Messages In This Digest (16 Messages)
- 1.
- sukses untuk anda From: Edy Sandra
- 2a.
- Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan... From: Putri Agus Sofyan
- 2b.
- Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan... From: inga_fety
- 2c.
- Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan... From: Putri Agus Sofyan
- 3.
- Menulis Cepat dengan MUDAH From: inaproaktif
- 4.
- [tulisanku]Re:Era Globalisasi From: Putri Agus Sofyan
- 5a.
- (CERPEN) Rekreasi Cinta From: Arrizki Abidin
- 5b.
- Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta From: Bu CaturCatriks
- 6a.
- Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya) From: inga_fety
- 7a.
- Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah From: inga_fety
- 7b.
- Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah From: Agung Argopo
- 8a.
- Re: (Lonceng) SK Junior Bang Nursalam Nongol ke Bumi From: yudhi mulianto
- 9a.
- Re: (catcil) and The Winner is... From: Bu CaturCatriks
- 10.
- [catatan kaki] yang mau jenguk mbak yuny (istri mas nursalam) From: novi_ningsih
- 11a.
- [kuliner] Baso Akung From: Hadian Febrianto
- 11b.
- Re: [kuliner] Baso Akung From: novi_ningsih
Messages
- 1.
-
sukses untuk anda
Posted by: "Edy Sandra" edz_sandra@yahoo.com edzsandra
Wed Nov 19, 2008 1:37 am (PST)
Apa impian anda?
* Bahagiakan orang tua?
* Punya bisnis atau usaha sendiri?
* Penghasilan yang lebih besar?
* Mendirikan rumah ibadah?
* Jalan2 dan makan sepuasnya?
* Beli ini itu sesukanya?
* Pendidikan terbaik,atau
* Membantu orang lain?
Mungkin saya bisa membantu anda,
www.saya-sukses.notlong.com
Jangan cuma melihat, jangan hanya membaca,
coba dan bersiaplah sukses!!
- 2a.
-
Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan...
Posted by: "Putri Agus Sofyan" iastrito126ps@yahoo.co.id
Wed Nov 19, 2008 1:37 am (PST)
terima kasih Pak Ugik...
ugik madyo <ugikmadyo@gmail.com > wrote: Salam kenal Bunda :)
Senangnya... bertambah satu lagi bunda yg gabung di kelas ini.
Boleh saya duduk samping Bunda?
Saya pengin belajar banyak soal anak-anak :)
Terima kasih Bunda atas tulisannya yang indah
Saya jadi dapat ilmu baru nih?
Ditunggu tulisan-tulisanya yang lain Bunda >:D<
Ugik Madyo
SK Surabaya
2008/11/19 Putri Agus Sofyan <iastrito126ps@yahoo.co. >id
Haiiii... Perkenalkan saya Bunda IASTRITO...saya seorang ibu dengan 3 anak.... iastrito adalah singkatan dari ke3 anak saya..(ias, astri, rito)..
Saya ingin bergabung dengan komunitas sekolah-kehidupan..dan ijinkan saya untuk memasukan tulisan saya dibawah ini..
Mohon feedback nya...atas tulisan saya ini..hal ini berguna bagi saya karena sebagai acuan dalam menuliskan sesuatu yang kemudian dapat dituangkan dalam sebuah cerita..
salam kenal
Bunda iastrito...
JANGAN BENTAK AKU, MAMA.....
(iastrito)
Siang itu udara sangat panas sekali... aku baru saja sampai di halaman sekolah dimana tempat anakku sedang menuntut ilmu..
Anakku, baru kelas 1, sekolah dasar.. aku menunggu bersama dengan orang tua murid lainnya. Terlihat sekumpulan ibu-ibu sedang bersenda gurau.. Mereka adalah orang tua murid yang memiliki waktu lebih untuk selalu menunggu anak-anaknya dari pagi hingga siang hari. Suasananya begitu meriah....tertawa....penuh dengan keceriaan.
Sempat aku melirik ke arah kumpulan tersebut, aku melihat cara penampilan mereka mulai dari rias wajah hingga asesories yang dikenakan, akupun melihat cara senda gurau mereka...begitu ceria seakan-akan tidak ada masalah yang dihadapi oleh para ibu-ibu orang tua murid tersebut.
--------------------- --------- ---
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br>Cepat sebelum diambil orang lain! - 2b.
-
Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan...
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Nov 19, 2008 1:44 am (PST)
selamat datang bunda dimilis tercinta..
hmm, btw bunda, ugik madyo itu nama seorang mbak:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Putri Agus Sofyancom
<iastrito126ps@...> wrote:
>
> terima kasih Pak Ugik...
>
> ugik madyo <ugikmadyo@...> wrote: Salam kenal Bunda :)
> Senangnya... bertambah satu lagi bunda yg gabung di kelas ini.
> Boleh saya duduk samping Bunda?
> Saya pengin belajar banyak soal anak-anak :)
>
> Terima kasih Bunda atas tulisannya yang indah
> Saya jadi dapat ilmu baru nih?
> Ditunggu tulisan-tulisanya yang lain Bunda >:D<
>
> Ugik Madyo
> SK Surabaya
>
>
> 2008/11/19 Putri Agus Sofyan <iastrito126ps@...>
>
> Haiiii... Perkenalkan saya Bunda IASTRITO...saya seorang ibu
dengan 3 anak.... iastrito adalah singkatan dari ke3 anak saya..(ias,
astri, rito)..
> Saya ingin bergabung dengan komunitas sekolah-kehidupan..dan
ijinkan saya untuk memasukan tulisan saya dibawah ini..
> Mohon feedback nya...atas tulisan saya ini..hal ini berguna bagi
saya karena sebagai acuan dalam menuliskan sesuatu yang kemudian dapat
dituangkan dalam sebuah cerita..
>
> salam kenal
> Bunda iastrito...
> JANGAN BENTAK AKU, MAMAâ¦..
> (iastrito)
>
>
> Siang itu udara sangat panas sekali⦠aku baru saja sampai di
halaman sekolah dimana tempat anakku sedang menuntut ilmu..
>
> Anakku, baru kelas 1, sekolah dasar.. aku menunggu bersama dengan
orang tua murid lainnya. Terlihat sekumpulan ibu-ibu sedang bersenda
gurau.. Mereka adalah orang tua murid yang memiliki waktu lebih untuk
selalu menunggu anak-anaknya dari pagi hingga siang hari. Suasananya
begitu meriahâ¦.tertawaâ¦.penuh dengan keceriaan.
>
> Sempat aku melirik ke arah kumpulan tersebut, aku melihat cara
penampilan mereka mulai dari rias wajah hingga asesories yang
dikenakan, akupun melihat cara senda gurau merekaâ¦begitu ceria
seakan-akan tidak ada masalah yang dihadapi oleh para ibu-ibu orang
tua murid tersebut.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --------------------- --------- ---
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail. br>Cepat sebelum diambil orang lain!
>
- 2c.
-
Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan...
Posted by: "Putri Agus Sofyan" iastrito126ps@yahoo.co.id
Wed Nov 19, 2008 2:24 am (PST)
oh maaf....maaf sekali.... kebetulan saya mempunyai om dengan nama depan yang sama....
sekali lagi...saya minta maaf atas kekeliruan ini.
salam
iastrito.
inga_fety <inga_fety@yahoo.com > wrote:
selamat datang bunda dimilis tercinta..
hmm, btw bunda, ugik madyo itu nama seorang mbak:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Putri Agus Sofyancom
<iastrito126ps@...> wrote:
>
> terima kasih Pak Ugik...
>
> ugik madyo <ugikmadyo@...> wrote: Salam kenal Bunda :)
> Senangnya... bertambah satu lagi bunda yg gabung di kelas ini.
> Boleh saya duduk samping Bunda?
> Saya pengin belajar banyak soal anak-anak :)
>
> Terima kasih Bunda atas tulisannya yang indah
> Saya jadi dapat ilmu baru nih?
> Ditunggu tulisan-tulisanya yang lain Bunda >:D<
>
> Ugik Madyo
> SK Surabaya
>
>
> 2008/11/19 Putri Agus Sofyan <iastrito126ps@...>
>
> Haiiii... Perkenalkan saya Bunda IASTRITO...saya seorang ibu
dengan 3 anak.... iastrito adalah singkatan dari ke3 anak saya..(ias,
astri, rito)..
> Saya ingin bergabung dengan komunitas sekolah-kehidupan..dan
ijinkan saya untuk memasukan tulisan saya dibawah ini..
> Mohon feedback nya...atas tulisan saya ini..hal ini berguna bagi
saya karena sebagai acuan dalam menuliskan sesuatu yang kemudian dapat
dituangkan dalam sebuah cerita..
>
> salam kenal
> Bunda iastrito...
> JANGAN BENTAK AKU, MAMAâ¦..
> (iastrito)
>
>
> Siang itu udara sangat panas sekali⦠aku baru saja sampai di
halaman sekolah dimana tempat anakku sedang menuntut ilmu..
>
> Anakku, baru kelas 1, sekolah dasar.. aku menunggu bersama dengan
orang tua murid lainnya. Terlihat sekumpulan ibu-ibu sedang bersenda
gurau.. Mereka adalah orang tua murid yang memiliki waktu lebih untuk
selalu menunggu anak-anaknya dari pagi hingga siang hari. Suasananya
begitu meriahâ¦.tertawaâ¦.penuh dengan keceriaan.
>
> Sempat aku melirik ke arah kumpulan tersebut, aku melihat cara
penampilan mereka mulai dari rias wajah hingga asesories yang
dikenakan, akupun melihat cara senda gurau merekaâ¦begitu ceria
seakan-akan tidak ada masalah yang dihadapi oleh para ibu-ibu orang
tua murid tersebut.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> --------------------- --------- ---
> Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan
@rocketmail. br>Cepat sebelum diambil orang lain!
>
--------------------- --------- ---
Yahoo! sekarang memiliki alamat Email baru
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail. br>Cepat sebelum diambil orang lain!
- 3.
-
Menulis Cepat dengan MUDAH
Posted by: "inaproaktif" inaproaktif@yahoo.com inaproaktif
Wed Nov 19, 2008 1:37 am (PST)
- Menulis Buku Dalam 2 Jam atau 2 Hari. Mungkinkah?
- Banjir ide dan gagasan, tetapi tidak ada waktu untuk menuangkannya
menjadi buku. Namun percayakah bahwa sesibuk apapun, ide dan gagasan
yang berharga tersebut tetap bisa jadi buku?
- Mau menguasai teknik-teknik termudah dalam menulis buku?
Temukan jawabannya dalam workshop
CARA GAMPANG MENULIS ARTIKEL dan BUKU BEST SELLER Batch VII
Sebuah kolaborasi pelatihan yang dahsyat, di mana Andrias Harefa
(penulis lebih dari 30 buku best-seller) dan Edy Zaqeus (penulis
buku Resep Cespleng Menulis Buku Best-Seller) akan membedah apa saja
rahasia di balik penulisan buku nonfiksi best-seller. Mereka akan
membongkar semua hambatan menulis buku dan menunjukkan betapa setiap
orang mampu menulis buku. Hebatnya lagi, kita semua berpotensi
menghasilkan buku best-seller. Pelatihan ini akan membuktikannya!
Workshop dua hari ini dirancang untuk menuntun Anda langkah demi
langkah, dalam mewujudkan hasrat Anda menulis naskah buku secara
instan, berikut menjadikannya sebagai naskah best-seller yang diburu
penerbit.
BENEFIT mengikuti workshop ini, Anda akan:
* Membongkar semua hambatan menulis buku
* Sharing langsung dari wakil penerbit terkemuka tentang buku best-
seller
* Menguasai teknik mengendus tema-tema best-seller
* Menguasai teknik menggali ide tulisan nonfiksi
* Menguasai teknik menulis cepat
* Menguasai teknik membuat outline buku
* Menguasai teknik menulis artikel pendek
* Menguasai teknik menulis fast book
* Menguasai teknik menulis buku wawancara
* Menguasai cara menyusun naskah buku best-seller
* Menguasai teknik dasar penyuntingan buku
* Menguasai cara-cara menembus penerbit mapan
WAKTU & TEMPAT WORKSHOP:
Rabu-Kamis, Tgl 17-18 Desember 2008
Pukul 09.00-17.00 wib
Hotel IBIS Slipi / Hotel Menara Peninsula Jakarta Barat
TARGET PESERTA:
Profesional, dosen, penulis, konsultan, trainer, PR Manager, LSM,
dan peminat buku.
FASILITAS WORKSHOP:
Tempat pelatihan di hotel berbintang, modul, lunch, 2x coffee break,
dan sertifikat.
INVESTASI:
Umum: Rp 2.500.000,-/peserta
Dosen/Guru/Mahasiswa: Rp1.500.000, -/peserta [dengan menyerahkan
bukti/tanda pengenal]
BONUS:
DISKON:
Cukup membayar Rp. 2.000.000,- jika lunas sebelum tanggal 10
Desember 2008 [khusus untuk peserta umum]
GRATIS:
1. Buku Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller Edisi Revisi
(Fivestar, 2008) karya Edy Zaqeus. [termasuk dalam Daftar Buku Laris
Jawa Pos 13 Jan 2008].
2. Konsultasi selama workshop
3. Komunitas alumni yang supportif
DAFTARKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!! Investasi workshop tahun 2009
akan naik menjadi Rp 3.000.000,-
ALUMNI YANG SUDAH MENERBITKAN BUKU
- Rahasia Mendapatkan Nilai 100 (oleh: Hindra Gunawan)
- Kutu Lontar: Sukses Menggapai Puncak Karier dengan Menjadi Kutu
Lontar (Oleh: Afra Mayriani)
- Lima Jurus Jitu Melejitkan Karir (oleh: Ellies Sutrisna)
- Kumpulan Cerpen: Perempuan Bergaun Putih (oleh: Sawali Tuhusetya)
- The Light of Wisdom (oleh: Tigor Siahaan)
TESTIMONI PESERTA
Saya bisa menulis fast book yang sudah lama saya cita-citakan. Buku
tersebut akan saya gunakan ketika melakukan training ke daerah-
daerah, bahan bagi para orang tua memahami lebih dalam materi yang
diikuti mereka.
-- Nana Prasetyo, Alumni Batch V, Pengelola SATU Consulting
Sangat bermanfaat untuk mendobrak "mental block" ketika menulis
secara populer yang bukan merupakan kegiatan saya sehari-hari
sebagai akademisi.
-- Elizabeth Goenawan Ananto, Alumni Batch V, Ketua Program MM
Komunikasi Trisakti
Hati-hati. Workshop ini berbahaya karena membuat Anda menulis
seperti berbicara.
-- Gobind Vashdev, Alumni Batch V
Workshop ini membuat saya `terpaksa' menulis dan jadi mengerti
teknik paling ampuh menulis. Cara pengajaran yang lugas dan menarik
serta to the point membuat kemasan workshop ini sempurna.
-- Ely Susanti, Alumni Batch IV, Direktur Outstanding
Berbagai latihan dalam workshop ini memberikan motivasi kepada
mereka yang ingin berkarya di bidang tulis-menulis, khususnya
menulis buku. Workshop ini juga memungkinkan bergabung dalam
komunitas yang sangat supportif.
--Ruddy Koesnadi, Alumni Batch IV, Dosen Universitas Indonesia
Tidak ada yang tidak mungkin bagi mereka yang berani mencobanya.
Menulis? Tidak susah tuch ... tentu saja bagi mereka yang berani
mencobanya. Workshop ini membuktikannya.
-- Tanenji, Alumni Batch IV, Dosen UIN Syarif Hidayatullah
"Pesertanya asyik, trainernya TOP, pokoknya inspiring abish!!
Workshop ini bisa ngerubah mindset kita kalo nulis itu mudah &
yang paling penting `menggerakkan' kita!
-- Indria Hapsari, Alumni Batch IV, Business Manager SITC
Teknik menulis cepat dalam workshop yang telah saya terapkan membuat
proses penulisan buku saya berlangsung lebih cepat dan mudah
sehingga saya berani memberikan deadline kepada penerbit.
-- Rommy Kristofel, Alumni Batch IV, Guru BPK Penabur
TERIMA KASIH KEPADA PESERTA ALUMNI BATCH VI , 24-25 OKTOBER 2008
1. Rumondang Siregar - PSKD
2. Ario Triwibowo - Mahasiswa
3. Awan Santosa - Deo Touch Inc
4. Bangkit Andar Wirawan - Sucofindo
5. Chris Wijaya - Mega Options Investama
6. E lla Melany - Hanafiah Ponggawa & Partners
7. Ermalen Dewita, S.Si - Yayasan Cerdas Merdeka
8. Ery Prasetyawan - Ericsson Indonesia
9. Fransiskus Xaverius Husni - Jaya Ancol
10. Grace A. Lumenta - RS. Mediros
11. Hoesing Prajogo - Pertiwi Agung
12. Ignatius Irwan - PQM Consultans
13. Jufran Helmi - Kalrez Petroleum
14. Mahyuddin Ramli - Bank Kesejahteraan Ekonomi
15. Nico Agustino - Mega Options Investama
16. Rachmat Sutarnas Marpaung - VICO Indonesia
17. Romodon Bekti - Hanafiah Ponggawa & Partners
18. Sentot Baskoro - Catur Elang Perkasa
19. Sugeng Widodo - AJB. Bumiputera
20. Yustinus Eka Hani Santos - Alfa Omega Trainer Center
21. Harsono - Toyota
22. Sari Esayanti - Freeport Indonesia
PENDAFTARAN
Pembelajar Writing School
PT Mitra Pembelajar
Pulokambing II No. 9, Kawasan Industri Pulogadung - Jakarta 13920
INA di 021-3260 3383; 021-930 78 100 atau 0815 902 6423
HENDRI di 0815 8963 889
Pembayaran ditransfer ke Rekening: Bank Permata Cabang D'Best Kelapa
Gading AC. 070.122.5163 a/n PT Mitra Pembelajar.
MENTOR/FASILITATOR:
Andrias Harefa: Penulis 30 Buku Laris, Pembelajar Mindset
Transformation, Certified Trainer and Therapist, dan Pendiri
Pembelajar.com, Penulis Buku Agar Menulis/Mengarang Bisa Gampang dan
Mengukir Kata dan Menata Kalimat.
Edy Zaqeus: Trainer, Konsultan Penulisan & Penerbitan, Editor
Pembelajar.com, Penulis Buku-Buku Bestseller, dan Penulis Buku Resep
Cespleng Menulis Buku Bestseller (Cet. Ke-3/Edisi Revisi, Fivestar,
2008).
Her Suharyanto: Trainer, Konsultan Penulisan dan Penerbitan, Editor
Ekonomi, dan Kolumnis Pembelajar.com.
* Mengingat padatnya aktivitas berlatih menulis dalam workshop ini,
maka setiap peserta sangat dianjurkan untuk membawa laptop.
FORMULIR PENDAFTARAN
Silakan isi form pendaftaran di bawah ini, dan kirim kembali ke
sefrina.damarjati@gmail.com atau Fax. 021-4683 4874
[Sebelumnya: hapus teks yang tidak relevan sehingga pendaftaran ini
berada di bagian atas email balasan Anda]
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Telp. :
Fax :
Contact Person : No
HP :
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
Nama Peserta :
Jabatan :
HP : E-mail :
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
Nama Peserta :
Jabatan :
HP : E-mail :
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
Nama Peserta :
Jabatan :
HP : E-mail :
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
--------------------- --------- --------- --------- --------- -
- 4.
-
[tulisanku]Re:Era Globalisasi
Posted by: "Putri Agus Sofyan" iastrito126ps@yahoo.co.id
Wed Nov 19, 2008 1:37 am (PST)
ERA GLOBALISASI
(iastrito)
Dalam salah satu tulisan mass media terbitan hari ini, Rabu 19/11/2008, tertulis bahwa saat ini krisis ekonomi tetap memburuk... hal ini dikarenakan fundamen ekonomi yang sangat rapuh...
Aku membayangkan..ekonomi saja bisa krisis yang disebabkan oleh rapuhnya fundamen ekonomi.... bagaimana dengan keimanan kita bila fundamen keimanan kita tidak kuat... apa yang terjadi selanjutnya pada diri kita sendiri sebagai tanggung jawab kita kepada Sang Pencipta.
Kita semua menyadari...bahwa saat ini kita sudah memasuki zaman globalisasi...semua informasi dapat kita peroleh melalui media informasi seperti internet..banyak informasi yang didapat dan dijadikan contoh bagi perilaku zaman sekarang .... bebas bertindak dan melupakan nilai luhur adat ketimuran.
Ada satu peristiwa yang membuat badanku menjadi lemas karena aku darahku sempat naik hingga kepalaku jadi pusing... Suatu sore di resto seputar Jakarta Timur tepatnya di daerah Kalimalang...anakku meminta padaku untuk dibelikan makanan fast food kesukaannya.. saat aku mamarkirkan mobilku tepat di depan resto tersebut, aku melihat tiga pasang anak muda-mudi dengan berpakaian seragam putih-putih dan pada saku kemejanya terlihat lambang/logo yang tidak asing lagi karena logo tersebut menempel di saku kemeja sekolah yang dapat dibeli di toko seragam sekolah mana saja. Aku memperkirakan kalau ketiga pasang muda mudi tersebut anak-anak sekolah, kelas 2 SMA.
Aku tegang melihat tingkah polah mereka, Mereka berpasangan dan duduk dalam satu meja yang dijadikan satu dengan kursi enam buah. Pemandangan yang aku lihat, membuat darah yang mengalir dalam tubuhku terasa begitu cepat dan badanku terasa gemetar...bagaimana tidak...aku memiliki anak gadis dan perjaka seusia mereka...aku tidak dapat membayangkan kalau orang tua ketiga pasang muda-mudi tersebut melihat kelakuan mereka...mungkin orang tua mereka akan sama perasaannya dengan apa yang aku rasakan...yaitu...MARAH.... karena ketiga pasang muda mudi tersebut telah melakukan hal yang tidak pantas dilakukan didepan umum...Mereka berani bercumbu (maaf: berciuman bibir dengan bibir) di depan umum, berpeluk-pelukan, merokok sambil bertawa gembira...bebas merdeka dengan apa yang mereka lakukan.....dan orang-orang disekeliling mereka... acuh terhadap perbuatan mereka....bahkan pelayan restopun tidak menggubrisnya....
Jam menunjukkan pukul 5.30 sore..., aku segera menelpon anak-anakku.... dan alhamdulilah..anak-anakku sudah berada di rumah semua.... Begitu tegangnya aku melihat tingkah polah mereka, membuat kepalaku pusing dan badanku lemas karena menahan amarah yang cukup dalam.
Inilah metropolitan...inilah fakta bahwa globalisasi sudah masuk dalam alam pikiran para remaja... Anak berbuat sekehendak hatinya dalam lingkungan pergaulan mereka, sedangkan para orang tua sibuk dengan kesibukan masing-masing yang selalu berlindung pada sibuk mencari nafkah untuk kesejahteraan keluarga. Sementara akhlak sebagai fundamental keimanan, telah diabaikan..... adat ketimuran....di anggap kuno pada zaman sekarang. Nauzubilah min zalik....
Bisa dibayangkan... Bagaimana kita sebagai orang tua akan mempertanggungjawabkan amanah yang berikan Allah kepada kita sementara kita sibuk dengan duniawi semata,perhatian kepada anak terabaikan, tidak ada lagi komunikasi antara orang tua dengan anak-anaknya.
Zaman boleh berubah dan memang berubah karena kehidupan ini adalah perputaran yang tiada henti...banyak perubahan-perubahan yang terjadi selama kita hidup dunia ini....hanya saja aku tidak dapat membayangkan.... betapa tidak berartinya hidup kita, sebagai orang tua yang dititipkan amanah dari Allah, bila kita tidak dapat menjaga,mendidik,membimbing dengan baik amanah tersebut...yaitu ANAK...
Zaman akan selalu berubah-ubah tapi tonggak keimanan harus tetap teguh yaitu beriman kepada Allah dengan cara menjalani segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya......
Jadikan anak sebagai teman karena dengan demikian kita dapat melindungi dan menjaga mereka dari hal-hal negatif yang berasal dari luar lingkungan keluarga......Ajaklah anak berkomunikasi setiap waktu sekalipun kita disibukkan dengan berbagai hal.....
Bukankah dunia ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan akhirat nanti.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Medio/rabu19112008
--------------------- --------- ---
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
- 5a.
-
(CERPEN) Rekreasi Cinta
Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com arrizki_abidin
Wed Nov 19, 2008 1:40 am (PST)
"REKREASI CINTA"
5 Tahun Sebelumnya.
Ragunan. Halte pertama yang aku singgahi untuk berlalu sejenak dari lelahnya pikiran karena terus tertekan dari waktu yang terbengkalai oleh satu harapan. Harapan tentang masa depan, tentang lanjutan pendidikan yang akan aku tempuh. Esok adalah kepastian dari segala usaha yang telah aku jejaki setelah lulus SMU. Menunggu hasil dari ujian SPMB tidak pelak lagi telah memakan sebagian masaku yang terkerangkeng oleh kungkungan takut akan kegagalan. Dan malam ini, hendaknya kulepas kepenatan yang terangkai spontan menggelayuti sel-sel syaraf otak.
Berkeliling dari satu halte busway ke halte busway yang lain sekiranya cukup menjadikan penyegaran alam pikiranku. Melihat dan memandangi lalu lintas jalan serta lalu lalang kaki manusia pastinya akan menggilas waktu percumaku yang terpakai untuk menunggu dalam lamunan mimpi tak beralaskan kepastian.
"Satu, mba." pintaku pada si penjual tiket.
Tiket seharga Rp 3.500,- adalah bekal rekreasiku dalam sebuah bus hingga nanti kembali lagi ke halte awal tempat segala perjalanan malam ini akan berakhir. Jarum jam yang tak pernah letih berputar kini menunjukan pukul 19.30 WIB. Sobekan tiket kubuang kedalam tong sampah sebelum kaki bersandal jepit ini melangkah masuk menghuni sebuah kendaraan besar beroda empat. Kuarungi lorong singkat sekedar mencari tempat duduk di tepi bagian belakang. Setelahnya, aku melihat beberapa orang ikut masuk tanpa ada niat menemaniku. Acak. Mereka duduk di masing-masing bagian yang tidak terskenario sebelumnya. Tepi depan dan belakang serta kursi bagian belakang yang menghadap ke seluruh penjuru kursi di bus terwakili oleh manusia-manusia yang entah hendak kemana dan mencari apa. Tidak penuh memang, karena sisa dari kursi-kursi tersebut diperuntukan bagi para penumpang di halte-halte berikutnya. Tak lama, perjalanan dimulai. Bus mengitari putaran sebuah taman kering tak
terurus. Perlahan bus meninggalkan Terminal Ragunan. Pemberhentian selanjutnya segera menunggu.
Halte Departemen Pertanian (Deptan) malam ini dihinggapi sebagian besar oleh para penumpang yang berpakaian sama, hitam-hitam. Setelah sang supir menghentikan kuda mesinnya, mereka berhamburan masuk ke dalam berbarengan dengan penumpang lain yang berbeda pakaian. SECURITY TRAINING FOR PROTECTION. Begitulah yang tertulis dibagian dada dari baju mereka. Ternyata, mereka yang memakai pakaian yang sama merupakan para pelaku calon penjaga keamanan bagi sebuah perusahaan besar. Sepertinya mereka baru saja melakukan outbond ringan dilokasi tepat dihadapan Kantor Departemen Pertanian. Tak ayal, hari ini semua kursi langsung terisi penuh di halte Deptan. Bahkan harus ada orang yang berdiri. Biasanya kursi akan terisi sesuai jatah jika sudah melewati beberapa halte.
Tak tega melihat seorang ibu tua berdiri dengan menjinjing tas besarnya, aku pun mempersilakannnya duduk ditempatku. Dan ketika aku berdiri, anugerah Tuhan turun padaku. Benar kata orang, siapa yang tanam, dialah yang memetik hasilnya. Tak rugi berbuat baik dengan memberikan singgahsanaku pada ibu tua itu. Kini, disebelahku, berdiri seorang penghenti waktu sejenak. Seseorang yang akan membuatku terlupa sebentar akan segala pusing dikepala. Aku tidak menoleh kepadanya secara langsung. Tapi kaca bus dihadapanku sudah cukup menyajikan keanggunan seorang gadis muda berambut hitam panjang terurai. Biasnya memancarkan remang gambar secara keseluruhan gadis itu. Kuduga sementara dengan melihat perawakannya, ia seusia denganku. Memakai kemeja yang tertutupi dengan sweater biru muda. Tas kecil ia jinjing dipundaknya. Celana jeans ketat ciri khas gadis modern membalut kakinya yang panjang. Tingginya mungkin sekitar 172 cm, lebih rendah tiga centimeter dariku.
Rapih dan bersih. Itulah kesan yang dikeluarkan dari sosok anggun tersebut. Tak pelak, aku yang berpakaian layaknya seorang preman kota, hanya bisa memandanginya sembari muncul rasa tidak percaya diri yang teramat dalam.
Melewati halte Jatipadang, penumpang terus bertambah. Belum sampai tahap desak-desakan. Aku terus mencuri pandang melalui kaca bus. Raut wajah sang gadis tidak berubah. Sambil mendengarkan lagu-lagu dari earphone-nya, ia terus menggerak-gerakan jempolnya pada tangan yang mengepal erat memegang pegangan bagi penumpang yang berdiri. Jelas sekali ia tidak sadar sedang kuperhatikan. Ingin menyapanya langsung tapi tak kutemukan alasan yang tepat untuk membuka suatu obrolan. Sempat membuncah sesekali rasa didada untuk bisa mengelus wajah mulusnya, tapi itu hanya akan semakin membuat jantungku berdetak semakin cepat. Harus bisa dikontrol saat-saat seperti ini.
Halte-halte terlewati satu persatu hingga terhentilah dihalte Duren Tiga. Ada perubahan pada si gadis cantik. Tampak wajahnya tidak berpaling dari pandangannya kearah kanan. Aku dikirinya, tetap memperhatikannya melalui pantulan bayangan kaca. Sudah terlalu lama untuk tidak memutar kepalanya kearah yang sebaliknya.
"Apa dia tahu sekarang?" tanyaku pada si hati kecil, "aku ketahuan."
Bus pun bergerak kembali. Dan .dag-dig-dug-dag-dig- dug ..jantungku berdetak cepat. Pandanganku pada kaca tak beralih sedikitpun. Seperti ada yang merasukiku untuk tidak memalingkan pandangan sejenak. Matanya, matanya melirik kearah kaca bus, sejajar dengan arah pandanganku, tapi kepalanya hanya berputar tidak sampai 45 derajat. Tajam. Sebagian penglihatannya ditutupi oleh rambut hitam terurainya. Tak lama, kemudian ia palingkan lagi lirikannya kearah sebelumnya. Rasa kakuku pun hilang, lenyap seketika. Sungguh perasaan yang luar biasa. Hilanglah sudah penat tentang hasil ujian SPMB.
Didalam perjalanan menuju halte berikutnya, kejadian indah pun terjadi. Sang supir bus menginjak rem tiba-tiba. Cukup dalam ia menginjaknya karena ada lelaki setengah baya yang hendak menyeberang. Terhentilah sebentar. Lelaki setengah baya itu terkejut bukan main. Terkejut karena klakson bus yang begitu memekakan telinga. Untuk beberapa detik lamanya ia masih berada ditengah jalur busway. Beberapa penumpang bergerak maju untuk melihat situasi dan kondisi, hingga kesadaran si penyeberang kembali sudah. Ia melintas melewati pembatas.
Tapi bukan disitu cerita indahnya. Cerita yang teramat membuatku tersenyum lebar berada ditengah-tengah kejadian saat sang supir menginjak rem.
"Maaf, mas." ucap seorang penumpang padaku.
Sebelumnya ia berposisi beradu punggung denganku. Rupanya penumpang yang berperawakan PENDEKAR (Pendek Kekar) itu terhimpit dengan penumpang lainnya yang sebagian bergerak mengikuti gaya tarik dari hentian bus yang tiba-tiba dengan gerakan penumpang lainnya yang mencoba menahan gaya tarik tersebut dengan melawan kearah kebalikannya. Si pendekar pun terpaksa melepaskan himpitannya dengan berjalan mundur yang akhirnya menabrakku. Layaknya difilm-film, adegan tersebut terbayang dikepalaku selayaknya adegan yang diperlambat. Tubuhku pun terdorong menuju kaca didepanku. Beruntung kedua tanganku berhasil menahannya. Kepalaku tetap tegak menghadap kaca. Sang gadis cantik, entah secara sadar atau tidak, sembari mengikuti gaya tarik, tangan kirinya mencoba meraih tubuhku yang terdorong. Aku sama sekali tidak ditariknya, tapi genggaman jarinya memberikan remukan kecil pada jaket blue jeans-ku. Kami pun berpandang-pandangan melalui kaca, melihat bayangan satu sama
lain.
Jika difilm-film figurannya yang kaku tak bergerak sedang pemeran utamanya tetap bergerak perlahan, maka adegan kami sebaliknya. Saat semua penumpang tadi berusaha bergerak maju untuk melihat kejadian yang terjadi, kami berdua tetap pada posisi yang sama, dengan mimik yang sama, dan mungkin dengan perasaan yang sama.
Setelah keadaan kembali normal, kami pun kembali ke posisi awal. Begitu juga dengan penumpang yang lain. Beberapa orang sempat menggerutu karena kejadian tadi.
"Parah! Untung tidak tertabrak." seru salah seorang penumpang.
Penumpang lain menimpalinya dengan senyuman-senyuman yang menganggap aneh si penyeberang tadi. Bagi penumpang yang tidak sempat melihat kejadian sebenarnya, mereka hanya ikut tertawa, sebagian lagi menanyakan peristiwa yang baru saja berlalu. Sedang aku dan sang gadis cantik, menatap malu-malu pada sebingkai kaca besar. Rasa kaku yang kudapatkan sebelumnya, mulai cair seiring cairnya senyuman dari wajah sang gadis cantik. Dan perjalanan pun berlanjut.
Kini busway sedang melewati daerah Kuningan, tepatnya melewati plaza 89, dimana salah satu kantor akuntan publik yang terbesar berada, PriceWaterHouseCoopers. Penumpang semakin bertambah. Begitu pula desakan didalam bus. Penumpang yang naik dan turun tidak berbanding seimbang. Aku dan sang gadis cantik tetap memilih berdiri, memberikan kesempatan bagi yang lain untuk duduk.
Tak terasa ternyata air hujan menitik. Setetes-setetes, kemudian menjadi hujan kecil, hingga akhirnya hujan tidak terlalu besarpun membasahi lalu lintas, gedung-gedung di daerah Kuningan, tukang-tukang jualan, dan tak terkecuali hatiku. Berkali-kali kini tidak aku saja yang mencoba mencuri pandang, tapi sang gadis cantik pun tampak melakukan hal yang sama. Sesekali kucoba membuang pandanganku karena malu ketika ia melihatku. Ia tersenyum. Kuakui ia lebih percaya diri dalam menatap bayangan lawannya. Lirikan bergantian. Setelah kurasakan aman dari curian lirikannya, aku kembali meliriknya. Tetesan air hujan pada kaca bus yang turun perlahan membuat wajahnya sedikit bergoyang dan bengkak sana-sini. Tapi tetap menawan dan mempesona.
Pergantian lirikan ini diwarnai tingkah laku penumpang yang beragam. Ada yang sedang membaca buku, ada yang sedang berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris melalui telepon genggam, ada yang sedang tertidur pulas karena dingin, ada yang bergantian mempersilakan penumpang yang berdiri untuk duduk, ada yang melamun, bahkan ada yang sedang menatap sang gadis cantik. Siapa yang tidak terpesona dengan kecantikan dan keanggunan sang gadis cantik. Jangankan lelaki, para wanita pun akan meliriknya, baik karena rasa kagum ataupun rasa iri. Muda tapi terlihat dewasa.
Tak terasa, embun tercipta. Kaca semakin putih dan pandangan ku mulai terganggu. Pesona surga dunia itu tertutup sudah. Aku mulai linglung, tidak tahu harus bagaimana. Dipandang langsung saja atau bagaimana. Halte Latuharhary sudah tinggal seratus meter lagi. Semakin dekat dengan pemberhentian halte terakhir, tapi sang gadis cantik tidak memperlihatkan respon bahwa ia akan turun di halte tersebut. Perkiraanku paling jelek saat itu adalah ia akan turun di halte Dukuh Atas karena mulai dari halte tersebut bus akan melewati halte-halte yang sama ketika mulai berangkat dari Halte Ragunan, hanya saja dari urutan yang sebaliknya.
Aku harus mengenalnya.Aku harus tahu namanya. Aku harus tahu dimana ia tinggal. Aku harus memulai obrolan dengannya atau semua akan berakhir tanpa hasil disertai rasa penasaran. Penasaran adalah hal yang paling menjengkelkan dalam hidup ini.
Halte Halimun sudah mulai terlihat. "Jangan turun disini! Kumohon." pintaku dalam hati, "beri hamba kesempatan di satu halte terakhir ya Tuhan."
Bus pun terhenti di halte Halimun. Jantung ku kembali berdetak cepat. Penumpang sebagian besar mulai turun dihalte tersebut. Sang gadis cantik pun bergerak. Tak tahan dengan rasa takut kehilangan, aku beranikan diri menolehkan wajahku padanya.
"Terima kasih, Tuhan." ucapku dalam hati. Ia hanya mengisi kursi dibelakangnya. Berarti ia akan turun di halte Dukuh Atas. Tapi bagaimana menyapanya? Ia duduk sedang aku tetap berdiri karena tak tega melihat wanita-wanita berdiri. Otakku terus kuputar. Pasti ada suatu alasan bagiku untuk menyapanya. Cari dan kucari terus. Tetap tak kutemukan. Sempat kupejamkan mata ini dan berpikir lebih keras. Dahi mulai kukerutkan semakin jadi. Tetap tak ada hasilnya.
Akhirnya satu tarikan napas kubuat. Kuputuskan untuk mengikutinya ketika ia turun dihalte Dukuh Atas, lalu nekad menyapanya sembari berjalan dijembatan busway. Hanya ini yang terpikirkan olehku.
"Bantu aku, Tuhan." pintaku lagi dihati terkecilku.
Halte Dukuh Atas akan menjadi saksi hasil karya keberanian ku kali ini. Dan halte itu semakin lama, semakin nyata. Hanya hitungan detik sudah akan sampai. Roda bus terus berputar menghantarkan kuda mesin ini berjalan sampai ketempatnya. Cahaya terang dari halte mulai merasuk ke pupil mataku. Resah semakin kurasa. Sempat pula memaki diri sendiri karena terlalu pengecut. Terlalu takut pada hal yang dibuat-buat sendiri. Bus pun perlahan terhenti dan kemudian terhenti total. Kembali adegan yang diperlambat terbayang dikepalaku. Pintu bus terbuka. Semua penumpang, termasuk mereka yang berseragam hitam-hitam, turun bergantian diawasi kenek bus yang tampilannya sangat berbeda dengan kenek-kenek bus kota lainnya. Penumpang dari luar bergantian naik. Aku pun memandangi kembali kaca yang telah hilang embunnya.
Dan
"Aa " tak sengaja terucap pelan dibibirku.
Ajaib. Keajaiban telah datang. Sang gadis cantik tak beranjak dari kursinya. Dia tidak turun. Kenapa? Ada apa ini? Perasaanku kembali membuncah. Pikiranku menerawang girang.
"Apa ia sengaja tidak turun karena berpikiran hal yang sama denganku? Sekedar jalan-jalan saja, berkeliling dengan menggunakan busway" tanyaku tak bersuara.
Bus kembali terisi penuh oleh penumpang Dukuh Atas. Kembali berputar roda bus dan berjalanlah kendaraan besar tersebut. Betapa girangnya aku. Tuhan masih memberikan aku kesempatan. Dimana pun ia turun sekarang sudah tidak terbaca lagi. Ragunankah? Tapi tadi dia naik dari Depatemen Pertanian. Paling tidak disanalah ia pasti turun.
Perjalanan berlalu. Aku terus memandanginya melalui kaca. Ia duduk dengan manis. Masih dengan earphone-nya. Bergantian saling lirik pun terulang kembali. Déjà vu. Halte demi halte terlewati. Kuningan kembali menjadi saksi kami saling berpandangan. Dia memandangiku. Aku sekedar mencuri pandang karena masih seperti diawal, malu tanpa alasan.
"Seberapa bahayanya jika kau beranikan diri untuk sekedar menyapanya, hah?" tanya hatiku memberi motivasi.
Kini Halte Gor Sumantri menjadi tujuan berikutnya. Tempat yang terkenal dengan sebutan Pasar Festival itu tinggal beberapa meter saja. Dan aku terkaget. Diluar dugaanku. Diawal tadi Kuningan bukanlah tempat yang ia tuju. Ia tidak turun disana. Benar-benar diluar perkiraanku. Sang gadis cantik berdiri dari tempat duduknya. Sepertinya bukan untuk mempersilakan penumpang lain untuk duduk. Dia melangkah keluar. Aku masih terdiam. Hilanglah sudah semua jika ia keluar. Dan benar sekali, ia turun di halte tersebut sesaat setelah pintu busway terbuka. Aku hanya bisa melihatnya berlalu. Bus kembali berjalan. Aku masih memandangnya dari kejauhan. Memandang ia berjalan menuruni jembatan busway.
"Sadarlah!" teriak hatiku. Lalu aku tersentak. Dipemberhentian halte berikutnya, Halte Departemen Kesehatan (Depkes), aku turun. Aku bergerak cepat, menyempil disela-sela penumpang yang bergantian keluar masuk. Aku melihat dipintu seberang, ternyata bus yang berlawanan belum lewat. Tak kuasa menunggu, kemudian aku berlari. Berlari dan terus berlari. Berlari menuruni anak tangga jembatan Busway. Tak ada ojek disana. Berlarilah lagi. Jaraknya dari Pasar Festival lumayan jauh. Mudah-mudahan masih sempat menemuinya.
Aku terengah-engah. Napasku sesak. Tepat didepan Pasar Festival aku mencoba berhenti sejenak dari lariku untuk menghirup udara. Hentiku tak lama. Kemudian aku berlari kecil menuruni anak tangga. Berlari kecil, kemudian berjalan, berlari kecil, kemudian berjalan lagi. Aku mengecek semua tempat makan yang ada dilantai dasar bangunan. Ia tak ada. Lalu aku naik ke lantai dua dengan kembali berlari kecil, menaiki anak tangga bangunan. Aku berjalan cepat didalam bangunan itu. Kepalaku berputar-putar. Pandanganku sangat awas sekali. Semua tempat kudatangi satu persatu, baik yang diluar maupun yang didalam, tetapi tetap tak kutemukan. Napasku benar-benar sudah habis. Kuputuskan untuk menyerah saja.
Ketika berada dilapangan parkir kucoba melihat sekeliling lagi. Rasa penasaran masih menggelayutiku.Terlihatlah kemudian olehku tempat yang seperti perpustakaan yang menjual buku-buku murah. Ternyata tempat itu belum aku cek sama sekali. Hanya sebatas lewat saja. Aku kembali tersenyum. Semangatku kembali menyala. Dan ketika aku sampai didalamnya, ia tetap tak ada. Habis sudah harapanku. Jodohku dengannya ternyata hanya sampai sebatas pada sebuah kaca busway. Lebih baik pulang dan beristirahat. Tak terpikirkan sama sekali olehku pengumuman SPMB esok hari. Sang gadis cantik masih terngiang dikepalaku.
1 Hari Kemudian, Masih Di Tahun Yang Sama.
Hari ini hari sabtu. Aku harus keluar mencari koran nasional untuk melihat hasil pengumuman SPMB. Pagi-pagi sekali aku sudah keluar. Ternyata di si penjual sudah habis. Sepertinya banyak juga manusia yang menunggu hasil SPMB atau mereka memang berniat membaca kabar hari kemarin pada koran pagi ini. Kuputuskan untuk naik busway. Aku hendak mencari koran di daerah Duren Tiga saja sembari mampir ketempat kosan temanku. Hari ini ia berjanji untuk mengajariku membuat Desain Web sederhana. Akan kubangunkan ia pagi-pagi begini.
Busway melaju dari Halte Ragunan menuju Halte Deptan. Saat singgah di Halte Deptan, sang gadis cantik berjalan memasukinya. Ia duduk dikursi dekat pintu. Kali ini ia memakai pakaian santai namun tetap menawan. Keadaan setengah mengantuk ku berubah menjadi rasa segar yang amat sangat. Tak mau membuang peluang lagi, dengan berpakaian kaos oblong, celana pendek, serta sendal jepit, aku menghampirinya. Entah kenapa kali ini aku spontan saja menyapanya. Kenapa rasa percaya diri ini tidak tumbuh semalam?
"Hai, kamu yang kemarin turun di Pasar Festival 'kan?" tanyaku padanya.
"Ya." jawabnya singkat.
"Aneh, kenapa tidak turun diawal saja saat melewatinya?" lanjutku lagi.
"Kenapa kamu tidak menyapaku dari kemarin saja?" balasnya.
Aku terkejut dengan pertanyaannya. Wajahku menjadi pucat sedikit. "Maksudnya?" balasku lagi sembari berpura-pura polos.
"Saya tidak langsung turun di Pasar Festival karena saya menunggu kamu menyapa saya." jawabnya sembari tersenyum manis. Sangat manis sekali.
Aku pun ikut tersernyum. Ternyata hal tersebutlah yang dipikirkannya selama berada cukup lama bersamaku didalam busway. Obrolan kami pun menjadi lancar. Aku bercerita apa yang kukerjakan setelah mengetahui ia turun di Pasar Festival. Sang gadis cantik tertawa-tawa, begitu juga aku. Bersemangat sekali aku bercerita. Ternyata, ia menghampiri toko buku murah itu semalam untuk mengambil buku pesanannya. Pantas tidak bertemu denganku. Selagi aku asyik berlari menuju Pasar Festival dan berlalu-lalang mencarinya kesana-kemari, ia sudah beranjak pergi dari toko buku murah tersebut.
Ah, pagi ini ternyata tidak hanya cerah, tapi juga indah dan mempesona. Takdir memang tidak pernah tertukar. Ia memang rejekiku untuk berkenalan.
Saat Ini.
Indah sekali mengenang masa lalu. Mirna, sang gadis cantik, kini semakin menarik setelah melahirkan anak pertamanya setahun lalu. Putri kesayangan kami berdua ini sungguh lucu. Ia tersenyum dengan kedua lesung pipinya saat aku memonyongkan bibirku. Aku, Medino, adalah pria yang paling beruntung didunia saat ini. Begitupun Mirna. Kami hidup sebagai keluarga muda yang harmonis. Hal yang paling kami takutkan saat ini adalah ketika putri kami sedang menangis karena merasa dilupakan oleh kami berdua yang tentunya masih ingin berpacaran layaknya sebelum menikah.
"Apa dengan umur setahun bayi kita sudah mengerti arti dilupakan?" tanyaku pada Mirna.
Untuk menghentikan tangisannya, aku dan Mirna cukup memanggilnya saja :
KACA
Dan ia pun tersenyum kembali. Senyuman yang membuat kami bangga sebagai orangtuanya sekaligus menaruh harapan besar padanya kelak.
***TAMAT***
- 5b.
-
Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Wed Nov 19, 2008 2:09 am (PST)
duh, romantisnya.
mas rizki suka nulis pake flashback2 ya.
manis deh ceritanya, bikin hati saya jadi hangat dgn cinta sore
ini :)
thanks ya!
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Arrizki Abidincom
<arrizki_abidin@...> wrote:
>
>
>
> "REKREASI CINTA"
>
> 5 Tahun Sebelumnya.
> Ragunan. Halte pertama yang aku singgahi untuk berlalu sejenak
dari lelahnya pikiran karena terus tertekan dari waktu yang
terbengkalai oleh satu harapan. Harapan tentang masa depan, tentang
lanjutan pendidikan yang akan aku tempuh. Esok adalah kepastian dari
segala usaha yang telah aku jejaki setelah lulus SMU. Menunggu hasil
dari ujian SPMB tidak pelak lagi telah memakan sebagian masaku yang
terkerangkeng oleh kungkungan takut akan kegagalan. Dan malam ini,
hendaknya kulepas kepenatan yang terangkai spontan menggelayuti sel-
sel syaraf otak.
> Berkeliling dari satu halte busway ke halte busway yang lain
sekiranya cukup menjadikan penyegaran alam pikiranku. Melihat dan
memandangi lalu lintas jalan serta lalu lalang kaki manusia pastinya
akan menggilas waktu percumaku yang terpakai untuk menunggu dalam
lamunan mimpi tak beralaskan kepastian.
> "Satu, mba." pintaku pada si penjual tiket.
> Tiket seharga Rp 3.500,- adalah bekal rekreasiku dalam sebuah bus
hingga nanti kembali lagi ke halte awal tempat segala perjalanan
malam ini akan berakhir. Jarum jam yang tak pernah letih berputar
kini menunjukan pukul 19.30 WIB. Sobekan tiket kubuang kedalam tong
sampah sebelum kaki bersandal jepit ini melangkah masuk menghuni
sebuah kendaraan besar beroda empat. Kuarungi lorong singkat sekedar
mencari tempat duduk di tepi bagian belakang. Setelahnya, aku
melihat beberapa orang ikut masuk tanpa ada niat menemaniku. Acak.
Mereka duduk di masing-masing bagian yang tidak terskenario
sebelumnya. Tepi depan dan belakang serta kursi bagian belakang yang
menghadap ke seluruh penjuru kursi di bus terwakili oleh manusia-
manusia yang entah hendak kemana dan mencari apa. Tidak penuh
memang, karena sisa dari kursi-kursi tersebut diperuntukan bagi para
penumpang di halte-halte berikutnya. Tak lama, perjalanan dimulai.
Bus mengitari putaran sebuah taman kering tak
> terurus. Perlahan bus meninggalkan Terminal Ragunan.
Pemberhentian selanjutnya segera menunggu.
> Halte Departemen Pertanian (Deptan) malam ini dihinggapi sebagian
besar oleh para penumpang yang berpakaian sama, hitam-hitam. Setelah
sang supir menghentikan kuda mesinnya, mereka berhamburan masuk ke
dalam berbarengan dengan penumpang lain yang berbeda pakaian.
SECURITY TRAINING FOR PROTECTION. Begitulah yang tertulis dibagian
dada dari baju mereka. Ternyata, mereka yang memakai pakaian yang
sama merupakan para pelaku calon penjaga keamanan bagi sebuah
perusahaan besar. Sepertinya mereka baru saja melakukan outbond
ringan dilokasi tepat dihadapan Kantor Departemen Pertanian. Tak
ayal, hari ini semua kursi langsung terisi penuh di halte Deptan.
Bahkan harus ada orang yang berdiri. Biasanya kursi akan terisi
sesuai jatah jika sudah melewati beberapa halte.
> Tak tega melihat seorang ibu tua berdiri dengan menjinjing tas
besarnya, aku pun mempersilakannnya duduk ditempatku. Dan ketika aku
berdiri, anugerah Tuhan turun padaku. Benar kata orang, siapa yang
tanam, dialah yang memetik hasilnya. Tak rugi berbuat baik dengan
memberikan singgahsanaku pada ibu tua itu. Kini, disebelahku,
berdiri seorang penghenti waktu sejenak. Seseorang yang akan
membuatku terlupa sebentar akan segala pusing dikepala. Aku tidak
menoleh kepadanya secara langsung. Tapi kaca bus dihadapanku sudah
cukup menyajikan keanggunan seorang gadis muda berambut hitam
panjang terurai. Biasnya memancarkan remang gambar secara
keseluruhan gadis itu. Kuduga sementara dengan melihat perawakannya,
ia seusia denganku. Memakai kemeja yang tertutupi dengan sweater
biru muda. Tas kecil ia jinjing dipundaknya. Celana jeans ketat ciri
khas gadis modern membalut kakinya yang panjang. Tingginya mungkin
sekitar 172 cm, lebih rendah tiga centimeter dariku.
> Rapih dan bersih. Itulah kesan yang dikeluarkan dari sosok anggun
tersebut. Tak pelak, aku yang berpakaian layaknya seorang preman
kota, hanya bisa memandanginya sembari muncul rasa tidak percaya
diri yang teramat dalam.
> Melewati halte Jatipadang, penumpang terus bertambah. Belum sampai
tahap desak-desakan. Aku terus mencuri pandang melalui kaca bus.
Raut wajah sang gadis tidak berubah. Sambil mendengarkan lagu-lagu
dari earphone-nya, ia terus menggerak-gerakan jempolnya pada tangan
yang mengepal erat memegang pegangan bagi penumpang yang berdiri.
Jelas sekali ia tidak sadar sedang kuperhatikan. Ingin menyapanya
langsung tapi tak kutemukan alasan yang tepat untuk membuka suatu
obrolan. Sempat membuncah sesekali rasa didada untuk bisa mengelus
wajah mulusnya, tapi itu hanya akan semakin membuat jantungku
berdetak semakin cepat. Harus bisa dikontrol saat-saat seperti ini.
> Halte-halte terlewati satu persatu hingga terhentilah dihalte
Duren Tiga. Ada perubahan pada si gadis cantik. Tampak wajahnya
tidak berpaling dari pandangannya kearah kanan. Aku dikirinya, tetap
memperhatikannya melalui pantulan bayangan kaca. Sudah terlalu lama
untuk tidak memutar kepalanya kearah yang sebaliknya.
> "Apa dia tahu sekarang?" tanyaku pada si hati kecil, "aku
ketahuan."
> Bus pun bergerak kembali. Dan .dag-dig-dug-dag-dig- dug ..jantungku
berdetak cepat. Pandanganku pada kaca tak beralih sedikitpun.
Seperti ada yang merasukiku untuk tidak memalingkan pandangan
sejenak. Matanya, matanya melirik kearah kaca bus, sejajar dengan
arah pandanganku, tapi kepalanya hanya berputar tidak sampai 45
derajat. Tajam. Sebagian penglihatannya ditutupi oleh rambut hitam
terurainya. Tak lama, kemudian ia palingkan lagi lirikannya kearah
sebelumnya. Rasa kakuku pun hilang, lenyap seketika. Sungguh
perasaan yang luar biasa. Hilanglah sudah penat tentang hasil ujian
SPMB.
> Didalam perjalanan menuju halte berikutnya, kejadian indah pun
terjadi. Sang supir bus menginjak rem tiba-tiba. Cukup dalam ia
menginjaknya karena ada lelaki setengah baya yang hendak
menyeberang. Terhentilah sebentar. Lelaki setengah baya itu terkejut
bukan main. Terkejut karena klakson bus yang begitu memekakan
telinga. Untuk beberapa detik lamanya ia masih berada ditengah jalur
busway. Beberapa penumpang bergerak maju untuk melihat situasi dan
kondisi, hingga kesadaran si penyeberang kembali sudah. Ia melintas
melewati pembatas.
> Tapi bukan disitu cerita indahnya. Cerita yang teramat membuatku
tersenyum lebar berada ditengah-tengah kejadian saat sang supir
menginjak rem.
> "Maaf, mas." ucap seorang penumpang padaku.
> Sebelumnya ia berposisi beradu punggung denganku. Rupanya
penumpang yang berperawakan PENDEKAR (Pendek Kekar) itu terhimpit
dengan penumpang lainnya yang sebagian bergerak mengikuti gaya tarik
dari hentian bus yang tiba-tiba dengan gerakan penumpang lainnya
yang mencoba menahan gaya tarik tersebut dengan melawan kearah
kebalikannya. Si pendekar pun terpaksa melepaskan himpitannya dengan
berjalan mundur yang akhirnya menabrakku. Layaknya difilm-film,
adegan tersebut terbayang dikepalaku selayaknya adegan yang
diperlambat. Tubuhku pun terdorong menuju kaca didepanku. Beruntung
kedua tanganku berhasil menahannya. Kepalaku tetap tegak menghadap
kaca. Sang gadis cantik, entah secara sadar atau tidak, sembari
mengikuti gaya tarik, tangan kirinya mencoba meraih tubuhku yang
terdorong. Aku sama sekali tidak ditariknya, tapi genggaman jarinya
memberikan remukan kecil pada jaket blue jeans-ku. Kami pun
berpandang-pandangan melalui kaca, melihat bayangan satu sama
> lain.
> Jika difilm-film figurannya yang kaku tak bergerak sedang pemeran
utamanya tetap bergerak perlahan, maka adegan kami sebaliknya. Saat
semua penumpang tadi berusaha bergerak maju untuk melihat kejadian
yang terjadi, kami berdua tetap pada posisi yang sama, dengan mimik
yang sama, dan mungkin dengan perasaan yang sama.
> Setelah keadaan kembali normal, kami pun kembali ke posisi awal.
Begitu juga dengan penumpang yang lain. Beberapa orang sempat
menggerutu karena kejadian tadi.
> "Parah! Untung tidak tertabrak." seru salah seorang penumpang.
> Penumpang lain menimpalinya dengan senyuman-senyuman yang
menganggap aneh si penyeberang tadi. Bagi penumpang yang tidak
sempat melihat kejadian sebenarnya, mereka hanya ikut tertawa,
sebagian lagi menanyakan peristiwa yang baru saja berlalu. Sedang
aku dan sang gadis cantik, menatap malu-malu pada sebingkai kaca
besar. Rasa kaku yang kudapatkan sebelumnya, mulai cair seiring
cairnya senyuman dari wajah sang gadis cantik. Dan perjalanan pun
berlanjut.
> Kini busway sedang melewati daerah Kuningan, tepatnya melewati
plaza 89, dimana salah satu kantor akuntan publik yang terbesar
berada, PriceWaterHouseCoopers. Penumpang semakin bertambah. Begitu
pula desakan didalam bus. Penumpang yang naik dan turun tidak
berbanding seimbang. Aku dan sang gadis cantik tetap memilih
berdiri, memberikan kesempatan bagi yang lain untuk duduk.
> Tak terasa ternyata air hujan menitik. Setetes-setetes, kemudian
menjadi hujan kecil, hingga akhirnya hujan tidak terlalu besarpun
membasahi lalu lintas, gedung-gedung di daerah Kuningan, tukang-
tukang jualan, dan tak terkecuali hatiku. Berkali-kali kini tidak
aku saja yang mencoba mencuri pandang, tapi sang gadis cantik pun
tampak melakukan hal yang sama. Sesekali kucoba membuang pandanganku
karena malu ketika ia melihatku. Ia tersenyum. Kuakui ia lebih
percaya diri dalam menatap bayangan lawannya. Lirikan bergantian.
Setelah kurasakan aman dari curian lirikannya, aku kembali
meliriknya. Tetesan air hujan pada kaca bus yang turun perlahan
membuat wajahnya sedikit bergoyang dan bengkak sana-sini. Tapi tetap
menawan dan mempesona.
> Pergantian lirikan ini diwarnai tingkah laku penumpang yang
beragam. Ada yang sedang membaca buku, ada yang sedang berbicara
dengan menggunakan bahasa Inggris melalui telepon genggam, ada yang
sedang tertidur pulas karena dingin, ada yang bergantian
mempersilakan penumpang yang berdiri untuk duduk, ada yang melamun,
bahkan ada yang sedang menatap sang gadis cantik. Siapa yang tidak
terpesona dengan kecantikan dan keanggunan sang gadis cantik.
Jangankan lelaki, para wanita pun akan meliriknya, baik karena rasa
kagum ataupun rasa iri. Muda tapi terlihat dewasa.
> Tak terasa, embun tercipta. Kaca semakin putih dan pandangan ku
mulai terganggu. Pesona surga dunia itu tertutup sudah. Aku mulai
linglung, tidak tahu harus bagaimana. Dipandang langsung saja atau
bagaimana. Halte Latuharhary sudah tinggal seratus meter lagi.
Semakin dekat dengan pemberhentian halte terakhir, tapi sang gadis
cantik tidak memperlihatkan respon bahwa ia akan turun di halte
tersebut. Perkiraanku paling jelek saat itu adalah ia akan turun di
halte Dukuh Atas karena mulai dari halte tersebut bus akan melewati
halte-halte yang sama ketika mulai berangkat dari Halte Ragunan,
hanya saja dari urutan yang sebaliknya.
> Aku harus mengenalnya.Aku harus tahu namanya. Aku harus tahu
dimana ia tinggal. Aku harus memulai obrolan dengannya atau semua
akan berakhir tanpa hasil disertai rasa penasaran. Penasaran adalah
hal yang paling menjengkelkan dalam hidup ini.
> Halte Halimun sudah mulai terlihat. "Jangan turun disini!
Kumohon." pintaku dalam hati, "beri hamba kesempatan di satu halte
terakhir ya Tuhan."
> Bus pun terhenti di halte Halimun. Jantung ku kembali berdetak
cepat. Penumpang sebagian besar mulai turun dihalte tersebut. Sang
gadis cantik pun bergerak. Tak tahan dengan rasa takut kehilangan,
aku beranikan diri menolehkan wajahku padanya.
> "Terima kasih, Tuhan." ucapku dalam hati. Ia hanya mengisi kursi
dibelakangnya. Berarti ia akan turun di halte Dukuh Atas. Tapi
bagaimana menyapanya? Ia duduk sedang aku tetap berdiri karena tak
tega melihat wanita-wanita berdiri. Otakku terus kuputar. Pasti ada
suatu alasan bagiku untuk menyapanya. Cari dan kucari terus. Tetap
tak kutemukan. Sempat kupejamkan mata ini dan berpikir lebih keras.
Dahi mulai kukerutkan semakin jadi. Tetap tak ada hasilnya.
> Akhirnya satu tarikan napas kubuat. Kuputuskan untuk mengikutinya
ketika ia turun dihalte Dukuh Atas, lalu nekad menyapanya sembari
berjalan dijembatan busway. Hanya ini yang terpikirkan olehku.
> "Bantu aku, Tuhan." pintaku lagi dihati terkecilku.
> Halte Dukuh Atas akan menjadi saksi hasil karya keberanian ku kali
ini. Dan halte itu semakin lama, semakin nyata. Hanya hitungan detik
sudah akan sampai. Roda bus terus berputar menghantarkan kuda mesin
ini berjalan sampai ketempatnya. Cahaya terang dari halte mulai
merasuk ke pupil mataku. Resah semakin kurasa. Sempat pula memaki
diri sendiri karena terlalu pengecut. Terlalu takut pada hal yang
dibuat-buat sendiri. Bus pun perlahan terhenti dan kemudian terhenti
total. Kembali adegan yang diperlambat terbayang dikepalaku. Pintu
bus terbuka. Semua penumpang, termasuk mereka yang berseragam hitam-
hitam, turun bergantian diawasi kenek bus yang tampilannya sangat
berbeda dengan kenek-kenek bus kota lainnya. Penumpang dari luar
bergantian naik. Aku pun memandangi kembali kaca yang telah hilang
embunnya.
> Dan
> "Aa " tak sengaja terucap pelan dibibirku.
> Ajaib. Keajaiban telah datang. Sang gadis cantik tak beranjak dari
kursinya. Dia tidak turun. Kenapa? Ada apa ini? Perasaanku kembali
membuncah. Pikiranku menerawang girang.
> "Apa ia sengaja tidak turun karena berpikiran hal yang sama
denganku? Sekedar jalan-jalan saja, berkeliling dengan menggunakan
busway" tanyaku tak bersuara.
> Bus kembali terisi penuh oleh penumpang Dukuh Atas. Kembali
berputar roda bus dan berjalanlah kendaraan besar tersebut. Betapa
girangnya aku. Tuhan masih memberikan aku kesempatan. Dimana pun ia
turun sekarang sudah tidak terbaca lagi. Ragunankah? Tapi tadi dia
naik dari Depatemen Pertanian. Paling tidak disanalah ia pasti turun.
> Perjalanan berlalu. Aku terus memandanginya melalui kaca. Ia duduk
dengan manis. Masih dengan earphone-nya. Bergantian saling lirik pun
terulang kembali. Déjà vu. Halte demi halte terlewati. Kuningan
kembali menjadi saksi kami saling berpandangan. Dia memandangiku.
Aku sekedar mencuri pandang karena masih seperti diawal, malu tanpa
alasan.
> "Seberapa bahayanya jika kau beranikan diri untuk sekedar
menyapanya, hah?" tanya hatiku memberi motivasi.
> Kini Halte Gor Sumantri menjadi tujuan berikutnya. Tempat yang
terkenal dengan sebutan Pasar Festival itu tinggal beberapa meter
saja. Dan aku terkaget. Diluar dugaanku. Diawal tadi Kuningan
bukanlah tempat yang ia tuju. Ia tidak turun disana. Benar-benar
diluar perkiraanku. Sang gadis cantik berdiri dari tempat duduknya.
Sepertinya bukan untuk mempersilakan penumpang lain untuk duduk. Dia
melangkah keluar. Aku masih terdiam. Hilanglah sudah semua jika ia
keluar. Dan benar sekali, ia turun di halte tersebut sesaat setelah
pintu busway terbuka. Aku hanya bisa melihatnya berlalu. Bus kembali
berjalan. Aku masih memandangnya dari kejauhan. Memandang ia
berjalan menuruni jembatan busway.
> "Sadarlah!" teriak hatiku. Lalu aku tersentak. Dipemberhentian
halte berikutnya, Halte Departemen Kesehatan (Depkes), aku turun.
Aku bergerak cepat, menyempil disela-sela penumpang yang bergantian
keluar masuk. Aku melihat dipintu seberang, ternyata bus yang
berlawanan belum lewat. Tak kuasa menunggu, kemudian aku berlari.
Berlari dan terus berlari. Berlari menuruni anak tangga jembatan
Busway. Tak ada ojek disana. Berlarilah lagi. Jaraknya dari Pasar
Festival lumayan jauh. Mudah-mudahan masih sempat menemuinya.
> Aku terengah-engah. Napasku sesak. Tepat didepan Pasar Festival
aku mencoba berhenti sejenak dari lariku untuk menghirup udara.
Hentiku tak lama. Kemudian aku berlari kecil menuruni anak tangga.
Berlari kecil, kemudian berjalan, berlari kecil, kemudian berjalan
lagi. Aku mengecek semua tempat makan yang ada dilantai dasar
bangunan. Ia tak ada. Lalu aku naik ke lantai dua dengan kembali
berlari kecil, menaiki anak tangga bangunan. Aku berjalan cepat
didalam bangunan itu. Kepalaku berputar-putar. Pandanganku sangat
awas sekali. Semua tempat kudatangi satu persatu, baik yang diluar
maupun yang didalam, tetapi tetap tak kutemukan. Napasku benar-benar
sudah habis. Kuputuskan untuk menyerah saja.
> Ketika berada dilapangan parkir kucoba melihat sekeliling lagi.
Rasa penasaran masih menggelayutiku.Terlihatlah kemudian olehku
tempat yang seperti perpustakaan yang menjual buku-buku murah.
Ternyata tempat itu belum aku cek sama sekali. Hanya sebatas lewat
saja. Aku kembali tersenyum. Semangatku kembali menyala. Dan ketika
aku sampai didalamnya, ia tetap tak ada. Habis sudah harapanku.
Jodohku dengannya ternyata hanya sampai sebatas pada sebuah kaca
busway. Lebih baik pulang dan beristirahat. Tak terpikirkan sama
sekali olehku pengumuman SPMB esok hari. Sang gadis cantik masih
terngiang dikepalaku.
>
> 1 Hari Kemudian, Masih Di Tahun Yang Sama.
> Hari ini hari sabtu. Aku harus keluar mencari koran nasional untuk
melihat hasil pengumuman SPMB. Pagi-pagi sekali aku sudah keluar.
Ternyata di si penjual sudah habis. Sepertinya banyak juga manusia
yang menunggu hasil SPMB atau mereka memang berniat membaca kabar
hari kemarin pada koran pagi ini. Kuputuskan untuk naik busway. Aku
hendak mencari koran di daerah Duren Tiga saja sembari mampir
ketempat kosan temanku. Hari ini ia berjanji untuk mengajariku
membuat Desain Web sederhana. Akan kubangunkan ia pagi-pagi begini.
> Busway melaju dari Halte Ragunan menuju Halte Deptan. Saat singgah
di Halte Deptan, sang gadis cantik berjalan memasukinya. Ia duduk
dikursi dekat pintu. Kali ini ia memakai pakaian santai namun tetap
menawan. Keadaan setengah mengantuk ku berubah menjadi rasa segar
yang amat sangat. Tak mau membuang peluang lagi, dengan berpakaian
kaos oblong, celana pendek, serta sendal jepit, aku menghampirinya.
Entah kenapa kali ini aku spontan saja menyapanya. Kenapa rasa
percaya diri ini tidak tumbuh semalam?
> "Hai, kamu yang kemarin turun di Pasar Festival `kan?" tanyaku
padanya.
> "Ya." jawabnya singkat.
> "Aneh, kenapa tidak turun diawal saja saat melewatinya?" lanjutku
lagi.
> "Kenapa kamu tidak menyapaku dari kemarin saja?" balasnya.
> Aku terkejut dengan pertanyaannya. Wajahku menjadi pucat
sedikit. "Maksudnya?" balasku lagi sembari berpura-pura polos.
> "Saya tidak langsung turun di Pasar Festival karena saya menunggu
kamu menyapa saya." jawabnya sembari tersenyum manis. Sangat manis
sekali.
> Aku pun ikut tersernyum. Ternyata hal tersebutlah yang
dipikirkannya selama berada cukup lama bersamaku didalam busway.
Obrolan kami pun menjadi lancar. Aku bercerita apa yang kukerjakan
setelah mengetahui ia turun di Pasar Festival. Sang gadis cantik
tertawa-tawa, begitu juga aku. Bersemangat sekali aku bercerita.
Ternyata, ia menghampiri toko buku murah itu semalam untuk mengambil
buku pesanannya. Pantas tidak bertemu denganku. Selagi aku asyik
berlari menuju Pasar Festival dan berlalu-lalang mencarinya kesana-
kemari, ia sudah beranjak pergi dari toko buku murah tersebut.
> Ah, pagi ini ternyata tidak hanya cerah, tapi juga indah dan
mempesona. Takdir memang tidak pernah tertukar. Ia memang rejekiku
untuk berkenalan.
>
> Saat Ini.
> Indah sekali mengenang masa lalu. Mirna, sang gadis cantik, kini
semakin menarik setelah melahirkan anak pertamanya setahun lalu.
Putri kesayangan kami berdua ini sungguh lucu. Ia tersenyum dengan
kedua lesung pipinya saat aku memonyongkan bibirku. Aku, Medino,
adalah pria yang paling beruntung didunia saat ini. Begitupun Mirna.
Kami hidup sebagai keluarga muda yang harmonis. Hal yang paling kami
takutkan saat ini adalah ketika putri kami sedang menangis karena
merasa dilupakan oleh kami berdua yang tentunya masih ingin
berpacaran layaknya sebelum menikah.
> "Apa dengan umur setahun bayi kita sudah mengerti arti dilupakan?"
tanyaku pada Mirna.
> Untuk menghentikan tangisannya, aku dan Mirna cukup memanggilnya
saja :
>
> KACA
>
> Dan ia pun tersenyum kembali. Senyuman yang membuat kami bangga
sebagai orangtuanya sekaligus menaruh harapan besar padanya kelak.
>
> ***TAMAT***
>
>
- 6a.
-
Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya)
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Nov 19, 2008 1:44 am (PST)
semoga mirza cepat sembuh yah...
terus bisa nemanin bunda bikin donut lagi:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Humas Sekolahkehidupancom
<humas.sekolahkehidupan@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> Selamat pagi, siang, sore dan malam
>
> Sahabat SK dimana pun berada :)
>
> Mohon doa sebanyak-banyaknya.
> Untuk Mirza (putra sulung Mbak Syasya) yang saat ini opname karena
Diare di RS Hasanah Graha Afiah - depok.
> Kondisinya sekarang sudah mulai membaik (dengan bantuan infus),
meski tadi pagi sempat bikin Bundanya panik karena demam, lemas, diare
plus mimisan.
>
> Meskipun begitu, mohon kesediaan para sahabat semua mendokan Mirza
agar segera sehat kembali dan bisa segera pulang ke rumah. Amin
>
> Tim Humas
>
- 7a.
-
Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Nov 19, 2008 1:44 am (PST)
moga si dedek menjadi cahaya mata dan penyejuk hati bagi ummi dan abinya:)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Nursalam AR"com
<nursalam.ar@...> wrote:
>
> *Hari Pertama Menjadi Ayah*
>
> *Oleh Nursalam AR*
>
>
>
> Apa pun pengalaman pertama seperti hari pertama masuk sekolah atau
malam
> pertama pernikahan -- selalu menegangkan. Juga hari pertama menjadi
seorang
> ayah.
>
>
>
> Di awal hari, aku bingung hendak izin tidak masuk kantor lagi atau
tidak.
> Sebab sehari sebelumnya aku sudah minta izin dari *boss* untuk absen
sehari
> terkait persiapan persalinan. Jumat pekan kemarin juga izin, karena
> jadwal *check
> up* istri di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dan dokter meminta suami
> istriku yakni aku untuk khusus datang karena ada masalah dengan
> kandungan istriku. Jadi ini hal penting yang membutuhkan aku sebagai
*decision
> maker*, pengambil keputusan.
>
>
>
> Rupanya posisi bayi kami ternyata menyamping alias lintang. Juga
terlilit
> tali pusat. Tak ada jalan lain, kata sang dokter, selain operasi caesar.
> Padahal istriku sudah aktif senam hamil. Ini akibat kandungan
istriku sempat
> dipijat dukun pijat saat usia kehamilan tiga bulan karena letak kepala
> bayi yang sudah menukik di jalan lahir -- sehingga istriku susah
berjalan
> dan kami kuatir terjadi keguguran. Ternyata itu keputusan yang salah
karena
> justru mengganggu pergerakan alamiah sang bayi. Benar kata orang
bijak, saat
> istri kita hamil semua orang di sekeliling kita mendadak menjadi ahli
> kehamilan. Semua memberikan saran dan rekomendasi tak peduli benar-benar
> tahu atau cuma sok tahu. Tapi semua terpulang kepada kita sebagai
*decision
> maker*. Dan saat itu aku membuat keputusan yang keliru. *Maafkan Abi, ya
> Ummi, ya Nak!*
>
>
>
> Dengan menahan nafas karena kecewa istriku tak bisa melahirkan normal
> sekaligus terbayang bilangan nominal tabungan yang akan keluar
sang *decision
> maker *yang pernah keliru ini menyanggupi. Lebih tepatnya, terpaksa
> menyanggupi karena toh tak ada opsi lain. Disepakatilah jadwal *check
> up*terakhir yang jika perlu, berdasarkan hasil pemeriksaan lab dan
> lain-lain,
> merupakan tanggal operasi persalinan pada hari Selasa, 18 November
2008.
> Ancer-ancer dokter, jika positif, operasi caesar akan dilakukan
pukul lima
> sore.
>
>
>
> Nah, di Selasa pagi itulah, sebagai pekerja (yang notabene masih 'kuli'
> orang lain) dan calon ayah, aku terjebak dilema. Di saat seperti itu aku
> jadi bernostalgia masa-masa "merdeka" sebagai penerjemah *full time* *
> freelance* yang relatif bebas mengatur waktu. Tidak bergantung pada
jadwal
> kantor atau ngamuk tidaknya *boss* kita jika kita berkali-kali izin
terutama
> di saat pekerjaan menumpuk.
>
>
>
> Melihat aku pagi-pagi merenung, dengan gaya standarku yang bertopang
dagu
> dan kening berkerut, Yuni segera paham dan memberikan solusi. "Ya udah,
> abang ngantor aja." Ajaib! Sebelas bulan berumahtangga ternyata
memberikan
> sang istriku tersayang kemampuan membaca pikiran. Setidaknya ilmu
empatinya
> lebih terasah ketimbang aku yang kadang masih saja asyik menerjemahkan
> order penerjemahan di luar kantor sementara Yuni menatapku dengan
isyarat
> punggungnya minta diusap.
>
>
>
> Ibu hamil memang paling suka jika punggung bagian bawahnya diusap-usap.
> Konon rasa usapannya itu bisa terasa hingga ke perut dan bayi yang di
> trimester ketiga sangat aktif bergerak hingga membuat nyeri dan
sesak ibunya
> -- jadi lebih *anteng*. Alhasil, Yuni pun jadi lebih bisa tidur lelap.
> Setidaknya dalam standar tidur lelap seorang ibu hamil. Karena bagi
bumil,
> di trimester tiga, tidur lelap adalah barang mewah.
>
>
>
> Singkat cerita, setelah mengantongi empati dan restu istriku, aku
berangkat
> ngantor. Itu pun dengan perasaan paranoid sendiri (tentu saja tidak
> rame-rame karena bisa terjadi histeria massal) dalam segala hal. Saat
> menyeberang menuju Stasiun Lenteng Agung, aku jadi kelewat amat sangat
> berhati-hati sekali. Takut ketabrak nanti tak bisa melihat bayiku
yang sudah
> aku tunggu 31 tahun ini (semasa bujang pun aku sudah pingin punya anak,
> soalnya). Waktu naik kereta yang berjubel hingga ke pintu, meski aku
berada
> di tengah, jadi paranoid takut keseret ke pintu dan terjatuh. Sungguh
> menyebalkan. Karena hari itu jadi tak biasa dan terasa lamban.
>
>
>
> Di kantor, tak seperti biasa mungkin kehendak Tuhan kerjaan sepi.
> Padahal biasanya di akhir tahun begini *deadline* order terjemahan
menggila.
> Persis kebiasaan pegawai kelurahan, aku dan teman-teman kantor ngobrol
> ngalor-ngidul. Aku jadi pembicara utama soal kehamilan istriku. Karena
> memang tak ada orang lain di kantor yang bisa bicara itu (karena
yang hamil
> istriku).
>
>
>
> Jelang tengah hari, masuk sms dari Yuni. Beritanya? Ternyata pihak rumah
> sakit menelepon agar istriku segera datang ke rumah sakit. Rencana
tes lab
> dimajukan jadi pukul satu siang. Yuni mohon doa dan mengungkapkan
> ketakutannya. Dengan gaya motivator ulung *a la* Mario Teguh, aku
memberikan
> advis bernuansa *Law of Attraction* kepadanya plus amalan wirid
Asmaul Husna
> sebagai penenang.
>
>
>
> Ketika hape ditutup, aku masih berharap dapat menemani Yuni di ruang
operasi
> jika hari itu juga ia harus menjalani operasi caesar. Prediksiku
operasi
> jika harus dilakukan sekitar pukul lima sore. Dan aku masih bisa
> mengejarnya dengan pulang dari kantor jam empat sore. Untuk pergi ke
rumah
> sakit, sudah ada ibu mertua, paman istri dan adik iparku yang mengantar.
> Lengkap sudah armada dan sopir menuju medan jihad.
>
>
>
> Persis jam satu siang, setelah sholat Zuhur, ibu mertua menelpon.
>
>
>
> "Salam, Yuni jam satu ini dioperasi. Tanda tangan suami sudah ibu
wakilkan,"
> ujar ibu mertua. Alamak. Rupanya tanpa tes lab lagi operasi caesar
dimajukan
> 4 jam. Sebagai suami, aku merasa tak lengkap. Karena bukan aku yang
> menandatangani surat persetujuan operasi caesar istriku. Dan aku tak
dapat
> mendampingi istriku di ajang hidup mati itu. Selain karena faktor
waktu juga
> karena mendadak perutku mulas luar biasa.
>
>
>
> *Duh, ini kebiasaan lamaku jika sangat tegang*. Terakhir kali aku
> mengalaminya saat didaulat berpidato sebagai SK Idol pada HUT ke-1
Sekolah
> Kehidupan di Kuningan pada 2007. Tapi kali ini tegangnya kurang ajar
betul.
> Hingga aku harus buang hajat dalam waktu lama di toilet. Sekaligus
membuat
> Rivai teman kantorku yang berinisiatif baik mengantarku ke Pasar
Minggu
> dengan motornya harus *cengok* menunggu di depan gerbang kantor seperti
> tukang ojek menunggu penumpang. Untuk hal ini tak sepenuhnya
salahku. Sudah
> lama aku menyarankan kepada temanku itu untuk mengganti model helm
motornya.
>
>
>
> Tiba di RSUD Pasar Rebo di tengah macetnya lalu lintas di mendung
Jakarta
> pukul setengah dua lewat, aku bergegas memburu lift ke lantai 4,
sesuai
> info dari adik iparku via sms, dengan gaya orang kebelet buang
hajat. Lebih
> sopannya, dengan gaya orang pingin ambil duit gajian. Terburu-buru,
intinya.
>
>
>
> Memang *isti'jal* alias tergesa-gesa itu tidak baik. Aku memang tiba di
> lantai 4. Tapi bukan lantai 4 tempat ruang operasi. *Ola la*,
ternyata RS
> Pasar Rebo punya dua gedung yang dibangun menyatu. Alhasil, ada dua
lantai 4
> di satu bangunan. Aku, berbekal petunjuk petugas cleaning service yang
> simpatik dan baik budi, turun lagi ke lantai 2 dan berbelok ke kiri dari
> tempatku naik lift yang pertama. Inilah titik persambungan dua
gedung itu.
> Di dekat lift persis di depan kios koran dan gerai donat, aku
menunggu lift
> dengan dag-dig-dug-der. *Oh, God, I am nervous!* Syukurlah kali ini
tidak
> dibarengi dengan mulas. Ia sudah aku tinggal di kantorku di Pasar
> Minggu. Karena
> ia bukan pendamping yang baik saat kondisi tegang begini.
>
>
>
> Alhamdulillah, di lantai 4 yang benar-benar tujuanku, aku ketemu dengan
> rombongan pengantar istriku yang juga wajah mereka tak kalah pias.
Terutama
> ibu mertua. Maklum, bayiku adalah cucu pertamanya. Sementara Wak
Ngah, salah
> satu paman istri, berusaha menenangkan kami.
>
>
>
> "Tenang ajalah. Ayah (*ia memang membahasakan dirinya demikian*)
malah waktu
> itu liat langsung persalinan caesar Eka. Lancar-lancar aja kok. Sekarang
> semua sudah canggih. Sudah biasa itu di-caesar. Aman, Insya Allah,"
ujarnya
> memberi semangat. Aku yang mengambil tempat di kursi pojok tersenyum
> basa-basi. Tapi lantas tak urung Wak Ngah berjalan mondar-mandir tak
keruan
> di ruang tunggu itu. *Ah, tak apalah, aku hargai niat baiknya menghibur
> kami *
>
> * *
>
> Selama menunggu, tak putus-putus hafalan Qur'an kulafalkan. Juga Al
> Ma'tsurot. Masih kurang juga, aku lanjutkan dengan tilawah Surah Yasin
> dnegan penuh harap akan keselamatan istri dan anakku. Apa pun jenis
> kelaminnya dan putih atau hitamkah warna kulitnya. Inilah harapan
universal
> setiap calon ayah di muka bumi.
>
>
>
> "Katanya cuma setengah jam ya, Ning," ujar Wak Ngah yang mendadak lupa
> kepada kata-katanya sendiri. Bu Ayuningsih, ibu mertuaku, merengut. Aku
> tersenyum geli. Dalam literatur operasi caesar pengambilan bayi
memang hanya
> setengah jam. Namun perlu waktu lebih hingga 2-3 jam untuk menjahit luka
> pada perut si ibu. Untunglah bertubi-tubi sms doa dan motivasi dari para
> Sahabat di Sekolah Kehidupan (Mas Adjie, Novi, Nia, Mas Suhadi, Pak
Teha,
> Kang Dani, Sinta, Ugik, Mbak Rinurbad, Retno & Catur, Kang Hadian
dll) dan
> teman-temanku yang lain setia menemani dalam kurun waktu itu. Bahkan
> sebagian langsung menelpon meski maaf ya! saat itu aku harus
menjawab
> dengan suara bergetar saking tegangnya penantian. Besarnya harapan
kadang
> menjadi beban.
>
>
>
> Hukum relativitas waktu hari itu juga bekerja efektif. Waktu serasa
*ngesot*.
> Dalam lantunan doa dan gumpalan harap, ditingkahi siaran
*infotainment *dari
> TV di ruang tunggu, aku merasa pasrah pada-Nya. Aku hanya
menyisipkan doa
> pamungkas kepada Allah di ujung penantian dua jam yang menyiksa itu. *Ya
> Allah, aku sudah banyak kehilangan. Kehilangan ayah, ibu dan kakak
sulungku
> yang guru menulisku dan guru ngaji pertamaku. **Kehilangan biro
> penerjemahanku dan segenap hartaku selepas banjir bandang 2007 lalu.
**Tapi,
> ya Allah, tak usah engkau kembalikan semua itu karena aku sudah relakan
> semuanya. Cukup tambahkan satu saja untukku dan jangan kau ambil istriku
> sebelum aku dapat memenuhi janjiku untuk membuatnya tinggal di rumah
milik
> kami sendiri dan mengajaknya berhaji...*
>
>
>
> Mungkin, kata Hanung Bramantyo, itu termasuk kategori doa yang
mengancam.
> Tapi setidaknya aku lega sudah curhat kepada Tuhan. Karena kita tak
boleh
> sombong dengan hanya bergantung pada kecanggihan teknologi manusia.
Tuhanlah
> yang punya kuasa. Dalam hal apa pun. Terlepas kita percaya atau
tidak akan
> keberadaan-Nya.
>
>
>
> Lima menit jelang azan Ashar, pintu ruang operasi terbuka. Istriku dalam
> kondisi lemas dan wajah pucat diantar keluar dengan masih berbaring
di atas
> tempat tidur. Dua orang perawat muda mengantarnya ke ruang
perawatan. Aku
> menyambutnya dengan haru dan ciuman di dahi.
>
>
>
> "Udah liat bayinya?" Itu pertanyaan pertama Yuni. Rupanya selama di
ruang
> operasi Yuni belum sempat melihat bayinya. Ia hanya mendengar suara
tangisan
> sang bayi yang segera dibersihkan. Bahkan Yuni sempat melarangku
untuk ikut
> ke ruang perawatan di lantai 3 agar aku bisa melihat sang bayi. Biar
bisa
> menceritakan kondisi bayinya, alasan Yuni. *Ah, mungkin ini naluri
seorang
> ibu*. Aku jadi paham sepaham-pahamnya mengapa dalam setiap kasus
perceraian
> seorang ibu akan mati-matian mendapatkan hak pengasuhan anaknya.
>
>
>
> Tepat azan Ashar. Pintu ruang operasi kembali terbuka. Kali ini
seorang bayi
> montok sehat kemerahan diantar para perawat dalam sebuah boks mungil
beroda.
> Tangisnya memekakkan telinga. Tangan dan kakinya bergerak-gerak
lincah. Tertera
> pada catatan di boks: berat 3,150 kg dengan panjang 50 cm. Rambutnya
hitam
> dan tebal ikal seperti rambutku. Tapi wajahnya seperti ibunya.
>
>
>
> "Aih, cantiknya!" seru ibu mertuaku. Ia memang sangat ingin punya cucu
> perempuan. Katanya anak perempuan enak, bisa didandanin. Maklum, ia
penata
> rias penganten.
>
>
>
> "Ibu, ini laki-laki," ujar salah satu perawat seraya menyingkap selimut
> bayi. Tampaklah jelas kelamin anakku. Anak pertamaku laki-laki. Sungguh
> ideal sekali dalam pandangan tradisional sebagian suku di Nusantara.
>
>
>
> Tapi ibu mertua tak patah arang. Ia memang sudah lama mendamba cucu
karena
> baru satu orang anaknya --- dari ketiga anaknya yang menikah. Tatapan
> matanya dan bahasa tubuhnya menyiratkan sekali hal itu. Aku jadi
teringat
> almarhumah ibuku yang dulu tak sempat melihat cucu pertamanya lahir.
Ibuku
> wafat karena tumor ginjal saat cucu pertamanya masih berusia 3 bulan
dalam
> kandungan. Kali ini aku jadi rindu almarhumah ibuku yang juga tak bisa
> melihat anakku, cucu kelimanya. Juga rindu almarhumah *aba*, panggilan
> ayahku, yang dulu selalu menyindirku dengan bilang,"pengen deh dapat
cucu
> dari Salam" karena beliau selalu mendesakku dengan caranya yang khas
> untuk segera menikah. *Aba, ibu, I miss u....*
>
>
>
> Segera, setelah menunggu ibu mertua mengagumi cucu pertamanya, aku
mengazani
> bayi itu. Ya, bayiku sendiri! Dulu aku pernah mengazani bayi ketika
> keponakan pertamaku, Rayhan Wildan Ramadhani ini nama pemberian
dariku
> lahir tahun 2000 di RSCM, Jakarta. Mengazani bayi dan iqomah di
telinga
> kiri selalu berkesan. Tapi kali ini terasa berbeda. *Ah, inikah naluri
> seorang ayah?*
>
>
>
> Di masjid rumah sakit, selepas mengurus administrasi rumah sakit dan
sholat
> Ashar, aku bersujud syukur. Aku kini dengan anugerah Allah
menjadi ayah.
> Suatu amanah yang berat atas kepercayaan Allah ini. Sebuah amanah
> bernama *Muhammad
> Alham Navid*. Sebuah nama yang kami rancang jauh-jauh hari bahkan
> dirahasiakan kepada keluarga dekat sampai hari-H untuk menghindari
> plagiarisme -- yang bermakna *"Inspirasi terpuji yang membawa gelombang
> kebahagiaan"*. Berbekal panduan buku nama-nama bayi (*special thanks* to
> Mbak Rinurbad!), didapatlah nama tersebut yang menurut Mbak
Rinurbad yang
> konsultan nama-nama bayi bagus, unik dan langka. *Semoga sebagus
itu juga
> akhlak dan takdir nasibnya!*
>
>
>
> Khusus untuk kata *Alham*, selain varian dari *ilham *dalam bahasa
Arab, ini
> juga diambil dari nama Asahan Alham, yang akrab dipanggil Asan, seorang
> novelis eksil Indonesia yang terusir dari Indonesia pada era 1960-an dan
> mengungsi ke Vietnam hingga menjadi profesor bahasa di sana dan
dianugerahi
> penghargaan sekaliber Mahaputera untuk jasanya mengembangkan bahasa
> Indonesia di Vietnam dan mempererat persahabatan budaya antara
Vietnam dan
> Indonesia. Novelnya berjudul *Perang dan Kembang* yang mengisahkan
> pengalaman hidupnya bersama rakyat Vietnam melawan imperialisme Amerika
> Serikat semasa Perang Vietnam (1970-an) sangat memukauku ketika aku
> mendapatinya di sebuah perpustakaan umum di Jakarta. Terlepas dari
anutan
> ideologinya, Asahan Alham potret aktivis-penulis-pejuang pantang
menyerah
> yang kukuh di mana pun lubuknya ia berada. Aku harap aura positif
tersebut
> memancar kepada anakku kelak.
>
>
>
> Jika ada kekecewaan karena manusia, kurang ajarnya, tak pernah puas
> adalah karena istriku tak bisa melakukan inisiasi menyusui dini.
Perih juga
> hatiku menyaksikan bayiku baru bisa menikmati laktogen yang diberikan
> perawat dan bukan kolostrum ASI ibunya. Tapi, apalah daya, Yuni yang
> dirawat di Ruang Delima (Kelas 2) 305-8 dan Alham yang dirawat di ruang
> perinatologi masih belum bisa dirawat gabung. Yuni masih terlalu
lemah dan
> menahan nyeri yang amat sangat terlihat dari wajahnya karena
pengaruh
> obat bius yang mulai menghilang. Panas sekali, rintihnya. Sementara obat
> pereda nyeri baru boleh diberikan pada pukul sepuluh malam. Artinya,
selama
> setengah hari atau enam jam, istriku harus berjuang menahan sakit. Tapi
> telepon dari sahabat-sahabatnya yang membuatnya berbicara dan curhat
juga
> dapat membuatnya melupakan nyeri.
>
>
>
> Melihat kondisi Yuni sedemikian *nelangsa*, aku mengurungkan niatku
di awal
> nikah dahulu untuk punya anak sebanyak jumlah saudara kandungku.
Enam orang.
> Sebenarnya dua belas, karena yang enam meninggal waktu kecil atau dalam
> kandungan. Maklum, ibuku menikah muda di usia 16 tahun. Dan ibuku bukan
> Yuni. Mereka juga terpisah oleh zaman yang berbeda. Biarlah aku kubur
> egoisme maskulinitas itu demi sang istri yang telah berjuang heroik
selama
> kehamilan yang rasanya *wahnan 'ala wahnin*, sakit di atas sakit dan
> selama persalinan. *Oh, I love u, Babe...*
>
>
>
> Terinspirasi semangat istriku, pukul sebelas malam, sepulang dari rumah
> sakit, aku mencuci sendiri ari-ari bayiku dan menguburnya dengan
berbungkus
> kaus putih karena tak ada kain putih sebagai syarat dari
orang-orang tua
> yang menyuruhku dan menguburnya dengan didahului doa-doa di dekat pot
> tanaman hias ibu mertua. Semula aku ingin menguburnya karena banyaknya
> syarat yang harus dipenuhi sekalian saja di pot anthurium
gelombang cinta
> koleksi ibu mertua. *Biar makmur jadi milyader anakku*. Tapi kubatalkan
> karena pertimbangan stabilitas sosial politik rumah tangga dan
lain-lain.
> Itu pun prosesi penguburan ari-ari sudah aku persingkat, jika
dibandingkan
> petuah dari Wak Ngah dan ibu mertua yang bahkan sampai harus mengubur
> alat-alat tulis agar si Alham jadi anak pinter.
>
>
>
> "Sekalian saja laptop, Wak!" ledek Sutami, adik iparku. Wak Ngah melotot
> kesal. *Duh, tradisi!*
>
>
>
> Sebelumnya pukul sepuluh malam aku melangkah pulang dari rumah sakit
dengan
> langkah-langkah panjang dan hati senang. Aku tidak menginap di rumah
sakit.
> Sudah ada ibu mertua dan Wak Ngah yang menunggui istriku. Apa boleh
buat,
> aku harus *ngantor *dan selesaikan proyek-proyek terjemahan di luar
kantor
> sebagai penghasilan tambahan yang bertenggat ketat. Kata istriku,
demi dua
> ekor kambing aqiqah. Ya, demi anak. Karena kini aku seorang ayah. Bagi
> seorang ayah baru, hiruk pikuk bising berpolusi lalu-lintas Jakarta pun
> serasa konser musik paling syahdu malam itu.
>
>
>
> *Sahabat, makasih atas semua doa dan motivasinya. Terus doakan kami ya!*
>
> * *
>
> *Jakarta, 19 November 2008*
>
>
>
>
>
>
> --
> -"Let's dream together!"
> Nursalam AR
> Translator, Writer & Writing Trainer
> 0813-10040723
> E-mail: salam.translator@...
> YM ID: nursalam_ar
> http://nursalam.multiply. com
>
- 7b.
-
Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah
Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id gopo_alhusna
Wed Nov 19, 2008 5:17 am (PST)
mas nur... kita memang bisa berusaha, Allah juga yang menentukan :-)
walaupun cesar, bukan masalah. Yang penting bayi dan Bundanya sehat :-)
Achi senang banget, terharu membacanya, Danse dan Mbak Endah, aku juga jadi nostalgila halah....
SELAMAAAAAAAAAttt YAAAAAAAAA........... ..
note : Waktu Abiy masih 1 bulan, banyak yang bilang dia 'CANTIK' :-)) abis bulu matanya lentik banget, kayak babehnya. Wah, kak Nur, kalo babynya merah banget, nti putih low, insya allah :-D
salam kangen
Achi TM
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 8a.
-
Re: (Lonceng) SK Junior Bang Nursalam Nongol ke Bumi
Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com yudhi_sipdeh
Wed Nov 19, 2008 1:44 am (PST)
Selamat untuk mas Nursalam & mba Yuni, semoga menjadi orang tua yang baik anak yang telah lahir ini jadi anak yang soleh. amin
salam
yudhi
--- On Tue, 11/18/08, fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com > wrote:
> From: fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com >
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (Lonceng) SK Junior Bang Nursalam Nongol ke Bumi
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Tuesday, November 18, 2008, 10:11 PM
> Alhamdulillah Wasyukurillah. Bersyukur Pada Mu Ya Allah. Kau
> jadikan
> kami saudara. Indah Dalam Kebersamaan. *loh kok nyanyi?*
>
> Hehehe, selamat ya, Brow. Semoga Navid menjadi seperti yang
> kusebutkan
> di sms tea. heuheuheu. Mangap telat ngucapinnya, lagi
> migrasi kantor
> nih, jadi agak-agak riweuh. Hehehee
>
> Pokokke sekali lagi, selamat beraktifitas di tengah malam
> ya. Hihihi
> banyak2 minum vitamin biar bisa tetap vit kapanpun navid
> membutuhkan, mu.
>
> Selamat menjadi ayaaah.
>
> DANI
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , bujang kumbangcom
> <bujangkumbang@...> wrote:
> >
> > Telah beronjol SK JUnior dari Bang Nursalam AR dan
> YuniÂ
> Meganingrum nyang diberi nama Muhammad Alham Navid dengan
> BB: 3,150 kg
> TB: 50 cm. Ngebrojol di RS Ps. Rebo Jkt Timur nyang lahir
> pada hari
> Selasa, 18 November 2008 melalui operasi caesar. Moga
> menjadi anak
> yang shale dan pintar kayak bokapnya. Jago nulis...hehehe.
> Selamat ya
> Bang....(Akhirnya BangFy duluan yang ngabarin ke millis
> ESKA...hehehe)
- 9a.
-
Re: (catcil) and The Winner is...
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Wed Nov 19, 2008 2:18 am (PST)
waaaah, aku juga pernah tuh,
dulu waktu ngajar privat inggris,
ada salah satu muridku yg nggak suka matematika.
namanya icha.
trus, kubilang, kalo dpt nilai diatas 8, dapet hadiah makanan
kesukaannya:chicken cutlet dr goiza, masakan jepang.
dan tebak, brp nilanya: 9!
seneeeeeng bgt liat icha makan dgn lahap, ada butir2 nasi menempel
di dagunya, rasanya pingin peluk2 dan bilang "makannya pelan2,
sayang...kalo masih pingin, boleh nambah, kok. kak retno traktir!"
thanks for sharing, mbak aisyah.
ps: oya, saya retno. salam kenal :)
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "aisyah muchtar"com
<myaisyah_mymuchtar@...> wrote:
>
> Lingkunganku tempat tinggal memiliki karakteristik hampir sama
> dengan kebanyakan lingkungan kumuh lain di Jakarta. Adalah tugasku
> sebagai anggota masayarakat yang berbudi luhur, tidak sombong dan
> baik hati (caelah .jayus ) untuk turut andil mencerdaskan
> masyarakat. Dengan segala keterbatasan, akhirnya aku memulai
proyek
> pencerdasan ini pada lingkup Taman Pendidikan Al-Qur'an
(selanjutnya
> ku sebut TPA saja). Bismillairrahmaanirrahim..
>
> Berulang kali aku mencoba menganalisis penyakit masyarakat di
> sekitarku dengan menggunakan tehnik analisa SWOT. Berbekal
> pengamatan sekasarnya yang minim data, maka dirumuskanlah suatu
> formulasi; tinggalkan dahulu para orang tua, dekati anak-anak
> mereka, fasilitasi anak-anak sebisa dan sebanyak mungkin sumber
> belajar, lalu ajak mereka mentauladani kisah-kisah bersejarah
> tentang ahklak yang mulia. Titik. Suit suit.. hehe..:-). Ah..
> formula biasa itu mah :-)
>
> Maka senangnya aku bukan main ketika ada teman yang mau
> menginvestasikan rezekinya 750.000 rupiah untuk menambah koleksi
> perpustakaan keluargaku. Akan ku belikan buku-buku anak-anak dan
> remaja yang sangat mudah dibaca, dicerna, dipraktekkan anak-anak
di
> lingkunganku. Maka mulailah aku mencari tau sana dan sini tentang
> konsep pembelajaran TPA yang unggul dan berhasil. Maka mulailah
aku
> menerapkan kedisiplinan untuk membuang rasa malas mereka yang luar
> biasa dalam mencari ilmu dan memotivasi mereka bergerak menuju
> perubahan.
>
> Ini adalah jalan panjang, tidak mungkin aku bisa `merubah' mereka
> dalam waktu sekejap. Awalnya aku sempat prustasi dan ilfill.
> Bagaimana tidak, orang tua mereka menghidangkan sinetron setiap
hari
> setiap malam, memperdengarkan lagu-lagu dangdut setiap pagi setiap
> spre, memaki mereka dengan kata-kata kasar bahkan nama-nama
> binatang, memukul mereka dengan tangan, tidak memprioritaskan
> pendidikan untuk mereka dan mengajarkan hal-hal yang buruk.
Akhirnya
> tumbuhlah mereka menjadi anak-anak yang senang mengadu domba,
> mengejek, menghasut, berbohong, membangkang, malas, egois dan lain-
> lain. Miskin ilmu, miskin hati, miskin harta pula. Miris.
>
> Keputusasaanku didengar Allah. Suatu ketika, setelah salat Isya
> berjama'ah di Mushala TPA, Allah memberiku inspirasi tentang
reward
> dan punishment. Ahaa !!!.
>
> Langsung ku umumkan seolah-olah sedang bersabda: "barang siapa
yang
> berbuat baik ini, ini, ini, itu..maka akan dapat bintang pada
setiap
> kebaikan tapi barangsiapa yang berbuat jelek; ini, ini, ini, itu,
> dia akan dapat (apa ya..lawannya bintang *mikir*) akan
dapat..paku!.
> Murid-muridku melongo. Aku melanjutkan, "nah tiap dua minggu
sekali,
> kita akan hitung berapa jumlah bintang kamu, berapa jumlah petir
> kamu, nanti jumlah bintang diambil jumlah petir, siapa yang jumlah
> bintang paling banyak dikasih es krim sama Teh Neneng :-),
setuju???
> Ada yang mau protes??" Indri, salah satu muridku
> nyeletuk "Ah..paling-paling es krim yang gope-an". "Aiiih, enak
> ajeee, yang 5000-an lah " kataku dengan nada seolah-olah setara
> dengan hadiah 1 milyar, hehe:D. Mereka pun berseri-seri. "Ini
> seperti pahala dan dosa. Pahala di kurangi dosa. Kalo hasllnya
minus
> maka kamu bangkrut. Jadi bangkrut itu bukan orang yang gak punya
> harta. Bangkrut itu orang yang dosanya lebih banyak daripada
> pahalanya. Ato orang yang pakunya lebih banyak daripada
bintangnya".
> Mereka mengangguk tanda mengerti.
>
> Dan mulai saat itu, shalat mereka tertib, sama sekali tidak ada
yang
> becanda. Wudhu mereka juga. Kepatuhan mereka pada ku dan Teh Yuli
> (guru TPA juga) meningkat, omongan kami didengar, hafalan mereka
> giat. Beda sekali dengan sebelumnya: diberi pengertian dan
pemahaman
> bahwa ini salah, itu benar, seringkali gak mempan. Diberi
> keteladanan juga gak mempan, dingatkan dengan lembut gak didengar,
> diingatkan dengan keras bertambah nakal. Mungkin karena waktu
> bersama kami lebih sedikit dibandingkan waktu mereka bersama
> orangtua dan lingkungan. Bayangkan, kami hanya bertemu efektif 30
> menit sehari, 5 kali seminggu, maka jangan heran kalo yang kami
> ajarkan juga mental.
>
> Aku memahami betul bahwa sistem yang sama akan menghasilkan hal
yang
> sama, kalau mau hasil yang beda ubahlah sistemnya!. Begitulah
> latarbelakangannya muncul inspirasi reward dan punishment. Ini
hanya
> langkah awal usahaku untuk membuat sistem baru. Semoga ada
inspirasi
> lagi yang lebih luarbiasa, hehe :-).
>
> Aku sebenarnya tidak ingin menerapkan punisment, punisment hanya
> akan menambah daftar stempel negatif di diri mereka. Tapi dengan
> pertimbangan; kenakalan mereka yang akut punisment harus
diterapkan
> sebagai suatu konsekwensi perbuatan buruk. Punishment jika
> diterapkan dengan bijak hasilnya pun pasti positif.
>
> Kesepakatan reward dan punishment yang disambut baik oleh mereka,
> memberikanku bukti nyata bahwa mereka jarang sekali diapresiasi
oleh
> lingkungan terutama oleh orang tua. Jarang bahkan tidak pernah
> dipuji, dihargai, dibelajarkan. Ah..disinilah tugas utamaku;
> mengenalkan pada mereka dunia yang lebih `manusiawi'.
>
> Ternyata ada konsekwensi lain dari reward dan punishment yang
sangat
> aku syukuri. Konsekwensi ini di luar perkiraanku. Yaitu, tiap
habis
> shalat isya ketika mau pulang adalah saat mengumumkan jumlah
bintang
> dan paku, saat itulah akan banyak yang protes ini dan itu, juga
> banyan yang mengadu tentang kesalahan temannya yang tidak terdeksi
> olehku. Aku menggunakan kesempatan ini sebagai kesempatan emas
> melatih mereka mengkomunikasikan sesuatu dengan sopan dan bijak,
> melatih mereka bertabayun, melatih mereka untuk legowo, melatih
> mereka beristighfar ketika melakukan kejelekan dan melatih mereka
> berhamdalah setelah melakukan kebaikan. Maka kesempatan ini tanpa
> disettingpun menjadi ajang muhasabah. Alhamdulillah senang
sekali.
> Walau begitu aku tahu tugasku yang lain masih dengan rapihnya
> berjajar untuk menunggu diselesaikan, salah satunya adalah
membangun
> kesadaran mereka bahwa bintang dan paku sangat kecil nilainya
> dibandingkan keikhlasan pada Allah. Karena hanya dengan keikhlasan
> rahmat-Nya akan datang sebagai jaminan mereka masuk syurga. Amin
>
> Dua minggupun berlalu "and the winner is Yeni Rahma Sari dengan
51
> bintang!!" itulah sabda tersingkatku tanggal 15 November yang lalu
> didepan murid-muridku. Tanggal 16 November tepat di hari Ahad, aku
> melunasi janjiku: membawakan Yeni sebuah es krim Conello, masya
> Allah senangnya dia bukan main. Alhamdulillah yang lain iri, tapi
> tidak dengki :-). Doakan kami semoga menjadi lebih baik dari waktu
> ke waktu ya :-).
>
- 10.
-
[catatan kaki] yang mau jenguk mbak yuny (istri mas nursalam)
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Wed Nov 19, 2008 2:37 am (PST)
Assalamu'alaykum
Baru aja kepikiran mau nengok, tapi, apa daya, ternyata maghku
membandel (maghnya? apa orangnya ya :D, hihihi)
Eh, mas Nursalam sms, kalau istrinya bakda maghrib ini dipindah ke
klinik di dekat Pasar Rebo.
Jadi, kalo ada yang mau besuk, jangan ke RS-nya, ya... tapi klinik...
lengkapnya, kontak mas nursalam aja ;)
Sekian info dari saya,
halah, udah kayak I-SK...
Huah, niaaaaa, miss u, sukses ya buat jobnya ;)
wassalam
Novi
- 11a.
-
[kuliner] Baso Akung
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Wed Nov 19, 2008 2:41 am (PST)
Sahabat, kota Bandung terkenal dengan distro dan wisata kulinernya. Nah
untuk kali ini akan kita bahas salah satu tempat wisata kuliner di Bandung
yang bernama Baso Akung.
*Pendahuluan* (loh kok kayak skripsi sih?)
Sehari setelah launching buku Menggenggam Cahaya di Bandung, beberapa SK-ers
mengadakan pertandingan futsal yang dihadiri oleh 30 orang (sebenarnya tanpa
angka nol, alias bertiga). Untuk menyalurkan bakat yang terpendam beberapa
kilo dibawah permukaan laut (halah mulai ngaco) maka ketiga orang itu (Budi,
Galih dan saya) memanggil team yang baru bermain untuk main lagi... ya agar
bisa menang gitu...
Setelah selesai bertanding, tidak lama sinta dan nia (alias nihaw) datang
untuk memotret kami yang sedang keletihan (GeeR deh). Setelah puas difoto
(ups memoto), disepakatilah untuk bebersih terlebih dahulu di kost Kang Mas
Budi beberapa ratus meter dari TKP (Tempat Kejadian Putsal).
Setelah yakin sudah bersih, lima sekawan ini melanjutkan perjalanan tanpa
arah untuk mengisi kekosongan (maksudnya kekosongan perut). Sambil mendorong
motor Budi yang kempes semua berfikir arah tujuan mengisi kekosongan, sampai
ada yang usul agar makan baso di daerah menuju lodaya bernama Baso Akung.
*Baso Akung
*
Sebenarnya mengambil menu baso agar Kang Mas Budi yang rencananya akan
menghadiri undangan temannya tetap bisa menghormati tuan rumah agar bisa
makan lagi di sana. Nama Akung diambil dari nama pemiliknya yaitu H. Akung.
Ya lokasi yang sangat ramai, tidak menutup kemungkinan kita harus menunggu
sampai berpuluh2 menit untuk bisa menyantap pesanannya. Ketika datang, kami
pun segera memesan di meja pemesanan sambil mendapatkan nomor antrian
(seperti ngantri BLT mungkin ya...) jika ada kursi yang kosong, maka bisa
segera mengambil tempat itu. Alhamdulillah pada saat itu ada beberapa kursi
yang kosong, sehingga kami tidak lama menunggu tempat duduk.
Kami pun memesan 3 porsi yamin (untuk Budi, Nia dan saya) dan 2 porsi kuah
(untuk galih dan sinta) ditambah baso sesuai keinginan. Ada BSCTP (Baso,
Somay, Ceker, Tahu, Pangsit) sesuai selera pemesan.
Sambil menunggu, kami bercerita *ngalor ngidul* hingga pesanan kami sampai
ke permukaan meja (halah). Ketika menerima, beberapa orang dari kami
terkaget-kaget dengan porsi yang jumbo. Tanpa basa basi, baso pun mulai
dimakan hingga akhirnya ada satu orang yang kewalahan memakannya... (saya
tidak akan menyebut namanya kalo dia adalah sinta).
Singkat cerita (emangnya masih panjang ya?) kami memutuskan keluar dari
tempat berhubung dah banyak yang ngantri. Dan kami pun berpisah, saya dan
galih ke leuwi panjang. Sinta dan nia kembali ke kost-an sinta.
Untuk foto-fotonya silahkan buka di :
http://groups.yahoo.com/ group/sekolah- kehidupan/ photos/album/ 833613875/ pic/list
Untuk mengantisipasi yang tidak bisa membuka, maka saya lampirkan
foto-fotonya.
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
Ph/fax: (+6222) 2507537
- 11b.
-
Re: [kuliner] Baso Akung
Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Wed Nov 19, 2008 2:50 am (PST)
dan di Cisarua kemaren ada baso gede banget, aku lupa namanya :D
sayang, ya pas abis acara launching
aku, mbak Lia dan mbak Dyah pulang pagi... jadi ga bisa menikmati baso
akung :(
Tapi, gpp, sih karena PAk Teha dengan baik hati mengantar kami dan
sesampai terminal, kami memborong brownis, hehehe (teteup, deh soal
makanan :D)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Hadian Febrianto"com
<hadianf@...> wrote:
>
> Sahabat, kota Bandung terkenal dengan distro dan wisata kulinernya. Nah
> untuk kali ini akan kita bahas salah satu tempat wisata kuliner di
Bandung
> yang bernama Baso Akung.
>
> *Pendahuluan* (loh kok kayak skripsi sih?)
>
> Sehari setelah launching buku Menggenggam Cahaya di Bandung,
beberapa SK-ers
> mengadakan pertandingan futsal yang dihadiri oleh 30 orang
(sebenarnya tanpa
> angka nol, alias bertiga). Untuk menyalurkan bakat yang terpendam
beberapa
> kilo dibawah permukaan laut (halah mulai ngaco) maka ketiga orang
itu (Budi,
> Galih dan saya) memanggil team yang baru bermain untuk main lagi...
ya agar
> bisa menang gitu...
>
> Setelah selesai bertanding, tidak lama sinta dan nia (alias nihaw)
datang
> untuk memotret kami yang sedang keletihan (GeeR deh). Setelah puas
difoto
> (ups memoto), disepakatilah untuk bebersih terlebih dahulu di kost
Kang Mas
> Budi beberapa ratus meter dari TKP (Tempat Kejadian Putsal).
>
> Setelah yakin sudah bersih, lima sekawan ini melanjutkan perjalanan
tanpa
> arah untuk mengisi kekosongan (maksudnya kekosongan perut). Sambil
mendorong
> motor Budi yang kempes semua berfikir arah tujuan mengisi
kekosongan, sampai
> ada yang usul agar makan baso di daerah menuju lodaya bernama Baso
Akung.
>
> *Baso Akung
> *
> Sebenarnya mengambil menu baso agar Kang Mas Budi yang rencananya akan
> menghadiri undangan temannya tetap bisa menghormati tuan rumah agar bisa
> makan lagi di sana. Nama Akung diambil dari nama pemiliknya yaitu H.
Akung.
>
> Ya lokasi yang sangat ramai, tidak menutup kemungkinan kita harus
menunggu
> sampai berpuluh2 menit untuk bisa menyantap pesanannya. Ketika
datang, kami
> pun segera memesan di meja pemesanan sambil mendapatkan nomor antrian
> (seperti ngantri BLT mungkin ya...) jika ada kursi yang kosong, maka
bisa
> segera mengambil tempat itu. Alhamdulillah pada saat itu ada
beberapa kursi
> yang kosong, sehingga kami tidak lama menunggu tempat duduk.
>
> Kami pun memesan 3 porsi yamin (untuk Budi, Nia dan saya) dan 2
porsi kuah
> (untuk galih dan sinta) ditambah baso sesuai keinginan. Ada BSCTP (Baso,
> Somay, Ceker, Tahu, Pangsit) sesuai selera pemesan.
>
> Sambil menunggu, kami bercerita *ngalor ngidul* hingga pesanan kami
sampai
> ke permukaan meja (halah). Ketika menerima, beberapa orang dari kami
> terkaget-kaget dengan porsi yang jumbo. Tanpa basa basi, baso pun mulai
> dimakan hingga akhirnya ada satu orang yang kewalahan memakannya...
(saya
> tidak akan menyebut namanya kalo dia adalah sinta).
>
> Singkat cerita (emangnya masih panjang ya?) kami memutuskan keluar dari
> tempat berhubung dah banyak yang ngantri. Dan kami pun berpisah,
saya dan
> galih ke leuwi panjang. Sinta dan nia kembali ke kost-an sinta.
>
> Untuk foto-fotonya silahkan buka di :
>
http://groups.yahoo.com/ group/sekolah- kehidupan/ photos/album/ 833613875/ pic/list
>
> Untuk mengantisipasi yang tidak bisa membuka, maka saya lampirkan
> foto-fotonya.
>
>
> --
> Regards,
> Hadian Febrianto, S.Si
> PT SAGA VISI PARIPURNA
> Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
> Ph/fax: (+6222) 2507537
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar