Selasa, 18 November 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2370

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1.
[Ruang Baca] Bestseller Sejak Cetakan Pertama From: Rini Agus Hadiyono
2a.
[Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku From: Lia Octavia
2b.
Re: [Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku From: Bu CaturCatriks
3a.
Re: Apa Khabar ESKA (foto)? From: Sisca Lahur
3b.
Re: Apa Khabar ESKA (foto)? From: Lia Octavia
3c.
Re: Apa Khabar ESKA (foto)? From: Pandika Sampurna
3d.
Re: Apa Khabar ESKA (foto)? From: inga_fety
4a.
Re: (Bioskop) Fireflies in The Garden (its just too much drama in on From: Lia Octavia
5.
PELATIHAN MENULIS From: WORD SMART CENTER
6a.
Re: (CERPEN) Dia Tak lagi Mengepak From: Bu CaturCatriks
7a.
Re: [Ruang Baca] 5 Cm From: Rini Agus Hadiyono
7b.
Re: [Ruang Baca] 5 Cm From: inga_fety
8a.
Re: Apa Khabar ESKA? From: patisayang
8b.
Re: Apa Khabar ESKA? From: patisayang
9a.
Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas From: patisayang
9b.
Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas From: sismanto
9c.
Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas From: sismanto
10.
(catatan kaki) Kita On Air Lagi Yuk..... From: dkadarusman
11.
[Inspirasi] Mari Berkurban From: novi khansa'
12.
Hati-hati memprogram otak anak anda From: rahmad nurdin
13a.
(Inspirasi) Kartu Penghargaan From: teha
13b.
Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan From: novi_ningsih
13c.
Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan From: teha
13d.
Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan From: inga_fety
14.
Mohon doa Untuk Istri Nursalam From: ugik madyo

Messages

1.

[Ruang Baca] Bestseller Sejak Cetakan Pertama

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Mon Nov 17, 2008 5:19 am (PST)

Penulis : Agus M. Irkham

Penerbit : Afra Publishing

Tebal : 184 halaman

Cetakan : Pertama, Januari 2008

Harga: di bawah 30 ribu

Kulit muka: 7,5
Konsep sampulnya sederhana, menyajikan buku sebagai tema sentral yang
memang banyak dikupas dalam halaman demi halaman isi. Judulnya
menggelegar dan berdaya stimulan tinggi bagi pembaca untuk meraih dan
menyantap kandungannya lebih lanjut. Namun alangkah baiknya jika
dibubuhkan sub judul `Sebuah Kumpulan Esai', sebab tanpa itu pembaca
akan mengira buku ini melulu membahas kiat-kiat mencetak penjualan
super laris sejak sebuah karya dilempar ke pasaran. Tentunya kecuali
calon pembaca menilik sinopsis di sampul belakang.

Daftar Isi: 8
Pemilihan judul yang tidak biasa merupakan poin plus, mendukung
penataan bab demi bab yang merangkum tulisan-tulisan berbenang merah
sehingga memudahkan pembaca untuk menelisik dan memilih bagian yang
hendak disimak lebih dahulu. Bagi saya pribadi, sukar untuk
memprioritaskan yang satu kemudian menomorsekiankan bab selebihnya
sebab judul-judul tulisan yang tersaji sudah demikian mengundang rasa
ingin tahu. Bagaimana hasil pembuktiannya? Di bawah ini beberapa yang
paling menonjol.

Bestseller Sejak Cetakan Pertama: 7,9

Topik ini yang pertama kali dilahap untuk menuntaskan desakan rasa
penasaran akibat judul buku yang provokatif. Berbicara tentang sebuah
fenomena, bukan jurus-jurus seperti yang diduga orang. Ibarat sebuah
album musik Indonesia jaman dulu, yang dijadikan judul diletakkan
paling awal. Tak berarti buah pikiran satu ini mengecewakan, karena
toh penulis meletikkan sebuah istilah baru yakni `penerbit cilukba'
alias yang sangat membaca pasar.

Bujuk Rayu Endorsement: 8
Potret sebuah elemen buku yang mencoba menggedor perhatian masyarakat
dengan komentar-komentar tokoh berbau rekomendasi. Dalam tulisan
sepanjang empat halaman ini (kendati tak penuh benar), penulis
berbicara banyak dan menyenggol do's and dont's bagi para endorser.

Buku-buku Parenting, Untuk Siapa? : 8

Buah pena Agus M. Irkham yang sangat menyedot minat saya untuk
mencerna kata per kata. Sangat relevan dengan judul dan menawarkan
ide-ide baru dengan murah hati, bertolak dari kekosongan yang belum
terisi oleh melimpahnya buku parenting di wilayah bacaan kita.

Misteri Harga Buku: 8,25
Inti esai ini terletak pada kalimat `Tidak betul bahwa selama ini
penerbit telah mengakali penulis. Karena besaran persentase yang
diterima relatif sama. Yaitu 10 persen.' (halaman 80). Rincian
mengenai pajak, keuntungan, harga pokok, dan perolehan distributor
serta toko buku merupakan informasi yang sangat perlu disebarluaskan
sebab banyak sekali yang belum mengetahuinya, sekalipun telah
menerjuni dunia penerbitan (sebagai penulis) cukup lama. Apakah Agus
`berpihak' sepenuhnya pada penerbit? Tidak. Buktinya di ujung
penuturan, ia menguraikan kiat-kiat untuk peminat buku yang tidak
ingin dompetnya kebobolan.

Ke(tidak)mungkinan Menyatukan Penulis: 8
Buah pena yang menyentuh hati saya secara personal, mengamini petikan
di bawah ini:

..pengarang (cerita reka/fiksi) dan penulis (karya non fiksi) –
selanjutnya akan ditulis: "penulis" saja, untuk menunjukkan arti yang
sama – mempunyai dunianya sendiri. Mereka, meminjam istilah yang
diberikan dramawan Rendra, hidup di atas angin. Layaknya elang yang
senang terbang sendirian, kata almarhum Riswanda Imawan. Mereka
kucing bukannya bebek. Tentu manajemen pemeliharaan yang tepat
adalah: pembiaran. Organisasi resmi hanya akan membuat mereka merasa
berada di rumah kaca. (halaman 83-84).

Tulisan ini membuat saya merasa diajak bercakap-cakap oleh Agus M.
Irkham sendiri, yang kemudian memaparkan klasifikasi penulis (senior
dan junior) beserta fakta-fakta terkait.

Nilai total: 8
Mengevaluasi semua esai yang diuntai dalam buku ini akan menjadikan
resensi terlalu panjang, menjemukan dan memudarkan ketertarikan
pembaca yang mungkin hendak membawa pulang Bestseller Sejak Cetakan
Pertama sebagai salah satu penghuni rak bukunya. Bunga rampai gagasan
Agus M. Irkham dikemas dengan kebeningan idealisme tanpa mengabaikan
data akurat, kendati angka-angka mungkin dilewatkan karena
menciptakan kesan terlalu berat di satu-dua tulisan. Ia menyorot
sudut-sudut bercahaya di berbagai daerah yang besar kemungkinan luput
dari atensi kita. Secara keseluruhan, suguhan yang sangat penting
untuk dikonsumsi para pelaku dunia buku ini akan kian elok jika
kesalahan ejaannya diminimalisir seperti Jean Baptish Say dan supplay
di halaman 96. Terlepas dari itu, buku ini berhasil hadir sebagai
sebuah referensi yang bergizi dan sarat wawasan.

2a.

[Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Mon Nov 17, 2008 6:48 am (PST)

*Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku*

*(Sebuah Apresiasi)*

Oleh Lia Octavia

Pengembaraan kehidupan yang bergulir di atas muka bumi ini
selalu mengusung warna-warninya sendiri. Segala musim datang silih berganti,
kehidupan dan kematian. Kesederhanaan dalam memandang hidup inilah yang
diterjemahkan oleh Rilke melalui matanya sehingga melahirkan karya-karya
besar yang tak terlupakan dalam dunia kesusasteraan.

Rainer Maria Rilke dilahirkan di Praha pada tanggal 4 Desember
1875. Sebagai seorang anak tunggal dari pasangan Josef Rilke dan Sophie
adalah sosok yang berperasaan halus dan tidak menyukai kekerasan. Menjalani
masa kecil dan remaja yang tidak begitu menggembirakan karena orang tuanya
menghendaki Rilke menempuh pendidikan militer agar dapat mencapai kedudukan
yang terhormat sebagai perwira, sebuah status sosial yang sebenarnya
didambakan orang tuanya. Tahun 1890 Rilke meninggalkan sekolah militer dan
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi penyair. Kumpulan sajak
pertamanya "Leben Und Lieder" (Kehidupan dan Nyanyian) diterbitkan pada
tahun 1894. Ia sempat kuliah di Fakultas Filsafat, Seni, Sejarah
Kesusasteraan dan Hukum di Universitas Karl-Ferdinand Di Praha. Namun
kemudian ia menuntut ilmu di Fakultas Filsafat di Munchen, Jerman, pada
tahun 1896. Di situlah Rilke memulai pengembaraannya menjelajah Eropa.

Rilke yang mahir berbahasa Ceko, Rusia, Perancis, Italia, dan
Denmark ini memungkinkannya untuk menerjemahkan karya-karya Tschechov,
Dostojevskij, Michelangelo, Buonarroti, Jens Peter Jacobsen, Elisabeth
Barret-Browning, Andre Gide dll ke dalam bahasa Jerman. Kumpulan sajaknya
antara lain Neue Gedichte (1907), Der neuen Gedichte anderer Teil (1908) dan
karyanya Duineser Elegien (Elegi Duino) pada tahun 1912 yang terdiri dari
sepuluh elegi. Rilke meninggal dunia pada 29 Desember 1926 karena kanker
darah dan dimakamkan di lembah Rhoe di Rarogne, Swiss.

Penyair dan penulis besar yang dipandang sebagai salah satu
pujangga terbesar dalam kesusasteraan berbahasa Jerman modern ini
mengungkapkan segala bentuk pengembaraan hidup yang tidak terlepas dari
kesendirian, kegelisahan, tentang masa kecil, cinta, perempuan, termasuk
hubungannya dengan Tuhan dengan bahasa yang indah dan penuh perasaan.
Seperti bentuk ketakutannya dalam interaksi dengan sesama manusia yang
ditulisnya dalam *Alangkah Takutnya Aku*:

*Alangkah takutnya aku akan bahasa manusia.*

*Semua yang mereka ucapkan jelas nian:*

*Ini anjing dan itu rumah,*

*dan yang kini adalah awal yang situ akhir.*

* *

Bahwa segala bentuk permainan yang dimainkan manusia dalam berbagai lakon
dengan berbagai maksud di dalamnya seringkali menakutkan dan mengkhawatirkan
Rilke. Takut salah membaca. Takut salah menilai. Takut salah menduga.
Perilaku manusia yang hiruk pikuk membuat sabda alam yang memesona tak
terdengar. Sehingga akhirnya kebisuan dalam kesendirianlah yang memenangi
segalanya.

*Aku selalu hendak menegur dan melawan: jagalah jarak!*

*Alangkah sukanya aku mendengar nyanyian alam.*

*Bila kalian sentuh: berubahlah mereka jadi kaku dan bisu.*

*Kalian membunuh segala yang ada.*

Kehidupan yang bergulir mengarungi jaman demi jaman sehingga
lingkaran tahun, bulan, dan hari meleleh pada setiap lembar kisah sebuah
perjalanan panjang yang dulu, masih, dan akan terus berlangsung hingga ujung
lingkarannya yang mungkin takkan tercapai digambarkan Rilke dengan penuh
harapan dan optimisme untuk mencari jati diri dalam *Kujalani Kehidupanku:
*

*Kujalani kehidupanku dalam renggat, lingkaran tahun*

*yang tumbuh membesar, menelusuri segalanya.*

*Lingkaran terakhir mungkin tak akan kucapai,*

*namun aku hendak mencobanya.*

* *

*Aku mengisari Tuhan, mengelilingi sang menara purba,*

*dan aku berkisar beribu tahun lamanya;*

*dan masih aku tak: seekor elangkah aku,*

*badai atau nyanyian unggul.*

*(20.9.1899, Berlin-Schmargendorf)*

Membaca musim gugur yang menggantikan musim panas adalah
hari-hari di mana segalanya yang terjadi takkan pernah sama lagi, perubahan
yang senantiasa indah di mata mereka yang senantiasa dekat dengan Tuhannya
dalam *Suatu Hari Di Musim Gugur:*

*Tuhan, saatnya tiba sudah. Sungguh indah*

*musim panas yang berlalu.*

*Gelarkan bayangmu di atas jam mentari,*

*Kirimkan angin bertiup di segala ladang.*

Serta mengubah setiap mata yang memandang cita yang abu-abu di balik
gugurnya daun-daun:

*Mereka yang tak berumah,*

*tak akan membangun lagi.*

*Mereka yang sendiri, akan lama menyendiri,*

*akan jaga, membaca, menulis **surat** panjang*

*dan akan melangkah hilir mudik di jalanan*

*gelisah, bila dedaunan beterbangan.*

Yang kemudian menggubah segenap perasaan dalam *Firasat* yang
menerjemahkan pepatah "there was calm before the storm":

*Aku laksana bendera dikelilingi **padang** terbuka.*

*Aku tahu badai akan datang dan mesti mengarunginya,*

*sementara di bawah sana, segalanya belum beranjak:*

*pintu-pintu menutup lembut dan di perapian sunyi cuma;*

*jendela-jendela belum bergeletaran dan debu masih berat sangat.*

* *

*Namun badai itu kurasai sudah dan aku gelisah bagai laut.*

*Kurentangkan tubuhku kutarik diriku,*

*aku tercampak sendirian*

*Dalam dahsyatnya badai.*

* *

*Musim gugur 1904 [?], Swedia [?] *

Masa kecil, sebuah masa dimana lingkaran hidup dimulai, sebuah
masa dimana gamang mengartikan peristiwa, yang seakan kecil dalam besar dan
besar dalam kecil dalam padang kehidupan yang nyaris tak terbatas, dimana
saat semua yang bingung kini begitu asing dalam setiap pertemuan, perjumpaan
kembali dan perpisahan. Inilah *Masa Kecil* yang dilihat Rilke:

*Maka kita merasa sepi bagai penggembala*

*dan dibebani dengan kejauhan yang maha besar*

*dan bagaikan terpanggil dari jauh dan tersentuh,*

*dan perlahan-lahan bagaikan benang panjang baru*

*dibimbing menuju rangkaian peristiwa*

*yang kini begitu membingungkan kita. *

*(1.07.1906, **Paris**)*

Yang kemudian sebuah jawaban meyakinkan dari sebuah pencarian
jati diri dan merekatkan sebutan yang hingga kini disandang Rilke sebagai *Sang
Pujangga*:

*Engkau menjauhkan diri dariku, wahai sang waktu.*

*Pukulan sayapmu merajam luka pada diriku.*

*Namun, apa gerangan gunanya suaraku?*

*bagaimana dengan malamku? dengan siangku?*

* *

*Aku tak punya kekasih, tiada rumah,*

*Dan kampung halaman pun tidak.*

*Segala hal ke haribaannya aku mengabdi*

*menjadi kaya dan membuatku sendiri sengsara.*

* *

*(Musin dingin 1905/06, Meudon)*

Seorang pujangga yang memimpikan segala, tempat hidup rekaan
bertumbuh, mekar dan berkembang dalam angan, sehingga hidup rekaan yang
bertumbuh itu nyaris memaksa Tuhan keluar dari persembunyiannya dalam *Riwayat
Hidup Khayalan*:

*Mula-mula masa kecil, tiada batas, ingin segalanya*

*dan tanpa tujuan. Duhai hasrat bawah sadar.*

*Tiba-tiba hadir yang mengejutkan, larangan, sekolah, paksaan*

*dan jatuh terjerumus dalam godaan dan kekalahan.*

* *

*Pembangkangan. Yang dilenturkan jadi si pelantur sendiri,*

*dan membalas dendam terhadap orang lain karena ia*

*ditindas.*

*Dicintai, disegani, penyelamat, pegulat, pemenang*

*dan si penakluk, hantaman demi hantaman.*

* *

*Lalu sebatang kara dalam keluasan, ringan dan dingin.*

*Namun, jauh dalam sosok jelmaan itu*

*hembusan nafas melayang ke awal, masa yang silam…*

* *

*Maka Tuhan bergeas keluar dari persembunyiannya.*

* *

*(Schoneck, 13 September 1923)*

* *

Hingga segala mimpi dan nyata kian membara dalam genggaman mata
Rilke, bersatu dalam segenap cita yang bersayap dan melambungkan tekad ke
angkasa, dan *Padamkan Mataku*:

*Meski kau padamkan bara di mataku: aku masih melihatmu,*

*sumbatlah rapat telingaku: aku masih mendengarmu,*

*tanpa kaki aku masih sanggup mendatangimu,*

*mulut tiada aku masih dapat memanggilmu.*

*Potonglah lenganku, aku masih sanggup memegangmu*

*dengan jantungku yang tangan,*

*hentikan jantungku, maka otakku akan berdetak,*

*dan jika kau sulut otak itu,*

*kau bakal kupanggul dalam darahku.*

* *

*(Musim panas/musim gugur 1899)*

Sehingga walau hidup yang kini berlanjut tanpa Rilke, kini turut berdetak di
dalam jantung dan denyut nafas Rilke yang abadi pada masanya sehingga hidup
pun tidak pernah mampu untuk memadamkan syair-syairnya. Mata hati yang
selalu melihat hidup. *Hidup yang takkan pernah padamkan mataku.*

Jakarta, 17 November 2008 at 9.45 p.m.

Bibliography:

Rilke: Padamkan Mataku, Seri Puisi Jerman (Jilid I) (Penerbit Horison,
Jakarta, 2003)

*******
* * http://mutiaracinta.multiply.com
2b.

Re: [Bahasa] Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Nov 17, 2008 3:50 pm (PST)

gyaaaa, baru aja aku kepikir "asik kali, ya, nulis ttg rilke,"
eh ndilalah, mbak lia dah duluan.
aku pernah baca review ttg rilke yg berbunyi "puisi2 rilke banyak yg
memuja kematian.."ada seorang penulis iran bernama sadeq hedayat
(dia nulis bestseller berjudul the blind's owl) yg juga suka bgt
baca rilke.the blind owl adl karya bestseller pertama dan
terakhirnya. abis nulis itu, dia dapat banyak tekanan utk
menghasilkan karya kedua yg sama fenomenalnya. namun karena gagal,
dia bunuh diri, menenggelamkan dirinya ke sungai.

nah, pertanyaanku adalah: maaf dodol --kalau kafka dan van gogh
memang seorang yg rentan depresi--apakah rilke juga begitu?
kalo menurutku sih, puisi2 rilke banyak yg...bitter. pahit.

makasih utk review cantik ini, ya, mbak lia.

ps: o jadi carrie-ann moss beneran model? maaf, jarang nonton
entertainment tonight :), hehehe

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Lia Octavia"
<liaoctavia@...> wrote:
>
> *Hidup Yang Takkan Padamkan Mataku*
>
> *(Sebuah Apresiasi)*
>
>
>
> Oleh Lia Octavia
>
>
>
>
>
>
>
> Pengembaraan kehidupan yang bergulir di atas muka bumi
ini
> selalu mengusung warna-warninya sendiri. Segala musim datang silih
berganti,
> kehidupan dan kematian. Kesederhanaan dalam memandang hidup inilah
yang
> diterjemahkan oleh Rilke melalui matanya sehingga melahirkan karya-
karya
> besar yang tak terlupakan dalam dunia kesusasteraan.
>
>
>
> Rainer Maria Rilke dilahirkan di Praha pada tanggal 4
Desember
> 1875. Sebagai seorang anak tunggal dari pasangan Josef Rilke dan
Sophie
> adalah sosok yang berperasaan halus dan tidak menyukai kekerasan.
Menjalani
> masa kecil dan remaja yang tidak begitu menggembirakan karena
orang tuanya
> menghendaki Rilke menempuh pendidikan militer agar dapat mencapai
kedudukan
> yang terhormat sebagai perwira, sebuah status sosial yang
sebenarnya
> didambakan orang tuanya. Tahun 1890 Rilke meninggalkan sekolah
militer dan
> mendedikasikan seluruh hidupnya untuk menjadi penyair. Kumpulan
sajak
> pertamanya "Leben Und Lieder" (Kehidupan dan Nyanyian)
diterbitkan pada
> tahun 1894. Ia sempat kuliah di Fakultas Filsafat, Seni, Sejarah
> Kesusasteraan dan Hukum di Universitas Karl-Ferdinand Di Praha.
Namun
> kemudian ia menuntut ilmu di Fakultas Filsafat di Munchen, Jerman,
pada
> tahun 1896. Di situlah Rilke memulai pengembaraannya menjelajah
Eropa.
>
>
>
> Rilke yang mahir berbahasa Ceko, Rusia, Perancis,
Italia, dan
> Denmark ini memungkinkannya untuk menerjemahkan karya-karya
Tschechov,
> Dostojevskij, Michelangelo, Buonarroti, Jens Peter Jacobsen,
Elisabeth
> Barret-Browning, Andre Gide dll ke dalam bahasa Jerman. Kumpulan
sajaknya
> antara lain Neue Gedichte (1907), Der neuen Gedichte anderer Teil
(1908) dan
> karyanya Duineser Elegien (Elegi Duino) pada tahun 1912 yang
terdiri dari
> sepuluh elegi. Rilke meninggal dunia pada 29 Desember 1926 karena
kanker
> darah dan dimakamkan di lembah Rhoe di Rarogne, Swiss.
>
>
>
> Penyair dan penulis besar yang dipandang sebagai salah
satu
> pujangga terbesar dalam kesusasteraan berbahasa Jerman modern ini
> mengungkapkan segala bentuk pengembaraan hidup yang tidak terlepas
dari
> kesendirian, kegelisahan, tentang masa kecil, cinta, perempuan,
termasuk
> hubungannya dengan Tuhan dengan bahasa yang indah dan penuh
perasaan.
> Seperti bentuk ketakutannya dalam interaksi dengan sesama manusia
yang
> ditulisnya dalam *Alangkah Takutnya Aku*:
>
>
>
> *Alangkah takutnya aku akan bahasa manusia.*
>
> *Semua yang mereka ucapkan jelas nian:*
>
> *Ini anjing dan itu rumah,*
>
> *dan yang kini adalah awal yang situ akhir.*
>
> * *
>
> Bahwa segala bentuk permainan yang dimainkan manusia dalam
berbagai lakon
> dengan berbagai maksud di dalamnya seringkali menakutkan dan
mengkhawatirkan
> Rilke. Takut salah membaca. Takut salah menilai. Takut salah
menduga.
> Perilaku manusia yang hiruk pikuk membuat sabda alam yang memesona
tak
> terdengar. Sehingga akhirnya kebisuan dalam kesendirianlah yang
memenangi
> segalanya.
>
>
>
> *Aku selalu hendak menegur dan melawan: jagalah jarak!*
>
> *Alangkah sukanya aku mendengar nyanyian alam.*
>
> *Bila kalian sentuh: berubahlah mereka jadi kaku dan bisu.*
>
> *Kalian membunuh segala yang ada.*
>
>
>
> Kehidupan yang bergulir mengarungi jaman demi jaman
sehingga
> lingkaran tahun, bulan, dan hari meleleh pada setiap lembar kisah
sebuah
> perjalanan panjang yang dulu, masih, dan akan terus berlangsung
hingga ujung
> lingkarannya yang mungkin takkan tercapai digambarkan Rilke dengan
penuh
> harapan dan optimisme untuk mencari jati diri dalam *Kujalani
Kehidupanku:
> *
>
>
>
> *Kujalani kehidupanku dalam renggat, lingkaran tahun*
>
> *yang tumbuh membesar, menelusuri segalanya.*
>
> *Lingkaran terakhir mungkin tak akan kucapai,*
>
> *namun aku hendak mencobanya.*
>
> * *
>
> *Aku mengisari Tuhan, mengelilingi sang menara purba,*
>
> *dan aku berkisar beribu tahun lamanya;*
>
> *dan masih aku tak: seekor elangkah aku,*
>
> *badai atau nyanyian unggul.*
>
>
>
> *(20.9.1899, Berlin-Schmargendorf)*
>
>
>
> Membaca musim gugur yang menggantikan musim panas
adalah
> hari-hari di mana segalanya yang terjadi takkan pernah sama lagi,
perubahan
> yang senantiasa indah di mata mereka yang senantiasa dekat dengan
Tuhannya
> dalam *Suatu Hari Di Musim Gugur:*
>
>
>
> *Tuhan, saatnya tiba sudah. Sungguh indah*
>
> *musim panas yang berlalu.*
>
> *Gelarkan bayangmu di atas jam mentari,*
>
> *Kirimkan angin bertiup di segala ladang.*
>
>
>
> Serta mengubah setiap mata yang memandang cita yang abu-abu di
balik
> gugurnya daun-daun:
>
>
>
> *Mereka yang tak berumah,*
>
> *tak akan membangun lagi.*
>
> *Mereka yang sendiri, akan lama menyendiri,*
>
> *akan jaga, membaca, menulis **surat** panjang*
>
> *dan akan melangkah hilir mudik di jalanan*
>
> *gelisah, bila dedaunan beterbangan.*
>
>
>
> Yang kemudian menggubah segenap perasaan dalam
*Firasat* yang
> menerjemahkan pepatah "there was calm before the storm":
>
>
>
> *Aku laksana bendera dikelilingi **padang** terbuka.*
>
> *Aku tahu badai akan datang dan mesti mengarunginya,*
>
> *sementara di bawah sana, segalanya belum beranjak:*
>
> *pintu-pintu menutup lembut dan di perapian sunyi cuma;*
>
> *jendela-jendela belum bergeletaran dan debu masih berat sangat.*
>
> * *
>
> *Namun badai itu kurasai sudah dan aku gelisah bagai laut.*
>
> *Kurentangkan tubuhku kutarik diriku,*
>
> *aku tercampak sendirian*
>
> *Dalam dahsyatnya badai.*
>
> * *
>
> *Musim gugur 1904 [?], Swedia [?] *
>
>
>
> Masa kecil, sebuah masa dimana lingkaran hidup
dimulai, sebuah
> masa dimana gamang mengartikan peristiwa, yang seakan kecil dalam
besar dan
> besar dalam kecil dalam padang kehidupan yang nyaris tak terbatas,
dimana
> saat semua yang bingung kini begitu asing dalam setiap pertemuan,
perjumpaan
> kembali dan perpisahan. Inilah *Masa Kecil* yang dilihat Rilke:
>
>
>
> *Maka kita merasa sepi bagai penggembala*
>
> *dan dibebani dengan kejauhan yang maha besar*
>
> *dan bagaikan terpanggil dari jauh dan tersentuh,*
>
> *dan perlahan-lahan bagaikan benang panjang baru*
>
> *dibimbing menuju rangkaian peristiwa*
>
> *yang kini begitu membingungkan kita. *
>
>
>
> *(1.07.1906, **Paris**)*
>
>
>
> Yang kemudian sebuah jawaban meyakinkan dari sebuah
pencarian
> jati diri dan merekatkan sebutan yang hingga kini disandang Rilke
sebagai *Sang
> Pujangga*:
>
>
>
> *Engkau menjauhkan diri dariku, wahai sang waktu.*
>
> *Pukulan sayapmu merajam luka pada diriku.*
>
> *Namun, apa gerangan gunanya suaraku?*
>
> *bagaimana dengan malamku? dengan siangku?*
>
> * *
>
> *Aku tak punya kekasih, tiada rumah,*
>
> *Dan kampung halaman pun tidak.*
>
> *Segala hal ke haribaannya aku mengabdi*
>
> *menjadi kaya dan membuatku sendiri sengsara.*
>
> * *
>
> *(Musin dingin 1905/06, Meudon)*
>
>
>
> Seorang pujangga yang memimpikan segala, tempat hidup
rekaan
> bertumbuh, mekar dan berkembang dalam angan, sehingga hidup rekaan
yang
> bertumbuh itu nyaris memaksa Tuhan keluar dari persembunyiannya
dalam *Riwayat
> Hidup Khayalan*:
>
>
>
> *Mula-mula masa kecil, tiada batas, ingin segalanya*
>
> *dan tanpa tujuan. Duhai hasrat bawah sadar.*
>
> *Tiba-tiba hadir yang mengejutkan, larangan, sekolah, paksaan*
>
> *dan jatuh terjerumus dalam godaan dan kekalahan.*
>
> * *
>
> *Pembangkangan. Yang dilenturkan jadi si pelantur sendiri,*
>
> *dan membalas dendam terhadap orang lain karena ia*
>
> *ditindas.*
>
> *Dicintai, disegani, penyelamat, pegulat, pemenang*
>
> *dan si penakluk, hantaman demi hantaman.*
>
> * *
>
> *Lalu sebatang kara dalam keluasan, ringan dan dingin.*
>
> *Namun, jauh dalam sosok jelmaan itu*
>
> *hembusan nafas melayang ke awal, masa yang silam…*
>
> * *
>
> *Maka Tuhan bergeas keluar dari persembunyiannya.*
>
> * *
>
> *(Schoneck, 13 September 1923)*
>
> * *
>
> Hingga segala mimpi dan nyata kian membara dalam
genggaman mata
> Rilke, bersatu dalam segenap cita yang bersayap dan melambungkan
tekad ke
> angkasa, dan *Padamkan Mataku*:
>
>
>
> *Meski kau padamkan bara di mataku: aku masih melihatmu,*
>
> *sumbatlah rapat telingaku: aku masih mendengarmu,*
>
> *tanpa kaki aku masih sanggup mendatangimu,*
>
> *mulut tiada aku masih dapat memanggilmu.*
>
> *Potonglah lenganku, aku masih sanggup memegangmu*
>
> *dengan jantungku yang tangan,*
>
> *hentikan jantungku, maka otakku akan berdetak,*
>
> *dan jika kau sulut otak itu,*
>
> *kau bakal kupanggul dalam darahku.*
>
> * *
>
> *(Musim panas/musim gugur 1899)*
>
>
>
> Sehingga walau hidup yang kini berlanjut tanpa Rilke, kini turut
berdetak di
> dalam jantung dan denyut nafas Rilke yang abadi pada masanya
sehingga hidup
> pun tidak pernah mampu untuk memadamkan syair-syairnya. Mata hati
yang
> selalu melihat hidup. *Hidup yang takkan pernah padamkan mataku.*
>
>
>
>
>
> Jakarta, 17 November 2008 at 9.45 p.m.
>
> Bibliography:
>
> Rilke: Padamkan Mataku, Seri Puisi Jerman (Jilid I) (Penerbit
Horison,
> Jakarta, 2003)
>
>
>
>
>
> *******
> * * http://mutiaracinta.multiply.com
>

3a.

Re: Apa Khabar ESKA (foto)?

Posted by: "Sisca Lahur" sapijinak2000@yahoo.com   sapijinak2000

Mon Nov 17, 2008 7:10 am (PST)

Hasilnya fotonya sudah saya upload, Pak.

Sahabat SK silahkan melihat aktifitas raker.
( Kami bahagia lho..he...he..)

Sisca Lahur

--- On Mon, 11/17/08, Pandika Sampurna <pandika_sampurna@yahoo.com> wrote:
From: Pandika Sampurna <pandika_sampurna@yahoo.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Monday, November 17, 2008, 11:16 AM

Anak-anak ESKA, apa khabar?
 
Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai akhir November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an kalau pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin sudah menjelang.
Alhamdulillah saya sehat.
Apa khabar semua?
 
Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
 
Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik itu visi maupun visi awalnya.
BRAVO anak-anak ESKA!
 
Salam Sukses,
Pandika Sampurna 











3b.

Re: Apa Khabar ESKA (foto)?

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Mon Nov 17, 2008 7:27 am (PST)

Waaah Mbak Sisca udah langsung mengup-load foto-fotonya... ^_^
Terima kasih ya, Mbak.
Insya Allah rangkuman hasil raker akan saya posting di milis pengurus
kabinet segera... ^_^

Salam
Lia

On 11/17/08, Sisca Lahur <sapijinak2000@yahoo.com> wrote:
>
> Hasilnya fotonya sudah saya upload, Pak.
>
> Sahabat SK silahkan melihat aktifitas raker.
> ( Kami bahagia lho..he...he..)
>
> Sisca Lahur
>
> --- On *Mon, 11/17/08, Pandika Sampurna <pandika_sampurna@yahoo.com>*wrote:
>
> From: Pandika Sampurna <pandika_sampurna@yahoo.com>
> Subject: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Monday, November 17, 2008, 11:16 AM
>
> Anak-anak ESKA, apa khabar?
>
> Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai akhir
> November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an kalau pagi.
> Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin sudah
> menjelang.
> Alhamdulillah saya sehat.
> Apa khabar semua?
>
> Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
>
> Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik itu visi
> maupun visi awalnya.
> BRAVO anak-anak ESKA!
>
> Salam Sukses,
> Pandika Sampurna
>
>
>
>
3c.

Re: Apa Khabar ESKA (foto)?

Posted by: "Pandika Sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com   pandika_sampurna

Mon Nov 17, 2008 7:42 pm (PST)

Terima kasih Mbak Sisca ya.
Saya salut dengan Mbak lho, selalu dan selalu tetap menemani ESKA
terutama bila menyangkut peliputan gambar-gambar dalam setiap
kegiatan ESKA.

Salam,
Pandika Sampurna
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Sisca Lahur
<sapijinak2000@...> wrote:
>
> Hasilnya fotonya sudah saya upload, Pak.
>
> Sahabat SK silahkan melihat aktifitas raker.
> ( Kami bahagia lho..he...he..)
>
> Sisca Lahur
>
> --- On Mon, 11/17/08, Pandika Sampurna <pandika_sampurna@...> wrote:
> From: Pandika Sampurna <pandika_sampurna@...>
> Subject: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Monday, November 17, 2008, 11:16 AM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Anak-anak ESKA, apa khabar?
>  
> Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai
akhir November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an
kalau pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin
sudah menjelang.
> Alhamdulillah saya sehat.
> Apa khabar semua?
>  
> Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
>  
> Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik
itu visi maupun visi awalnya.
> BRAVO anak-anak ESKA!
>  
> Salam Sukses,
> Pandika Sampurna 
>

3d.

Re: Apa Khabar ESKA (foto)?

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon Nov 17, 2008 8:02 pm (PST)

benar pak sinang, foto-fotonya dibidik dari arah yang tidak terduga.
jadi tahu ummu nibras, novi, mba lia dan nia adalah pemain gaplek:D:D
fotonya keren bgt. rakernya juga keren.

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Pandika Sampurna"
<pandika_sampurna@...> wrote:
>
> Terima kasih Mbak Sisca ya.
> Saya salut dengan Mbak lho, selalu dan selalu tetap menemani ESKA
> terutama bila menyangkut peliputan gambar-gambar dalam setiap
> kegiatan ESKA.
>
> Salam,
> Pandika Sampurna
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Sisca Lahur
> <sapijinak2000@> wrote:
> >
> > Hasilnya fotonya sudah saya upload, Pak.
> >
> > Sahabat SK silahkan melihat aktifitas raker.
> > ( Kami bahagia lho..he...he..)
> >
> > Sisca Lahur
> >
> > --- On Mon, 11/17/08, Pandika Sampurna <pandika_sampurna@> wrote:
> > From: Pandika Sampurna <pandika_sampurna@>
> > Subject: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?
> > To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> > Date: Monday, November 17, 2008, 11:16 AM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Anak-anak ESKA, apa khabar?
> >  
> > Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai
> akhir November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an
> kalau pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> > Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin
> sudah menjelang.
> > Alhamdulillah saya sehat.
> > Apa khabar semua?
> >  
> > Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
> >  
> > Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik
> itu visi maupun visi awalnya.
> > BRAVO anak-anak ESKA!
> >  
> > Salam Sukses,
> > Pandika Sampurna 
> >
>

4a.

Re: (Bioskop) Fireflies in The Garden (its just too much drama in on

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Mon Nov 17, 2008 8:12 am (PST)

mbak retno, carrie-ann moss itu memang meniti karir sbg seorang model
sebelum terjun ke dunia akting. ia memang berperan sbg trinity di film the
matrix.

mbak ain, waw sebuah ulasan yang bagus utk sebuah film yang bagus.
isn't it life is the drama itself?
thanks for sharing, mbak...

salam
lia

On 11/17/08, Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com> wrote:
>
> iya nih, candu tragedi bener ni film.jadi inget, pas tipes kemarin,
> aku juga kan nonton dvd dorama winter sonata--karena abangku, wira
> menghilangkan koleksi dvd friends, dan ally mcbeal seolah terlalu
> berat buat otakku.dan ya, seperti kamu bilang in, dorama ini juga
> kaya film ni neh. banyak drama gak penting (yeah, MENURUT L???), yg
> berakhir dgn tiap sore, aku rewel ke masku, "ayang, kok filmnya kaya
> gene seeeh?????"
> duh.
> anyway, kalo berminat nonton film drama keluarga yg real konfliknya,
> coba nonton:
> 1. hidden in america (ttg ayah yg di-PHK, dan harus menghidupi
> ketiga anaknya)
> 2. pursuit of happyness (sebelumnya, siapkan banyak tisu dulu ya,
> neng)
> 3. pieces of april (yg main katie holmes, itu lho, yg dulu jadi joey
> di dawson's creek. critanya ttg april, remaja bergaya gothic semi
> punker, yg mau bikin thanksgiving di flatnya. dia ngundang keluarga
> intinya, yg emang nggak deket ma dia).
> 4. what's eating gilbert grape (ada leonardo dicaprio pas masih
> remaja ni. jadi anak cacat, dgn ibu obesitas. oya, ada johny depp
> juga)
>
> ps: carrie-ann moss itu bukannya trinity yg ada di matrix ya? emang
> doi model?
>
> -retno-
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
> Ain Nisa
> <jurnalcahaya@...> wrote:
> >
> > Fireflies in The Garden (its just too much drama in one movie)
> >
> > Seperti layaknya sebuah drama tentang keberadaan sebuah keluarga,
> film
> > ini sifatnya satu: complicated. Setiap anggotanya punya kegelisahan
> > masing-masing yang menarik untuk disorot. Yang biasanya jadi angle
> > favorit saya adalah konflik dilihat dari si pemeran utama, sehingga
> > puzzle-puzzle masalah yang lain akan tampak seperti kesatuan ombak
> yang
> > bermain di lautan. Dan walaupun subjektif, film akan mewakili view
> si
> > pemeran utama sehingga film punya integritas.
> >
> > Sayangnya, itu yang tidak saya lihat pada film ini.
> >
> > ***
> >
> > Film
> > garapan Dennis Lee yang baru saja dirilis pada Oktober 2008 ini
> dibuka
> > dengan sebuah kecelakaan, yang akhirnya mengumpulkan semua anggota
> > keluarga. Tragisnya, Lisa Taylor, sang ibu, istri, dan kakak
> perempuan
> > favorit yang selalu jadi jembatan untuk komunikasi para anggota
> > keluarga, adalah nyawa yang melayang.
> >
> > Beberapa adegan
> > flashback kemudian bercerita bahwa keluarga Charles Taylor (William
> > Dafoe) hidup dengan penuh trauma, terutama bagi sang istri (Julia
> > Roberts), Lisa Taylor, dan anak sulung mereka, (Ryan reynolds)
> Michael
> > Taylor. Konflik diawali dengan sikap keras Charles yang kerap
> menghukum
> > Michael, sekecil apapun kesalahannya. Hukuman itu termasuk
> menurunkan
> > anak berusia 12 tahun itu di padang ilalang saat hujan deras penuh
> > guntur, hanya karena ia terus menerus menyentuh kaca mobil. Melepas
> > kekesalannya, Michael berlari menyibak ilalang-ilalang sambil
> berteriak
> > (saya ngeri ia disambar kilat - ternyata tidak). (Here's the first
> > drama)
> >
> > Bukan hanya Michael yang membenci ayahnya. Adik perempuan
> > Lisa, Jane (Hayden Panettiere - the rising star dari serial Hero)
> juga
> > kesal atas sikap Charles yang kaku dan otoriter. Kasihan pada
> > keponakannya, ia pun membantu memberikan dukungan moril setiap kali
> > Michael dihukum.
> >
> > Salah satu adegan kesukaan saya adalah ketika
> > Michael tidak bisa mengambil makanan di hadapannya karena tangannya
> > terlampau sakit untuk digerakkan. Charles menghukumnya dengan
> > menggantungkan 2 kaleng cat berat pada tangan Michael yang
> > direntangkan. Masuk diam-diam dari jendela, Jane lalu menyuapi
> Michael
> > pelan-pelan. Tak heran ketika pulang kampung, Michael mengatakan
> pada
> > Christopher, anak sulung Jane, "Your Mom is my bestfriend."
> >
> > Jane
> > berada di rumah kakaknya juga bukan tanpa alasan. Ada sebuah adegan
> > dimana Charles membukakan pintu mobil untuknya dengan dingin, dan
> > mengatakan, "..and you will go to the hospital." Sayangnya,
> problema
> > masa lalu si Jane ini tidak dideskripsikan lebih lanjut. Saya sih
> > curiga Jane nge-drugs. (2nd drama)
> >
> > Pada hari-hari berduka,
> > sebuah rahasia pun terkuak, yaitu Lisa Taylor yang selama ini
> tampak
> > sebagai istri perfect yang setia (untuk istri-istri diluar sana,
> Lisa
> > pakai sarung tangan karet untuk cuci piring, jadi tangannya nggak
> > kasar), ternyata berselingkuh dengan teman kuliahnya, Addison,
> (Loan
> > gruffud) selama 3 tahun terakhir. (Well,well, 3rd drama).
> >
> > Kenapa
> > punya kesempatan berselingkuh? Karena Lisa kembali mengambil kuliah
> > setelah putus sekolah bertahun-tahun lalu untuk mengurus suami dan
> > anak-anaknya. (btw, kecelakaan terjadi ketika setelah Lisa baru
> saja
> > diwisuda) Bosan dalam kungkungan suami otoriter dan keras, apalagi
> > Charles ternyata pernah berselingkuh juga, Lisa mendapatkan
> kebahagiaan
> > dengan Addison. Dan itulah satu-satunya pertanyaan Michael
> > "Did She happy?"
> > "Yes."
> > "Good. it's all that matters."
> >
> > There's the fourth.
> >
> > Mau
> > tambah satu lagi? Oke. Michael dewasa adalah seorang penulis novel
> > Romance. Pernikahannya dengan Kelly (Carrie-Ann Moss...dia model
> kan
> > ya?) berantakan. Pertemuan kembali ini membuat mereka rujuk dan
> guess
> > what? film diakhiri dengan Kelly yang sukses hamil. yay!
> >
> > ***
> >
> > Setelah
> > filmnya selesai, i said, wow, there's too much in a movie. Satu-
> satunya
> > yang tidak disorot adalah kehidupan Ryne Taylor (Shannon Lucio),
> adik
> > perempuan Michael. Yang mana, menurut saya justru ia-lah yang
> > seharusnya punya kesempatan besar untuk jadi pihak pendukung
> Michael,
> > karena sama-sama dibesarkan oleh ayah yang sama. Tapi sekilas
> melihat,
> > ternyata memang Charles pilih kasih.
> >
> > Dan akhirnya, saya tidak
> > mendapat konklusi apa-apa. Sang sutradara memaksa memasukkan
> terlalu
> > banyak drama, sehingga tidak ada satu proses kehidupan yang tuntas.
> > Tidak ada satu pembelajaran baru. Yang menguat hanyalah pandangan
> > pesimis dari Josh di Dawson's Creek : its the year 2000, There's no
> > such thing as happy family. sebuah pernyataan remaja yang kelewat
> > emosional.
> >
> > Ah, saya tertipu dengan nama Julia Roberts dan William Dafoe...
> >
>
>
>
5.

PELATIHAN MENULIS

Posted by: "WORD SMART CENTER" wordsmartcenter@yahoo.com   wordsmartcenter

Mon Nov 17, 2008 4:31 pm (PST)

Assalamu'alaikum Wr Wb

PELATIHAN MENULIS BUKU SMART (Sistim Menulis Asik, Reguler, dan Terpadu)

PEMATERI

1. Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy, penulis Ayat-Ayat Cinta),
2. Indra Gunawan (penulis Takdir Cinta),
3. Rifqi Fauzi (penulis Buku Pintar Al-Quran),

Follow up

Praktek menulis buku bersama Udo Yamin Majdi (penulis Quranic Quotient, direktur Word Smart Center).

Acara Hari Senin, tanggal 24 Nov 2008 di Baruga KKS (Depan Suq Sayyarat). Mulai acara ontime 12:00 sampai 17:30 Waktu Kairo

Registrasi 20 pound paling lambat tgl 20 Nov 2008. CP. 0163344895 (Ayatullah), 0107782201 (Ihsan Zainuddin), 0167580160 (Mawaddah) atau daftar langsung ke: wordsmartcenter@yahoo.com

Penyelenggara Wods Smart Center, KPMJB, & KKS.

TOLONG SEBARKAN!
 

6a.

Re: (CERPEN) Dia Tak lagi Mengepak

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Nov 17, 2008 4:32 pm (PST)

duh, sedih sekali, ya, tulisan ini...

ps: maaf mas rizki, ada banyak yg saya nggak paham. jadi mau nanya,--
maaf dodol.
1. si perempuan itu sakit jiwa knp ya?
2. maksudnya berbagi dgn pelacur suami itu apa ya?
3. hubungannya dgn ryan itu apa?
4. meninggalnya knp ya?
duh, maafkan pertanyaan2 boodoh ini ya...

thanks.

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Arrizki Abidin
<arrizki_abidin@...> wrote:
>
> CERPEN :
>  
> "DIA TAK LAGI MENGEPAK"
> By : Riz-Q
>  
> Aku duduk disampingnya. Satu kursi dengannya disebuah kursi kayu
yang panjang. Disebuah taman indah, hijau, dan sangat menyejukan
pandangan mata. Kusatukan kesepuluh jari sambil menarik nafas dalam-
dalam. Pandanganku jatuh kebawah, mengarah kearah rerumputan hijau
yang mengayun-ayun ditiup angin. Sesekali kulihat ia. Kutolehkan
kepala ini agar aku tahu ia sudah menatapku atau belum. Sama seperti
sebelumnya. Ia hanya memegang secarik kertas putih tanpa goresan.
Mengelus-elus bagian pinggirnya dengan kedua jempol mungilnya.
Benarkah ia berkaca pada kertas putih itu?
> "Coba dilipat bagian atasnya kebagian bawah, de" pintaku halus.
> Kertas itu dilipatnya. Sudut kanan atas dilipatnya menuju pusat
kertas. Ia tekan garis lipatan secara tegas dengan telunjuknya.
Tampak ragu. Sempat dibuka kembali lipatan itu, tapi bekasnya
terlanjur memberi kesan bergaris. Garis tanpa goresan pena. Sedikit
berpikir, akhirnya ia melipatnya kembali dan dengan tenang ia
memberikannya padaku.
> Dengan kedua tangannya yang menjepit pinggiran kertas, ia suguhkan
kertas berlipat itu pada ku. Aku mengambilnya. Kuteruskan lipatan
itu. Kulakukan hal yang sama dengannya dari sudut yang berbeda.
Sudut kanan bagian bawah kulekukkan dan kutekan untuk memberikan
lipatan yang sama, sehingga terbentuklah lipatan kembar.
> "Boleh dilipat seperti ini `kan?"
> "Ya."
> "Hehe...Aku buka lagi yah."
> "TIdak."
> Ia berdiri dari duduknya. Berjalan kedepan beberapa langkah.
Kemudian berjongkok dan mencabut sebuah rumput hijau sampai keakar-
akarnya. Ia kembali dan duduk lagi disampingku. Ia gulung-gulung
rumput itu hingga membulat penuh.
> "Untuk apa itu, de?"
> "Untukku."
> "Lalu kertas ini?"
> "Letakan saja tapi jangan dibuka yang dilipat."
> Tak aku letakan kertas putih itu. Aku terus memegangnya sembari
melihat apa yang sedang ia perbuat. Tak berubah. Sedari tadi hanya
menggulung-gulung rumput hijau. Kucoba lihat wajahnya. Tersenyum ia.
Entah apa yang disenyumkannya. Tapi kulihat ia senang dengan
kerjaannya saat ini.
> "Ini lihat."
> Hanya bulatan rumput yang mulai berubah warna yang kulihat.
Berubah karena sudah bercampur warna. Mungkin bagian akarnya yang
menyatu dengan tanah tercampur dalam gulungan itu, sehingga rumput
itu berubah warna. Lebih kehitaman kelihatannya. HIjau tua lebih
tepatnya. Tidak muda lagi. Tidak seperti saat sebelum ia cabut dari
tanah.
> "Untuk apa, de?"
> "Jangan diambil. Dilihat saja."
> Kutarik kembali tanganku yang siap meraih gulungan rumput itu.
Senyumannya belum berubah sedari tadi. Apanya yang menarik dari
sebuah gulungan yang kini terlihat seperti remukan saja? Kecil,
terlihat tampak tua. Dibuangpun tak akan ada yang memperhatikannya.
> Lalu ia sentilkan gulungan kecil itu kearah kertas yang tetap
kupegang. Tak kusangka, sentilannya mengenai pusat kertas, tempat
bertemunya kedua sudut tadi. Gulungan kecil itu kemudian jatuh
setelah terbentur kertas. Tidak sampai sedetik.
> "Lihat itu."
> "Apanya, de?"
> "Kertasnya. Tengahnya."
> Ya, ada bekas kehitaman disana walau sedikit. Itupun perlu
penglihatan yang terfokus sekali. Melipat kertas. Memberikannya
padaku. Lalu entah kenapa kulakukan lipatan yang sama dengannya
hanya saja dari sudut yang lain. Bagian tengah kertas itu
mempersatukan sudut yang tadinya terpisah. Dan kini terkena sentilan
jari mungilnya yang membekaskan noda hitam nyaris tak terlihat tepat
ditengahnya. Ini bukan kebetulan. Apa benar katanya kalau ia hanya
sekedar lelah, bukan gila? Apa dokter salah memberi statement?
> "Rus, aku ingin seperti noda hitam itu. Membekas. Lipatan itu
mengingatkanku pada kita yang bertemu disuatu tempat. Dan aku ingin
bernoda dipertemuan kita, walau sedikit dan tak terperhatikan,
sekalipun olehmu." ucapnya sembari terus tersenyum.
>  
> 5 Tahun Kemudian
> "De, ini kertasnya. Sudah kulipat, juga bagianmu. Gulungan
kecilnya juga sudah kugulung. Sentillah kapanpun kau mau. Tinggalkan
noda itu sekali lagi. Arke sudah besar sekarang. Sudah bisa buatkan
aku kopi. Sudah jadi jagoan pula. Nakal memang…hehe...tapi pintar."
> Kubasuhkan air se-botol aqua besar. Kualirkan dari keramik tempat
namanya terpampang, memanjang dan menyeluruh hingga ke bagian
bawahnya. Kurapihkan bunga-bunga berwarna-warni yang sebagian kecil
terjatuh tadi saat kutebarkan.
> "Aku tak menyesal menikahimu, de. "
> Aku tahu ia cuman lelah, bukan gila. Lelah dipaksa berbagi dengan
pelacur suami.  Tak tega kutinggalkan sahabat baikku dan anaknya.
Aku tahu aku telat. Seharusnya dari dulu aku maafkan kesalahannya.
Salah tak mengikuti kataku. Ryan itu hanya seorang germo, bukan
wirausahawan.
> Ribuan kertas berisi cerita sudah menumpuk dikamar saatku pulang
dari Manokwari, Papua. Perkerjaan dan karir telah membuatku lupa ada
dia yang menderita hingga tak sanggup lagi menulis satu katapun
dikertas yang ia pegang saat kutemui di Rumah Sakit Jiwa.
Menikahinya hanya menjadikanku cercaan saja, tapi inilah caraku
membayar kesalahan dulu. Mungkin aku yang gila. Peduli tak peduli,
yang jelas dia mencariku, menunggu kata "kumaafkan" dariku,
dirangkul, dilindungi, hingga bersandar dibahuku. Dia cuman ingin
dijemput pulang. Pulang ke kehidupan normal. Bukan aku tak tahu,
tapi dia kirim surat ditempat yang aku tiada. Terlihat dari tulisan
terakhirnya yang ia buat di RS Jiwa…...dia lelah. 
>  
> "Aku Tak Mengepak"
>  
> Untuk Rusdi :   
>          
> Aku damba gemamu berjanji
> Usik-usik kau punya mimpi
> Pada malam gerah akan langka ketinggian
>            
> Matamu hanya melihat suatu kurva
> Lengkung menyembah kebawah
> Malaikatkah itu?
>            
> Kenapa yakin ia sempurna jika hanya datang kelengkapan dari aku?
>            
> Bisakah ia bawamu terbang tinggi?
> Bukankah kau tak sanggup melihat yang tak terbayang?
> Sekedar bersayap?
> Cuman itu maumu?
>            
> Milyaran aku yang tak mengepak
> Tersisa satu aku disudut lampu
> Itu cahaya aku
> Datanglah pada aku
> Jemput aku dalam mundurnya waktu
>            
> Aku tak mengepak
> Aku redup meniduri cahayaku sendiri
> Aku bukan tak bisa terbang
> Aku hanya tak bisa mengepak
>            
> Karena melukismu itu tanpa jawab
> Aku tanya pula tanpa tanda
> Pijaklah pergi jika erat meremukkan hati
> Tapi jika benci julangkan mimpi
> Aku siap mencari sayap
> Merangkai benda mati itu jadi rupawan
> Lalu bawamu terbang
>            
> Sekalipun dengan bencimu
> Aku siap bersamamu
> Sampai aku tiada
> Dan tetap tak mengepak
>

7a.

Re: [Ruang Baca] 5 Cm

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Mon Nov 17, 2008 4:59 pm (PST)

Betul, Fla, kalau saja novel ini sudah terbit waktu aku nyusun
skripsi mungkin nggak akan jadi kuncen kampus. Hehe.. atau malah
tambah frustrasi karena mendambakan dosen pembimbing sepengertian Pak
Sukonto?:p
Kecubit banget waktu dibilang..'kamu SD berapa tahun? Kalau lulusmu
enam tahun berarti otak kamu otak anak SD.' Aduh sakiiiit..

7b.

Re: [Ruang Baca] 5 Cm

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon Nov 17, 2008 8:14 pm (PST)

setiap membaca resensi mba rini, entahlah buku atau film, selalu
ditulis dengan sudut pandang yang berbeda dan imbang sebagai pembaca
atau penonton, berada pada posisi tengah, juga jika mbak rini
meresensi buku fiksi dan nonfiksi, dituturkan dengan gaya yang berbeda
dan pola yang juga berbeda, apakah memang seperti itu caranya mbak?
atau resensi itu sebuah kreativitas? hmm, kalau resensi itu sebuah
proses kreativitas two thumbs untuk resensi-resensi mba rini:)

salam,
fety

-- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Rini Agus Hadiyono"
<rinurbad@...> wrote:
>
> Penulis: Donny Dhirgantoro
>
> Penerbit: Grasindo
>
> Tebal: 381 halaman
>
> Cetakan: ke-12, September 2008
>
> Harga: Rp 54.500,00
>
> Skor: 9
>
> Kamu dulu pernah bilang sebenarnya mudah untuk menjadi seorang
> insinyur yang baik, sarjana yang baik, arsitek yang baik, dan menteri
> yang baik, tapi susah sekali menjadi orang yang baik...
>
> (halaman 320)
>
> Perjalanan 5 cm yang bertahun-tahun
>
> Sudah lama saya mendengar perihal buku ini, meskipun tidak sampai
> terperinci bahwa karya Donny Dhirgantoro telah mencapai cetakan
> kesekian belas. Sering saya melihatnya di toko buku, di halaman
> majalah, di Internet..tak terhitung lagi. Tetapi saya baru sampai di
> tahap 'Covernya bagus, hitam, gue banget. Buku apaan ya?' tanpa
> mencari tahu lebih banyak di blackle [temannya google]. Lalu dua hari
> ke belakang, seorang keponakan mengulurkan novel ini sambil berkata
> mantap, "Temen-temenku bilang bagus. Aku sendiri belum sempat baca."
>
> Karakter
>
> Ada Arial, yang mengingatkan saya pada komputer tercinta. Sosok mirip
> artis sinetron secara fisik, menurut Mas Gembul seorang pengemudi
> angkutan umum. Ada Genta, sang pemimpin yang selalu melontarkan
> pendapat brilian meski memendam cinta dan masih berpikir panjang
> untuk mengutarakan isi hatinya. Ada Riani, kembang satu-satunya.
> Zafran, si penyair yang kurus. Ian, penggemar VCD biru-membiru yang
> kerap diledek sebagai banana boat oleh sobat-sobatnya. Mereka
> berkawan karib sejak SMA dan kini tengah menapaki usia perempat abad
> (berdasarkan perkiraan saya pada beberapa detil). Sungguh
> menyenangkan, membaca cerita perihal anak muda yang tidak jauh
> berbeda dalam arti nuansa generasinya tidak melesat jauh dari ingatan
> saya. Lagu-lagu mereka, yang bertebaran di bab demi bab novel ini,
> sebagian besar familiar.
>
> Karakter favorit saya : Ian dan Genta. Penjelasannya sulit
> diungkapkan dengan kata-kata. Namun yang pasti, saya memang lebih
> mampu mengidentifikasikan diri dengan karakter fiksi apabila yang
> dikisahkan adalah seorang laki-laki. Itu sudah bawaan sejak kecil.
>
> Cerita
>
> Setelah bercengkerama dalam kebersamaan panjang, Genta mencetuskan
> ide agar mereka tidak bertemu selama tiga bulan. Menghidupkan
> kerinduan, untuk kemudian bertemu di stasiun kereta api pada tanggal
> 14 Agustus. Kelima anak muda yang menyebut diri Power Rangers - dan
> kadang-kadang Goggle - ini sepakat menuju Mahameru serta mengikuti
> upacara kemerdekaan di sana.
>
> Segi-segi Istimewa
>
> Teknik bertutur Donny Dhirgantoro luar biasa. Dalam fiksi, beberapa
> typo mungkin sengaja dipermaklumkan dari sentuhan editor agar lebih
> leluasa. Toh kalimat panjang, paragraf padat yang disajikan Donny
> tidak membuat mata lelah apa lagi jemu. Saya melahap deskripsi tanpa
> kecuali, sesuatu yang terbilang baru dalam sejarah kemembacaan selama
> ini.
>
> Bahasa gaul yang cair diselingi bahasa Indonesia baku menjadikan 5 Cm
> jauh dari jlimet. Bukan bahasa zaman sekarang yang berkeriting-ria
> untuk membuat saya mengerti, pula [entah bagi generasi kelahiran 90-
> an]. Dengan demikian, novel ini layak dikonsumsi pembaca segala usia.
>
> Sejak awal, saya sudah banyak tertawa. Tapi 5 cm bukan buku hiburan.
> Saya mulai terbata-bata dan ikut menangis ketika Ian jatuh bangun
> menyelesaikan skripsinya. Ini sub plot yang cukup menggedor hati,
> membawa ingatan pada 'masa lalu kelam' akan pedih-perihnya
> melaksanakan tugas satu itu. Karakter dosen pembimbingnya
> mengesankan. Sungguh, saya ingin merekomendasikan novel ini pada
> keponakan-keponakan yang sedang kuliah dan menghadapi skripsi dengan
> aneka kesulitannya.
>
> Berangkat dari hal yang sederhana, betapa banyak sisi persahabatan
> dan hidup yang dapat dipetik dari sini. Bahwa banyak kejutan menanti,
> bahwa kita harus meyakini diri sendiri, juga mengenali diri sendiri
> sekaligus tidak takut memunculkan identitas yang sejati. Sebagaimana
> karakter yang berwarna-warni, namun tetap menyodorkan teladan untuk
> direnungkan lebih dalam lagi. Sebagaimana ucapan Genta di bawah ini:
>
> "Jangan pernah menganggap kritik itu suatu proses kemunduran atau
> serangan. Kalo lo dikritik, buat cetak biru di pikiran lo. Kalo
> kritik itu adalah pengorbanan dari seseorang yang mungkin telah
> mengorbankan rasa nggak enaknya sama kita, entah sebagai seorang
> teman atau rekan kerja, semata-mata untuk apa?...hanya untuk membuat
> diri kita lebih baik.."
>
> (halaman 138)
>
> Dengan novel ini, Donny Dhirgantoro menunjukkan bahwa masih ada anak
> muda yang menggenggam idealisme. Khususnya kecintaan pada tanah air,
> melalui pendakian yang berat, diskusi mengenai cita-cita dan
> perjalanan hati kelima sahabat karib tersebut. Inilah sebuah karya
> emas yang akan dirindukan, lebih dari patut untuk dibaca ulang, untuk
> menggelorakan semangat dan mengajak kita bertanya serta berdialog
> dengan sisi Ian, Riani, Arial, Genta, atau Zafran dalam diri masing-
> masing.
>
> Terima kasih, Donny. Anda telah mengobarkan lagi keinginan untuk
> menggapai mimpi di hati saya.
>

8a.

Re: Apa Khabar ESKA?

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Mon Nov 17, 2008 5:19 pm (PST)

Eska itu dari huruf S dan K, singkatan Sekolah Kehidupan, Mas.

salam,
Indar
penduduk lama dan selamanya Eska, hingga maut menjemput.

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ahmad Ifham
<ahmadifham@...> wrote:
>
> Kenapa dinamai ESKA?
> Apa sih ESKA?
> Makasih :-)
>  
> Regards,
> Ifham - http://bankbagihasil.wordpress.com
>
>
> --- On Mon, 11/17/08, teha <teha.sugiyo@...> wrote:
>
> From: teha <teha.sugiyo@...>
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?> From: teha
<teha.sugiyo@...>
> Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Apa Khabar ESKA?
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Monday, November 17, 2008, 2:06 PM
>
>
>
>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Date: Monday, November 17, 2008, 2:06 PM
>
>
>
>
>
>
> raker kemarin (15/11)sukses pak. kami tuntaskan sampai sekitar jam
2 pagi. diselingi game dan ketawa-ketawa, kami berhasil menyelesaikan
agenda laporan dan bahasan dari masing-masing departemen.
> pagi harinya (16/11) kami bisa  bersantai dengan saling
mengakrabkan diri dengan berbagi ketawa dalam acara fleksibilitas.
meski taufiq ngotot pengin jadi orang kaya dengan mengubah skenario
yang ditentukan: menjadi nenek modern yang menidurkan cucu dengan
ayunan yang dilengkapi remote controll, sambil congek tidak mendengar
orang belajar main biola yang berisik mengganggu tidur sang cucu. 
tapi kami semua senang dapat saling unjuk kebolehan dengan bermain
untuk membuat kita lebih fleksibel dalam berbagai kondisi dan
situasi. dan setelah lunch dengan sayur asem, ayam goreng, ikan asin
dan sambal bawang,  kami kembali ke habitat kami masing-masing dengan
selamat dan penuh syukur.
> hasilnya?
> nia sukses mengiringi divin yang baca puisi dengan biolanya, di
samping sukses memandu game kartu penghargaannya. (nanti saya tulis
tersendiri, tentang ini).
> siska, meski sibuk jeprat-jepret sana-sini, toh berhasil juga
memainkan 3 lagu dalam kursus singkat bermain biola yang dengan
serius mencari-cari nada sendiri by feeling (otodidak).
> dani sukses mengecoh hadian dalam main bola di lapangan rumput yang
indah, bersama galih, dan budi;  setelah malam tadi hadian sukses
mengajak peserta main tali yang diikatkan pada tangan-tangan yang
berpasangan, juga mengajak kami main kartu gapleh  yang harus
dipasang pada  format yang telah disiapkan.
> lia sukses menjadi pembahas dan informan handal dalam progja yang
diusulkan, dan secara lengkap akan melaporkan dalam laporan pandangan
mata (^_^) berikut investigasi mendalam, apa yang terjadi kemarin
dalam raker.
> nibras, dani jr., - sukses menjadi piala bergilir dari satu tante
ke tante lain, om satu ke om lainnya, meski simboknya tetap berjaga-
jaga dengan waspada. juga afqar, anak mas margo, sukses menarik
perhatian om-om dan tante-tanenya, meski sore harinya harus dibawa ke
dokter karena terjungkal dan bibir atas bagian dalamnya luka akibat
nyosor lantai, setelah kursi yang dipegangnya bergeser.
> retno dan catur sukses datang pada minggu pagi, yang langsung
terlibat dalam acara fleksibilitas. retno yang tidak bisa marah,
menggantikan skenario marah-marah  dengan gaya "bertengkar berbisik",
bertengkar dengan "kromo inggil".
> masih ada nopi yang dengan semangat empat lima menendang-nendang
bola bersama dyah, tya, endah, divin dan nia.
> budi sukses mengocol teman-teman dengan dialek jawanya yang bledag-
bledug, memanggil-manggil "agus" sebagai objek penderita.
> mas margo dan nyonya sukses menjadi tuan dan nyonya rumah yang baik
hati, menyiapkan menu makanan yang mak nyoooss...
> dan kita semua sukses menjalin tali silaturahim yang semakin
mengakrabkan diri dalam keluarga eska yang antusias dan bahagia...
> demikian sekilas info raker kemarin pak. semoga bapak terhibur
membacanya, dan perjalanan bapak semakin menyenangkan dan mengesankan.
> salam dari kami semua, peserta raker kabinet eska 2008.
>
> Pandika Sampurna wrote:
>
>
>
>
>
>
>
>
> Anak-anak ESKA, apa khabar?
>  
> Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai
akhir November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an
kalau pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin
sudah menjelang.
> Alhamdulillah saya sehat.
> Apa khabar semua?
>  
> Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
>  
> Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik
itu visi maupun visi awalnya.
> BRAVO anak-anak ESKA!
>  
> Salam Sukses,
> Pandika Sampurna 
>

8b.

Re: Apa Khabar ESKA?

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Mon Nov 17, 2008 5:35 pm (PST)

Iriiiii!!!! HIks.... Pakdhe jahat! mana pake pamer via sms lagi!
Huaaa...

salam,
Indar
yang nelangsa gak jadi datang

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, teha <teha.sugiyo@...>
wrote:
>
> raker kemarin (15/11)sukses pak. kami tuntaskan sampai sekitar jam
2
> pagi. diselingi game dan ketawa-ketawa, kami berhasil menyelesaikan
> agenda laporan dan bahasan dari masing-masing departemen.
> pagi harinya (16/11) kami bisa bersantai dengan saling
mengakrabkan
> diri dengan berbagi ketawa dalam acara fleksibilitas. meski taufiq
> ngotot pengin jadi orang kaya dengan mengubah skenario yang
ditentukan:
> menjadi nenek modern yang menidurkan cucu dengan ayunan yang
dilengkapi
> remote controll, sambil congek tidak mendengar orang belajar main
biola
> yang berisik mengganggu tidur sang cucu. tapi kami semua senang
dapat
> saling unjuk kebolehan dengan bermain untuk membuat kita lebih
fleksibel
> dalam berbagai kondisi dan situasi. dan setelah /lunch/ dengan
sayur
> asem, ayam goreng, ikan asin dan sambal bawang, kami kembali ke
habitat
> kami masing-masing dengan selamat dan penuh syukur.
> hasilnya?
> nia sukses mengiringi divin yang baca puisi dengan biolanya, di
samping
> sukses memandu game kartu penghargaannya. (nanti saya tulis
tersendiri,
> tentang ini).
> siska, meski sibuk jeprat-jepret sana-sini, toh berhasil juga
memainkan
> 3 lagu dalam kursus singkat bermain biola yang dengan serius
> mencari-cari nada sendiri by feeling (otodidak).
> dani sukses mengecoh hadian dalam main bola di lapangan rumput yang
> indah, bersama galih, dan budi; setelah malam tadi hadian sukses
> mengajak peserta main tali yang diikatkan pada tangan-tangan yang
> berpasangan, juga mengajak kami main kartu gapleh yang harus
dipasang
> pada format yang telah disiapkan.
> lia sukses menjadi pembahas dan informan handal dalam progja yang
> diusulkan, dan secara lengkap akan melaporkan dalam laporan
pandangan
> mata (^_^) berikut investigasi mendalam, apa yang terjadi kemarin
dalam
> raker.
> nibras, dani jr., - sukses menjadi piala bergilir dari satu tante
ke
> tante lain, om satu ke om lainnya, meski simboknya tetap berjaga-
jaga
> dengan waspada. juga afqar, anak mas margo, sukses menarik
perhatian
> om-om dan tante-tanenya, meski sore harinya harus dibawa ke dokter
> karena terjungkal dan bibir atas bagian dalamnya luka akibat nyosor
> lantai, setelah kursi yang dipegangnya bergeser.
> retno dan catur sukses datang pada minggu pagi, yang langsung
terlibat
> dalam acara fleksibilitas. retno yang tidak bisa marah,
menggantikan
> skenario marah-marah dengan gaya "bertengkar berbisik", bertengkar
> dengan "kromo inggil".
> masih ada nopi yang dengan semangat empat lima menendang-nendang
bola
> bersama dyah, tya, endah, divin dan nia.
> budi sukses mengocol teman-teman dengan dialek jawanya yang
> bledag-bledug, memanggil-manggil "agus" sebagai objek penderita.
> mas margo dan nyonya sukses menjadi tuan dan nyonya rumah yang baik
> hati, menyiapkan menu makanan yang mak nyoooss...
> dan kita semua sukses menjalin tali silaturahim yang semakin
> mengakrabkan diri dalam keluarga eska yang antusias dan bahagia...
> demikian sekilas info raker kemarin pak. semoga bapak terhibur
> membacanya, dan perjalanan bapak semakin menyenangkan dan
mengesankan.
> salam dari kami semua, peserta raker kabinet eska 2008.
>
> Pandika Sampurna wrote:
> > Anak-anak ESKA, apa khabar?
> >
> > Cukup jauh perjalanan saya di Seoul, Korea ini, mungkin sampai
akhir
> > November nanti. Di sini sudah mulai dingin, sepuluh derajat-an
kalau
> > pagi. Bagaimana Mbak Fety di Chiba juga dingin ya?
> > Daun-daun keemasan satu persatu sudah mulai jatuh, musim dingin
sudah
> > menjelang.
> > Alhamdulillah saya sehat.
> > Apa khabar semua?
> >
> > Bagaimana dengan Raker ESKAnya ya.
> >
> > Mudah-mudahan ESKA kita tidak kehilangan jati dirinya bukan? Baik
itu
> > visi maupun visi awalnya.
> > BRAVO anak-anak ESKA!
> >
> > Salam Sukses,
> > Pandika Sampurna
> >
> >
> >
>

9a.

Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Mon Nov 17, 2008 5:39 pm (PST)

Kalau kami dulu pakai no 6 Mas. Viva yang dikantung plastik kecil.
Habis dipake, biasanya berceceran di meja dekat lemari baju jadul
yang ada kaca besarnya.:(

salam,
Indar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@...>
wrote:
>
>
> Bedak Nomor Sebelas
>
> Penulis: Sismanto
>
> Email: sirilwafa @gmail.com
>
>
>
>
>
> Dalam kamus saya, selama menjadi guru di sekolah dasar belum pernah
saya
> jumpai penampilan anak yang terlalu menyolok, terlalu berlebih-
lebihan
> dalam penampilan mereka. Hal berlebih-lebihan juga diatur dengan
tegas
> dalam agama. Misalnya, seorang bocah Sekolah Dasar (SD) manakala
> mengikuti persekolahan tidak pernah memakai gincu, pemerah bibir
atau
> memotong semua alisnya kemudian menggantinya dengan alis palsu,
tidak
> pernah!
>
> Secara anak SD yang belum bisa berdandan, khususnya anak-anak kelas
> kecil, yakni kelas satu sampai dengan kelas tiga. Bagaimana dengan
kelas
> besar, yakni kelas empat dan seterusnya di tingkat sekolah dasar?
> Kalaupun ada paling-paling cuma menggunakan bedak nomor sebelas,
bedak
> yang digunakan oleh para orang tua di kampung saya dulu.
>
> Keadaan itu sekarang sudah banyak berubah, anak di tingkat sekolah
dasar
> pada umumnya kelas-kelas besar sudah tidak banyak yang menggunakan
bedak
> nomor sebelas, bedak yang pernah saya gunakan dulu. Bedak nomor
sebelas
> itu sekarang tinggal kenangan sudah kembali ke komunitas aslinya,
yang
> digunakan komunitas para ibu manakala melahirkan anak. Disamping
menjaga
> agar kulit tidak cepet keriput juga digunakan untuk luluran, bahkan
> bedak ini harus digunakan mengingat kebiasaan yang berkembang di
kampung
> saya.
>
> Sementara, anak usia sekolah dasar yang dulu memakai bedak sisa dari
> orang tua itu kini sudah tidak menggunakan lagi. Anak-anak sudah
bisa
> memperhatikan penampilan mereka, mereka sudah bisa meminta kepada
orang
> tuanya untuk dibelikan bedak yang lebih bermerk manakala hendak
> berangkat ke sekolah, sudah bisa mengunakan pemerah pipi, dan juga
> penebal alis mata.
>
> Untuk itu, orang tua perlu memperhatian aspek penampiln anak-
anaknya.
> Bila anak-anak mereka sama sekali tidak mendapat kasih sayang dan
belas
> kasihan dari orang tua. Hal itu dapat menyebabkan mereka berusaha
> mencari kasih sayang di luar rumah, dengan harapan ada orang yang
dapat
> memberikan kasih sayang kepada mereka.
>
> Hanya dengan memperhatikan aspek penampilan saja, banyak diantara
orang
> tua beranggapan bahwa pendidikan yang baik adalah yang hanya
membatasi
> pada makanan yang bergizi, minuman yang segar, pakaian yang mewah,
> pelajaran yang berprestasi, dan penampilan yang baik di hadapan
manusia.
> Tidak ada sedikitpun menumbuhkan jiwa keagamaan yang benar dan
akhlak
> yang mulia dari diri anak-anak.
>
> Terlalu bersikap kikir kepada anak juga dapat membatasi kreatifitas
anak
> dalam mengolah rasa dan karsanya menjadi energy positif yang kelak
ia
> kembangkan di masa depan. Namun, sebagian orang tua ada yang teramat
> kikir kepada anak-anaknya melebihi dari sewajarnya, yang menyebabkan
> mereka selalu merasa kurang dan butuh. Bahkan, hal itu mendorong
mereka
> untuk mencari harta dengan cara mencuri, meminta-minta kepada orang
> lain, atau berkomplotan dengan teman-teman yang buruk dan para
penjahat
> pelaku kriminalitas.
>
> Inilah yang ingin saya sampaikan sejak awal bahwa contoh kecil
> membiasakan anak dengan bedak nomor sebelas diduga dapat memberikan
> kebiasaan pad anak kelak di masa remajanya, dan bahwkan masa
dewasanya.
> Terbiasa mnggunakan bedak nomor sebelas akan mengeliminir
kecenderungan
> anak (terlebih anak perempuan) untuk menggunakan bedak yang bermerk
> maupun kosmetik lainnya. Sekaranglah waktunya wahai orang tua
> membiasakan anak menggunakan bedak yang murah meriah, bedak nomor
> sebelas, bedak yang dulu saya gunakan di masa sekolah dasar, semoga
> bedak itu tidak lekang oleh jaman dan akan terus digunakan oleh para
> anak-anak usia sekolah dasar.
>
>
>
> Sangata, 17 Nopember 2008
>
> http://mkpd.wordpress.com <http://mkpd.wordpress.com/>
>
> http://sismanto.com <http://sismanto.com/>
>

9b.

Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Mon Nov 17, 2008 7:25 pm (PST)

He....iya lih, yang alami itulah yang afdhol dna menarik daripada
seperti ceritanya

bedak nomor sebelas itu biasa digunakan oleh para ibu, biasanya
dijual dipasar-pasar maupun di toko kembang (bunga). tingkat
ketebalannya juga lumayan ^_^

kalo pake bedak ini dijamin kulit putih tetap putih
dan kulit hitam jug tetap hitam.. :D

thanks dah di baca ya..

Salam,
sis

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, galih@... wrote:
>
> Pak Sis, saya masih gak tau (maaf kuper) bedak no 11 itu seperti
apa?
> Masih banyak yang jual gitu se

9c.

Re: (Catcil)  Bedak Nomor Sebelas

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Mon Nov 17, 2008 7:27 pm (PST)

He..nomor 6 mbak..??
tambah lima lagi dong mbak biar jadi sbelas :D

salam,
sis

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com,
"patisayang" <patisayang@...> wrote:
>
> Kalau kami dulu pakai no 6 Mas. Viva yang dikantung plastik kecil.
> Habis dipake, biasanya berceceran di meja dekat lemari baju jadul
> yang ada kaca besarnya.:(
>
> salam,
> Indar
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "sismanto" <siril_wafa@>

10.

(catatan kaki) Kita On Air Lagi Yuk.....

Posted by: "dkadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Mon Nov 17, 2008 6:42 pm (PST)

Kita On Air Lagi Yuk.....

Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.

Kita On Air di 103.4 Day FM Radio lagi, yuk.
Tepatnya di hari Rabu, tanggal 19 November 2008 jam 06.30 – 08.00 pagi.
Kalau ada kesempatan tune-in sekaligus ikut nimbrung dan sharing
diacara tersebut melalui 021-79190413 atau sms di 0815-1034-1034.

Bagi yang tinggal diluar kota Jakarta, acara ini bisa diakses melalui
streaming di www.radiodfm.com. I like to have you joining us on the
program. And, hopefully I can also listen to your voice ya.

Hore,
Hari Baru!
Dadang Kadarusman
www.dadangkadarusman.com

11.

[Inspirasi] Mari Berkurban

Posted by: "novi khansa'" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Mon Nov 17, 2008 6:50 pm (PST)



Pernahkah
kamu berpikir ketika musim haji itu datang. Wah, subhanallah... bisa
haji, hebat banget... biayanya kan gede banget... tapi, siapa yang
sangka banyak cerita indah perjuangan orang-orang yang akhirnya sampai
ke kota Mekah. Mereka bukan orang-orang kaya dengan gaji puluhan juta.
Mereka bukan seleb yang sekali tayang di TV bisa dapat berjuta-juta...
bukan... Mereka adalah orang yang punya kemauan kuat untuk menyambut
panggilan Allah

Ada
seorang ibu warung yang yang tiap hari menabung. Ada seorang guru
Sekolah Dasar yang optimis, ada seorang istri pemulung yang rajin
menabung... dan masih banyak lagi. Kalau berkaca pada mereka, terkadang
kita malu dan apakah kemudian kita masih berpikir lagi... "apa kami
sanggup?"

Seperti
halnya, berhaji, berkurban pun menjadi sesuatu yang mahal, walau hanya
satu tahun sekali. Kesadaran berkurban dikalahkan dengan berbagai
kebutuhan yang tak pernah ada habisnya. Padahal kalau mau disiasati,
berkurban bisa menjadi mudah. Begitu banyak penyedia jasa untuk membeli
hewan kambing, domba ataupun sapi. Ada banyak cara yang diajarkan
ketika kita masih duduk di Sekolah Dasar.

Kita
diajarkan untuk menabung. Kita dilatih untuk patungan agar suatu hari
nanti kita bisa berkurban secara penuh... entah kapan.

Bulan
Haji sudah mulai dekat... kerinduan akan tanah suci senantiasa akan
selalu hadir. Kenikmatan berpuasa arafah adalah salah satu kebahagiaan.
Mari kita tambah lagi dengan kesadaran diri kita untuk berkurban.

Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah
ada amalan Ibnu Adam pada Hari Raya Adha yang lebih dicintai oleh Allah
SWT, selain mengeluarkan darah (menyembelih hewan kurban). Sesungguhnya
hewan itu akan datang pada Hari Kiamat nanti lengkap dengan tanduk,
kulit dan bulunya. Dan sesungguhnya darah hewan itu akan diterima Allah
SWT sebelum jatuh ke tanah. Maka ikhlaskanlah hatimu dalam
melakukannya! (HR Ibnu Majah)

novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi.multiply.com
http://novikhansa.wordpress.com/

12.

Hati-hati memprogram otak anak anda

Posted by: "rahmad nurdin" rahmad.aceh@gmail.com   rahmadsyah_tcc

Mon Nov 17, 2008 7:00 pm (PST)

Kebanyakan Orang Tua secara tidak sadar memasukan program yang salah
pada otak si Anak sehingga kasihan sekali banyak anak-anak yang masa
depannya rusak karena program otak dari orang tuanya.

Perlu kita ketahui setiap program yang masuk ke dalam otak si Anak
mempengaruhi 3 dimensi kehidupan yaitu kehidupan Roh, kehidupan
Physiology mental si anak dan kehidupan tubuh (kesehatan) si anak.

Dibawah ini daftar program otak salah yang sering diprogramkan orang
tua pada anak2nya:

1. "Cari Uang itu susah!" Seringkali secara tidak sadar orang tua
seringkali mengatakan hal ini kepada anaknya ini yang akan memprogram
ke otak anaknya jika diucapkan berulang2 maka si anak tersebut
menyimpan kata-kata tersebut dialam bawah sadarnya.
Akibatnya: Secara Psikology dan mental si Anak akan mengatakan didalam
kejiwaan mereka mencari uang itu susah, efek jeleknya hal ini
menghambat kreatifitas si anak dalam mencapai keberhasilan dalam
mencari uang dengan cara mudah, kenapa ? karena yang ada dikamus otak
bawah sadar si anak mencari uang itu susah.

Saran kata-kata yang baik: "Membantu orang itu hal yang menyenangkan,
Dengan mencari uang kita dapat gunakan untuk membantu orang lain, jadi
mencari uang itu hal yang menyenangkan asal kita lakukan dengan cara
yang jujur."

3."Usaha sendiri itu susah mending kerja sama orang!" Hal ini sama
jeleknya
Akibatnya: Anak tersebut akan terprogram untuk menjadi karyawan. Jika
dia mencoba berusaha sendiri maka bila dia menemukan tantangan dia
akan membenarkan perkataan orang tuanya dan kemudian menyerah lalu
bekerja dengan orang.

Saran kata-kata yang baik: "Berusaha sendiri itu hal yang baik,
apalagi dapat memperkerjakan orang lain itu, tetapi ingat kita
memiliki tanggung jawab yang lebih besar karena kita juga harus
memikirkan orang yang berkerja dibawah kita, tetapi ingat Tuhan akan
itu Adil setiap orang yang memiliki tanggung jawab lebih besar dia
juga akan memberikan berkat yang lebih bagi orang tersebut."

2. "Jangan Main Hujan, Nanti Kamu Sakit!" Secara normal manusia
diciptakan Tuhan tahan terhadap yang namanya hujan, jika kalau tidak
mana mungkinlah Tuhan ciptakan hujan. Tetapi seringkali orang tua
mengatakan tersebut, sehingga masuk kedalam pikiran bawah sadar si
anak. Setiapkali dia kehujanan maka tubuhnya sakit, kenapa demikian?
Pikiran Mental seseorang itu mampu memerintahkan tubuh manusia, sama
halnya mengapa ada seseorang yang ketika makan pedas dia sakit perut
tetapi orang sebelahnya makan pedas yang sama baik-baik saja,
seringkali orang bilang daya tahan pedas orang itu berbeda, ya benar
daya tahan, tetapi Anda harus tahu yang menciptakan daya tahan tidak
lain adalah pikiran kita sendiri. Demikian pikiran manusia itu mampu
mempengaruhi tubuh dan kesehatan seseorang.

Saran kata-kata yang baik: "Bermain hujan itu memang menyenangkan
tetapi banyak hal lain yang lebih menyenangkan yang dapat kamu lakukan
didalam rumah anakku."

3. "Nanti klo gede cari suami yang kaya, supaya masa depan terjamin!"
Dashyat banget nich program otak yang satu ini, si anak dijamin ketika
dewasa akan menjadi orang yang materialistik, dan memiliki
kecenderungan menilai orang lain dari kekayaannya bukan dari hal-hal
postitif lainnya.

Saran kata-kata yang baik: "Kalau besar nanti kamu cari pasangan
jangan lihat dari luarnya, tetapi lihatlah dari mulia hatinya, dan
carilah orang yang takut akan Tuhan (taat beragama)"

Jadi Friends buat yang sudah sadar program otak itu menentukan masa
depan anak-anak kita, Marilah kita perbaiki lah mulai saat ini
perkataan program otak buat anak kita. Demi masa depan anak-anak kita
dan demi masa depan bangsa kita dengan terciptanya manusia-manusia
berprestasi, bermartabat dan berhati mulia.

Salam Epos,

Thomas Joseph
--
RAHMADSYAH
Certified Master NLP Practitioner I 081511448147 I Motivator & Therapist
www.rahmadsyah.co.cc
13a.

(Inspirasi) Kartu Penghargaan

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Mon Nov 17, 2008 7:38 pm (PST)

Inspirasi

*KARTU-KARTU PENGHARGAAN*
/Oleh Teha Sugiyo

/Nihaw sedang sibuk menggunting-gunting kertas warna berukuran sekitar 3
x 4 cm pada senja yang sejuk di beranda Villa Bapak Ikin. Ada tiga warna
yang disiapkannya: merah, kuning dan biru. Masing-masing warna mewakili
simbol tertentu. Biru untuk penghargaan, kuning untuk peringatan, dan
merah untuk kritikan.
Guntingan kertas warna-warni itu dibagikan kepada peserta raker
kabinet eska yang jumlahnya 16 orang. Masing-masing orang boleh
mendapatkan guntingan kertas secukupnya. Mereka diminta menuliskan
catatan-catatan pada kertas warna-warni itu, yang ditujukan kepada
setiap peserta raker. Bahkan ada juga yang menuliskan untuk peserta yang
belum datang. Kertas warna biru dipergunakan untuk menuliskan
penghargaan kepada seseorang: "Yang saya suka dari Anda", atau "Saya
menghargai Anda karena...". Kertas warna kuning dipakai untuk menuliskan
peringatan kepada seseorang. Maksudnya: "Yang tidak saya sukai tentang
perilaku Anda", atau bisa juga merupakan saran-saran agar seseorang
dapat memperbaiki perilakunya. Sedangkan kertas warna merah dipakai
untuk menuliskan kritik dan teguran. Maksudnya, perilaku yang sangat
menjengkelkan, yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
Menjelang tengah malam, guntingan-guntingan kertas warna-warni itu
dibagikan kepada peserta dan masing-masing menuliskan kesannya pada
kertas tertentu yang ditujukan kepada seseorang. Tulisan dibuat pada
sisi yang berwarna putih, sedangkan nama dituliskan pada sisi lainnya.
Memang ada yang menuliskan kesannya pada kertas warna kuning, bahkan
warna merah. Jumlahnya tidak banyak. Saya sendiri menulis sesuatu pada
kertas warna biru yang saya tujukan kepada hampir semua peserta. Karena
kertasnya terbatas, ada beberapa sahabat yang tidak kebagian potongan
kertas warna biru itu.
Malam itu, Nihaw membacakan apa yang tertulis pada kartu-kartu
warna-warni itu. Saya memperhatikannya. Setiap orang yang disebut
namanya, dan dibacakan apa yang tertera pada kertas warna biru, ada
semburat cahaya kegembiraan dari wajah yang punya nama. Bahkan ada
tepukan tangan juga.
Guntingan kertas warna-warni itu mengingatkan saya pada sebuah
tulisan di salah satu buku serial /Chicken Soup/ karya Mark Victor
Hansen, yang berjudul "Kartu Pikiran". Saya lupa siapa penulisnya. Yang
jelas ia adalah mantan mahasiswa yang terkesan dengan cara unik seorang
profesor dalam memberikan kuliah. Profesor sepuh punya kebiasaan setiap
akan masuk kelas untuk memberikan kuliah kepada para mahasiswanya,
beliau meminta para mahasiswanya untuk menuliskan apa saja yang
terlintas pada pikirannya, selama seminggu sebelumnya. Tulisan itu
dibuat pada sebuah kartu yang berukuran sebesar kartupos. Apa saja yang
terlintas di pikiran mahasiswa dapat dituliskan pada kartu. Setiap
minggu sang profesor mengembalikan kartu pikiran itu dengan
komentar-komentar singkat yang khas.
Yang masih saya ingat, pada sebuah kartu ada tulisan mahasiswa
kira-kira begini. "/Saya sangat benci kepada ayah. Ayah saya sungguh
brengsek/!" Nampaknya pernyataan itu ditulis dalam ketergesaan dan
emosi. Berhuruf tebal. Sang profesor memberikan komentar begini, "Apa
hubungan antara ayah yang brengsek dengan masa depanmu?" Justru
kata-kata sang profesor itulah yang memicu dan memacu mahasiswa untuk
terus berjuang sampai mendapatkan kesuksesan. Luar biasa!
Gagasan yang cemerlang itu saya tiru, dan terapkan kepada mahasiswa
saya ketika saya memberikan mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
Sumedang. Pada awal perkuliahan saya menjelaskan tugas yang harus dibuat
oleh mahasiswa di rumah, yaitu menuliskan gagasan-gagasannya pada kartu
pikiran. Saya meminta agar para mahasiswa sebelum masuk mengikuti kuliah
saya, mereka mengumpulkan kartu pikiran yang telah dibuatnya di rumah.
Jika mereka lupa, mereka harus menuliskan dulu di luar kelas, baru
setelah selesai, mereka boleh masuk kelas.

Hasilnya? Minggu-minggu awal, mereka menuliskan pengalaman-pengalaman
"standar", biasa. Komentar yang saya berikan pun biasa saja. Setelah
lewat 3-4 minggu, kartu-kartu pikiran itu menjadi ajang /curhat. /Dalam
ruang terbatas itu, mereka menuliskan apa saja tentang pacarnya,
orangtuanya, saudaranya, temannya, dan juga kondisi kehidupan yang
dialaminya. Karena memang sekolah "/ndeso", /kebanyakan mahasiswa curhat
tentang kondisi ekonomi yang di bawah standar. Ada juga pengalaman
seorang guru (mahasiswa saya ada yang memang sudah menjadi guru), yang
merangkap menjadi tukang ojek, atau tukang bangunan. Itu hal yang wajar.
Ada juga mahasiswa yang merangkap jabatan sebagai penjual koran, atau
membuka warung kecil-kecilan. Semua curhatan saya beri komentar dengan
kata-kata positif. Jika memang diperlukan, saya memanggil mahasiswa yang
memang perlu dimotivasi untuk menjadi lebih baik.

Jujur saya akui bahwa di antara mahasiswa yang memiliki daya juang
tinggi, ada banyak yang memiliki sikap "/nrimo ing pandum/", "/pasrah
bongkokan/", pasif, apatis, menerima apa adanya. Menghadapi orang-orang
semacam ini saya sering merasa kesulitan, sebab rasanya seperti
mendorong mobil mogok. /Nagen/, dan tak mau bergerak. Telah digunakan
berbagai jurus untuk memotivasi, toh semuanya tidak mempan. Kalau sudah
demikian, saya hanya dapat mengembalikan kepada Yang Di Atas. Saya
angkat tangan dan berharap Yang Di Atas turun tangan.

Hidup ini merupakan misteri. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi.
Beberapa tahun setelah saya melakukan proses pembelajaran dengan "Kartu
Pikiran", barulah saya "ngeh" dengan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya
tak terbayangkan. Beberapa mahasiswa yang pernah mengalami "kartu
pikiran" menghubungi saya. Ada yang mengucapkan terima kasih, karena
berkat kartu pikiran itu, hidupnya telah berubah menjadi lebih baik. Ada
juga yang mengatakan, dengan kartu pikiran itu, yang semula dia
memandang secara negatif, setelah terbentur-bentur dengan kesulitan
hidup, nampaknya kesulitan itu menjadikan titik balik bagi kehidupannya.
Dan dia baru ingat kata-kata motivasi dalam "kartu pikiran" yang pernah
diterimanya. Ada juga yang secara pribadi datang kepada saya, khusus
untuk mengatakan, bahwa dia sangat terkesan dengan ucapan saya dalam
kartu pikiran. Kalau sudah demikian, kepala saya rasanya membengkak dan
hati saya berbunga-bunga. Terharu! Sekaligus bersyukur! Ternyata apa
yang dulunya saya taburkan dengan ikhlas, dan tidak pernah berharap akan
ada hasilnya, ternyata memberikan buah-buah yang menggembirakan. Terima
kasih Tuhan!

Lewat "kartu pikiran", - saya lebih suka menyebutnya "kartu
penghargaan", - kita bisa belajar banyak. Belajar untuk saling bertumbuh
dan berkembang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga!

/Disertai ucapan terima kasih untuk Nihaw yang telah memicu ingatan saya
dengan adanya "kartu penghargaan" ini./

/Live as if you were to die tomorrow
learn as if you were to live forever
(Mahatma Gandhi)

/

13b.

Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Mon Nov 17, 2008 7:53 pm (PST)

Dan aku pun menulis kartu biru untuk semua yang hadir ;)
termasuk Pak Teha yang selalu menginspirasi

PAk teha makasi ya wejangannya, bersama tya waktu itu...
pikiran aku mulai terbuka kembali :)

Nop ga mau sering-sering sakit
:D

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, teha <teha.sugiyo@...> wrote:
>
> Inspirasi
>
> *KARTU-KARTU PENGHARGAAN*
> /Oleh Teha Sugiyo
>
> /Nihaw sedang sibuk menggunting-gunting kertas warna berukuran
sekitar 3
> x 4 cm pada senja yang sejuk di beranda Villa Bapak Ikin. Ada tiga
warna
> yang disiapkannya: merah, kuning dan biru. Masing-masing warna mewakili
> simbol tertentu. Biru untuk penghargaan, kuning untuk peringatan, dan
> merah untuk kritikan.
> Guntingan kertas warna-warni itu dibagikan kepada peserta raker
> kabinet eska yang jumlahnya 16 orang. Masing-masing orang boleh
> mendapatkan guntingan kertas secukupnya. Mereka diminta menuliskan
> catatan-catatan pada kertas warna-warni itu, yang ditujukan kepada
> setiap peserta raker. Bahkan ada juga yang menuliskan untuk peserta
yang
> belum datang. Kertas warna biru dipergunakan untuk menuliskan
> penghargaan kepada seseorang: "Yang saya suka dari Anda", atau "Saya
> menghargai Anda karena...". Kertas warna kuning dipakai untuk
menuliskan
> peringatan kepada seseorang. Maksudnya: "Yang tidak saya sukai tentang
> perilaku Anda", atau bisa juga merupakan saran-saran agar seseorang
> dapat memperbaiki perilakunya. Sedangkan kertas warna merah dipakai
> untuk menuliskan kritik dan teguran. Maksudnya, perilaku yang sangat
> menjengkelkan, yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
> Menjelang tengah malam, guntingan-guntingan kertas warna-warni itu
> dibagikan kepada peserta dan masing-masing menuliskan kesannya pada
> kertas tertentu yang ditujukan kepada seseorang. Tulisan dibuat pada
> sisi yang berwarna putih, sedangkan nama dituliskan pada sisi lainnya.
> Memang ada yang menuliskan kesannya pada kertas warna kuning,
bahkan
> warna merah. Jumlahnya tidak banyak. Saya sendiri menulis sesuatu pada
> kertas warna biru yang saya tujukan kepada hampir semua peserta. Karena
> kertasnya terbatas, ada beberapa sahabat yang tidak kebagian potongan
> kertas warna biru itu.
> Malam itu, Nihaw membacakan apa yang tertulis pada kartu-kartu
> warna-warni itu. Saya memperhatikannya. Setiap orang yang disebut
> namanya, dan dibacakan apa yang tertera pada kertas warna biru, ada
> semburat cahaya kegembiraan dari wajah yang punya nama. Bahkan ada
> tepukan tangan juga.
> Guntingan kertas warna-warni itu mengingatkan saya pada sebuah
> tulisan di salah satu buku serial /Chicken Soup/ karya Mark Victor
> Hansen, yang berjudul "Kartu Pikiran". Saya lupa siapa penulisnya. Yang
> jelas ia adalah mantan mahasiswa yang terkesan dengan cara unik seorang
> profesor dalam memberikan kuliah. Profesor sepuh punya kebiasaan setiap
> akan masuk kelas untuk memberikan kuliah kepada para mahasiswanya,
> beliau meminta para mahasiswanya untuk menuliskan apa saja yang
> terlintas pada pikirannya, selama seminggu sebelumnya. Tulisan itu
> dibuat pada sebuah kartu yang berukuran sebesar kartupos. Apa saja
yang
> terlintas di pikiran mahasiswa dapat dituliskan pada kartu. Setiap
> minggu sang profesor mengembalikan kartu pikiran itu dengan
> komentar-komentar singkat yang khas.
> Yang masih saya ingat, pada sebuah kartu ada tulisan mahasiswa
> kira-kira begini. "/Saya sangat benci kepada ayah. Ayah saya sungguh
> brengsek/!" Nampaknya pernyataan itu ditulis dalam ketergesaan dan
> emosi. Berhuruf tebal. Sang profesor memberikan komentar begini, "Apa
> hubungan antara ayah yang brengsek dengan masa depanmu?" Justru
> kata-kata sang profesor itulah yang memicu dan memacu mahasiswa untuk
> terus berjuang sampai mendapatkan kesuksesan. Luar biasa!
> Gagasan yang cemerlang itu saya tiru, dan terapkan kepada mahasiswa
> saya ketika saya memberikan mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
> Sumedang. Pada awal perkuliahan saya menjelaskan tugas yang harus
dibuat
> oleh mahasiswa di rumah, yaitu menuliskan gagasan-gagasannya pada kartu
> pikiran. Saya meminta agar para mahasiswa sebelum masuk mengikuti
kuliah
> saya, mereka mengumpulkan kartu pikiran yang telah dibuatnya di rumah.
> Jika mereka lupa, mereka harus menuliskan dulu di luar kelas, baru
> setelah selesai, mereka boleh masuk kelas.
>
> Hasilnya? Minggu-minggu awal, mereka menuliskan pengalaman-pengalaman
> "standar", biasa. Komentar yang saya berikan pun biasa saja. Setelah
> lewat 3-4 minggu, kartu-kartu pikiran itu menjadi ajang /curhat. /Dalam
> ruang terbatas itu, mereka menuliskan apa saja tentang pacarnya,
> orangtuanya, saudaranya, temannya, dan juga kondisi kehidupan yang
> dialaminya. Karena memang sekolah "/ndeso", /kebanyakan mahasiswa
curhat
> tentang kondisi ekonomi yang di bawah standar. Ada juga pengalaman
> seorang guru (mahasiswa saya ada yang memang sudah menjadi guru), yang
> merangkap menjadi tukang ojek, atau tukang bangunan. Itu hal yang
wajar.
> Ada juga mahasiswa yang merangkap jabatan sebagai penjual koran, atau
> membuka warung kecil-kecilan. Semua curhatan saya beri komentar dengan
> kata-kata positif. Jika memang diperlukan, saya memanggil mahasiswa
yang
> memang perlu dimotivasi untuk menjadi lebih baik.
>
> Jujur saya akui bahwa di antara mahasiswa yang memiliki daya juang
> tinggi, ada banyak yang memiliki sikap "/nrimo ing pandum/", "/pasrah
> bongkokan/", pasif, apatis, menerima apa adanya. Menghadapi orang-orang
> semacam ini saya sering merasa kesulitan, sebab rasanya seperti
> mendorong mobil mogok. /Nagen/, dan tak mau bergerak. Telah digunakan
> berbagai jurus untuk memotivasi, toh semuanya tidak mempan. Kalau sudah
> demikian, saya hanya dapat mengembalikan kepada Yang Di Atas. Saya
> angkat tangan dan berharap Yang Di Atas turun tangan.
>
> Hidup ini merupakan misteri. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi.
> Beberapa tahun setelah saya melakukan proses pembelajaran dengan "Kartu
> Pikiran", barulah saya "ngeh" dengan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya
> tak terbayangkan. Beberapa mahasiswa yang pernah mengalami "kartu
> pikiran" menghubungi saya. Ada yang mengucapkan terima kasih, karena
> berkat kartu pikiran itu, hidupnya telah berubah menjadi lebih baik.
Ada
> juga yang mengatakan, dengan kartu pikiran itu, yang semula dia
> memandang secara negatif, setelah terbentur-bentur dengan kesulitan
> hidup, nampaknya kesulitan itu menjadikan titik balik bagi
kehidupannya.
> Dan dia baru ingat kata-kata motivasi dalam "kartu pikiran" yang pernah
> diterimanya. Ada juga yang secara pribadi datang kepada saya, khusus
> untuk mengatakan, bahwa dia sangat terkesan dengan ucapan saya dalam
> kartu pikiran. Kalau sudah demikian, kepala saya rasanya membengkak dan
> hati saya berbunga-bunga. Terharu! Sekaligus bersyukur! Ternyata apa
> yang dulunya saya taburkan dengan ikhlas, dan tidak pernah berharap
akan
> ada hasilnya, ternyata memberikan buah-buah yang menggembirakan. Terima
> kasih Tuhan!
>
> Lewat "kartu pikiran", - saya lebih suka menyebutnya "kartu
> penghargaan", - kita bisa belajar banyak. Belajar untuk saling
bertumbuh
> dan berkembang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga!
>
>
> /Disertai ucapan terima kasih untuk Nihaw yang telah memicu ingatan
saya
> dengan adanya "kartu penghargaan" ini./
>
>
> /Live as if you were to die tomorrow
> learn as if you were to live forever
> (Mahatma Gandhi)
>
> /
>

13c.

Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan

Posted by: "teha" teha.sugiyo@toserbayogya.com

Mon Nov 17, 2008 8:03 pm (PST)

sama-sama nop. yuk kita belajar meresapkan sekaligus mengamalkan
kata-kata ini: /*you are what you think.*/ tx.
novi_ningsih wrote:
>
> Dan aku pun menulis kartu biru untuk semua yang hadir ;)
> termasuk Pak Teha yang selalu menginspirasi
>
> PAk teha makasi ya wejangannya, bersama tya waktu itu...
> pikiran aku mulai terbuka kembali :)
>
> Nop ga mau sering-sering sakit
> :D
>
> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
> <mailto:sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>, teha <teha.sugiyo@ ...>
> wrote:
> >
> > Inspirasi
> >
> > *KARTU-KARTU PENGHARGAAN*
> > /Oleh Teha Sugiyo
> >
> > /Nihaw sedang sibuk menggunting- gunting kertas warna berukuran
> sekitar 3
> > x 4 cm pada senja yang sejuk di beranda Villa Bapak Ikin. Ada tiga
> warna
> > yang disiapkannya: merah, kuning dan biru. Masing-masing warna mewakili
> > simbol tertentu. Biru untuk penghargaan, kuning untuk peringatan, dan
> > merah untuk kritikan.
> > Guntingan kertas warna-warni itu dibagikan kepada peserta raker
> > kabinet eska yang jumlahnya 16 orang. Masing-masing orang boleh
> > mendapatkan guntingan kertas secukupnya. Mereka diminta menuliskan
> > catatan-catatan pada kertas warna-warni itu, yang ditujukan kepada
> > setiap peserta raker. Bahkan ada juga yang menuliskan untuk peserta
> yang
> > belum datang. Kertas warna biru dipergunakan untuk menuliskan
> > penghargaan kepada seseorang: "Yang saya suka dari Anda", atau "Saya
> > menghargai Anda karena...". Kertas warna kuning dipakai untuk
> menuliskan
> > peringatan kepada seseorang. Maksudnya: "Yang tidak saya sukai tentang
> > perilaku Anda", atau bisa juga merupakan saran-saran agar seseorang
> > dapat memperbaiki perilakunya. Sedangkan kertas warna merah dipakai
> > untuk menuliskan kritik dan teguran. Maksudnya, perilaku yang sangat
> > menjengkelkan, yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
> > Menjelang tengah malam, guntingan-guntingan kertas warna-warni itu
> > dibagikan kepada peserta dan masing-masing menuliskan kesannya pada
> > kertas tertentu yang ditujukan kepada seseorang. Tulisan dibuat pada
> > sisi yang berwarna putih, sedangkan nama dituliskan pada sisi lainnya.
> > Memang ada yang menuliskan kesannya pada kertas warna kuning,
> bahkan
> > warna merah. Jumlahnya tidak banyak. Saya sendiri menulis sesuatu pada
> > kertas warna biru yang saya tujukan kepada hampir semua peserta. Karena
> > kertasnya terbatas, ada beberapa sahabat yang tidak kebagian potongan
> > kertas warna biru itu.
> > Malam itu, Nihaw membacakan apa yang tertulis pada kartu-kartu
> > warna-warni itu. Saya memperhatikannya. Setiap orang yang disebut
> > namanya, dan dibacakan apa yang tertera pada kertas warna biru, ada
> > semburat cahaya kegembiraan dari wajah yang punya nama. Bahkan ada
> > tepukan tangan juga.
> > Guntingan kertas warna-warni itu mengingatkan saya pada sebuah
> > tulisan di salah satu buku serial /Chicken Soup/ karya Mark Victor
> > Hansen, yang berjudul "Kartu Pikiran". Saya lupa siapa penulisnya. Yang
> > jelas ia adalah mantan mahasiswa yang terkesan dengan cara unik seorang
> > profesor dalam memberikan kuliah. Profesor sepuh punya kebiasaan setiap
> > akan masuk kelas untuk memberikan kuliah kepada para mahasiswanya,
> > beliau meminta para mahasiswanya untuk menuliskan apa saja yang
> > terlintas pada pikirannya, selama seminggu sebelumnya. Tulisan itu
> > dibuat pada sebuah kartu yang berukuran sebesar kartupos. Apa saja
> yang
> > terlintas di pikiran mahasiswa dapat dituliskan pada kartu. Setiap
> > minggu sang profesor mengembalikan kartu pikiran itu dengan
> > komentar-komentar singkat yang khas.
> > Yang masih saya ingat, pada sebuah kartu ada tulisan mahasiswa
> > kira-kira begini. "/Saya sangat benci kepada ayah. Ayah saya sungguh
> > brengsek/!" Nampaknya pernyataan itu ditulis dalam ketergesaan dan
> > emosi. Berhuruf tebal. Sang profesor memberikan komentar begini, "Apa
> > hubungan antara ayah yang brengsek dengan masa depanmu?" Justru
> > kata-kata sang profesor itulah yang memicu dan memacu mahasiswa untuk
> > terus berjuang sampai mendapatkan kesuksesan. Luar biasa!
> > Gagasan yang cemerlang itu saya tiru, dan terapkan kepada mahasiswa
> > saya ketika saya memberikan mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
> > Sumedang. Pada awal perkuliahan saya menjelaskan tugas yang harus
> dibuat
> > oleh mahasiswa di rumah, yaitu menuliskan gagasan-gagasannya pada kartu
> > pikiran. Saya meminta agar para mahasiswa sebelum masuk mengikuti
> kuliah
> > saya, mereka mengumpulkan kartu pikiran yang telah dibuatnya di rumah.
> > Jika mereka lupa, mereka harus menuliskan dulu di luar kelas, baru
> > setelah selesai, mereka boleh masuk kelas.
> >
> > Hasilnya? Minggu-minggu awal, mereka menuliskan pengalaman-pengalam an
> > "standar", biasa. Komentar yang saya berikan pun biasa saja. Setelah
> > lewat 3-4 minggu, kartu-kartu pikiran itu menjadi ajang /curhat. /Dalam
> > ruang terbatas itu, mereka menuliskan apa saja tentang pacarnya,
> > orangtuanya, saudaranya, temannya, dan juga kondisi kehidupan yang
> > dialaminya. Karena memang sekolah "/ndeso", /kebanyakan mahasiswa
> curhat
> > tentang kondisi ekonomi yang di bawah standar. Ada juga pengalaman
> > seorang guru (mahasiswa saya ada yang memang sudah menjadi guru), yang
> > merangkap menjadi tukang ojek, atau tukang bangunan. Itu hal yang
> wajar.
> > Ada juga mahasiswa yang merangkap jabatan sebagai penjual koran, atau
> > membuka warung kecil-kecilan. Semua curhatan saya beri komentar dengan
> > kata-kata positif. Jika memang diperlukan, saya memanggil mahasiswa
> yang
> > memang perlu dimotivasi untuk menjadi lebih baik.
> >
> > Jujur saya akui bahwa di antara mahasiswa yang memiliki daya juang
> > tinggi, ada banyak yang memiliki sikap "/nrimo ing pandum/", "/pasrah
> > bongkokan/", pasif, apatis, menerima apa adanya. Menghadapi orang-orang
> > semacam ini saya sering merasa kesulitan, sebab rasanya seperti
> > mendorong mobil mogok. /Nagen/, dan tak mau bergerak. Telah digunakan
> > berbagai jurus untuk memotivasi, toh semuanya tidak mempan. Kalau sudah
> > demikian, saya hanya dapat mengembalikan kepada Yang Di Atas. Saya
> > angkat tangan dan berharap Yang Di Atas turun tangan.
> >
> > Hidup ini merupakan misteri. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi.
> > Beberapa tahun setelah saya melakukan proses pembelajaran dengan "Kartu
> > Pikiran", barulah saya "ngeh" dengan peristiwa-peristiwa yang
> sebelumnya
> > tak terbayangkan. Beberapa mahasiswa yang pernah mengalami "kartu
> > pikiran" menghubungi saya. Ada yang mengucapkan terima kasih, karena
> > berkat kartu pikiran itu, hidupnya telah berubah menjadi lebih baik.
> Ada
> > juga yang mengatakan, dengan kartu pikiran itu, yang semula dia
> > memandang secara negatif, setelah terbentur-bentur dengan kesulitan
> > hidup, nampaknya kesulitan itu menjadikan titik balik bagi
> kehidupannya.
> > Dan dia baru ingat kata-kata motivasi dalam "kartu pikiran" yang pernah
> > diterimanya. Ada juga yang secara pribadi datang kepada saya, khusus
> > untuk mengatakan, bahwa dia sangat terkesan dengan ucapan saya dalam
> > kartu pikiran. Kalau sudah demikian, kepala saya rasanya membengkak dan
> > hati saya berbunga-bunga. Terharu! Sekaligus bersyukur! Ternyata apa
> > yang dulunya saya taburkan dengan ikhlas, dan tidak pernah berharap
> akan
> > ada hasilnya, ternyata memberikan buah-buah yang menggembirakan. Terima
> > kasih Tuhan!
> >
> > Lewat "kartu pikiran", - saya lebih suka menyebutnya "kartu
> > penghargaan" , - kita bisa belajar banyak. Belajar untuk saling
> bertumbuh
> > dan berkembang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga!
> >
> >
> > /Disertai ucapan terima kasih untuk Nihaw yang telah memicu ingatan
> saya
> > dengan adanya "kartu penghargaan" ini./
> >
> >
> > /Live as if you were to die tomorrow
> > learn as if you were to live forever
> > (Mahatma Gandhi)
> >
> > /
> >
>
>

13d.

Re: (Inspirasi) Kartu Penghargaan

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon Nov 17, 2008 8:07 pm (PST)

dan seribu penghargaan untuk eyang teha yang selalu bersedia ditanya
rute jalan jika ada acara eska, bahkan dengan setia mengantar dan
menjemput menggunakan mobil merahnya:)

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, teha <teha.sugiyo@...> wrote:
>
> Inspirasi
>
> *KARTU-KARTU PENGHARGAAN*
> /Oleh Teha Sugiyo
>
> /Nihaw sedang sibuk menggunting-gunting kertas warna berukuran
sekitar 3
> x 4 cm pada senja yang sejuk di beranda Villa Bapak Ikin. Ada tiga
warna
> yang disiapkannya: merah, kuning dan biru. Masing-masing warna mewakili
> simbol tertentu. Biru untuk penghargaan, kuning untuk peringatan, dan
> merah untuk kritikan.
> Guntingan kertas warna-warni itu dibagikan kepada peserta raker
> kabinet eska yang jumlahnya 16 orang. Masing-masing orang boleh
> mendapatkan guntingan kertas secukupnya. Mereka diminta menuliskan
> catatan-catatan pada kertas warna-warni itu, yang ditujukan kepada
> setiap peserta raker. Bahkan ada juga yang menuliskan untuk peserta
yang
> belum datang. Kertas warna biru dipergunakan untuk menuliskan
> penghargaan kepada seseorang: "Yang saya suka dari Anda", atau "Saya
> menghargai Anda karena...". Kertas warna kuning dipakai untuk
menuliskan
> peringatan kepada seseorang. Maksudnya: "Yang tidak saya sukai tentang
> perilaku Anda", atau bisa juga merupakan saran-saran agar seseorang
> dapat memperbaiki perilakunya. Sedangkan kertas warna merah dipakai
> untuk menuliskan kritik dan teguran. Maksudnya, perilaku yang sangat
> menjengkelkan, yang membuat orang lain merasa tidak nyaman.
> Menjelang tengah malam, guntingan-guntingan kertas warna-warni itu
> dibagikan kepada peserta dan masing-masing menuliskan kesannya pada
> kertas tertentu yang ditujukan kepada seseorang. Tulisan dibuat pada
> sisi yang berwarna putih, sedangkan nama dituliskan pada sisi lainnya.
> Memang ada yang menuliskan kesannya pada kertas warna kuning,
bahkan
> warna merah. Jumlahnya tidak banyak. Saya sendiri menulis sesuatu pada
> kertas warna biru yang saya tujukan kepada hampir semua peserta. Karena
> kertasnya terbatas, ada beberapa sahabat yang tidak kebagian potongan
> kertas warna biru itu.
> Malam itu, Nihaw membacakan apa yang tertulis pada kartu-kartu
> warna-warni itu. Saya memperhatikannya. Setiap orang yang disebut
> namanya, dan dibacakan apa yang tertera pada kertas warna biru, ada
> semburat cahaya kegembiraan dari wajah yang punya nama. Bahkan ada
> tepukan tangan juga.
> Guntingan kertas warna-warni itu mengingatkan saya pada sebuah
> tulisan di salah satu buku serial /Chicken Soup/ karya Mark Victor
> Hansen, yang berjudul "Kartu Pikiran". Saya lupa siapa penulisnya. Yang
> jelas ia adalah mantan mahasiswa yang terkesan dengan cara unik seorang
> profesor dalam memberikan kuliah. Profesor sepuh punya kebiasaan setiap
> akan masuk kelas untuk memberikan kuliah kepada para mahasiswanya,
> beliau meminta para mahasiswanya untuk menuliskan apa saja yang
> terlintas pada pikirannya, selama seminggu sebelumnya. Tulisan itu
> dibuat pada sebuah kartu yang berukuran sebesar kartupos. Apa saja
yang
> terlintas di pikiran mahasiswa dapat dituliskan pada kartu. Setiap
> minggu sang profesor mengembalikan kartu pikiran itu dengan
> komentar-komentar singkat yang khas.
> Yang masih saya ingat, pada sebuah kartu ada tulisan mahasiswa
> kira-kira begini. "/Saya sangat benci kepada ayah. Ayah saya sungguh
> brengsek/!" Nampaknya pernyataan itu ditulis dalam ketergesaan dan
> emosi. Berhuruf tebal. Sang profesor memberikan komentar begini, "Apa
> hubungan antara ayah yang brengsek dengan masa depanmu?" Justru
> kata-kata sang profesor itulah yang memicu dan memacu mahasiswa untuk
> terus berjuang sampai mendapatkan kesuksesan. Luar biasa!
> Gagasan yang cemerlang itu saya tiru, dan terapkan kepada mahasiswa
> saya ketika saya memberikan mata kuliah Bimbingan dan Konseling di
> Sumedang. Pada awal perkuliahan saya menjelaskan tugas yang harus
dibuat
> oleh mahasiswa di rumah, yaitu menuliskan gagasan-gagasannya pada kartu
> pikiran. Saya meminta agar para mahasiswa sebelum masuk mengikuti
kuliah
> saya, mereka mengumpulkan kartu pikiran yang telah dibuatnya di rumah.
> Jika mereka lupa, mereka harus menuliskan dulu di luar kelas, baru
> setelah selesai, mereka boleh masuk kelas.
>
> Hasilnya? Minggu-minggu awal, mereka menuliskan pengalaman-pengalaman
> "standar", biasa. Komentar yang saya berikan pun biasa saja. Setelah
> lewat 3-4 minggu, kartu-kartu pikiran itu menjadi ajang /curhat. /Dalam
> ruang terbatas itu, mereka menuliskan apa saja tentang pacarnya,
> orangtuanya, saudaranya, temannya, dan juga kondisi kehidupan yang
> dialaminya. Karena memang sekolah "/ndeso", /kebanyakan mahasiswa
curhat
> tentang kondisi ekonomi yang di bawah standar. Ada juga pengalaman
> seorang guru (mahasiswa saya ada yang memang sudah menjadi guru), yang
> merangkap menjadi tukang ojek, atau tukang bangunan. Itu hal yang
wajar.
> Ada juga mahasiswa yang merangkap jabatan sebagai penjual koran, atau
> membuka warung kecil-kecilan. Semua curhatan saya beri komentar dengan
> kata-kata positif. Jika memang diperlukan, saya memanggil mahasiswa
yang
> memang perlu dimotivasi untuk menjadi lebih baik.
>
> Jujur saya akui bahwa di antara mahasiswa yang memiliki daya juang
> tinggi, ada banyak yang memiliki sikap "/nrimo ing pandum/", "/pasrah
> bongkokan/", pasif, apatis, menerima apa adanya. Menghadapi orang-orang
> semacam ini saya sering merasa kesulitan, sebab rasanya seperti
> mendorong mobil mogok. /Nagen/, dan tak mau bergerak. Telah digunakan
> berbagai jurus untuk memotivasi, toh semuanya tidak mempan. Kalau sudah
> demikian, saya hanya dapat mengembalikan kepada Yang Di Atas. Saya
> angkat tangan dan berharap Yang Di Atas turun tangan.
>
> Hidup ini merupakan misteri. Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi.
> Beberapa tahun setelah saya melakukan proses pembelajaran dengan "Kartu
> Pikiran", barulah saya "ngeh" dengan peristiwa-peristiwa yang
sebelumnya
> tak terbayangkan. Beberapa mahasiswa yang pernah mengalami "kartu
> pikiran" menghubungi saya. Ada yang mengucapkan terima kasih, karena
> berkat kartu pikiran itu, hidupnya telah berubah menjadi lebih baik.
Ada
> juga yang mengatakan, dengan kartu pikiran itu, yang semula dia
> memandang secara negatif, setelah terbentur-bentur dengan kesulitan
> hidup, nampaknya kesulitan itu menjadikan titik balik bagi
kehidupannya.
> Dan dia baru ingat kata-kata motivasi dalam "kartu pikiran" yang pernah
> diterimanya. Ada juga yang secara pribadi datang kepada saya, khusus
> untuk mengatakan, bahwa dia sangat terkesan dengan ucapan saya dalam
> kartu pikiran. Kalau sudah demikian, kepala saya rasanya membengkak dan
> hati saya berbunga-bunga. Terharu! Sekaligus bersyukur! Ternyata apa
> yang dulunya saya taburkan dengan ikhlas, dan tidak pernah berharap
akan
> ada hasilnya, ternyata memberikan buah-buah yang menggembirakan. Terima
> kasih Tuhan!
>
> Lewat "kartu pikiran", - saya lebih suka menyebutnya "kartu
> penghargaan", - kita bisa belajar banyak. Belajar untuk saling
bertumbuh
> dan berkembang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga!
>
>
> /Disertai ucapan terima kasih untuk Nihaw yang telah memicu ingatan
saya
> dengan adanya "kartu penghargaan" ini./
>
>
> /Live as if you were to die tomorrow
> learn as if you were to live forever
> (Mahatma Gandhi)
>
> /
>

14.

Mohon doa Untuk Istri Nursalam

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   ugikmadyo

Mon Nov 17, 2008 8:25 pm (PST)

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Sahabat eSKa semua,
Selamat pagi, siang, sore dan Malam

Sebelumnya dapat kabar dari Sinta (SK Bandung) lalu saya telfon Mas
Nursalam.
Hari ini Mbak Yuni (istri Mas Nursalam) rencananya akan dilakukan operasi
cesar.
Karena posisi bayi melintang dan terlilit tali pusar.
Operasi rencana akan dilakukan jam 17:00 di rumah sakit Pasar Rebo

Mohon doa dari sahabat semua agar operasi berjalan lancar, Ibu dan Bayi
sehat.
Amin

Buat M.Salam semoga dikarunia ektra sabar dan ketenangan.
Baru kali ini denger suara Mas Salam yang gemetaran :(

Ugik Madyo
(salah satu) Moderator
Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Y! Messenger

Files to share?

Send up to 1GB of

files in an IM.

Get in Shape

on Yahoo! Groups

Find a buddy

and lose weight.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: