Jumat, 01 Januari 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2931

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (13 Messages)

Messages

1a.

Re: [Catcil] Mendung di Pulogadung

Posted by: "c_al_iyan" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Thu Dec 31, 2009 2:18 am (PST)



LOh di Pati toh kampungnya,
deket ambi sukolilo ya...

tips cari tiket di pulogadung

Sebenarnya nih baru sekali beli tiket langsung diriku
tapi karena pertama kali jadi deh cari data kesana kemari.

ini tipsnya:
1. Aku ajak om ku yang badannya gede, ta suruh pakai
baju lapangan kayak TNI. Iniberhasil
Lihatlah ketika calo-calo menghampiri kami berdua,
kebanyakan mereka mencari jarak, 1-2 meter dan tak berani
mendekat.
CAlo: Tiket mas, mau kemana?
Om-ku: Sudah mas (dengan tegas)

Berhasil. Sampai counter bis selamet seharga dibawah 90 rb.

2. Jurusan bis-bis PAti, Sukolilo Purwodadi
hanya ada pagi jam 6 dan sore jam 16
Bisa bis haryanto yang pagi-pagi (katanya bisnya baru-baru)
Bisa bis selamet ini sore jam 16 paling lambat (tapi ini lewat purwodadi)
BIsa juga bis nusantara, yang eksekutif, sore juga berangkatnya
jam 16.00.

Gitu dulu deh...
intinyA BERANI dan jangan menunjukkan sikap lugu kalau di terminal.


--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Novi Khansa" <novi_ningsih@...> wrote:
>
> :(
>
> sebel, sedih, bacanya...
>
> Apa Mimin sudah sampai tujuan?
> Moga selamat sampai tujuan, aamiin...
>
> Makasi sharingnya min :)
> jadinya, aku akan lebih hati-hati
>
>
> aku dulu suka ke lebak bulus, cuma lewat, mau naik angkot, pernah ditawari naek apa, tapi alhamdulillah gpp.. Aku kan kalau jalan suka kayak mudik, tas ransel gede gitu...
>
>
> Di pulo gadung juga pernah, padahal dari kos...
> bawanya emang jelas kayak orang pulang kampung, alhamdulillah, ga kenapa2.
>
>
> Tapi, pernah di bandung, halah cuma antar kota aja, juga ditarik2, sebel, mending naek travel, ya... atau paling ga dianter temen...
>
>
> salam
>
> Novi
>
>
>
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Mimin <minehaway@> wrote:
> >
> > *Mendung di Pulogadung*
> >
> >
> > **
> >
> > *Jum'at, 4 Desember 2009. *
> >
> > Hujan deras mengguyur Jakarta, air di Jalan Arteri menggenang semata kaki. Aku
> > merasa beruntung waktu itu, karena dapat tumpangan mobil sampai UKI. Meski
> > sebelumnya basah kuyup, karena hujan turun saat masih di jalan menuju kantor
> > lama. Rencana awal aku mau ke Rawamangun, karena disana masih ada bis
> > jurusan Pati hingga jam tujuh. Tapi sampai tubuhku menggigil berdiri sejam
> > di depan UKI, tak satupun bis jurusan Rawamangun yang lewat. Kuurungkan
> > naik ojek, karena tidak tahu jalan menuju Rawamangun. Keputusan terakhir
> > aku naik bis jurusan Pulogadung. Agak sedikit nekat memang. Tapi keputusan
> > itu kuanggap terbaik dari pada terlantar di Stasiun Gambir sendirian.
> > Mengingat
> > ada teman yang mungkin bisa diandalkan untuk mencari bis.
> >
> > Seperti biasa, sampai di Pulogadung aku diserbu Calo.
> >
> > "Mau kemana, Neng?"
> >
> > "Ke Mushola, Pak."
> >
> > "Ya, maksudnya tujuan kemana?"
> >
> > "Ya mau ke mushola dulu."
> >
> > "Sudah tahu letak mushola dimana?"
> >
> > Aku mengangguk, sedikit jengkel dan berjalan cepat-cepat. Sampai di
> > Mushola, mandi bebek, ganti kostum mudik lalu sholat.
> >
> > "Bis jurusan Pati masih ada nggak, Pak?" Sambil ambil tas aku iseng tanya.
> >
> > "Waduh, jam segini mah sudah habis. Kalau mau naik bis, cari jurusan
> > Pekalongan saja. Sendirian ya?" Lirik jam di HP, sudah jam sembilan.
> >
> > "Iya Pak, bukannya keberangkatan bis disini sampai jam 23.00."
> >
> > "Iya, tapi tidak untuk bis jurusan Pati, jam segini tinggal bis jurusan
> > Pemalang, Pekalongan. Bis Pekalongan paling 45.000. Kalau ditanya calo
> > bilang aja mau naik busway. Bohong untuk kebaikan kan nggak pa pa, Neng."
> >
> > "Pamit dulu, Pak. Makasih."
> >
> > "Sama-sama, hati-hati di jalan."
> >
> >
> >
> > Dari mushola beli pulsa dulu. Voucher pulsa kusimpan dulu, menunggu sampai
> > di tempat yang lebih nyaman. Aku berjalan pasti, seolah-olah sudah terbiasa
> > jalan di terminal Pulogadung. Sampai akhirnya Si Beringas itu datang
> > menghampiri. Melihatku bawa tas besar, dianggap mangsa yang siap disantap.
> >
> > "Mau kemana, Neng?"
> >
> > "Rumah teman, Pak."
> >
> > "Jurusan mana?" sedikit memaksa dengan mengulang-ulang pertanyaan.
> >
> > "Pekalongan." Jawabku asal.
> >
> > E…e…tas tanganku langsung direbut. Kutahan sekuat tenaga tapi tenaga cewek
> > mungil tentulah kalah dengan tenaga Si Beringas. Kulihat tasku dibawa
> > lari. Ada beberapa orang yang teriak "Hoi, mau dibawa kemana itu?" Mereka
> > hanya berteriak, tak satupun ada yang menolongku. Aku susah payah mengejar
> > si Beringas itu. Beberapa orang di *shelter busway* memandangi, iba.
> >
> > Sampailah di loket bis yang dimaksud calo beringas tadi.
> >
> > "Jurusan mana, Neng?"
> >
> > "Pekalongan, berapa?"
> >
> > "Maunya berapa?" Lho kok balik nanya.
> >
> > "Biasanya lima puluh ribu kan?"
> >
> > "Ya udah lima puluh ribu."
> >
> > Aku ambil uang lima puluh ribu, tapi tiket tidak kunjung diberikan. Sementara
> > orang disebelahku menggertak "Cirebon aja enam puluh ribu, kamu mau ke
> > Pekalongan minta lima puluh ribu!"
> >
> > Agak keder juga denger gertakan orang itu. "Firasat buruk nih." Batinku.
> >
> > Kulihat tiket atas namaku ditulis seratus ribu rupiah. Aku mulai nggak suka
> > dengan perlakuan mereka yang nggak konsisten, memaksa pula. Kuambil lagi
> > uang lima puluh ribu. Eh…dikira aku tangan panjang. Ingin kabur dan
> > mengikhlaskan uang lima puluh ribu, tapi urung. Mengingat uangku pas-pasan.
> > Dengan berat hati kutambahi lima puluh ribu.
> >
> > Si Beringas teriak "Ayolah Mbak, lama bener sih. Bisnya dah mau berangkat
> > nih." Akupun segera naik bis setelah menerima tiket. Mengelus dada
> > "Ah…dasar pembohong." Bisnya tak kunjung berangkat, bener-bener konspirasi
> > tingkat tinggi. Aku mengisi pulsa agar bisa membalas SMS dari Bapak dan
> > teman kantor. Pertanyaan kedua SMSnya sama "Sudah dapat bis?" Membaca SMS
> > mereka, membuat mendung dikantung mata menggantung di Pulogadung, lalu hujan
> > air mata tak terkendali. "Sudah dapat bis, Pak. Do'akan selamat sampai
> > tujuan." Lalu aku kirim SMS ke temen yang tinggal tak jauh dari Pulogadung.
> > Terlambat. Harusnya sebelum bertemu Si Beringas itu, aku minta bantuan
> > nyari bis. "Tips *survive *di Pulogadung tuh pada atau sok tahu." Kata
> > temanku.
> >
> > "Jadi kena berapa?"
> >
> > "Seratus ribu."
> >
> > "Sampai Semarang."
> >
> > "Pekalongan."
> >
> > "Bwahaha…biasanya cuman 40.000 dah dapat bis AC."
> >
> > Orang sudah sesenggukan nahan tangis malah di ketawain hiks..
> >
> >
> >
> > Bis mulai menjauh dari Pulogadung. Tapi berhenti lagi, lama. Lalu
> > penumpang bis RZ disuruh pindah bis. Aku beranjak pindah, tapi salah satu
> > penumpang melarang.
> >
> > "Jangan mau pindah, Mbak. Udah duduk aja lagi."
> >
> > "Ayolah, Bapak Ibu pindah bis. Bis yang ini nggak siap jalan, yang siap
> > jalan bis satunya lagi."
> >
> > "Biarin aja. Kalo nggak siap kenapa diisi penumpang? Kalo bis ini nggak
> > jalan, ya minta uang kita kembali. Enak aja main-mainin penumpang." Celetuk
> > salah satu penumpang yang mulai emosi.
> >
> > "Ayolah pindah, seperti ini di Pulogadung mah dah biasa." Kata orang dari
> > bis satunya.
> >
> >
> >
> > Hah?? Kemungkaran seperti itu dibilang biasa. *Astaghfirullah. *Sudah tiga
> > orang cewek yang nangis karena teraniaya, salah satunya aku. Dua orang
> > cewek disuruh turun untuk bayar empat puluh ribu lagi buat tambahan. Penumpang
> > yang lain juga menggerutu nggak ikhlas, karena uang dan kondisi bis tidak
> > sebanding. Aku mulai tenang saat tahu ada penumpang yang bayar lebih mahal
> > untuk tujuan yang sama. Ada yang bayar Rp. 120.000, bahkan ada yang bayar
> > Rp. 200.000 dengan janji sampai ke tujuan jam 3 dini hari. Kupikir bis itu
> > jurusan Pekalongan jadi aku bilang aja jurusan Pekalongan. Setelah tahu bis
> > jurusan Solo, tak segan-segan aku ganti tujuan, dari Pekalongan ke Semarang.
> > Sedikit licik memang. Sempat merasa bersalah juga. Tapi seratus ribu
> > memang seharusnya sampai Semarang. Apalagi bis ecek-ecek gitu, joknya sudah
> > rusak, AC mati, ditambah asap rokok, sampah dimana-mana (jelas ini ulah
> > penumpang yang jengkel atau memang tak tahu diri). Untung aku tidak muntah
> > darat.
> >
> >
> >
> > Matahari mulai meninggi. Bapak Ibu sudah bertanya kabar "Tekan ngendi,
> > Nduk?"
> >
> > "Alas roban"
> >
> > "Lho kok nembe tekan kono, numpak bis apa?"
> >
> > "Bis elek tur ecek-ecek."
> >
> > "Yo wis, gak apa-apa. Sing penting selamet tekan omah."
> >
> >
> >
> > Ada satu penumpang yang bernasib lebih malang. Ia sudah keluarkan uang dua
> > ratus lima puluh ribu rupiah. Mabuk darat lagi. Tiba-tiba aku merasakan
> > kasih sayang Allah, perlindungannya senantiasa terasa saat aku berjalan
> > sendirian. Belakangan aku dengar alasannya mengapa sampai memberi harga
> > tiket seenaknya sendiri. Karena kejar target setoran. Misalkan setoran
> > satu juta, dapat uang dua atau tiga juta. Kelebihannya masuk kantong
> > pribadi dan untuk memberi makan para calo. Hidup di Jakarta memang susah,
> > kata mereka "Cari yang haram saja susah, apalagi cari uang yang halal."
> >
> >
> >
> > Harusnya kita buka Al Qur'an, lalu baca surat An Nisa ayat 29 sebagai
> > pengingat.
> >
> > *"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
> > dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
> > suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
> > Sesungguhnya
> > Allah maha penyayang kepadamu."*
> >
> >
> >
> > PS:
> >
> > · Hati-hati di Pulogadung, bawa tas yang tidak mudah direbut calo
> > (ex. Tas punggung).
> >
> > · Jika bohong diperlukan, berbohonglah yang cerdas.
> >
> > · Kalau anda cewek hendaknya jangan jalan sendirian malam-malam
> > (kecuali terpaksa seperti saya hehe...)
> >
> >
> > *[?]Met libur panjang, met tahun baruan, hati-hati kalau mudik [?][?][?]*
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > --
> > http://minesweet.co.cc
> > http://minehaway.com
> >
>

1b.

Re: [Catcil] Mendung di Pulogadung

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Dec 31, 2009 3:47 pm (PST)



Memang Pulogadung terkenal dengan citra sebagai terminal yang sangar, keras.
Tingkat kriminalitasnya tinggi. Mungkin karena dekat dengan batas kota
Jakarta (baca: pengamanan kurang) dan dekat dengan kawasan industri
Pulogadung (baca: tempat industri ibarat gula bagi semua orang, termasuk
preman). Makanya salah satu cerpen saya juga ber-setting Terminal Pulogadung
-- sekadar melampiaskan kejengkelan pribadi karena nyaris dipalak dua kali
di situ. Dan sampai sekarang, misalnya bepergian dari mana-mana, saya akan
lebih memilih turun di terminal yang lain, ketimbang Pulogadung. Misal,
tempo hari waktu pulang dari Bekasi pada malam hari, saya lebih pilih bis
yang jurusan ke Kalideres ketimbang yang ke Pulogadung,sekalipun jumlah
armadanya lebih banyak. Meski agak berbau nostalgia traumatis tapi
setidaknya hari saya lebih nyaman...

dua gobang dari saya,

Nursalam AR

2009/12/30 Mimin <minehaway@gmail.com>

>
>
> *Mendung di Pulogadung*
>
>
> **
>
> *Jum'at, 4 Desember 2009. *
>
> Hujan deras mengguyur Jakarta, air di Jalan Arteri menggenang semata kaki.
> Aku merasa beruntung waktu itu, karena dapat tumpangan mobil sampai UKI. Meski
> sebelumnya basah kuyup, karena hujan turun saat masih di jalan menuju kantor
> lama. Rencana awal aku mau ke Rawamangun, karena disana masih ada bis
> jurusan Pati hingga jam tujuh. Tapi sampai tubuhku menggigil berdiri
> sejam di depan UKI, tak satupun bis jurusan Rawamangun yang lewat. Kuurungkan
> naik ojek, karena tidak tahu jalan menuju Rawamangun. Keputusan terakhir
> aku naik bis jurusan Pulogadung. Agak sedikit nekat memang. Tapi
> keputusan itu kuanggap terbaik dari pada terlantar di Stasiun Gambir
> sendirian. Mengingat ada teman yang mungkin bisa diandalkan untuk mencari
> bis.
>
> Seperti biasa, sampai di Pulogadung aku diserbu Calo.
>
> "Mau kemana, Neng?"
>
> "Ke Mushola, Pak."
>
> "Ya, maksudnya tujuan kemana?"
>
> "Ya mau ke mushola dulu."
>
> "Sudah tahu letak mushola dimana?"
>
> Aku mengangguk, sedikit jengkel dan berjalan cepat-cepat. Sampai di
> Mushola, mandi bebek, ganti kostum mudik lalu sholat.
>
> "Bis jurusan Pati masih ada nggak, Pak?" Sambil ambil tas aku iseng tanya.
>
> "Waduh, jam segini mah sudah habis. Kalau mau naik bis, cari jurusan
> Pekalongan saja. Sendirian ya?" Lirik jam di HP, sudah jam sembilan.
>
> "Iya Pak, bukannya keberangkatan bis disini sampai jam 23.00."
>
> "Iya, tapi tidak untuk bis jurusan Pati, jam segini tinggal bis jurusan
> Pemalang, Pekalongan. Bis Pekalongan paling 45.000. Kalau ditanya calo
> bilang aja mau naik busway. Bohong untuk kebaikan kan nggak pa pa, Neng."
>
> "Pamit dulu, Pak. Makasih."
>
> "Sama-sama, hati-hati di jalan."
>
>
>
> Dari mushola beli pulsa dulu. Voucher pulsa kusimpan dulu, menunggu
> sampai di tempat yang lebih nyaman. Aku berjalan pasti, seolah-olah sudah
> terbiasa jalan di terminal Pulogadung. Sampai akhirnya Si Beringas itu
> datang menghampiri. Melihatku bawa tas besar, dianggap mangsa yang siap
> disantap.
>
> "Mau kemana, Neng?"
>
> "Rumah teman, Pak."
>
> "Jurusan mana?" sedikit memaksa dengan mengulang-ulang pertanyaan.
>
> "Pekalongan." Jawabku asal.
>
> E…e…tas tanganku langsung direbut. Kutahan sekuat tenaga tapi tenaga
> cewek mungil tentulah kalah dengan tenaga Si Beringas. Kulihat tasku
> dibawa lari. Ada beberapa orang yang teriak "Hoi, mau dibawa kemana itu?"
> Mereka hanya berteriak, tak satupun ada yang menolongku. Aku susah payah
> mengejar si Beringas itu. Beberapa orang di *shelter busway* memandangi,
> iba.
>
> Sampailah di loket bis yang dimaksud calo beringas tadi.
>
> "Jurusan mana, Neng?"
>
> "Pekalongan, berapa?"
>
> "Maunya berapa?" Lho kok balik nanya.
>
> "Biasanya lima puluh ribu kan?"
>
> "Ya udah lima puluh ribu."
>
> Aku ambil uang lima puluh ribu, tapi tiket tidak kunjung diberikan. Sementara
> orang disebelahku menggertak "Cirebon aja enam puluh ribu, kamu mau ke
> Pekalongan minta lima puluh ribu!"
>
> Agak keder juga denger gertakan orang itu. "Firasat buruk nih." Batinku.
>
> Kulihat tiket atas namaku ditulis seratus ribu rupiah. Aku mulai nggak
> suka dengan perlakuan mereka yang nggak konsisten, memaksa pula. Kuambil
> lagi uang lima puluh ribu. Eh…dikira aku tangan panjang. Ingin kabur dan
> mengikhlaskan uang lima puluh ribu, tapi urung. Mengingat uangku
> pas-pasan. Dengan berat hati kutambahi lima puluh ribu.
>
> Si Beringas teriak "Ayolah Mbak, lama bener sih. Bisnya dah mau berangkat
> nih." Akupun segera naik bis setelah menerima tiket. Mengelus dada
> "Ah…dasar pembohong." Bisnya tak kunjung berangkat, bener-bener konspirasi
> tingkat tinggi. Aku mengisi pulsa agar bisa membalas SMS dari Bapak dan
> teman kantor. Pertanyaan kedua SMSnya sama "Sudah dapat bis?" Membaca SMS
> mereka, membuat mendung dikantung mata menggantung di Pulogadung, lalu hujan
> air mata tak terkendali. "Sudah dapat bis, Pak. Do'akan selamat sampai
> tujuan." Lalu aku kirim SMS ke temen yang tinggal tak jauh dari Pulogadung.
> Terlambat. Harusnya sebelum bertemu Si Beringas itu, aku minta bantuan
> nyari bis. "Tips *survive *di Pulogadung tuh pada atau sok tahu." Kata
> temanku.
>
> "Jadi kena berapa?"
>
> "Seratus ribu."
>
> "Sampai Semarang."
>
> "Pekalongan."
>
> "Bwahaha…biasanya cuman 40.000 dah dapat bis AC."
>
> Orang sudah sesenggukan nahan tangis malah di ketawain hiks..
>
>
>
> Bis mulai menjauh dari Pulogadung. Tapi berhenti lagi, lama. Lalu
> penumpang bis RZ disuruh pindah bis. Aku beranjak pindah, tapi salah satu
> penumpang melarang.
>
> "Jangan mau pindah, Mbak. Udah duduk aja lagi."
>
> "Ayolah, Bapak Ibu pindah bis. Bis yang ini nggak siap jalan, yang siap
> jalan bis satunya lagi."
>
> "Biarin aja. Kalo nggak siap kenapa diisi penumpang? Kalo bis ini nggak
> jalan, ya minta uang kita kembali. Enak aja main-mainin penumpang."
> Celetuk salah satu penumpang yang mulai emosi.
>
> "Ayolah pindah, seperti ini di Pulogadung mah dah biasa." Kata orang dari
> bis satunya.
>
>
>
> Hah?? Kemungkaran seperti itu dibilang biasa. *Astaghfirullah. *Sudah
> tiga orang cewek yang nangis karena teraniaya, salah satunya aku. Dua
> orang cewek disuruh turun untuk bayar empat puluh ribu lagi buat tambahan.
> Penumpang yang lain juga menggerutu nggak ikhlas, karena uang dan kondisi
> bis tidak sebanding. Aku mulai tenang saat tahu ada penumpang yang bayar
> lebih mahal untuk tujuan yang sama. Ada yang bayar Rp. 120.000, bahkan
> ada yang bayar Rp. 200.000 dengan janji sampai ke tujuan jam 3 dini hari.
> Kupikir bis itu jurusan Pekalongan jadi aku bilang aja jurusan Pekalongan.
> Setelah tahu bis jurusan Solo, tak segan-segan aku ganti tujuan, dari
> Pekalongan ke Semarang. Sedikit licik memang. Sempat merasa bersalah
> juga. Tapi seratus ribu memang seharusnya sampai Semarang. Apalagi bis
> ecek-ecek gitu, joknya sudah rusak, AC mati, ditambah asap rokok, sampah
> dimana-mana (jelas ini ulah penumpang yang jengkel atau memang tak tahu
> diri). Untung aku tidak muntah darat.
>
>
>
> Matahari mulai meninggi. Bapak Ibu sudah bertanya kabar "Tekan ngendi,
> Nduk?"
>
> "Alas roban"
>
> "Lho kok nembe tekan kono, numpak bis apa?"
>
> "Bis elek tur ecek-ecek."
>
> "Yo wis, gak apa-apa. Sing penting selamet tekan omah."
>
>
>
> Ada satu penumpang yang bernasib lebih malang. Ia sudah keluarkan uang
> dua ratus lima puluh ribu rupiah. Mabuk darat lagi. Tiba-tiba aku
> merasakan kasih sayang Allah, perlindungannya senantiasa terasa saat aku
> berjalan sendirian. Belakangan aku dengar alasannya mengapa sampai
> memberi harga tiket seenaknya sendiri. Karena kejar target setoran. Misalkan
> setoran satu juta, dapat uang dua atau tiga juta. Kelebihannya masuk
> kantong pribadi dan untuk memberi makan para calo. Hidup di Jakarta
> memang susah, kata mereka "Cari yang haram saja susah, apalagi cari uang
> yang halal."
>
>
>
> Harusnya kita buka Al Qur'an, lalu baca surat An Nisa ayat 29 sebagai
> pengingat.
>
> *"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
> sesamamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
> dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
> Sesungguhnya Allah maha penyayang kepadamu."*
>
>
>
> PS:
>
> · Hati-hati di Pulogadung, bawa tas yang tidak mudah direbut calo
> (ex. Tas punggung).
>
> · Jika bohong diperlukan, berbohonglah yang cerdas.
>
> · Kalau anda cewek hendaknya jangan jalan sendirian malam-malam
> (kecuali terpaksa seperti saya hehe...)
>
>
> *[?]Met libur panjang, met tahun baruan, hati-hati kalau mudik [?][?][?]*
>
>
>
>
>
>
> --
> http://minesweet.co.cc
> http://minehaway.com
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
2a.

(Catatan Kaki) Inovasi

Posted by: "teha sugiyo" sinarning_rat@yahoo.co.id   sinarning_rat

Thu Dec 31, 2009 7:11 am (PST)







Catatan Kaki

INOVASI TANPA HENTI
Oleh Teha Sugiyo

Kalau Anda pergi ke Lembang dari arah
Bandung, sebelum sampai di Grand Hotel, atau setelah Hotel San
Gria, di sebelah kiri jalan, Anda mungkin akan terkecoh dengan
adanya SPBU atau pom bensin. Pada petunjuk penjualan (point of
sales) yang terpampang layaknya petunjuk pom bensin, tertulis
adanya informasi tempat orang makan dan camping ground, atau
arena outbond untuk anak-anak, di samping masih ada lagi
informasi tentang adanya factory outlet. Banyak mobil
memasuki kawasan itu. Ada beberapa mobil yang mengantri, sepertinya
sedang mengisi bahan bakar, dan sebagian besar akan langsung menuju
ke tempat parkir. Itu bukan pom bensin, melainkan POM (Pusat
Orang Makan) Tahu. Tempat itu memang didesain secara
khusus mirip dengan pom bensin. Tujuannya untuk menarik siapa saja
yang melihatnya, lalu berusaha memasuki kawasan itu dan membelanjakan
uangnya di pusat jajanan yang sebenarnya bernama "Tahu Lembang"
itu.

Memasuki kawasan itu sepertinya kita
langsung digiring ke arena pujasera, pusat jajanan serba ada.
Memang tidak salah, kita berada di tempat aneka jajanan dan makanan
yang mengundang selera. Lebih menarik lagi kita menjumpai
istilah-istilah yang memang menggelitik kuping, seperti "tahu susu
goreng", yang sekaligus dipertunjukkan proses pembuatan tahu, dan
berbagai macam olahannya. Kemudian kita masih disuguhi lagi dengan
aneka makanan tradisional seperti tahu gejrot, khas Cirebon, tempe
mendoan, khas Banyumas, gulali, nasi timbel, mie kocok, kupat tahu,
jagung rebus, kacang rebus, susu kedele, bajigur, bandrek, dan
lain-lain, di samping beberapa item makanan asing, dan berbagai macam
oleh-oleh khas Bandung.

Beberapa konter makanan pada hari
Minggu di penghujung akhir tahun 2009 itu nampak penuh, meskipun di
kawasan itu diguyur hujan. Mobil-mobil yang biasanya parkir di area
parkir, karena memang area parkir sudah penuh, apalagi hujan,
mereka parkir di badan jalan dekat dengan konter-konter makanan atau
saung-saung yang memang telah tersedia.
Para pengunjung yang begitu banyak dan
ramai berlalu lalang itu membuat lorong-lorong konter makanan yang
memang desain aslinya adalah "kandang kuda", dengan tembok-tembok
penyekat, dan meja-meja paten itu penuh dan nampak kacau. Kekacauan
yang memang disengaja. Justru dengan kekacauan suasana itu dapat
menjadi iklan tersendiri untuk lebih memperkenalkan "Tahu Lembang"
kepada khalayak yang berkendara melewati jalan itu dan yang belum
mengenalnya.

Di lapangan terbuka ada wahana
permainan untuk anak-anak yang juga sering diikuti oleh orangtua
anak-anak yang mengawasi permainan anak-anaknya. Ada sepeda gandeng,
ada track ATV, ada becak mini, dan ada juga kereta gandeng yang dapat
membawa anak-anak mengeliingi kawasan jajanan yang luasnya sekitar
satu hektar itu.

Siang itu ada sekitar 15 orang
mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad Jurusan Manajemen, yang memang
secara khusus diundang oleh dosennya, Perry Tristianto, pemilik kawasan itu, untuk
belajar bisnis secara langsung. Belajar sambil berwisata, atau
kuliah di lapangan, yang terasa lebih "mak nyos" ketimbang
membicarakan teori-teori bisnis di ruang kuliah. Apalagi berkat
sang dosen yang baik hati, seluruh mahasiswa semester 5 dan beberapa
dari semester lain yang datang hari itu mengikuti kegiatan yang
menyenangkan, dengan berbagai jamuan makan siang serta cemilan itu
secara gratis.

Saya sendiri cukup beruntung dapat
mengikuti kegiatan itu karena memang sengaja diundang oleh pemilik
usaha itu dalam rangka penyusunan tulisan-tulisan untuk web dan buku.
Saya datang dengan Senoaji, seorang sahabat yang sekitar tiga bulan
silam memperkenalkan saya kepada "perintis" bisnis Factory
Outlet, yang kini merambah bisnis kuliner dan segera meluncurkan
"Dunia Kupu-Kupu", yang segala sesuatu tentang kupu-kupu akan
kita jumpai di sana, termasuk ternak kupu-kupu, dan oleh-oleh yang
berkaitan dengan kupu-kupu itu.

Usai dari kawasan "Tahu Lembang"
kami menuju kawasan De Ranch, yang letaknya kurang dari satu
kilometer dari Tahu Lembang ke arah Maribaya. Pada senja harinya,
ketika pulang dan terjebak macet oleh lalu lintas Minggu sore, kami
masih sempat diajak mampir ke "Kampung Baso" dan "House of
Risoles" yang letaknya bersebelahan di Jalan Setiabudi. Tentu
saja, di beberapa tempat itu, kami sempat mencicipi makanan khas yang
menjadi icon atau "kokojo" di tempat itu. Dapat
dibayangkan pada hari itu benar-benar merupakan hari yang penuh
berkah karena tubuh ini mendapat asupan perbaikan gizi, yang sangat
langka jika hal itu harus kami lakukan sendiri...

Kreativitas
Di sebuah saung, di kawasan Tahu
Lembang (POM Tahu) para mahasiswa berkumpul untuk mendengarkan sang
"begawan entrepreneur" itu membuka trick and tips
bisnisnya. Pada intinya, semua bermula dari kreativitas untuk
terus menerus "mengulik" dan menggali apa yang sudah ada. Bisa
jadi dengan prinsip ATM (amati, tirukan dan
modifikasi) yang sumbernya berasal dari prinsip 3N
(niteni, nirokke, nambahi) dari Ki Hajar Dewantara.

Kreativitas itu dapat berupa membongkar
konsep lama. Sudah sama-sama dimaklumi bahwa di dalam bisnis
ada konsep 4P (product, price, place, promotion).
Konsep ini masih terbuka untuk dibongkar ulang dan diberi tafsir baru
sehingga kita menemukan hal-hal baru yang dapat kita coba lakukan dan
ditawarkan kepada masyarakat. Bagaimana pun, produk memang
haruslah unggul, jika perlu ada nilai tambah yang dapat dijual
sehingga terkesan baru. Ada inovasi, terobosan dan improvisasi
sehingga menarik perhatian khalayak.

Harga, saat ini menjadi
relatif. Dulu sering terkesan orang menjual produk dengan harga murah
atau bersaing atau dengan istilah eufimis "terjangkau". Sekarang
orang tidak begitu peduli dengan harga sejauh ada nilai-nilai tambah
baik berupa kemasan, suasana, pemandangan, atau hal-hal lain yang
membuat konsumen tidak lagi terkonsentrasi dengan harga. Berapa pun
harganya tetap akan dicari orang sejauh produk itu memberikan kesan
mendalam, kepuasan, kenyamanan, atau kebanggaan. Bahkan orang sudah
merasa bangga jika membeli produk dengan harga mahal.

Tentang tempat usaha, secara
konvensional mensyaratkan bahwa tempat harus baik, strategis, dan
mudah dijangkau. Sekarang, kondisi tempat yang bagaimana pun jika hal
itu atraktif, memberikan nilai-nilai tambah, ada hal-hal lain yang
menjadikan konsumen tidak beranjak karena adanya sampingan-sampingan
yang justru dikemas secara menarik, maka di mana pun tetap akan
didatangi pembeli. Dulu orang berjualan baju, harus di toko khusus,
jualan kue harus di toko kue khusus, membangun usaha harus di
lingkungan yang tepat. Namun sekarang kita dapat menyaksikan, orang
bisa berjualan baju di kompleks perumahan-perumahan atau di rumah
makan, orang berjualan kue-kue di apotek, dan orang membangun bisnis
di kawasan elit dan sepi. Justru hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagaimana menciptakan pasar.

Tentang promosi, memang perlu
dilakukan secara tepat. Sekarang sudah banyak ragam media yang dapat
dimanfaatkan untuk ajang promosi, baik media masa cetak, elektronik,
sponsorship, "dari mulut ke telinga" maupun media luar ruang.
Semua promosi yang dilakukan secara memadai akan menghasilkan
kunjungan konsumen yang cukup signifikan, yang ujung-ujungnya akan
meningkatkan penjualan alias keuntungan. Contoh promosi yang
berkaitan dengan harga, misalnya begini. Di Kawasan Tahu Lembang (POM
Tahu) ada kupat tahu yang porsinya separuh dari porsi kebanyakan
penjual kupat tahu di pinggir jalan, namun harganya bisa tiga sampai
lima kali lipat harga umumnya di pinggir jalan. Karena seringnya
orang mengatakan, "nih kupat tahu ini enak lho", lain kali orang
lain mengatakan: "enak lho, enak lho, enak lho". Karena banyak
dan seringnya orang mengatakan kupat tahu itu enak, maka kesan yang
ditimbulkan adalah enaknya. Harga sudah tidak menjadi masalah lagi.
Itu sekedar contoh bagaimana promosi yang berulang-ulang dapat
menciptakan kesan mendalam di benak konsumen.

Kreativitas juga menyangkut pasar.
Banyak orang berbondong-bondong membangun bisnisnya manakala
keinginan pasar sedang ramai. Ketika FO (factory outlet)
sedang booming, maka rame-rame orang menjadi follower.
Ketika bisnis parsel sedang laku, banyak orang menjadi penjual
parsel. Ketika wisata kuliner sedang ngetrend, orang coba-coba
merambah bisnis kuliner. Akibatnya terjadi kejenuhan, sehingga banyak
follower itu terpaksa "menggulung tikarnya". Orang yang
kreatif tidak akan kehabisan ide, untuk menciptakan pasar sendiri.
Yang diperlukan adalah kejelian melihat pasar yang tidak dilihat oleh
orang lain. Bagaimana mencari ceruk-ceruk pasar yang orang lain
justru tidak menggarapnya. Jika kita mencoba membidik pasar dengan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen yang belum diihat orang lain,
mungkin justru hal ini menjadi peluang yang potensial bagi bisnis
kita. Jadi, manakala banyak follower yang hanya sekedar "meramaikan"
pasar, sedapat mungkin ciptakan hal lain yang dapat memberikan
alternatif beda sehingga menarik perhatian. Misalnya, pada
arena outbond anak-anak, ada permainan-permainan tradisional
yang seringkali menjadi kebutuhan bagi anak-anak "gedongan".
Mereka sebenarnya ingin bermain seperti yang dilakukan oleh anak-anak
kampung, maka ciptakanlah permainan-permainan kampung yang mungkin
sudah dilupakan orang, seperti egrang, becak atau sepeda mini,
main gundu/kelereng, dsb.

Kreativitas juga menyangkut masalah
impulse buying. Artinya pembelian yang tidak
direncanakan. Ketika orang berkunjung ke pusat jajanan dan berniat
untuk makan dan minum, namun mereka disodori juga promosi produk
t-shirt, pakaian kasual, atau produk-produk merchandise dan
oleh-oleh yang menarik. Apalagi dengan harga spesial atau kemasan
unik, maka orang yang tadinya tidak berniat berbelanja kecuali
makan-minum, karena tertarik akan hal-hal yang tak direncanakan itu,
terpaksalah mereka membeli barang-barang itu. Impulse buying
dapat dilakukan di berbagai jenis usaha maupun produk. Tinggal
bagaimana kreatif membidik celah-celah yang dapat mempersuasi
konsumen. Misalnya, di arena Tahu Lembang, terdapat juga oleh-oleh
khas Bandung, kaos oblong, berbagai jenis pakaian kasual, dan
permainan-permainan anak-anak. Di kawasan De Ranch, wisata
berkuda, disediakan juga game-game tantangan, topi koboi,
rompi koboi, bandana, dan juga warung atau restoran yang menjual
berbagai jenis minuman dan makanan baik ringan maupun berat. Di
Kampung Baso atau House of Risoles (Risol-risol), dijual juga
barang-barang souvenir atau merchandise berupa paket gelas/cangkir
unik bergambar rumah-rumah tradisional di Nusantara. Dan masih banyak
lagi.

Kreativitas juga menyangkut masalah
bagaimana "memarketingkan" orang kecil. Ini sebenarnya
berkaitan dengan produk. Untuk mengawali wirausaha, kita tidak perlu
menciptakan produk sendiri. Kita dapat memasarkan produk orang lain.
Yang perlu dipikirkan bagaimana agar pemasaran produk itu dapat
meningkat dalam jumlah banyak tanpa perlu melakukan ekspansi dengan
membuka cabang-cabang lain. Sebagai contoh Tahu Lembang. Kawasan ini
sebenarnya terinspirasi oleh tukang tahu yang sebenarnya produknya
bagus dan sudah dikenal orang. Namun untuk meningkatkan penjualan
yang juga meningkatkan produktivitas dan keuntungan perlu diciptakan
cara baru. Oleh karena itulah terpikir gagasan membuat kawasan atau
menyediakan tempat untuk dapat menjual tahu, berikut lengkap dengan
mempertontonkan proses pembuatannya sekaligus, dan juga berbagai
hasil olahan dari produk tahu tersebut. Kemudian produk itu
dimodifikasi dengan hal-hal yang sebelumnya tidak dipikirkan orang
lain, seperti mencampur bahan baku tahu dengan ditambah susu,
sehingga tercipta tahu susu. Nah, ketika hal itu dicoba ternyata
hasilnya bagus, maka dipromosikan sebagai "tahu susu goreng".
Orang akan merasa aneh, dan justru keanehan ini yang menarik
perhatian untuk segera mencobanya.

Demikian pula Kampung Baso, juga
terinspirasi oleh tukang baso yang produknya enak. Setelah disediakan
tempat dan berbagai sarana yang diperlukan, maka tukang baso itu
dapat berproduksi dengan optimal, sehingga penghasilannya yang dulu
diperolehnya dalam waktu sebulan, sekarang penghasilan sebulan itu
dapat diperoleh hanya dalam beberapa hari saja. Juga hal itu terjadi
dengan tukang risoles. Karena produknya bagus dan enak, maka setelah
dimodifikasi, diberi tempat yang layak, maka yang tadinya harganya
"kaki lima" dalam waktu singkat dapat menjadi seharga "bintang
lima". Bagaimana pun yang diperlukan adalah kreativitas.

Kreativitas juga dapat menyentuh
masalah gaya hidup (life style). Kita
dapat "menjual" gaya hidup yang sebenarnya diinginkan atau
dibutuhkan banyak orang. Ketika orang banyak terobsesi dengan gaya
hidup kaum selebritis, maka terciptalah FO "Rich N Famous".
Orang yang belanja di sana, merasa bangga, karena FO itu dikesankan
tempat belanja para selebriti. Apalagi memang faktanya ada beberapa
selebritis yang pernah belanja di sana. Ketika orang membutuhkan
"privasi" masalah gender, maka terciptalah FO "For Men"
yang memang dirancang khusus untuk kaum lelaki. Ketika ibu-ibu
terobsesi agar anaknya dapat berpakaian dengan tingkatan lebih
tinggi, maka disiapkanlah "Bale Anak" yang memang khusus menjual
pakaian anak-anak.

Di bidang kuliner, ketika orang kota
(Jakarta) sudah jenuh dan lelah oleh kesibukan harian, maka pada
akhir minggu mereka dapat meluncur ke Bandung untuk mencicipi wisata
kuiner dengan aneka jenis, rasa dan gaya. Dari gaya lesehan, kampung,
koboi, sampai gaya gedongan disediakan, sehingga dengan makin
banyaknya pilihan semakin lengkaplah kenikmatan dan kesan yang
ditimbulkannya.

Jadi, teruslah berkreasi dan
berinovasi! Sudah layak dan sepantasnya jika kita senantiasa
melakukan Inovasi Tanpa Henti!

Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
2b.

Bls: [sekolah-kehidupan] (Catatan Kaki) Inovasi

Posted by: "ammy ramdhania" ammy_ram@yahoo.co.id   ammy_ram

Thu Dec 31, 2009 12:41 pm (PST)



wah, baca artikel eyang satu ini ga ngebosenin
cara baca sistem scanner ga laku di sini
semua titik dan koma ga boleh kelewat.
keren eyang, ammy suka banget.

Tahu lembang...iya betul banget, tempaynya asyik
yang punyanya dosen toh...? baru tau deh..
tapi itu POm yang muahaaaalllllll banget...buat aku
karena aku tahu harga normalnya, wong suami orang subang saban sabtu mondar mandir
subang cimahi via lembang buat ngajar
sekali kita pernah mampir dan berjanji ga lagi-lagi
kecuali ada tamu rekanan kerja suami....itu tempat pas banget
buat orang dari luar kota...

inovasinya, keren abis....

kampung baso, dimana? duh eyang ga ajak-ajak kita yah (me and tri Z)
Wah eyang satu ini doyan kuliner
cerita inovasi tanpa batas tapi bari ngabibita....awas yah....he...he..he

iya betul teman-teman
inovasi itu perlu banget dan didukung dengan kreativitas
aku juga coba bikin inovasi di bidang pendidikan
but, hambatannya gimana bikin orang klik dan nyaman dengan inovasi yang kita tawarkan
perlu perjuangan, yah promosi itu kali, kuncinya....

Ada punya tips ga?
postingin yah....

AMMY
tahun 2010 tahun inovasi tanpa batas ( buat aku...)

________________________________
Dari: teha sugiyo <sinarning_rat@yahoo.co.id>
Kepada: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Terkirim: Kam, 31 Desember, 2009 22:11:56
Judul: [sekolah-kehidupan] (Catatan Kaki) Inovasi

Catatan Kaki

INOVASI TANPA HENTI
Oleh Teha Sugiyo

Kalau Anda pergi ke Lembang dari arah
Bandung, sebelum sampai di Grand Hotel, atau setelah Hotel San
Gria, di sebelah kiri jalan, Anda mungkin akan terkecoh dengan
adanya SPBU atau pom bensin. Pada petunjuk penjualan (point of
sales) yang terpampang layaknya petunjuk pom bensin, tertulis
adanya informasi tempat orang makan dan camping ground, atauarena outbond untuk anak-anak, di samping masih ada lagi
informasi tentang adanya factory outlet. Banyak mobil
memasuki kawasan itu. Ada beberapa mobil yang mengantri, sepertinya
sedang mengisi bahan bakar, dan sebagian besar akan langsung menuju
ke tempat parkir. Itu bukan pom bensin, melainkan POM (Pusat
Orang Makan) Tahu. Tempat itu memang didesain secara
khusus mirip dengan pom bensin. Tujuannya untuk menarik siapa saja
yang melihatnya, lalu berusaha memasuki kawasan itu dan membelanjakan
uangnya di pusat jajanan yang sebenarnya bernama "Tahu Lembang"
itu.

Memasuki kawasan itu sepertinya kita
langsung digiring ke arena pujasera, pusat jajanan serba ada.
Memang tidak salah, kita berada di tempat aneka jajanan dan makanan
yang mengundang selera. Lebih menarik lagi kita menjumpai
istilah-istilah yang memang menggelitik kuping, seperti "tahu susu
goreng", yang sekaligus dipertunjukkan proses pembuatan tahu, dan
berbagai macam olahannya. Kemudian kita masih disuguhi lagi dengan
aneka makanan tradisional seperti tahu gejrot, khas Cirebon, tempe
mendoan, khas Banyumas, gulali, nasi timbel, mie kocok, kupat tahu,
jagung rebus, kacang rebus, susu kedele, bajigur, bandrek, dan
lain-lain, di samping beberapa item makanan asing, dan berbagai macam
oleh-oleh khas Bandung.

Beberapa konter makanan pada hari
Minggu di penghujung akhir tahun 2009 itu nampak penuh, meskipun di
kawasan itu diguyur hujan. Mobil-mobil yang biasanya parkir di area
parkir, karena memang area parkir sudah penuh, apalagi hujan,
mereka parkir di badan jalan dekat dengan konter-konter makanan atau
saung-saung yang memang telah tersedia.
Para pengunjung yang begitu banyak dan
ramai berlalu lalang itu membuat lorong-lorong konter makanan yang
memang desain aslinya adalah "kandang kuda", dengan tembok-tembok
penyekat, dan meja-meja paten itu penuh dan nampak kacau. Kekacauan
yang memang disengaja. Justru dengan kekacauan suasana itu dapat
menjadi iklan tersendiri untuk lebih memperkenalkan "Tahu Lembang"
kepada khalayak yang berkendara melewati jalan itu dan yang belum
mengenalnya.

Di lapangan terbuka ada wahana
permainan untuk anak-anak yang juga sering diikuti oleh orangtua
anak-anak yang mengawasi permainan anak-anaknya. Ada sepeda gandeng,
ada track ATV, ada becak mini, dan ada juga kereta gandeng yang dapat
membawa anak-anak mengeliingi kawasan jajanan yang luasnya sekitar
satu hektar itu.

Siang itu ada sekitar 15 orang
mahasiswa Fakultas Ekonomi Unpad Jurusan Manajemen, yang memang
secara khusus diundang oleh dosennya, Perry Tristianto, pemilik kawasan itu, untuk
belajar bisnis secara langsung. Belajar sambil berwisata, atau
kuliah di lapangan, yang terasa lebih "mak nyos" ketimbang
membicarakan teori-teori bisnis di ruang kuliah. Apalagi berkat
sang dosen yang baik hati, seluruh mahasiswa semester 5 dan beberapa
dari semester lain yang datang hari itu mengikuti kegiatan yang
menyenangkan, dengan berbagai jamuan makan siang serta cemilan itu
secara gratis.

Saya sendiri cukup beruntung dapat
mengikuti kegiatan itu karena memang sengaja diundang oleh pemilik
usaha itu dalam rangka penyusunan tulisan-tulisan untuk web dan buku.
Saya datang dengan Senoaji, seorang sahabat yang sekitar tiga bulan
silam memperkenalkan saya kepada "perintis" bisnis Factory
Outlet, yang kini merambah bisnis kuliner dan segera meluncurkan
"Dunia Kupu-Kupu", yang segala sesuatu tentang kupu-kupu akan
kita jumpai di sana, termasuk ternak kupu-kupu, dan oleh-oleh yang
berkaitan dengan kupu-kupu itu.

Usai dari kawasan "Tahu Lembang"
kami menuju kawasan De Ranch, yang letaknya kurang dari satu
kilometer dari Tahu Lembang ke arah Maribaya. Pada senja harinya,
ketika pulang dan terjebak macet oleh lalu lintas Minggu sore, kami
masih sempat diajak mampir ke "Kampung Baso" dan "House of
Risoles" yang letaknya bersebelahan di Jalan Setiabudi. Tentu
saja, di beberapa tempat itu, kami sempat mencicipi makanan khas yang
menjadi icon atau "kokojo" di tempat itu. Dapat
dibayangkan pada hari itu benar-benar merupakan hari yang penuh
berkah karena tubuh ini mendapat asupan perbaikan gizi, yang sangat
langka jika hal itu harus kami lakukan sendiri...

Kreativitas
Di sebuah saung, di kawasan Tahu
Lembang (POM Tahu) para mahasiswa berkumpul untuk mendengarkan sang
"begawan entrepreneur" itu membuka trick and tips bisnisnya. Pada intinya, semua bermula dari kreativitas untuk
terus menerus "mengulik" dan menggali apa yang sudah ada. Bisa
jadi dengan prinsip ATM (amati, tirukan danmodifikasi) yang sumbernya berasal dari prinsip 3N (niteni, nirokke, nambahi) dari Ki Hajar Dewantara.

Kreativitas itu dapat berupa membongkar konsep lama. Sudah sama-sama dimaklumi bahwa di dalam bisnis
ada konsep 4P (product, price, place, promotion).
Konsep ini masih terbuka untuk dibongkar ulang dan diberi tafsir baru
sehingga kita menemukan hal-hal baru yang dapat kita coba lakukan dan
ditawarkan kepada masyarakat. Bagaimana pun, produk memang
haruslah unggul, jika perlu ada nilai tambah yang dapat dijual
sehingga terkesan baru. Ada inovasi, terobosan dan improvisasi
sehingga menarik perhatian khalayak.

Harga, saat ini menjadi
relatif. Dulu sering terkesan orang menjual produk dengan harga murah
atau bersaing atau dengan istilah eufimis "terjangkau" . Sekarang
orang tidak begitu peduli dengan harga sejauh ada nilai-nilai tambah
baik berupa kemasan, suasana, pemandangan, atau hal-hal lain yang
membuat konsumen tidak lagi terkonsentrasi dengan harga. Berapa pun
harganya tetap akan dicari orang sejauh produk itu memberikan kesan
mendalam, kepuasan, kenyamanan, atau kebanggaan. Bahkan orang sudah
merasa bangga jika membeli produk dengan harga mahal.

Tentang tempat usaha, secara
konvensional mensyaratkan bahwa tempat harus baik, strategis, dan
mudah dijangkau. Sekarang, kondisi tempat yang bagaimana pun jika hal
itu atraktif, memberikan nilai-nilai tambah, ada hal-hal lain yang
menjadikan konsumen tidak beranjak karena adanya sampingan-sampingan
yang justru dikemas secara menarik, maka di mana pun tetap akan
didatangi pembeli. Dulu orang berjualan baju, harus di toko khusus,
jualan kue harus di toko kue khusus, membangun usaha harus di
lingkungan yang tepat. Namun sekarang kita dapat menyaksikan, orang
bisa berjualan baju di kompleks perumahan-perumahan atau di rumah
makan, orang berjualan kue-kue di apotek, dan orang membangun bisnis
di kawasan elit dan sepi. Justru hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagaimana menciptakan pasar.

Tentang promosi, memang perlu
dilakukan secara tepat. Sekarang sudah banyak ragam media yang dapat
dimanfaatkan untuk ajang promosi, baik media masa cetak, elektronik,
sponsorship, "dari mulut ke telinga" maupun media luar ruang.
Semua promosi yang dilakukan secara memadai akan menghasilkan
kunjungan konsumen yang cukup signifikan, yang ujung-ujungnya akan
meningkatkan penjualan alias keuntungan. Contoh promosi yang
berkaitan dengan harga, misalnya begini. Di Kawasan Tahu Lembang (POM
Tahu) ada kupat tahu yang porsinya separuh dari porsi kebanyakan
penjual kupat tahu di pinggir jalan, namun harganya bisa tiga sampai
lima kali lipat harga umumnya di pinggir jalan. Karena seringnya
orang mengatakan, "nih kupat tahu ini enak lho", lain kali orang
lain mengatakan: "enak lho, enak lho, enak lho". Karena banyak
dan seringnya orang mengatakan kupat tahu itu enak, maka kesan yang
ditimbulkan adalah enaknya. Harga sudah tidak menjadi masalah lagi.
Itu sekedar contoh bagaimana promosi yang berulang-ulang dapat
menciptakan kesan mendalam di benak konsumen.

Kreativitas juga menyangkut pasar.
Banyak orang berbondong-bondong membangun bisnisnya manakala
keinginan pasar sedang ramai. Ketika FO (factory outlet) sedang booming, maka rame-rame orang menjadi follower.
Ketika bisnis parsel sedang laku, banyak orang menjadi penjual
parsel. Ketika wisata kuliner sedang ngetrend, orang coba-coba
merambah bisnis kuliner. Akibatnya terjadi kejenuhan, sehingga banyak follower itu terpaksa "menggulung tikarnya". Orang yang
kreatif tidak akan kehabisan ide, untuk menciptakan pasar sendiri.
Yang diperlukan adalah kejelian melihat pasar yang tidak dilihat oleh
orang lain. Bagaimana mencari ceruk-ceruk pasar yang orang lain
justru tidak menggarapnya. Jika kita mencoba membidik pasar dengan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen yang belum diihat orang lain,
mungkin justru hal ini menjadi peluang yang potensial bagi bisnis
kita. Jadi, manakala banyak follower yang hanya sekedar "meramaikan"
pasar, sedapat mungkin ciptakan hal lain yang dapat memberikan
alternatif beda sehingga menarik perhatian. Misalnya, pada
arena outbond anak-anak, ada permainan-permainan tradisional
yang seringkali menjadi kebutuhan bagi anak-anak "gedongan".
Mereka sebenarnya ingin bermain seperti yang dilakukan oleh anak-anak
kampung, maka ciptakanlah permainan-permainan kampung yang mungkin
sudah dilupakan orang, seperti egrang, becak atau sepeda mini, main gundu/kelereng, dsb.

Kreativitas juga menyangkut masalah impulse buying. Artinya pembelian yang tidak
direncanakan. Ketika orang berkunjung ke pusat jajanan dan berniat
untuk makan dan minum, namun mereka disodori juga promosi produk t-shirt, pakaian kasual, atau produk-produk merchandise dan
oleh-oleh yang menarik. Apalagi dengan harga spesial atau kemasan
unik, maka orang yang tadinya tidak berniat berbelanja kecuali
makan-minum, karena tertarik akan hal-hal yang tak direncanakan itu,
terpaksalah mereka membeli barang-barang itu. Impulse buying dapat dilakukan di berbagai jenis usaha maupun produk. Tinggal
bagaimana kreatif membidik celah-celah yang dapat mempersuasi
konsumen. Misalnya, di arena Tahu Lembang, terdapat juga oleh-oleh
khas Bandung, kaos oblong, berbagai jenis pakaian kasual, dan
permainan-permainan anak-anak. Di kawasan De Ranch, wisata
berkuda, disediakan juga game-game tantangan, topi koboi,
rompi koboi, bandana, dan juga warung atau restoran yang menjual
berbagai jenis minuman dan makanan baik ringan maupun berat. Di
Kampung Baso atau House of Risoles (Risol-risol) , dijual juga
barang-barang souvenir ataumerchandise berupa paket gelas/cangkir
unik bergambar rumah-rumah tradisional di Nusantara. Dan masih banyak
lagi.

Kreativitas juga menyangkut masalah
bagaimana "memarketingkan" orang kecil. Ini sebenarnya
berkaitan dengan produk. Untuk mengawali wirausaha, kita tidak perlu
menciptakan produk sendiri. Kita dapat memasarkan produk orang lain.
Yang perlu dipikirkan bagaimana agar pemasaran produk itu dapat
meningkat dalam jumlah banyak tanpa perlu melakukan ekspansi dengan
membuka cabang-cabang lain. Sebagai contoh Tahu Lembang. Kawasan ini
sebenarnya terinspirasi oleh tukang tahu yang sebenarnya produknya
bagus dan sudah dikenal orang. Namun untuk meningkatkan penjualan
yang juga meningkatkan produktivitas dan keuntungan perlu diciptakan
cara baru. Oleh karena itulah terpikir gagasan membuat kawasan atau
menyediakan tempat untuk dapat menjual tahu, berikut lengkap dengan
mempertontonkan proses pembuatannya sekaligus, dan juga berbagai
hasil olahan dari produk tahu tersebut. Kemudian produk itu
dimodifikasi dengan hal-hal yang sebelumnya tidak dipikirkan orang
lain, seperti mencampur bahan baku tahu dengan ditambah susu,
sehingga tercipta tahu susu. Nah, ketika hal itu dicoba ternyata
hasilnya bagus, maka dipromosikan sebagai "tahu susu goreng".
Orang akan merasa aneh, dan justru keanehan ini yang menarik
perhatian untuk segera mencobanya.

Demikian pula Kampung Baso, juga
terinspirasi oleh tukang baso yang produknya enak. Setelah disediakan
tempat dan berbagai sarana yang diperlukan, maka tukang baso itu
dapat berproduksi dengan optimal, sehingga penghasilannya yang dulu
diperolehnya dalam waktu sebulan, sekarang penghasilan sebulan itu
dapat diperoleh hanya dalam beberapa hari saja. Juga hal itu terjadi
dengan tukang risoles. Karena produknya bagus dan enak, maka setelah
dimodifikasi, diberi tempat yang layak, maka yang tadinya harganya
"kaki lima" dalam waktu singkat dapat menjadi seharga "bintang
lima". Bagaimana pun yang diperlukan adalah kreativitas.

Kreativitas juga dapat menyentuh
masalah gaya hidup (life style). Kita
dapat "menjual" gaya hidup yang sebenarnya diinginkan atau
dibutuhkan banyak orang. Ketika orang banyak terobsesi dengan gaya
hidup kaum selebritis, maka terciptalah FO "Rich N Famous".
Orang yang belanja di sana, merasa bangga, karena FO itu dikesankan
tempat belanja para selebriti. Apalagi memang faktanya ada beberapa
selebritis yang pernah belanja di sana. Ketika orang membutuhkan
"privasi" masalah gender, maka terciptalah FO "For Men"
yang memang dirancang khusus untuk kaum lelaki. Ketika ibu-ibu
terobsesi agar anaknya dapat berpakaian dengan tingkatan lebih
tinggi, maka disiapkanlah "Bale Anak" yang memang khusus menjual
pakaian anak-anak.

Di bidang kuliner, ketika orang kota
(Jakarta) sudah jenuh dan lelah oleh kesibukan harian, maka pada
akhir minggu mereka dapat meluncur ke Bandung untuk mencicipi wisata
kuiner dengan aneka jenis, rasa dan gaya. Dari gaya lesehan, kampung,
koboi, sampai gaya gedongan disediakan, sehingga dengan makin
banyaknya pilihan semakin lengkaplah kenikmatan dan kesan yang
ditimbulkannya.

Jadi, teruslah berkreasi dan
berinovasi! Sudah layak dan sepantasnya jika kita senantiasa
melakukan Inovasi Tanpa Henti!


________________________________
Berselancar lebih cepat.
Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)


&quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com&quot;
3a.

[URGEN] Galang doa untuk IRHAMNA (putera Kang Dani) yang dirawat di

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Dec 31, 2009 3:22 pm (PST)



Assalammu'alaikum wr.wb.

Happy new year, everyone. Moga semangat tahun baru menginspirasi kita semua.

Tapi memang hidup tak selamanya indah. Realitas hidup yang tak indah itu
salah satunya adalah sakit. Dan saat ini IRHAMNA (putera kedua Kang Dani &
Mbak Endah) tengah dirawat di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Bayi laki-laki
yang belum genap 40 hari ini didiagnosis menderita infeksi saluran
pernafasan atau peradangan saluran pernafasan. Sebelumnya, saat dilarikan ke
rumah sakit pada malam Tahun Baru, kondisinya lemas, membiru dan sulit
bernafas.

Untuk yang ingin menjenguk, Irhamna -- sesuai pembicaraan per telepon tadi
pagi -- dirawat di Ruang IRNA TERATAI Lantai 2, RS Fatmawati. Jam besuk :
pukul 12-13.WIB dan pukul 17-19 WIB. Ucapan doa dan penguatan dll dapat
disampaikan ke Dani Ardiansyah di 0856 9477 1764.

Yuk, galang doa dan apa saja untuk meringankan beban sahabat kita. Awalilah
tahun baru dengan langkah kebersamaan dan mulia.

Tabik,

*Nursalam AR*

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
3b.

Re: [URGEN] Galang doa untuk IRHAMNA (putera Kang Dani) yang dirawat

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Thu Dec 31, 2009 5:23 pm (PST)



berita ini seolah menyempurnakan pekatnya mendung dipagi ini, Kang Dani dan Endah, bersabarlah karena ujian adalah alasan untuk naik kelas, semoga Allah menyembuhkan Irhamna dengan sebaik-baik kesembuhan... amin..
 Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Fri, January 1, 2010 6:22:37 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] [URGEN] Galang doa untuk IRHAMNA (putera Kang Dani) yang dirawat di RS Fatmawati

 
Assalammu'alaikum wr.wb.

Happy new year, everyone. Moga semangat tahun baru menginspirasi kita semua.

Tapi memang hidup tak selamanya indah. Realitas hidup yang tak indah itu salah satunya adalah sakit. Dan saat ini IRHAMNA (putera kedua Kang Dani & Mbak Endah) tengah dirawat di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Bayi laki-laki yang belum genap 40 hari ini didiagnosis menderita infeksi saluran pernafasan atau peradangan saluran pernafasan. Sebelumnya, saat dilarikan ke rumah sakit pada malam Tahun Baru, kondisinya lemas, membiru dan sulit bernafas.

Untuk yang ingin menjenguk, Irhamna -- sesuai pembicaraan per telepon tadi pagi -- dirawat di Ruang IRNA TERATAI Lantai 2, RS Fatmawati. Jam besuk : pukul 12-13.WIB dan pukul 17-19 WIB. Ucapan doa dan penguatan dll dapat disampaikan ke Dani Ardiansyah di 0856 9477 1764.

Yuk, galang doa dan apa saja untuk meringankan beban sahabat kita. Awalilah tahun baru dengan langkah kebersamaan dan mulia.

Tabik,

Nursalam AR

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook. com/nursalam. ar
Blog: www.nursalam. multiply. com

4a.

Re: [catcil] bike to kepepet

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Dec 31, 2009 4:07 pm (PST)



Inspiratif banget nih. Jujur pula,hihi...

kalo di facebook, saya dah kasih jempol berkali-kali deh:).

Makasih ya, Mbak,sudah berbagi dan sangat menginspirasi dengan semangat
belajarnya yang tak kenal usia,hehe....

Hmm..seperti lirik lagu qasidahan yang mengatakan "belajar di waktu kecil
bagai mengukir di atas batu; belajar di waktu dewasa bagai mengukir di atas
air" harus direvisi deh:).

Tabik,

Nursalam AR

2009/12/31 rina <rina_fam@yahoo.com>

>
>
>
> Dear teman-tema sk, mau sedikit berbagi pengalaman...semoga bermanfaat.
>
> Bike to Kepepet
>
> Kalau aku memutuskan untuk memakai sepeda setiap hari, dari rumah sampai
> depan gerbang komplek yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer, bukan karena
> ikutan-ikutan trend `bike to work.' Terlebih karena `bike to kepepet'.
>
> Bermula dari kepindahanku ke rumah baru – alhamdulillah - setelah
> berkali-kali pindah kontrakan. Senang sudah barang tentu, karena bagi kami,
> impian memiliki rumah sendiri adalah target besar. Pilihan kami jatuh pada
> komplek yang terletak di Bogor utara. Dari kantorku kurang lebih 15 km.
>
> Karena ini komplek lama, maka cluster-cluster baru yang dibangun dan
> dipasarkan terletak jauh dari gerbang komplek yang langsung berhadapan
> dengan jalan protocol. Ini juga yang membuat saya sempat ragu dengan
> keputusan untuk membeli rumah di sini sampai akhirnya suami berhasil
> meyakinkan saya, bahwa pilihannya ini yang terbaik. Akhirnya, aku manut wae.
> Kini kuakui pilihannya memang tepat.
>
> Satu hari sebelum kami pindahan, suami membeli sepeda bekas. Tujuannya,
> apalagi kalau bukan untuk alat operasional aku sehari-hari. Ke warung, bayar
> listrik dan pam, dan ke gerbang komplek setiap hari kerja. Maklum kami cuma
> punya satu kendaraan bermotor dan itu dipake suami kerja. Sampai di gerbang
> kompek, aku titipkan sepeda di kantor marketing lalu naik bis untuk sampai
> ke kantor. Untuk praktisnya tentu saja aku bisa naik ojek atau nyicil motor
> matic. Tapi kondisi keuangan tidak memungkinkan karena krisis global
> berimbas juga pada keuangan kami seiring naiknya bunga kprku yang mencapai
> hampir 6%. Ini pelajaran bagi kami, untuk tidak tergiur dengan rayuan bunga
> kpr rendah karena saat terjadi kenaikan, naiknya tanpa ampun melebihi
> bank-bank lain. Btw, kembali ke soal sepeda. Sekali naik ojek tarifnya rp
> 5000 rupiah, pulang pergi rp 10000. kali jumlah hari kerja. Jumlah yang
> significant dibanding kalau aku naik sepeda dengan memberi uang parkir rp
> 2000/hari. Terpaksalah aku menggenjot sepeda saban pagi dan sore. Ya,
> terpaksa. Tapi itu pada mulanya.
>
> Aku bilang terpaksa karena memang dipaksa suami. Padahal aku benar-benar
> tidak bisa naik sepeda. Waktu kecil saat belajar naik sepeda aku terjatuh
> tepat di bagian yang membuat aku kapok dan takut. Beranjak remaja, terbersit
> keinginan bisa sepeda tapi malu belajarnya karena sudah besar. Beranjak
> dewasa, ingin bisa motor. Tapi katanya, kalau ingin bisa motor harus bisa
> naik sepeda. Langsung nyaliku ciut. Lha, naik sepeda aja gak bisa gimana
> bisa motor? Ya udah dech ingin bisa mengendarai mobil aja. Tapi keinginan
> yang ini masalahnya, aku belum punya mobil...ha..ha...
>
> Satu hari setelah pindahan ke rumah baru, aku langsung dipaksa belajar
> sepeda sama suami. Ya, dipaksa karena pada mulanya aku mengelak dengan
> berbagai alasan. Rumah belum bereslah, si kecil gak ada yang jagain, belum
> nyuci atau nanti dan nanti. Alasan dari hati terdalam sich takut jatuh dan
> malu sama satpam dan beberapa tetangga di blok sebelah. Untuknya di blokku
> baru aku sendiri yang rumahnya sudah di tempati.
>
> Tanpa tendeng aling-aling suamiku langsung memberi target. Satu minggu
> harus bisa! Artinya minggu depan, saat aku kembali kerja (kami pindahan
> akhir tahun yang bertepatan dengan libur tahunan kantor suami) sudah pake
> sepeda.
>
> Aku jatuh berkali-kali. Lembam di paha, betis, baret-baret di kaki dan
> lutut. Jadi teringat kata mamaku, katanya kalau sudah jatuh (saat belajar
> naik sepeda) pasti jadi bisa. Urat maluku pun putus. Aku sudah cuek dengan
> senyum-senyum satpam atau anak-anak kecil di komplek yang saban sore main
> sepeda dan berpas-pas an dengan ku yang tengah naik sepeda di dorong suami.
> Sementara si kecilku menjerit-jerit riang di stroller nya.
>
> Hari pertama naik sepeda sampai gerbang komplek ternyata tidak seperti yang
> aku bayangkan. Situasi yang tak pernah terjangkau imajinasiku. Jalanan yang
> nanjak, seliweran kendaraan bermotor terutama ojek yang kencang dan suka
> nyalip seenaknya, klakson mobil yang bikin grogi, polisi tidur, anjing atau
> kucing yang seenaknya motong jalan. Untungnya semua keadaan itu hanya
> membuatku sempat jatuh. Karena kalau jatuh yang kebayang bukan sakitnya tapi
> malunya. Dan yang lebih memalukan, aku baru memperhatikan kalau sepeda
> second ku benar-benar jelek. Kedua pedalnya beda, catnya murahan,
> jarinya-jarinya terlihat sudah ringkih, ogleg, remnya berdecit, ban
> sepedanya udah licin, dan hampir saban hari kempes. Selidik punya selidik
> ternyata ban dalamnya harus diganti. Minggu-minggu pertama bersepeda membuat
> saya harus bolak-balik bengkel. Betulin kerusakan dan ganti ini-itu. Si
> pemilik bengkel menyarankan untuk ganti sepeda, tukar tambah. Dengan alasan
> saving dan tidak ada budget (kedua istilah itu aku pinjam dari istilah yang
> sering digunakan di kantorku), sampai sekarang aku masih bertahan dengan
> sepeda jadul ku. Tak terasa hampir genap sepuluh bulan rutinitas bersepeda
> ini telah kujalani dan aku benar-benar menikmatinya.
>
> Hikmahnya, aku belajar melepas rasa malu dan gengsi yang tidak perlu. Aku
> mengendarai sepeda jelek dan satu-satu (dari kurang lebih7000 ribu kk yang
> menempati komplek ini) yang tiap pagi bersepeda sampai gerbang komplek. Tapi
> kini mulai ada beberapa anak sekolah yang juga mengendarai sepeda sampai
> gerbang komplek.
>
> Terima kasih untuk suamiku yang sudah memaksa aku belajar sepeda.
>
> rina
> www.momsbooksclub.blogspot.com
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
4b.

Re: [catcil] bike to kepepet

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Thu Dec 31, 2009 5:39 pm (PST)



saya baca kisah ini dr lapak sebelah, luar biasa deh...
Saya juga kepengen bersepeda ke kantor, namun sampai sekarang belum kesampaian,
semoga tulisan ini menambah semangat saya lagi untuk segera memperbaiki sepeda gunung kami, n go bike!
 Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: rina <rina_fam@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thu, December 31, 2009 2:25:33 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] bike to kepepet

 

Dear teman-tema sk, mau sedikit berbagi pengalaman.. .semoga bermanfaat.

Bike to Kepepet

Kalau aku memutuskan untuk memakai sepeda setiap hari, dari rumah sampai depan gerbang komplek yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer, bukan karena ikutan-ikutan trend `bike to work.' Terlebih karena `bike to kepepet'.

Bermula dari kepindahanku ke rumah baru - alhamdulillah - setelah berkali-kali pindah kontrakan. Senang sudah barang tentu, karena bagi kami, impian memiliki rumah sendiri adalah target besar. Pilihan kami jatuh pada komplek yang terletak di Bogor utara. Dari kantorku kurang lebih 15 km.

Karena ini komplek lama, maka cluster-cluster baru yang dibangun dan dipasarkan terletak jauh dari gerbang komplek yang langsung berhadapan dengan jalan protocol. Ini juga yang membuat saya sempat ragu dengan keputusan untuk membeli rumah di sini sampai akhirnya suami berhasil meyakinkan saya, bahwa pilihannya ini yang terbaik. Akhirnya, aku manut wae. Kini kuakui pilihannya memang tepat.

Satu hari sebelum kami pindahan, suami membeli sepeda bekas. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk alat operasional aku sehari-hari. Ke warung, bayar listrik dan pam, dan ke gerbang komplek setiap hari kerja. Maklum kami cuma punya satu kendaraan bermotor dan itu dipake suami kerja. Sampai di gerbang kompek, aku titipkan sepeda di kantor marketing lalu naik bis untuk sampai ke kantor. Untuk praktisnya tentu saja aku bisa naik ojek atau nyicil motor matic. Tapi kondisi keuangan tidak memungkinkan karena krisis global berimbas juga pada keuangan kami seiring naiknya bunga kprku yang mencapai hampir 6%. Ini pelajaran bagi kami, untuk tidak tergiur dengan rayuan bunga kpr rendah karena saat terjadi kenaikan, naiknya tanpa ampun melebihi bank-bank lain. Btw, kembali ke soal sepeda. Sekali naik ojek tarifnya rp 5000 rupiah, pulang pergi rp 10000. kali jumlah hari kerja. Jumlah yang significant dibanding kalau aku naik sepeda dengan memberi uang parkir rp
2000/hari. Terpaksalah aku menggenjot sepeda saban pagi dan sore. Ya, terpaksa. Tapi itu pada mulanya.

Aku bilang terpaksa karena memang dipaksa suami. Padahal aku benar-benar tidak bisa naik sepeda. Waktu kecil saat belajar naik sepeda aku terjatuh tepat di bagian yang membuat aku kapok dan takut. Beranjak remaja, terbersit keinginan bisa sepeda tapi malu belajarnya karena sudah besar. Beranjak dewasa, ingin bisa motor. Tapi katanya, kalau ingin bisa motor harus bisa naik sepeda. Langsung nyaliku ciut. Lha, naik sepeda aja gak bisa gimana bisa motor? Ya udah dech ingin bisa mengendarai mobil aja. Tapi keinginan yang ini masalahnya, aku belum punya mobil...ha.. ha...

Satu hari setelah pindahan ke rumah baru, aku langsung dipaksa belajar sepeda sama suami. Ya, dipaksa karena pada mulanya aku mengelak dengan berbagai alasan. Rumah belum bereslah, si kecil gak ada yang jagain, belum nyuci atau nanti dan nanti. Alasan dari hati terdalam sich takut jatuh dan malu sama satpam dan beberapa tetangga di blok sebelah. Untuknya di blokku baru aku sendiri yang rumahnya sudah di tempati.

Tanpa tendeng aling-aling suamiku langsung memberi target. Satu minggu harus bisa! Artinya minggu depan, saat aku kembali kerja (kami pindahan akhir tahun yang bertepatan dengan libur tahunan kantor suami) sudah pake sepeda.

Aku jatuh berkali-kali. Lembam di paha, betis, baret-baret di kaki dan lutut. Jadi teringat kata mamaku, katanya kalau sudah jatuh (saat belajar naik sepeda) pasti jadi bisa. Urat maluku pun putus. Aku sudah cuek dengan senyum-senyum satpam atau anak-anak kecil di komplek yang saban sore main sepeda dan berpas-pas an dengan ku yang tengah naik sepeda di dorong suami. Sementara si kecilku menjerit-jerit riang di stroller nya.

Hari pertama naik sepeda sampai gerbang komplek ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Situasi yang tak pernah terjangkau imajinasiku. Jalanan yang nanjak, seliweran kendaraan bermotor terutama ojek yang kencang dan suka nyalip seenaknya, klakson mobil yang bikin grogi, polisi tidur, anjing atau kucing yang seenaknya motong jalan. Untungnya semua keadaan itu hanya membuatku sempat jatuh. Karena kalau jatuh yang kebayang bukan sakitnya tapi malunya. Dan yang lebih memalukan, aku baru memperhatikan kalau sepeda second ku benar-benar jelek. Kedua pedalnya beda, catnya murahan, jarinya-jarinya terlihat sudah ringkih, ogleg, remnya berdecit, ban sepedanya udah licin, dan hampir saban hari kempes. Selidik punya selidik ternyata ban dalamnya harus diganti. Minggu-minggu pertama bersepeda membuat saya harus bolak-balik bengkel. Betulin kerusakan dan ganti ini-itu. Si pemilik bengkel menyarankan untuk ganti sepeda, tukar tambah. Dengan alasan saving dan tidak
ada budget (kedua istilah itu aku pinjam dari istilah yang sering digunakan di kantorku), sampai sekarang aku masih bertahan dengan sepeda jadul ku. Tak terasa hampir genap sepuluh bulan rutinitas bersepeda ini telah kujalani dan aku benar-benar menikmatinya.

Hikmahnya, aku belajar melepas rasa malu dan gengsi yang tidak perlu. Aku mengendarai sepeda jelek dan satu-satu (dari kurang lebih7000 ribu kk yang menempati komplek ini) yang tiap pagi bersepeda sampai gerbang komplek. Tapi kini mulai ada beberapa anak sekolah yang juga mengendarai sepeda sampai gerbang komplek.

Terima kasih untuk suamiku yang sudah memaksa aku belajar sepeda.

rina
www.momsbooksclub. blogspot. com

5.

Telah Terbit Novel Anak Pingkan Sang Juara, horeee..

Posted by: "d r" dedew_cheesecake@yahoo.com   dedew_cheesecake

Thu Dec 31, 2009 8:24 pm (PST)



Dear All,

Alhamdulillah, awal tahun yang menyenangkan. Baru menerima bukti terbit novel anak terbaruku, judulnya Pingkan Sang Juara, terbitan Sinergi Pustaka-Bandung.

Penerbitan naskah ini cukup berliku, akhirnya menemukan solmetnya di Bandung, berkat tangan dingin Kang Yudi Irawan. Hatur nuhun, kang Yudi en editornya Teh Nur Fajriyah yang kontak-kontakan hanya lewat Fesbuk, mantap.

Sinopsis:

Novel ini menceritakan tentang Pingkan, seorang gadis yang pembosan. Ia ingiin sekali jadi juara seperti Kak Lita yang juara Olimpiade IPA, Gusti juara sepakbola. Ping ingin berdiri di podium sekolah dan mendapat sorak-sorai teman-teman.

Tapi, juara apa? Ping payah dalam olahraga, menyanyi fals, bahasa Inggris kacau. Duh, sepertinya ia tak punya bakat apapun.

Ia harus berjuang mengikut berbagai macam bidang untuk jadi juara. Ikuti lika-liku perjuangan Pingkan, ya teman-teman! Apakah ia akan berhasil? Jadi juara apa? Baca bukunya!

Dapatkan bukunya di toko buku ternama. Boleh juga, pesan langsung ke Toko Ibu Bagus alias dakuw sendiri, hihi. Insya Allah dapat diskon en ttd bau bawang bombai ;p

Makasih ya semuanyaa..
Met Taon baru 2010!

Dewi Dedew Rieka
-Kisah Satwa dan Puspa dalam Al Quran, Dar!Mizan, 2009
-Melacak Penulis Misterius-Dar!Mizan, 2009
-Bocah-Bocah Galaksi-Dar!Mizan,2009
-Small Things, Kecil Tapi Penting-Dar!Mizan, 2009

6a.

[update Irhamna] Ada yang tahu info tarif NICU RS yang terjangkau?

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Dec 31, 2009 11:11 pm (PST)



Barusan saya dapat sms dari Kang Dani bahwa Irhamna -- putera keduanya yang
berusia 3 pekan -- harus dirujuk ke rumah sakit besar di NICU (ICU untuk
bayi dan anak) untuk perawatan lanjutan karena infeksi atau peradangan
saluran pernapasan. Dari survei ke RS Harapan Kita ternyata harus setor DP
Rp. 10 juta.

Nah, adakah yang tahu tarif NICU di RS lain yang di bawah itu atau yang
kira-kira terjangkau (ini pertanyaan titipan dari Kang Dani & Mbak Endah)?

Oh ya, karena ada yang menanyakan nomor rekening bantuan, atas izin sohibul
musibah, silakan ke BCA 0080346719 a/n ENDAH WIDAYATI.

Terima kasih atas bantuan sebelumnya.

Tabik,

Nursalam AR

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
6b.

Re: [update Irhamna] Ada yang tahu info tarif NICU RS yang terjangka

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Thu Dec 31, 2009 11:48 pm (PST)



1. Rs. Medistra, jl. Gatot Subroto Kav.59 jakarta, 12950, telp 021-5210200

2. RSCM Salemba UI di telp 021-3918301

3. RS Mitra Internasional

Jl. Raya Jatinegara Timur No 85-87
Jakarta 13310 - Indonesia
Tel. : 62-21 2800 888
Fax. : 62-21 2800 755

4. RS Fatmawati Jakarta, telp 021-7501524.

Kalo telp gak nyambung, cb tanya ke 108. moga bermanfaat

Wassalam
asma

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Barusan saya dapat sms dari Kang Dani bahwa Irhamna -- putera keduanya yang
> berusia 3 pekan -- harus dirujuk ke rumah sakit besar di NICU (ICU untuk
> bayi dan anak) untuk perawatan lanjutan karena infeksi atau peradangan
> saluran pernapasan. Dari survei ke RS Harapan Kita ternyata harus setor DP
> Rp. 10 juta.
>
> Nah, adakah yang tahu tarif NICU di RS lain yang di bawah itu atau yang
> kira-kira terjangkau (ini pertanyaan titipan dari Kang Dani & Mbak Endah)?
>
> Oh ya, karena ada yang menanyakan nomor rekening bantuan, atas izin sohibul
> musibah, silakan ke BCA 0080346719 a/n ENDAH WIDAYATI.
>
> Terima kasih atas bantuan sebelumnya.
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
>
> --
> "There is no life without risks"
> Nursalam AR
> Translator - Writer - Trainer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
> Blog: www.nursalam.multiply.com
>

7a.

Re: Daftar HUT SK ke-IV Yuuuuukk!!!!

Posted by: "arief" ariefakhirwijaya@yahoo.com   ariefakhirwijaya

Thu Dec 31, 2009 11:22 pm (PST)



Wah..asyik juga kalau milad SK di Jatim. Bayangin Rame-rame naik kereta api kayaknya enak banget..)
Semoga yang datang lebih banyak lagi..Aamiin.

''arief Al gadri''

8.

LOMBA RESENSI dan FOTO 'WO AI NI-JANGAN EKSPOR CINTAKU

Posted by: "d r" dedew_cheesecake@yahoo.com   dedew_cheesecake

Fri Jan 1, 2010 12:53 am (PST)





Dear teman-teman yang ganteng dan cantik-cantik
pernah, kan, ngerasain yang namanya JATUH CINTA? Pasti pernah dong, apalagi menyatakan cinta... duh... rasanya deg-deg jontor gitu loh!

LOMBA RESENSI

Gimana rasanya kalau orang yang kamu cintai mau diekspor ke Taiwan alias mau jadi TKI? Ada yang bilang, ah biasa aja. Ada yang ngomong 'bodo amat!' ada juga yang nanya 'TKI apaan sih?' jadi daripada banyak manyun mendingan baca buku Pelit alias Personal Literature yang berjudul WO AI NI - JANGAN EKSPOR CINTAKU.

Abis baca tuh buku, buruan deh bikin singkatan, rangkuman, kesimpulan, resensi atau apalah namanya pokoknya ceritain kelebihan buku itu, kekurangannya ( = adalah tidak ada kelebihan.... hix), ceritain apa yang bikin kamu suka sama buku itu dan apa yang gak kamu suka dari buku itu. Semuanya harus Proposional, empat sehat lima sekawan.


Syaratnya :
Tulis di Word, font 12, maximal 3 halaman.
kirim ke email rumah_pena@yahoo.com dan cc ke achi_tm_12@yahoo.com
Resensi paling lambat diterima tanggal 14 Februari 2009
Pemenang akan diumumkan tanggal 1 Maret 2009

HADIAH
Juara 1 : Uang sebesar Rp. 250.000,- + paket buku
Juara 2 : 1 Buah paket buku

Juri : - Dewi 'Dedew' Rieka
        - Achi TM
        - Tim RUMAH PENA

LOMBA FOTO WO AI NI - JANGAN EKSPOR CINTAKU

Kalo kamu gak hobi nulis resensi, kamu masih bisa berpartisipasi dalam lomba Wo Ai Ni! Caranya, beli buku Wo Ai Ni - Jangan Ekspor Cintaku lalu berfotolah dengan gaya yang super gokil dan kreatif sambil memperlihatkan buku Wo Ai Ni - Jangan Ekspor Cintaku.

Tag foto itu ke 20 teman kamu di Facebook jangan lupa tag juga ke FB 'Achi TM'.
Foto yang terunik, terlucu, tergokil dan bener-bener
menjiwai perannya sebagai foto... akan mendapatkan hadiah sebagai berikut.....!!

Juara 1 : Uang Rp. 250.000,- + Paket Buku
Juara 2 : 1 Buah Paket Buku.

Paling lambat foto diterima tanggal 14 Februari dan pengumuman pemenang tanggal 1 Maret.

Jangan lupa tulis biodata diri lengkap, alamat dan nomor rekening ke email : rumah_pena@yahoo.com dan cc ke achi_tm_12@yahoo.com.

Hayuuuu... mumpung liburan panjaaaang.... ikutaaaan....

Organized by :
- Perkumpulan Dodolipet
- RUMAH PENA

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Going Green

Green resources for

a better planet

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: