Jumat, 02 September 2011

[daarut-tauhiid] Pemimpin Tak Berhukum Islam, Bukan Ulil Amri Tapi Mulkan Jabriyyan

Pemimpin Tak Berhukum Islam, Bukan Ulil Amri Tapi Mulkan Jabriyyan

Oleh: Badrul Tamam, S.PdI

Peran pemimpin di dalam Islam begitu sangat urgen. Dan bahkan, Islam sangat
menganjurkan adanya kepemimpinan. Terlebih lagi, Islam tidak mungkin bisa
diterapkan secara total kecuali dengan adanya kepemipinan. Begitulah Islam
yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah *shallallahu 'alaihi wasallam*,
dilanjutkan para khulafaur rasyidin, dan diteruskan oleh generasi sesudah
mereka dalam bentuk khilafah dan daulah Islamiyah.

Sedangkan tuntutan dari adanya kepemimpinan adalah ketaatan. Di dalam
al-Qur'an ada sebuah ayat yang memerintahkan taat kepada pemimpin. Biasanya
ayat ini sering dikutip oleh para politisi partai Islam, bahkan partai non
Islam seperti partai nasionalis, terutama di musim kampanye menjelang
Pemilu. Ayat ini juga dijadikan dalil para pendukung pemimpin thaghut. Yaitu
pemimpin yang menolak syariat Islam sebagai undang-undangnya.

Namun yang sangat disayangkan ialah umumnya mereka mengutip ayat tersebut
secara tidak lengkap alias sepotong saja.

*íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂóãóäõæÇ ÃóØöíÚõæÇ Çááóøåó æóÃóØöíÚõæÇ ÇáÑóøÓõæáó
æóÃõæáöí ÇáúÃóãúÑö ãöäúßõãú ÝóÅöäú ÊóäóÇÒóÚúÊõãú Ýöí ÔóíúÁò ÝóÑõÏõøæåõ
Åöáóì Çááóøåö æóÇáÑóøÓõæáö Åöäú ßõäúÊõãú ÊõÄúãöäõæäó ÈöÇááóøåö æóÇáúíóæúãö
ÇáúÂóÎöÑö Ðóáößó ÎóíúÑñ æóÃóÍúÓóäõ ÊóÃúæöíáðÇ*

"*Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.*" (QS
An-Nisa ayat 59)

Ayat ini disebutkan oleh ulama sebagai hak para pemimpin yang menjadi
kewajiban rakyat. Sedangkan pada ayat sebelumnya QS. An-Nisa': 58, sebagai
hak rakyat yang menjadi kewajiban para pemimpin. Yaitu agar para pemimpin
menunaikan amanat kepemimpinan dengan sebaik-baiknya. Memberikan hak kepada
yang berhak menerimanya, dan memutuskan hukum di antara rakyatnya dengan
seadil-adilnya.

Menurut Ustadz Ihsan Tanjung, ayat ini begitu populer dikumandangkan para
jurkam di musim kampanye. Dan oleh para pemimpin negeri ini ayat ini juga
sering disitir ketika mereka berpidato dihadapan alim ulama, ustadz, santri
dan aktifis islam. tidak ketinggalan juga, para pendukung thaghut (pemimpin
yang tidak memberlakukan hukum Islam) menjadikannya sebagai dalil untuk
melegitimasi loyalitas dan ketaatan pada mereka. Kenapa bisa demikian?
karena di dalamnya terkandung perintah Allah agar ummat taat kepada *Ulil
Amri Minkum *(para pemimpin di antara kalian atau para pemimpin di antara
orang-orang beriman).

*íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂóãóäõæÇ ÃóØöíÚõæÇ Çááóøåó æóÃóØöíÚõæÇ ÇáÑóøÓõæáó
æóÃõæáöí ÇáúÃóãúÑö ãöäúßõã*

"*Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu.*" (QS An-Nisa ayat 59)

Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri
Minkum. Bagian sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya
yang sangat penting. Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan
ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum. Bagian itulah yang menjadikan kita
memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan siapa yang bukan. Bagian
itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang berkampanye tersebut
pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat.

Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman:

*ÝóÅöäú ÊóäóÇÒóÚúÊõãú Ýöí ÔóíúÁò ÝóÑõÏõøæåõ Åöáóì Çááóøåö æóÇáÑóøÓõæáö Åöäú
ßõäúÊõãú ÊõÄúãöäõæäó ÈöÇááóøåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂóÎöÑö Ðóáößó ÎóíúÑñ
æóÃóÍúÓóäõ ÊóÃúæöíáðÇ*

*"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.*" (QS An-Nisa ayat 59)

...Pemimpin yang memakai konstitusi selain Al-Qur'an dan As-Sunnah, tak
layak disebut sebagai Ulil Amri Minkum yang sebenarnya. Mereka pantas
dijuluki sebagai* Mulkan Jabriyyan...*

Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya
ialah komitmen untuk selalu mengembalikan segenap urusan yang
diperselisihkan kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Para
pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela
menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur'an dan Sunnah Ar-Rasul.
Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah:

*íóÇ ÃóíõøåóÇ ÇáóøÐöíäó ÂóãóäõæÇ áóÇ ÊõÞóÏöøãõæÇ Èóíúäó íóÏóíö Çááóøåö
æóÑóÓõæáöåö æóÇÊóøÞõæÇ Çááóøåó Åöäóø Çááóøåó ÓóãöíÚñ Úóáöíãñ*

"*Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.*" (QS Al-Hujurat ayat)

Sehingga kita jumpai dalam catatan sejarah bagaimana seorang Khalifah Umar
bin Khattab *radhiyallahu 'anhu *di masa paceklik mengeluarkan sebuah
kebijakan ijtihadi berupa larangan bagi kaum wanita beriman untuk meminta
mahar yang memberatkan kaum pria beriman yang mau menikah. Tiba-tiba seorang
wanita beriman mengangkat suaranya mengkritik kebijakan Khalifah seraya
mengutip firman Allah yang mengizinkan kaum mu'minat untuk menentukan mahar
sesuka hati mereka. Maka Amirul Mu'minin langsung ber-istighfar dan berkata:
"Wanita itu benar dan Umar salah. Maka dengan ini kebijakan tersebut saya
cabut kembali...!"

Subhanallah, demikianlah komitmen para pendahulu kita dalam hal mentaati
Allah dan Rasul-Nya dalam segenap perkara yang diperselisihkan.

Adapun dalam kehidupan kita dewasa ini segenap sistem hidup yang
diberlakukan di berbagai negara –baik negara mayoritas penduduknya Muslim
maupun Kafir- ialah mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada
selain Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Tidak kita jumpai satupun
tatanan kehidupan modern yang jelas-jelas menyebutkan bahwa ideologi yang
diberlakukan ialah ideologi Islam yang intinya ialah mendahulukan berbagai
ketetapan Allah dan Rasul-Nya sebelum yang lainnya. Malah sebaliknya, kita
temukan semua negara modern yang eksis dewasa ini memiliki konstitusi buatan
manusia, selain Al-Qur'an dan As-Sunnah An-Nabawiyyah, yang menjadi rujukan
utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah manusia mampu merumuskan
konstitusi yang lebih baik dan lebih benar daripada sumber utama konstitusi
yang datang dari Allah *subhaanahu wa ta'aala*.

Bila demikian keadaannya, berarti tidak ada satupun pemimpin negeri di
negara manapun yang ada dewasa ini layak disebut sebagai Ulil Amri Minkum
yang sebenarnya. Pantaslah bilamana mereka dijuluki sebagai* Mulkan
Jabriyyan *sebagaimana Nabi *shallallahu 'alaih wa sallam* sebutkan dalam
hadits beliau. Mulkan Jabbriyyan artinya para penguasa yang memaksakan
kehendaknya seraya tentunya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya.

Adapun masyarakat luas yang mentaati mereka berarti telah menjadikan para
pemimpin tersebut sebagai para Thoghut, yaitu pihak selain Allah yang
memiliki sedikit otoritas namun berlaku melampaui batas sehingga menuntut
ketaatan ummat sebagaimana layaknya mentaati Allah. *Na'udzubillahi min
dzaalika*.

Keadaan ini mengingatkan kita akan peringatan Allah mengenai kaum munafik
yang mengaku beriman namun tidak kunjung meninggalkan ketaatan kepada
Thoghut. Padahal Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk meninggalkan
para Thoghut bila benar imannya.

*Ãóáóãú ÊóÑó Åöáóì ÇáóøÐöíäó íóÒúÚõãõæäó Ãóäóøåõãú ÂóãóäõæÇ ÈöãóÇ ÃõäúÒöáó
Åöáóíúßó æóãóÇ ÃõäúÒöáó ãöäú ÞóÈúáößó íõÑöíÏõæäó Ãóäú íóÊóÍóÇßóãõæÇ Åöáóì
ÇáØóøÇÛõæÊö æóÞóÏú ÃõãöÑõæÇ Ãóäú íóßúÝõÑõæÇ Èöåö æóíõÑöíÏõ ÇáÔóøíúØóÇäõ
Ãóäú íõÖöáóøåõãú ÖóáóÇáðÇ ÈóÚöíÏðÇ*

"*Apak**ah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.*" (QS An-Nisa ayat 60)

Sungguh dalam kelak nanti di neraka penyesalan mereka yang telah mentaati
para pembesar dan pemimpin yang tidak menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai
tempat kembali dalam menyelesaikan segenap perkara kehidupan.

*íóæúãó ÊõÞóáóøÈõ æõÌõæåõåõãú Ýöí ÇáäóøÇÑö íóÞõæáõæäó íóÇ áóíúÊóäóÇ
ÃóØóÚúäóÇ Çááóøåó æóÃóØóÚúäóÇ ÇáÑóøÓõæáóÇ æóÞóÇáõæÇ ÑóÈóøäóÇ ÅöäóøÇ
ÃóØóÚúäóÇ ÓóÇÏóÊóäóÇ æóßõÈóÑóÇÁóäóÇ ÝóÃóÖóáõøæäóÇ ÇáÓóøÈöíáóÇ ÑóÈóøäóÇ
ÂóÊöåöãú ÖöÚúÝóíúäö ãöäó ÇáúÚóÐóÇÈö æóÇáúÚóäúåõãú áóÚúäðÇ ßóÈöíÑðÇ*

"*Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at
(pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada
mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar*".
(QS Al-Ahzab ayat 66-68).

....Terhadap pemimpin yang menolak syariat Islam sebagai undang-undang, maka
berlepas diri darinya adalah syarat syahnya keimanan...

Kita diwajibkan untuk taat kepada orang dalam perkara yang ma'ruf. Dan tidak
ada ketaatan dalam hal yang munkar. Tidak ketaatan kepada makhluk dalam
masalah kemaksiatan kepada Khaliq (Allah). Begitu sabda Nabi *shallallahu
'alihi wasallam *menjelaskan.

Sebaliknya kepada kemungkaran kita diwajibkan untuk mengingkarinya dengan
tangan, jika tidak mampu dengan lisan, dan jika tidak mampu wajib ingkar
dengan hati. Itulah selemah-lemahnya iman. Bukan malah mendukung dan
membelanya.

Sesungguhnya di antara macam syirik adalah syirik dalam ketaatan. Yaitu taat
kepada makhluk dalam masalah penetapan syariat (aturan) yang bertentangan
dengan syariat Allah, di antaranya halal dan haram. Zina diharamkan oleh
Allah. Siapa yang membolehkannya dengan dilokalisasi berarti telah
menghalalkan yang diharamkan Allah.

Hak menetapkan syariat hanya milik Allah. Syariat yang Allah tetapkan untuk
diberlakukan adalah Islam. Maka menerapkan syariat Islam adalah wajib
hukumnya. Sedangkan menolak hukum Islam dan mengambil aturan selain Islam,
walau itu disepakati rakyat, adalah bagian dari memberikan hak tasyri'
kepada selain Allah. Itu kesyirikan dan kekufuran.

*æóÅöäú ÃóØóÚúÊõãõæåõãú Åöäøóßõãú áóãõÔúÑößõæäó*

"*...dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang yang musyrik.*" (QS. Al-An'am: 121)

Imam as-Sudi dalam menafsiri ayat ini menjelaskan, "Sesungguhnya orang-orang
musyrik berkata kepada kaum mukminin, 'bagaimana bisa kalian mengaku
mengikuti keridhaan Allah, sedangkan apa yang Allah sembelih (matikan)
kalian tidak mau memakannya, namun yang kalian sembelih sendiri kalian mau
memakannya? Maka Allah berfirman, (artinya): "J*ika kalian menaati mereka*"
lalu kalian memakan bangkai, "*sungguh kalian telah menjadi musyrik*."
(lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Maka siapa yang mentaati pemimpin yang menolak syariat Islam, telah
menjadikan pemimpin tadi sebagai tandingan bagi Allah dalam ketaatan. Siapa
melakukannya telah menjadi musyrik.

*Ýóãóäú íóßúÝõÑú ÈöÇáØøóÇÛõæÊö æóíõÄúãöäú ÈöÇááøóåö ÝóÞóÏö ÇÓúÊóãúÓóßó
ÈöÇáúÚõÑúæóÉö ÇáúæõËúÞóì áóÇ ÇäúÝöÕóÇãó áóåóÇ*

"*Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus.*" (Q. al-Baqarah: 256)

Thaghut adalah setiap yang diibadahi selain Allah dan dia ridha, di
antaranya ibadah dalam bentuk ketaatan. Dia ridha, bahkan memaksa ditaati,
dalam masalah yang bertentangan dengan syariat Islam. Terlebih menolak
syariat Islam sebagai undang-undang. Maka berlepas diri darinya adalah
syarat syahnya keimanan. *Wallahu A'lam bi ash-Shawab!!!*


**

*
http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2011/09/01/15991/pemimpin-tak-berhukum-islam-bukan-ulil-amri-tapi-mulkan-jabriyyan/
*


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: