Messages In This Digest (10 Messages)
- 1a.
- Re: Alhamdulillah buku saya sudah terbit From: febty f
- 2a.
- Re: [Catcil] Irhamna dan Ujian Awal Tahun From: febty f
- 2b.
- Re: [Catcil] Irhamna dan Ujian Awal Tahun From: Dyah Mustika P
- 3.
- Akhirnya, Ramaditya Punya Keponakan! From: Ramaditya Skywalker
- 4.
- (Ruang Keluarga) Gigi dan konsekuensi From: Indarwati Indarpati
- 5.
- (Ruang Baca) Mala From: Indarwati Indarpati
- 6.
- (Ruang Baca) Arok Dedes From: Indarwati Indarpati
- 7.
- (Ruang baca) Message from Nam From: Indarwati Indarpati
- 8.
- Apa yang Berharga dari Puisiku (sajak Wiji Thukul) From: jun an nizami
- 9.
- Art-Living Sos 2010 (A-1 Lenggang Kangkung From: IETJE SRI UMIYATI GUNTUR
Messages
- 1a.
-
Re: Alhamdulillah buku saya sudah terbit
Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Tue Jan 5, 2010 1:12 pm (PST)
ternyata, sering ngeliat bunda online, karena lg lembur yah bund?:)
hebat, bund, 3 buku....
menunggu lg buku2 yg lain, bund..
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , ammy ramdhania <ammy_ram@..com .> wrote:
>
> Assalamu alaikum wr wb
> Dear Allz,
>
> Alhamdulillah, di penghujung tahun 2009 buku saya sudah terbit 3 jilid.
> Lelah dan penat terasa hilang, begitu melihat jilid-jilid buku yang berwarna terang benderang disodorkan kang Adrian dari Inscript.Semangat ini kembali menyala, setelah sempat padam beberapa bulan.
>
> judul bukunya : 10 menit belajar membaca, 10 menit belajar menulis dan 10 menit belajar berhitung
> Semuanya tergabung dalam seri Calistung Asyik untuk usia 4+, penerbit OASIS.
> buku -buku ini beda banget dengan buku lain yang sejenis. Terasa lebih bermakna untuk si kecil, tidak sekedar calistung yang membosankan dan 'mengerikan'.
>
> Semua ini adalah ijim dari Allah semata, dengan dukungan dari suami tercinta dan Three Z ku yang tersayang yang rela terusik tidurnya karena umminya lembur terus.
> Juga berkat dukungan dari teman-temanku semua di milis ini, Special thanks for Sinta Nisfuana, Anna Farida, and Teh Indari, Kang Adrian dari team Inscript + penerbit Oasis.
> Dan makasih banget juga buat Laboratorium Kecil ku : TK CERAH .
>
> dua seri yang lain segera menyusul terbit di awal tahun 2010 : seri calistung asyik untuk usia 5+ dan 6+
> yang isinya lebih heboh dan menarik lagi. Insya Allah.
>
> Wassalam
> AMMY
> anak adalah sumber inspirasiku
>
>
> nb : buat teman-teman yang berminat memiliki buku itu bisa menghubungi saya 022-69553007 atau Inscript 022-5229415 atau langsung ke Oasis 022 4234899.
>
>
>
> "Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
> http://id.mail.yahoo.com& quot;
>
- 2a.
-
Re: [Catcil] Irhamna dan Ujian Awal Tahun
Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Tue Jan 5, 2010 1:17 pm (PST)
adek irhamna, ttp kuat yah...
senyummu adalah kekuatan untuk ummi-abbimu.
salam,
tante fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Kang Dani <fil_ardy@..com .> wrote:
>
> Kronologis:
>
> Irhamna (29 hari) tertular flu dan batuk dari Nibras, terakhir sebelum dibawa ke RS sempat demam 38 derajat celcius, --mungkin-- karena Irhamna masih sangat kecil, flu dan batuk serta demam menjadi sangat berat untuknya. Diagnosa sementara, terjadi infeksi saluran pernafasan dan divonis gagal nafas. Irhamna tidak bisa menghirup o2 dengan baik dan tidak bisa mengeluarkan co2 dengan baik pula.
>
> Foto-foto ada di sini : http://tinyurl.com/irhamna
>
> Sehari terakhir sebelum memutuskan membawa Irhamna ke RS, dalam kondisinya yang tidak seperti biasa, saya tidur disampingnya. Sementara Endah yang malam sebelumnya terjaga sepanjang malam, lelap disamping Nibras. ASI yang sudah disiapkan dalam botol terus saya berikan menggunakan sendok pada Irhmana. Berharap keajaiban ASI segera memulihkannya. Memangku bayi, dalam kondisi seperti itu, saya merasakan betapa terlambat menicintai Irhamna. Dulu ketika Nibras lahir, cinta saya meledak seperti bom atom. Sebelum saya sempat menyadari segalanya, ternyata saya sudah mencintai Nibras sepenuh semesta..
>
> TERLALU! Untuk menyadari betapa saya mencintai Irhamna, saya perlu sebuah malam hening dengan kondisi Irhamna yang lemah dan tak daya. Setiap sendok ASI yang saya suapkan ke mulut mungilnya adalah prmohonan maaf atas getar yang datangnya tak sederas bah, hanya segetar dawai yang dipetik lemah. Dengan doa setulus jiwa, saya memohon pada-Nya agar mengembalikan Irhmna pada kami sesehat sebelumya. Dan saya menangis untuk setiap batuk tak sempurna dari mulutnya, untuk setiap derajat demamnya, untuk setiap erang tak nyamannya, untuk setiap hela sesaknya. Saya menangis menyadari betapa saya sangat mencintai bayi itu dan tak ingin kehilangan.
>
> Akhir tahun dengan penuh galau, kontras berbeda dengan setiap pergantian tahun sebelumnya yang hampir selalu kami lalui dengan bahagia. Tidak tahun ini. Ketika setiap orang membuat resolusi untuk awal tahun dan target-target pencapaiannya, Saya justru kebalikan. Hampir dipastikan rasa was-was mendominasi saya: Kontrak kerja yang selesai, anak-anak yang sakit, dan lain-lain.
>
> 31 Desember 2009
>
> Lepas maghrib kami memutuskan membawa Irhamna ke RS Prikasih dengan tujuan DSA dan memberikan terapi inhalasi padanya. Berempat, saya menggendong Nibras dengan gendongan Kangguru, sementara Endah membonceng sambil menggendong Irhamna. Tiba di RS tersebut, Poliklinik anak sudah tutup. DSA sudah pulang. Seorang perawat menyarankan kami untuk ke bagian UGD. Tak sesuai harapan, Dokter jaga disana menyarankan kami utuk segera membawa Irhamna ke RS lainnya yang mendukung terapi inhalasi. Ditambah pesan-pesan yang memacu adrenalin kami, terutama Endah. "Ibu, ini sudah gawat, nafasnya sudah satu satu, coba langsung dibawa ke....". Saya mulai melihat ada genangan di balik lensa minus Endah.
>
> Tujuan berikutnya adalah RS Setia Mitra, masih di ruas jalan Fatmawati. Kepadatan lalu lintas malam pergantian tahun saya tembus dengan cepat. Tiba di sana, kami langsung menuju UGD dan langsung ditangani dengan sigap oleh Dokter serta perawat di sana. Reaksi yang sangat pantas untuk sebuah UNIT GAWAT DARURAT. Irhamna langsung dibaringkan, oksigen langsung dipasang, alat pendeteksi detak jantung langsung menyala. Pun akhirnya mereka mengatakan tidak bisa menangani karena di RS tersebut tidak tersedia unit penanganan bayi, saya sangat berterimakasih untuk para petugas di UGD RS Setia Mitra untuk reaksi cepat tanggapnya pada malam tahun baru itu.
>
> Sekitar pukul 20.30, Irhamna masuk UGD Fatmawati dan langsung mendapatkan penanganan yang baik. Meski tidak sampai hati melihatnya harus disuntik beberapa kali dan diambil sampel darah untuk pemerikasaan lab, kami terus berada di dekatnya. Sementara Nibras dijemput oleh tetangga yang kami mintai tolong. Beruntung mempunyai tetangga dan sahabat yang malaikat.
>
> 01 Januari 2010
>
> Jelang subuh, Irhamna dipindahkan ke kamar perawatan khusus bayi. Genaplah malam pergantian tahun itu kami isi dengan muhasabah di salah satu sudut unit gawat darurat RS Fatmawati.
>
> Ruang perawatan itu tertutup dan steril, bahkan kami orang tuanya tidak diijinkan masuk menunggui. Hanya sekali jatah jenguk dalam sehari, pun tak lebih dari 5 menit. Jelang siang, kami dihubungi oleh pihak RS bahwa Irhamna harus dipindahkan ke unit khusus bernama NICU (Neonatal Intensive Care Unit) yang memiliki fasilitas alat bantu pernafasan bernama Ventilator. Dan berita buruk bagi kami adalah karena NICU di RS Fatmawati penuh, maka kami disarankan untuk mencari RS lain dengan fasilitas tersebut. Maka berwisata rumah sakitlah kami, ke setiap penjuru Jakarta. Malam beradrenalin telah kami lalui tanpa sekejap tidurpun. Dan terik siang itu harus kami lawan demi sebuah RS yang "manusiawi".
>
> Mulai mengabari beberapa teman untuk mencari informasi tentang RS yang kami maksud, alhamdulillah banyak sekali info RS via sms yang saya terima. Karena info via telpon dari setiap RS yang kami hubungi minim dan kurang jelas, maka satu-persatu RS tersebut kami datangi. Setelah pertanyaan tentang ketersediaan NICU dan alat Ventilator pada setiap RS, pertanyaan berikutnya yang selalu kami catat dan simak baik-baik adalah informasi tentang tarif.
>
> Lalu ketertegunanlah setiap kali kami keluar dari satu RS ke RS yang lain. Marah pada bentuk lain ketertindasan di Negeri --yang katanya gemah ripah loh jinawi-- ini, betapa saya paham sekarang, tentang sebuah kalimat : ORANG MISKIN DILARANG SAKIT!. Hampir semua RS di Jakarta mengingatkan kami tentang tarif deposit untuk NICU yang rata-rata sekitar Rp 10 jt, 15 juta hingga 25 juta.
>
> Untuk setiap penyesalan pada kondisi ketika kami keluar dari satu rumah sakit, saya menangis diam-diam membayangkan Irhamna yang tergolek lemah. Ya, saya harus menangis diam-diam. Karena dihadapan Endah yang sudah meleleh, saya harus terlihat tegar, betapapun remuk redam.
>
> 04 January 2010
>
> Irhamna masih berada di ruang rawat bayi dengan perawtan khusus RS Fatmawati. Kemungkinan besar, hari ini kami akan bertemu dengan dokter anak yang akan memberikan diagnosanya. Jika membaik, mungkin tak perlu NICU buat Irhamna, jika keadaan masih sama maka --seperti yang dikatakan Mbak Asma Nadia ketika datang menjenguk: Takes everything happend-- saya akan melakukan apapun demi sebuah NICU untuk Irhamna.
>
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com
> www.CatatanKecil.Multiply. com
>
- 2b.
-
Re: [Catcil] Irhamna dan Ujian Awal Tahun
Posted by: "Dyah Mustika P" wiet@cj.co.id
Tue Jan 5, 2010 5:58 pm (PST)
nyesek juga bacanya... :(
gmana Kang Dani dan mbak Endah yang melakoninya?!
cuma bisa bantu do'a
moga irhamna segera dipulihkan...
buat ortu nya tetep kuat... kasihan irhamna dan nibras kalo ortu nya ikut ambruk
- 3.
-
Akhirnya, Ramaditya Punya Keponakan!
Posted by: "Ramaditya Skywalker" ramavgm@gmail.com
Tue Jan 5, 2010 1:41 pm (PST)
Original link: http://ramaditya.multiply. com/photos/ album/83/ Akhirnya_ Ramaditya_ Punya_Keponakan
Alhamdulillah...!
Akhirnya setelah menunggu sekian lama, kami sekeluarga merayakan hari
bahagia ketika adik iparku, Gema Pratiwi melahirkan puteri pertamanya,
Shelmira. Ya, inilah buah hati adikku Anggowo yang menjadi cucu
pertama bagi ayah dan ibuku, sekaligus pemberi predikat "paman"
buatku.
Tanggal 4 Januari 2010 adalah hari kelahiran Shelmira. Sebenarnya di
hari itu Gema sudah disuntik induksi untuk merangsang kelahiran
bayinya, pasalnya si kecil tak kunjung lahir, padahal sudah melewati
hari kelahiran yang semestinya (periode 25 Desember 2009 hingga 4
Januari 2010). Akhirnya, pihak rumah sakit pun memutuskan untuk
mengoperasi sesar Gema setelah menunggu proses induksi selama kurang
lebih 12 jam.
Alhamdulillah. Si mungil itu pun lahir dengan berat total 3,7 kilogram
dan panjang kira-kira 48 sentimeter.
Entah bagaimana aku dapat menggambarkan rasa bahagia yang menyelimuti
kami sekeluarga. Aku pribadi merasa sangat senang, pasalnya aku juga
sudah lama menunggu kelahiran ini, kemunculan Shelmira yang akan
memanggilku "uncle," karena Gema ingin anaknya belajar bahasa Inggris
dariku.
"Assalamu'alaikum. Hello little one, this is Ramaditya, your uncle.
You will soon be a good Shelmira, and learn from me," ocehku sambil
menggoda dan berfoto dengan Shelmira.
PS: Mohon do'a restunya bagi kelangsungan keluarga adik dan adik iparku.
PPS: Mohon untuk tidak bertanya "kapan menyusul" dan sebagainya. Masih
belum ada dalam agenda jangka pendek!
--
"Ramaditya Skywalker: The Indonesian game music lover"
- Eko Ramaditya Adikara
http://www.ramaditya.com
- 4.
-
(Ruang Keluarga) Gigi dan konsekuensi
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Tue Jan 5, 2010 6:16 pm (PST)
Gigi
dan Konsekuensi
Ingin
sekali menamparnya, itu yang ada di benakku begitu keluar dari ruang dokter.
Langkah pasti kubawa keluar gedung menuju tempat parkir kendaraan di belakang.
Tak ada lagi toleransi. Tak kuhiraukan tangisnya. Tak ada sekalipun iba. Satu
persatu amarah kuluapkan, tak peduli meski masih di parkiran.
"Kamu
tahu sendiri Mama tadi muntah banyak, nggak enak badan, tapi Mama paksa pergi
demi menemani anaknya. Papa juga masih capek baru pulang kerja, ngantar kita.
Kok kamu sendiri malah nggak peduli sama kesehatannya."
Dia
masih menangis. Bahkan di gerbang parkir kutanyakan ulang apakah dia mau
berubah pikiran, masih dijawab dengan gelengan. Putus asa kami meneruskan
perjalanan pulang.
Sampai
di rumah, seperti biasa kalau marah atau menangis Ais akan masuk kamar dan
memeluk bantal. Kusuruh keluar, sholat, makan, dan menyiapkan buku pelajaran.
Aku kemudian masuk kamar, sholat, menenangkan kecewa dan amarah di dada.
Setelah
beberapa kali rencana ke dokter gigi tertunda, malam ini kami bertiga jadi ke
rumah sakit. Soal gigi ini harus segera dituntaskan demi melihat bintik hitam
berjumlah 4 tersebar di beberapa bagian gigi sulung kami yang berusia 8 tahun
itu. Satu gigi taring kanan atasnya juga perkembangannya tak rapi. Khawatir
kalau dibiarkan semakin tak karuan, gingsul seperti papanya, kami bermaksud
memasangkan kawat gigi.
Sampai
di rumah sakit langganan yang menerima asuransi dari kantor suami, parkir
terlihat penuh. Mobil berjajar rapat. Memasuki gedung sama saja. Bagian front office tempat pendaftaran juga
antri panjang. Setelah mendapat nomor yang kupesan sebelumnya lewat telepon,
kami menuju ke ruang periksa. Tak lama menunggu, dipanggillah dia.
Tak
seperti yang kubayangkan sebelumnya, Ais mogok, menolak duduk di kursi periksa.
Bahkan setelah papanya mengalah memangkunya dia segera berjingkat, bangkit
begitu suster menggeser kembali meja tempat perlatan ke depannya. Bahkan
dibujuk membuka mulut dengan berdiri saja dia enggan. Yang jelas, dari periksa
sekilas oleh suster—dokter masiih duduk manis di kursinya--ada kepastian
giginya mulai berlubang dan harus segera ditambal sebelum dia merasakan sakit.
Dulu,
saat masih duduk di bangku TK, Ais pernah kubawa ke klinik karena giginya goyah
tapi belum mau copot. Padahal gigi permanennya mulai tumbuh di belakang gigi
susu itu. Pengalaman pertama ke dokter gigi itu sungguh tak menyenangkan
sekali. Bahkan sampai 1 jam kami di dalam tiada hasil. Meski sudah kupangku,
dengan segala macam bujuk dan rayu serta iming-iming boneka Barbie yang diidamkan
tak berhasil juga. Untungnya si gigi kemudian bisa lepas beberapa hari
kemudian.
Ketakutan
Ais akan gigi copot ini berawal saat ada teman TKnya yang giginya lepas di
sekolah dan mengeluarkan banyak darah. Itulah mengapa dia mogok di ruang
periksa. Takut sakit dan berdarah. Ketakutan itu kemudian menjalar ke hal
lainnya, alat periksa gigi.
Usai
sholat, kuhampiri dia di meja makan dan berkata, "Kak, mulai besok, Kakak nggak
dapat uang saku lagi. Uang saku tetap Mama berikan, tapi Mama simpan. Baru Mama
kasih setelah Kakak berani periksa gigi. Kakak juga nggak boleh nonton VCD dan
main game komputer. Boleh pakai komputer buat nulis doang. Dan Kakak juga nggak
boleh makan spicy wings, mie instant,
juga minum minuman semacam soda.."
"Fanta
ya?" selanya cepat.
"Ya.
Itu nggak boleh. Nggak baik buat gigi. Juga teh-teh kemasan."
"Kalau
es teh?"
"Es
the boleh, tapi bikin sendiri. Teh yang sudah jadi dalam botol nggak boleh.
Biasanya pakai pengawet. Nggak baik buat gigimu juga. Mama juga nggak mau
belikan Kakak buku. Uang saku yng masih ada sekarang Mama simpan dulu. Baru Mama
kembalikan kalau Kakak sudah pulang periksa dokter, lalu menunjukkan ke Mama giginya
yang sudah ditambal. Dan satu lagi, Kakak nggak boleh les renang lagi sampai
berani periksa gigi. Kalau sampai sabtu ngak berani ke dokter gigi lagi, nanti Mama
telpon Mas Tommy (instruktur les renangnya) dan membatalkan renangnya sampai Kakak
menambalkan gigi. Maaf, Mama melakukan ini. Mama hanya ingin Kakak lebih peduli
pada kesehatannya sendiri. Mama sayang Kakak."
Merasa
bersalah, Ais menerima konsekuensi yang kujatuhkan. Dia juga tak keberatan
bangun pagi sholat dulu baru minum susu, kebalikan dari yang selama ini
dilakukan. Aku hanya berharap, hukuman yang kurasakan berat ini bisa memacunya
untuk mengalahkan rasa takut. Selesai dengan dia, kuhampiri suami.
"Yang,
aku merasa bersalah. Mestinya tadi kita lebih sabar, memberinya sedikit waktu
alih-alih segera pulang."
"Iya.
Tapi aku udah nggak sreg sama dokternya. Masak bilang, 'kalau nggak mau ganti yang lain aja'. Apa itu?!"
"Iya
juga sih. Aku juga kurang sreg. Dia sama sekali nggak ramah sama anak. Nggak
berusaha membujuk. Padahal kan dokter spesialis gigi anak. Mestinya lebih tahu bagaimana
menangani pasien anak-anak. Pas mendaftar sebenarnya aku juga heran. Masak
praktek dokter anak jam 6 sampai jam 8, Ais dapat nomor 10 pada jam 7. Banyak
banget pasiennya. Pasti cepet-cepet."
"Udah,
ke rumah sakit lain aja." Putus suamiku dan mengganti topik pembicaraan ke soal
renovasi rumah.
Ais,
setelah menyelesaikan makan, gosok gigi, menyiapkan buku untuk besok, seperti
biasa mencium kami sebelum berangkat tidur.
"Sayang,
tolong dipikirkan lagi ya. Kita hanya boleh takut sama Allah. Jangan takut sama
alat yang hanya ciptaan manusia itu. Mama berencana membersihkan karang gigi
dalam waktu dekat. Kakak boleh ikut dan lihat kalau mau tahu. Nggak sakit kok.
Ya." Kataku menjawab peluk ciumnya sebelum dia lenyap di balik pintu kamar,
rebah di sisi adiknya.
Ah,
anakku, jujur hukuman itu, menyingkirkan sementara hal-hal menyenangkan baginya
adalah merupakan siksaan juga bagiku. Tapi aku tak tahu cara lain untuk
menghilangkan rasa takutnya. Aku hanya berharap, keinginan untuk kembali
mendapatkan hal-hal yang disukainya lebih besar dan mampu mengalahkan ketakutan
tak beralasannya pada peralatan periksa gigi. Dan kami berjanji, lain kali ke
dokter gigi anak, akan mencari yang ramah dan sabar menunggu meski satu jam
seperti saat dia berumur 5 tahun dulu. Dan kuberdoa, besok, tak perlu menunggu
selama itu untuk menyingkirkan rasa takutnya. Demi gigi, sedikit ceceran nikmat
Ilahi yang kata dokter gigi tetanggaku tak kan tergantikan meski oleh implant gigi terbaik
sekalipun.
Tanah Baru, 06/01/'10 08.58
Indarwati
IRT penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 5.
-
(Ruang Baca) Mala
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Tue Jan 5, 2010 6:28 pm (PST)
Setelah menutup akhir tahun 2009 dengan buku-buku bagus Mimi lan Mintuna (Remy Sylado), Canting (Arswendo), dan To Kill a Mockingbird (Harper Lee), aku mengawali tahun 2010 dengan 3 buku bagus lainnya. Mala, Pesan dari Nam, dan Arok Dedes. Maka, inilah sejumput kesan yang kudapatkan dari 3 buku tersebut. Silakan menyimak! :)
Judul : Mala
Penulis : Putu Wijaya
Penerbit : Kompas
Cetakan I : April 2008
Ukuran : viii+ 336 hal; 14cm x 21cm
Harga : Rp. 54.000,-
Mala
adalah buku kedua dari tetralogi dandut yang ditulis oleh Putu Wijaya, salah
seorang sastrawan besar yang dimiliki Indonesia. Di buku kedua dari tetralogi dangdutnya
ini Putu berceloteh tentang banyak hal. Dari konspirasi orang berduit untuk
melanggengkan kekuasaannya, hingga siasat orang kecil untuk tak mau kalah
mendapat keuntungan dari kejadian di sekitar.
Cerita
dibuka dengan lahirnya seorang bayi, anak dari salah satu tokoh di buku ini,
Budi. Pada saat yang sama dengan kelahiran anaknya, Budi juga mendapat kabar
bahwa mantan bosnya, Mala, bebas dari penjara. Pak bos yang kemudian
kedudukannya digantikan oleh Budi ini dihukum karena dianggap bersalah telah
membunuh pacarnya, Midori dengan cara dimutilasi. Meski banyak pihak
menyangksikan kemampuan Mala karena membunuh lalat saja rasanya dia tak mampu,
tapi pengakuan yang keluar dari bibirnya akhirnya menyorongkan dia ke penjara.
Budi,
yang sedikit banyak merasa bersalah kepada Mala yang di masa lalu begitu baik
padanya mendapat dukungan sepenuhnya, bahkan disogok oleh Adam, seorang tokoh
intelektual, banci penyuka sesame jenis yang mulutnya manis dan berbisa. Tak
tanggung-tanggung, nyogok Budi agar tetap mau menjadi bonekanya dengan mobil
baru yang diidamkan Saras, sang istri yang mantan temannya sesama reporter,
rumah di Pondok Indah, juga jabatan.
Belum
lagi diceritakan Budi hendak mengikuti nuraninya atau memutuskan menikmati
kesempatan yang belum tentu datang seumur hidupnya itu, cerita menggelinding
bak bola liar ke tokoh lainnya, termasuk Mala sekeluarnya dari penjara dan
mencari tambatan hatinya, Nora. Kisah Nora,
Mala, dan tokoh-tokoh lainnya diceritakan dengan lugas lewat dialog-dialog
segar. Namun selain dialog segar ala orang kecil yang tak perlu dikunyah lama sebelum ditelan itu,
banyak juga kalimat yang menuntut kerutan dahi dan hati sebagai bahan perenungan
seperti yang dilakukan oleh tokoh Budi saat mendapati kalimat-kalimat Adam
seperti di halaman 30.
"Bukan
kebenaran yang akan mengubah dunia, tetapi kepercayaan. Dan kepercayaan tidak
akan bisa dicapai hanya dengan kejujuran. Semua terletak pada kelihaian. Cara
mengemas lebih penting daripada isi."
Atau,
coba tengok kalimat Adam di halaman 31.
"Apa
artinya kebenaran kalau bertahun-tahun menghilang. Apakah ia akan kembali benar
dalam kehidupan sekarang yang sudah sangat berbeda. Perlukah kita
memperjuangkan kembali kebenaran yang sudah terlupakan oleh waktu, untuk apa
dan mengapa?"
Pyuih,
membaca paragraph di atas, aku jadi ingat 'the untold history' termasuk di
dalamnya kisah Arok Dedes yang dipaparkan Pram dengan sudut pandang sama sekali
lain dengan sejarah yang dijejalkan kepada kita sejak masih SD. Saya, Anda
boleh mencaci kata-kata Adam sang oportunis sejati bunglon sempurna di novel
Mala ini. Tapi satu hal yang harus kita amini juga, adalah bahwa sedemikian
jauh kita telah terseret oleh dunia baru yang penuh liku, yang mengaburkan
kebenaran, keadilan, kesetiaan pada nurani. Novel Putu Wijaya, mengajak kita
kembali memperbincangkan semua ini di tengah malam sunyi, hanya pada diri
sendiri.
Tanah Baru, 05/01/'10 08.33
Indarwati
irt penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 6.
-
(Ruang Baca) Arok Dedes
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Tue Jan 5, 2010 6:41 pm (PST)
Judul : Arok Dedes
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan 7 : Mei 2009
Ukuran : xiii+ 561 hal
Harga : Rp. 95.000,-
Membaca
buku-buku Pram, adalah membaca sejarah dengan sajian berbeda. Lebih lezat,
dengan garnis cantik, dan jelas bergizi tinggi. Jika kita biasa menelan sejarah
seperti yang disuguhkan buku-buku dan dikoarkan guru saat duduk di bangku
sekolah, bersiaplah menerima kejutan dan dipaksa membuka mata karena sejarah
yang ditulis dalam bentuk roman oleh Pram ini menuturkannya lebih realistis
sekaligus rumit.
Realistis
karena tak ada yang namanya kutukan keris Empu Gandring yang akhirnya membunuh
Tunggul Ametung melalui tangan ken Arok. Yang ada adalah kejelian bermain
politik secara cantik, hingga justru tangan yang berlumuran darah yang akhirnya
mendapat sorak penghormatan. Ya, roman sejarah ini bercerita betapa kekuasaan
menjadi segala-galanya bagi hampir semua orang. Arok, Belakangka, Kebo Ijo, Gandring,
bahkan Dedes sendiri. Yang kemudian menentukan siapa pemenangnya adalah kejelian,
kemampuan memanfaatkan peluang, dan ketegaan melempar umpan pada korban. Itulah
mengapa roman ini termasuk rumit dengan siasat perang kelas tinggi.
Yang
baru kutemui juga di buku ini adalah betapa sejak dulu sebenarnya kita kurang
bisa menerima adanya perbedaan keyakinan. Dan pembagian kasta-kasta manusia itu
menjadi salah satu penyumbang ketidakadilan di muka bumi yang banyak dieksekusi
oleh para pemegang kekuasaan, raja beserta keturunannya. Bahkan, kasta Brahmana
yang digambarkan lebih dekat secara keilmuan dan kejiwaan kepada Dewa pun
terkadang tak bijak memandang kasta lain di bawahnya.
Membaca
buku ini, seperti halnya buku Pram lainnya, kita akan digiring untuk berdecak
kagum akan kejeliannya menggambarkan suasana dan kondisi saat itu.
Istilah-istilah Budha Hindu bertebaran tapi tak membikin pening kepala karena
langsung ada penjelasan di catatan kakinya. Setting di bumi Jawa Timur terutama
sekitaran Malang, kali brantas, gunung Arjuna, Kawi, juga bisa
dibilang sempurna, seingatku tak menemukan satupun salah eja.
Ada beberapa kutipan bagus yang sengaja
kustabilo di buku ini. Salah satunya lewat mulut tokoh Dang Hyang Lohgawe,
salah seorang brahmana guru Arok yang nama aslinya Temu ini di halaman 179.
"Manusia adalah hewan yang paling membutuhkan ampun."
Sedangkan
menurut Arok di halaman 211, "Barang siapa tidak tahu kekuatan dirinya, dia
tidak tahu kelemahan dirinya. Barang siapa tidak tahu kedua-duanya, dia pusing
dalam ketidaktahuannya."
Ya,
membaca Pram, selain membaca sejarah dalam balutan roman, adalah membaca diri
sendiri dengan kaca mata terbening yang kita miliki.
Tanah Baru, 05/01/'10 09.03
Indarwati
irt penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 7.
-
(Ruang baca) Message from Nam
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Tue Jan 5, 2010 6:46 pm (PST)
Judul : Message from Nam (Pesan dari Nam)
Penulis : Danielle Steel
Penerbit : GPU
Cetakan 2 : Oktober 2006
Ukuran : 504 hal; 18cm
Pesan dari Nam adalah novel terjemahan dari Danielle Steel
dengan judul asli Message from Nam yang
mengambil setting tahun 1963-1975, saat Amerika sibuk dengan perang Vietnam dan
di dalam negeri sendiri terjadi pembunuh atas tiga orang besarnya JFK, RFK, dan
Martin Luther King. Novel ini bercerita tentang perjuangan seorang gadis kecil
yang kehilangan ayahnya—satu-satunya orang yang mampu mengerti dirinya selain
pembantu rumah tangganya yang berkulit hitam--di usia 11 tahun. Selulus SMA,
mengesampingkan keinginan ibu dan kakaknya yang dingin dan tak pernah
benar-benar menampakkan perasaannya, Paxton si gadis 18 tahun itu memutuskan
untuk meninggalkan Savannah kampung halamannya. Gagal masuk Harvard untuk
menjadi pengacara seperti ayahnya dia masuk kuliah jurnalisme di Berkeley. Di sana dia bertemu dengan lelaki pertama yang
membuatnya jatuh cinta, Peter, kakak teman sekamarnya Gabby.
Setelah
menjalin hubungan selama 4 tahun, di saat mendekati rencana pernikahan mereka
Peter justru harus menjalani wajib militer. Dan hanya perlu 5 hari untuk
mengembalikannya pulang ke keluarga dan pangkuan kekasihnya dalam peti mati. Peter
terkena 'friendly fire' yang dilontarkan oleh temannya sendiri yang mengira ada
serangan dari Charlie—sebutan untuk lawan mereka.
Kematian
Peter membelokkan arah hidup Paxton. Alih-alih meneruskan kuliahnya yang
tinggal 1 semester, dia justru meminta dikirim sebagai reporter di Saigon. Dalam masa tugas paruh pertama selama 6
bulan itu cinta Paxton kembali bersemi oleh sengatan pesona Bill Quinn, seorang
komandan 'tikus-tikus tanah' pasukan khusus yang menelusuri jejak terowongan
buatan para Charlie. Di sana di ajug abanyak dibantu oleh Ralph, seorang wartawan senior
yang menjalin cinta dengan seorang wanita Vietnam keturunan, France. Hanya dua minggu sebelum Bill
menyelesaikan masa tugasnya, gempuran Charlie saat dia bertugas di terowongan
memaksanya kehilangan kesempatan untuk bertemu Paxton lagi. Untuk kedua kali,
Paxton kehilangan lelaki yang dicintai.
Kembali
ke Amerika, seperti mantan prajurit perang lainnya dia justru merasa asing di
negerinya sendiri. Setengah memaksa dia minat dikirim lagi di sana. Kali ini, masih di tengah kecamuk perang
dia kembali menjalin hubungan dengan seorang lelaki. Dia adalah Tony, mantan
anak buah Bill yang sempat memandangnya keliru. Pada paruh kedua tugasnya ini,
kehilangan kembali harus dirasakan Paxton. Kali ini Ralph yang mobilnya terkena
ranjau. Melengkapi kehilangannya, Tony, tanpa kabar pasti.
Paxton
akhirnya kembali ke Amerika, tapi dia tak berhenti mencari Tony yang belum
diketemukan jasadnya atau terdaftar sebagai salah seorang tawanan. Dan paruh
keduanya di Vietnam ternyata bukan menjadi kunjungan
terakhirnya karena dia akan dan harus kembali ke sana hingga kepastian nasib kekasihnya
didapatnya.
Novel
ini pada awalnya terasa membosankan. Itulah mengapa dulu dia kugeletakkan
merana di laci paling atas lemari baju anakku hingga kemarin kutemukan kembali.
Meninggalkan seperempat halaman, cerita mulai mengalir menarik. Bahkan dengan
bahasa biasa saja, 'tanpa bunga-bunga' aku nyaris menitikkan air mata ketika
Danielle mendeskripsikan Tony dan Paxton yang menemukan jasad France dan kedua anaknya yang masih balita dan
bayi, saat datang ke apartemennya hendak mengabarkan kematian Ralph.
Membaca
pikiran dan perasaan Paxton terhadap perang Vietnam sama sekali berbeda dengan film-film ala Hollywood yang menggambarkan prajurit Amerika dengan
nasionalisme tinggi. Mereka, para prajurit perang itu sebenarnya gamang, untuk
apa sebenarnya berperang. Yang masih waras seperti Bill, memiliki alasan dia
kembali ke sana adalah untuk menyelamatkan teman-temannya
yang ditembaki musuh. Bukan untuk membela Negara atau apa.
Meski
tak terlalu menggigit dan membekas lama, buku ini mengasyikkan sekali untuk
dibaca. Dan dalam sekali duduk setengah berbaring aku menamatkannya. Sampai
suami yang terbangun beberapa menit sebelum tengah malam memergokiku dan
menegur karena masih berasyik masyuk dengan buku itu. J "Jaga kesehatan. Jaga kandungan." Omelnya
yang kusambut dengan cengiran lalu menutup halaman terakhir Pesan dari Nam.
Tanah Baru, 05/01/'10 09.49
Indarwati
irt penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 8.
-
Apa yang Berharga dari Puisiku (sajak Wiji Thukul)
Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id ujangjiung
Tue Jan 5, 2010 6:49 pm (PST)
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau adikku tak berangkat sekolah karena belum membayar SPP
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau becak bapakku tibatiba rusak
Jika nasi harus dibeli dengan uang
Jika kami harus makan
Dan jika yang dimakan tidak ada?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau bapak bertengkar dengan ibu
Ibu menyalahkan bapak
Padahal becakbecak terdesak oleh bis kota
Kalau bis kota lebih murah siapa yang salah?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau ibu dijiret utang
Kalau tetangga dijiret utang?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau kami terdesak mendirikan rumah
Di tanahtanah pinggir selokan
Sementara harga tanah semakin mahal
Kami tak mampu membeli
Salah siapa kalau kami tak mampu beli tanah?
Apa yang berharga dari puisiku
Kalau orang sakit mati di rumah
Karena rumah sakit yang mahal?
Apa yang berharga dari puisiku
Yang kutulis makan waktu berbulanbulan
Apa yang bisa kuberikan dalam kemiskinan yang menjiret kami?
Apa yang telah kuberikan
Kalau penonton baca puisi memberi keplokan
Apa yang telah kuberikan
Apa yang telah kuberikan
Apa yang telah kuberikan?
Semarang,6 maret 86
Namun penyairpenyair khayangan terus saja asyik dalam diri,dalam sunyi yang paling munafik..
Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/ id/internetexplo rer
- 9.
-
Art-Living Sos 2010 (A-1 Lenggang Kangkung
Posted by: "IETJE SRI UMIYATI GUNTUR" ietje_guntur@bca.co.id
Tue Jan 5, 2010 10:01 pm (PST)
Dear Allz...
Apa kabaaaarrr ??? Ahaaaa....sudah awal tahun 2010 niiiih....Awal yang
penuh dengan semangat tentunya. Saya doakan...semoga di awal tahun ini,
langkah kita yang dimulai dengan doa penuh harapan akan semakin mantap
dan kuat menghadapi rintangan.
Banyak pengalaman yang sudah kita pelajari dan kita petik dari
tahun-tahun lalu. Seperti biasa, kita suka sekali membuat resolusi tahun
baru. Coba dilihat lagi...resolusi apa yang akan diwujudkan di bulan ini
? Jangan kelamaan...karena waktu terus bergulir, tanpa pernah menoleh
dan kembali lagi...
Banyak hal juga yang telah kita pelajari...dari masalah diri sendiri,
masalah teman, sahabat, tetangga, bahkan masalah negara tidak pelak
telah mengisi batin dan pikiran kita. Apa yang telah kita peroleh ?
Jangan lihat kemasannya, lihatlah isinya, begitu kata orang bijak.
Jangan terprovokasi hanya pada gossip-gossip yang tersiar hampir
sepanjang hari di berbagai media, tetapi ambillah maknanya. Apa yang
cocok untuk kita, ambil. Apa yang tidak pantas, singkirkan. Jangan
penuhi pikiran dan perasaan dengan hal-hal yang menggerogoti emosi kita
dan menghabiskan energi kita.
Hmmm...selain itu...apa cita-cita dan rencana kita tahun ini ?
Menjadi lebih baik dari tahun kemarin ? Itu wajib adanya. Baik yang
seperti apa ? Ingin lebih terkenal dan lebih populer ? Ingin menggapai
bintang di langit ? Ingin menjadi seseorang yang dikenal di segenap
penjuru dunia ? Hmmm...great...Itu baru namanya cita-cita.
Banyak cara untuk mencapai cita-cita dan rencana. Banyak metoda dan
teori yang bisa kita peroleh dan unduh di mana saja. Tetapi kadang kita
lupa, bahwa kita bisa belajar dari mana saja. Bahkan dari sepotong
kangkung...hehe...
Suka kangkung ? Tahu tentang kangkung ? Sssttt....jangan kemana-mana
dulu. Mumpung masih penuh semangat, saya ingin berbagi tentang cerita
"Lenggang kangkung"...
Selamat menikmati...selamat melangkah di hari-hari indah ini....
Jakarta, 5 Januari 2009
Salam sayang,
Ietje S. Guntur
YYY
Art-Living Sos 2010 (A-1
Serial : Food Psychology
Senin, 04 Januari 2010
Start : 04/01/2010 23:34:28
Finish : 05/01/2010 9:21:35
LENGGANG KANGKUNG...
Lagu :
Lenggang...lenggang kangkung
Kangkung di tepi rawa
Nasib sungguh beruntung
Punya kekasih suka tertawa....(*
Y
Saya sedang berlibur. Tidak ada acara khusus....Hmmh...sebenarnya sih,
jarang banget saya merasa berlibur betulan. Biasanya....seperti
emak-emak lainnya, yang namanya liburan itu tetap saja dihebohkan dengan
urusan pangeran-anak-keluarga- teman-danlainlai n...Walaupun barangkali
tidak ada tuntutan khusus, tetapi kebiasaan menyibukkan diri dengan
berbagai aktivitas, memang sudah menjadi bawaan lahir kaum perempuan
ini...Maklum kan, katanya wanita itu bisa multi fokus... Apa saja
pengen diurusin...hahahaha...
Pada kesempatan kali ini, saya sengaja ingin menikmati waktu sendiri,
alias me time. Bener-bener sendirian. Jalan tanpa teman. Dan nanti
niatnya pengen nongkrong sendirian juga....dan janji..gak akan sms-an
atau teleponan...hihi...bisa nggak ya ? (kecuali panggilan dari Pangeran
atau si Cantik...). Lalu begitulah...saya menyediakan waktu beberapa
jam... (haaaahh....??? jangan dihitung dong... lupakan sejenak waktu
yang bergulir...hiikkss...). Ini pun sudah menggunakan ijin
khusus...supaya kalau tidak penting banget, jangan ditelepon
dulu...Biasa khan...Pangeran dan si Cantik suka was-was kalau Bidadari
ini menghilang entah kemana.
Jadilah...saya pun mondar-mandir saja di mal, di dekat rumah...hi
hihi...Bukan apa-apa. Saya lebih merasa nyaman di situ. Ada toko baju
dan pernak-pernik, ada toko buku (yang sewaktu-waktu bisa jadi tempat
singgah), ada kafe dan warung kopi, ada resto, ada bioskop juga (mana
tahu nanti ada film yang menarik..hmm...sudah lama nggak nonton
sendirian...). Bahkan ada beberapa pameran musiman yang digelar di
pelataran dalam mal. Walaupun sudah berpuluhkali, bahkan mungkin beratus
kali saya jalan di situ, tetapi beda rasanya kalau kita mau menikmati
waktu. Luntang-lantung tanpa tujuan. Aaaah...enaaaaak...
Saya pun berjalan tanpa irama...berlenggang-kangkung. ..dari satu toko ke
toko lainnya. Mengintip dari balik kaca etalase. Mengagumi produk yang
sudah dipajang di situ entah berapa minggu atau bulan (soalnya warnanya
sudah mulai pudar), masuk ke dalam toko tanpa niat belanja, menikmati
pandangan para salesgirl yang menatap penuh harap, ngobrol sejenak
dengan salespromo obat-obatan...melihat brosur pameran mobil yang
dipajang sambil tersenyum manis pada petugasnya, dan memegang-megang
syal yang digantung di rak pajangan tanpa niat membeli...ahaaa...
Akhirnya...setelah berkeliling dari toko ke toko...dari lantai ke
lantai...dari ujung utara ke ujung selatan, dan balik lagi...(karena
memang tidak ada tujuannya)...Saya pun mampir di kafe kecil yang
menyediakan kopi arabika yang enak...Saya memesan secangkir kopi
hitam...dan sepiring kecil cemilan kentang goreng...hmmm...
Lalu saya merenung....
Y
Berjalan dengan berlenggang-kangkung. ..melayangkan ingatan saya pada
kangkung...
Kenapa disebut berlenggangkangkung ? Bukan lenggang bayam atau lenggang
daun singkong ? Atau lenggang genjer ? Toh sama-sama kaum sayuran yang
bisa dibuat pecel sayuran ?
Iya...kangkung yang dalam banyak waktu lebih dikenal dengan lenggang
kangkung, jalan santai tanpa tujuan, barangkali memang mirip dengan
kehidupan kangkung itu sendiri. Aslinya kan kangkung memang hidup di
rawa atau di air. Kangkung yang nama gaulnya di dunia ilmiah adalah
Ipomoea aquatica atau Ipomoea reptans, memang tanaman populer.
Tak hanya hidup di rawa, sekarang semakin banyak orang yang
membudidayakan kangkung dengan menanam kangkung di darat. Menurut
catatan dari badan pangan dunia, kangkung ini pun merupakan sumber
pangan yang mendunia.
Tanaman kangkung berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Malaysia,
Birma, Indonesia, China Selatan, Australia, dan Afrika. Di China,
sayuran ini dikenal dengan nama weng cai. Di negara Eropa, kangkung
biasa disebut swamp cabbage, water convovulus, atau water spinach.
Di Indonesia sendiri kangkung merupakan tanaman yang populer, dan dapat
ditemukan hampir di semua daerah. Maklum, kangkung ini bukan tanaman
manja. Di mana saja, asalkan cukup air dan matahari, dia bisa tumbuh.
Dari mulai di tanah yang agak lembab, hingga di rawa-rawa dan sungai
yang mengalir tenang. Dari sawah-sawah di Aceh, sampai di sungai-sungai
wilayah Papua. Makanya tidak heran, kalau istilah lenggang kangkung ini
pun muncul, dari karakter kangkung yang gampang melenggang di mana
saja...hmmm...
Y
Ngomong-ngomong soal kangkung sebagai sumber pangan, kita tentu tahu
bahwa kangkung paling enak dibuat tumis atau masakan cah. Atau kalau di
daerah Lombok dikenal dengan nama Pelecing kangkung. Kalau dulu, karena
kemudahan mendapatkan kangkung di sembarang tempat , kangkung dianggap
sayuran kelas dua, bahkan mungkin kelas tiga. Kita, sebagai tuan rumah
akan malu-malu bila menghidangkan tumis kangkung sebagai hidangan bagi
tamu yang datang berkunjung. Kayaknya kangkung tidak layak bersanding
dengan hidangan lain yang lebih bergengsi semisal ayam , daging sapi,
ikan-ikanan dan sayuran sejenis brokoli, bloemkol, atau sawi.
Tapi tunggu dulu....Ketika kangkung sudah naik kelas ke restoran
berbintang dan hidangan hotel kelas internasional , maka tidak bisa lagi
kita memandang sebelah mata kepada kangkung. Dari pengalaman saya ketika
makan di resto di luar negeri, kangkung termasuk hidangan Asia yang
eksotis dan harganya muahaaaaaaaalllll banget. Memang, kangkung sudah
masuk ke dalam jajaran kuliner kelas dunia. Ahaaaa....
Bukan hanya lezat sebagai hidangan. Kangkung pun diam-diam memiliki
khasiat sebagai anti racun. Tidak percaya ? Hooo...dengar dulu nih
ceritanya...
Konon, Herminia de Guzman Ladion, pakar kesehatan dari Filipina,
memasukkan kangkung dalam kelompok tanaman penyembuh ajaib. Di antaranya
dianggap sebagai pengusir racun dari tubuh. Di sana, tanaman ini dipakai
untuk menyembuhkan sembelit dan obat bagi mereka yang sedang melakukan
diet.
Akar kangkung juga berguna untuk mengobati penyakit wasir. Kangkung
ternyata juga memiliki manfaat sangat tinggi. Itu karena bagian-bagian
tanamannya banyak mengandung vitamin A, B1, dan C, juga mengandung
protein, kalsium, fosfor, besi, karoten, hentriakontan, sitosterol.
Di Indonesia sendiri kangkung dikenal sebagai tanaman untuk membuat
orang gampang tidur. Orang yang mengalami kesulitan tidur, sering
dianjurkan untuk menyantap hidangan kangkung. Hanya saja, porsi setiap
orang kan berbeda ya...Saya sih...makan sepiring kangkung pasti pules
tidurnya...Wong tanpa kangkung saja sudah begitu mudah berlayar ke alam
mimpi...
Dan...percaya nggak percaya...selain mengandung berbagai khasiat untuk
kesehatan, kangkung juga dapat meningkatkan fertilitas atau kesuburan.
Buktinya....kelinci saya yang doyan banget makan kangkung, sangat mudah
hamil dan anaknya banyaaaaaak sekali...huehehehe...
Y
Kembali ke urusan kangkung dan lenggang kangkung...
Kita bisa belajar banyak dari tanaman sederhana ini. Ketika dia mudah
diperoleh, ketika dia bisa tumbuh di mana saja, kita memandangnya
sebelah mata. Tetapi ketika dia sudah diangkat derajatnya ke kelas
restoran bintang lima, maka kita akan terpana dan buru-buru
mengaguminya.
Dalam kehidupan sehari-hari pun, banyak hal yang kita sepelekan, padahal
bernilai sangat tinggi. Contoh paling sederhana, ya urusan lenggang
kangkung saya tadi. Ketika kita punya banyak waktu, berjalan melenggang
kangkung seperti sebuah urusan sepele yang bisa dilakukan kapan saja.
Tetapi ketika hidup sudah begitu sibuk, bergulir seperti roda mobil
formula di sirkuit , dikejar tenggat waktu atau deadline setiap
saat....maka berlenggang kangkung menjadi hal yang sangat spesial dan
mahal harganya.
Itulah...Kalau mau, kita bisa belajar dari mana saja...belajar
menghargai sebuah kesederhanaan...belajar menikmati hidup...dan belajar
melenggang kangkung dengan penuh nikmat dan rasa syukur...
YY
Jakarta, 5 Januari 2010
Salam hangat selenggang kangkung,
Ietje S. Guntur
Special note :
Sebuah ide dalam perjalanan ke Bandara, ketika melihat tanaman kangkung
di selokan pengairan yang mengalir pelan...juga buat sahabatku Nonce,
pemakan kangkung sejati...hehehe...ntar kalo di Walanda pasti rindu
kangkung Indo deeh...Serta Pak Arif, sahabat seperjalananku
berpuluhtahun lalu yang mengenalkan tentang Pelecing kangkung di
Lombok...wuiiih...pedessh. ..seperti kehidupan yang kadang pedes tapi
menggairahkan...
Catatan :
1. Lagu Lenggang Kangkung adalah lagu yang populer di awal tahun
60-an, dan dapat diplesetkan sewaktu-waktu. Ada yang mengatakan asalnya
dari Betawi, tapi ada juga yang menyebutnya dari Riau. Wallahu
alam...Penciptanya anonim.
2. Informasi tentang khasiat kangkung , sebagian dikutip dari
gizi.net.
:BCA:
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar