gadis yang lumayan manis itu. Tentu aku yakin bukan
wajahku yang biasa-biasa saja yang diliriknya tapi ya bangku bus ini! Ya,
bangku bus yang saat ini terasa sangat mahal bagiku. Yang kudapatkan dengan
peluh dan pegal menunggu dengan beban berat ransel di dada.

"Mbak, duduk sini aja!" Suara halus di sebelah mengejutkanku. Kulirik dengan
mata yang setengah mengantuk. Ini memang mengantuk betulan. Di seberangku,
seorang mahasiswi berkaus menggantung menyilakan si gadis kantoran duduk.

"Eh, terima kasih ya!" Si Mbak itu duduk. Ia sempat pula melirikku.Entah
setajam apa, aku lekas melengos. Ada tombak ironi menelusup ke dadaku.
Kenapa aku yang laki-laki tak lebih rela berkorban dibandingkan si mahasiswi
mungil yang kini gantian berdiri di sampingku? Mungkin jika laki-laki lain
yang mengalah demi si Mbak tadi aku tak bakal merasa segundah ini. Meski
sempat terbersit,"Ah, biar saja, toh solidaritas sesama wanita!" Lagi-lagi
justifikasi.

Selanjutnya tak perlulah kuceritakan lagi perasaanku dalam buskota hingga
aku turun di tempat tujuan. Sore itu baru aku sadari makna *fastabiqul
khoirot*, berlomba-lomba dalam kebaikan. Yang jelas aku kehilangan satu
peluang berbuat baik. Tidak ada pembenaran yang lain. Titik.

*Jakarta**, 16 Oktober 2006.*

------------------------------

* <#_ednref1> *Small Office Home Office*. Istilah untuk pekerja atau
profesional yang bekerja/berkantor di rumah dilengkapi dengan fasilitas
komunikasi dan teknologi internet.

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Popular Y! Groups

Is your group one?

Check it out and

see.

Cat Fanatics

on Yahoo! Groups

Find people who are

crazy about cats.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: