Messages In This Digest (25 Messages)
- 1a.
- Re: [catcil] Nostalgia Baju Lebaran From: novi_ningsih
- 2a.
- Re: [catcil] Nostalgia Bangku Bus From: novi_ningsih
- 3a.
- Re: (Catcil) Akhirnya Saya Bisa Menyayangi Anak Saya Sendiri.... From: novi_ningsih
- 4.1.
- File - Moderator Sekolah Kehidupan From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
- 5a.
- Re: newbie From: magnifico_99
- 6.
- [syukur] Penting Untuk Orang Tua From: rusdin visioner
- 7.
- [Mimbar] Jangan Jadi Mahasiswa 'Mandul'! From: M.Arif As Salman
- 8.
- [Mimbar] Sibuk Membangun Dunia Lupa Membangun Akhirat From: M.Arif As Salman
- 9.
- Fwd: (OOT) 8 Pertanda bahwa si Dia adalah Jodoh Anda From: setyawan_abe
- 10.
- Fwd: (OOT) Mari Kita Bakar Perahu itu..! From: setyawan_abe
- 11.
- (Catatan Kaki) Kesan Pertama yang Tahan Lama From: Dhan
- 12.
- (Inspirasi) Siapakah Yang Seharusnya Lebih Siap Pakai Itu? From: dkadarusman
- 13.
- [Mimbar] Bukan Karena Tidak Tahu From: M.Arif As Salman
- 14.
- PANDUAN MERAIH KEBAHAGIAAN (Resensi The 7 Laws of Happiness) From: Anwar Holid
- 15.
- (Teka) Restu Ibu From: sismanto
- 16a.
- Re: (Ruang Film) The Fog From: Rini Nurul Badariah
- 17.
- [Catatan Kaki] Kiat Mengikuti Lomba Menulis From: Rini Nurul Badariah
- 18a.
- Re: (Kelana) SUDAH KECEBUR SEKALIAN MANDI From: fil_ardy
- 19.
- [Maklumat] Rapat Kerja Sekolah kehidupan From: Kang Dani
- 20a.
- [rampai]TAK KAN JERA AKU DISINI From: fla cheya
- 20b.
- [rampai]TAK KAN JERA AKU DISINI From: fla cheya
- 21.
- [rampai]Dikegelisahan Matamu From: fla cheya
- 22.
- [rampai]I'm Tired… Leave Me Alone... From: fla cheya
- 23a.
- (Canda) Minta HP ? Kasih, daah From: cahaya.khairani
- 23b.
- Re: (Canda) Minta HP ? Kasih, daah From: fil_ardy
Messages
- 1a.
-
Re: [catcil] Nostalgia Baju Lebaran
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sun Nov 2, 2008 3:56 am (PST)
Terharuuuuuuuuuu :(
Aku jadi inget, ibu pernah cerita, ketika belum lama tinggal di
kompleks ini, ibu pernah minjam uang di koperasi untuk beli baju
lebaran anak-anaknya.
Kondisi kami saat itu masih jauh dari cukup, siang malam bapak kerja
sebagai guru, ibu sendiri buka warung di rumah, kadang-kadang goreng
pisang untuk dititip di sekolahan yang jaraknya lumayan.
Tapi, untuk anak-anaknya, mereka selalu berkorban. PErnah juga abangku
yang cowok dibelikan bapak pesawat-pesawatan atau mainan lainnya...
yang harganya cukup lumayan
Iya, kasihnya orang tua luar biasa hebat ya... dibanding anak... :(
TFS, mas nursalam :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Nursalam AR"com
<nursalam.ar@...> wrote:
>
> Nostalgia Baju Lebaran
>
> Oleh Nursalam AR
>
> * *
>
> Lebaran selalu identik dengan baju baru. Sudah lazim orang bertanya di
> penghujung Ramadhan,"Eh, sudah beli baju baru belum?" Entahlah,
sejak kapan
> tradisi membeli baju baru untuk Lebaran ini berawal. Padahal Nabi
Muhammad
> SAW dalam salah satu hadisnya dalam Shahih Bukhari hanya
memerintahkan kita
> mengenakan "pakaian yang terbaik" pada hari raya Idul Fitri. Tapi
"terbaik"
> di sini selalu dimaknai sebagai sesuatu yang "baru".
>
>
>
> Di zaman penjajahan dulu saat kehidupan sehari-hari susah termasuk untuk
> makan apalagi untuk beli baju, hal tersebut dapat dipahami. Tidak ada
> pakaian sehari-hari yang "layak" atau "terbaik" dipakai pada hari
raya. *
> Wong*, ada yang sampai bikin celana dari karung goni atau karung
beras kok.
> Bila dari kain belacu, itu sudah lumayan, demikian cerita almarhum
ayahku.
> Maka wajarlah bila yang terbaik dimaknai sebagai sesuatu yang baru.
Tapi di
> zaman saat ini, anehnya, tradisi itu terus berlangsung. Meski saat ini
> banyak orang sanggup beli baju tiap bulan, bahkan setiap momen
khusus, entah
> pesta ulang tahun atau piknik.
>
>
>
> Namun sewaktu aku kanak-kanak, pikiran bijak tersebut sama sekali
jauh dari
> pikiran. Yang aku tahu adalah jika aku tak punya baju baru berarti aku
> berbeda dari teman-teman sepermainanku. Dan aku malu karenanya. Itu
saja.
> Sebetulnya kondisi ekonomi keluargaku tahun 80-an itu juga
memprihatinkan.
>
>
>
> Saat itu keluargaku masih lengkap. Sangat lengkap, ada ayah dan ibu
dan enam
> anak-anaknya. Aku sendiri anak kelima dari enam bersaudara. Empat
laki-laki
> dan dua perempuan. Semuanya bersekolah, dan belum ada yang bekerja
saat itu.
> Suatu kondisi yang lumayan berat bagi ayahku (kami biasa
memanggilnya *aba*)
> yang hanya montir mobil panggilan. Ibu hanya ibu rumah tangga biasa,
yang
> coba membantu *aba* dengan membuat kue yang dititipkannya di
warung-warung
> di dekat rumah.
>
>
>
> Ada juga tambahan penghasilan dari beberapa petak rumah kontrakan
yang baru
> dirintis *aba* yang sayangnya tak cukup menutupi kebutuhan keluarga.
Maklum,
> rumah kontrakan kami kecil dan tidak terlalu bagus sehingga *aba* tak
> terlalu tega untuk mengenakan harga sewa yang tinggi. Apalagi harga sewa
> rumah kontrakan saat itu tidak setinggi sekarang.
>
>
>
> Aku ingat betul waktu itu seminggu lagi Lebaran. Aku kelas tiga SD,
sembilan
> tahun usiaku. Agak telat memang. Karena di kelas satu SD aku sempat cuti
> sekolah karena sakit kencing batu. Baru kemudian atas jasa baik Bu
> Satimahguruku di kelas satuaku dapat melanjutkan sekolah di kelas
dua di
> sekolah yang sama tanpa harus membayar biaya tambahan.
>
>
>
> Ya, sakit yang mengharuskan aku istirahat selama setahun di rumah itu
> sangat membebani keluarga untuk ongkos pengobatan kesana-kemari.
Atas izin
> Allah, *alhamdulillah*, aku sembuh setelah batu sebesar kepalan
tangan bayi
> itu berhasil diangkat dari kandung kemihku melalui operasi bedah.
Waktu itu
> belum dikenal teknologi bedah laser sehingga aku harus mendapat beberapa
> jahitan. Biaya operasinya tiga ratus ribu rupiah (ingat saat itu tahun
> 1984!), hasil berhutang dari salah seorang pemilik warung tempat
ibuku biasa
> menitipkan dagangan kuenya.
>
>
>
> Alhasil persoalan baju baru adalah persoalan istimewa bagiku. Tidak
setiap
> bulan aku bisa punya baju baru. Sering juga memang langganan kerja
> *aba*kebanyakan
> etnis Cina di kawasan Jakarta Baratmemberikan pakaian bekas merekayang
> menurutku bekas hanya karena jarang sekali dipakai atau tertumpuk di
lemari
> pakaianyang masih bagus-bagus sebagai bonus atas kerjanya yang dianggap
> memuaskan ketika memperbaiki mobil mereka. Tapi ya tetap saja
judulnya baju
> bekas, bukan baju baru ya *to*?
>
>
>
> "Lam, lo udah punya baju baru belom?" tanya salah seorang temanku. Kami
> sedang bermain *gundu* alias kelereng menunggu beduk berbuka puasa.
>
>
>
> Aku pura-pura sibuk membersihkan kelereng-kelerengku yang berdebu. Tanah
> tempat kami bermain memang berdebu. Waktu itu kemarau.
>
>
>
> "Gue sih udah punya dua. Satu baju koko, satu kaos!" tukas temanku
yang lain
> berbangga. Senyumnya cerah. Bagiku itu senyum mengejek.
>
>
>
> Obrolan pun beralih ke topik baju baru. Ah, panas sekali telingaku.
Aku juga
> saat itu bingung kenapa ibu belum juga mengajakku ke pasar. Biasanya dua
> pekan sebelum Lebaran ibu mengajakkukarena adikku masih dianggap
terlalu
> kecilberbelanja baju Lebaran di Pasar Jatinegara. Pasar yang padat dan
> sumpek di tepi lapangan Jenderal Oerip Soemohardjo, Jakarta Timur.
Tapi aku
> ingat betul betapa harumnya bau baju-baju baru yang tergantung di
kios-kios
> pedagang maupun emperan kaki lima. Tak peduli peluh dan lelah karena
> seringkali ibu harus bolak-balik masuk toko mencari barang terbaik
dengan
> harga termurah. Tapi aku senang-senang saja. Itulah ritual menjelang
> Lebaran.
>
>
>
> Ketika aku pulang ke rumah pun, *aba* dan ibu sama sekali tak
membahas soal
> baju baru. Kakak-kakakku yang lain juga bersikap biasa-biasa saja.
Kakakku
> yang terdekat perempuan, selisih usia kami tiga tahun. Mungkin ia sudah
> cukup paham. Tapi itu dia, bukan aku.
>
>
>
> Malam harinya selepas sholat Tarawih, aku bergegas sampai ke rumah
paling
> awal. Ketika ibu baru merapikan mukenah dan sajadahnya dari masjid, aku
> langsung merajuk meminta. Ibu cuma bilang,"Nanti juga dibeliin.
Sabar!" Aku
> tak puas. Aku dekati *aba* yang sedang asyik merokok di ruang depan.
> Jawabnya pun sama,"Sabar ye "
>
>
>
> Aku pun pupuk kesabaran hingga beberapa hari. Tinggal tiga hari
menjelang
> Lebaran. Ibu sudah sibuk membuat kue Lebaran. Sebagian pesanan tetangga.
> Tapi ada yang kurang. Baju baru. Anehnya kakak-kakakku masih
tenang-tenang
> saja. Entahlah apakah ibu sudah berhasil memenangkan mereka. Adikku
sendiri
> yang selisih usia empat tahun di bawahku, anehnya, tak seribut aku.
Rasanya
> di hari-hari menjelang Lebaran jantungku kian berdebar. Tiap malam saat
> keluarga berkumpul menonton TVsaat itu masih hitam putih 14 inciaku
> berharap ibu akan berkata,"Lam, besok ke pasar yuk!"
>
>
>
> Namun ucapan itu tak kunjung keluar dari bibirnya. *Aba* pun ketika
> 'kudesak-desak kembali hanya membentak dengan mata mendelik,"Tanya
ibu lo
> sono!" Ah, rasanya kesabaranku habis. Tangisku meledak. Esoknya, dua
hari
> menjelang Lebaran, aku tidak bermain keluar rumah. Sekolah memang sudah
> libur. Aku berdiam saja di rumah. Tidak kemana-mana. Hanya mendekam di
> kolong tempat tidur. Aku sedang protes!
>
> * *
>
> *Aba* dan ibu membujuk. Kakak-kakakku mengiming-imingi janji beli permen
> atau penganan. Semuanya membujuk agar aku mau keluar dari kolong tempat
> tidur. Cukup lama aku bertahan, sambil sesekali berteriak dan
menangis. Aku
> tak peduli meski salah satu kakakku bilang puasaku batal karena aku
> menangis.
>
>
>
> Ubin lantai di kolong tempat tidur dingin dan agak berdebu.
Kerongkonganku
> lelah berteriak. Dada juga sakit dan leher pegal karena tak bisa
tegak. Aku
> pun terbatuk-batuk hebat. Tapi biarlah. Aku lebih rela begini
daripada malu
> tak punya baju baru, pikirku.
>
>
>
> Menjelang azan Ashar, ibu menyerah. Beliau janji mengajakku ke pasar
> keesokan harinya. Wah, hilang sudah pegal, dingin dan batukku!
Terbayang aku
> bisa sholat Ied, berkunjung ke rumah kerabat, dan paling penting bisa
> beramai-ramai bersama teman-temanku berbaris meminta *angpao *dari para
> tetangga. Itu momen-momen terindah saat Lebaran. Dan itu mustahil
tanpa baju
> baru.
>
>
>
> Alhasil, sehari menjelang Lebaran itu, jadilah aku punya baju baru.
Seharian
> ibu mengajakku berbelanja baju. Ternyata termasuk baju Lebaran untuk
> kakak-kakakku. Mungkin *aba* dan ibu sebenarnya sudah punya uang
untuk beli
> baju. Tapi tunggu waktu yang tepat, batinku. Ah, yang penting hatiku
gembira
> sekali saat itu.
>
>
>
> Malamnya malam Takbiran. Selepas takbiran bersama di masjid, aku lekas
> pulang ke rumah. Mengepaskan baju baruku di depan cermin. Ya, baju yang
> didapat dengan perjuangan keras. Keras betul, menurutku. Anehnya,
meski film
> terakhir di TVsaat itu paling malam siaran TVRI berakhir pukul dua
belas
> dengan acara terakhir film Barat. Itupun hanya satu film sepanjang
hariaku
> tak merasa mengantuk sama sekali.
>
>
>
> Lamat-lamat kudengar *aba* dan ibu berbincang-bincang di kamarnya.
>
>
>
> "Pinjem duit siape buat belanje tadi?" Suara *aba* terdengar bertanya.
>
>
>
> Terdengar tarikan nafas berat ibu. "Nunung kasih pinjem. Kapan aje
> gantiinnye katenye." Nunung adalah adik tiri *aba*. Suaminya, Om Misdi,
> seorang pematung yang sering dapat orderan dari luar daerah. Kehidupan
> mereka memang lebih berada daripada kami.
>
>
>
> Tarikan nafas berat *aba* menyusul. "Gak enak juga ye minjem mulu
ame die."
>
>
>
> "Ye, gak pape deh. Tadi juga ditahan-tahanin malunye. Namenye juga buat
> anak."
>
>
>
> Sunyi. Sesunyi perasaanku malam itu. Kegembiraan malam itu terasa
berkurang.
> Ya, demi anak. Duh, *aba*, ibu, maafkan aku. Peristiwa malam
Takbiran itu
> sangat membekas. Seingatku, itulah terakhir kalinya aku merengek
minta baju
> baru untuk Lebaran. Toh, tanpa aku merengek pun, tahun-tahun berikutnya
> kedua orangtuaku tak pernah lupa membelikan kami baju baru untuk
Lebaran.
> Entah, barangkali dengan uang tabungan atau kembali berhutang, aku
tak tega
> menanyakannya. Cukuplah mereka hanya tahu kami gembira menerimanya.
>
>
>
> Sayang ibuku keburu wafat pada 1997 saat aku baru menginjak tahun
pertama
> kuliah di Universitas Indonesia (UI). Aku belum bisa membelikannya
baju baru
> untuk Lebaran. Namun, setidaknya untuk beberapa tahun
kemarin--ketika aku
> sudah punya penghasilan sendiri--aku sempat membelikan baju Lebaran
untuk *
> aba*: baju koko, peci dan sarung untuk sholat Ied. Tidak mahal-mahal
sekali,
> tapi itu pun sudah bagus sekali, kata *aba* sambil berucap terima kasih.
> Binar riang matanya dan senyum bangganya ketika berterima kasih
padaku sudah
> cukup melegakanku. Moga itu bisa menebus rasa susah hatinya saat aku
protes
> sambil *ngumpet *di kolong tempat tidur dulu. Orang tua manapun
pasti pusing
> jika anak merengek minta baju baru sementara tak ada uang di saku.
Mungkin
> aku juga begitu jika kelak menjadi orang tua, Insya Allah.
>
>
>
> Tahun ini sebetulnya aku berencana memberikan baju koko dan sarung
terbaik
> buat *aba*. Namun Allah berkehendak lain. *Aba* berpulang ke rahmatullah
> pada usianya ke-73 tepat *nisfu sya'ban*, lima belas hari menjelang
Ramadhan
> tahun ini. Tepat *ba'da* Maghrib 8 September 2006. Ah, betapa sunyinya
> Ramadhan ini dan Lebaran nanti tanpa kedua orang tua. Baju baru
memang bukan
> masalah lagi, tapi apalah artinya tanpa kedua orang tua di hari raya nan
> fitri?
>
>
>
> Ketika mengetik tulisan ini, aku teringat salah satu ucapan
*tabi'in*kalangan
> ulama yang hidup setelah zaman sahabat Nabi Muhammad SAWdalam salah
satu
> buku yang pernah kubaca,"Kasih sayang anak ketika merawat orang tua
takkan
> pernah dapat menebus kasih sayang orang tua terhadap anak. Orang tua
merawat
> anak ketika kecil hingga dewasa tanpa tahu bagaimana akhirnya kelak
apakah
> si anak akan membalas budinya atau justru mendurhakainya. Sementara anak
> merawat orang tua dengan sebuah akhir yang diketahuinya bahwa orang
tuanya
> akan wafat di hari tua." Jadi jelas nilainya sangat berbeda. Kasih
orang tua
> sepanjang hayat, kasih anak sepanjang galah.
>
>
>
> Dalam hati aku berdoa,"Ya Allah, pakaikan kedua orang tuaku baju baru di
> surga-Mu." *Amien ya robbal 'alamien*.
> Jakarta, 15 Ramadhan 1427 H
>
>
>
>
>
>
> --
> -"Let's dream together!"
> Nursalam AR
> Translator, Writer & Writing Trainer
> 0813-10040723
> E-mail: salam.translator@...
> YM ID: nursalam_ar
> http://nursalam.multiply. com
>
- 2a.
-
Re: [catcil] Nostalgia Bangku Bus
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sun Nov 2, 2008 4:00 am (PST)
Sama, kadang aku juga dilema kalo lagi naik bus, dan seringkali milih
waktu-waktu tertentu daripada harus berdesakan.
TApi kadang, ketika lagi asyik duduk, dan liat ibu2 aku keinget ibuku
sendiri... kakinya udah ga kuat berdiri.
tapi kadang juga, bawaan sendiri udah berat banget... hmmm, sebenernya
mau protesnya sama supir n kernet yang ngangkut penumpang terus,
padahal udah overload, tapi mereka juga butuh setoran
sebagai pengguna angkutan umum, banyak hal yang aku dapat di
jalanan... seru, bikin mikir, ngajak sabar dan empati... sampai
akhirnya nyasar :D
hehehe
kalo aku jadi cewek itu, aku juga pasti mendelik ke mas nur :P
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Nursalam AR"com
<nursalam.ar@...> wrote:
>
> Nostalgia Bangku Bus
>
> Oleh Nursalam AR
>
> * *
>
> Berdesakan dalam buskota di jalanan Jakarta adalah hal biasa.
Terlebih pada
> jam-jam pulang kantor. Maka mendapat "berkah" bangku kosong di saat itu
> adalah hal luarbiasa.Meskipun bukan pekerja kantoran (karena memilih
kerja
> SOHO* <#_edn1> sebagai penerjemah yang punya biro penerjemahan
sendiri) tak
> ayal aku harus terjebak pula jika ada urusan pekerjaan yang memaksa
keluar
> rumah. Seperti sore itu di hari-hari pertama Ramadhan dalam buskota
jurusan
> Blok M-Kampung Melayu.
>
>
>
> Sejak dari terminal Blok-M bus sudah mulai padat. Apalagi di jalan
Mampang
> Prapatan yang sedang ada proyek jalur *busway* menuju Ragunan. Padat
> merayap, demikian istilah penyiar radio yang terdengar dari *tape* mobil
> mewah yang bersisian jalan di sebelah bus. Penumpangnya hanya dua orang
> saja, seorang lelaki muda berdasi dan wanita cantik dengan busana kantor
> yang apik. Tertawa ceria di tengah kemacetan. Di sebelahnya, bus yang
> kutumpangi, padat berjejal penumpang bak pindang presto. Duh,
senjangnya.
>
> * *
>
> *"Biskota tua miring ke kiri oleh sesaknya penumpang. Aku terjepit
di tengah
> tengah padatnya para penumpang yang bergelantungan...."* Jadi ingat
syair
> lagunya Om Franky Sahilatua. Lumayan agak hafal sedikit untuk
menghilangkan
> jenuh menunggu kemacetan. Mau ngobrol? Rasanya wajah-wajah di sekitarku
> terlalu lelah dan mengantuk untuk diajak bicara. Mau baca? Terlalu
repot
> tanganku menjangkau ransel besar di dada (biar tidak kecopetan) untuk
> mengaduk-aduk isinya, mencari buku yang baru kubeli di Gramedia
Melawai. Mau
> tidur?Panasnya minta ampun. AC (Angin CendelaJ ) juga bertiup malas.
> Terlebih bulan puasa begini yang rasanya dosa-dosa pun turut
terbakar suhu
> Jakarta yang konon menurut berita sekitar 30-33 derajat Celcius.
Alhasil,
> jadilah aku seperti puluhan penumpang lain: bergelantungan sambil
menatap
> sekeliling. Termasuk menatapi mobil-mobil mewah yang berkali-kali umbar
> klakson. Menatapi tukang ngamen dan pedagang asongan yang silih berganti
> naik-turun bus. Termasuk para peminta dengan kotak amal untuk
pembangunan
> mesjid yang entah di mana letaknya.
>
>
>
> "Kantor Pos!Kantor Pos!" teriak kenek dengan suara parau. Beberapa orang
> penumpang turun di halte Kantor Pos Mampang. Seorang bapak
tergopoh-gopoh
> bangkit dari bangkunya. Sejak tadi ia tertidur. Pada jam-jam *ba'da*
Ashar
> di bulan puasa ini sudah merupakan pemandangan umum orang tertidur di
> buskota. Ia bergegas turun sambil ribut mengetok-ketok atap bus dari
> alumunium. Bus yang hendak sedikit beranjak kemudian tertahan mendadak.
>
>
>
> "Siap-siap dong, Pak, dari tadi!" sembur kenek. Matanya mendelik.
Entahlah
> tak kulihat reaksi si bapak. Yang ada di sampingku adalah bangku
kosong di
> samping seorang anak muda. Ya, sejak tadi bapak itu duduk di bangku bus
> samping tempatku berdiri. Dan sekarang bangku itu kosong.
*Alhamdulillah*,
> kududuki bangku itu dengan gempita. Lumayanlah untuk sekedar memejamkan
> mata barang beberapa waktu. Aku berniat turun di jembatan Ciliwung.
>
>
>
> Dalam jarak dua halte di depan, naik serombongan lagi penumpang. Tambah
> padat nian bus ini. Seorang gadis muda menyandang dua tas besar menyesak
> masuk ke tengah-tengah dan berdiri persis di sampingku. Belum lagi ia
> mengepit map tebal di dada. Kulirik sejenak. *Ah, masih muda*,
batinku. *Jika
> sudah tua, mungkin aku rela melepaskan bangku ini*. Aku memang biasa
> mengalah kepada orang tua atau orang cacat, sesama penumpang
buskota, untuk
> jatah bangku di buskota.
>
>
>
> Bus bergerak lagi, kencang. Kendati kadang harus tertahan mendadak
karena
> salipan kendaraan di depan atau kemacetan. Gadis itu tampak
kerepotan. Satu
> tasnya kini ditaruh di lantai bus. *Hmm...kasih duduk tidak ya?
Tapi, ah,
> dia masih muda kok, pasti kuat*. *Kalo tuaan dikit, aku kasih deh.
Lagian
> capek kan menunggu hampir satu jam dari Blok M ke Mampang hanya
untuk satu
> bangku kosong*. Demikian batinku berperang.Satu sisi ingin mengalah,
tapi
> rasanya badan ini lelah betul. *Ah, Allah juga maklum kok, beramal tentu
> harus sesuai kemampuan*, batinku menjelajah mencari justifikasi.
>
>
>
> Alhasil bus terus berjalan. Menjelang studio Trans TV, ketika penumpang
> makin bertambah, tampak betul gadis itu makin kerepotan. Ia berkali-kali
> melihat ke sekitar. Termasuk ke arahku yang pura-pura ngantuk. Aku
tentunya
> tidak *ge-er* dilirik gadis yang lumayan manis itu. Tentu aku yakin
bukan
> wajahku yang biasa-biasa saja yang diliriknya tapi ya bangku bus
ini! Ya,
> bangku bus yang saat ini terasa sangat mahal bagiku. Yang kudapatkan
dengan
> peluh dan pegal menunggu dengan beban berat ransel di dada.
>
>
>
> "Mbak, duduk sini aja!" Suara halus di sebelah mengejutkanku.
Kulirik dengan
> mata yang setengah mengantuk. Ini memang mengantuk betulan. Di
seberangku,
> seorang mahasiswi berkaus menggantung menyilakan si gadis kantoran
duduk.
>
>
>
> "Eh, terima kasih ya!" Si Mbak itu duduk. Ia sempat pula melirikku.Entah
> setajam apa, aku lekas melengos. Ada tombak ironi menelusup ke dadaku.
> Kenapa aku yang laki-laki tak lebih rela berkorban dibandingkan si
mahasiswi
> mungil yang kini gantian berdiri di sampingku? Mungkin jika
laki-laki lain
> yang mengalah demi si Mbak tadi aku tak bakal merasa segundah ini. Meski
> sempat terbersit,"Ah, biar saja, toh solidaritas sesama wanita!"
Lagi-lagi
> justifikasi.
>
>
>
> Selanjutnya tak perlulah kuceritakan lagi perasaanku dalam buskota
hingga
> aku turun di tempat tujuan. Sore itu baru aku sadari makna *fastabiqul
> khoirot*, berlomba-lomba dalam kebaikan. Yang jelas aku kehilangan satu
> peluang berbuat baik. Tidak ada pembenaran yang lain. Titik.
>
> *Jakarta**, 16 Oktober 2006.*
>
>
>
>
>
> --------------------- ---------
>
> * <#_ednref1> *Small Office Home Office*. Istilah untuk pekerja atau
> profesional yang bekerja/berkantor di rumah dilengkapi dengan fasilitas
> komunikasi dan teknologi internet.
>
>
> --
> -"Let's dream together!"
> Nursalam AR
> Translator, Writer & Writing Trainer
> 0813-10040723
> E-mail: salam.translator@...
> YM ID: nursalam_ar
> http://nursalam.multiply. com
>
- 3a.
-
Re: (Catcil) Akhirnya Saya Bisa Menyayangi Anak Saya Sendiri....
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Sun Nov 2, 2008 4:14 am (PST)
Achieeee, seru baca tulisan Achie :)
Aku jadi ingat pas umur 20 tahun aku bantu ngerawat ponakanku...
dan dari situ aku yang anak bontot, mulai dikit-dikit ngerti dan bisa
bantu-bantu... :D seru, sih, walau kadang ngerasa keganggu karena
waktu itu masih kuliah, eh dapat tambahan tugas baru momong Fikri...
tapi kalo inget sekarang, aku sayang banget sama dia... aku juga inget
pas di depan komputer sempet-sempetnya aku mangku dia dan saat bapak
kecelakaan dan akhirnya meninggal, Fikri juga yang ngademin hati
aku... aku ingat nangis depan dia, chie... Umurnya belum 2 tahun, tapi
dia ngeh kalo aku lagi sedih dan saat itu dia mau aku suapin makanan...
dan selanjutnya, jadi makin biasa dengan hadirnya si kembar dan belum
lama ini, mungkin usianya ga jauh dari Abiy, yaitu Fattah (5 bulan).
Tapi, sekarang justru sepi karena udah pisah rumah. Kalau kangen,
langsung deh dateng ke pondok gede, atau iseng-iseng nelpon :)
salam ya buat Ucha dan Abiy :)
Novi :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Agung Argopocom
<gopo_alhusna@...> wrote:
>
> ***
> Â
> Sebelum menikah, aku sudah terbiasa merawat adikku yang paling
bungsu. Mamaku sudah berusia 42 tahun saat melahirkannya ditambah
dengan beban merawat ketiga adikku yang lain membuat Mama jadi
keteteran merawat si bungsu. Namanya Ucha. Adik kesayanganku.
> Â
> Sejak berumur 6 bulan, akulah yang selalu kebagian menjaga Ucha,
mengganti popoknya, mengasuhnya, menggendongnya kala menangis,
menyuapinya makan tetapi ASI tetap diberikan oleh Mama. Hari-hari
kulalui bersama Ucha, saat itu usiaku baru 18 tahun, aku mendidik Ucha
layaknya aku mendidik anak sendiri bahkan Aku mengajarkan Ucha untuk
memanggilku Mantik (Mama Yang Cantik :-) karena dia cadel akhirnya dia
memanggilku Mancik. Aku suka dengan panggilan itu. Sungguh, aku sangat
merasa menjadi Mamanya yang kedua.
> Â
> Terlebih, menjelang usia Ucha yang ke-4, Mama mulai sibuk mengurus
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Di RW tempat kami tinggal. Nama PAUD
itu adalah BKB Bougenville. Awalnya Ucha memang sering ikutan BKB tapi
karena nakalnya minta ampun, Mama sering tidak mengajak Ucha. Mama
juga jadi sering rapat di RW dan Kelurahan. Lagi-lagi yang mendidik
Ucha. Menemaninya main di lapangan, menggendongnya, memandikannya,
memberinya makan, menjewernya saat nakal dan memasukkannya ke pojok
nakal tempat dimana dia harus dihukum duduk untuk merenungi kesalahannya.
> Â
> Hingga kini, saat usia Ucha sudah 6 tahun, dia sangat takut dengan
ancaman pojok nakal apalagi kalau disuruh merenungi kesalahannya.
Makanya dia jadi nurut tapi hanya sama aku saja. Kalau sama Abang dan
Mbaknya yang lain, dia cenderung masih nakal. Sama Mama dan Ayahnya
pun sering nakal juga. Tapi aku mampu meredam semua itu.
> Â
> Aku sangat sayang sama Ucha. Sayang sekali. Aku benar-benar sudah
menganggapnya sebagai anak. Ia sering tidur berdua denganku. Bahkan
saat aku menikah pun dia sama sekali tak mau menegurku, tak mau naik
ke atas pelaminan, saat difoto keluarga pun dia menangis meraung
membuat tamu undangan tertegun. Foto sekeluarga saat pernikahanku tak
ada wajah Ucha karena Ucha membenamkan wajahnya di gendongan abangnya.
Sedihnya aku.
> Â
> Lucunya, saat sedang malam pertama. Di kala sedang menikmati rasa
deg-deg plash, pintu kamar tiba-tiba digedor keras pada pukul satu
malam dan terdengarlah teriakan Ucha yang saat itu masih 5 tahun.
"Mancik! Mancik Buka! Ucha mau tidur sama Mancik!" Maka batallah malam
pertama kita, secara ngga konsentrasi. Meski akhirnya Ucha harus
dimarahin sama Ayah dan Mama, tangisnya pecah malam itu juga. Ah...
Ucha... di malam-malam selanjutnya aku dan suami selalu waspada,
apakah Ucha sudah tidur? :-D
> Â
> Ya... kasih sayangku sama Ucha terus berlanjut. Setelah menikah, aku
tetap merawat Ucha, membawanya jalan-jalan bersama suamiku. Kami sudah
seperti keluarga lengkap, ayah ibu dan anak. Setelah aku hamil,
Uchalah yang paling sayang dengan janinku ketimbang dengan suamiku
sendiri. Dalam artian, Ucha yang paling sering memelukku, mencium
perutku, mengelusnya, mengajak ngobrol dan Ucha menganggap janin di
perutku itu sebagai adiknya sendiri meski Ayah sudah sering Ucha kalau
ucha itu adalah Om dari calon anakku bukannya Abang. Ucha tetap ngga
terima, ia bersikeras bahwa anakku adalah adiknya meski akhirnya ia
membahasakan dirinya dengan sebutan 'Om Ucha' juga. Dasar Ucha...
Ucha.... Om kecil yang lucu.
> Â
> Sejujurnya aku agak menyesal hamil lebih cepat, dua bulan nikah
sudah isi padahal aku sudah KB dan berniat ingin kosong dulu 1 tahun
karena aku ingin meniti karierku di dunia penulisan skenario tapi
Allah juga yang mengatur segalanya. Aku harus menerima janin itu
dengan ikhlas dan merawatnya baik-baik. Tapi ada pamrih di balik itu
semua, aku hanya ingin melihat Ucha bahagia. Aku merawat bayi itu,
menjaganya, meski aku hampir sempat keguguran karena naik motor
ngebut-ngebut, toh semua itu kulakukan agar aku melihat kebahagiaan
Ucha. Melihat Ucha bahagia aku pun bahagia.
> Â
> Sembilan bulan sudah kulalui, aku perjuangkan kelahiran anakku juga
buat Ucha. Saat anakku lahir, aku memang bahagia. Bukan karena anakku
lahir ke dunia tapi karena aku membayangkan, wah, ucha pasti bahagia
dengan kehadiran anakku. Prosentase kasih sayangku saat itu 30 - 70.
70 %nya buat Ucha semata.
> Â
> Bahkan aku sempat kesal kepada anakku. Aku kesal karena kehadirannya
membuat aku susah berkarier lagi, susah main dengan ucha, menganggu
tidurku karena dia selalu menangis. Aku selalu mengeluh saat rasa
sakit yang sangat aku rasakan tatkala aku menyusuinya. Bahkan aku
kesal karena aku melahirkan dia, rahimku jadi radang, luka karena
kurangnya perawatan (sampai sekarangpun belum sembuh). Semua itu tak
kulakukan dengan ikhlas, mengganti popoknya, waktuku seperti terbuang
sia-sia. Aku merasa bila waktuku tak digunakan untuk menulis maka itu
sia-sia saja. Ya... aku memang menyia-nyiakan anakku. Bahkan aku tak
sayang sama dia. Aku lakukan semua kewajibanku sebagai hamba Allah
semata, menjalankan takdir sebagai seorang Ibu tapi sungguh aku tak
menikmatinya. Aku selalu mengeluh dan mengeluh. Aku lebih menyayangi
Ucha ketimbang anakku sendiri.
> Â
> Sampai kemudian musibah terjadi ketika anakku berumur 4 bulan. Di
Bulan Ramadhan kemarin, di saat aku kesal, aku pergi ke warung sambil
mendorong kereta yang berisi bayiku. Sepulang dari warung, roda kereta
yang masih kuat tiba-tiba lepas, anakku terjatuh, tertindih kereta
bayi yang cukup tinggi. Aku panik, berteriak ketakutan, aku takut
kenapa-kenapa dengan anakku. Aku rasakan guncangan yang luar biasa.
Diam-diam aku takut untuk kehilangan dia. Anakku menangis lalu diam
saja, tingkah lakunya tak seperti biasa meski sudah diurut. Anakku
jadi diam padahal sebelumnya dia aktif miring-miring bahkan mulai
tengkurap meski belum bisa mengangkat kepalanya.
> Â
> Aku menangis, memohon kepada Allah agar anakku tidak mengalami
cedera atau mengalami kehambatan dalam pertumbuhannya. Esok paginya,
cobaan kembali datang, aku menyusui anakku sambil mengambil HP,
tiba-tiba saja HP yang lumayan berat itu menimpa anakku. Anakku
menjerit kesakitan. Ia semakin jadi pendiam setelahnya. Tadinya sudah
mulai mengoceh, jadi diam. bahkan ia muntah dan demam. Aku kalut,
malam itu juga aku membawanya ke dokter anak. Dokter memberikan waktu
tiga hari untuk observasi. Kalau dalam 3 hari kelakuan anakku tak
kembali seperti semula maka akan diadakan pemeriksaan ulang. Dokterpun
hanya memberikan vitamin.
> Â
> Selama satu hari, anakku masih diam terus paling hanya menangis bila
sudah lapar. Aku sedih bukan main. Selama itu pula, sehabis sholat aku
bertobat kepada Allah. Aku bernazar, bila engkau mengembalikan kondisi
anakku seperti sedia kala, aku berjanji akan merawat amanah-Mu
sebaik-baiknya dengan ikhlas dan ridho. Aku menangis dan Allah melihat
air mataku tulus.
> Â
> Esok paginya anakku kembali tersenyum, senyumnya cerah sekali.
Inikah yang disebut sebagai cahaya hati. Senyumnya membuat hatiku
berdesir, seolah lautan embun menyirami gersang hatiku. Aku bersyukur,
bersujud, terima kasih Ya Allah... Engkau Maha Mendengar....
> Â
> Sejak kejadian itu, alhamdulillah, tak pernah terbersit rasa kesal
saat menyusuinya, bahkan aku bahagia. Aku bahagia pula bisa bermain
dengannya, aku habiskan waktu bersamanya bila tak ada job skenario.
Aku tak peduli teman-temanku mengejek aku sudah jadi Ibu Rumah Tangga,
nih, Ye... ngga kerenlah merawat anak dan lain sebagainya. Maklum di
sekolah dan di kampus dulu aku bisa dikatakan sebagai anak gokil yang
banyak dikenal orang. Sekarang? Aku bagaikan ulat dalam kepompong.
> Â
> Menempa diri menjadi seorang Ibu,
> Seorang Ibu yang seutuhnya
> Â
> Sekarang anakku, Abiy Arsena Dimyathi, sudah berusia 5 setengah
bulan. Dia lincah sekali, sudah merayap ke sana kemari, sudah bisa
nungging dan menopang tubuhnya dengan tangan, sudah bisa menepuk
tangan orang, sudah senang diajak ngobrol, hobi jilat-jilat dan
mengigiti apa saja yang dia pegang (meski dia belum punya gigi). Ah...
Abiy... ternyata kau lucu sekali. Tampan pula, gantengnya selangit.
Meski banyak yang bilang kalau Abiy itu bukan anak kami.
> Â
> "Habis Bapaknya item, Emaknya item, kok anaknya putih?"
> Â
> :-D
> Â
> Ya... itu adalah rahasia Allah, kenapa dia bisa putih.
> Yang jelas aku tak pernah mencucinya dengan Rinso pemutih....
> Â
> Akhirnya aku bisa menyayangi Abiy. Tentu saja aku tetap sayang
kepada Om Ucha.
> Â
> By :
> Mancik Yang Tercancik
> alias
> Achi TM :-p
>
>
>
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
> Coba emoticon dan skin keren baru, dan area teman yang luas.
> Coba Y! Messenger 9 Indonesia sekarang.
> http://id.messenger.yahoo.com
>
- 4.1.
-
File - Moderator Sekolah Kehidupan
Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sun Nov 2, 2008 5:06 am (PST)
(Moderator) INFO: Cara Mudah Baca Email
Para anggota milis sekolah-kehidupan Yth.,
Dari pengamatan yang kami lakukan, jumlah postingan yang masuk ke milis kita rata-rata 20-30 email sehari baik berupa artikel maupun postingan lainnya. Sehubungan dengan itu maka kami menyarankan bagi semua anggota agar email-box tidak cepat penuh maka disarankan agar mengubah status posting-emailnya dari individual email menjadi digest atau web-only. Tetapi dari pengalaman yang kami lakukan, hal yang terbaik bila kita memilih option web-only. Dengan pilihan ini maka kita hanya bisa membaca seluruh postingan dengan cara membuka mail site, juga untuk membalas postingan, serta mengirim email langsung ke si penulis.
1. Cara mengubah sistem info email dari individual email ke digest atau web-only
Ketik http://groups.yahoo.com/ group/sekolah- kehidupan,
Sign in dulu, kemudian klik Edit Membership
Kemudian di bawah ubah pilihan dari individual email ke pilihan digest atau web-only.
Kemudian akhiri dengan klik tanda SAVE
2. Cara mudah untuk membuka mail-group.
Bila kita sudah ingin memilih dengan web-only, berarti informasi semua postingan harus
dilihat di mail site. Untuk itu ketik http://groups.yahoo.com/ group/sekolah- kehidupan.
Sign in dulu, kemudian klik view all, untuk melihat semua postingan dari dulu yang paling
lama sampai yang terbaru.
Untuk memudahkan membuka mail-site kita di waktu-waktu berikutnya maka alamat mail
tadi yang di awali dengan http://....., sebaiknya di book-mark atau di masukkan dalam
daftar favorite (ada di ujung atas sebelah kiri layar monitor). Klik Favorites, dan add.
Demikian yang dapat disampaikan. Terima kasih.
Salam Hormat,
Moderator Bersama
- 5a.
-
Re: newbie
Posted by: "magnifico_99" magnifico_99@yahoo.co.id magnifico_99
Sun Nov 2, 2008 6:28 am (PST)
As-yikkk...ada temen baru lagi...
wahhh..makin seru nih..
makin banyak ilmu baru...
butul..butul....(dibaca gaya Upin-Ipin).. .
SAlam kuenal,
Budi
Bandung
- 6.
-
[syukur] Penting Untuk Orang Tua
Posted by: "rusdin visioner" rusdin_kutubuku@yahoo.com rusdin_kutubuku
Sun Nov 2, 2008 7:46 am (PST)
[syukur] Penting Untuk Orang Tua
Assalamu �Alaikum Wr.Wb.
Para orang tua yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, saya telah menuliskan 2 buah buku panduan untuk memotivasi anak-anak Anda supaya rajin shalat. Dua buku tersebut saya tulis karena rasa prihatin saya terhadap pola pikir anak-anak saat ini. Saya saksikan banyak sudah tontonan dan bacaan yang kurang mendidik anak-anak kita. Di sisi lain, anak-anak membutuhkan bacaan yang mampu memotivasi mereka untuk shalat. Bukan hanya sekedar motivasi mendapatkan banyak pahala atau dosa, tetapi mereka ingin melihat manfaat nyata dari aktivitas shalat. Oleh sebab itu, atas berkat rahmat Allah, dua buku saya bertemakan shalat untuk anak remaja telah terbit. Dua buku tersebut adalah:
1.����� SMART SALAT FOR TEENS: Melejitkan Kecerdasan dan Potensi Diri Remaja. Buku ini akan memberikan panduan bagi anak Anda bagaimana melejitkan 7 kecerdasan melalui aktivitas shalat, serta terdapat panduan untuk melejitkan potensi diri mereka seperti ketika menghadapi masalah, mereka dapat bershalat. Buku ini sangat praktis. Gaya bahasanya dekat dengan remaja, sederhana dan mudah dipahami. Sayang sekali jika buku ini tidak dimiliki anak-anak kita.
2.����� Shalat Sunnah Asyik Frend! Smart Solution for Smart Teens. Buku ini adalah buku motivasi buat anak-anak Anda melalui shalat. Terdapat kisah-kisah nyata para remaja yang keluar dari permasalahan hidupnya melalui shalat. Dengan shalat, Allah tak segan-segan memberikan banyak petunjuk. Setiap babnya merupakan beragam jenis shalat sunnah seperti shalat tahajud, shalat dhuha, shalat istikharah, dan lainnya. Disertai kisah nyata seperti seorang anak yang berpresatasi dan rajin shalat dhuha sebelum ujian. Buku ini dilengkapi dengan tata cara shalat sunnah dan doa-doa. Segera berikan buku ini kepada anak-anak tercinta Anda.
Demikianlah dua karya saya sebagai wujud sumbangsi saya untuk kemajuan dan perkembangan anak-anak kita. Terima kasih buat teman-teman yang terus memotivasi saya untuk menulis buku-buku pencerahan. Sekarang saya sedang menuliskan beberapa buku pencerahan baik untuk remaja dan orang dewasa. Semua buku yang saya tulis bersifat praktis, dan insya Allah, mudah untuk diamalkan.
Wassalamu �Alaikum Wr.Wb.
Hormat saya,
http://rusdin.wordpress. com
Penulis buku laris Quranic Law of Attraction
�
- 7.
-
[Mimbar] Jangan Jadi Mahasiswa 'Mandul'!
Posted by: "M.Arif As Salman" marif_assalman@yahoo.com marif_assalman
Sun Nov 2, 2008 3:03 pm (PST)
Jangan Jadi Mahasiswa 'Mandul'!
�
����������� Dalam tulisan sederhana ini penulis ingin mencoba mengetengahkan kehadapan sidang pembaca tentang faktor-faktor penyebab ke'mandulan' dan bagaimana upaya kita mencegahnya dengan memberikan solusi kongkret agar kita menjadi mahasiswa produktif yang selalu melahirkan karya-karya besar dan spektakuler, baik karya-karya itu bisa dinikmati oleh orang banyak atau sekurang-kurangnya bisa bermanfaat bagi diri sendiri.
����������� Bagaimana caranya menjadi mahasiswa yang produktif? Pertanyaan ini barangkali sering muncul dalam benak kita? Sebagian kita mendapatkan jawaban untuknya, kemudian mengerahkan segenap upaya untuk mewujudkan apa yang menjadi impian. Sebagian yang lain tidak menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
����������� Ada 2 perumpamaan yang penulis coba ketengahkan pada pembaca tentang diri kita. Diri kita ibarat wadah, apa yang kita masukkan kedalamnya, itu juga nantinya yang akan keluar darinya. Diri kita juga ibarat lahan, apa yang kita tanam diatasnya kelak itu juga yang akan tumbuh darinya.
����������� Menurut pengamatan pribadi penulis ada beberapa faktor yang menjadi sebab 'mandul'nya mahasiswa menghasilkan karya-karya.
Pertama, sakit kejiwaan. Yang penulis maksud adalah kurang adanya semangat dan keinginan yang sungguh-sungguh untuk sukses dan berhasil. Artinya lemah jiwa, lemah semangat, lemah motivasi atau lemah kemauan.
Kedua, tidak punya skill dan potensi. Yaitu tidak punya kemampuan. Karena tidak pernah atau sangat jarang mengkonsumsi bacaan-bacaan bergizi untuk pertumbuhan, perkembangan �dan peningkatan otak. Sehingga akal kosong. Dan orang yang tidak punya apa-apa tidak �bisa memberi. Juga karena tidak pernah melatih diri untuk menekuni suatu bidang keilmuwan.
Ketiga, gangguan kesehatan.� Hal ini karena kurang terpenuhinya hak-hak badan. Sehingga sering terkena sakit kepala, sakit mata, sakit perut, lesu dan kurang bergairah dalam menjalani hidup.�
Keempat, tidak mengenal diri. Sehingga salah menempatkan diri. Potensi, semangat dan tenaga yang telah terkumpul menjadi terbuang karena melakukan perkara-perkara yang tidak menghasilkan kebaikan dikemudian hari.
Kelima, kurang pandai mencari teman dan lingkungan bergaul. Sehingga kehidupan yang dijalani tidak banyak memberi nilai manfaat dan kebaikan.
Keenam, jauh dari Allah Swt. Kalau seseorang jauh dari Allah Swt maka syetan dan hawa nafsu akan menjadi teman dekatnya yang akan selalu menggiringnya untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat.
Ketujuh, lambat dan tidak memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada.
Setelah kita mencoba menemukan penyebab 'mandul'nya mahasiswa dalam berkarya sekarang kita akan mencoba pula mengetengahkan obat penawar dan memberikan langkah-langkah pencegahan dari awal. �
Pertama, selalulah motivasi diri. Katakan pada diri kita, "Saya bisa sukses", "Saya ingin jadi orang hebat dan� pintar". Katakanlah itu berulang kali pada diri kita. Kata-kata motivasi yang selalu diulang-ulang akan memberi kekuatan maha dahsyat bagi diri kita. Akan timbul rasa percaya diri, optimisme, keyakinan yang kuat, semangat pantang menyerah. Kata-kata itu ibarat suplemen untuk pembangkit motivasi dan gairah hidup. Semakin sering kita mengatakan pada diri kita bahwa kita bisa, maka kita akan punya semangat hidup, kita tidak akan pernah menyerah dan kita akan selalu punya semangat setiap kali jatuh dan gagal.� Ya, katakanlah, "Saya bisa sukses", katakanlah itu dengan penuh rasa yakin tanpa ada keraguan sedikitpun. Ulangilah kata-kata itu setiap hari, setiap waktu. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah dengan meminta nasehat, motivasi, cerita pengalaman hidup dari orang-orang sukses. Dan juga dengan membaca perjalanan hidup manusia besar dan
sukses dalam sejarah.
Kedua, mengkonsumsi bacaan-bacaan dan segala apa yang didengar dan� dilihat dari hal-hal yang baik. Tentunya segala hal yang akan semakin menyuburkan pertumbuhan dan perkembangan akal kita. Kita harus banyak membaca buku. Seorang mahasiswa idealnya menjadikan teman terbaiknya buku, dimanapun dan kapanpun ia berada. Membaca akan memberi pengetahuan, info-info terbaru dan akan merangsang tumbuhnya bibit-bibit pemikiran, ide-ide, dan inovasi. Semakin banyak kita membaca akan semakin banyak pengetahuan yang kita miliki.� Pilihlah bacaan�bacaan yang bergizi, bernilai vitamin tinggi. Bacaan yang akan menyehatkan otak, menjaga kejernihannya dan meningkatkan kualitasnya. Hindari bacaan yang akan membuat akal kita sakit dikemudian hari dan bacaan yang berisi virus-virus berbahaya.� Kalau kita bijak dan tepat memilih bacaan maka kemudian hari otak kita akan berbobot, akan lahir darinya bibit-bibit ide brilian dan dahsyat. Sebaliknya bila kita sembarangan,
tidak bijak memilih apa yang layak dan baik untuk dikonsumsi otak, kelak akan keluar juga darinya hama-hama yang merusak diri sendiri dan orang lain.
�Ketiga, �jagalah selalu kesehatan kita. Berikan hak-hak setiap anggota tubuh kita. Tubuh yang sehat akan selalu bersemangat menjalani hidup. Kesehatan tidak didapatkan kecuali bila kita pandai merawat tubuh. Diantaranya dengan istirahat yang cukup, olahraga sesuai dengan hobi dan skill yang kita miliki atau sesuai dengan kemampuan. Disamping itu perhatikan apa yang dimakan dan diminum. Pastikan jelas kehalalan dan kebaikannya. Hindari makan dan minum yang berlebihan. Dan seimbangkan antara protein, karbohidrat, zat besi dan lainnya.� Sesuai dengan aktifitas yang biasa Anda lakukan.� Ketahuilah, "Akal yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat".
Selain itu, jagalah mata dari melihat segala sesuatu yang membuatnya kotor, dari melihat sesuatu yang menyimpan racun, seperti pemandangan yang diharamkan oleh Allah Swt dan RasulNya begitu juga apa yang kita dengar, pikirkan dan inginkan.
Keempat, kenalilah diri. Petuah bijak mengatakan, "Siapa yang tahu dirinya dia tidak akan binasa". Orang yang tahu sisi lemah dan kekurangan akan insaf dengan dirinya. Ia bisa meletakkan dirinya pada posisi yang tepat. Bila kita memiliki potensi, skill, kemampuan dan berbagai kepintaran lainnya, kerahkanlah semua itu pada hal-hal yang akan memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Kelima, pilihlah teman dan lingkungan pergaulan kita. Jangan sembarang memasukkan diri dalam pergaulan dan jangan sembarang berteman. Carilah teman yang darinya kita bisa menimba ilmu dan kebaikan, yang bila kita dekat dengannya ilmu kita bertambah, semangat hidup kita semakin menggebu. Teman yang tidak segan menegur tatkala kita lupa dan lalai. Inilah sebaik teman dalam hidup. Petuah bijak mengatakan, "Pilihlah kawan sebelum berjalan". Teman-teman yang baik ini ibarat dokter yang akan selalu memperhatikan kesehatan akal, hati, iman dan amal kita.
Keenam, jagalah hubungan dengan Allah Swt.� Kalau hubungan kita dengan Allah Swt. baik, Allah Swt. akan memperbaiki hubungan kita dengan manusia. Orang yang dekat dengan Allah Swt. selalu berada dalam perlindungan dan petunjuk Allah Swt.. Hidupnya akan penuh keberkahan, keselamatan dan kedamaian.� Jalan hidupnyapun terarah, jelas target dan tujuan yang akan dicapai.� Tidak ada sebaik pelindung, tempat mengadu, tempat meminta, tempat berharap selain Allah Swt. Makhluk tidak dapat memberikan manfaat dan mudharat kecuali atas izin dariNya. Kalau kita jauh dari Allah Swt. atau Allah Swt membenci kita, na`udzu billahi minzalik, kepada siapakah lagi kita akan bergantung harapan, meminta perlindungan dan petunjuk �di dunia dan di akhirat?
Ketujuh, sigap dan cepat bertindak. Dunia terus berputar, waktu terus berjalan, persaingan dalam kehidupan akan terus terjadi. Orang-orang lambat dan tidak cepat akan ketinggalan dan tertindas di bawah.� Perluas hubungan dengan orang lain, perluas jaringan silaturahmi. Ini bertujuan agar kita tidak ketinggalan informasi.� Semakin luas jaringan dan link yang kita punya akan semakin besar kesempatan buat kita untuk mengakses informasi sebanyak-banyaknya. Sehingga dengan demikian kita bisa mengambil peluang dan kesempatan yang tepat sesuai dengan kemampuan, skill, hobi, bakat dan bidang kita.
Apa yang penulis utarakan dalam tulisan sederhana ini mungkin belum sepenuhnya mewakili judul diatas, namun ini hanya sebuah upaya dan tawaran yang penulis berikan kepada pembaca. Bisa jadi tawaran ini memberi manfaat. Dan barangkali tulisan ini menjadi pembuka ide bagi yang lain, sehingga ada yang memberi tanggapan, masukan, tambahan, kritik membangun kalau ada hal-hal yang kurang layak dan memberi perbaikan bila terdapat kekeliruan didalamnya.
Pada intinya, mahasiswa produktif adalah mahasiwa yang sehat jasmani dan rohani, akalnya penuh dengan ilmu, semangat hidupnya selalu membara, dekat dengan Allah Swt., selalu tepat memilih lahan untuk bercocok tanam ide-idenya dan bijak memilih kawan.
Mahasiswa produktif adalah mahasiswa yang selalu menjadikan hari-harinya bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya, waktunya tidak berlalu sia-sia. Dimanapun �dan kapanpun berada dia selalu bisa memberi kebaikan bagi dirinya dan manfaat untuk orang lain.
Dan mahasiswa 'mandul' adalah mahasiswa yang tidak bisa melahirkan karya apa-apa. Karena otak kosong dari ilmu atau isinya kurang sehat. Lemah kemauan, salah pilih kawan, selalu ikut hawa nafsu dan �jauh dari Allah Swt.
Kembali pada kita, mau pilih yang mana? Penulis sangat yakin kita semua tidak ingin jadi mahasiswa 'mandul'. Moga saja tulisan sederhana ini menjadi pemacu bagi kita semua, terutama penulis pribadi untuk lebih giat, rajin dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan kemudian bisa menghasilkan karya-karya, prestasi, inovasi, dan kreatifitas yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, agama� dan� masyarakat, amin.
�
Cairo, 02 November 2008
Arif Salman
�
�
����������� �
�
�����������
- 8.
-
[Mimbar] Sibuk Membangun Dunia Lupa Membangun Akhirat
Posted by: "M.Arif As Salman" marif_assalman@yahoo.com marif_assalman
Sun Nov 2, 2008 3:03 pm (PST)
Sibuk Membangun Dunia Lupa Membangun Akhirat
�
����������� Beberapa waktu yang lalu penulis mengunjungi rumah seorang kakak senior di daerah Qatamea. Daerah ini masih terbilang pemukiman baru. Sepanjang jalan yang penulis telusuri terlihat para kuli bangunan sibuk mengerjakan pembangunan gedung. Gambar�gambar model gedung yang akan dibangun begitu beragam dan memukau.� Penulis terkagum dengan berbagai model arsitekturnya.
����������� Penulis kemudian terpikir, berapa banyak waktu yang telah di habiskan oleh para pekerja tersebut. Berapa banyak biaya yang telah dikeluarkan, berapa banyak tenaga yang telah dikuras dan berapa banyak pikiran yang telah diperas.� Dan kalau secara tiba-tiba terjadi kebakaran, gempa kuat dan gejala alam lainnya, tentunya gedung yang telah dibangun dalam waktu yang cukup lama dan dengan biaya yang tidak sedikit itu dalam hitungan detik akan langsung ambruk.
����������� Betapa kehidupan dunia ini hanya tipuan, betapa keindahannya tidak kekal dan betapa kenikmatannya hanya sebentar. Tapi, kenapa orang-orang masih tetap bekerja� keras untuk dunia ini,� apakah mereka lupa bahwa suatu saat apa yang mereka bangun tidak akan mereka tempati selamanya, apa yang mereka kumpulkan tidak akan mereka nikmati selamanya dan apa yang mereka cintai akan mereka tinggalkan dan suatu saat nanti mereka akan mati.
����������� Sungguh mengherankan tingkah orang-orang yang meyakini bahwa sorga itu ada, bagaimana mereka sampai lalai� untuk meraihnya. Dan sungguh mengherankan orang-orang yang takut dari neraka, mereka tidak menjauhkan dirinya dari perkara-perkara yang akan memasukkan mereka kedalamnya.
����������� Dunia memang sering kali membuat manusia tertipu dengan kemegahannya. Sedangkan ia pada hakikatnya tidak lebih bernilai disisi Allah Swt. dibanding satu sayap nyamuk. Hanya orang-orang yang paham akan hakikat dunia dan hakikat akhirat yang selalu tepat menjalani kehidupan ini. Manusia akhirat adalah pekerja keras untuk membangun istana-istana megah di akhirat. Segala perbekalan akan ia kumpulkan untuk kehidupan akhirat yang lebih kekal.
����������� Ibarat mereka yang menjadi tenaga kerja di luar negri. Orang yang bijak dari mereka tidak akan menghamburkan uang gaji yang telah ia peroleh untuk hal yang sia-sia. Hasil dari jerih payah tersebut akan ia kumpulkan untuk bekal pulang ke negri asalnya. Karena ia sadar� keberadaannya di rantau orang tidak akan selamanya, suatu saat ia harus pulang sesuai batas waktu yang telah ditetapkan untuknya.
����������� Adapun orang-orang bodoh dari mereka lebih memilih kesenangan sesaat. Waktu mereka telah dihabiskan, tenaga telah banyak dikuras, pikiran telah dikuras. Dan mereka ingin langsung menikmati hasil� kerja keras itu. Sehingga ketika batas waktu telah habis, waktu pulang ke negara asal telah tiba, mereka tidak punya perbekalan untuk di bawa ke negara asalnya. Tidak ada yang bisa mereka berikan untuk keluarga dan sanak saudara. Semuanya telah mereka habiskan selama �di negri orang.
����������� Begitulah lebih kurang perumpamaan orang-orang yang cerdas dan bodoh. Sehingga Rasulllah Saw. sendiri telah menegaskan bahwa, "Orang cerdas itu adalah dia yang selalu menghisab dirinya dan berbuat untuk sesudah kematian adapun mereka yang lemah [jiwa dan akal] adalah mereka yang selalu ikut hawa nafsunya dan suka berangan-angan pada Allah Swt."
����������� Dan sekarang kembali pada kita, kita ingin tergolong kemana, apakah �al-kayyis ataukah al-`ajiz?
����������� Apakah kita akan menghabiskan waktu, pikiran, tenaga dan harta kita untuk kesenangan yang sesaat? Ataukah kita memilih untuk bersabar dan mengutamakan kesenangan yang kekal di akhirat kelak?
����������� Dalam sebuah hadits yang sudah sering kita dengar yang diriwayatkan oleh Abu Barzah bahwa Rasulullah Saw. bersabda : "Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam as. pada hari kiamat sebelum ditanya tentang 4 perkara : Tentang umurnya untuk apa� ia habiskan, masa mudanya untuk apa� ia gunakan, hartanya dari mana di peroleh dan kemana dibelanjakan dan ilmunya apa yang diamalkannya " [HR. Tirmidzi ]
Bekerja untuk dunia memang tidak salah, yang salah adalah ketika menjadikan dunia tujuan sehingga lupa pada akhirat. Yang terbaik adalah bekerjalah didunia untuk persiapan bekal di akhirat kelak.� Bangunlah gedung-gedung sebagai sarana untuk ibadah, amal soleh dan segala bentuk kebaikan yang diridhai Allah Swt. Sehingga waktu yang terpakai, pikiran yang di peras, tenaga yang terkuras dan biaya yang telah dikeluarkan tidak sia-sia, tapi mendapat balasan yang setimpal diakhirat kelak.
�
Semoga menjadi renungan kita bersama.
�
Cairo, 02 November 2008
Arif Salman
- 9.
-
Fwd: (OOT) 8 Pertanda bahwa si Dia adalah Jodoh Anda
Posted by: "setyawan_abe" setyawan_abe@yahoo.com setyawan_abe
Sun Nov 2, 2008 3:05 pm (PST)
--- In Forum_LingkarPena@yahoogroups. , "setyawan_abe"com
<setyawan_abe@...> wrote:
Anda Penasaran ..??, agar Anda tak terus penasaran, berikut ini
pakar relationship sekaligus penulis buku 21 Ways to Attract Your Soul
Mate, Arian Sarris memberikan rahasianya:
Pertanda 1
Rahasia sepasang kekasih agar bisa memiliki umur hubungan yang panjang
adalah adanya saling berbagi. Anda dan dia selalu bisa saling membantu,
entah itu pekerjaan sepele atau besar. Paling penting adalah Anda berdua
selalu bisa menikmati segala aspek kehidupan secara bersama-sama. Dan
semuanya terasa amat menyenangkan meskipun tanpa harus melibatkan orang
lain. Nah, apakah Anda sudah merasakan hal tersebut? Jika ya, selamat
berarti ada harapan bahwa dia adalah calon pendamping hidup Anda!
Pertanda 2
Salah satu kriteria yang menentukan cocok tidaknya dia itu jodoh Anda
atau bukan adalah kemampuannya bersikap santai di depan Anda. Coba
sekarang perhatikan, apakah gerak geriknya, caranya berpakaian, gaya
rambutnya, caranya berbicara serta tertawanya mengesankan apa adanya?
Apakah setiap ucapannya selalu tampak spontan dan tidak dibuat-buat?
Jika tidak, (maaf) kemungkinan besar dia bukan jodoh Anda.
Pertanda 3
Adanya kontak bathin membuat hati Anda berdua bisa selalu saling tahu.
Dan bila Anda atau si dia bisa saling membaca pikiran dan menduga reaksi
serta perasaanya satu sama lainnya pada situasi tertentu. Selamat!
Mungkin sebenarnya dialah belahan jiwa Anda yang tersimpan...
Pertanda 4
Bersamanya bisa membuat perasaan Anda menjadi santai, nyaman tanpa
perasaan tertekan. Berjam-jam bersamanya, setiap waktu dan setiap hari
tak membuat Anda merasa bosan.. Ini bisa sebagai pertanda bahwa Anda
berdua kelak bisa saling terikat.
Pertanda 5
Dia selalu ada untuk Anda dalam situasi apapun. Dan dia selalu bisa
memahami cuaca dalam hati Anda baik dalam suka dan duka. Percayalah
pasangan yang berjodoh pasti tak takut mengalami pasang surut saat
bersama. Sekarang, ingat-ingat kembali. Apakah dia orang pertama yang
datang memberi bantuan tatkala Anda dirundung musibah? Dia selalu paham
saat PMS Anda datang menyerang? Dia tau keadaan waktu anda
sakit.........Jika ya, tak salah lagi. Dialah orangnya...
Pertanda 6
Dia tak terlalu peduli dengan masa lalu keluarga Anda, dia tak peduli
dengan masa lalu Anda saat bersama kekasih terdahulu. Dia juga tak
malu-malu menceritakan masa lalunya.. Nah, kalau begitu ini bisa berarti
dia sudah siap m enerima Anda apa adanya..
Pertanda 7
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan Anda tak malu-malu
memperlihatkannya pada si dia. Bahkan pada saat Anda tampil 'buruk' di
depannya sekalipun, misalnya saat Anda bangun tidur atau saat Anda sakit
dan tak mandi selama dua hari.
Pertanda 8
Bila Anda merasa rahasia Anda bisa lebih aman di tangannya daripada di
tangan sahabat-sahabat Anda. Atau Anda merasa sudah tak bisa lagi
menyimpan rahasia apapun darinya, maka berbahagialah! Karena ini bisa
berarti pasangan sejati telah Anda temukan!
Apakah kedelapan pertanda di atas telah Anda temukan padanya?
Lantas ..BAGAIMANA CARA MENGETAHUI PERTANDA-PERTANDA TERSEBUT?
Ssssstttttt ..jangan bilang-bilang Ya ..
YA..DENGAN PACARAN .., eeiii..tt nanti dulu ..maksudku
"PACARAN SETELAH MENIKAH", Jadi NIKAH DULU BARU
PACARAN ..Nah itulah JODOH anda.
[Non-text portions of this message have been removed]
--- End forwarded message ---
- 10.
-
Fwd: (OOT) Mari Kita Bakar Perahu itu..!
Posted by: "setyawan_abe" setyawan_abe@yahoo.com setyawan_abe
Sun Nov 2, 2008 3:06 pm (PST)
--- In Forum_LingkarPena@yahoogroups. , "setyawan_abe"com
<setyawan_abe@...> wrote:
Mari Kita Bakar Perahu itu..!
Sumber :
http://agussyafii.blogspot. com/2008/ 07/mari-kita- bakar-perahu- itu.html
<http://agussyafii.blogspot. >com/2008/ 07/mari-kita- bakar-perahu- itu.html
Suatu Ketika Thariq Bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar
semua kapal sehingga tidak ada satu kapalpun yang tersisa, pilihannya
berjuang sampai titik darah penghabisan dan hidup mulia. sebuah langkah
yang tidak populis bagi Thariq sekaligus tidak masuk akal bagi
pasukannya yang tidak bernyali. Hanya mereka yang berjiwa matang, kuat
dan bersemangat tinggi yang berjuang dan hidup mulia. Langkah berani
Thariq Bin Ziyad membakar perahu juga membakar semangat pasukannya
untuk menang.
Pilihan sulit muncul bagi mereka, pasukan-pasukan berjiwa yang lemah.
Hanya mereka yang berjiwa kuat & memiliki daya juanglah yang akan
menang dalam kehidupan. Jiwa-jiwa yang kuat tercermin dari wajahnya
senantiasa optimis dan senantiasa siap untuk mengorbankan harta serta
jiwanya bagi perjuangan. Itulah sebabnya orang-orang yang kuat tidak
pernah takut mati. Sebab kematian adalah jalan mendekatkan diri pada
Alloh SWT sekaligus meraih janjiNya.
Sama seperti dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika intelektualitas
kita dibangun diatas semangat juang maka akan terlahir karya kehidupan
yang terbaik.
Bangsa ini butuh etos & daya juang.
Mari Kita Bakar Perahu itu..!
[Non-text portions of this message have been removed]
--- End forwarded message ---
- 11.
-
(Catatan Kaki) Kesan Pertama yang Tahan Lama
Posted by: "Dhan" signpool@gmail.com danze11
Sun Nov 2, 2008 3:06 pm (PST)
Seringkali anda hanya punya satu kesempatan untuk meninggalkan kesan (image)
- baik atau buruk itu sepenuhnya tergantung anda. Apakah anda menyadari
kesan pertama apa yang anda tinggalkan di benak orang yang pertama bertemu
atau mengenal anda? Kesan itu penting karena sebagian orang hanya punya satu
kesempatan untuk bertemu anda.
Saat anda bertemu seseorang untuk kali pertama, buatlah agar mereka merasa
anda betul-betul senang bertemu mereka. Aktualisasikan pula dalam ucapan
anda yang terdengar antusias dan tulus. Apa yang saya sebutkan mungkin
terdengar rutin dan biasa, tapi sebenarnya apa yang anda tampilkan itu
memang akan membuat senang orang yang anda temui. Bayangkan saja kalau anda
bertemu orang seperti itu, pasti anda merasa bahwa orang tersebut
meninggalkan kesan yang baik di benak anda. Hayati ucapan anda sehingga
tidak terkesan hanya lips service.
Senyum, dan jangan terlihat bosan atau letih walaupun sesungguhnya anda
merasa demikian. Sekali lagi, tunjukkan antusiasme anda. Seseorang yang
profesional tetap akan kelihatan menyenangkan meskipun ia sedang kelelahan.
Tujuan anda adalah membuat seseorang yang anda temui bersungguh-sungguh juga
mengucapkan <senang bertemu anda>.
Membuat kesan baik bukan berarti anda harus membuat orang terkagum-kagum.
Berusaha terlalu keras justru akan terasa mengganggu dan malah kelihatan
palsu. Tidak usah berlebihan untuk menyenangkan kenalan baru. Setidaknya
bersikap sopan saja sudah cukup.
http://www.fundkitchen.com/2008/ 07/kesan- pertama-yang- tahan-lama/
---
Dhan
Artikel dan freebies lainnya di http://www.fundkitchen.com/
- 12.
-
(Inspirasi) Siapakah Yang Seharusnya Lebih Siap Pakai Itu?
Posted by: "dkadarusman" dkadarusman@yahoo.com dkadarusman
Sun Nov 2, 2008 3:07 pm (PST)
Siapakah Yang Seharusnya Lebih Siap Pakai Itu?
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
"Mereka tidak siap pakai!" Begitulah komentar paling populer tentang
kualitas lulusan perguruan tinggi kita. Lucu juga. Karena jika
menengok kebelakang ketika kita masih lucu seperti mereka dan
melamar kesana kemari sehabis wisuda; kita tidak berbeda jauh dari
mereka. Kita sering tidak menyadari bahwa kematangan yang saat ini
kita miliki merupakan hasil dari tempaan yang dijalani setiap hari.
Dia diberi nama `pengalaman'. Dan pengalaman tidak bisa dipelajari
dengan membaca buku atau duduk dibangku kuliah. Lebih dari itu `siap
pakai' bukanlah monopoli mereka yang baru masuk kerja. Kita yang
sudah lama bekerja pun belum tentu `siap pakai'. Meskipun terdengar
agak janggal, namun relevan dengan situasi aktual keseharian kita.
Jangan-jangan orang-orang yang mengaku kompeten seperti kita ini jauh
lebih `tidak siap pakai'-nya dibanding mereka?
"Lho, bisa masuk ke kampus itu saja sudah membuktikan dia bagus,"
sahut saya ketika seorang teman mengeluhkan kualitas adik-adik kelas
dikampusnya. Äpalagi dengan IP yang bagus, tentu mereka adalah orang-
orang yang mempunyai kemampuan."
Ïya, tapi mereka nggak siap pakai." balasnya.
"Maksudmu tidak siap pakai didunia kerja?"
"Ya iyyalaaaaah..." geramnya. "Maasak ya iyyaaa dddong!"
"Apakah saat ini elo sudah merasa `siap pakai'?" pertanyaan saya
membuatnya gelisah.
"Maksud loooh?"
Kita tahu bahwa hidup kita terdiri dari berbagai tahapan. Masa dalam
kandungan, kita nggak perlu report-repot. Masa kecil, kita bermain.
Masa sekolah kita mesti belajar. Selanjutnya memasuki dunia kerja.
Setiap kali kita memasuki babak baru dalam hidup kita, pastilah ada
gap antara kemampuan fisikal dan intelektual kita dengan tuntutan
hidup dalam setiap jenjang. Tidak aneh, bukan?
Tidak siap pakai. Ini sama sekali bukanlah monopoli para lulusan
baru. Orang-orang yang sudah bekerja lama pun sangat banyak yang
tidak siap pakai. Itu jika kita tidak bisa mengatakan hampir semua
pegawai begitu. Artinya, bisa jadi, kita yang mengaku kawakanpun bisa
jadi tidak siap pakai.
"Maksud loooh?"
Sekurang-kurangnya, ada dua situasi yang membuktikan bahwa kita
sering `tidak siap pakai'. Misalnya, ketika perusahaan kita sedang
mencari pengganti boss yang pensiun. Dalam banyak situasi, perusahaan
harus bersusah payah mencari orang yang layak untuk menggantikan
perannya menduduki jabatan itu. Tidak jarang akhirnya perusahaan
harus merekerut orang dari luar. Mengapa harus begitu? Karena, kita
yang berada didalam organisasi ini `dinilai' belum memenuhi
kualifikasi yang memadai untuk menggantikan boss yang pensiun itu.
Anda boleh saja mengemukakan seribu alasan. Namun, pada kenyataannya;
peristiwa seperti ini lazim terjadi dilingkungan kita, bukan? Jika
demikian, bolehkah kita menyimpulkan bahwa orang-orang yang
mengaku `siap pakai' seperti kita ini juga ternyata `tidak siap
pakai' jika dihadapkan pada tantangan yang lebih tinggi? Sama seperti
kepada adik-adik yang baru lulus kuliah itu. Kita mencap
mereka `tidak siap pakai'. Pada saat yang sama perusahaan juga
menganggap kita tidak siap pakai untuk peran, tugas dan tanggungjawab
yang lebih besar. Apa bedanya?
Itu yang pertama.Yang kedua? Jika kita percaya bahwa kehidupan
manusia itu terdiri dari berbagai tingkatan, maka tentu kita sepakat
bahwa `memasuki dunia kerja' bukanlah tingkatan terakhir dalam hidup
kita. Sebab, setelah `masa bekerja' kita tuntas, maka kita memasuki
tahapan kehidupan berikutnya, yang biasa kita sebut sebagai masa
purna tugas. Alias pensiun. Itulah sebabnya kita mengenal
istilah `post power syndrome'. Ini tidak semata soal apakah
sebelumnya kita memegang kekuasaan besar atau tidak. Sebab, orang-
orang pensiunan yang tidak memegang jabatan tinggi pun banyak
mengalami sindrom yang sama. Ini menunjukkan bahwa kita `tidak siap
pakai'didunia pasca kerja.
Mungkin kita tidak mengalami sindrom separah itu. Tapi, tidak berarti
bahwa kita sudah benar-benar siap untuk menghadap masa `setelah dunia
kerja itu'. Coba jawab pertanyaan ini; setelah pensiun, apa yang akan
saya lakukan? Jika kita masih belum memiliki gambaran yang jelas
mengenai hal itu, maka kita juga `belum siap pakai'.
Boleh saja kalau anda mau berkilah bahwa pensiun itu masih lama.
Tapi, siapa yang menjamin bahwa anda tidak akan diberhentikan
ditengah jalan? Bukankah semua orang yang terkena PHK tidak pernah
membayangkan hal itu akan menimpa dirinya? Lha, jika itu terjadi
kepada anda, maka itu berarti anda harus segera memasuki dunia yang
berbeda. Sudah siap pakaikah anda didunia baru itu?
`Siap pakai' seyogyanya menjadi kata kunci bagi siapa saja. Hal itu
muncul dari sebuah pertanyaan mendasar yang berbunyi;"Sudah sejauh
mana saya mempersiapkan diri untuk memasuki babak berikutnya dalam
kehidupan ini?". Anda tahu bahwa semakin baik persiapan yang
dilakukan, semakin baik pula gambaran dimasa depan. Kepada adik-adik
yang masih duduk dibangku kuliah kita menasihatkan; belajar yang
baik. Berlatih organisasi. Jangan cuma terpaku kepada text book.
Kalian harus juga mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja.
Kita sendiripun membutuhkan nasihat seperti itu. Supaya, kita bisa
menjadi manusia yang siap pakai, ketika kita memasuki babak baru
kehidupan kita. Dan ketika kita sudah menjadi manusia yang `siap
pakai' itu, maka apapun yang akan terjadi esok atau lusa; kita tidak
perlu mengkhawatirkannya. Sebab, kita sudah `siap' untuk
menjalaninya. Sudah siap pakai-kah anda?
Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman. com/
Catatan Kaki:
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Namun, jika
kita sudah mempersiapkan segala sesuatunya, mungkin kita bisa
menjalaninya dengan lebih baik.
- 13.
-
[Mimbar] Bukan Karena Tidak Tahu
Posted by: "M.Arif As Salman" marif_assalman@yahoo.com marif_assalman
Sun Nov 2, 2008 3:08 pm (PST)
Bukan Karena Tidak Tahu
Dahulu, ketika masih di Pesantren, kita atau beberapa orang teman kita begitu mendapat tempat dihati para Ustadz dan Ustadzah. Walau ia tidak begitu pintar, gagah, cantik, berprestasi, dan luas pengetahuan tapi hal itu tidak mengurangi perhatian yang diberikan para Ustadz dan Ustadzah.
Ada juga diantara teman-teman yang sering dimarahi dan terkesan agak dipersulit urusannya kalau ia minta izin. Dan tidak mendapatkan peran penting dalam acara atau kepengurusan. Mungkin sebagian kita mengalami perlakuan itu atau juga yang lain.
Apa penyebabnya...?
Kalau kita perhatikan, mereka yang disayangi adalah mereka yang selalu menjalankan disiplin yang ada. Mereka menghargai dan menghormati disiplin tersebut. Mereka sangat jarang melanggar. Sehingga nama mereka jarang terpanggil masuk mahkamah atau dihadapkan pada Ustadz.
Adapun yang sering melanggar, sering terlambat kemesjid, cabut, merokok, berhubungan dengan dengan lawan jenis. Mereka dicap sebagai santri/wati yang tidak patuh. Dan bahkan karena seringnya pelanggaran itu dilakukan, mereka dianggap pembangkang. Walau dari mereka ada yang pintar, ganteng, cantik, berprestasi, dan luas pengetahuan.
Semua santri/wati tahu dengan peraturan. Tahu bahwa terlambat kemesjid akan dihukum. Tahu kalau sering berbahasa Minang akan masuk mahkamah, tahu kalau merokok itu dilarang dan tahu kalau berhubungan dengan lawan jenis tidak dibolehkan.
Namun tetap masih ada yang melanggar. Satu kali, barangkali bisa dimaklumi karena belum terbiasa dengan peraturan, atau tidak tahu, atau khilaf. Tapi kalau pelanggaran sering dilakukan seakan ada unsur kesengajaan.
Dengan demikian tidak ada gunanya pengetahuan yang dimiliki, kalau pengetahuan itu tidak diamalkan. Bahkan akan bisa lebih membuat celaka. Pengetahuan hanya akan berguna bagi mereka yang mengamalkannya.
Banyak dari kita (muslim) yang mengetahui bahwa shalat berjamaah di mesjid lebih afdhal dari shalat dirumah, membaca al-Qur`an berbuah pahala, berziarah akan melapangkan rezki, berpuasa, bermujahadah dalam menuntut ilmu, berdakwah dan shalat pada waktu malam mendapat pahala, namun berapa orangkah yang rajin dan istiqamah mengamalkannya? Dan banyak dari kita yang mengetahui bahwa melihat pada yang haram dilarang Allah Swt, mendengar yang haram adalah perbuatan dosa, berbohong, berburuk sangka, mengghibah, menghina sesama muslim, berpacaran, dan sejenisnya tidak dibolehkan dalam agama. Namun kenapa masih banyak yang melakukannya?
Sangat disayangkan yang melakukan itu mereka yang punya pengetahuan dan menyandang gelar pelajar islam.
Kenapa ada yang patuh pada perintah Allah Swt. dan kenapa ada yang melanggar sedang mereka mengetahui?
Iblis telah diusir dari rahmat Allah Swt.. Ia menjadi makhluk terkutuk dan kelak akan menjadi penghuni tetap di neraka. Iblis mengetahui akan kekuasaan Allah Swt., bahwa Allah Swt. adalah Pencipta dan maha kuasa atas segala sesuatu dan kalau membangkang perintah Allah Swt. ia akan dihukum. Tapi rasa sombong yang menguasai hatinya membuatnya enggan melaksanakan perintah Allah Swt. untuk sujud pada Nabi Adam as. Tidak ada gunanya bagi iblis ilmunya tentang Allah Swt., dan karena ketidak patuhan pada Allah Swt. membuatnya terlaknat.
Sesungguhnya Allah swt telah murka pada kaum yahudi karena mereka tidak mengamalkan ilmu yang telah Allah Swt. ajarkan pada mereka.
Orang yang tidak patuh pada kebenaran secara tidak langsung telah menjadi pengikut iblis. Ia telah dikuasai oleh hawa nafsunya. Sehingga ia menolak untuk tunduk pada kebenaran. Kebenaran baginya adalah ma qalahusy syaitan ma qalathun nafsu. Dan ketika suatu hal tidak sesuai dengan kehendak nafsunya ia akan enggan dan berat untuk mengikuti.
Mereka yang sering melanggar perintah Allah Swt. di dunia akan hidup dalam kesempitan, tidak pernah merasa tenang, selalu dalam kesulitan dan kelak di akhirat mereka akan dijauhkan dari rahmat Allah Swt. dan akan dipersulit hisabnya dan tidak ada tempat bagi manusia pelanggar kecuali neraka.
Sedangkan mereka yang selalu patuh, walau itu terasa berat bagi mereka, tapi mereka tetap sabar. Kelak mereka akan mendapat tempat yang mulia disisi Allah Swt., dipermudah hisab mereka dan didekatkan pada Allah Swt..
Bukan kerana luasnya ilmu mereka, tapi karena kepatuhan dan ketaatan pada Allah Swt.. Ilmu yang sesungguhnya adalah yang membuat seseorang semakin mengenal Allah Swt., dekat padaNya, patuh pada perintahNya dan takut untuk bermaksiat padaNya.
Ketika ia tahu bahwa shalat berjamaah lebih utama, iapun dengan penuh semangat mengerjakannya. Dan ketika ia tahu bahwa berhubungan dengan lawan jenis dilarang, iapun dengan penuh semangat meninggalkannya.
Adapun bila ilmu yang dimiliki, walau ianya seluas samudera, tapi kalau tidak diamalkan dan orang tersebut tidak takut pada Allah Swt., tidak patuh pada perintahNya, maka orang tersebut belumlah bisa dikatakan berilmu dan bahkan ilmunya yang banyak tersebut akan bisa membuatnya celaka di akhirat.
Kecerdasan intelektual dan luasnya ilmu yang dimiliki belumlah cukup membuat seseorang menjadi mulia disisi Allah Swt., tapi kecerdasan spiritual dan emosinal (al malakah `alan nafs) yang lebih banyak menentukan kesuksesan seseorang dalam hidup. Anda mengetahui kebaikan (intelektual), Anda punya dorongan untuk melakukan (emosional), Anda kerjakan dengan sungguh- sungguh dan Anda tujukan semuanya untuk meraih ridha Allah Swt. (spiritual ) itulah yang semestinya.
Mari kita bertanya dengan penuh jujur pada diri kita masing-masing, apakah selama ini kita merasa begitu berat untuk patuh pada kebenaran? Bila ternyata benar, penulis yakin setiap kita mengetahui langkah apa yang harus ditempuh.
Semoga bisa menjadi renungan kita bersama, amin.
Cairo, 2008
Arif Salman
- 14.
-
PANDUAN MERAIH KEBAHAGIAAN (Resensi The 7 Laws of Happiness)
Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com wartax
Sun Nov 2, 2008 3:08 pm (PST)
PANDUAN MERAIH KEBAHAGIAAN
--------------------- -----
---Rini Nurul Badariah
The 7 Laws of Happiness, Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa
Jumlah halaman: 428 halaman
Genre: non fiksi, psikologi, motivasi
Menikmati proses sebenarnya adalah esensi dan hakikat kehidupan itu sendiri (hal.169)
Kebahagiaan adalah tujuan hidup, namun formatnya teramat relatif. Ada yang meletakkan kebahagiaan pada masa depan (sehingga saat sekarang menjadi penuh keluh-kesah), pada kedudukan dan jabatan, pada kemilau harta benda, serta berbagai unsur yang bersifat materiil lainnya. Betapa beragam penafsiran manusia terhadap apa yang disebut berbahagia.
Arvan Pradiansyah mengangkat ke permukaan aneka persoalan yang kerap mengukir keseharian kita sehingga sulit menggenggam kebahagiaan. Tujuh prinsip dasar yang dikemukakannya untuk mewujudkan hal itu adalah Patience (Sabar), Gratefulness (Syukur), Simplicity (Sederhana), Love (Kasih), Giving (Memberi), Forgiving (Memaafkan), dan Surrender (Pasrah). Intinya kebahagiaan baru dapat direguk jika kita berrelasi dengan individu lain dan tentunya Yang Maha Tinggi, bukan berfokus pada diri sendiri dari waktu ke waktu.
Ketebalan halamannya yang acap kali 'mengerikan' bagi kebanyakan pembaca buku di masyarakat kita ditepiskan dengan berbagai pernik seperti kutipan-kutipan, ilustrasi yang menyegarkan penglihatan, dan pemilihan font yang ukurannya bersahabat dengan mata. Kadang-kadang penulis bertutur seperti tengah berdialog langsung dengan pembaca, menggiring pembaca untuk bermonolog batin dan menjenguk jauh ke dalam batinnya sendiri. Karena urusan kebahagiaan adalah perkara yang terus dipertanyakan dan dikejar, padahal sebenarnya kita telah mengetahui caranya namun kerap keliru menerapkan.
Arvan Pradiansyah juga menyajikan sejumlah teknik dan contoh, untuk mendukung penjelasannya. Semua aspek diuraikan serinci mungkin, misalnya menyangkut kesabaran. Menurut penulis, sabar bukan berarti mengurut dada. Sabar menuntut kita untuk melakukan satu hal pada satu waktu. Di samping itu, sabar adalah kata kerja aktif dan merupakan perjalanan awal.
Buku ini dapat dikonsumsi oleh siapa saja, untuk mengungkap hal-hal sederhana guna meraih kehidupan yang bahagia. Seperti kata Confucius di hal. 235, "Hidup ini betul-betul sederhana, tetapi kita senantiasa membuatnya rumit."
Rini Nurul Badariah, penulis, blogger di http://rinurbad.multiply. com
Resensi ini pertama kali dipublikasi Batam Pos, Minggu, 26 Oktober 2008.
Anwar Holid, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku.
Kontak: wartax@yahoo.com | (022) 2037348 | 08156140621 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Sudilah mengunjungi link ini, ada lebih banyak hal di sana:
http://www.goethe.de/forum- buku
http://www.republika.co.id/koran. asp?kat_id= 319
http://www.rukukineruku.com
http://ultimusbandung.info
http://www.gramedia.com
http://www.mizan.com
http://halamanganjil.blogspot. com
Come away with me and I will write you
---© Norah Jones
- 15.
-
(Teka) Restu Ibu
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Sun Nov 2, 2008 3:10 pm (PST)
Restu Ibu
Penulis : Sismanto
Email: sirilwafa @gmail.com
Doa dan restu orang tua sudah seharusnya diminta oleh seorang anak
sebelum melakukan sesuatu. Misalnya saya akan hijrah dan bekerja di luar
pulau Jawa, saya meminta ridha bapak/ibu agar kepindahan saya ke tempat
lain mendapat restunya, dan alhamdulillah bapak dan ibu memberikan restu
kepada saya meskipun harus dengan berbagai cara untuk meyakinkan. Untuk
memperkuat keyakinan saya akan kepeindahan itu, saya membawa seorang
teman yang sudah agak paham tentang kondisi geografis, sosio kultural,
dan lain-lainnya ke rumah.
Awalnya saya tidak mendapatkan restu secara geografis yang terlalu jauh
untuk anaknya, alasan kedua biasanya saya satu sampai tiga bulan sekali
sudah bertemu dengan orang tua dengan kepindahan saya sekarang ini
konsekuensi logisnya minimal enam bulan sekali saya baru ketemu dengan
keluarga. Hal inilah yang membuat bapak maupun ibu agak berat melepas
kepergian saya. Tetapi naluri orang tua yang memberikan restu untuk
kebaikan anaknyalah yang membuat saya direstui. Alhamdulillah.
Bagi saya, doa dan restu orang tua di atas segala-galanya setelah
mempertimbangkan secara syar'i tidak ada masalah, dengan mendapatkan
restu ini diibaratkan seperti tiket yang harus dibawa oleh penumpang
kereta api, tiket yang harus dibawa seorang pengunjung bioskop yang
hendak menonton, dan tiket yang harus dibwa bagi para penumpang pesawat.
Saya mendapatkan restu dari orang tua ini ibarat angin segar di siang
hari di tengah panas teriknya kemarau yang melanda bumi. Ibarat hujan
sehari setelah bertahan dari panasnya matahari selama setahun.
Betapa tidak, tiket yang berupa restu orang tua ini tidak selamamnya
mudah di dapat oleh para anak dari orang tuanya. Betapa banyak diantara
orang tua-terutama ibu yang mendoakan musibah atas anak-anaknya. Kita
dapati seorang ibu, hanya gara-gara hal sepele mendoakan atas anaknya
yang tidak berdosa agar terserang penyakit demam atau terbunuh dengan
peluru atau digilas mobil atau terkena buta atau tuli. Ada juga diantara
ayah mendoakan buruk atas anak-anaknya hanya karena diantara mereka ada
yang durhaka atau menentangnya, yang kedurhakaannya itu mungkin
disebabkan oleh ayah sendiri.
Kedua orang tua itu tidak menyadari bahwa doa tersebut terkadang
diucapkan pada waktu yang mustajab (doa itu dikabulkan) sehingga doa itu
benar-benar menjadi kenyataan. Ada orang yang mengatakan bahwa
sesungguhnya doa itu bagaikan batu yang dilempar, adakalanya dilempar,
adakalanya mengenai sasaran dan adakalanya tidak mengenai sasaran.
Berkenaan dengan hal itu, Nabi bersabda: "Juganlah kamu mendoakan
kecelakaan atas dirimu sendiri, jugan pula mendoakan atas anak-anakmu,
atas kemusnahan harta-hartamu. Dikhawatirkan doa itu bertepatan dari
Allah yang pada saat dimohonkan lalu dikabulkan permohonanmu."
(HR.Muslim, IV: 2304).
Ketika anak pulang terlambat dari sekolah jangan langsung menghakimi
anak dengan kesalahan ini dan itu. Terlebih dahulu tanyakan kepada anak
mengapa ia datang terlambat? Tanyakan terus secara berulang-ulang
mengapa ia datang terlambat? Jika perlu tanyakan secara silang teman
terdekatnya tentang keterlambatannya. Anda dapati ia tidak pernah
menanyakan tentang diri mereka, tidak pernah memeriksa keadaan mereka,
bahkan tidak mengenal sedikitpun teman-teman mereka. Hal itu karena ia
terlalu percaya kepada mereka sehingga Anda melihat ia tidak mau
menerima kritikan dan anjuran perbaikan mengenai anak-anaknya. Apabila
anak-anaknya atau salah seorang dari mereka jatuh terperosok ke dalam
dosa atau meyimpang dari jalan yang lurus, kemudian sang ayah
diperingatkan akan hal itu, maka ia akan mulai membela mereka, dan
menuduh orang yang mengingatkan dan menasehati dirinya sebagai orang
yang tergesa-gesa dan mencampuri yang bukan menjadi urusannya.
Ada sebagian orang tua yang berburuk sangka terhadap anak-anaknya,
bahkan ia amat sangat berlebihan dalam hal itu sampai keluar batas
kewajaran. Misalnya, menuduh niat anaknya dan sama sekali tidak percaya
kepada mereka. Ia memberikan kesan kepada mereka bahwa ia akan
memberikan hukuman kepada mereka setiap kali melakukan kesalahan kecil
maupun besar tanpa mau memaklumi dan melupakan sedikitpun tentang
kekeliruan dan kesalahan mereka.
Misalnya seorang ibu mendoakan yang jelek kepada putrinya
dan berharap agar anaknya tidak berhasil serta merendahkan pribadi anak
dengan membandingkan secara negatif dengan anak yang lain. Sikap semacam
ini dapat merusak merusak saraf dan kemampuan alaminya untuk mengatur
urusan suami dan anak-anaknya kelak di masa depan. Sikap ini secara
tidak langsung menjadikan masa depan anak lemah, sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas sebagai istri yang baik.
Sebagai orang tua yang bijaksana, sepanjang tidak menyalahi aturan
maupun norma yang berlaku baik itu dalam koridor agama maupun maysrakat
bernegara tampaknya menjadi keharusan bagi orang tua memberikan restu.
Dengan harapan bahwa restu ini akan menjadikan anak perempuan akan
semakin terpompa mentalnya guna menghadapi masa depan bersama suaminya
kelak, dan lebih termotivasi dalam mendidik anak-anaknya kelak.
Semoga saja orang tua saya dan orang tua Anda sekalian selalu memberikan
restu kepada kita di setiap keinginan kita. Begitu juga kita sebagai
anaknya yang mendapatkan restu dari orang tua menjadikan restu sebagai
amanah yang akan kita pertanggungjawabkan kepada orang tua kita sendiri
dan juga kita pertanggungjawabkan kepada sang maha bijak, Allah SWT.
Semoga (*)
3 Nopember 2008
Suatu subuh di Hotel Lumboe
http://sismanto.com <http://sismanto.com/ >
http://mkpd.wordpress. <http://mkpd.com wordpress. >com/
- 16a.
-
Re: (Ruang Film) The Fog
Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com thee_ok
Sun Nov 2, 2008 3:40 pm (PST)
Hehe..nggak apa, Dan. Semoga suatu hari kelak diputar lagi.
Dua hari sebelumnya, aku berminat nonton Darkness Falls yang lumayan
seram juga tuh. Menariknya karena dia 'membalikkan' mitos Tooth Fairy
dengan versi horor.
Tapi selain ngantuk, aku khawatir tontonan itu mempengaruhi naskah
yang sedang kutulis dan genrenya sangat berbeda:-)
--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply. com
http://sinarbulan.multiply. com
- 17.
-
[Catatan Kaki] Kiat Mengikuti Lomba Menulis
Posted by: "Rini Nurul Badariah" rinurbad@gmail.com thee_ok
Sun Nov 2, 2008 3:40 pm (PST)
Ini bukan kiat memenangkan lomba. Semua kembali pada usaha, penilaian
juri, dan tentu saja faktor rizki:)
1. Salin seluruh informasi mengenai lomba bersangkutan. Perhatikan
dengan baik jumlah karakter atau panjang halaman yang disyaratkan.
Hindari coba-coba 'mengakali' ketentuan lomba. Bila diminta 'sekitar
1000 karakter', diusahakan bila kurang pun masih kisaran 900 karakter
dan jika lebih juga tidak terlalu banyak.
Lengkapi semua persyaratan, termasuk foto dan biodata jika diharuskan.
Peserta lomba pasti banyak. Tidak ada alasan bagi juri mempertahankan
satu naskah peserta yang kelengkapan administrasinya tak terpenuhi,
sementara karya peserta lain tidak kalah bagus dan persyaratannya
komplit.
2. Perhatikan deadline dan cocokkan dengan kalender. Ini penting untuk
persiapan pengiriman. Bila tanggal akhir itu bukan hari kerja, atau
bahkan dekat dengan hari besar, usahakan mengirim jauh sebelumnya.
Terutama bila lokasinya cukup jauh (lintas propinsi) dan naskah yang
dikirim berangkap-rangkap.
3. Jika lomba tersebut dilangsungkan secara berkala, pelajari karya
pemenang periode sebelumnya. Dengan begitu, kita dapat mempelajari
selera juri dan kriteria yang diharapkan sebagai pemenang. Berusahalah
beradaptasi. Apabila diminta tulisan yang bernada gaul, lakukan. Jika
diminta tulisan yang literer dan taat EYD, patuhi. Bila merasa tidak
mampu menulis dengan gaya bahasa yang disyaratkan, lebih baik tidak
mengikuti lomba tersebut dan cari kompetisi lain yang sesuai.
4. Ketika mengikuti lomba yang naskah pesertanya disebarkan di
milis, sempatkan mengamati untuk memperoleh angle tulisan berbeda.
Hanya untuk itu, bukan menciptakan keminderan karena melihat karya
peserta lain. Jadikan karya yang bagus-bagus untuk memicu kita
menuliskan sesuatu yang tak kalah baiknya.
5. Bila naskah diupload secara online dan copy paste ke box tertentu
di menu web penyelenggara lomba, siapkan file dalam format teks
(Notepad) supaya tampilannya tidak berantakan.
6. Hindari mengirimkan karya pada saat terakhir. Pertama, menulis
dadakan tidak selalu membuahkan hasil yang cemerlang. Saya pribadi
termasuk yang tak percaya bahwa 'keajaiban H-1' terjadi
berulang-ulang. Kedua, dalam ketergesaan bisa saja persyaratan
tercecer. Lupa memasukkan foto, salinan KTP, salah membaca tanggal,
dan sebagainya. Ketiga, segala kemungkinan dapat terjadi dan
menciptakan hambatan teknis. Jika mengirim naskah secara online,
misalnya, bisa saja email yang dituju over kuota atau server mendadak
overload.
7. Tips satu ini cukup sering ditemui di dunia maya. Pastikan kita
mengirim karya terbaik. Cek ulang ejaan, periksa kalau-kalau ada salah
ketik, beri nomor halaman, dan ulangi memprint jika perlu.
8. Menunggu itu membosankan. Menunggu pengumuman lomba bisa membuat
stres. Supaya tidak terlalu deg-degan, alihkan pada kegiatan lain.
Tandai saja tanggal pengumuman sebagai reminder. Usahakan nomor ponsel
yang telah dicantumkan di naskah selalu aktif sehingga panitia mudah
menghubungi.
Semoga bermanfaat.
--
Salam,
Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply. com
http://sinarbulan.multiply. com
- 18a.
-
Re: (Kelana) SUDAH KECEBUR SEKALIAN MANDI
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Sun Nov 2, 2008 5:48 pm (PST)
Wah, jgn sia-siakan kesempatan, Bang Fy
kalo bisa nyeburnya pake persiapan, keramas
sekalian. Heuheuheu
Siapa tau dengan mendalami Ekonomi syariah,
bang Fiyan jadi salah satu ekonom muslim
di masa depan yang gape menulis fiksi. Ya kan?
Kalo atasan yang nyuruh begitu, berarti beliau
juga sanggup membiayai kali tuh, fasilitas dong
wong dia yang nyuruh. Hehehe
Selamat berkecimpung deh, Bang Fy. Sukses selalu
ila liqo. Piss n love.
DANI
In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , bujang kumbangcom
<bujangkumbang@...> wrote:
>
> SUDAH KECEBUR SEKALIAN MANDI
> Â
> Â
> Fiyan Arjun
> http://sebuahrisalah.multiply. com
> id ym:paman_sam2
- 19.
-
[Maklumat] Rapat Kerja Sekolah kehidupan
Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Sun Nov 2, 2008 6:34 pm (PST)
Assalamualaikum Wr Wb
Sahabat SK
Sebentar
lagi milis sekolah kehidupan akan menyelenggarakan rapat kerja yang
insyaAllah akan kita laksanakan pada tanggal 15-16 November 2008. Ini
semua didasari oleh inisiatf kita semua demi kemajuan sebuah organisasi
dimana kita berada didalamnya. Bukan hanya sebuah komunitas maya ajang
berbagi pendapat, sharing pengalaman, curhat dan saling sapa. Tapi juga
sekumpulan manusia yang senantiasa berguna bagi manusia yang lainnya.
Khoirunnas anfa uhum linnas.
Kepanitiaan
untuk program ini sudah dibentuk sejak beberapa haru yang lalu, dan
dibawah kendali panitialah, acara ini insyaAllah akan terselenggara
dengan baik.
Katua panitia, Divin Nabh, Sekretaris Sinta
Nisfuana, dan bendahara Mbak Dyah Zakiyati, serta seksi-seksi yang
telah dibentuk sesuai kebutuhan telah memformulasikan segala hal
tentang progress acara tersebut. Untuk itu, marilah kita beri dukungan,
doa, serta kontribusi sekecil apapun demi sukses dan terlaksanananya
acara tersebut.
Dengan
dukungan dari sahabat semua, SK kedepan akan lebih berwarna dengan
beraneka kegiatan yang nyata dan berguna bagi ummat. Semoga acara rapat
kerja tersebut berjalan dengan baik dan dimudahkan segalanya. Jika ada
ide untuk kemajuan kegiatan2 SK ke depan, kami persilakan kepada semua
warga SK untuk mengirimkan idenya tersebut, agar kami dapat
mempertimbangkan dan mengaplikasikannya dalam program-program SK ke
depan.
Terimakasih,
Ketua Sekolah Kehidupan
Dani Ardiansyah
I-Moov Mobile Solution
Jl. Radio Dalam Raya No. 5H Lt. 4
HP: 085694771764
- 20a.
-
[rampai]TAK KAN JERA AKU DISINI
Posted by: "fla cheya" fla_cheya@yahoo.com fla_cheya
Sun Nov 2, 2008 6:42 pm (PST)
Pandanganku terusik terlalu lama
ia tengah terhenti dicelah cahaya
lalu menyaksikan sebait hatimu terusir
sambil menangis kau menyalakan redupku
menyuguhkan rentetan butir-butir kisah
ajari aku tuk menafsirkan perih
�
Aku genggam jiwa yang memucat
luruhkan aku disebuah wacana
lihatlah... kau mengikis keraguan ini
dustamu telah menyerah sayang...
�
Sembab isak mereka tersiar dipenjuru ruang
mengabaikan sebuket cacianmu
tak lagi sembunyikan keritingnya luka
apalagi menjauh untuk bertahan
�
Tak kan jera aku disini
menangkap terapungnya pikiranmu
Tak kan jera aku disini
menyaksikan kau berbaring
Tak kan jera aku disini
menunggu kau berpijar lagi
�
Best Regards,
Pasuruan, 29 Okt 2008
�
�
ika
http://cheya.blogspot. com
�
�
�
Story : Ada cerita mengenai seorang cewek yang sakit kanker. Cewek ntu bertahun-tahun menyembunyikan sakitnya dari keluarga, cowoknya dan temannya. Pada suatu hari dia patah hati dan ketika dia menangis, dia ga sengaja bertemu dengan seseorang. Merekapun berkenalan n lama-lama cewek ntu sadar kalau seseorang itu yang ternyata lebih memahaminya dan membuat ntu cewek bahagia. Berjalan dengan waktu mereka akhirnya menikah dan tiga bulan setelah mereka menikah, sakitnya si� cewek itupun semakin parah. Ketika di ICU, Ntu cowok nulis tulisan diatas� hikzz��
�
Btw story nie cm karangan gw ja hehehe... kalo ada cerita yang hampir sama yah maaf..... just my imagination ;-) thx dah baca yah�. wat Lyla band� thx for ur song
�
- 20b.
-
[rampai]TAK KAN JERA AKU DISINI
Posted by: "fla cheya" fla_cheya@yahoo.com fla_cheya
Sun Nov 2, 2008 6:42 pm (PST)
Pandanganku terusik terlalu lama
ia tengah terhenti dicelah cahaya
lalu menyaksikan sebait hatimu terusir
sambil menangis kau menyalakan redupku
menyuguhkan rentetan butir-butir kisah
ajari aku tuk menafsirkan perih
�
Aku genggam jiwa yang memucat
luruhkan aku disebuah wacana
lihatlah... kau mengikis keraguan ini
dustamu telah menyerah sayang...
�
Sembab isak mereka tersiar dipenjuru ruang
mengabaikan sebuket cacianmu
tak lagi sembunyikan keritingnya luka
apalagi menjauh untuk bertahan
�
Tak kan jera aku disini
menangkap terapungnya pikiranmu
Tak kan jera aku disini
menyaksikan kau berbaring
Tak kan jera aku disini
menunggu kau berpijar lagi
�
Best Regards,
Pasuruan, 29 Okt 2008
�
�
ika
http://cheya.blogspot. com
�
�
�
Story : Ada cerita mengenai seorang cewek yang sakit kanker. Cewek ntu bertahun-tahun menyembunyikan sakitnya dari keluarga, cowoknya dan temannya. Pada suatu hari dia patah hati dan ketika dia menangis, dia ga sengaja bertemu dengan seseorang. Merekapun berkenalan n lama-lama cewek ntu sadar kalau seseorang itu yang ternyata lebih memahaminya dan membuat ntu cewek bahagia. Berjalan dengan waktu mereka akhirnya menikah dan tiga bulan setelah mereka menikah, sakitnya si� cewek itupun semakin parah. Ketika di ICU, Ntu cowok nulis tulisan diatas� hikzz��
�
Btw story nie cm karangan gw ja hehehe... kalo ada cerita yang hampir sama yah maaf..... just my imagination ;-) thx dah baca yah�. wat Lyla band� thx for ur song
�
- 21.
-
[rampai]Dikegelisahan Matamu
Posted by: "fla cheya" fla_cheya@yahoo.com fla_cheya
Sun Nov 2, 2008 6:44 pm (PST)
Aku tersudut dikegelisahan matamu
tersesat dan berpestapora untuk secarik kepulangan
tak terlihat tiang terangmu disana
penuh muna akan khayalan baru
mencumbui nyata yang tak ada
�
Diterang mana jala ini kau tebar
bibirmu� sudah mengikisku tuk terdiam
bukan lantaran angin memendam pasir ini
hanya saja lelah itu kian berguguran
hingga aku jera mengembara dilautan kita
lalu... mengemasi mimpi yang terkibar
�
Kukembalikan raya tawamu dipelupuk sapaan
asing ini kan buatmu tak terhuyung barisan hujan
jangan menunggu abjadku terpajang disini
teka-teki ini perlahan lenyap bersama senja
kubiarkan ia menyendiri dihalaman terakhir
seperti transparan yang kau usung untukku
�
Aku berterali diserpihan beku
mati rasa disetangkup genggaman
hingga gersang rela terpinang
mengabaikan ikrar ditemaram lama
memikatku bernyanyi ditangkai gerimis
lalu aku berkata� selamat jalan�
�
�
�
�
Inspirated By : Berhenti Berharap �SO7�
�
Pasuruan, 29 Okt 2008
c-yakuw
http://cheya.blogspot. com
- 22.
-
[rampai]I'm Tired… Leave Me Alone...
Posted by: "fla cheya" fla_cheya@yahoo.com fla_cheya
Sun Nov 2, 2008 6:47 pm (PST)
Asaku terusung disebuah malam
duraku terpinang digumpalan kabutmu
secerca katapun mengakhiri senyuman
lucunya aku kerap meninggikanmu
menyaksikan baris janji yang tersisa
Hitam ini tertambat disela pandangan
meretas apa yang tertaut
memaksa rasa tersekat didaratan hati
meski gugusan parit terdampar luas
Aku terbang dalam lenyap bayangan
semburatkan ronaku digaris sinismu
leraikan gemuruh yang terpendam
sembari membatasi paragraf anehmu
katakan... apa aku terlantar sesaat?
Gerak tintaku bukan merajuk
serak ucapku bukan mengemis
ia hanya mengarah tuk bernyanyi
I'm tired… leave me alone...
Inspirated By : Peterpan
Pasuruan, 29 Okt 2008
c-yakuw
http://cheya.blogspot. com
- 23a.
-
(Canda) Minta HP ? Kasih, daah
Posted by: "cahaya.khairani" cahaya.khairani@yahoo.com cahaya.khairani
Sun Nov 2, 2008 6:55 pm (PST)
Seorang teman suamiku berusaha berfikir positif atas musibah yang
menimpanya. Sikapnya ini membuat kami mengacungkan jempol, tapi juga
tak dapat menahan geli.
Teman Suami : "Handphoneku diminta orang, ya sudah aku kasihkan
saja ", ujar teman suami menjawab pertanyaan suamiku yang merasa heran
karena nomor HP temannya tak ada dalam phonebook.
Suami : "Wah baik sekali kamu, HP dikasihkan orang"
Teman Suami : "Orangnya suka sih sama HP-ku jadi ya kukasihkan saja".
Kontan suamiku berdecak kagum, tapi nggak heran juga secara suami
temanku itu sudah mapan dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan BUMN
yang menyuplai listrik pada masyarakat.
Teman Suami : "Tapi sukanya diam-diam, jadi mintanya sama aku nggak
bilang-bilang".
Eyalaaaah ternyata HP-nya itu dicuri tho !
http://www.cahayakhairani.multiply. com
- 23b.
-
Re: (Canda) Minta HP ? Kasih, daah
Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com fil_ardy
Sun Nov 2, 2008 7:22 pm (PST)
Hehehe
mungkin HPnya dipinjem, mbak
tapi ya sama, pinjemnya ga bilang2:D
alias nyoblos.. eh nylonong, eh apa itu istilahnya?
Sama juga seperti yang terjadi sama Mas Andri Pranolo
waktu beliau sholat, hPnya ada yang minjam tanpa permisi
dan ga dibalikkin ^_^
DANI
In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "cahaya.khairani"com
<cahaya.khairani@...> wrote:
>
> Seorang teman suamiku berusaha berfikir positif atas musibah yang
> menimpanya. Sikapnya ini membuat kami mengacungkan jempol, tapi juga
> tak dapat menahan geli.
>
> Teman Suami : "Handphoneku diminta orang, ya sudah aku kasihkan
> saja ", ujar teman suami menjawab pertanyaan suamiku yang merasa heran
> karena nomor HP temannya tak ada dalam phonebook.
>
> Suami : "Wah baik sekali kamu, HP dikasihkan orang"
>
> Teman Suami : "Orangnya suka sih sama HP-ku jadi ya kukasihkan saja".
> Kontan suamiku berdecak kagum, tapi nggak heran juga secara suami
> temanku itu sudah mapan dengan pekerjaannya di sebuah perusahaan BUMN
> yang menyuplai listrik pada masyarakat.
>
> Teman Suami : "Tapi sukanya diam-diam, jadi mintanya sama aku nggak
> bilang-bilang".
>
> Eyalaaaah ternyata HP-nya itu dicuri tho !
>
>
> http://www.cahayakhairani.multiply. com
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar