Messages In This Digest (25 Messages)
- 1a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta From: bujang kumbang
- 1b.
- Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta From: Arrizki Abidin
- 2.
- Re: [Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku => mbak retno From: Lia Octavia
- 3a.
- Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah From: Levi Friantina
- 4a.
- Re: Apa Khabar ESKA? From: apriyanto aris
- 5a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu From: candra aini
- 5b.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu From: sismanto
- 6a.
- Re: Lakukan semampumu From: candra aini
- 7a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] (Rampai) Untuk direnungkan From: candra aini
- 8a.
- (Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP From: WORD SMART CENTER
- 8b.
- Re: (Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP From: Bu CaturCatriks
- 8c.
- Re: (Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP From: inga_fety
- 9a.
- Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya) From: sismanto
- 9b.
- Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya) From: endut_wrah2
- 10a.
- Re: (Ruang Kantor) P10 From: sismanto
- 11a.
- Re: Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan... From: ugik madyo
- 12a.
- Re: [kuliner] Baso Akung From: galih@asmo.co.id
- 13a.
- Selamat atas sukses Raker ESKA dan Selamat u/ Bang Nursalam From: Pandika Sampurna
- 14.
- [Laskar Pelangi] Pengumuman penting bagi semua peserta proyek Laskar From: Lia Octavia
- 15a.
- [Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul From: Lia Octavia
- 15b.
- [Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul From: Lia Octavia
- 16.
- Airmata untuk seorang Teman From: agussyafii
- 17.
- Roadmap To The Top, Refleksi Orang Sukses Dari Jawa Pos From: magnet zone
- 18a.
- [cerita kehidupan] Ma..Mama...Maafin Mbak.... From: Putri Agus Sofyan
- 18b.
- Re: [cerita kehidupan] Ma..Mama...Maafin Mbak.... From: inga_fety
Messages
- 1a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Wed Nov 19, 2008 5:40 am (PST)
alurnya kayaknya kurang greget deh bro
bisa kalo nulis cerpen jgn banyak flaskback kadang kala membuat cerita makin gak fokus
gitu aja masukannya, otre...
sukses ya!
--- Pada Rab, 19/11/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > menulis:
Dari: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com >
Topik: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Tanggal: Rabu, 19 November, 2008, 5:09 PM
duh, romantisnya.
mas rizki suka nulis pake flashback2 ya.
manis deh ceritanya, bikin hati saya jadi hangat dgn cinta sore
ini :)
thanks ya!
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@ ...> wrote:
>
>
>
> "REKREASI CINTA"
>
> 5 Tahun Sebelumnya.
> Ragunan. Halte pertama yang aku singgahi untuk berlalu sejenak
dari lelahnya pikiran karena terus tertekan dari waktu yang
terbengkalai oleh satu harapan. Harapan tentang masa depan, tentang
lanjutan pendidikan yang akan aku tempuh. Esok adalah kepastian dari
segala usaha yang telah aku jejaki setelah lulus SMU. Menunggu hasil
dari ujian SPMB tidak pelak lagi telah memakan sebagian masaku yang
terkerangkeng oleh kungkungan takut akan kegagalan. Dan malam ini,
hendaknya kulepas kepenatan yang terangkai spontan menggelayuti sel-
sel syaraf otak.
> Berkeliling dari satu halte busway ke halte busway yang lain
sekiranya cukup menjadikan penyegaran alam pikiranku. Melihat dan
memandangi lalu lintas jalan serta lalu lalang kaki manusia pastinya
akan menggilas waktu percumaku yang terpakai untuk menunggu dalam
lamunan mimpi tak beralaskan kepastian.
> "Satu, mba." pintaku pada si penjual tiket.
> Tiket seharga Rp 3.500,- adalah bekal rekreasiku dalam sebuah bus
hingga nanti kembali lagi ke halte awal tempat segala perjalanan
malam ini akan berakhir. Jarum jam yang tak pernah letih berputar
kini menunjukan pukul 19.30 WIB. Sobekan tiket kubuang kedalam tong
sampah sebelum kaki bersandal jepit ini melangkah masuk menghuni
sebuah kendaraan besar beroda empat. Kuarungi lorong singkat sekedar
mencari tempat duduk di tepi bagian belakang. Setelahnya, aku
melihat beberapa orang ikut masuk tanpa ada niat menemaniku. Acak.
Mereka duduk di masing-masing bagian yang tidak terskenario
sebelumnya. Tepi depan dan belakang serta kursi bagian belakang yang
menghadap ke seluruh penjuru kursi di bus terwakili oleh manusia-
manusia yang entah hendak kemana dan mencari apa. Tidak penuh
memang, karena sisa dari kursi-kursi tersebut diperuntukan bagi para
penumpang di halte-halte berikutnya. Tak lama, perjalanan dimulai.
Bus mengitari putaran sebuah taman kering tak
> terurus. Perlahan bus meninggalkan Terminal Ragunan.
Pemberhentian selanjutnya segera menunggu.
> Halte Departemen Pertanian (Deptan) malam ini dihinggapi sebagian
besar oleh para penumpang yang berpakaian sama, hitam-hitam. Setelah
sang supir menghentikan kuda mesinnya, mereka berhamburan masuk ke
dalam berbarengan dengan penumpang lain yang berbeda pakaian.
SECURITY TRAINING FOR PROTECTION. Begitulah yang tertulis dibagian
dada dari baju mereka. Ternyata, mereka yang memakai pakaian yang
sama merupakan para pelaku calon penjaga keamanan bagi sebuah
perusahaan besar. Sepertinya mereka baru saja melakukan outbond
ringan dilokasi tepat dihadapan Kantor Departemen Pertanian. Tak
ayal, hari ini semua kursi langsung terisi penuh di halte Deptan.
Bahkan harus ada orang yang berdiri. Biasanya kursi akan terisi
sesuai jatah jika sudah melewati beberapa halte.
> Tak tega melihat seorang ibu tua berdiri dengan menjinjing tas
besarnya, aku pun mempersilakannnya duduk ditempatku. Dan ketika aku
berdiri, anugerah Tuhan turun padaku. Benar kata orang, siapa yang
tanam, dialah yang memetik hasilnya. Tak rugi berbuat baik dengan
memberikan singgahsanaku pada ibu tua itu. Kini, disebelahku,
berdiri seorang penghenti waktu sejenak. Seseorang yang akan
membuatku terlupa sebentar akan segala pusing dikepala. Aku tidak
menoleh kepadanya secara langsung. Tapi kaca bus dihadapanku sudah
cukup menyajikan keanggunan seorang gadis muda berambut hitam
panjang terurai. Biasnya memancarkan remang gambar secara
keseluruhan gadis itu. Kuduga sementara dengan melihat perawakannya,
ia seusia denganku. Memakai kemeja yang tertutupi dengan sweater
biru muda. Tas kecil ia jinjing dipundaknya. Celana jeans ketat ciri
khas gadis modern membalut kakinya yang panjang. Tingginya mungkin
sekitar 172 cm, lebih rendah tiga centimeter dariku.
> Rapih dan bersih. Itulah kesan yang dikeluarkan dari sosok anggun
tersebut. Tak pelak, aku yang berpakaian layaknya seorang preman
kota, hanya bisa memandanginya sembari muncul rasa tidak percaya
diri yang teramat dalam.
> Melewati halte Jatipadang, penumpang terus bertambah. Belum sampai
tahap desak-desakan. Aku terus mencuri pandang melalui kaca bus.
Raut wajah sang gadis tidak berubah. Sambil mendengarkan lagu-lagu
dari earphone-nya, ia terus menggerak-gerakan jempolnya pada tangan
yang mengepal erat memegang pegangan bagi penumpang yang berdiri.
Jelas sekali ia tidak sadar sedang kuperhatikan. Ingin menyapanya
langsung tapi tak kutemukan alasan yang tepat untuk membuka suatu
obrolan. Sempat membuncah sesekali rasa didada untuk bisa mengelus
wajah mulusnya, tapi itu hanya akan semakin membuat jantungku
berdetak semakin cepat. Harus bisa dikontrol saat-saat seperti ini.
> Halte-halte terlewati satu persatu hingga terhentilah dihalte
Duren Tiga. Ada perubahan pada si gadis cantik. Tampak wajahnya
tidak berpaling dari pandangannya kearah kanan. Aku dikirinya, tetap
memperhatikannya melalui pantulan bayangan kaca. Sudah terlalu lama
untuk tidak memutar kepalanya kearah yang sebaliknya.
> "Apa dia tahu sekarang?" tanyaku pada si hati kecil, "aku
ketahuan."
> Bus pun bergerak kembali. Dan….dag-dig- dug-dag-dig- dug…..jantungku
berdetak cepat. Pandanganku pada kaca tak beralih sedikitpun.
Seperti ada yang merasukiku untuk tidak memalingkan pandangan
sejenak. Matanya, matanya melirik kearah kaca bus, sejajar dengan
arah pandanganku, tapi kepalanya hanya berputar tidak sampai 45
derajat. Tajam. Sebagian penglihatannya ditutupi oleh rambut hitam
terurainya. Tak lama, kemudian ia palingkan lagi lirikannya kearah
sebelumnya. Rasa kakuku pun hilang, lenyap seketika. Sungguh
perasaan yang luar biasa. Hilanglah sudah penat tentang hasil ujian
SPMB.
> Didalam perjalanan menuju halte berikutnya, kejadian indah pun
terjadi. Sang supir bus menginjak rem tiba-tiba. Cukup dalam ia
menginjaknya karena ada lelaki setengah baya yang hendak
menyeberang. Terhentilah sebentar. Lelaki setengah baya itu terkejut
bukan main. Terkejut karena klakson bus yang begitu memekakan
telinga. Untuk beberapa detik lamanya ia masih berada ditengah jalur
busway. Beberapa penumpang bergerak maju untuk melihat situasi dan
kondisi, hingga kesadaran si penyeberang kembali sudah. Ia melintas
melewati pembatas.
> Tapi bukan disitu cerita indahnya. Cerita yang teramat membuatku
tersenyum lebar berada ditengah-tengah kejadian saat sang supir
menginjak rem.
> "Maaf, mas." ucap seorang penumpang padaku.
> Sebelumnya ia berposisi beradu punggung denganku. Rupanya
penumpang yang berperawakan PENDEKAR (Pendek Kekar) itu terhimpit
dengan penumpang lainnya yang sebagian bergerak mengikuti gaya tarik
dari hentian bus yang tiba-tiba dengan gerakan penumpang lainnya
yang mencoba menahan gaya tarik tersebut dengan melawan kearah
kebalikannya. Si pendekar pun terpaksa melepaskan himpitannya dengan
berjalan mundur yang akhirnya menabrakku. Layaknya difilm-film,
adegan tersebut terbayang dikepalaku selayaknya adegan yang
diperlambat. Tubuhku pun terdorong menuju kaca didepanku. Beruntung
kedua tanganku berhasil menahannya. Kepalaku tetap tegak menghadap
kaca. Sang gadis cantik, entah secara sadar atau tidak, sembari
mengikuti gaya tarik, tangan kirinya mencoba meraih tubuhku yang
terdorong. Aku sama sekali tidak ditariknya, tapi genggaman jarinya
memberikan remukan kecil pada jaket blue jeans-ku. Kami pun
berpandang-pandanga n melalui kaca, melihat bayangan satu sama
> lain.
> Jika difilm-film figurannya yang kaku tak bergerak sedang pemeran
utamanya tetap bergerak perlahan, maka adegan kami sebaliknya. Saat
semua penumpang tadi berusaha bergerak maju untuk melihat kejadian
yang terjadi, kami berdua tetap pada posisi yang sama, dengan mimik
yang sama, dan mungkin dengan perasaan yang sama.
> Setelah keadaan kembali normal, kami pun kembali ke posisi awal.
Begitu juga dengan penumpang yang lain. Beberapa orang sempat
menggerutu karena kejadian tadi.
> "Parah! Untung tidak tertabrak." seru salah seorang penumpang.
> Penumpang lain menimpalinya dengan senyuman-senyuman yang
menganggap aneh si penyeberang tadi. Bagi penumpang yang tidak
sempat melihat kejadian sebenarnya, mereka hanya ikut tertawa,
sebagian lagi menanyakan peristiwa yang baru saja berlalu. Sedang
aku dan sang gadis cantik, menatap malu-malu pada sebingkai kaca
besar. Rasa kaku yang kudapatkan sebelumnya, mulai cair seiring
cairnya senyuman dari wajah sang gadis cantik. Dan perjalanan pun
berlanjut.
> Kini busway sedang melewati daerah Kuningan, tepatnya melewati
plaza 89, dimana salah satu kantor akuntan publik yang terbesar
berada, PriceWaterHouseCoop ers. Penumpang semakin bertambah. Begitu
pula desakan didalam bus. Penumpang yang naik dan turun tidak
berbanding seimbang. Aku dan sang gadis cantik tetap memilih
berdiri, memberikan kesempatan bagi yang lain untuk duduk.
> Tak terasa ternyata air hujan menitik. Setetes-setetes, kemudian
menjadi hujan kecil, hingga akhirnya hujan tidak terlalu besarpun
membasahi lalu lintas, gedung-gedung di daerah Kuningan, tukang-
tukang jualan, dan tak terkecuali hatiku. Berkali-kali kini tidak
aku saja yang mencoba mencuri pandang, tapi sang gadis cantik pun
tampak melakukan hal yang sama. Sesekali kucoba membuang pandanganku
karena malu ketika ia melihatku. Ia tersenyum. Kuakui ia lebih
percaya diri dalam menatap bayangan lawannya. Lirikan bergantian.
Setelah kurasakan aman dari curian lirikannya, aku kembali
meliriknya. Tetesan air hujan pada kaca bus yang turun perlahan
membuat wajahnya sedikit bergoyang dan bengkak sana-sini. Tapi tetap
menawan dan mempesona.
> Pergantian lirikan ini diwarnai tingkah laku penumpang yang
beragam. Ada yang sedang membaca buku, ada yang sedang berbicara
dengan menggunakan bahasa Inggris melalui telepon genggam, ada yang
sedang tertidur pulas karena dingin, ada yang bergantian
mempersilakan penumpang yang berdiri untuk duduk, ada yang melamun,
bahkan ada yang sedang menatap sang gadis cantik. Siapa yang tidak
terpesona dengan kecantikan dan keanggunan sang gadis cantik.
Jangankan lelaki, para wanita pun akan meliriknya, baik karena rasa
kagum ataupun rasa iri. Muda tapi terlihat dewasa.
> Tak terasa, embun tercipta. Kaca semakin putih dan pandangan ku
mulai terganggu. Pesona surga dunia itu tertutup sudah. Aku mulai
linglung, tidak tahu harus bagaimana. Dipandang langsung saja atau
bagaimana. Halte Latuharhary sudah tinggal seratus meter lagi.
Semakin dekat dengan pemberhentian halte terakhir, tapi sang gadis
cantik tidak memperlihatkan respon bahwa ia akan turun di halte
tersebut. Perkiraanku paling jelek saat itu adalah ia akan turun di
halte Dukuh Atas karena mulai dari halte tersebut bus akan melewati
halte-halte yang sama ketika mulai berangkat dari Halte Ragunan,
hanya saja dari urutan yang sebaliknya.
> Aku harus mengenalnya. Aku harus tahu namanya. Aku harus tahu
dimana ia tinggal. Aku harus memulai obrolan dengannya atau semua
akan berakhir tanpa hasil disertai rasa penasaran. Penasaran adalah
hal yang paling menjengkelkan dalam hidup ini.
> Halte Halimun sudah mulai terlihat. "Jangan turun disini!
Kumohon." pintaku dalam hati, "beri hamba kesempatan di satu halte
terakhir ya Tuhan."
> Bus pun terhenti di halte Halimun. Jantung ku kembali berdetak
cepat. Penumpang sebagian besar mulai turun dihalte tersebut. Sang
gadis cantik pun bergerak. Tak tahan dengan rasa takut kehilangan,
aku beranikan diri menolehkan wajahku padanya.
> "Terima kasih, Tuhan." ucapku dalam hati. Ia hanya mengisi kursi
dibelakangnya. Berarti ia akan turun di halte Dukuh Atas. Tapi
bagaimana menyapanya? Ia duduk sedang aku tetap berdiri karena tak
tega melihat wanita-wanita berdiri. Otakku terus kuputar. Pasti ada
suatu alasan bagiku untuk menyapanya. Cari dan kucari terus. Tetap
tak kutemukan. Sempat kupejamkan mata ini dan berpikir lebih keras.
Dahi mulai kukerutkan semakin jadi. Tetap tak ada hasilnya.
> Akhirnya satu tarikan napas kubuat. Kuputuskan untuk mengikutinya
ketika ia turun dihalte Dukuh Atas, lalu nekad menyapanya sembari
berjalan dijembatan busway. Hanya ini yang terpikirkan olehku.
> "Bantu aku, Tuhan." pintaku lagi dihati terkecilku.
> Halte Dukuh Atas akan menjadi saksi hasil karya keberanian ku kali
ini. Dan halte itu semakin lama, semakin nyata. Hanya hitungan detik
sudah akan sampai. Roda bus terus berputar menghantarkan kuda mesin
ini berjalan sampai ketempatnya. Cahaya terang dari halte mulai
merasuk ke pupil mataku. Resah semakin kurasa. Sempat pula memaki
diri sendiri karena terlalu pengecut. Terlalu takut pada hal yang
dibuat-buat sendiri. Bus pun perlahan terhenti dan kemudian terhenti
total. Kembali adegan yang diperlambat terbayang dikepalaku. Pintu
bus terbuka. Semua penumpang, termasuk mereka yang berseragam hitam-
hitam, turun bergantian diawasi kenek bus yang tampilannya sangat
berbeda dengan kenek-kenek bus kota lainnya. Penumpang dari luar
bergantian naik. Aku pun memandangi kembali kaca yang telah hilang
embunnya.
> Dan…
> "Aa…" tak sengaja terucap pelan dibibirku.
> Ajaib. Keajaiban telah datang. Sang gadis cantik tak beranjak dari
kursinya. Dia tidak turun. Kenapa? Ada apa ini? Perasaanku kembali
membuncah. Pikiranku menerawang girang.
> "Apa ia sengaja tidak turun karena berpikiran hal yang sama
denganku? Sekedar jalan-jalan saja, berkeliling dengan menggunakan
busway" tanyaku tak bersuara.
> Bus kembali terisi penuh oleh penumpang Dukuh Atas. Kembali
berputar roda bus dan berjalanlah kendaraan besar tersebut. Betapa
girangnya aku. Tuhan masih memberikan aku kesempatan. Dimana pun ia
turun sekarang sudah tidak terbaca lagi. Ragunankah? Tapi tadi dia
naik dari Depatemen Pertanian. Paling tidak disanalah ia pasti turun.
> Perjalanan berlalu. Aku terus memandanginya melalui kaca. Ia duduk
dengan manis. Masih dengan earphone-nya. Bergantian saling lirik pun
terulang kembali. Déjà vu. Halte demi halte terlewati. Kuningan
kembali menjadi saksi kami saling berpandangan. Dia memandangiku.
Aku sekedar mencuri pandang karena masih seperti diawal, malu tanpa
alasan.
> "Seberapa bahayanya jika kau beranikan diri untuk sekedar
menyapanya, hah?" tanya hatiku memberi motivasi.
> Kini Halte Gor Sumantri menjadi tujuan berikutnya. Tempat yang
terkenal dengan sebutan Pasar Festival itu tinggal beberapa meter
saja. Dan aku terkaget. Diluar dugaanku. Diawal tadi Kuningan
bukanlah tempat yang ia tuju. Ia tidak turun disana. Benar-benar
diluar perkiraanku. Sang gadis cantik berdiri dari tempat duduknya.
Sepertinya bukan untuk mempersilakan penumpang lain untuk duduk. Dia
melangkah keluar. Aku masih terdiam. Hilanglah sudah semua jika ia
keluar. Dan benar sekali, ia turun di halte tersebut sesaat setelah
pintu busway terbuka. Aku hanya bisa melihatnya berlalu. Bus kembali
berjalan. Aku masih memandangnya dari kejauhan. Memandang ia
berjalan menuruni jembatan busway.
> "Sadarlah!" teriak hatiku. Lalu aku tersentak. Dipemberhentian
halte berikutnya, Halte Departemen Kesehatan (Depkes), aku turun.
Aku bergerak cepat, menyempil disela-sela penumpang yang bergantian
keluar masuk. Aku melihat dipintu seberang, ternyata bus yang
berlawanan belum lewat. Tak kuasa menunggu, kemudian aku berlari.
Berlari dan terus berlari. Berlari menuruni anak tangga jembatan
Busway. Tak ada ojek disana. Berlarilah lagi. Jaraknya dari Pasar
Festival lumayan jauh. Mudah-mudahan masih sempat menemuinya.
> Aku terengah-engah. Napasku sesak. Tepat didepan Pasar Festival
aku mencoba berhenti sejenak dari lariku untuk menghirup udara.
Hentiku tak lama. Kemudian aku berlari kecil menuruni anak tangga.
Berlari kecil, kemudian berjalan, berlari kecil, kemudian berjalan
lagi. Aku mengecek semua tempat makan yang ada dilantai dasar
bangunan. Ia tak ada. Lalu aku naik ke lantai dua dengan kembali
berlari kecil, menaiki anak tangga bangunan. Aku berjalan cepat
didalam bangunan itu. Kepalaku berputar-putar. Pandanganku sangat
awas sekali. Semua tempat kudatangi satu persatu, baik yang diluar
maupun yang didalam, tetapi tetap tak kutemukan. Napasku benar-benar
sudah habis. Kuputuskan untuk menyerah saja.
> Ketika berada dilapangan parkir kucoba melihat sekeliling lagi.
Rasa penasaran masih menggelayutiku. Terlihatlah kemudian olehku
tempat yang seperti perpustakaan yang menjual buku-buku murah.
Ternyata tempat itu belum aku cek sama sekali. Hanya sebatas lewat
saja. Aku kembali tersenyum. Semangatku kembali menyala. Dan ketika
aku sampai didalamnya, ia tetap tak ada. Habis sudah harapanku.
Jodohku dengannya ternyata hanya sampai sebatas pada sebuah kaca
busway. Lebih baik pulang dan beristirahat. Tak terpikirkan sama
sekali olehku pengumuman SPMB esok hari. Sang gadis cantik masih
terngiang dikepalaku.
>
> 1 Hari Kemudian, Masih Di Tahun Yang Sama.
> Hari ini hari sabtu. Aku harus keluar mencari koran nasional untuk
melihat hasil pengumuman SPMB. Pagi-pagi sekali aku sudah keluar.
Ternyata di si penjual sudah habis. Sepertinya banyak juga manusia
yang menunggu hasil SPMB atau mereka memang berniat membaca kabar
hari kemarin pada koran pagi ini. Kuputuskan untuk naik busway. Aku
hendak mencari koran di daerah Duren Tiga saja sembari mampir
ketempat kosan temanku. Hari ini ia berjanji untuk mengajariku
membuat Desain Web sederhana. Akan kubangunkan ia pagi-pagi begini.
> Busway melaju dari Halte Ragunan menuju Halte Deptan. Saat singgah
di Halte Deptan, sang gadis cantik berjalan memasukinya. Ia duduk
dikursi dekat pintu. Kali ini ia memakai pakaian santai namun tetap
menawan. Keadaan setengah mengantuk ku berubah menjadi rasa segar
yang amat sangat. Tak mau membuang peluang lagi, dengan berpakaian
kaos oblong, celana pendek, serta sendal jepit, aku menghampirinya.
Entah kenapa kali ini aku spontan saja menyapanya. Kenapa rasa
percaya diri ini tidak tumbuh semalam?
> "Hai, kamu yang kemarin turun di Pasar Festival `kan?" tanyaku
padanya.
> "Ya." jawabnya singkat.
> "Aneh, kenapa tidak turun diawal saja saat melewatinya? " lanjutku
lagi.
> "Kenapa kamu tidak menyapaku dari kemarin saja?" balasnya.
> Aku terkejut dengan pertanyaannya. Wajahku menjadi pucat
sedikit. "Maksudnya?" balasku lagi sembari berpura-pura polos.
> "Saya tidak langsung turun di Pasar Festival karena saya menunggu
kamu menyapa saya." jawabnya sembari tersenyum manis. Sangat manis
sekali.
> Aku pun ikut tersernyum. Ternyata hal tersebutlah yang
dipikirkannya selama berada cukup lama bersamaku didalam busway.
Obrolan kami pun menjadi lancar. Aku bercerita apa yang kukerjakan
setelah mengetahui ia turun di Pasar Festival. Sang gadis cantik
tertawa-tawa, begitu juga aku. Bersemangat sekali aku bercerita.
Ternyata, ia menghampiri toko buku murah itu semalam untuk mengambil
buku pesanannya. Pantas tidak bertemu denganku. Selagi aku asyik
berlari menuju Pasar Festival dan berlalu-lalang mencarinya kesana-
kemari, ia sudah beranjak pergi dari toko buku murah tersebut.
> Ah, pagi ini ternyata tidak hanya cerah, tapi juga indah dan
mempesona. Takdir memang tidak pernah tertukar. Ia memang rejekiku
untuk berkenalan.
>
> Saat Ini.
> Indah sekali mengenang masa lalu. Mirna, sang gadis cantik, kini
semakin menarik setelah melahirkan anak pertamanya setahun lalu.
Putri kesayangan kami berdua ini sungguh lucu. Ia tersenyum dengan
kedua lesung pipinya saat aku memonyongkan bibirku. Aku, Medino,
adalah pria yang paling beruntung didunia saat ini. Begitupun Mirna.
Kami hidup sebagai keluarga muda yang harmonis. Hal yang paling kami
takutkan saat ini adalah ketika putri kami sedang menangis karena
merasa dilupakan oleh kami berdua yang tentunya masih ingin
berpacaran layaknya sebelum menikah.
> "Apa dengan umur setahun bayi kita sudah mengerti arti dilupakan?"
tanyaku pada Mirna.
> Untuk menghentikan tangisannya, aku dan Mirna cukup memanggilnya
saja :
>
> KACA
>
> Dan ia pun tersenyum kembali. Senyuman yang membuat kami bangga
sebagai orangtuanya sekaligus menaruh harapan besar padanya kelak.
>
> ***TAMAT***
>
>
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/ - 1b.
-
Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com arrizki_abidin
Wed Nov 19, 2008 6:00 pm (PST)
Assalamu'alaikum
thx banget bos komennya....hehe
Wasslamu'alaikum
--- On Wed, 11/19/08, bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co. > wrote:id
From: bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co. >id
Subject: Bls: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Wednesday, November 19, 2008, 5:40 AM
alurnya kayaknya kurang greget deh bro
bisa kalo nulis cerpen jgn banyak flaskback kadang kala membuat cerita makin gak fokus
gitu aja masukannya, otre...
sukses ya!
--- Pada Rab, 19/11/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@ yahoo.com> menulis:
Dari: Bu CaturCatriks <punya_retno@ yahoo.com>
Topik: [sekolah-kehidupan] Re: (CERPEN) Rekreasi Cinta
Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Tanggal: Rabu, 19 November, 2008, 5:09 PM
duh, romantisnya.
mas rizki suka nulis pake flashback2 ya.
manis deh ceritanya, bikin hati saya jadi hangat dgn cinta sore
ini :)
thanks ya!
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@ ...> wrote:
>
>
>
> �"REKREASI CINTA"
> �
> 5 Tahun Sebelumnya.
> Ragunan. Halte pertama yang aku singgahi untuk berlalu sejenak
dari lelahnya pikiran karena terus tertekan dari waktu yang
terbengkalai oleh satu harapan. Harapan tentang masa depan, tentang
lanjutan pendidikan yang akan aku tempuh. Esok adalah kepastian dari
segala usaha yang telah aku jejaki setelah lulus SMU. Menunggu hasil
dari ujian SPMB tidak pelak lagi telah memakan sebagian masaku yang
terkerangkeng oleh kungkungan takut akan kegagalan. Dan malam ini,
hendaknya kulepas kepenatan yang terangkai spontan menggelayuti sel-
sel syaraf otak.
> Berkeliling dari satu halte busway ke halte busway yang lain
sekiranya cukup menjadikan penyegaran alam pikiranku. Melihat dan
memandangi lalu lintas jalan serta lalu lalang kaki manusia pastinya
akan menggilas waktu percumaku yang terpakai untuk menunggu dalam
lamunan mimpi tak beralaskan kepastian.
> "Satu, mba." pintaku pada si penjual tiket.
> Tiket seharga Rp 3.500,- adalah bekal rekreasiku dalam sebuah bus
hingga nanti kembali lagi ke halte awal tempat segala perjalanan
malam ini akan berakhir. Jarum jam yang tak pernah letih berputar
kini menunjukan pukul 19.30 WIB. Sobekan tiket kubuang kedalam tong
sampah sebelum kaki bersandal jepit ini melangkah masuk menghuni
sebuah kendaraan besar beroda empat. Kuarungi lorong singkat sekedar
mencari tempat duduk di tepi bagian belakang. Setelahnya, aku
melihat beberapa orang ikut masuk tanpa ada niat menemaniku. Acak.
Mereka duduk di masing-masing bagian yang tidak terskenario
sebelumnya. Tepi depan dan belakang serta kursi bagian belakang yang
menghadap ke seluruh penjuru kursi di bus terwakili oleh manusia-
manusia yang entah hendak kemana dan mencari apa. Tidak penuh
memang, karena sisa dari kursi-kursi tersebut diperuntukan bagi para
penumpang di halte-halte berikutnya. Tak lama, perjalanan dimulai.
Bus mengitari putaran sebuah taman kering tak
> terurus. Perlahan bus meninggalkan Terminal Ragunan.
Pemberhentian selanjutnya segera menunggu.
> Halte Departemen Pertanian (Deptan) malam ini dihinggapi sebagian
besar oleh para penumpang yang berpakaian sama, hitam-hitam. Setelah
sang supir menghentikan kuda mesinnya, mereka berhamburan masuk ke
dalam berbarengan dengan penumpang lain yang berbeda pakaian.
SECURITY TRAINING FOR PROTECTION.
Begitulah yang tertulis dibagian
dada dari baju mereka. Ternyata, mereka yang memakai pakaian yang
sama merupakan para pelaku calon penjaga keamanan bagi sebuah
perusahaan besar. Sepertinya mereka baru saja melakukan outbond
ringan dilokasi tepat dihadapan Kantor Departemen Pertanian. Tak
ayal, hari ini semua kursi langsung terisi penuh di halte Deptan.
Bahkan harus ada orang yang berdiri. Biasanya kursi akan terisi
sesuai jatah jika sudah melewati beberapa halte. �����
> Tak tega melihat seorang ibu tua berdiri dengan menjinjing tas
besarnya, aku pun mempersilakannnya duduk ditempatku. Dan ketika aku
berdiri, anugerah Tuhan turun padaku. Benar kata orang, siapa yang
tanam, dialah yang memetik hasilnya. Tak rugi berbuat baik dengan
memberikan singgahsanaku pada ibu tua itu. Kini, disebelahku,
berdiri seorang penghenti waktu sejenak. Seseorang yang akan
membuatku terlupa
sebentar akan segala pusing dikepala. Aku tidak
menoleh kepadanya secara langsung. Tapi kaca bus dihadapanku sudah
cukup menyajikan keanggunan seorang gadis muda berambut hitam
panjang terurai. Biasnya memancarkan remang gambar secara
keseluruhan gadis itu. Kuduga sementara dengan melihat perawakannya,
ia seusia denganku. Memakai kemeja yang tertutupi dengan sweater
biru muda. Tas kecil ia jinjing dipundaknya. Celana jeans ketat ciri
khas gadis modern membalut kakinya yang panjang. Tingginya mungkin
sekitar 172 cm, lebih rendah tiga centimeter dariku.
> Rapih dan bersih. Itulah kesan yang dikeluarkan dari sosok anggun
tersebut. Tak pelak, aku yang berpakaian layaknya seorang preman
kota, hanya bisa memandanginya sembari muncul rasa tidak percaya
diri yang teramat dalam.
> Melewati halte Jatipadang, penumpang terus bertambah. Belum sampai
tahap desak-desakan. Aku terus mencuri pandang melalui
kaca bus.
Raut wajah sang gadis tidak berubah. Sambil mendengarkan lagu-lagu
dari earphone�-nya, ia terus menggerak-gerakan jempolnya pada tangan
yang mengepal erat memegang pegangan bagi penumpang yang berdiri.
Jelas sekali ia tidak sadar sedang kuperhatikan. Ingin menyapanya
langsung tapi tak kutemukan alasan yang tepat untuk membuka suatu
obrolan. Sempat membuncah sesekali rasa didada untuk bisa mengelus
wajah mulusnya, tapi itu hanya akan semakin membuat jantungku
berdetak semakin cepat. Harus bisa dikontrol saat-saat seperti ini.
> Halte-halte terlewati satu persatu hingga terhentilah dihalte
Duren Tiga. Ada perubahan pada si gadis cantik. Tampak wajahnya
tidak berpaling dari pandangannya kearah kanan. Aku dikirinya, tetap
memperhatikannya melalui pantulan bayangan kaca. Sudah terlalu lama
untuk tidak memutar kepalanya kearah yang sebaliknya.
> "Apa dia tahu sekarang?" tanyaku pada si
hati kecil, "aku
ketahuan."
> Bus pun bergerak kembali. Dan�.dag-dig- dug-dag-dig- dug�..jantungku
berdetak cepat. Pandanganku pada kaca tak beralih sedikitpun.
Seperti ada yang merasukiku untuk tidak memalingkan pandangan
sejenak. Matanya, matanya melirik kearah kaca bus, sejajar dengan
arah pandanganku, tapi kepalanya hanya berputar tidak sampai 45
derajat. Tajam. Sebagian penglihatannya ditutupi oleh rambut hitam
terurainya. Tak lama, kemudian ia palingkan lagi lirikannya kearah
sebelumnya. Rasa kakuku pun hilang, lenyap seketika. Sungguh
perasaan yang luar biasa. Hilanglah sudah penat tentang hasil ujian
SPMB.
> Didalam perjalanan menuju halte berikutnya, kejadian indah pun
terjadi. Sang supir bus menginjak rem tiba-tiba. Cukup dalam ia
menginjaknya karena ada lelaki setengah baya yang hendak
menyeberang. Terhentilah sebentar. Lelaki setengah baya itu terkejut
bukan main.
Terkejut karena klakson bus yang begitu memekakan
telinga. Untuk beberapa detik lamanya ia masih berada ditengah jalur
busway. Beberapa penumpang bergerak maju untuk melihat situasi dan
kondisi, hingga kesadaran si penyeberang kembali sudah. Ia melintas
melewati pembatas.�
> Tapi bukan disitu cerita indahnya. Cerita yang teramat membuatku
tersenyum lebar berada ditengah-tengah kejadian saat sang supir
menginjak rem.��
> "Maaf, mas." ucap seorang penumpang padaku.
> Sebelumnya ia berposisi beradu punggung denganku. Rupanya
penumpang yang berperawakan PENDEKAR (Pendek Kekar) itu terhimpit
dengan penumpang lainnya yang sebagian bergerak mengikuti gaya tarik
dari hentian bus yang tiba-tiba dengan gerakan penumpang lainnya
yang mencoba menahan gaya tarik tersebut dengan melawan kearah
kebalikannya. Si pendekar pun terpaksa melepaskan himpitannya dengan
berjalan mundur yang
akhirnya menabrakku. Layaknya difilm-film,
adegan tersebut terbayang dikepalaku selayaknya adegan yang
diperlambat. Tubuhku pun terdorong menuju kaca didepanku. Beruntung
kedua tanganku berhasil menahannya. Kepalaku tetap tegak menghadap
kaca. Sang gadis cantik, entah secara sadar atau tidak, sembari
mengikuti gaya tarik, tangan kirinya mencoba meraih tubuhku yang
terdorong. Aku sama sekali tidak ditariknya, tapi genggaman jarinya
memberikan remukan kecil pada jaket blue jeans-ku. Kami pun
berpandang-pandanga n melalui kaca, melihat bayangan satu sama
> lain.
> Jika difilm-film figurannya yang kaku tak bergerak sedang pemeran
utamanya tetap bergerak perlahan, maka adegan kami sebaliknya. Saat
semua penumpang tadi berusaha bergerak maju untuk melihat kejadian
yang terjadi, kami berdua tetap pada posisi yang sama, dengan mimik
yang sama, dan mungkin dengan perasaan yang sama.
> Setelah
keadaan kembali normal, kami pun kembali ke posisi awal.
Begitu juga dengan penumpang yang lain. Beberapa orang sempat
menggerutu karena kejadian tadi.
> "Parah! Untung tidak tertabrak." seru salah seorang penumpang.
> Penumpang lain menimpalinya dengan senyuman-senyuman yang
menganggap aneh si penyeberang tadi. Bagi penumpang yang tidak
sempat melihat kejadian sebenarnya, mereka hanya ikut tertawa,
sebagian lagi menanyakan peristiwa yang baru saja berlalu. Sedang
aku dan sang gadis cantik, menatap malu-malu pada sebingkai kaca
besar. Rasa kaku yang kudapatkan sebelumnya, mulai cair seiring
cairnya senyuman dari wajah sang gadis cantik. Dan perjalanan pun
berlanjut.
> Kini busway sedang melewati daerah Kuningan, tepatnya melewati
plaza 89, dimana salah satu kantor akuntan publik yang terbesar
berada, PriceWaterHouseCoop ers. Penumpang semakin bertambah. Begitu
pula desakan didalam bus.
Penumpang yang naik dan turun tidak
berbanding seimbang. Aku dan sang gadis cantik tetap memilih
berdiri, memberikan kesempatan bagi yang lain untuk duduk.
> Tak terasa ternyata air hujan menitik. Setetes-setetes, kemudian
menjadi hujan kecil, hingga akhirnya hujan tidak terlalu besarpun
membasahi lalu lintas, gedung-gedung di daerah Kuningan, tukang-
tukang jualan, dan tak terkecuali hatiku. Berkali-kali kini tidak
aku saja yang mencoba mencuri pandang, tapi sang gadis cantik pun
tampak melakukan hal yang sama. Sesekali kucoba membuang pandanganku
karena malu ketika ia melihatku. Ia tersenyum. Kuakui ia lebih
percaya diri dalam menatap bayangan lawannya. Lirikan bergantian.
Setelah kurasakan aman dari curian lirikannya, aku kembali
meliriknya. Tetesan air hujan pada kaca bus yang turun perlahan
membuat wajahnya sedikit bergoyang dan bengkak sana-sini. Tapi tetap
menawan dan mempesona.
>
Pergantian lirikan ini diwarnai tingkah laku penumpang yang
beragam. Ada yang sedang membaca buku, ada yang sedang berbicara
dengan menggunakan bahasa Inggris melalui telepon genggam, ada yang
sedang tertidur pulas karena dingin, ada yang bergantian
mempersilakan penumpang yang berdiri untuk duduk, ada yang melamun,
bahkan ada yang sedang menatap sang gadis cantik. Siapa yang tidak
terpesona dengan kecantikan dan keanggunan sang gadis cantik.
Jangankan lelaki, para wanita pun akan meliriknya, baik karena rasa
kagum ataupun rasa iri. Muda tapi terlihat dewasa.
> Tak terasa, embun tercipta. Kaca semakin putih dan pandangan ku
mulai terganggu. Pesona surga dunia itu tertutup sudah. Aku mulai
linglung, tidak tahu harus bagaimana. Dipandang langsung saja atau
bagaimana. Halte Latuharhary sudah tinggal seratus meter lagi.
Semakin dekat dengan pemberhentian halte terakhir, tapi sang gadis
cantik tidak
memperlihatkan respon bahwa ia akan turun di halte
tersebut. Perkiraanku paling jelek saat itu adalah ia akan turun di
halte Dukuh Atas karena mulai dari halte tersebut bus akan melewati
halte-halte yang sama ketika mulai berangkat dari Halte Ragunan,
hanya saja dari urutan yang sebaliknya.
> Aku harus mengenalnya. Aku harus tahu namanya. Aku harus tahu
dimana ia tinggal. Aku harus memulai obrolan dengannya atau semua
akan berakhir tanpa hasil disertai rasa penasaran. Penasaran adalah
hal yang paling menjengkelkan dalam hidup ini.
> Halte Halimun sudah mulai terlihat. "Jangan turun disini!
Kumohon." pintaku dalam hati, "beri hamba kesempatan di satu halte
terakhir ya Tuhan."
> Bus pun terhenti di halte Halimun. Jantung ku kembali berdetak
cepat. Penumpang sebagian besar mulai turun dihalte tersebut. Sang
gadis cantik pun bergerak. Tak tahan dengan rasa takut kehilangan,
aku beranikan diri
menolehkan wajahku padanya.
> "Terima kasih, Tuhan." ucapku dalam hati. Ia hanya mengisi kursi
dibelakangnya. Berarti ia akan turun di halte Dukuh Atas. Tapi
bagaimana menyapanya? Ia duduk sedang aku tetap berdiri karena tak
tega melihat wanita-wanita berdiri. Otakku terus kuputar. Pasti ada
suatu alasan bagiku untuk menyapanya. Cari dan kucari terus. Tetap
tak kutemukan. Sempat kupejamkan mata ini dan berpikir lebih keras.
Dahi mulai kukerutkan semakin jadi. Tetap tak ada hasilnya.
> Akhirnya satu tarikan napas kubuat. Kuputuskan untuk mengikutinya
ketika ia turun dihalte Dukuh Atas, lalu nekad menyapanya sembari
berjalan dijembatan busway. Hanya ini yang terpikirkan olehku.
> "Bantu aku, Tuhan." pintaku lagi dihati terkecilku.
> Halte Dukuh Atas akan menjadi saksi hasil karya keberanian ku kali
ini. Dan halte itu semakin lama, semakin nyata. Hanya hitungan detik
sudah akan sampai. Roda
bus terus berputar menghantarkan kuda mesin
ini berjalan sampai ketempatnya. Cahaya terang dari halte mulai
merasuk ke pupil mataku. Resah semakin kurasa. Sempat pula memaki
diri sendiri karena terlalu pengecut. Terlalu takut pada hal yang
dibuat-buat sendiri. Bus pun perlahan terhenti dan kemudian terhenti
total. Kembali adegan yang diperlambat terbayang dikepalaku. Pintu
bus terbuka. Semua penumpang, termasuk mereka yang berseragam hitam-
hitam, turun bergantian diawasi kenek bus yang tampilannya sangat
berbeda dengan kenek-kenek bus kota lainnya. Penumpang dari luar
bergantian naik. Aku pun memandangi kembali kaca yang telah hilang
embunnya.
> Dan�
> "Aa�" tak sengaja terucap pelan dibibirku.
> Ajaib. Keajaiban telah datang. Sang gadis cantik tak beranjak dari
kursinya. Dia tidak turun. Kenapa? Ada apa ini? Perasaanku kembali
membuncah. Pikiranku menerawang girang.
> "Apa ia
sengaja tidak turun karena berpikiran hal yang sama
denganku? Sekedar jalan-jalan saja, berkeliling dengan menggunakan
busway" tanyaku tak bersuara.
> Bus kembali terisi penuh oleh penumpang Dukuh Atas. Kembali
berputar roda bus dan berjalanlah kendaraan besar tersebut. Betapa
girangnya aku. Tuhan masih memberikan aku kesempatan. Dimana pun ia
turun sekarang sudah tidak terbaca lagi. Ragunankah? Tapi tadi dia
naik dari Depatemen Pertanian. Paling tidak disanalah ia pasti turun.
> Perjalanan berlalu. Aku terus memandanginya melalui kaca. Ia duduk
dengan manis. Masih dengan earphone-nya. Bergantian saling lirik pun
terulang kembali. D�j� vu. Halte demi halte terlewati. Kuningan
kembali menjadi saksi kami saling berpandangan. Dia memandangiku.
Aku sekedar mencuri pandang karena masih seperti diawal, malu tanpa
alasan.
> "Seberapa bahayanya jika kau beranikan diri untuk sekedar
menyapanya,
hah?" tanya hatiku memberi motivasi.
> Kini Halte Gor Sumantri menjadi tujuan berikutnya. Tempat yang
terkenal dengan sebutan Pasar Festival itu tinggal beberapa meter
saja. Dan aku terkaget. Diluar dugaanku. Diawal tadi Kuningan
bukanlah tempat yang ia tuju. Ia tidak turun disana. Benar-benar
diluar perkiraanku. Sang gadis cantik berdiri dari tempat duduknya.
Sepertinya bukan untuk mempersilakan penumpang lain untuk duduk. Dia
melangkah keluar. Aku masih terdiam. Hilanglah sudah semua jika ia
keluar. Dan benar sekali, ia turun di halte tersebut sesaat setelah
pintu busway terbuka. Aku hanya bisa melihatnya berlalu. Bus kembali
berjalan. Aku masih memandangnya dari kejauhan. Memandang ia
berjalan menuruni jembatan busway.
> "Sadarlah!" teriak hatiku. Lalu aku tersentak. Dipemberhentian
halte berikutnya, Halte Departemen Kesehatan (Depkes), aku turun.
Aku bergerak cepat, menyempil disela-sela
penumpang yang bergantian
keluar masuk. Aku melihat dipintu seberang, ternyata bus yang
berlawanan belum lewat. Tak kuasa menunggu, kemudian aku berlari.
Berlari dan terus berlari. Berlari menuruni anak tangga jembatan
Busway. Tak ada ojek disana. Berlarilah lagi. Jaraknya dari Pasar
Festival lumayan jauh. Mudah-mudahan masih sempat menemuinya.
> Aku terengah-engah. Napasku sesak. Tepat didepan Pasar Festival
aku mencoba berhenti sejenak dari lariku untuk menghirup udara.
Hentiku tak lama. Kemudian aku berlari kecil menuruni anak tangga.
Berlari kecil, kemudian berjalan, berlari kecil, kemudian berjalan
lagi. Aku mengecek semua tempat makan yang ada dilantai dasar
bangunan. Ia tak ada. Lalu aku naik ke lantai dua dengan kembali
berlari kecil, menaiki anak tangga bangunan. Aku berjalan cepat
didalam bangunan itu. Kepalaku berputar-putar. Pandanganku sangat
awas sekali. Semua tempat kudatangi satu
persatu, baik yang diluar
maupun yang didalam, tetapi tetap tak kutemukan. Napasku benar-benar
sudah habis. Kuputuskan untuk menyerah saja.
> Ketika berada dilapangan parkir kucoba melihat sekeliling lagi.
Rasa penasaran masih menggelayutiku. Terlihatlah kemudian olehku
tempat yang seperti perpustakaan yang menjual buku-buku murah.
Ternyata tempat itu belum aku cek sama sekali. Hanya sebatas lewat
saja. Aku kembali tersenyum. Semangatku kembali menyala. Dan ketika
aku sampai didalamnya, ia tetap tak ada. Habis sudah harapanku.
Jodohku dengannya ternyata hanya sampai sebatas pada sebuah kaca
busway. Lebih baik pulang dan beristirahat. Tak terpikirkan sama
sekali olehku pengumuman SPMB esok hari. Sang gadis cantik masih
terngiang dikepalaku.
> �
> 1 Hari Kemudian, Masih Di Tahun Yang Sama.
> Hari ini hari sabtu. Aku harus keluar mencari koran nasional untuk
melihat hasil
pengumuman SPMB. Pagi-pagi sekali aku sudah keluar.
Ternyata di si penjual sudah habis. Sepertinya banyak juga manusia
yang menunggu hasil SPMB atau mereka memang berniat membaca kabar
hari kemarin pada koran pagi ini. Kuputuskan untuk naik busway. Aku
hendak mencari koran di daerah Duren Tiga saja sembari mampir
ketempat kosan temanku. Hari ini ia berjanji untuk mengajariku
membuat Desain Web sederhana. Akan kubangunkan ia pagi-pagi begini.
> Busway melaju dari Halte Ragunan menuju Halte Deptan. Saat singgah
di Halte Deptan, sang gadis cantik berjalan memasukinya. Ia duduk
dikursi dekat pintu. Kali ini ia memakai pakaian santai namun tetap
menawan. Keadaan setengah mengantuk ku berubah menjadi rasa segar
yang amat sangat. Tak mau membuang peluang lagi, dengan berpakaian
kaos oblong, celana pendek, serta sendal jepit, aku menghampirinya.
Entah kenapa kali ini aku spontan saja menyapanya. Kenapa rasa
percaya diri ini tidak tumbuh semalam?
> "Hai, kamu yang kemarin turun di Pasar Festival `kan?" tanyaku
padanya.
> "Ya." jawabnya singkat.
> "Aneh, kenapa tidak turun diawal saja saat melewatinya? " lanjutku
lagi.
> "Kenapa kamu tidak menyapaku dari kemarin saja?" balasnya.
> Aku terkejut dengan pertanyaannya. Wajahku menjadi pucat
sedikit. "Maksudnya?" balasku lagi sembari berpura-pura polos.
> "Saya tidak langsung turun di Pasar Festival karena saya menunggu
kamu menyapa saya." jawabnya sembari tersenyum manis. Sangat manis
sekali.
> Aku pun ikut tersernyum. Ternyata hal tersebutlah yang
dipikirkannya selama berada cukup lama bersamaku didalam busway.
Obrolan kami pun menjadi lancar. Aku bercerita apa yang kukerjakan
setelah mengetahui ia turun di Pasar Festival. Sang gadis cantik
tertawa-tawa, begitu juga aku. Bersemangat sekali aku bercerita.
Ternyata, ia
menghampiri toko buku murah itu semalam untuk mengambil
buku pesanannya. Pantas tidak bertemu denganku. Selagi aku asyik
berlari menuju Pasar Festival dan berlalu-lalang mencarinya kesana-
kemari, ia sudah beranjak pergi dari toko buku murah tersebut.
> Ah, pagi ini ternyata tidak hanya cerah, tapi juga indah dan
mempesona. Takdir memang tidak pernah tertukar. Ia memang rejekiku
untuk berkenalan.
> �
> Saat Ini.
> Indah sekali mengenang masa lalu. Mirna, sang gadis cantik, kini
semakin menarik setelah melahirkan anak pertamanya setahun lalu.
Putri kesayangan kami berdua ini sungguh lucu. Ia tersenyum dengan
kedua lesung pipinya saat aku memonyongkan bibirku. Aku, Medino,
adalah pria yang paling beruntung didunia saat ini. Begitupun Mirna.
Kami hidup sebagai keluarga muda yang harmonis. Hal yang paling kami
takutkan saat ini adalah ketika putri kami sedang menangis karena
merasa dilupakan oleh kami berdua yang tentunya masih ingin
berpacaran layaknya sebelum menikah.
> "Apa dengan umur setahun bayi kita sudah mengerti arti dilupakan?"
tanyaku pada Mirna.
> Untuk menghentikan tangisannya, aku dan Mirna cukup memanggilnya
saja :
> �
> KACA
> �
> Dan ia pun tersenyum kembali. Senyuman yang membuat kami bangga
sebagai orangtuanya sekaligus menaruh harapan besar padanya kelak.
> �
> ***TAMAT***
> �
>
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail. com.
- 2.
-
Re: [Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku => mbak retno
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Wed Nov 19, 2008 6:43 am (PST)
wuah ternyata connection kita lancar juga ya, mba? hehehe...
mba, aku menulis artikel ini justru pada saat aku sakit dua hari yang lalu.
mbak uri bertanya padaku, mengapa di saat aku sedang sakit, aku bisa
menulis review secantik dan sebagus ini.
kupikir justru di saat kondisi sedang tidak berada di atas (baca: sakit atau
dalam tahap pemulihan, sedih, depresi, banyak pikiran, kesepian, banyak
tekanan dll) maka seseorang "terpaksa" mengeluarkan what's his best out of
him. sama seperti seorang pendekar atau pejuang dalam film atau komik yang
harus berdarah-darah dulu seelum mengeluarkan jurus pamungkasnya dan
memenangkan pertandingan.
karena manusia seringkali terperangkap dalam zona nyaman dan inilah yang
sebenarnya malah membekukan kreatifitasnya. dalam keadan terjepit, manusia
justru semakin kreatif.
dalam hal ini kafka atai sadeq atau bahkan jim carey sekalipun yang
sama-sama pernah punya masalah kekelaman dalam hidup mereka dapat menaruh
"jiwa" dan "rasa" pada setiap tulisan atau karya mereka, dan semakin
tertekan, tekanan dan kekelaman itu tergambar hidup dan menyala dalam
tulisan-tulisannya dan akhirnya menjadikannya fenomenal.
itu sih analisaku, mbak, juga berdasarkan pengalamanku sendiri ^_^
p.s.: carrie-ann moss adalah saudara kembar kate-ann moss yang juga seorang
model. kate-ann moss pernah mengalami phobia terhadap berat badan sehingga
ia menjadi super model yang super kurus. aku pernah mendiskusikan hal ini
dgn temanku beberapa waktu yang lalu, jadi aku ingat, mbak ^_^
aku mah nonton entertainment tonight kalau lagi kepingin cuci mata sedikit
hehehehe...
thanks a lot, mba retno ^_^
salam
Lia
On 11/18/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com > wrote:
>
> gyaaaa, baru aja aku kepikir "asik kali, ya, nulis ttg rilke,"
> eh ndilalah, mbak lia dah duluan.
> aku pernah baca review ttg rilke yg berbunyi "puisi2 rilke banyak yg
> memuja kematian.."ada seorang penulis iran bernama sadeq hedayat
> (dia nulis bestseller berjudul the blind's owl) yg juga suka bgt
> baca rilke.the blind owl adl karya bestseller pertama dan
> terakhirnya. abis nulis itu, dia dapat banyak tekanan utk
> menghasilkan karya kedua yg sama fenomenalnya. namun karena gagal,
> dia bunuh diri, menenggelamkan dirinya ke sungai.
>
> nah, pertanyaanku adalah: maaf dodol --kalau kafka dan van gogh
> memang seorang yg rentan depresi--apakah rilke juga begitu?
> kalo menurutku sih, puisi2 rilke banyak yg...bitter. pahit.
>
> makasih utk review cantik ini, ya, mbak lia.
>
> ps: o jadi carrie-ann moss beneran model? maaf, jarang nonton
> entertainment tonight :), hehehe
>
> -retno-
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> "Lia Octavia"
> <liaoctavia@...> wrote:
> >
> > *Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku*
> >
> > *(Sebuah Apresiasi)*
> >
> >
> >
> > Oleh Lia Octavia
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Pengembaraan kehidupan yang bergulir di atas muka bumi
> ini
> > selalu mengusung warna-warninya sendiri. Segala musim datang silih
> berganti,
> > kehidupan dan kematian. Kesederhanaan dalam memandang hidup inilah
> yang
> > diterjemahkan oleh Rilke melalui matanya sehingga melahirkan karya-
> karya
> > besar yang tak terlupakan dalam dunia kesusasteraan.
> >
> >
> >
> > Rainer Maria Rilke dilahirkan di Praha pada tanggal 4
> Desember
> > 1875. Sebagai seorang anak tunggal dari pasangan Josef Rilke dan
> Sophie
> > adalah sosok yang berperasaan halus dan tidak menyukai kekerasan.
> Menjalani
> > masa kecil dan remaja yang tidak begitu menggembirakan karena
> orang tuanya
> > menghendaki Rilke menempuh pendidikan militer agar dapat mencapai
> kedudukan
> > yang terhormat sebagai perwira, sebuah status sosial yang
> sebenarnya
> > didambakan orang tuanya. Tahun 1890 Rilke meninggalkan sekolah
> militer dan
> > mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi penyair. Kumpulan
> sajak
> > pertamanya "Leben Und Lieder" (Kehidupan dan Nyanyian)
> diterbitkan pada
> > tahun 1894. Ia sempat kuliah di Fakultas Filsafat, Seni, Sejarah
> > Kesusasteraan dan Hukum di Universitas Karl-Ferdinand Di Praha.
> Namun
> > kemudian ia menuntut ilmu di Fakultas Filsafat di Munchen, Jerman,
> pada
> > tahun 1896. Di situlah Rilke memulai pengembaraannya menjelajah
> Eropa.
> >
> >
> >
> > Rilke yang mahir berbahasa Ceko, Rusia, Perancis,
> Italia, dan
> > Denmark ini memungkinkannya untuk menerjemahkan karya-karya
> Tschechov,
> > Dostojevskij, Michelangelo, Buonarroti, Jens Peter Jacobsen,
> Elisabeth
> > Barret-Browning, Andre Gide dll ke dalam bahasa Jerman. Kumpulan
> sajaknya
> > antara lain Neue Gedichte (1907), Der neuen Gedichte anderer Teil
> (1908) dan
> > karyanya Duineser Elegien (Elegi Duino) pada tahun 1912 yang
> terdiri dari
> > sepuluh elegi. Rilke meninggal dunia pada 29 Desember 1926 karena
> kanker
> > darah dan dimakamkan di lembah Rhoe di Rarogne, Swiss.
> >
> >
> >
> > Penyair dan penulis besar yang dipandang sebagai salah
> satu
> > pujangga terbesar dalam kesusasteraan berbahasa Jerman modern ini
> > mengungkapkan segala bentuk pengembaraan hidup yang tidak terlepas
> dari
> > kesendirian, kegelisahan, tentang masa kecil, cinta, perempuan,
> termasuk
> > hubungannya dengan Tuhan dengan bahasa yang indah dan penuh
> perasaan.
> > Seperti bentuk ketakutannya dalam interaksi dengan sesama manusia
> yang
> > ditulisnya dalam *Alangkah Takutnya Aku*:
> >
> >
> >
> > *Alangkah takutnya aku akan bahasa manusia.*
> >
> > *Semua yang mereka ucapkan jelas nian:*
> >
> > *Ini anjing dan itu rumah,*
> >
> > *dan yang kini adalah awal yang situ akhir.*
> >
> > * *
> >
> > Bahwa segala bentuk permainan yang dimainkan manusia dalam
> berbagai lakon
> > dengan berbagai maksud di dalamnya seringkali menakutkan dan
> mengkhawatirkan
> > Rilke. Takut salah membaca. Takut salah menilai. Takut salah
> menduga.
> > Perilaku manusia yang hiruk pikuk membuat sabda alam yang memesona
> tak
> > terdengar. Sehingga akhirnya kebisuan dalam kesendirianlah yang
> memenangi
> > segalanya.
> >
> >
> >
> > *Aku selalu hendak menegur dan melawan: jagalah jarak!*
> >
> > *Alangkah sukanya aku mendengar nyanyian alam.*
> >
> > *Bila kalian sentuh: berubahlah mereka jadi kaku dan bisu.*
> >
> > *Kalian membunuh segala yang ada.*
> >
> >
> >
> > Kehidupan yang bergulir mengarungi jaman demi jaman
> sehingga
> > lingkaran tahun, bulan, dan hari meleleh pada setiap lembar kisah
> sebuah
> > perjalanan panjang yang dulu, masih, dan akan terus berlangsung
> hingga ujung
> > lingkarannya yang mungkin takkan tercapai digambarkan Rilke dengan
> penuh
> > harapan dan optimisme untuk mencari jati diri dalam *Kujalani
> Kehidupanku:
> > *
> >
> >
> >
> > *Kujalani kehidupanku dalam renggat, lingkaran tahun*
> >
> > *yang tumbuh membesar, menelusuri segalanya.*
> >
> > *Lingkaran terakhir mungkin tak akan kucapai,*
> >
> > *namun aku hendak mencobanya.*
> >
> > * *
> >
> > *Aku mengisari Tuhan, mengelilingi sang menara purba,*
> >
> > *dan aku berkisar beribu tahun lamanya;*
> >
> > *dan masih aku tak: seekor elangkah aku,*
> >
> > *badai atau nyanyian unggul.*
> >
> >
> >
> > *(20.9.1899, Berlin-Schmargendorf)*
> >
> >
> >
> > Membaca musim gugur yang menggantikan musim panas
> adalah
> > hari-hari di mana segalanya yang terjadi takkan pernah sama lagi,
> perubahan
> > yang senantiasa indah di mata mereka yang senantiasa dekat dengan
> Tuhannya
> > dalam *Suatu Hari Di Musim Gugur:*
> >
> >
> >
> > *Tuhan, saatnya tiba sudah. Sungguh indah*
> >
> > *musim panas yang berlalu.*
> >
> > *Gelarkan bayangmu di atas jam mentari,*
> >
> > *Kirimkan angin bertiup di segala ladang.*
> >
> >
> >
> > Serta mengubah setiap mata yang memandang cita yang abu-abu di
> balik
> > gugurnya daun-daun:
> >
> >
> >
> > *Mereka yang tak berumah,*
> >
> > *tak akan membangun lagi.*
> >
> > *Mereka yang sendiri, akan lama menyendiri,*
> >
> > *akan jaga, membaca, menulis **surat** panjang*
> >
> > *dan akan melangkah hilir mudik di jalanan*
> >
> > *gelisah, bila dedaunan beterbangan.*
> >
> >
> >
> > Yang kemudian menggubah segenap perasaan dalam
> *Firasat* yang
> > menerjemahkan pepatah "there was calm before the storm":
> >
> >
> >
> > *Aku laksana bendera dikelilingi **padang** terbuka.*
> >
> > *Aku tahu badai akan datang dan mesti mengarunginya,*
> >
> > *sementara di bawah sana, segalanya belum beranjak:*
> >
> > *pintu-pintu menutup lembut dan di perapian sunyi cuma;*
> >
> > *jendela-jendela belum bergeletaran dan debu masih berat sangat.*
> >
> > * *
> >
> > *Namun badai itu kurasai sudah dan aku gelisah bagai laut.*
> >
> > *Kurentangkan tubuhku kutarik diriku,*
> >
> > *aku tercampak sendirian*
> >
> > *Dalam dahsyatnya badai.*
> >
> > * *
> >
> > *Musim gugur 1904 [?], Swedia [?] *
> >
> >
> >
> > Masa kecil, sebuah masa dimana lingkaran hidup
> dimulai, sebuah
> > masa dimana gamang mengartikan peristiwa, yang seakan kecil dalam
> besar dan
> > besar dalam kecil dalam padang kehidupan yang nyaris tak terbatas,
> dimana
> > saat semua yang bingung kini begitu asing dalam setiap pertemuan,
> perjumpaan
> > kembali dan perpisahan. Inilah *Masa Kecil* yang dilihat Rilke:
> >
> >
> >
> > *Maka kita merasa sepi bagai penggembala*
> >
> > *dan dibebani dengan kejauhan yang maha besar*
> >
> > *dan bagaikan terpanggil dari jauh dan tersentuh,*
> >
> > *dan perlahan-lahan bagaikan benang panjang baru*
> >
> > *dibimbing menuju rangkaian peristiwa*
> >
> > *yang kini begitu membingungkan kita. *
> >
> >
> >
> > *(1.07.1906, **Paris**)*
> >
> >
> >
> > Yang kemudian sebuah jawaban meyakinkan dari sebuah
> pencarian
> > jati diri dan merekatkan sebutan yang hingga kini disandang Rilke
> sebagai *Sang
> > Pujangga*:
> >
> >
> >
> > *Engkau menjauhkan diri dariku, wahai sang waktu.*
> >
> > *Pukulan sayapmu merajam luka pada diriku.*
> >
> > *Namun, apa gerangan gunanya suaraku?*
> >
> > *bagaimana dengan malamku? dengan siangku?*
> >
> > * *
> >
> > *Aku tak punya kekasih, tiada rumah,*
> >
> > *Dan kampung halaman pun tidak.*
> >
> > *Segala hal ke haribaannya aku mengabdi*
> >
> > *menjadi kaya dan membuatku sendiri sengsara.*
> >
> > * *
> >
> > *(Musin dingin 1905/06, Meudon)*
> >
> >
> >
> > Seorang pujangga yang memimpikan segala, tempat hidup
> rekaan
> > bertumbuh, mekar dan berkembang dalam angan, sehingga hidup rekaan
> yang
> > bertumbuh itu nyaris memaksa Tuhan keluar dari persembunyiannya
> dalam *Riwayat
> > Hidup Khayalan*:
> >
> >
> >
> > *Mula-mula masa kecil, tiada batas, ingin segalanya*
> >
> > *dan tanpa tujuan. Duhai hasrat bawah sadar.*
> >
> > *Tiba-tiba hadir yang mengejutkan, larangan, sekolah, paksaan*
> >
> > *dan jatuh terjerumus dalam godaan dan kekalahan.*
> >
> > * *
> >
> > *Pembangkangan. Yang dilenturkan jadi si pelantur sendiri,*
> >
> > *dan membalas dendam terhadap orang lain karena ia*
> >
> > *ditindas.*
> >
> > *Dicintai, disegani, penyelamat, pegulat, pemenang*
> >
> > *dan si penakluk, hantaman demi hantaman.*
> >
> > * *
> >
> > *Lalu sebatang kara dalam keluasan, ringan dan dingin.*
> >
> > *Namun, jauh dalam sosok jelmaan itu*
> >
> > *hembusan nafas melayang ke awal, masa yang silam�*
> >
> > * *
> >
> > *Maka Tuhan bergeas keluar dari persembunyiannya.*
> >
> > * *
> >
> > *(Schoneck, 13 September 1923)*
> >
> > * *
> >
> > Hingga segala mimpi dan nyata kian membara dalam
> genggaman mata
> > Rilke, bersatu dalam segenap cita yang bersayap dan melambungkan
> tekad ke
> > angkasa, dan *Padamkan Mataku*:
> >
> >
> >
> > *Meski kau padamkan bara di mataku: aku masih melihatmu,*
> >
> > *sumbatlah rapat telingaku: aku masih mendengarmu,*
> >
> > *tanpa kaki aku masih sanggup mendatangimu,*
> >
> > *mulut tiada aku masih dapat memanggilmu.*
> >
> > *Potonglah lenganku, aku masih sanggup memegangmu*
> >
> > *dengan jantungku yang tangan,*
> >
> > *hentikan jantungku, maka otakku akan berdetak,*
> >
> > *dan jika kau sulut otak itu,*
> >
> > *kau bakal kupanggul dalam darahku.*
> >
> > * *
> >
> > *(Musim panas/musim gugur 1899)*
> >
> >
> >
> > Sehingga walau hidup yang kini berlanjut tanpa Rilke, kini turut
> berdetak di
> > dalam jantung dan denyut nafas Rilke yang abadi pada masanya
> sehingga hidup
> > pun tidak pernah mampu untuk memadamkan syair-syairnya. Mata hati
> yang
> > selalu melihat hidup. *Hidup yang takkan pernah padamkan mataku.*
> >
> >
> >
> >
> >
> > Jakarta, 17 November 2008 at 9.45 p.m.
> >
> > Bibliography:
> >
> > Rilke: Padamkan Mataku, Seri Puisi Jerman (Jilid I) (Penerbit
> Horison,
> > Jakarta, 2003)
> >
> >
> >
> >
> >
> > *******
> > * * http://mutiaracinta.multiply. com
> >
>
>
>
- 3a.
-
Re: [catcil] Hari Pertama Menjadi Ayah
Posted by: "Levi Friantina" levi_friantina@yahoo.com levi_friantina
Wed Nov 19, 2008 7:10 am (PST)
Mas Agung, yang waktu hari selasa ke Mas Yanto kan?
Kirain bukan anggota Eska, juga. Kok cuma Mas Agung aja yang datang?
Salam
Levi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Agung Argopocom
<gopo_alhusna@...> wrote:
>
> mas nur... kita memang bisa berusaha, Allah juga yang menentukan :-)
> walaupun cesar, bukan masalah. Yang penting bayi dan Bundanya sehat :-)
> Â
> Achi senang banget, terharu membacanya, Danse dan Mbak Endah, aku
juga jadi nostalgila halah....
> Â
> SELAMAAAAAAAAAttt YAAAAAAAAA........... ..
> Â
> note : Waktu Abiy masih 1 bulan, banyak yang bilang dia 'CANTIK'
:-)) abis bulu matanya lentik banget, kayak babehnya. Wah, kak Nur,
kalo babynya merah banget, nti putih low, insya allah :-D
> Â
> salam kangen
> Achi TM
>
>
>
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
> Dapatkan nama yang Anda sukai!
> Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
> http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
>
- 4a.
-
Re: Apa Khabar ESKA?
Posted by: "apriyanto aris" apri_eldurra@yahoo.com aris_eldurra
Wed Nov 19, 2008 3:07 pm (PST)
wah enaknya jadi bapak..gak kebayang gimana senangnya jadi bapak...seorang anak lahir dari darah keturunan kita.makasih sudah mau berbagi mas...berbagi terutama kepada kami yang belum jadi bapak..he...he..he... selamat lho mas atas kelahiran putranya (Muhammad Alham Navid)..semoga menjadi anak yang sholeh...amiin. ..
- 5a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu
Posted by: "candra aini" syahrenan@yahoo.co.id syahrenan
Wed Nov 19, 2008 3:07 pm (PST)
oiya lupa, hehehe......tapi saya bukan pak lo pak sis. Saya masih mbak :(
canzie.multiply.com
--- Pada Rab, 19/11/08, sismanto <siril_wafa@yahoo.co.id > menulis:
Dari: sismanto <siril_wafa@yahoo.co.id >
Topik: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Tanggal: Rabu, 19 November, 2008, 10:01 AM
Waalaikumsalam wr. wb.
Makasih ceritanya hari ini Pak/Bu Syahrenan..
menambah pelajaran saya hari ini. ditunggu cerita lainnya ya.
oh iya...diawal judul nanti ditambahi (Catcil) ya pak :)
-sis-
--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, "syahrenan" <syahrenan@. ..>
wrote:
>
Environmental concern? - 5b.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Wed Nov 19, 2008 3:13 pm (PST)
Hehe..maap ya mbak saya kadang-kadang lupa/salah menyebut panggilan.
terimakasih dah memberikan petunjuk. saya juga bukan bapak-bapak,
masih imoet ^_^
oo..iya, saya masih tetap menungu cerita dari mbak lho ^_^
-sis-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , candra aini <syahrenan@.com ..>
wrote:
>
> oiya lupa, hehehe......tapi saya bukan pak lo pak sis. Saya masih
mbak :(
>
>
> canzie.multiply.com
>
> --- Pada Rab, 19/11/08, sismanto <siril_wafa@...> menulis:
> Dari: sismanto <siril_wafa@...>
> Topik: [sekolah-kehidupan] Re: Lakukan semampumu
> Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Tanggal: Rabu, 19 November, 2008, 10:01 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
- 6a.
-
Re: Lakukan semampumu
Posted by: "candra aini" syahrenan@yahoo.co.id syahrenan
Wed Nov 19, 2008 3:07 pm (PST)
sama-sama. salam kenal juga dari saya.
canzie.multiply.com
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 7a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] (Rampai) Untuk direnungkan
Posted by: "candra aini" syahrenan@yahoo.co.id syahrenan
Wed Nov 19, 2008 3:07 pm (PST)
sepertinya pernah baca di buku Tafakur ya?? karangan mas Agung_K_Suari. bagi yang belum baca silahkan dibaca deh. ga akan nyesel. buat reviewnya silahkan mampir ke MP saya.
canzie.multiply.com
--- Pada Sel, 18/11/08, satya aditya <ukasah_aditya@yahoo.com > menulis:
Dari: satya aditya <ukasah_aditya@yahoo.com >
Topik: [sekolah-kehidupan] (Rampai) Untuk direnungkan
Kepada: "Sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Tanggal: Selasa, 18 November, 2008, 3:52 PM
PUISI BUAT DIRIKU DAN SOBAT-SOBATKU
Saat Syahadatku sebatas ucapan ...
Saat Shalatku sebatas gerakan ...
Saat Shaumku sebatas kewajiban ...
Saat Zakatku sebatas keharusan ...
Saat Hajiku sebatas kebanggaan ...
Kesia-siaan terbesar ada pada diri KU
Saat Islamku sebatas Pahala ...
Saat Imanku sebatas Logika ...
Saat Insanku sebatas pengetahuan ...
Saat itu pulalah ada penipuan terbesar pada diri KU
Saat Kematian dianggap hanya cerita ...
Saat Neraka dianggap hanya berita ...
Saat Siksa dianggap hanya kata ...
Saat itu pulalah kesombongan terbesar ada pada diri KU !
Saat Takdir dipandang tak mungkin
Saat Hidup kembali dipandang mustahil
Saat Tuhan dianggap nihil
Saat itu pulalah kedurhakaan terbesar ada pada diri KU
Bukankah Manusia masih memiliki hati ? bukankah Manusia masih memiliki jasmani ?
Maka harmoniskanlah semuanya .. Living In Harmony Back To Nature .. Ya Rabbi ...
Note : Puisi ini di tulis oleh temen kantor
_____________________ _________ _________ _________ _________ _
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ id/
- 8a.
-
(Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
Posted by: "WORD SMART CENTER" wordsmartcenter@yahoo.com wordsmartcenter
Wed Nov 19, 2008 3:09 pm (PST)
MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
Oleh: Udo Yamin Majdi
�
Pembahasan kita, masih sama dengan tema sebelumnya, yaitu
tentang kiat memotivasi diri. Dalam buku Quantum Learning, Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki, menawarkan cara memotivasi diri dengan cara membuat latihan
mental yang mereka sebut AMBAK, singkatan dari �Apa Manfa�at BAgiKu?�
Tidak salahnya, kita coba AMBAK ini untuk memotivasi diri
kita agar semangat menulis. Dan salah satu manfaat menulis adalah untuk
menyelamatkan hidup.
Mari kita dengarkan cerita Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.,
berikut ini:
"Saya berusia empat belas tahun sewaktu duduk di tangga
beton di depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan menjadi mantan
sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Lomba berteriak ini akan
mengakhiri persahabatan pertama saya, dan sampai saat itu, itulah satu-satunya
persahabatan dalam hidup saya.
Di rumah, kedua orang tua saya menghadapi perceraian
terburuk abad ini, (begitulah pikir saya) telah membuat batas dengan membagi
dua rumah kami, dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana. Saya pikir,
hidup saya hancur, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
Maka saya pun mulai menulis."
Puisi pertama saya, tidak mengherankan, yaitu tentang
bagaimana seseorang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu pula dengan
puisi saya yang kedua dan yang ketiga. Namun, dalam proses memegang pena dan
menuntunnya maju mundur di atas setiap baris, saya mulai merasakan adanya suatu
harapan. Saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu merasa
sendiri. Saya menyukai perasaan ini, maka saya pun terus menulis.
Selama dua puluh lima tahun terakhir, saya terus menulis
-- kadang-kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalu lintas yang macet.
Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, dan laci-laci yang
dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat-surat. Menulis telah menjadi pusat
hidup saya melebihi segala yang saya ketahui tentang diri saya sendiri dan
dunia, bagaikan debar jantung di seluruh tubuh, membawa saya berulang-ulang
pada kekosongan halaman dan kebutuhan untuk mengisinya.
Menulis telah menyelamatkan hidup saya. Saya percaya,
dengan menuangkan pikiran, puisi, dan cerita kadang berjam-jam setiap harinya,
mencegah saya terlalu banyak berpikir untuk bunuh diri di saat-saat sulit dan
sedih. Sebagai seorang remaja, saya bertanya-tanya, apakah saya layak hidup,
dan menulis membantu saya memahami luka hati saya.
Saat menulis, saya dapat mengumpulkan ketakutan dan emosi
saya yang meluap-luap di atas kertas, menciptakan semacam cermin. Cermin ini menunjukkan
mengapa saya merasa seperti yang saya rasakan, di mana saya sebelumnya berada,
di mana saya pernah berada, dan bahkan ke mana saya mungkin pergi selanjutnya.
�
Saya adalah salah satu siswa yang menerima catatan dalam
rapor, "Dapat meraih prestasi lebih baik, seandainya lebih berkonsentrasi
dan tidak terlalu banyak melamun." Meskipun saya tidak pernah belajar
berkonsentrasi tanpa melamun, namun menulis membantu saya untuk berkonsentrasi
dengan menunjukkan kepada saya mengenai cara melamun yang lebih baik --dan di
atas kertas. Cerita-cerita dan puisi-puisi saya menunjukkan bahwa saya
benar-benar dapat memercayai diri sendiri dan mimpi-mimpi saya. Menulis juga
membantu saya dalam memahami banyak mata pelajaran di sekolah, memungkinkan
saya menyuarakan perasaan saya, tentang apa yang saya pelajari dalam pelajaran
filsafat, sejarah, dan lainnya.
Dalam kehidupan keluarga, menulis menunjukkan saya,
sekilas, bahwa saya baik-baik saja. Saya banyak menulis tentang keluarga saya,
bagaimana mereka berperilaku dan bagaimana saya menanggapinya. Sering saya
tidak mengetahui apa yang sesungguhnya saya rasakan sampai saya mulai menulis.
Kata-kata yang saya coretkan mencegah saya untuk merasa tidak berdaya, mencegah
saya menutup diri dari dunia. Menulis, ketika itu dan sekarang, membantu saya
merasakan- kadang-kadang sakit, sering kebingungan, selalu bimbang, dan sekali-
sekali benar-benar gembira.
Menulis membuka hati saya, dan dalam prosesnya, saya
mulai menemukan diri saya sendiri Menulis juga menyelamatkan hidup saya dalam
hal ... kesempatan untuk terus menulis. Ia memberi saya cara membuat sesuatu
yang terasa kreatif dan hidup --sesuatu dengan daging dan tulang dan darah yang
mungkin hidup dengan sendirinya, seperti monster Dr. Frankenstein. Yang
terpenting, menulis membawa saya pulang. Saat mengisi catatan harian, saya
merasa hidup ini berarti. Saya merasa menjadi bagian dari halaman-halaman
kertas itu dan merasa diterima di sana. Tak seorang pun dapat merebut perasaan
ini dari saya.�
Setelah membaca cerita yang ada dalam buku �Daripada Bete
Nulis Aja� (Kaifa, Bandung) �karya Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.� tersebut, apa
yang Anda rasakan? Apakah tidak tergerak untuk mengurangi beban hidup Anda
selama ini dengan menulis? Selamat mencoba!
Atau, mungkin Anda pernah mengalami hal yang terjadi pada
Caryn Mirriam-Golberg, maka cobalah Anda ceritakan kepada saya. Jika menulis telah menyelamatkan hidup Caryn, maka
apa manfaat menulis bagi Anda? Silahkan Anda bercerita!
===================== ===Udo Yamin Majdi adalah Penulis, Trainer, dan Direktur Eksekutif Word Smart Center. Kegiatan Word Smart Center, antara lain: Sekolah Menulis SMART Ofline setiap Musim Libur (Februari-Maret & Juli-November) , Sekolah Menulis SMART On-Air di Radio Community Jerman studio 2 Cairo setiap hari Ahad ,ba'da Maghrib Waktu Cairo dan Sekolah Menulis SMART Online lewat milis wordsmartcenter@ yahoogroups. setiap hari Kamis, dan lewat YM: wordsmartcenter setiap hari Jum'at, ba'da sholat Jum'at Waktu Cairocom
- 8b.
-
Re: (Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com punya_retno
Wed Nov 19, 2008 4:10 pm (PST)
ass wr wb udo,
waaah, surprised sekali baca tulisan ini.
karena buku yg direview adl salah satu buku favorit saya dlm belajar
menulis.
dan ya, akur dengan pendapat caryn.
sebagai seorang yg cukup tertutup dan tidak ekspresif, saya hanya
punya sedikit sekali metode katarsis (definisi katarsis disini adl
definisi yg telah melebar dr definisi awal--red). beberapa
diantaranya adl: menangis, dan menulis.
saat sedang butuh hiburan, saya biasanya menulis esai2 lucu
berisikan percakapan dodol antara saya dgn para sahabat.
saat sedang jatuh cinta, saya akan menulis tentang suami saya.
saat sedang merasa bahagia, saya akan menyalin lirik lagu dlm
folder "happy songs" saya, untuk kemudian menyanyikannya sepanjang
hari.
saat sedang merasa sendu, saya akan menulis puisi.
saat sedang ingin berbagi pada banyak orang ttg "ini lho, buku dan
film keren!", saya akan menulis resensi.
saat sedang butuh dikuatkan, saya akan menulis surat cinta untuk
diri sendiri.
saat sedang butuh pelepasan utk banyak emosi yg kelewat abstrak dan
absurd utk dijelaskan, saya akan menulis fiksi surealis. yg dark, yg
pahit, yg melinukan tulang dan sendi2 hati.yg di akhir cerita, akan
selalu membuat saya menghela napas dan menatap keluar jendela.
saya percaya manusia adl karakter yg kompleks dan multidimensi.
ada treatment khusus utk setiap situasi dan kondisi.
dan menulis, adl salah satu treatment andalan saya dlm berbagai
situasi.
ps: tentu saja, ada kalanya, saat menulis fiksi saya malah terseret
dlm cerita, dan bukannya malah meluapkan emosi yg saya rasa. saat
itu terjadi, maka saya mencoba menggambar, melukis, atau membuat
kolase. :)
terima kasih utk menuliskan ttg ini, udo.
salam,
-retno-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , WORD SMART CENTERcom
<wordsmartcenter@...> wrote:
>
>
>
>
> MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
>
> Oleh: Udo Yamin Majdi
>
>
>
> Pembahasan kita, masih sama dengan tema sebelumnya, yaitu
> tentang kiat memotivasi diri. Dalam buku Quantum Learning, Bobbi
DePorter dan
> Mike Hernacki, menawarkan cara memotivasi diri dengan cara membuat
latihan
> mental yang mereka sebut AMBAK, singkatan dari "Apa Manfa'at
BAgiKu?"
>
> Tidak salahnya, kita coba AMBAK ini untuk memotivasi diri
> kita agar semangat menulis. Dan salah satu manfaat menulis adalah
untuk
> menyelamatkan hidup.
>
> Mari kita dengarkan cerita Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.,
> berikut ini:
>
> "Saya berusia empat belas tahun sewaktu duduk di tangga
> beton di depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan
menjadi mantan
> sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Lomba berteriak ini
akan
> mengakhiri persahabatan pertama saya, dan sampai saat itu, itulah
satu-satunya
> persahabatan dalam hidup saya.
>
> Di rumah, kedua orang tua saya menghadapi perceraian
> terburuk abad ini, (begitulah pikir saya) telah membuat batas
dengan membagi
> dua rumah kami, dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana.
Saya pikir,
> hidup saya hancur, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
>
> Maka saya pun mulai menulis."
>
> Puisi pertama saya, tidak mengherankan, yaitu tentang
> bagaimana seseorang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu
pula dengan
> puisi saya yang kedua dan yang ketiga. Namun, dalam proses
memegang pena dan
> menuntunnya maju mundur di atas setiap baris, saya mulai merasakan
adanya suatu
> harapan. Saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu
merasa
> sendiri. Saya menyukai perasaan ini, maka saya pun terus menulis.
>
> Selama dua puluh lima tahun terakhir, saya terus menulis
> -- kadang-kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalu lintas
yang macet.
> Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, dan laci-
laci yang
> dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat-surat. Menulis telah
menjadi pusat
> hidup saya melebihi segala yang saya ketahui tentang diri saya
sendiri dan
> dunia, bagaikan debar jantung di seluruh tubuh, membawa saya
berulang-ulang
> pada kekosongan halaman dan kebutuhan untuk mengisinya.
>
> Menulis telah menyelamatkan hidup saya. Saya percaya,
> dengan menuangkan pikiran, puisi, dan cerita kadang berjam-jam
setiap harinya,
> mencegah saya terlalu banyak berpikir untuk bunuh diri di saat-
saat sulit dan
> sedih. Sebagai seorang remaja, saya bertanya-tanya, apakah saya
layak hidup,
> dan menulis membantu saya memahami luka hati saya.
>
> Saat menulis, saya dapat mengumpulkan ketakutan dan emosi
> saya yang meluap-luap di atas kertas, menciptakan semacam cermin.
Cermin ini menunjukkan
> mengapa saya merasa seperti yang saya rasakan, di mana saya
sebelumnya berada,
> di mana saya pernah berada, dan bahkan ke mana saya mungkin pergi
selanjutnya.
>
>
>
> Saya adalah salah satu siswa yang menerima catatan dalam
> rapor, "Dapat meraih prestasi lebih baik, seandainya lebih
berkonsentrasi
> dan tidak terlalu banyak melamun." Meskipun saya tidak pernah
belajar
> berkonsentrasi tanpa melamun, namun menulis membantu saya untuk
berkonsentrasi
> dengan menunjukkan kepada saya mengenai cara melamun yang lebih
baik --dan di
> atas kertas. Cerita-cerita dan puisi-puisi saya menunjukkan bahwa
saya
> benar-benar dapat memercayai diri sendiri dan mimpi-mimpi saya.
Menulis juga
> membantu saya dalam memahami banyak mata pelajaran di sekolah,
memungkinkan
> saya menyuarakan perasaan saya, tentang apa yang saya pelajari
dalam pelajaran
> filsafat, sejarah, dan lainnya.
>
> Dalam kehidupan keluarga, menulis menunjukkan saya,
> sekilas, bahwa saya baik-baik saja. Saya banyak menulis tentang
keluarga saya,
> bagaimana mereka berperilaku dan bagaimana saya menanggapinya.
Sering saya
> tidak mengetahui apa yang sesungguhnya saya rasakan sampai saya
mulai menulis.
> Kata-kata yang saya coretkan mencegah saya untuk merasa tidak
berdaya, mencegah
> saya menutup diri dari dunia. Menulis, ketika itu dan sekarang,
membantu saya
> merasakan- kadang-kadang sakit, sering kebingungan, selalu
bimbang, dan sekali-
> sekali benar-benar gembira.
>
> Menulis membuka hati saya, dan dalam prosesnya, saya
> mulai menemukan diri saya sendiri Menulis juga menyelamatkan hidup
saya dalam
> hal ... kesempatan untuk terus menulis. Ia memberi saya cara
membuat sesuatu
> yang terasa kreatif dan hidup --sesuatu dengan daging dan tulang
dan darah yang
> mungkin hidup dengan sendirinya, seperti monster Dr. Frankenstein.
Yang
> terpenting, menulis membawa saya pulang. Saat mengisi catatan
harian, saya
> merasa hidup ini berarti. Saya merasa menjadi bagian dari halaman-
halaman
> kertas itu dan merasa diterima di sana. Tak seorang pun dapat
merebut perasaan
> ini dari saya."
>
> Setelah membaca cerita yang ada dalam buku "Daripada Bete
> Nulis Aja" (Kaifa, Bandung) karya Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.
tersebut, apa
> yang Anda rasakan? Apakah tidak tergerak untuk mengurangi beban
hidup Anda
> selama ini dengan menulis? Selamat mencoba!
>
> Atau, mungkin Anda pernah mengalami hal yang terjadi pada
> Caryn Mirriam-Golberg, maka cobalah Anda ceritakan kepada saya.
Jika menulis telah menyelamatkan hidup Caryn, maka
> apa manfaat menulis bagi Anda? Silahkan Anda bercerita!
> ===================== ===Udo Yamin Majdi adalah Penulis, Trainer,
dan Direktur Eksekutif Word Smart Center. Kegiatan Word Smart
Center, antara lain: Sekolah Menulis SMART Ofline setiap Musim Libur
(Februari-Maret & Juli-November), Sekolah Menulis SMART On-Air di
Radio Community Jerman studio 2 Cairo setiap hari Ahad ,ba'da
Maghrib Waktu Cairo dan Sekolah Menulis SMART Online lewat milis
wordsmartcenter@yahoogroups. setiap hari Kamis, dan lewat YM:com
wordsmartcenter setiap hari Jum'at, ba'da sholat Jum'at Waktu Cairo
>
- 8c.
-
Re: (Catatan Kaki) MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Nov 19, 2008 9:52 pm (PST)
sepakat retno, menulis memang bisa menyelamatkan hidup:)
karena itu, sampai sekarang fety masih punya diary. kadang
dicoret-coret gak beraturan, kadang ditulisi puisi, kadang ditulis
rapi, dan kadang ditulis jelek.
makasih udo, untuk resensinya..
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , WORD SMART CENTERcom
<wordsmartcenter@...> wrote:
>
>
>
>
> MENULIS MENYELAMATKAN HIDUP
>
> Oleh: Udo Yamin Majdi
>
>
>
> Pembahasan kita, masih sama dengan tema sebelumnya, yaitu
> tentang kiat memotivasi diri. Dalam buku Quantum Learning, Bobbi
DePorter dan
> Mike Hernacki, menawarkan cara memotivasi diri dengan cara membuat
latihan
> mental yang mereka sebut AMBAK, singkatan dari "Apa Manfa'at BAgiKu?"
>
> Tidak salahnya, kita coba AMBAK ini untuk memotivasi diri
> kita agar semangat menulis. Dan salah satu manfaat menulis adalah untuk
> menyelamatkan hidup.
>
> Mari kita dengarkan cerita Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.,
> berikut ini:
>
> "Saya berusia empat belas tahun sewaktu duduk di tangga
> beton di depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan menjadi
mantan
> sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Lomba berteriak ini akan
> mengakhiri persahabatan pertama saya, dan sampai saat itu, itulah
satu-satunya
> persahabatan dalam hidup saya.
>
> Di rumah, kedua orang tua saya menghadapi perceraian
> terburuk abad ini, (begitulah pikir saya) telah membuat batas dengan
membagi
> dua rumah kami, dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana. Saya
pikir,
> hidup saya hancur, dan saya tidak tahu harus berbuat apa.
>
> Maka saya pun mulai menulis."
>
> Puisi pertama saya, tidak mengherankan, yaitu tentang
> bagaimana seseorang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu pula
dengan
> puisi saya yang kedua dan yang ketiga. Namun, dalam proses memegang
pena dan
> menuntunnya maju mundur di atas setiap baris, saya mulai merasakan
adanya suatu
> harapan. Saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu
merasa
> sendiri. Saya menyukai perasaan ini, maka saya pun terus menulis.
>
> Selama dua puluh lima tahun terakhir, saya terus menulis
> -- kadang-kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalu lintas
yang macet.
> Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, dan laci-laci
yang
> dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat-surat. Menulis telah menjadi
pusat
> hidup saya melebihi segala yang saya ketahui tentang diri saya
sendiri dan
> dunia, bagaikan debar jantung di seluruh tubuh, membawa saya
berulang-ulang
> pada kekosongan halaman dan kebutuhan untuk mengisinya.
>
> Menulis telah menyelamatkan hidup saya. Saya percaya,
> dengan menuangkan pikiran, puisi, dan cerita kadang berjam-jam
setiap harinya,
> mencegah saya terlalu banyak berpikir untuk bunuh diri di saat-saat
sulit dan
> sedih. Sebagai seorang remaja, saya bertanya-tanya, apakah saya
layak hidup,
> dan menulis membantu saya memahami luka hati saya.
>
> Saat menulis, saya dapat mengumpulkan ketakutan dan emosi
> saya yang meluap-luap di atas kertas, menciptakan semacam cermin.
Cermin ini menunjukkan
> mengapa saya merasa seperti yang saya rasakan, di mana saya
sebelumnya berada,
> di mana saya pernah berada, dan bahkan ke mana saya mungkin pergi
selanjutnya.
>
>
>
> Saya adalah salah satu siswa yang menerima catatan dalam
> rapor, "Dapat meraih prestasi lebih baik, seandainya lebih
berkonsentrasi
> dan tidak terlalu banyak melamun." Meskipun saya tidak pernah belajar
> berkonsentrasi tanpa melamun, namun menulis membantu saya untuk
berkonsentrasi
> dengan menunjukkan kepada saya mengenai cara melamun yang lebih baik
--dan di
> atas kertas. Cerita-cerita dan puisi-puisi saya menunjukkan bahwa saya
> benar-benar dapat memercayai diri sendiri dan mimpi-mimpi saya.
Menulis juga
> membantu saya dalam memahami banyak mata pelajaran di sekolah,
memungkinkan
> saya menyuarakan perasaan saya, tentang apa yang saya pelajari dalam
pelajaran
> filsafat, sejarah, dan lainnya.
>
> Dalam kehidupan keluarga, menulis menunjukkan saya,
> sekilas, bahwa saya baik-baik saja. Saya banyak menulis tentang
keluarga saya,
> bagaimana mereka berperilaku dan bagaimana saya menanggapinya.
Sering saya
> tidak mengetahui apa yang sesungguhnya saya rasakan sampai saya
mulai menulis.
> Kata-kata yang saya coretkan mencegah saya untuk merasa tidak
berdaya, mencegah
> saya menutup diri dari dunia. Menulis, ketika itu dan sekarang,
membantu saya
> merasakan- kadang-kadang sakit, sering kebingungan, selalu bimbang,
dan sekali-
> sekali benar-benar gembira.
>
> Menulis membuka hati saya, dan dalam prosesnya, saya
> mulai menemukan diri saya sendiri Menulis juga menyelamatkan hidup
saya dalam
> hal ... kesempatan untuk terus menulis. Ia memberi saya cara membuat
sesuatu
> yang terasa kreatif dan hidup --sesuatu dengan daging dan tulang dan
darah yang
> mungkin hidup dengan sendirinya, seperti monster Dr. Frankenstein. Yang
> terpenting, menulis membawa saya pulang. Saat mengisi catatan
harian, saya
> merasa hidup ini berarti. Saya merasa menjadi bagian dari
halaman-halaman
> kertas itu dan merasa diterima di sana. Tak seorang pun dapat
merebut perasaan
> ini dari saya."
>
> Setelah membaca cerita yang ada dalam buku "Daripada Bete
> Nulis Aja" (Kaifa, Bandung) karya Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.
tersebut, apa
> yang Anda rasakan? Apakah tidak tergerak untuk mengurangi beban
hidup Anda
> selama ini dengan menulis? Selamat mencoba!
>
> Atau, mungkin Anda pernah mengalami hal yang terjadi pada
> Caryn Mirriam-Golberg, maka cobalah Anda ceritakan kepada saya. Jika
menulis telah menyelamatkan hidup Caryn, maka
> apa manfaat menulis bagi Anda? Silahkan Anda bercerita!
> ===================== ===Udo Yamin Majdi adalah Penulis, Trainer, dan
Direktur Eksekutif Word Smart Center. Kegiatan Word Smart Center,
antara lain: Sekolah Menulis SMART Ofline setiap Musim Libur
(Februari-Maret & Juli-November), Sekolah Menulis SMART On-Air di
Radio Community Jerman studio 2 Cairo setiap hari Ahad ,ba'da Maghrib
Waktu Cairo dan Sekolah Menulis SMART Online lewat milis
wordsmartcenter@yahoogroups. setiap hari Kamis, dan lewat YM:com
wordsmartcenter setiap hari Jum'at, ba'da sholat Jum'at Waktu Cairo
>
- 9a.
-
Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya)
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Wed Nov 19, 2008 3:17 pm (PST)
Semoga lekas sembuh ya Mirza . . .
jangan lupa berdoa sama Allah & berbakti sama bundanya :)
-sis-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Humas Sekolahkehidupancom
<humas.sekolahkehidupan@...> wrote:
>
> Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> Selamat pagi, siang, sore dan malam
>
> Sahabat SK dimana pun berada :)
>
> Mohon doa sebany
- 9b.
-
Re: [Lonceng] Mohon doa - Mirza opname (anak Mbak Syasya)
Posted by: "endut_wrah2" endut_wrah2@yahoo.com endut_wrah2
Wed Nov 19, 2008 7:42 pm (PST)
semoga cepat sembuh ya?
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "sismanto" <siril_wafa@com ...>
wrote:
>
> Semoga lekas sembuh ya Mirza . . .
> jangan lupa berdoa sama Allah & berbakti sama bundanya :)
>
>
> -sis-
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Humas Sekolahkehidupancom
> humas.sekolahkehidupan@ wrote:
> >
> > Assalamu'alaikum Wr. Wb.
> > Selamat pagi, siang, sore dan malam
> >
> > Sahabat SK dimana pun berada :)
> >
> > Mohon doa sebany
>
- 10a.
-
Re: (Ruang Kantor) P10
Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id siril_wafa
Wed Nov 19, 2008 3:24 pm (PST)
Maaf ya Om..nggak pernah komentar tulisannya om..
mengalir banget dan enak dibaca tulisanya. so jangan kuatir kalo
nggak dibaca ^_^
-sis-
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , fiyan arjuncom
<paman_sam2@...> wrote:
>
> P10
>
> Fiyan
> Arjun
>
- 11a.
-
Re: Balasan: Re: [sekolah-kehidupan] (Ruang Lobi) Perkenalan...
Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com ugikmadyo
Wed Nov 19, 2008 4:37 pm (PST)
Gak papa Bunda.
Resiko punya nama bias gender :P
Sudah biasa dipanggil Pak kalau belum tau 'wujud' aslinya.
Ntar kalo udah nongol jilbabnya baru dipanggil mbak hehehe
Ugik Madyo
yang lagi senyum-senyum sendiri depan kompi :D
2008/11/19 Putri Agus Sofyan <iastrito126ps@yahoo.co. >id
> oh maaf....maaf sekali.... kebetulan saya mempunyai om dengan nama depan
> yang sama....
>
> sekali lagi...saya minta maaf atas kekeliruan ini.
>
> salam
> iastrito.
>
>
> **
>
- 12a.
-
Re: [kuliner] Baso Akung
Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id
Wed Nov 19, 2008 7:49 pm (PST)
Saya curiga kalau Kang Hadian subur karena sering makan baso Akung.
Tapi terima kasih Kang atas traktirannya. Maen ke Bandung memang tidak
akan pernah rugi selama di traktir terus sama Kang Hadian, hehehe....
Baso Akung emang enak dan nampol-lah. Kalau ke Bandung mampir lagi
nya Kang.
Pas pertama ngeliat menu, langsung syok melihat menu yang super komplit
dan aneh menurut saya. Baso+ceker+somay+tahu+pangsit, komplit banget.
Enak, enak,enak.... habis gratis sih, heuheuheu..
Salam,
Galih
"Hadian Febrianto" <hadianf@gmail.com >
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
11/19/2008 05:41 PM
Please respond to sekolah-kehidupan
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
cc:
Subject: [sekolah-kehidupan] [kuliner] Baso Akung
Sahabat, kota Bandung terkenal dengan distro dan wisata kulinernya. Nah
untuk kali ini akan kita bahas salah satu tempat wisata kuliner di Bandung
yang bernama Baso Akung.
Pendahuluan (loh kok kayak skripsi sih?)
Sehari setelah launching buku Menggenggam Cahaya di Bandung, beberapa
SK-ers mengadakan pertandingan futsal yang dihadiri oleh 30 orang
(sebenarnya tanpa angka nol, alias bertiga). Untuk menyalurkan bakat yang
terpendam beberapa kilo dibawah permukaan laut (halah mulai ngaco) maka
ketiga orang itu (Budi, Galih dan saya) memanggil team yang baru bermain
untuk main lagi... ya agar bisa menang gitu...
Setelah selesai bertanding, tidak lama sinta dan nia (alias nihaw) datang
untuk memotret kami yang sedang keletihan (GeeR deh). Setelah puas difoto
(ups memoto), disepakatilah untuk bebersih terlebih dahulu di kost Kang
Mas Budi beberapa ratus meter dari TKP (Tempat Kejadian Putsal).
Setelah yakin sudah bersih, lima sekawan ini melanjutkan perjalanan tanpa
arah untuk mengisi kekosongan (maksudnya kekosongan perut). Sambil
mendorong motor Budi yang kempes semua berfikir arah tujuan mengisi
kekosongan, sampai ada yang usul agar makan baso di daerah menuju lodaya
bernama Baso Akung.
Baso Akung
Sebenarnya mengambil menu baso agar Kang Mas Budi yang rencananya akan
menghadiri undangan temannya tetap bisa menghormati tuan rumah agar bisa
makan lagi di sana. Nama Akung diambil dari nama pemiliknya yaitu H.
Akung.
Ya lokasi yang sangat ramai, tidak menutup kemungkinan kita harus menunggu
sampai berpuluh2 menit untuk bisa menyantap pesanannya. Ketika datang,
kami pun segera memesan di meja pemesanan sambil mendapatkan nomor antrian
(seperti ngantri BLT mungkin ya...) jika ada kursi yang kosong, maka bisa
segera mengambil tempat itu. Alhamdulillah pada saat itu ada beberapa
kursi yang kosong, sehingga kami tidak lama menunggu tempat duduk.
Kami pun memesan 3 porsi yamin (untuk Budi, Nia dan saya) dan 2 porsi kuah
(untuk galih dan sinta) ditambah baso sesuai keinginan. Ada BSCTP (Baso,
Somay, Ceker, Tahu, Pangsit) sesuai selera pemesan.
Sambil menunggu, kami bercerita ngalor ngidul hingga pesanan kami sampai ke permukaan meja (halah). Ketika menerima,
beberapa orang dari kami terkaget-kaget dengan porsi yang jumbo. Tanpa
basa basi, baso pun mulai dimakan hingga akhirnya ada satu orang yang
kewalahan memakannya... (saya tidak akan menyebut namanya kalo dia adalah
sinta).
Singkat cerita (emangnya masih panjang ya?) kami memutuskan keluar dari
tempat berhubung dah banyak yang ngantri. Dan kami pun berpisah, saya dan
galih ke leuwi panjang. Sinta dan nia kembali ke kost-an sinta.
Untuk foto-fotonya silahkan buka di :
http://groups.yahoo.com/ group/sekolah- kehidupan/ photos/album/ 833613875/ pic/list
Untuk mengantisipasi yang tidak bisa membuka, maka saya lampirkan
foto-fotonya.
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. Rereng Barong no.53 Bandung 40123
Ph/fax: (+6222) 2507537
- 13a.
-
Selamat atas sukses Raker ESKA dan Selamat u/ Bang Nursalam
Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Wed Nov 19, 2008 8:01 pm (PST)
Selamat Kang Dani untuk acara Rakernya. Memang Visi dan Misi ESKA
menunggu untuk diaplikasikan dengan lebih konkrit. Apapun bentuknya
milis ESKA dan website sekolahkehidupan.com dicipta HANYA untuk
membuat setiap insan di dalamnya memiliki makna berarti dalam
hidupnya, dengan berperan aktif dalam kehidupan non formal TANPA
PAMRIH.
Kita di sini bersama-sama mencoba memberikan sedikitnya arti bagi
orang-orang di sekitar kita. Tidak ada keinginan kita mencari
ketenaran personal atau BAHKAN untuk kepentingan pribadi.
Dari KITA untuk KITA.
Secara Internal, kita saling asah, saling asih, dan saling asuh.
Dari KITA untuk SEMUA.
Secara Eksternal, kita belajar untuk berbagi untuk semua.
Jauhkan pikiran kita seperti milis-milis lain yang mencoba mencari
ketenaran secara individual, apalagi hanya untuk kepentingan sendiri.
Milis ini tidak mengajarkan siapapun didalamnya mencari kesempatan
untuk keuntungan pribadi.
Kita di sini belajar sama-sama untuk memberikan apa yang bisa kita
berikan.
Kalaupun berhasil, hendaknya keberhasilan itu kita capai bersama-sama.
Kalaupun sukses, hendaknya kesuksesan itu datang dari kebersamaan.
Untuk Bang Nurasalam,
Saya ucapkan selamat atas kelahiran anak pertamanya.
Mudah-mudahan kehadiran sang bayi bisa memberikan arti nyata akan
kelangsungan keturunan, dan kelengkapan hidup berumah tangga.
Semuanya sudah barang tentu adalah amanah dari ALLAH SWT. Insya Allah
akan menjadi anak yang sholeh, berbakti untuk keluarga, masyarakat,
dan negara. Terlebih lagi akan menjadi anak yang senantiasa taat
dalam beribadah kepadaNYA.
Salam untuk ESKA semua dari jauh. Sekarang saya dalam rangka
perjalanan darat dari Seoul ke Ulsan, di selatan Korea.
Pandika Sampurna
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "fil_ardy" <fil_ardy@..com .>
wrote:
>
> Waaah, maaf telat balasnya, Pak.
> migrasi ke kantor baru cukup menyita waktu dan kesibukan.
>
> Alhamdulillah, Raker SK seperti yg ditulis oleh Pak Teha
> berjalan dengan baik dan menyenangkan. InsyaAllah SK tidak
> akan kehilangan atau keluar dari visi dan misinya semula.
> Tapi sebaliknya, kami akan mencoba merealisasikan visi dan misi
> tersebut menjadi sesuatu yg nyata, semampu kami tentunya.
>
> InsyaAllah, hasil pleno raker akan diposting oleh sekretaris SK
> agar bisa dianalisa oleh seluruh sahabat SK dan menjadi
> alasan kenapa harus bergabung dengan SK ^_^
>
> Btw, jgn lupa oleh2 pandangan matanya selama di korea, pak :)
>
> Terimaksih
> DANI
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Pandika Sampurnacom
> <pandika_sampurna@> wrote:
> >
> > Anak-anak ESKA, apa khabar?
> >
> > Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai
akhir
> November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an kalau
> pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> > Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin
> sudah menjelang.
> > Alhamdulillah saya sehat.
> > Apa khabar semua?
> >
> > Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
> >
> > Mudah-mudahanESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik
> itu visi maupun visi awalnya.
> > BRAVO anak-anak ESKA!
> >
> > Salam Sukses,
> > Pandika Sampurna
> >
>
- 14.
-
[Laskar Pelangi] Pengumuman penting bagi semua peserta proyek Laskar
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Wed Nov 19, 2008 8:24 pm (PST)
Assalamu'alaikum wrwb
Salam sejahtera bagi sahabat-sahabat peserta Laskar Pelangi SK. Semoga
setiap langkah yang kita niatkan untk beribadah di jalan-Nya menjadi ladang
amal yang berkenan di sisi-Nya. Amin.
Bagi seluruh sahabat-shabat peserta proyek Laskar Pelangi Sekolah Kehidupan
yang sudah mendaftarkan diri, berikut ada beberapa pengumuman penting yang
harus diperhatikan sbb:
Sesuai dengan hasil rapat kerja pengurus kabinet Sekolah Kehidupan untuk
masa kerja 2008-2009 yang telah dilaksanakan pada 15-16 November 2008 yang
lalu maka dengan ini diberitahukan bahwa:
1) Langkah-langkah teknis pembuatan buku berupa SOP yang telah ditetapkan
BPH yaitu:
- pembuatan sinopsis
- penulisan naskah
- editing naskah
- pengajuan naskah ke penerbit
2) Setiap peserta proyek Laskar Pelangi SK harus membuat timetable sendiri,
yaitu jadwal pengerjaan untuk pembuatan sinopsis, penulisan naskah, editing
naskah hingga pengajuan naskah ke penerbit. Lama waktu pengerjaan proyek ini
paling lama satu tahun.
Timetable dibuat dalam waktu 2 (dua) minggu setelah pengumuman ini diposting
ke milis.
Timetable dari setiap peserta harus dikirimkan ke milis
sekolah-kehidupan@yahoogroups. dan di-cc ke emailcom
kabinet.eska@gmail.com (baca: kabinet dot eska et gmail dot com)
3) Setiap peserta proyek Laskar Pelangi SK harus membuat sinopsis ide novel.
BPH akan membantu memberikan referensi penerbit yang sesuai dengan sinopsis
cerita.
Sinopsis cerita harus diposting di milis
sekolah-kehidupan@yahoogroups. di-cc ke emailcomdan
kabinet.eska@gmail.com baca: kabinet dot eska et gmail dot com)
4) Dari timetable yang telah dibuat peserta proyek Laskar Pelangi SK, BPH
akan mengirimkan reminder pada setiap peserta via milis dan email japri
tentang deadline pengerjaan setiap langkah-langkah yang ditetapkan pada
point no. 1.
5) Pengiriman naskah ke penerbit dilakukan oleh peserta proyek Laskar
Pelangi SK yang bersangkutan, bukan BPH. BPH hanya sebatas fasilitator saja.
6) Untuk selanjutnya, setiap postingan di milis yang berkenaan dengan proyek
ini diberi label [Laskar Pelangi]
7) Untuk contact no. dan data-data peserta proyek Laskar Pelangi SK dapat
menghubungi PJ dari proyek ini yaitu Hadian Febrianto di 081322360136.
8) Maklumat ini akan dikirimkan ke alamat setiap peserta proyek Laskar
Pelangi SK oleh Hadian Febrianto bersama dengan buku yang telah dijanjikan
sebelumnya. Untuk follow up tentang pengiriman buku, dapat menghubungi
Hadian Febrianto.
Guna menyukseskan proyek Laskar Pelangi SK ini, kerjasama, disiplin,
komitmen serta keseriusan dari para peserta yang sudah mengajukan diri
sangat diharapkan.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan banyak terima kasih.
Wassalam
Badan Pengurus Harian (BPH) Kabinet Sekolah kehidupan 2008-2010:
Dani Ardiansyah (Ketua Umum SK 2008-2010)
Lia Octavia (Sekretaris Umum SK 2008-2010)
Retnadi Nur'aini (Bendahara Umum SK 2008-2010)
cc. Pak Sinang Bulawan (Founder Sekolah-Kehidupan.com)
- 15a.
-
[Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Wed Nov 19, 2008 9:26 pm (PST)
Assalamu'alaikum �
Teman-teman, SEKOLAH kita punya program baru lho!
Program yang mengajak kita untuk BELAJAR ber-Qurban yaitu QURCIL alias
Qurban Kecil-Kecilan. Keren kan? Hehehe...
Ceritanya gini, kita tuh pengen berkontribusi ke saudara � saudara kita yang
membutuhkan di Idul Adha kali ini.
Nah bagi yang sudah cukup dana, silakan mengambil satu bagian (kambing)
dengan harga :
Type A: Rp. 700.000
Type B; Rp. 800.000
Type C: Rp. 900.000
Type D: Rp. 1.100.000
* Harga ini sudah termasuk biaya administrasi (yaitu kantong plastik, ongkos
potong, konsumsi petugas atau relawan yang membantu pemotongan hewan qurban)
Trus, bagi teman2 yang blom sanggup jangan bersedih �^_^
Semua tetap bisa berkontribusi dengan memberikan dana seikhlasnya, mulai
dari Rp. 30.000 aja (loh ikhlas koq ada minimal, hehehe)
Kambingnya tetap kita sembelih selayaknya hewan Qurban dan kita bagikan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Daerah penyebaran qurban
Gitu loh teman2 �
Gimana ? Tertarik kan ? Ayo donk tertarik � ^_^
Teman � teman bisa mengirimkan dana yang dimiliki ke :
Rek Bank BCA : 4370767225 KCU Ahmad Yani Bandung an Hadian
Febrianto
Rek BSM : 0657007300 Cabang Mangga Dua Jakarta an Lia
Octavia Dwipajana
Rek Sharee Bank Muamalat: 904 7910599 an Syafaatus Syarifah
Bagi yang mengirim dana dimohon untuk mencantumkan di berita pengiriman ya
Dan jangan lupa langsung SMS ke Hadian Febrianto 081322360136 atau Syafaatus
Syarifah 081316356267 untuk konfirmasi.
Btw, klo blom ada dana, tetap bisa bantuin koq. Carikan donatur ya � ^_^
So, selamat menikmati Kurikulum Baru Sekolah kita: QURCIL SK
Kalo bisa sekarang, kenapa harus menunggu tahun depan ???
^_^
O Iya lupa � Ini kepanitiaannya :
Ketua : Hadian Febrianto
Sekretaris : Novi Ningsih
Bendahara : Syafaatus Syarifah
Humas : Hariyanty Thahir
Oke teman2 �.. Partisipasi anda sangat dinantikan
Sedikit bagi kita sangat berarti buat yang membutuhkan
Jangan ragu � ragu tuk hiasi wajah mereka dengan senyuman ^_^
So �. Qurban Yukkkkkkkkkkkkk
Wassalam,
Humas QurCil
*Hariyanty Thahir*
HP : 081372568907**
- 15b.
-
[Maklumat] QURCIL SK - Peduli Qurban SK Dalam Rangka Menyambut Idul
Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com octavialia
Wed Nov 19, 2008 9:28 pm (PST)
Assalamu'alaikum �
Teman-teman, SEKOLAH kita punya program baru lho!
Program yang mengajak kita untuk BELAJAR ber-Qurban yaitu QURCIL alias
Qurban Kecil-Kecilan. Keren kan? Hehehe...
Ceritanya gini, kita tuh pengen berkontribusi ke saudara � saudara kita yang
membutuhkan di Idul Adha kali ini.
Nah bagi yang sudah cukup dana, silakan mengambil satu bagian (kambing)
dengan harga :
Type A: Rp. 700.000
Type B; Rp. 800.000
Type C: Rp. 900.000
Type D: Rp. 1.100.000
* Harga ini sudah termasuk biaya administrasi (yaitu kantong plastik, ongkos
potong, konsumsi petugas atau relawan yang membantu pemotongan hewan qurban)
Trus, bagi teman2 yang blom sanggup jangan bersedih �^_^
Semua tetap bisa berkontribusi dengan memberikan dana seikhlasnya, mulai
dari Rp. 30.000 aja (loh ikhlas koq ada minimal, hehehe)
Kambingnya tetap kita sembelih selayaknya hewan Qurban dan kita bagikan
kepada masyarakat yang membutuhkan. Daerah penyebaran qurban diprioritaskan
di wilayah Bandung dan Jawa Barat.
Gitu loh teman2 �
Gimana ? Tertarik kan ? Ayo donk tertarik � ^_^
Teman � teman bisa mengirimkan dana yang dimiliki ke :
Rek Bank BCA : 4370767225 KCU Ahmad Yani Bandung an Hadian
Febrianto
Rek BSM : 0657007300 Cabang Mangga Dua Jakarta an Lia
Octavia Dwipajana
Rek Sharee Bank Muamalat: 904 7910599 an Syafaatus Syarifah
Bagi yang mengirim dana dimohon untuk mencantumkan di berita pengiriman ya
Dan jangan lupa langsung SMS ke Hadian Febrianto 081322360136 atau Syafaatus
Syarifah 081316356267 untuk konfirmasi.
Btw, klo blom ada dana, tetap bisa bantuin koq. Carikan donatur ya � ^_^
So, selamat menikmati Kurikulum Baru Sekolah kita: QURCIL SK
Kalo bisa sekarang, kenapa harus menunggu tahun depan ???
^_^
O Iya lupa � Ini kepanitiaannya :
Ketua : Hadian Febrianto
Sekretaris : Novi Ningsih
Bendahara : Syafaatus Syarifah
Humas : Hariyanty Thahir
Oke teman2 �.. Partisipasi anda sangat dinantikan
Sedikit bagi kita sangat berarti buat yang membutuhkan
Jangan ragu � ragu tuk hiasi wajah mereka dengan senyuman ^_^
So �. Qurban Yukkkkkkkkkkkkk
Wassalam,
Humas QurCil
*Hariyanty Thahir*
HP : 081372568907**
- 16.
-
Airmata untuk seorang Teman
Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com agussyafii
Wed Nov 19, 2008 9:38 pm (PST)
Airmata untuk seorang Teman
By: agussyafii
Sore itu saya kedatangan tamu, putrinya teman mengabarkan bahwa
ayahnya memanggil agar ke rumah. Teman itu adalah seorang guru, hampir
seumur hidupnya digunakan untuk mengabdi didunia pendidikan. Kami
sering berdiskusi bagaimana membuat program pembelajaran bagi masyarakat.
Sore itu Pak Pendi dengan senyum khasnya menyapa saya. Setelah itu
kami berbincang banyak "Mas Agus, jangan pernah lelah untuk mengajar.
Sekalipun mengajar tidak mendatangkan materi yang berlimpah" katanya.
"Baik pak, terima kasih nasehatnya" Jawab saya. Diskusi kami makin
hangat. Tak terasa terdengar kumandang adzan maghrib saya pamit pulang.
Ba'da Isya' istri saya mengabarkan, "Mas, mas, Pak Pendi meninggal lo.
Udah sana takziyah." Kabar itu menyesakkan dada. Seolah tak percaya,
air mata saya tak terasa menetes, terbayang senyumnya yang khas sosok
seorang guru. Kata-katanya seolah masih terekam, "Mas Agus, jangan
pernah lelah untuk mengajar. Sekalipun mengajar tidak mendatangkan
materi yang berlimpah" Kata-kata itu terasa menyengat.
Selamat Jalan Pak Pendi, doa kami menyertaimu...
Wassalam,
Agussyafii
Tulisan ini dibuat dalam rangka sosialisasi Program Baksos "Ananda
Anak Sehat" Terima kasih atas berkenannya berpartisipasi maupun
memberikan dukungannya, silahkan kunjungi kami di
http://agussyafii.blogspot. atau sms 087 8777 12 431com
- 17.
-
Roadmap To The Top, Refleksi Orang Sukses Dari Jawa Pos
Posted by: "magnet zone" magnetzone@gmail.com
Wed Nov 19, 2008 9:38 pm (PST)
*Roadmap To The Top, Refleksi Orang Sukses Dari Jawa Pos*
* *
Judul : Roadmap To The Top
Penulis : Ali Murtadlo dan Tatik Suryani
Penerbit : JP Books (Grup Jawa Pos)
Tebal : 196 halaman
Harga Discount : Rp 25.500
Banyak orang yang ingin dan mencapai sukses, tapi yang berhasil
tak sebanyak yang menginginkannya. Umumnya mereka enggan belajar bagaimana
proses mencapainya. Buku ini satu di antaranya, bisa menjadi *road
map*(peta jalan) menuju sukses, belajar dari pengalaman seorang Ali
Murtadlo
yang memulai karier di Grup Jawa Pos mulai dari kilometer nol.
Sukses memang tidak diukur dari posisi yang berhasil dicapai
seseorang dalam hidupnya, tapi dari hambatan-hambatan yang berhasil
diatasinya. Karena itu, sesungguhnya kenikmatan kesuksesan justru berada
pada *nilai proses perjuangan *yang kita lakukan, dan kemampuan kita
mengatasi setiap halangan dan rintangan.
Memang tak ada jalan pintas untuk sukses sejati. Kalaupun ada,
pasti ada "harga" lain yang harus dibayar. Sedemikian mahalnya harga itu,
sehingga saat ada mantan pimred koran terkemuka lulusan S3 yang tiba-tiba
mau pindah jalur menjadi entrepreneur, guru manajamen Grup Jawa Pos, Pak
Dahlan Iskan berkomentar : "Tidak bisa! Untuk bisa jadi direktur Grup Jawa
Pos seperti juga saya dan Bang Ali (Ali Murtadlo), harus melewati
8.000-10.000* step *tangga penularan dan pendampingan, yang tidak bisa
dilompati atau* *di-*short cut". *Titian tangga selama 15 tahun itu
diceritakan sebagai *excellent values *dalam buku yang luar biasa inspiratif
ini.
Karya ini sangat hebat, ditulis oleh seorang Ali Murtadlo, yang 15
tahun lalu hanya seorang kuli tinta, dan sekarang menjadi seorang direktur.
Buku ini laik dibaca oleh mereka yang ingin sukses. Selamat!
Dapatan buku-buku menarik dengan discount menggigit hanya di Magnet Zone,
Café Buku Pertama di Surabaya.
Untuk pemesanan hubungi Mbak Wahyu 085649934525 atau 031-60760322. Anda juga
bisa menghubungi langsung ke Magnet zone 031-5323212, FAX 031-5323212
Pembayaran bisa melalui Bank Bukopin Syariah
No. Rekening 8800259038 atas nama PT. Bina Ilmu
--
Magnet Zone Cafe Bookstore at www.magnetzone.multiply. com
- 18a.
-
[cerita kehidupan] Ma..Mama...Maafin Mbak....
Posted by: "Putri Agus Sofyan" iastrito126ps@yahoo.co.id
Wed Nov 19, 2008 9:38 pm (PST)
Hai..aku mau kirim tulisanku...mudah2an berkenan yha....
cherio...
iastrito
Ma…Mama….Maafin Mbak, ya……
(iastrito)
Sudah memasuki hari ketiga hubungan antara aku dengan anak gadisku masih dirundung masalah… seperti cerita-cerita orang tua dahulu…suatu saat kita akan merasakan suatu masa dimana anak-anak kita akan mencari jati dirinya untuk memproklamirkan bahwa diri mereka bukan lagi anak-anak yang masih harus disuapi oleh ibunya, tapi mereka sudah menjadi anak remaja yang sudah bisa mengurusi dirinya sendiri.
Sepulang aku dari kantor…aku selalu melakukan pengecekan setiap kamar milik anak-anakku, bila mereka tidak menyambut kedatanganku. Ku lihat anak gadisku-anak kedua tidak menyambut kedatanganku dengan senyum khasnya…"pasti dia masih marah"pikirku…karena yang ku lihat hanya anak pertama dan anak ketiga, keduanya laki-laki…duduk didepan teras sambil melihat mobilku masuk ke dalam garasi…
"Assalamualaikum…. hai dah pada ganteng-ganteng nihhh…dah wangi lagi…pasti dah pada mandi yha…." sapaku kepada mereka…
"Walaikum salam….mas belum mandi ma…."jawab anak bungsuku sambil tersenyum dan menunjuk kakaknya…
"iiiihhh ade….mas kan baru pulang dari kampus…baru aja masuk…"begitu pembelaan dari anak sulungku sambil memangku adiknya…
Kulihat keakraban mereka….pemandangan yang selalu kulihat dari hari ke hari…. "lho mbak mana…tadi mama telpon katanya sudah pulang…"tanyaku lagi…
"udah ma…tapi lagi dikamar…kamarnya dikunci…"jawab anak bungsuku kembali…
Setelah aku merapihkan mobilku…aku masuk ke dalam bersama kedua anakku tadi dan mereka langsung masuk ke kamar belajar sekaligus kamar kerja…mereka bermain internet…dan seperti biasa anak sulungku mengajari adiknya bahasa inggris di internet.
Aku merapihkan diriku…kemudian ku ketuk pintu kamar anak gadisku dan seperti hari-hari yang lalu… aku memanggil untuk dibukakan pintu…
"Mbak, buka pintunya….sebentar lagi magrib..kita solat sama-sama yuk.."ajakku…
"Mbak, lagi gak solat!" jawab anakku ….
"Ya tapi buka dulu dong pintunya…kan mama belum liat kamu…"pintaku kembali
Tak lama pintu kamar anakku terbuka dan ku lihat..anakku membalikkan badannya dan naik ketempat tidur sambil membuka majalah kesukaannya…
"Mbak masih marah ya..sama mama…gak boleh lho..marah-marah ke orang tua apalagi ke ibunya…"ujarku..
"Abis mama rese sih…mbak kan gak mau dimonitor..mama gak kayak ibunya temen2 embak" jawab anakku dengan nada kesal…"mereka tuh gak pernah monitor anak-anaknya…ibunya teman-teman embak juga kayak mama…kerja (maksudnya ibu rumah tangga sekaligus kerja di kantor)..tapi mereka gak rese kaya mama….
"Ya sudah..kalau mama rese…itu sudah takdir mbak, punya mama rese kayak mama ini… mama monitor kamu karena mama sayang sama kamu…sesibuk apapun di kantor, mama sempatkan waktu untuk kirim sms… tapi kalau kamu gak suka ya sudah…mama hanya jalani kewajiban mama sebagai orang tua yang melahirkan kamu…karena kamu adalah amanah yang diberikan Allah kepada mama.." demikian penjelasanku kepada anak gadisku..
"udah deh..mama keluar aja dari kamar emba…mbak mau sendiri… dari kemarin itu-itu aja yang keluar dari mulut mama…mama yang melahirkan emba…mama yang jaga emba….siapa juga yang mau….pokoknya emba gak mau dimonitor terus…mbak udah gede..bukan anak kecil lagi seperti adik Ito (anak bungsuku yang baru duduk di kelas 1 sekolah dasar)… mbak udah es em a…udah gede… mbak pengen mama tuh, percaya ke emba…mbak udah es em a…. udah ah…." jawab anak gadisku.
Kulihat wajahnya masih menyimpan kekesalan yang mendalam.. Aku melangkah mendekati pintu kamarnya…kulihat kembali anakku…tetap pada posisi yang sama..tengkurap sambil membuka-buka majalah…
Aku memang mempunyai kebiasaan mengirim pesan singkat di handphone anak-anakku (kecuali anak bungsuku)… pesan yang kukirim..adalah kalimat yang wajar yang dilakukan oleh orang tua dimanapun berada…udah makan? solat ya? kalau sudah selesai urusan sekolah..cepat pulang.. hati-hati yah…I love you…
Kalau terlambat pulang, aku hanya bertanya…sudah dimana? Atau aku langsung telpon walau kadang sinyalnya terganggu karena cuaca…
Waktu terus berlalu…aku menceritakan hal ini kepada suamiku dan suamiku hanya meminta agar aku lebih bersabar..sementara suamiku masih disibukan dengan urusan pekerjaannya yang ia bawa pulang dari kantornya…..aku hanya bisa mengadu pada Allah…aku selalu meminta kepada Allah untuk selalu dibukakan pintu hati anakku…dan meminta untuk selalu menjaga mereka dimanapun mereka berada, karena keterbatasan dan ketidaksanggupan ku dalam mengawasi mereka selama 24 jam..kupasrahkan kepada Allah atas semua yang terjadi dan semuanya pasti ada hikmahnya….karena aku yakin bahwa apa yang aku lakukan tidak salah…mungkin saja anakku merasa malu karena masih diawasi oleh mamanya…
Hari berganti…seperti biasa aku menyiapkan susu dan sarapan pagi untuk keluarga.. kami keluar rumah berbeda jam….
Jam 6.00 pagi suamiku dan anak bungsuku..berangkat lebih dulu…karena jarak sekolah dan kantor agak jauh dari rumah…selanjutnya anak sulungku.. kemudian anak gadisku, baru aku… yang terakhir berangkat.
Kegiatan rutinitas di kantor membuat..waktu berlalu tanpa terasa… dan seperti biasa, aku mengirim pesan singkat dengan pertanyaan yang sama dan tak lupa ditambahi kalimat-kalimat iseng agar tidak bosan dan tegang…kepada anak-anakku…aku mengirim sesuai dengan jam-jam istirahat mereka masing-masing..
Tak lama…mereka menjawab pesan singkat yang ku kirim….salah satu pesan singkat yang dikirim oleh anak gadisku memberitahu sekaligus minta izin kalau teman-temannya akan belajar bersama di rumah..sepulang sekolah nanti dan aku mengizinkannya. Anak gadisku pulang sekolah jam 4 sore dan sampai rumah jam 4.30..
Waktu terus berjalan…kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan angka setengah lima…"alhamdulilah..sebentar lagi aku akan segera pulang".. batinku berbicara… Baru selesai membatin.…tiba-tiba atasanku datang menghampiri dan memberitahu bahwa jam 5 nanti ada meeting dengan direksi… "wasalam nih…bakal pulang malam"..ujar hatiku..
Mau tidak mau…aku harus mengikutinya…sampai akhirnya pertemuan dengan direksipun selesai…jam menunjukkan pukul 7 malam.. aku segera membereskan dokumen-dokumenku dan menelpon ke rumah bahwa aku baru saja selesai rapat dan akan segera pulang.
Setibanya dirumah, sekitar jam 8 malam..aku melihat anak gadisku sedang menemani temannya yang akan pulang… aku hentikan mobilku dan kudekati mereka… "sedang ngapain, mbak.."tanyaku… "ini ma..aku lagi nemenin Icha…angkotnya penuh terus dan ojek gak mau ngantar dia karena gerimis…aku minta tolong papa…papa lagi kurang enak badan…emas (anak sulungku) lagi ngajarin adik Ito agama..besok Ito ulangan"anakku memberi penjelasan…
"memang rumah Icha dimana?"tanyaku kembali…"di rawalumbu bekasi, tante.."jawab Icha…
"bekasi…? dalam keadaan gerimis…biasanya daerah itu macet…"sempat aku berfikir "..tapi ya sudahlah…aku punya anak perempuan…suatu saat anakku mengalami kesulitan..siapa yang akan bantu…"pikirku lagi…"ayo naik ke mobil....sini tante antar....ayo mbak ajak temannya naik…ayo keburu hujan....ntar macet dan tambah malam" perintahku… kulihat anakku cepat membuka pintu depan dan Icha-temannya membuka pintu belakang… aku mengantar Icha sampai rumahnya..
Sekembalinya dari rumah Icha, jam sudah menunjukan pukul 11.15… anakku sudah tidur..kubangunkan ia…dan kubisiki bahwa kita sudah sampai rumah…
Setelah kami masuk…anakku langsung masuk ke kamar..sementara aku bersih-bersih dulu…baru mengecek kamar anak-anak yang lain… ku lihat anak bungsuku tidur berdampingan dengan kakaknya sambil memeluk buku…
Aku kembali ke kamar dan kulihat suamiku sudah pulas..sesekali ku pegang dahinya…memang agak panas…. Sebelum tidur…aku solat dulu dan selesai solat memohon agar dibukakan pintu hati anakku…aku berharap esok hari..anakku tidak kesal lagi dengan ku.....dan memohon agar Allah memaafkan segala kekhilafan yang telah dilakukan oleh anakku…. ia berbuat seperti itu akibat ketidaktahuannya…
Aku matikan lampu kamar tidurku….
Dalam tidurku..…kudengar sayup..sayup..suara air hujan masih turun dengan deras dan aku mendengar suara memanggil…ma..ma..maafin mbak ya…. ma…ma…maafin mbak ya… ah, aku tidak bermimpi…kunyalakan lampu kecil yang ada dimeja kecil…kulihat jam menunjukkan pukul 2 dini hari…ku buka mataku lebar-lebar…aku melihat anakku sedang menangis disampingku…ma.maafin mbak yha…mbak dah bikin mama sakit hati…mbak dah bikin mama sedih…
Aku berusaha tegar…aku katakan bahwa aku tidak apa-apa… kulihat air mata anakku mengalir cukup deras … suamiku bangun.."ada apa mah…kenapa dengan Ana?" gak apa-apa pah…papa tidur aja lagi… dan suamiku pindah kamar ke kamar Ana-anak gadisku ini.
"ma..maafin mbak ya….mbak mau kok diawasin sama mama" lanjut anakku… aku benar-benar berusaha untuk tetap tegar…tidak hanyut dalam suasana sedih ini…
"ma…tadi waktu nunggu angkot.... Icha cerita…kalau mbak itu..harus bersyukur punya ibu seperti mama…Icha bilang ibu loe sangat perhatian sama anak walaupun gaya ibu loe itu gaul.. saat selesai belajar tadi..Icha telpon ke ibunya untuk minta tolong dijemput…tapi ibunya bilang cape, sedangkan papanya belum pulang..Icha disuruh naik taksi..tapi Icha gak berani karena udah malam..lagi pula gerimis..akhirnya Icha beraniin untuk naik angkot...kakaknya Icha juga gak mau jemput..kakaknya bilang itukan urusan kamu sendiri… belajar dirumah teman…"tertahan kalimat anakku karena tersedak oleh isak tangisnya…
"ma..kalau bukan karena kerja kelompok untuk besok…dan harus selesai malam ini…mereka juga tidak akan kemalaman….yang lainnya pulang satu jurusan hanya Icha yang beda jurusan…kalau tadi gak ada mama…bagaimana Icha mau pulang…mbak juga kasian sama Icha…tadi emba kebangun karena suara petir..terus emba mau lihat jam di hp emba….malah ada sms dari Icha …ini smsnya….aku baca sms tersebut…Ana, berbahagialah loe punya ibu yang masih mau memperhatikan anaknya…jangankan anaknya sendiri…anak orang lain juga diperhatiin…gue gak enak sama ibu loe…gue lihat ibu loe cape banget….gue iri sama eloe….asal loe tahu aja…sampai dirumah..ibu gue lagi asik nonton sinetron…ibu gue hanya bilang..pulang naik apa..gue kasih tau kalau eloe dan ibu loe yang antar…gue bilang kalau gue merasa gak enak diantar ibu loe…eh malah ibu gue bilang…mama lagi cape..makanya kalau belajar dirumah teman jangan terlalu malam…padahal gue itu lagi berjuang untuk
ngedapatin nilai bahasa perancis besok…. eloe harusnya bersyukur…eloe minta maaf gih sama ibu loe..coba kalau eloe diposisi gue…bete abis deh…
Aku memeluk anakku dan terasa hangat dan basah dipundakku karena tetesan air mata anakku… tak terasa akupun ikut menangis…karena Allah telah memberikan aku suatu hikmah yang sangat berarti bagi ku dan bagi anakku… Terima kasih ya Allah…Kau telah kembalikan anakku dalam pelukanku….dan Engkau tidak akan pernah memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatMu…
Selama kita menyimpan kesabaran…pasti suatu saat buah hasil kesabaran tersebut akan kita petik …dalam surat Al Baqarah..ayat 45."Dan memohonlah pertolongan dengan sabar dan salat; dan sesungguhnya salat itu berat, kecuali atas orang-orang yang khusyu"
Medio,Kamis 20112008
--------------------- --------- ---
Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain! - 18b.
-
Re: [cerita kehidupan] Ma..Mama...Maafin Mbak....
Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Wed Nov 19, 2008 9:59 pm (PST)
bunda, ternyata mendidik anak memerlukan trik khusus yah..
terima kasih bunda sudah berbagi..
salam untuk mba ana.
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Putri Agus Sofyancom
<iastrito126ps@...> wrote:
>
> Hai..aku mau kirim tulisanku...mudah2an berkenan yha....
>
> cherio...
> iastrito
> Maâ¦Mamaâ¦.Maafin Mbak, yaâ¦â¦
> (iastrito)
>
>
> Sudah memasuki hari ketiga hubungan antara aku dengan anak gadisku
masih dirundung masalah⦠seperti cerita-cerita orang tua
dahuluâ¦suatu saat kita akan merasakan suatu masa dimana anak-anak
kita akan mencari jati dirinya untuk memproklamirkan bahwa diri mereka
bukan lagi anak-anak yang masih harus disuapi oleh ibunya, tapi mereka
sudah menjadi anak remaja yang sudah bisa mengurusi dirinya sendiri.
>
> Sepulang aku dari kantorâ¦aku selalu melakukan pengecekan setiap
kamar milik anak-anakku, bila mereka tidak menyambut kedatanganku. Ku
lihat anak gadisku-anak kedua tidak menyambut kedatanganku dengan
senyum khasnyaâ¦âpasti dia masih marahâpikirkuâ¦karena yang ku
lihat hanya anak pertama dan anak ketiga, keduanya laki-lakiâ¦duduk
didepan teras sambil melihat mobilku masuk ke dalam garasiâ¦
>
> âAssalamualaikumâ¦. hai dah pada ganteng-ganteng nihhhâ¦dah
wangi lagiâ¦pasti dah pada mandi yhaâ¦.â sapaku kepada merekaâ¦
> âWalaikum salamâ¦.mas belum mandi maâ¦.âjawab anak bungsuku
sambil tersenyum dan menunjuk kakaknyaâ¦
> âiiiihhh adeâ¦.mas kan baru pulang dari kampusâ¦baru aja
masukâ¦âbegitu pembelaan dari anak sulungku sambil memangku adiknyaâ¦
>
> Kulihat keakraban merekaâ¦.pemandangan yang selalu kulihat dari
hari ke hariâ¦. âlho mbak manaâ¦tadi mama telpon katanya sudah
pulangâ¦âtanyaku lagiâ¦
> âudah maâ¦tapi lagi dikamarâ¦kamarnya dikunciâ¦âjawab anak
bungsuku kembaliâ¦
>
> Setelah aku merapihkan mobilkuâ¦aku masuk ke dalam bersama kedua
anakku tadi dan mereka langsung masuk ke kamar belajar sekaligus kamar
kerjaâ¦mereka bermain internetâ¦dan seperti biasa anak sulungku
mengajari adiknya bahasa inggris di internet.
>
> Aku merapihkan dirikuâ¦kemudian ku ketuk pintu kamar anak gadisku
dan seperti hari-hari yang lalu⦠aku memanggil untuk dibukakan pintuâ¦
>
> âMbak, buka pintunyaâ¦.sebentar lagi magrib..kita solat
sama-sama yuk..âajakkuâ¦
> âMbak, lagi gak solat!â jawab anakku â¦.
> âYa tapi buka dulu dong pintunyaâ¦kan mama belum liat
kamuâ¦âpintaku kembali
> Tak lama pintu kamar anakku terbuka dan ku lihat..anakku
membalikkan badannya dan naik ketempat tidur sambil membuka majalah
kesukaannyaâ¦
>
> âMbak masih marah ya..sama mamaâ¦gak boleh lho..marah-marah ke
orang tua apalagi ke ibunyaâ¦âujarku..
>
> âAbis mama rese sihâ¦mbak kan gak mau dimonitor..mama gak kayak
ibunya temen2 embakâ jawab anakku dengan nada kesalâ¦âmereka tuh
gak pernah monitor anak-anaknyaâ¦ibunya teman-teman embak juga kayak
mamaâ¦kerja (maksudnya ibu rumah tangga sekaligus kerja di
kantor)..tapi mereka gak rese kaya mamaâ¦.
>
> âYa sudah..kalau mama reseâ¦itu sudah takdir mbak, punya mama
rese kayak mama ini⦠mama monitor kamu karena mama sayang sama
kamuâ¦sesibuk apapun di kantor, mama sempatkan waktu untuk kirim
sms⦠tapi kalau kamu gak suka ya sudahâ¦mama hanya jalani kewajiban
mama sebagai orang tua yang melahirkan kamuâ¦karena kamu adalah
amanah yang diberikan Allah kepada mama..â demikian penjelasanku
kepada anak gadisku..
>
> âudah deh..mama keluar aja dari kamar embaâ¦mbak mau sendiriâ¦
dari kemarin itu-itu aja yang keluar dari mulut mamaâ¦mama yang
melahirkan embaâ¦mama yang jaga embaâ¦.siapa juga yang
mauâ¦.pokoknya emba gak mau dimonitor terusâ¦mbak udah gede..bukan
anak kecil lagi seperti adik Ito (anak bungsuku yang baru duduk di
kelas 1 sekolah dasar)⦠mbak udah es em aâ¦udah gede⦠mbak pengen
mama tuh, percaya ke embaâ¦mbak udah es em aâ¦. udah ahâ¦.â jawab
anak gadisku.
>
> Kulihat wajahnya masih menyimpan kekesalan yang mendalam.. Aku
melangkah mendekati pintu kamarnyaâ¦kulihat kembali anakkuâ¦tetap
pada posisi yang sama..tengkurap sambil membuka-buka majalahâ¦
>
> Aku memang mempunyai kebiasaan mengirim pesan singkat di handphone
anak-anakku (kecuali anak bungsuku)⦠pesan yang kukirim..adalah
kalimat yang wajar yang dilakukan oleh orang tua dimanapun
beradaâ¦udah makan? solat ya? kalau sudah selesai urusan
sekolah..cepat pulang.. hati-hati yahâ¦I love youâ¦
>
> Kalau terlambat pulang, aku hanya bertanyaâ¦sudah dimana? Atau
aku langsung telpon walau kadang sinyalnya terganggu karena cuacaâ¦
>
> Waktu terus berlaluâ¦aku menceritakan hal ini kepada suamiku dan
suamiku hanya meminta agar aku lebih bersabar..sementara suamiku masih
disibukan dengan urusan pekerjaannya yang ia bawa pulang dari
kantornyaâ¦..aku hanya bisa mengadu pada Allahâ¦aku selalu meminta
kepada Allah untuk selalu dibukakan pintu hati anakkuâ¦dan meminta
untuk selalu menjaga mereka dimanapun mereka berada, karena
keterbatasan dan ketidaksanggupan ku dalam mengawasi mereka selama 24
jam..kupasrahkan kepada Allah atas semua yang terjadi dan semuanya
pasti ada hikmahnyaâ¦.karena aku yakin bahwa apa yang aku lakukan
tidak salahâ¦mungkin saja anakku merasa malu karena masih diawasi
oleh mamanyaâ¦
>
> Hari bergantiâ¦seperti biasa aku menyiapkan susu dan sarapan pagi
untuk keluarga.. kami keluar rumah berbeda jamâ¦.
> Jam 6.00 pagi suamiku dan anak bungsuku..berangkat lebih
duluâ¦karena jarak sekolah dan kantor agak jauh dari
rumahâ¦selanjutnya anak sulungku.. kemudian anak gadisku, baru akuâ¦
yang terakhir berangkat.
>
> Kegiatan rutinitas di kantor membuat..waktu berlalu tanpa
terasa⦠dan seperti biasa, aku mengirim pesan singkat dengan
pertanyaan yang sama dan tak lupa ditambahi kalimat-kalimat iseng agar
tidak bosan dan tegangâ¦kepada anak-anakkuâ¦aku mengirim sesuai
dengan jam-jam istirahat mereka masing-masing..
>
> Tak lamaâ¦mereka menjawab pesan singkat yang ku kirimâ¦.salah
satu pesan singkat yang dikirim oleh anak gadisku memberitahu
sekaligus minta izin kalau teman-temannya akan belajar bersama di
rumah..sepulang sekolah nanti dan aku mengizinkannya. Anak gadisku
pulang sekolah jam 4 sore dan sampai rumah jam 4.30..
>
> Waktu terus berjalanâ¦kulihat jam ditanganku sudah menunjukkan
angka setengah limaâ¦âalhamdulilah..sebentar lagi aku akan segera
pulangâ.. batinku berbicara⦠Baru selesai membatin.â¦tiba-tiba
atasanku datang menghampiri dan memberitahu bahwa jam 5 nanti ada
meeting dengan direksi⦠âwasalam nihâ¦bakal pulang malamâ..ujar
hatiku..
>
> Mau tidak mauâ¦aku harus mengikutinyaâ¦sampai akhirnya pertemuan
dengan direksipun selesaiâ¦jam menunjukkan pukul 7 malam.. aku segera
membereskan dokumen-dokumenku dan menelpon ke rumah bahwa aku baru
saja selesai rapat dan akan segera pulang.
>
> Setibanya dirumah, sekitar jam 8 malam..aku melihat anak gadisku
sedang menemani temannya yang akan pulang⦠aku hentikan mobilku dan
kudekati mereka⦠âsedang ngapain, mbak..âtanyaku⦠âini
ma..aku lagi nemenin Ichaâ¦angkotnya penuh terus dan ojek gak mau
ngantar dia karena gerimisâ¦aku minta tolong papaâ¦papa lagi kurang
enak badanâ¦emas (anak sulungku) lagi ngajarin adik Ito
agama..besok Ito ulanganâanakku memberi penjelasanâ¦
> âmemang rumah Icha dimana?âtanyaku kembaliâ¦âdi rawalumbu
bekasi, tante..âjawab Ichaâ¦
> âbekasiâ¦? dalam keadaan gerimisâ¦biasanya daerah itu
macetâ¦âsempat aku berfikir â..tapi ya sudahlahâ¦aku punya anak
perempuanâ¦suatu saat anakku mengalami kesulitan..siapa yang akan
bantuâ¦âpikirku lagiâ¦âayo naik ke mobil....sini tante
antar....ayo mbak ajak temannya naikâ¦ayo keburu hujan....ntar macet
dan tambah malamâ perintahku⦠kulihat anakku cepat membuka pintu
depan dan Icha-temannya membuka pintu belakang⦠aku mengantar Icha
sampai rumahnya..
>
> Sekembalinya dari rumah Icha, jam sudah menunjukan pukul 11.15â¦
anakku sudah tidur..kubangunkan iaâ¦dan kubisiki bahwa kita sudah
sampai rumahâ¦
>
> Setelah kami masukâ¦anakku langsung masuk ke kamar..sementara aku
bersih-bersih duluâ¦baru mengecek kamar anak-anak yang lain⦠ku
lihat anak bungsuku tidur berdampingan dengan kakaknya sambil memeluk
bukuâ¦
>
> Aku kembali ke kamar dan kulihat suamiku sudah pulas..sesekali ku
pegang dahinyaâ¦memang agak panasâ¦. Sebelum tidurâ¦aku solat dulu
dan selesai solat memohon agar dibukakan pintu hati anakkuâ¦aku
berharap esok hari..anakku tidak kesal lagi dengan ku.....dan memohon
agar Allah memaafkan segala kekhilafan yang telah dilakukan oleh
anakkuâ¦. ia berbuat seperti itu akibat ketidaktahuannyaâ¦
>
> Aku matikan lampu kamar tidurkuâ¦.
>
> Dalam tidurku..â¦kudengar sayup..sayup..suara air hujan masih
turun dengan deras dan aku mendengar suara memanggilâ¦ma..ma..maafin
mbak yaâ¦. maâ¦maâ¦maafin mbak ya⦠ah, aku tidak
bermimpiâ¦kunyalakan lampu kecil yang ada dimeja kecilâ¦kulihat jam
menunjukkan pukul 2 dini hariâ¦ku buka mataku lebar-lebarâ¦aku
melihat anakku sedang menangis disampingkuâ¦ma.maafin mbak yhaâ¦mbak
dah bikin mama sakit hatiâ¦mbak dah bikin mama sedihâ¦
>
> Aku berusaha tegarâ¦aku katakan bahwa aku tidak apa-apaâ¦
kulihat air mata anakku mengalir cukup deras ⦠suamiku
bangun..âada apa mahâ¦kenapa dengan Ana?â gak apa-apa pahâ¦papa
tidur aja lagi⦠dan suamiku pindah kamar ke kamar Ana-anak gadisku ini.
>
> âma..maafin mbak yaâ¦.mbak mau kok diawasin sama mamaâ lanjut
anakku⦠aku benar-benar berusaha untuk tetap tegarâ¦tidak hanyut
dalam suasana sedih iniâ¦
>
> âmaâ¦tadi waktu nunggu angkot.... Icha ceritaâ¦kalau mbak
itu..harus bersyukur punya ibu seperti mamaâ¦Icha bilang ibu loe
sangat perhatian sama anak walaupun gaya ibu loe itu gaul.. saat
selesai belajar tadi..Icha telpon ke ibunya untuk minta tolong
dijemputâ¦tapi ibunya bilang cape, sedangkan papanya belum
pulang..Icha disuruh naik taksi..tapi Icha gak berani karena udah
malam..lagi pula gerimis..akhirnya Icha beraniin untuk naik
angkot...kakaknya Icha juga gak mau jemput..kakaknya bilang itukan
urusan kamu sendiri⦠belajar dirumah temanâ¦âtertahan kalimat
anakku karena tersedak oleh isak tangisnyaâ¦
> âma..kalau bukan karena kerja kelompok untuk besokâ¦dan harus
selesai malam iniâ¦mereka juga tidak akan kemalamanâ¦.yang lainnya
pulang satu jurusan hanya Icha yang beda jurusanâ¦kalau tadi gak ada
mamaâ¦bagaimana Icha mau pulangâ¦mbak juga kasian sama Ichaâ¦tadi
emba kebangun karena suara petir..terus emba mau lihat jam di hp
embaâ¦.malah ada sms dari Icha â¦ini smsnyaâ¦.aku baca sms
tersebutâ¦Ana, berbahagialah loe punya ibu yang masih mau
memperhatikan anaknyaâ¦jangankan anaknya sendiriâ¦anak orang lain
juga diperhatiinâ¦gue gak enak sama ibu loeâ¦gue lihat ibu loe cape
bangetâ¦.gue iri sama eloeâ¦.asal loe tahu ajaâ¦sampai dirumah..ibu
gue lagi asik nonton sinetronâ¦ibu gue hanya bilang..pulang naik
apa..gue kasih tau kalau eloe dan ibu loe yang antarâ¦gue bilang
kalau gue merasa gak enak diantar ibu loeâ¦eh malah ibu gue
bilangâ¦mama lagi cape..makanya kalau belajar dirumah teman jangan
terlalu malamâ¦padahal gue itu lagi berjuang untuk
> ngedapatin nilai bahasa perancis besokâ¦. eloe harusnya
bersyukurâ¦eloe minta maaf gih sama ibu loe..coba kalau eloe diposisi
gueâ¦bete abis dehâ¦
>
> Aku memeluk anakku dan terasa hangat dan basah dipundakku karena
tetesan air mata anakku⦠tak terasa akupun ikut menangisâ¦karena
Allah telah memberikan aku suatu hikmah yang sangat berarti bagi ku
dan bagi anakku⦠Terima kasih ya Allahâ¦Kau telah kembalikan anakku
dalam pelukankuâ¦.dan Engkau tidak akan pernah memberikan cobaan
diluar batas kemampuan umatMuâ¦
>
> Selama kita menyimpan kesabaranâ¦pasti suatu saat buah hasil
kesabaran tersebut akan kita petik â¦dalam surat Al Baqarah..ayat
45.âDan memohonlah pertolongan dengan sabar dan salat; dan
sesungguhnya salat itu berat, kecuali atas orang-orang yang khusyuâ
>
> Medio,Kamis 20112008
>
>
>
> --------------------- --------- ---
> Dapatkan alamat Email baru Anda!
> Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar