Rabu, 28 Oktober 2009

[daarut-tauhiid] kehidupan dunia yang sementara

 

Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan
permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang
sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia
dengan santai tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada
keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih.
Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati.
Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang
seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia
gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.

 

Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan
sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat
saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja,
kecuali Allah menghendaki selain itu.

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan
main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui." (QS Al-Ankabut ayat 64)

Allah ta'aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan
akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan
dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta'aala menghendaki
orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo
dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah
ta'aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main
dan bersenda-gurau.

 

Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat
serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan
tenaga, fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan
duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya
mengerahkan tenaga dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh.
Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu
bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara
muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana
kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman
sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun
mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan
akhirat.

 

"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia;
sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS ArRuum
ayat 7)

 

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah berkata:
"Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari
tidurnya". Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat
nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya
sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun
menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan
duniapun menipu.

 

Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa
sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya
sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di
masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar
cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki,
saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam
menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai
betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan
kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:

"Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya
sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam
neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: "Hai anak Adam, pernahkah kamu
melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?"
Maka ia menjawab: "Tidak, demi Allah, ya Rabb." Dan didatangkan
orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga.
Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: "Hai
anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu
merasakan suatu kesengsaraan?" Maka ia menjawab: "Tidak, demi
Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku
tidak pernah melihat kesengsaraan apapun." (HR Muslim 5018)

 

Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah
melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia
adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan
segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia
merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat
ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di
dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang
kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu
kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang
paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia
lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan
hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan
segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus
begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata
illa billah...!!!

 

Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan
ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya
hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia
hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka
di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut
keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi
surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin.
Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari
segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati
dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan
menjauh darinya.

 

Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab
neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka
dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya
pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.

 

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa
yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk
menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan
itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang
pedih." (QS Al-Maaidah ayat 36)

 

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas
pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-

oleh : Ust.Ihsan Tanjung

Sumber : www.eramuslim.com 

Cottage Eksklusif bernuansa Islami

www.cottagedaaruljannah.com

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Celebrity kids

and families

Surviving in

the spotlight

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: