Messages In This Digest (5 Messages)
- 1.
- (Ruang Baca) New Moon From: Indarwati Indarpati
- 2.
- (Ruang Baca) 9 Matahari From: Indarwati Indarpati
- 3a.
- Re: (rampai) little things From: INDARWATI
- 4a.
- Re: (Kelana) MASIHKAU KAU MENGINGATKU? From: Rini
- 4b.
- Re: (Kelana) MASIHKAU KAU MENGINGATKU? From: Nursalam AR
Messages
- 1.
-
(Ruang Baca) New Moon
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Jan 9, 2010 2:55 pm (PST)
Judul : New Moon (Dua Cinta)
Penulis : Stephenie Meyer
Penerbit : GPU
Cetakan
15 : November 2009
Ukuran : 600 hal; 20 cm
Harga : Rp. 70.000,-
Skor ala Indar : ****
Ulang
tahun ke-18 Bella, menjadi sebuah titik awal satu fase baru kehidupannya. Dalam
sebuah ketidaksengajaan, Edward tersadarkan bahwa cinta tak cukup bagi mereka
berdua. Berdekatan dengan Bella hanya akan membuat gadis itu senantiasa berada
dalam bahaya. Keyakinan itu membawanya pada suatu keputusan untuk meninggalkan
kekasihnya, untuk selamanya.
Alih-alih
mampu mengenyahkan bayangan Edward di kepala dan hatinya, Bella terpuruk
menjadi zombie berbulan-bulan lamanya. Dan ketika kesadaran mulai merayapinya,
dia menemukan sebentuk kesenangan baru untuk memanggil suara Edward ke
kepalanya. Kesenangan yang berhubungan dengan bahaya, adrenalin, dan segala hal
yang mungkin berujung maut.
Dalam
salah satu usahanya itu, dia menjadi dekat dengan Jacob, teman masa kecilnya
yang jelas tak menyembunyikan isi hatinya pada Bella. Meski, dia tahu bahwa
ruang hati gadis itu masih terisi penuh oleh sesosok 'lintah berdarah dingin'
yang teramat dimusuhinya. Tak hanya oleh dirinya sebagai pribadi, permusuhan
itu ternyata berasal jauh pada masa lalu mereka, pada nenek moyang mereka.
Dalam
usahanya menghindarkan diri dari Victoria yang hendak menuntut balas atas
kematian James, Bella semakin dekat dengan Jacob dan kelompoknya. Namun pada
sebuah kejadian, orang-orang dari masa lalu yang masih dirindukannya dan
dianggap serta menganggapnya sebagai keluarga kembali menghampirinya. Tak sekedar
menyapa, mereka juga melibatkannya pada sebuah kejadian yang membuatnya harus
mempertaruhkan nyawa di Italia. Tapi bukan Bella namanya kalau tak melakukan
apapun demi laki-laki tampan sempurna berdarah dingin seperti Edward yang telah
menjadi separuh nafasnya.
Awalnya,
aku sama sekali tak tertarik membaca buku dengan genre novel remaja seperti
ini. Bukan genre favoritku, terus terang saja. Tapi, filmnya, yang digarap
berdasarkan buku pertama, Twilight berhasil meninggalkan kesan di hatiku. Bukan
hanya lantaran kisah cinta mereka, tapi lebih kepada pemandangan yang artistik
di padang rumput, naik ke puncak pohon, Forks
yang suram, juga tokoh Edward dan Bella yang penampilan fisiknya jelas
memanjakan mata. Penasaran dengan terusan kisah mereka, maka kucomotlah buku
ini dari raknya dan kubayar di kasir dengan diskon 10%.
Seperti
halnya Harry Potter, buku ini berhasil memaksaku untuk terus menamatkannya. Ada sebuah teka-tek dan jawaban yang
menanti di depan. Meski mungkin kisah cinta mereka dianggap terlalu berlebihan,
tapi bagi sebagian kita yang mau jujur dan mengingat masa remaja, memang tak
ada alasan untuk hidup selain cinta. Entah itu cinta monyet atau cinta
romantis. Stephanie sendiri sepertinya banyak terilhami oleh kisah Romeo Juliet
sehingga tokoh Bella dan Edward memperbandingkan kisah cinta mereka dengan
tokoh terkenal yang ditulis Shakespeare itu.
Apapun
itu, dibanding kisah cinta dewasa ala Harlequin, nikmat juga turut merasakan
aroma cinta ala remaja Amerika. Ah, jadi ingin segera baca lanjutannya…
Tanah Baru, 09/01/10
22.18
Indarwati
irt penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 2.
-
(Ruang Baca) 9 Matahari
Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Jan 9, 2010 3:02 pm (PST)
Judul : 9 Matahari
Penulis : Adenita
Penerbit : Grasindo
Cetakan
2 : Desember 2008
Ukuran : 359 hal
Harga : Rp. 55.000,-
Bintang
ala Indar : **
Buku,
seperti halnya manusia, hal pertama yang biasanya berhasil merayu hati untuk
lebih mengenal adalah penampilannya. Selain judul dan pengarang, juga resensi
dari pembaca sebelumnya, yang biasanya menerbitkan seleraku untuk membawanya
pulang dari rak di toko buku adalah kaver dan endorsement. Nah, dua hal inilah
yang menjadi motivasiku mengajak 9 Matahari ke rumah. Kavernya cantik,
sederhana, dan elegan. Membaca halaman belakang, bertambah takjublah aku dengan
paragraph-paragraf endorsement dari para publik figur yang bertebaran. "Wah,
jaminan buku bagus nih," batinku yang kemudian tak ragu menggerakkan tangan
mencomotnya satu.
Satu
hal yang tak kupertimbangkan, yang biasanya kulakukan, aku membaca resensi atau
sekedar komentar dari pembaca sebelumnya, atau jika perlu membuka sampul plastik
dan membaca beberapa paragrafnya secara acak. Dua kebiasaan itu entah mengapa
tak kulakukan yang kemudian berbuah penyesalan. Penyesalan? Ya. Karena
harapanku yang melambung akan buku ini justru kandas di halaman-halaman awal.
Tema
utama yang diusung buku ini adalah perjuangan seorang gadis untuk mencapai mimpinya
menjadi seorang sarjana. Berasal dari keluarga yang terpuruk secara ekonomi
sejak pencari nafkahnya keluar dari pabrik tempatnya bekerja tak membuat Matari
Anas, demikian nama tokoh itu melepaskan mimpinya. Segala cara ditempuh,
termasuk hutang untuk melanjutkan sekolahnya itu. Ketika akhirnya dia berhasil
diwisuda, hutang—atau investasi—demi kuliahnya itu mencapai 70 juta. Nilai yang
teramat besar dan nyaris tak masuk akal bagaimana dia berhasil memenejnya—untuk
menghindari para penagih dan gali lubang tutup lubang--setiap hari, setiap
bulannya.
Novel
ini terdiri dari 40 bab yang termasuk prolog dan epilog berdiri sendiri, tak
saling berkaitan. Inilah yang membuat novel ini lemah, mudah sekali untuk
diletakkan sebelum selesai dibaca. Selain bahasanya yang membosankan, nyaris
tak ada konflik di novel ini. Datar.
Membaca
novel ini kita seolah membaca diary, biografi atau apapun istilahnya dari si
pengarang itu sendiri. Sayangnya, entah mengapa, seolah ada jarak antara
pembaca (dalam ini saya) dengan si tokoh.
Yang
sedikit kuat di cerita ini adalah settingnya yaitu kota Bandung. Sayangnya, itu juga jadi nilai minus
saat digabungkan dengan nama-nama universitas, atau apapun yang coba tengah
disamarkan penulis namun terbaca jelas jejaknya oleh pembaca. Jadinya lucu dan
wagu. Alangkah indahnya jika si penulis menuliskan dengan benar nama-nama
televise, universitas tempat dia meraih sarjananya itu, atau apapun yang coba
dia samarkan. Toh, tidak ada unsur penghinaan atau maksud menyinggung
pihak-pihak di dalamnya. Mungkin dengan begitu akan terasa lebih hidup.
Tentang
editing, ada dua salah ketik yang saya temui yang sepertinya remeh tapi cukup
mengganggu. Apalagi salah ketik itu salah satunya saya temukan justru di awal
membacanya yaitu di Ruang Bersyukur yang ditempatkan di bagian belakang, di
halaman 354.
Membaca
buku ini saya teringat Epigram karangan Jamal. Temanya
nyaris serupa yaitu perjuangan idealisme tokoh aku. Sebuah usaha yang bagus
untuk memberi pencerahan pada pembaca, hanya caranya kelewat membosankan seolah
tokohnya berjarak dari dunia nyata. Sempat terlepasnya idealisme si tokoh
kurang tergali secara emosional sehingga yang tampak di permukaan adalah
genggaman yang senantiasa erat, tak tergoyahkan oleh apapun rintangan di depan.
Kataku, terlalu sempurna.
Yang
mungkin membuatku lebih rasional dan kurang berempati—eufimisme dari sinis--pada
perjuangan si tokoh adalah karena aku pernah juga merasakan sebagai mahasiswi
yang juga pekerja plus calon ibu dengan bayi di kandungan. Sebelumnya, merantau
lintas propinsi selepas SMP tanpa sanak keluarga yang bisa dijadikan tumpuan di
tanah harapan.
Apapun
itu, selamat buat Matari (atau Adenita :) ) yang akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya. Good job. Hanya, akan lebih indah kalau
lain kali novel semi biografinya lebih didramatisasi. :)
Tanah Baru, 09/01/10
Indarwati
irt penulis novel Lintang Gumebyar
curhatan http://lembarkertas.multiply. com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com
- 3a.
-
Re: (rampai) little things
Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com patisayang
Sat Jan 9, 2010 3:10 pm (PST)
Saya juga suka. :)
Mereka adalah malaikat kecil yang 'memaksa' kita mensyukuri nikmat raga yang diberikanNya. tfs Say...
salam,
Indar
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "punya_retno" <punya_retno@com ...> wrote:
>
> Little Things
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Saya suka lengan saya. Karena dengan lengan itulah, saya bisa menggendong dan memeluknya. Saya suka jari-jemari saya. Karena dengan itulah, dia biasa mengamati dan belajar menggenggam. Saya suka hidung saya, karena dari sanalah, saya bisa menghirup aroma tubuhnya. Campuran antara bau susu, sabun dan sampo bayi, bedak, minyak telon, dan aroma wangi bayi yang manis. Dan saya akan menghirup aroma itu dalam-dalam. Dalam-dalam. Untuk kemudian, merasakan aliran cinta menderasi setiap mililiter aliran darah saya.
>
> Saya suka telinga saya. Karena dengan itulah, saya bisa mendengar suaranya. Berceloteh "Aghu aghu...nggehh..hauuu", saat sedang bermain.
> "Elek...elek..elek..", saat sedang menyusu.
> "Hkhkhkhk!" saat sedang tertawa tergelak-gelak.
>
> Saya suka mata saya. Karena dengan sepasang mata itulah, saya bisa menatapnya. Sesekali dengan tampang serius dan mata membeliak, ia akan menggenggam mainan mungil atau buku kain di tangannya. Atau menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, saat ditengkurapkan. Sesekali, ia juga akan menggerak-gerakkan tangan dan kakinya dengan bersemangat, seolah ingin menandak-nandak. Dan sesekali ia akan tertawa dengan lebarnya, hingga mulutnya berbentuk separuh purnama.
>
> Saya suka rahim saya. Karena dengan itulah, saya pernah mengandungnya. Merasakan keajaiban Allah tumbuh dan berkembang dalam diri saya. Subhanallah. Alhamdulillah. Saya suka tubuh saya. Karena dengan ajaibnya, dengan sistematisnya, mereka akan bekerja memproduksi cairan kehidupan ASI, untuknya.
>
> Dan saya suka bibir saya. Karena dengan itulah, saya menyapanya, menyanyikannya lagu, membacakannya surat-surat pendek, atau mengajaknya berkata-kata.
> "Assalamualaikum, Cantik. Tuan Puteri sudah bangun? Enak bobonya?", saat ia baru bangun tidur.
> "Raihana, kenapa Sayang? Ayo yang tenang dulu, anak Mama kan mandiri. Tenang dulu ya, Nak," saat ia mulai rewel dan gelisah, sambil meletakkan tangan saya di dadanya, menenangkannya.
>
> Untuk kemudian, mengecup dahi dan pipi meronanya. Lalu berujar "Mama sayang kamu, Raihana. Jadi anak yang salehah, pintar, sehat, dan baik hati ya. I love you, I love you, I love you..."
>
- 4a.
-
Re: (Kelana) MASIHKAU KAU MENGINGATKU?
Posted by: "Rini" rinurbad@yahoo.com rinurbad
Sat Jan 9, 2010 5:21 pm (PST)
Alhamdulillah, baik, Fiyan. Terima kasih sudah mengingatku.
Tidak banyak yang bisa kusampaikan, selain satu hal yang kutarik kesimpulannya dari peristiwa beruntun belakangan ini: setiap orang punya masalah. Mungkin terdengar klise, tapi itulah bumbu kehidupan yang harus dikecap lengkap. Tidak hanya ada manis, tapi ada juga getirnya.
Semoga HP yang hilang mendapat ganti yang lebih baik.
Peace,
Rinurbad
- 4b.
-
Re: (Kelana) MASIHKAU KAU MENGINGATKU?
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Sat Jan 9, 2010 5:54 pm (PST)
Hadir! (acung telunjuk mode:ON).
Wah, semuanya diabsen Fiyan nih. Btw, makasih ya tahniahnya, Bro. Tanggal 6
Januari kemarin ultah saya ke-16. 16 tahun punya KTP,hehe...
Sama seperti doa teman-teman yang lain, moga segala barang Fiyan yang hilang
termasuk kepercayaan diri dan produktivitas, kembali bahkan berlipat ganda.
Amin!
Tabik,
Nursalam AR
2010/1/8 fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com >
>
>
> *Masihkah Kau Mengingatku�?*
>
> *Fiyan Arjun*
>
>
>
> *Kalau saja waktu tak terus berputar*
>
> *Ingin rasanya aku mengembalikannya seperti semula*
>
> *Kalau saja kenangan itu tak melekat di benak*
>
> *Tak mungkin aku merasakan kehilangan*
>
> *Kalau saja kehadiran diriku tiada*
>
> *Ingin rasanya kebersamaan itu datang kembali*
>
> *Kalau saja....*
>
> * *
>
> *Dunia Baruku....*
>
> Sebuah buku berwarna kecoklat-coklatan berukuran 13x19 cm tergeletak tak
> berdaya di antara tumpukan koleksi buku-buku yang sedang aku bereskan di
> ruang tidurku. Buku itu telah mencuri perhatianku!
>
>
>
> Dengan rasa penasaran kucoba mengambil buku itu�dan rasa-rasanya aku
> mengenalnya dan bahkan pernah membacanya. Tetapi entah kenapa hatiku saat
> itu seakan-akan ada yang menarik begitu kuat untuk mengambil buku itu.
> Dan...ternyata benar! Buku itu pernah aku baca dan pernah menjadi bagian
> dalam hidupku selama aku mengenal sekolah tanpa batas ini.
>
>
>
> Ya, buku itu bertuliskan �Sekolah Kehidupan� dengan nama penulis yang sudah
> aku anggap sebagai orang yang sangat aku hormati dan aku banggakan akan atas
> kebaikan dan kepeduliannya terhadapku�dengan keterbatasan saat itu serta
> dengan para keluarga besar millis sekolah-kehidupan ini. Sinang Bulawan,
> begitu nama lengkap penulis buku itu. Akhirnya kuinga-ingat lagi kenanganku
> bersama orang-orang yang pernah menjadi bagian hidupku di millis ini (
> www.sekolah-kehidupan@ ).yahoogroups. com
>
>
>
> Ah, rasanya baru kemarin aku bersama-sama mereka. Bersama-sama bercerita.
> Bersama-sama merasakan suka�cita. Dan bersama-sama berbagi rasa. Tetapi itu
> dulu...Dulu! Ya, dulu sebelum aku tidak disibukan dengan kegiatan baruku
> ini. Aku sudah menjadi mahasiswa kembali�sudah berjalan baru 4 bulan aku
> merasakan menjadi mahasiswa. Tetapi itu tak membuat aku merasa nyaman
> menyandang status baruku ini. Dikarenakan dengan status dan kegiatan baruku
> ini aku sudah banyak melupakan duniaku sebenarnya. Aku sedih! Aku merasa
> sepi. Aku merasa hampa. Oh, Tuhan sebenarnya apa yang terjadi padaku? Aku
> tak ingin hal ini tak berlarut-larut menyelubungi aku. God, help me pliss!
>
>
>
> Begitulah aku rasakan saat ini. Ya, walau aku akui aku telah mendapatkan
> pengalaman dan pengetahuan baru serta pula kawan baru. Lagi-lagi bukan itu
> yang aku inginkan. Tapi saat aku sadari ternyata diriku sebenarnya sudah
> hilang. Entah pergi kemana. Seakan-akan duniaku telah hilang begitu saja.
> Pergi bersama status baru ini�yang tak begitu aku banggakan. Status ini
> sangat berat aku panggul. Apalagi dalam dunia baruku ini aku banyak sekali
> perbedaan serta rintangan yang sangat membuatku tak lagi memikirkan dunia
> sebenarnya.
>
>
>
> Perbedaannya sangat signifikan. Baik dari usia maupun angkatan tahun
> ajaran. Aku benar-benar seperti keledai yang diberi buku bertumpuk-tumpuk
> tapi tak tahu untuk digunakan. Bukan itu saja dosen yang mengajarkan aku
> menganggapku seperti tak ada. Hanya mereka yang ber-IQ tinggi lebih
> didepankan dan lebih diagung-agungkan. Bagi mereka yang ber-IQ
> jongkok...Ma�af akan dianggap angin lalu. Dan itulah manusia yang bernama
> dosen. Tapi aku tak pantang menyerah. Aku tetap survive menghadapinya walau
> aku pun sulit untuk mengikuti orang-orang dalam dunia baruku ini. Mereka
> benar-benar beda dalam duniaku sesungguhnya. Karena mereka bukan dalam
> bagian duniaku sebenarnya. Tetapi bagaimana pun aku tetap berusaha untuk
> menyelami dunia baruku ini walau aku ikhlas kehilangan diriku sebenarnya.
> Aku seorang penulis�yang selalu begitu tertarik menyelami kehidupan. Bukan
> aku seorang mahasiswa! Itu sangat aku jauhi. Dan aku benar-benar
> merasakannya.
>
>
>
> Benar juga ternyata selama berjalan 4 bulan lamanya aku benar-benar merasa
> kehilangan. Terlebih sudah berapa lama aku tak menggerakan tanganku. Aku
> sudah lama tak membuat rangkaian tulisan yang bermakna dan penuh inspiratif
> untuk berbagi kepada orang-orang yang terdekat padaku. Ya, Tuhan ternyata
> aku sudah melupakan mereka. Karena status dan kegiatan baruku ini hingga aku
> dilenakan. Tak menyadari bahwa aku telah kehilangan dan melupakan mereka.
> Tetapi apakah mereka masih mengingatku? Ingat aku dengan duniaku seperti
> dulu. Bukan sekarang! Dunia yang sedang aku tempuh ini. Karena dunia yang
> sedang aku tempuh ini membuat aku merasa seperti orang asing.
>
> * *
>
> * *
>
> * *
>
> *Kemana ajaa....*
>
>
>
> �Fiyan kemana ajaa....�
>
>
>
> �Fiyan sombong ya sekarang nggak pernah nulis lagi.�
>
>
>
> �Cieee udah ya jadi mahasiswa nih yee...�
>
>
>
> Ya, Tuhan mereka menegurku seperti itu. Sebenarnya bukan itu aku inginkan
> tetapi keadaanlah yang menentukan�dan sedang aku jalani sekarang, Membuat
> aku lupa dan melupakan orang-orang terbaik pada kehidupanku yang dulu. Jujur
> bukan itu yang aku inginkan. Aku juga tak ingin status baruku merenggut
> duniaku yang dulu terlebih merenggut orang-orang yang baik padaku selama ini
> yang membuat aku lupa pada diriku sesungguhnya. Aku dengan duniaku dulu.
> Tetapi aku bingung memutuskannya.
>
>
>
> Akhirnya hingga kebingunganku membuat aku jatuh sakit beberapa minggu. Dan
> kurus kering telah menghantuiku sekarang. Pernah aku memutuskan untuk
> berhenti dalam dunia baru karena keterasingan yang amat aku rasakan. Bukan
> itu saja melihat keadaanku juga tidak memungkinkan. Karena aku harus mencari
> pekerjaan lagi untuk bisa melangkah untuk mencapai dalam dunia baruku ini.
> Aku harus mencapai finis dalam duniaku ini tetapi....Ah, entahlah lihat saja
> apakah nanti yang aku hadapi. Hanya satu aku tak mau keterasingan dan
> kehilangan duniaku yang sesungguhnya terus menghantuiku. Aku sudah tak mampu
> dan tak kuasa lagi. Tuhan tolong aku, pliss!
>
> * *
>
> *Suka dan duka mewarnai hidupku sekarang....*
>
> Tahun telah berganti. Kehidupan terus berjalan. Warna-warni kehidupan terus
> merwarnai setiap langkah-langkah. Begitulah hukum alam dan kodrat sebuah
> kehidupan dalam perjalanan manusia. Halnya ketika awal tahun segala ujian
> dan musibah terus menyambanginku. Baik untuk diriku maupun orang-orang yang
> terdekat kepadaku�berapa banyak ujian yang aku rasakan awal tahun ini. Dan
> itu dimulai ketika aku membaca sebuah e-mail yang memenuhi inbox pribadi.
> Memang aku sudah lama tak membukanya apalagi untuk membalas e-mail tersebut
> serta memposting dengan tulisan-tulisanku. Hmm...aku merasakan rindu dengan
> tulisanku lagi. Aku yakin itu...
>
>
>
> Aku sontak terkejut saat aku mengetahui bahwa saudaraku Dhani
> Ardiansyah�orang yang sangat aku kenal dan familiar dalam hidupku. Ia-lah
> salah satu orang juga terbaik dalam dunia sebenarnya. Namun ketika aku baca
> satu-persatu e-mail di inbox pribadi kabar yang tak sangka menghampiri inbox
> juga.
>
>
>
> Anak kedua dari pasangan muda ini Dhani Ardiansyah dan Endah telah
> mendapatkan ujian di awal tahun. Ya, Allah Ya Rabb berikan kemudahan untuk
> mereka. Mereka jugalah salah satu orang yang mensupport duniaku yang
> sebenarnya. Tetapi ujian itu menghampirinya hingga membuat aku sangat
> sedih. Duka. Meratapi apa yang sedang mereka alami. Tapi lagi-lagi ah aku
> bukan konglomerat apalagi pejabat yang bisa membantu dengan materi agar bisa
> menolongnya. Tapi aku yang hanya bisa menghadiahkan kesembuhan untuk mereka
> dengan doa tulusku. Hanya itu. Tak lebih. Doaku untuk pasangan muda ini.
> Sabar dan tabah untuk orang-orang terbaik dalam duniaku sebenarnya.
>
>
>
> Itu baru satu yang membuat aku meratap. Dan ketika aku baca lagi e-mail
> yang masuk masya Allah orang-orang yang terbaikku mendapatkan ujian lagi.
> Yakni, datang dari Ibu yang shaleha Bu Has�yang suaminya memerlukan darah
> (donor) untuk kesembuhan orang yang terkasih. Lagi-lagi aku hanya bisa
> berdoa. Tak kuasa berbuat banyak. Hanya doa dan doa untuk orang yang pernah
> ada dalam duniaku sesungguhnya.
>
>
>
> Semua itu datang dari orang-orang terdekatku dan...kini giliranku. Beberapa
> kali terkena todong ketika aku pulang dari aku menutut ilmu (pulang kuliah)
> pada malam hari saat aku menumpangi bus. Mungkin inilah nasib mahasiswa
> malam yang hanya PP menumpangi bus. Ternyata aku sudah beberapa kali
> dihampiri ujian tersebut. Namun ternyata ujian itu terus mendekatiku dan
> hempas sudah handphoneku saat malam itu juga. Mungkin Tuhan memberikan aku
> ujian agar aku tetap bersabar dan tabah untuk ujian yang sedang aku jalani.
> Namun aku masih tetap bersyukur. Lagi-lagi note book�yang sudah menjadi
> bagian hidupku masih dapat diselamatkan. Aku masih dibebaskan ujian itu.
> Walau aku sempat waspada jika aku pulang kuliah malam hari menaiki bus.
> Membuat aku terus membaca asma-Nya. Memohon terhindar dari musibah dan
> ujian.
>
>
>
> Ujian satu sudah aku lalui kini aku dihadapkan dengan hasil UTS-ku yang
> tidak memuaskan. Ada sebagian mata kuliahku yang kosong. Tak ada nilai. Aku
> hanya melongo. Terpaku. Apa yang salah apa diriku? Ya, aku akui dan aku
> katakan bahwa duniaku sekarang sangat berbeda. Terlebih mata kuliah yang
> membuat merasa geleng-geleng kepala. Ibarat kata aku shocked! Kaget!
> Ternyata mata kuliah yang aku hadapi beda beberapa derajat dari perkiraanku
> hingga harus belajar dari nol. Dan kadang sering aku mendapatkan
> keterbatasan dalam mata kuliah yang beda dari apa yang aku hadapi. Pada ilmu
> yang aku dapatkan masih baru ini. Entah apakah aku salah dengan dunia
> sekarang atau aku ditakdirkan untuk terus menjalani duniaku yag selama ini
> membesarkan namaku. Di dunia penulisan.
>
>
>
> Hingga aku ingat ketika ada seorang kawan memberi komen di jejaringan
> sosial terbesar di dunia maya ini, Facebook. Seorang kawan memberi komen
> yang membuat aku pertama sangat kecewa dengan komennya yang mengatakan.
>
>
>
> �Sudahlah jadi penulis aja ngapain kuliah segala!�
>
>
>
> Mungkin apa yang dikatakan seorang kawan katakan itu ada benarnya juga
> dalam sudut pandangnya�dengan melihat bahwa aku berada saat itu di duniaku
> sebenarnya. Tetapi bukankah lebih baik mendoakan agar aku bisa survive di
> dalam dunia baruku sekarang. Tapi tak apalah aku menghargainya itu. Tapi
> alangkah baiknya jika ia memberi komentar.
>
>
>
> �Jadilah seperti Arai yang selalu memeluk mimpi-mimpi...� Mungkin itu enak
> didengar. Ah, biarlah namanya juga pendapat tak selamanya sama. Hingga aku
> menyadari bahwa aku harus menhargai setiap perbedaan. Bukan begitu?
>
>
>
> *Akhirnya....*
>
> Satu-persatu sudah aku membuka mataku untuk dunia baruku ini. Ternyata aku
> harus bangkit untuk duniaku sebenarnya. Walau tak semudah untuk membalikan
> telapak tangan. Tapi bagiku yang terpenting aku bisa bersama-sama dengan
> orang yang telah berbuat baik padaku itu yang aku syukuri. Dan aku tak lagi
> merasa kehilangan. Sepi. Merasa hampa. Tetapi apakah mereka masih
> mengingatku? Ah, aku semakin rindu duniaku sebenarnya yang lama ini
> tinggali.... []
>
>
>
> *Apakah kau masih mengingatku?*
>
> Bapa Teha : Pakabar Bapa? Diam-diam kau selalu mengikuti tulisan-tulisanku
> selama ini. Hingga aku mengangkat topi atas kebaikan dan perhatian terhadap
> Bapa atas perkembangan duniaku sebenarnya. Ma�af Bapa aku tak bisa berkat
> apa-apalagi. Hanya satu Bapa tetap sehat dan selalu diberkahi Tuhan. Amien.
>
>
>
> Elisa Koraag : Ah, Bunda satu ini tak ada matinya. Bunda ini tetap eksis
> walau kesibukannya telah bertamabah banyak. Dan bersedia mau menjadi
> paniti SK-IV nanti di Surabaya. Benarkan? Semoga tetap sehat ya Bunda.
> Salam untuk anak Bunda yang sering meramaikan tiap suasana milad SK. Salam
> dariku....
>
>
>
> Dani Ardiansyah dan Endah : Hanya doa yang dapat aku hanturkan untuk
> kesembuha putera kedua kalian. Tetap tawakal ya saudaraku....Allah pasti
> akan memberi kemudahan dan keberkahan. Amin...
>
>
>
> Nursalam AR : Met milad ya Bang! Semoga Abang diberi kesehatan dan
> kemurahan rezeki. Amin. BTW, yang keberapa nih...? Moga semakin bijak dan
> makin banyak ilmu agar bisa bagi-bagi Fiyan ya. Sukses selalu. Amin.
>
>
>
> Anty Thahir : Bagaimana kabar akhwat satu ini di Medan? Horas! Moga kau
> tetap sehat selalu dan terus beristoiqomah. Semoga sukses selalu. Amin.
>
>
>
> Catur dan Retno : Hmm...indahnya kehidupan pasangan muda satu ini. Sudah
> dihiasi tawa dan keceriaan sang bidadari kecilnya. Hmm...berapa ya usianya
> sekarang? Selamat untuk kehadiran bidadari kalian d i tengah-tengah keluarga
> kecil nan bahagia. (Tinggal aku yang menyusul nanti....Tapi siapa yang mau
> dengan aku yang pas-pasan. Hidup pas-pasan. Muka pas-pasan. Kantong juga
> pas-pasan...Ah, menghayal terus!)
>
>
>
> Lia Octavia : Apa kabar Mbak? Semoga kau masih tetap yang dulu aku kenal
> ya? Tetap senyum dan tetap baik kepada siapa pun. Semoga sehat-sehat saja ya
> Mbak? Sudah lama kita tak berjumpa ya? Sukses selalu menyertai Mbak. Amien.
>
>
>
> Yudhi Mulyanto (OM Duren): Lagi sibuk banget ya sekarang? Diam-diam sering
> memngamati tulisan-tulisan anak-anak SK ya akhir-akhir ini. Apa kabar Om
> Duren? Moga sehat-sehat selalu ya. Amien
>
>
>
> Mbak Rini NB : Apakabar, Mbak...Wah makin produktif aja ya Mbak.
> Karya-karyanya sudah kemana-mana. Sukses sealu ya Mbak. Amin
>
>
>
> Mimin : Pakabar? Oya, pendaftaran FLP DKI JKT sudah dibuka nanti tgl, 17
> Januari 2009. Daftar ya ? Kurang jelas tanya aja Mbak Lia aja ya! Okay
>
>
>
> Galih Ari Permana : Apakabar my bro? Sudah lama ya tak bertegur sapa.
> Bagaimana sehat nggak? Oya, mau dengar nggak cerita ane. Masa ane ketemu
> kembaran ente di kampus ane. Bahkan kawan kelas. Mukan ente mirip banget
> sama kawan ane. Bagai pinang dibelah dua pokoknya, Mirip banget! Kalau mau
> mampir aja di facebook ane yee. Lihat pokoknya mirip sekali sama ente.
> Facebook:ghofarsyierismail.. Nick name: Ghofar Ismail.
>
>
>
> Mbak Sya2 : Pakabar? Gimana kedua putra-putrinya sehat-seat selalukan?
> Amin. Gimana kabar bukunya sudah terbit yang duet sama Mbak Dedew?
>
>
>
> Mbak Dedew : Pakabar Mbak �i? Wah sebentar lagi Anak Kos Dodol pake layar
> lebar juga ya. Mantabbb euy...Oya, bagaimana ngikutin lomba yang
> diselenggarakan oleh Mbak itu? Bisa diberitahukan? Sukses selalu ya Mbak.
> Amien
>
>
>
> Nihaw: Pkbr Mpok? Moga sehat2 selalu ya? Sukses selalu. Amin.
>
>
>
> Novi Ningsih : Pakabar akhwat super aktif dan sibuk. Sukses selalu ya.
> Amin!
>
>
>
> Asma Sembiring : Wah makin basah aja nih duduk jadi PNS...hehe. Pakabar nih
> Uni Asma? Sukses selalu ya. Amin.
>
>
>
> Pendekar Jedi dengan lightsaber-nya : Kok sekarang jarang posting lagi nih?
> Kemana aja ya? Semoga sukses selalu. Amin
>
>
>
> Siska Lahur : Sang paparazi wanita kita ini yang energik. Kemana kau kok
> tak kelihatan batang hidungnya?
>
>
>
> Mas Suhadi, Mas Adjie, Pak Guru Sis, Tendokane, Jun, Mbah Diah Utami,
> Dikdik, Yayan dan yang lainya maaf nggak bisa disebut satu persatu ya. Habis
> lupa....hehehe. Sukses selalu untuk semuanya. Selamat Tahun Baru 2010.
> Selalu sukses menyertai kalian....Amin!
>
>
>
>
>
--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam. ar
Blog: www.nursalam.multiply. com
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar