Kamis, 29 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2860

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (24 Messages)

1a.
[catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :) From: Novi Khansa
1b.
Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :) From: anty th
1c.
Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :) From: febty f
2a.
Re: (Inspirasi) Perceraian di Mata Saya From: asma_h_1999
2b.
Re: (Inspirasi) Perceraian di Mata Saya From: agus syafii
3a.
(catcil) Anak Penjual Koran From: agus syafii
3b.
Re: (catcil) Anak Penjual Koran From: veby
4.
Kelas Kafe Cerpen, Early Bird Sebentar Lagi Usai From: stasiun fiksi FiXiMix
5a.
Re: KATA-KATA MUTIARA DARI TOKOH DUNIA From: anty th
6.
UNDANGAN MABIT (EDISI REVISI) From: arya noor amarsyah arya
7.
(Catcil) Penting : PERHATIAN BAGI FACEBOOKER From: Siwi LH
8.
(teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu From: punya_retno
9.
[bukan resensi] kaki tangam dajjal mencengkeram indonesia From: jun an nizami
10a.
FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedatanga From: jun an nizami
10b.
Re: (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu From: punya_retno
10c.
Re: FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedat From: febty f
10d.
Re: FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedat From: Hadian Febrianto
11a.
(Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan From: teha sugiyo
11b.
Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan From: Lia Octavia
11c.
Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan From: Siwi LH
11d.
Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan From: teha sugiyo
11e.
Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan From: teha sugiyo
12a.
Re: [Catcil] Tentang Sebuah Mimpi dan Cita-Cita From: diva p
13.
[Diary Keluarga kami] Qori Suka berkata : "Apa?" berkali-kal From: salman al muhandis

Messages

1a.

[catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :)

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Wed Oct 28, 2009 7:31 am (PDT)



Masa-masa kuliah saya jalani dengan menyenangkan. Kuliah, kerja di rumah membantu bapak, jualan boneka, hingga saatnya harus berjibaku dengan tugas akhir. Alhamdulillah, lulus tepat waktu, walau ikutan sidang kedua dan isi tugas akhir yang sempat dirombak sana sini.

Ketika lulus, yang ada di pikiran saya adalah, saya bekerja sebagai editor di sebuah penerbit. Alhamdulillah, sebelum diwisuda saya diterima sebagai sektretaris redaksi merangkap editor di penerbit buku sekolah. Di tempat ini juga saya melakukan praktik industri dan penelitian.

Seharusnya hal ini menjadi sesuatu yang menyenangkan. Lulus, bekerja dan menikmati karir saya. Tapi, ternyata tidak. Saya akui saya bisa menjadi sangat idealis, tapi juga spontan. Tanpa pikir panjang, saya resign. Kenapa? Karena yang ada di otak saya adalah, ketika saya keluar dari sebuah tempat, bukan karena dapat pekerjaan lain, tapi karena saya memang ingin keluar. Jadi, dengan terjun bebas, saya resign setelah sebelumnya mengikuti test di tempat lain. Padahal ya di tempat tersebut belum tentu saya diterima, hehe…

Tebak? Saya tidak diterima di tempat yang baru dan tak mungkin kembali ke tempat yang lama. Saya berpikir keras, kenapa saya tidak bisa bersabar sedikit saja dalam hal ini. Perasaan merasa bersalah saya makin merongrong mengingat bapak begitu bangganya saya bisa langsung diterima kerja.

Tidak berapa lama, awal tahun 2004 menjadi titik balik kehidupan saya. Bapak menghembuskan napasnya untuk yang terakhir kali di ruang IGD RSCM. Sebelumnya bapak sempat koma setelah mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Matraman. Hal ini menjadi pukulan berat bagi saya. Saya sempurna menjadi pengangguran. Saya merasa nggak sanggup menyelesaikan amanah mengetikan naskah terakhir bapak. Menangis dan menangis didera perasaan bersalah.

Pada tahun ini juga saya mengubah paradigma berpikir saya. Sedikit "menyebrang", alhamdulillah, kemudian saya diterima di sebuah penerbit Islam sebagai layouter. Di kampus dulu memang dipelajari juga soal desain dan layout, tapi saya tidak begitu tertarik. Saya merasa saya lebih minat dan lebih mampu bekerja sebagai editor dibanding desainer atau layouter. Tapi, siapa sangka, perlahan tapi pasti saya pun melakoni semuanya…

~~

1b.

Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :)

Posted by: "anty th" anty_th@yahoo.com   anty_th

Wed Oct 28, 2009 7:04 pm (PDT)



novi ....... pagi2 dirimu membuat mata mbak rada berkaca - kaca.
ingat sebuah lagu yang lupa judulnya apa. kira2 gini syairnya

"Tuhan tolonglah sampaikan salamku untuknya
dan kuberjanji akan penuhi smua pintanya
Ayah dengarlah ... betapaku sangat mencintaimu
kan kubuktikan ... ku kan penuhi smua pintanya ....

(kali syairnya ada yang salah … siapa yang tau tolong di betulkan yaaaaa ^_^)

Fuih … terus semangat ya menjadi anak yang bisa membuat orang tua selalu tersenyum
(pesan buat diri sendiri juga ;) )

"Kreatifitas akan muncul jika keadaan mendesak"
Nah ini ada dalam buku "The Power Of Kepepet"
Eits bukan promo yah , hehehe

Salam sayang
anty

1c.

Re: [catcil] Masih tentang mimpi dan cita-cita :)

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Oct 29, 2009 12:59 am (PDT)



novi, aku juga pernah 'menyeberang' seeprti dirimu,
sama juga untuk sebuah idealisme, yang beda dengan teman-teman angkatan. walaupun sampai sekarang aku belum merengkuh cita-cita itu:)

salam hangat,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Novi Khansa" <novi_ningsih@...> wrote:
>
> Masa-masa kuliah saya jalani dengan menyenangkan. Kuliah, kerja di rumah membantu bapak, jualan boneka, hingga saatnya harus berjibaku dengan tugas akhir. Alhamdulillah, lulus tepat waktu, walau ikutan sidang kedua dan isi tugas akhir yang sempat dirombak sana sini.
>
> Ketika lulus, yang ada di pikiran saya adalah, saya bekerja sebagai editor di sebuah penerbit. Alhamdulillah, sebelum diwisuda saya diterima sebagai sektretaris redaksi merangkap editor di penerbit buku sekolah. Di tempat ini juga saya melakukan praktik industri dan penelitian.
>
> Seharusnya hal ini menjadi sesuatu yang menyenangkan. Lulus, bekerja dan menikmati karir saya. Tapi, ternyata tidak. Saya akui saya bisa menjadi sangat idealis, tapi juga spontan. Tanpa pikir panjang, saya resign. Kenapa? Karena yang ada di otak saya adalah, ketika saya keluar dari sebuah tempat, bukan karena dapat pekerjaan lain, tapi karena saya memang ingin keluar. Jadi, dengan terjun bebas, saya resign setelah sebelumnya mengikuti test di tempat lain. Padahal ya di tempat tersebut belum tentu saya diterima, hehe…
>
> Tebak? Saya tidak diterima di tempat yang baru dan tak mungkin kembali ke tempat yang lama. Saya berpikir keras, kenapa saya tidak bisa bersabar sedikit saja dalam hal ini. Perasaan merasa bersalah saya makin merongrong mengingat bapak begitu bangganya saya bisa langsung diterima kerja.
>
> Tidak berapa lama, awal tahun 2004 menjadi titik balik kehidupan saya. Bapak menghembuskan napasnya untuk yang terakhir kali di ruang IGD RSCM. Sebelumnya bapak sempat koma setelah mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Matraman. Hal ini menjadi pukulan berat bagi saya. Saya sempurna menjadi pengangguran. Saya merasa nggak sanggup menyelesaikan amanah mengetikan naskah terakhir bapak. Menangis dan menangis didera perasaan bersalah.
>
> Pada tahun ini juga saya mengubah paradigma berpikir saya. Sedikit "menyebrang", alhamdulillah, kemudian saya diterima di sebuah penerbit Islam sebagai layouter. Di kampus dulu memang dipelajari juga soal desain dan layout, tapi saya tidak begitu tertarik. Saya merasa saya lebih minat dan lebih mampu bekerja sebagai editor dibanding desainer atau layouter. Tapi, siapa sangka, perlahan tapi pasti saya pun melakoni semuanya…
>
>
> ~~
>

2a.

Re: (Inspirasi) Perceraian di Mata Saya

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Wed Oct 28, 2009 3:22 pm (PDT)



Saya bukan pendukung perceraian mba, tapi kalau hal tersebut akan membawa pada keadaan yang lebih baik dari sebelumnya bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, kenapa tidak.

Saya bahkan terkadang menganjurkan pada orang2 terdekat saya(walau tidak menyukainya), apalagi kalau hubungan tersebut sudah mengarah pada menyakiti hati masing-masing,bahkan cendrung pada tindakan fisik, seperti kekerasan.

Anak, satu hal terpenting yang perlu dipikirkan oleh orang tua menurut saya. Dalam artian, bagaimana mempersiapkan mental mereka menghadapi perpisahan orang tuanya. Dari tayangan yang saya lihat, perceraian lebih sering diwarnai dengan kasak-kusuk masalah yang tak begitu jelas sampai di telinga anak, saling marah dan saling hasut hingga anak menjadi mendukung satu pihak dan membenci pihak lainnya. Perasaan itu kemudian mereka bawa bertahun-tahun lamanya hingga menggerogoti emosi.

Menurut saya, perlu penjelasan kedua orang tua (dalam kondisi tenang)pada anak-anaknya (dalam bahasa yang dimengerti anak-anak)saat orang tua mereka memilih bercerai. Istilahnya, mempersiapkan mental mereka sebelumnya.

Saya justru haru saat membaca bagian the second father-jika boleh menyebutnya begitu. Sebuah anugrah buat Mba sekeluarga dan semoga akan lebih banyak lagi lelaki seperti itu di muka bumi ini, yang memperlihatkan cinta sebagai apa adanya cinta (kasih sayang tulus, pengorbanan, perhatian, etc).

Salam mba Jen

As
@yahoogroups.com, Jenny Jusuf <j3nnyjusuf@...> wrote
> Orang tua saya berpisah ketika saya berusia empat tahun. Penyebab dari
> perpisahan mereka, sejauh yang saya tahu, adalah Kekerasan Dalam Rumah
> Tangga (KDRT). Ada yang mengatakan, seharusnya ibu melahirkan enam
> anak, namun akibat kekerasan yang terus dialaminya, janin yang sanggup
> bertahan di rahimnya hanya dua. Saya dan adik saya.
>
> Tidak lama
> setelah melahirkan adik saya, ibu lari dari rumah karena tidak tahan
> dengan kekerasan yang semakin menjadi-jadi. Beliau sempat terkapar di
> rumah sakit dengan sekujur tubuh lebam. Saya sendiri baru mengetahui
> peristiwa ini setelah beliau meninggal lima tahun silam. It remained a mystery for more than 20 years.
> Setelah keluar dari rumah sakit, beliau membawa adik saya yang masih
> bayi dan pulang ke rumah orang tuanya. Beberapa tahun kemudian, saya
> menyusul dan tinggal bersama ibu.
>
> Saya tidak tahu apakah
> pernyataan ini akan terdengar kontroversial, namun sebagai seorang anak
> yang mengalami dampak perceraian, saya justru berharap orang tua saya
> bercerai lebih dini. Seandainya ibu memiliki keberanian untuk pergi
> lebih awal, mungkin ia tidak perlu terkapar di rumah sakit dengan memar
> di sekujur tubuh. Seandainya perpisahan itu dilakukan lebih awal,
> mungkin ia tidak perlu dihantui trauma dan luka batin seumur hidup.
> Meski beliau tidak pernah membicarakannya, saya tahu, luka itu ada.
>
> Banyak
> orang mengatakan, kebahagiaan anak seharusnya diprioritaskan di atas
> kebahagiaan orang tua. Saya justru berharap sebaliknya. Seandainya
> sejak awal ibu memprioritaskan kebahagiaannya di atas kebahagiaan saya,
> barangkali kisah hidup beliau akan berakhir lain. Saya pernah membaca
> sebuah tulisan, bahkan anak-anak yang orangtuanya tidak mengalami KDRT
> dan mempertahankan pernikahan ‘demi kebahagiaan anak’, dapat merasakan
> apa yang sesungguhnya terjadi pada orang tua mereka. Kenyataannya,
> duduk bersama di meja makan, masuk ke kamar yang sama setiap malam,
> datang bersama ke acara-acara sekolah, dan banyak sandiwara lain yang
> dilakukan demi sang buah hati, tidak cukup untuk menyembunyikan keadaan
> yang sebenarnya dari batin anak yang bersangkutan. They just know. They can feel it. At least, that’s what I read.
> Di sisi lain, bahkan sebagai anak kecil yang belum mengerti apa-apa,
> saya turut terkena efek psikologis dari setiap kejadian buruk yang
> dialami ibu, karena saya membagi aliran darah yang sama dengannya.
>
> Saya
> tidak tahu dengan orang-orang lain yang orangtuanya juga bercerai. Apa
> yang mereka rasakan bisa saja berbeda. Namun, saya bersyukur orang tua
> saya bercerai.
>
> Dalam sebuah obrolan santai beberapa tahun silam,
> ibu bercerita kepada saya dan adik tentang beberapa orang yang sempat
> dekat dengannya sebelum beliau bertemu ayah saya.
>
> “Yang naksir Mama itu dulu mulai dari dokter sampai pengusaha. Nggak tahu gimana, bisa jadinya sama Papi kamu,” ujarnya.
>
> Mendengar itu, adik saya nyeletuk, “Kenapa Mama nggak jadian sama yang pengusaha aja? Kan lebih enak!”
>
> “Kalau
> Mama nggak kawin sama Papi kamu, nggak bakalan ada kamu,” beliau
> menjawab enteng. Ibu saya bukan orang yang ekspresif. Beliau cenderung
> keras dan dingin dalam mendidik anak-anaknya, namun saat itu saya
> yakin, saya mendengar senyuman dalam jawabannya.
>
> Ibu mungkin
> akan lebih bahagia menikah dengan dokter atau pengusaha. Mereka yang
> mencintainya dan tidak memukulinya seperti ayah saya yang pemabuk.
> Namun dengan begitu, tidak akan ada saya. Tidak akan ada adik saya. Dan
> sama seperti saya tidak menyesali keputusan yang diambilnya berpuluh
> tahun silam, saya tidak menyesali keputusannya untuk bercerai. Karena
> perceraian beliau memberikan saya ayah terbaik di seluruh dunia.
>
> Bagi
> Anda yang mengikuti blog ini dan mulai bertanya-tanya, ya, pria yang
> saya panggil ‘Ayah’, yang saya cintai segenap jiwa dan berkali-kali
> muncul dalam tulisan-tulisan saya, bukanlah ayah kandung saya. Beliau
> menikah dengan ibu setelah ibu dan ayah kandung saya bercerai. Dan
> beliau adalah satu-satunya orang yang berada di sisi ibu ketika wanita
> tersayang itu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.
>
> Kami,
> anak-anaknya, tidak ada di sisinya. Ibu saya meninggal didampingi
> laki-laki yang mencintainya sampai akhir hayatnya, yang menerimanya apa
> adanya dengan tanggungan dua orang anak dan tidak pernah â€"satu kali
> punâ€"mendaratkan pukulan di tubuhnya. Laki-laki yang pernah dikucilkan
> keluarganya selama bertahun-tahun karena orang tua dan
> saudara-saudaranya tidak bisa menerima keputusannya untuk menikahi ibu
> saya. Laki-laki yang pernah kehilangan mata pencaharian karena sang
> ayah yang jengkel terhadapnya menarik toko obat yang sedang ia kelola
> dan memberikannya kepada saudaranya yang lain. Laki-laki yang rela
> tidak memiliki anak dari pernikahannya dengan ibu, dan tetap mencintai
> saya dan adik seperti anak kandungnya sendiri. Laki-laki yang sampai
> hari ini masih menyimpan foto ibu saya di ponselnya. Laki-laki itu
> tidak hanya saya panggil ‘Ayah’. Darinyalah saya belajar memaafkan dan
> mencintai.
>
> Saya menulis artikel ini setelah membaca sebuah
> diskusi di internet yang membahas perceraian dua figur publik di
> Amerika Serikat. Selain keputusan yang cukup mendadak dan memancing
> reaksi para anggota forum, yang paling banyak dibicarakan adalah dampak
> perceraian mereka terhadap anak-anak yang berusia 9 dan 6 tahun.
> Pendapat yang dilontarkan pun beraneka ragam. Ada yang bisa memahami,
> ada yang mendukung, ada yang kecewa, ada pula yang terang-terangan
> mencela mereka sebagai orang tua yang tidak bertanggung jawab, egois,
> menelantarkan kebahagiaan anak, dan sebagainya.
>
> Saya tidak tahu
> apa yang akan terjadi dengan anak-anak itu kelak. Mungkin orang-orang
> di forum itu benar. Mungkin juga mereka salah. Yang saya tahu hanya,
> dalam daftar hal yang paling saya syukuri di dunia, perceraian orang
> tua saya menduduki peringkat awal. Saya bahkan mengagumi ibu yang
> dengan tegar berjuang melepaskan diri dari siksaan dan dengan berani
> menjadi orang pertama dalam keluarga besar kami yang menandatangani
> surat cerai.
>
> Perceraian bagi sebagian orang mungkin merupakan
> simbol dari kesedihan, penderitaan, bahkan tragedi. Tidak bagi saya.
> Perceraian telah mengajarkan saya tentang kejujuran dan cinta, dan pada
> akhirnya, mengajarkan saya untuk berdamai dengan hidup.
>
> :-)
>
> -----
>
> ROCK Your Life! - Jenny Jusuf - http://jennyjusuf.blogspot.com
>

2b.

Re: (Inspirasi) Perceraian di Mata Saya

Posted by: "agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Wed Oct 28, 2009 8:58 pm (PDT)



Mbak Jenny,

terima kasih atas kisahnya, jujur saja sisi dari yang mbak jenny tuturkan membuat cara berpikir kita untuk melihat perceraian secara jernih, apa adanya. tentunya peristiwa seperti ini sungguh berat untuk dilalui. setiap pengalaman pahit bagi setiap orang akan memperkokoh dirinya untuk menjadi kuat dan mbak jenny luar biasa. mampu menjadi kuat dan jernih dalam melihat kehidupan. barangkali inilah makna cinta yang sesungguhnya..

Wassalam,
agussyafii

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Jenny Jusuf <j3nnyjusuf@...> wrote:
>
> Orang tua saya berpisah ketika saya berusia empat tahun. Penyebab dari
> perpisahan mereka, sejauh yang saya tahu, adalah Kekerasan Dalam Rumah
> Tangga (KDRT). Ada yang mengatakan, seharusnya ibu melahirkan enam
> anak, namun akibat kekerasan yang terus dialaminya, janin yang sanggup
> bertahan di rahimnya hanya dua. Saya dan adik saya.
>
> Tidak lama
> setelah melahirkan adik saya, ibu lari dari rumah karena tidak tahan
> dengan kekerasan yang semakin menjadi-jadi. Beliau sempat terkapar di
> rumah sakit dengan sekujur tubuh lebam. Saya sendiri baru mengetahui
> peristiwa ini setelah beliau meninggal lima tahun silam. It remained a mystery for more than 20 years.
> Setelah keluar dari rumah sakit, beliau membawa adik saya yang masih
> bayi dan pulang ke rumah orang tuanya. Beberapa tahun kemudian, saya
> menyusul dan tinggal bersama ibu.
>

3a.

(catcil) Anak Penjual Koran

Posted by: "agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Wed Oct 28, 2009 6:22 pm (PDT)



(catcil) Anak Penjual Koran

By: agussyafii

Panas terik menyengat Jakarta. Sehabis sholat dhuhur perut keroncongan. Melangkahkan kaki hendak makan siang menjadi bersemangat. Warung Padang siang itu menjadi pilihan buat saya. Saya memesan ayam goreng dengan kuah rendang. Ditemani dengan air putih membuat tubuh menjadi segar. Anak kecil berlari menawarkan koran. 'Korannya om?' katanya. 'Ehm..korannya apa aja ya?'tanya saya. Anak itu menunjukkan semua korannya. Saya kemudian mengambilnya satu. Saya sodorkan sepuluh ribuan. Dia berikan kembaliannya beberapa lembar ribuan.

'Bagaimana kalo kita makan bareng,'kata saya. Anak itu belum sempat menjawab. Saya memesankan satu porsi dengan ayam goreng. wajahnya tersenyum, matanya berbinar-binar, begitu hidangan ayam gorengnya datang. Langsung disantapnya dengan lahapn ayam goreng dan kuah rendang. Makan berdua menjadi terasa nikmat sekali buat saya.

Saya teringat ada seorang teman yang mengeluh ditengah berlimpahnya materi malah kehilangan rasa nikmat makan apapun. Barangkali nikmat dalam menyantap makanan berbanding lurus dengan status sosial dan gaya hidup kita. Semakin tinggi status sosial seseorang dan gaya hidupnya juga meningkat. Berarti lidahpun menjadi terbiasa menikmati hidangan-hidangan mewah sehingga makin berkurang rasa nikmat makanan-makanan yang sederhana. Makanan yang sederhana begitu nikmat bagi orang seperti saya.

Siang itu kami berdua nambah nasi putih. Dia bercerita setiap hari jualan koran dari pagi sampai siang untuk membantu ibunya. Setelah jualan koran, dia berangkat sekolah. Tak lama kemudian dia, selesai makan anak penjual koran itu bergegas merapikan korannya. tak lupa berkali-kali mengucapkan terima kasih. Dari jauh nampak melemparkan senyum.

Sejak itu, sesekali kami berdua makan siang bareng. Menikmati ayam goreng dengan kuah rendang. Ditambah sambal ijonya yang begitu nendang. Tidak lupa menyantap setiap hidangan dengan penuh syukur, 'Terima kasih Ya Alloh atas karuniaMu dihari ini..' Amin..

---
'Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).

Wassalam,
agussyafii

---
Yuk,Berbagi Nikmat Qurban bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Qurban Untuk Amalia (QUA) pada hari Ahad, 29 November 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431



3b.

Re: (catcil) Anak Penjual Koran

Posted by: "veby" vbi_djenggotten@yahoo.com   vbi_djenggotten

Wed Oct 28, 2009 10:39 pm (PDT)



alhamdulillaah...ternyata di jakarta ini masih banyak orang kayak Panjenengan...
sharing yang menyegarkan mas...

emang banyak orang yang mati kelaparan...
tapi lebih banyak orang yang mati dalam keadaan kekenyangan...

terus sharing ya mas...

--- On Wed, 10/28/09, agus syafii <agussyafii@yahoo.com> wrote:

From: agus syafii <agussyafii@yahoo.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) Anak Penjual Koran
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 28, 2009, 1:38 AM

 

(catcil) Anak Penjual Koran

By: agussyafii

Panas terik menyengat Jakarta. Sehabis sholat dhuhur perut keroncongan. Melangkahkan kaki hendak makan siang menjadi bersemangat. Warung Padang siang itu menjadi pilihan buat saya. Saya memesan ayam goreng dengan kuah rendang. Ditemani dengan air putih membuat tubuh menjadi segar. Anak kecil berlari menawarkan koran. 'Korannya om?' katanya. 'Ehm..korannya apa aja ya?'tanya saya. Anak itu menunjukkan semua korannya. Saya kemudian mengambilnya satu. Saya sodorkan sepuluh ribuan. Dia berikan kembaliannya beberapa lembar ribuan.

'Bagaimana kalo kita makan bareng,'kata saya. Anak itu belum sempat menjawab. Saya memesankan satu porsi dengan ayam goreng. wajahnya tersenyum, matanya berbinar-binar, begitu hidangan ayam gorengnya datang. Langsung disantapnya dengan lahapn ayam goreng dan kuah rendang. Makan berdua menjadi terasa nikmat sekali buat saya.

Saya teringat ada seorang teman yang mengeluh ditengah berlimpahnya materi malah kehilangan rasa nikmat makan apapun. Barangkali nikmat dalam menyantap makanan berbanding lurus dengan status sosial dan gaya hidup kita. Semakin tinggi status sosial seseorang dan gaya hidupnya juga meningkat. Berarti lidahpun menjadi terbiasa menikmati hidangan-hidangan mewah sehingga makin berkurang rasa nikmat makanan-makanan yang sederhana. Makanan yang sederhana begitu nikmat bagi orang seperti saya.

Siang itu kami berdua nambah nasi putih. Dia bercerita setiap hari jualan koran dari pagi sampai siang untuk membantu ibunya. Setelah jualan koran, dia berangkat sekolah. Tak lama kemudian dia, selesai makan anak penjual koran itu bergegas merapikan korannya. tak lupa berkali-kali mengucapkan terima kasih. Dari jauh nampak melemparkan senyum.

Sejak itu, sesekali kami berdua makan siang bareng. Menikmati ayam goreng dengan kuah rendang. Ditambah sambal ijonya yang begitu nendang. Tidak lupa menyantap setiap hidangan dengan penuh syukur, 'Terima kasih Ya Alloh atas karuniaMu dihari ini..' Amin..

---

'Sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur (QS. Al-Qamar [54]:35).

Wassalam,

agussyafii

---

Yuk,Berbagi Nikmat Qurban bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Qurban Untuk Amalia (QUA) pada hari Ahad, 29 November 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii. blogspot. com atau http://www.facebook .com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431













4.

Kelas Kafe Cerpen, Early Bird Sebentar Lagi Usai

Posted by: "stasiun fiksi FiXiMix" fiximix@yahoo.com   fiximix

Wed Oct 28, 2009 6:22 pm (PDT)



Siap-siap Beken, Abis Workshop Cerpen

Mungkin sekaranglah takdirmu beken karena cerpen (ehm...).
Segera daftar di Kelas Kafe Cerpen FiXiMix dan tunggu pemuatannya di  STORY Teenlit Magazine!

Sabtu & Minggu, 14 - 15 November 2009, pk. 10.00 - 16.00
di Comic Café, Jl. Tebet Raya 53D, Tebet, Jakarta Selatan.

Bersama
Kurnia Effendi, Cerpenis Beken dan Berpengalaman. Cerpennya tersebar di
Gadis, Anita, Kartini, Femina, berbagai surat kabar, buku kumpulan
cerpen, dan baru-baru ini juga meluncurkan novelnya sebagai bonus
Majalah Kartini.

Tema : bebas

Fasilitas : Makan Siang, Paket dari STORY, Terbuka kesempatan cerpenmu dimuat STORY Teenlit Magazine (Tabloid GAUL Group), & Sertifikat

Sst..., bakal ada juga TIPS RAHASIA CERPEN dari Redaktur STORY, lho!

Biaya : cuma Rp. 475.000
Early bird (2 Oktober - 5 November 2009) hanya Rp 375.000. Transfer ke
:
1. BNI cab. Dutamas Fatmawati, Jakarta . No. Rek. 0128028320 atau
2. Mandiri, cab. Bendungan Hilir, Jakarta. No. Rek. 1220002082793 atas nama Henny Purnama Sari
3. BCA dengan No. Rek. 8800389187 atas nama Djahari

Daftar
sekarang! Siapkan ide cerita pendekmu (1 atau 2 paragraf), lalu kirim
ke fiximix@yahoo.com. Lengkapi NAMA, ALAMAT, NO. TELP./HP.

Konfirmasikan pendaftaranmu melalui SMS, ketik NAMA, ALAMAT, NO. TELP./HP., "KK. CERPEN" ke 0815 956 2258

Hub. 0818 679 723 (Imy), 0815 956 2258 (Yunie, Henny) untuk informasi

Pelatihan ini hasil kerja sama antara FiXiMix dan STORY Teenlit Magazine.

Semoga sukses!

FiXiMix, stasiun fiksi
Komunitas Pecinta Karya
Fiksi
Novel-Komik-KumCer-Skenario-Film-Games
Toko*Rental*Diskusi*Pelatihan*Pertunjukan*Publikasi*Eksperimentasi

Tel. 0815 956 2258
e-mail : fiximix@yahoo.com
friendster/facebook: fiximix@yahoo.com --> http://profiles.friendster.com/fiximix
milis : mafia-fiksi@yahoogroups.com
blog : http://fiximix.multiply.com

FiXiMix
Fiksikan dunia

5a.

Re: KATA-KATA MUTIARA DARI TOKOH DUNIA

Posted by: "anty th" anty_th@yahoo.com   anty_th

Wed Oct 28, 2009 7:06 pm (PDT)



TFS pak ....
sangat menginspirasi

smoga kita juga bisa jadi CEO yah ^_^

salam
anty

6.

UNDANGAN MABIT (EDISI REVISI)

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Wed Oct 28, 2009 8:12 pm (PDT)



Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Wr Wb
Pemuda memiliki peran penting dalam memajukan suatu bangsa. Setiap bangsa tak bisa memungkiri peran para pemuda yang telah ikut serta dalam menorehkan tinta emas dalam lembaran sejarah. Namun, bagaimana jadinya jika para pemuda para harapan umat itu justeru jauh menyimpang dari nilai-nilai agama?

Oleh karena itu, seiring dengan hangatnya peringatan HARI SUMPAH PEMUDA, kami dari Majlis Al Kauny, sebagaimana bulan-bulan sebelumnya, akan mengadakan Malam Bina Iman dan Takwa (MaBIT) yang bertemakan tentang kepemudaan.

- Bagaimana menjadi pemuda yang sukses mandiri?
- Akhlak apa saja yan harus dimiliki oleh setiap pemuda?
- Bagaimana mendidik anak2 kita agar kelak menjadi pemuda yg taat, berbakti dan gemar menebar manfaat kepada sesama?
- Bagaimana menjadi pemuda kesayangan Allah SWT?
Temukan jawabañnya dalam MaBIT Majlis Al Kauny, yang insya Allah, akan dilaksanakan pada:
Hari : Jumat-Sabtu
Tanggal : 30-31 Oktober 2009
Jam : 17.00 - 10.00 WIB
Tema : Menjadi Pemuda Kesayangan Allah SWT
Tausiyah :
* Ust. Bobby Herwibowo, Lc
* HM. Budi Z. Hasibuan, Lc
* Ust H. Syahroni Mardani, Lc
* Imam Qiyamullail & Muhasabah: H. Ahmad Fikri

INFAK: sesuai kemampuan

Jakarta, 25 Oktober 2009
Panitia,

M. Yusuf Shandy
MAJLIS AL KAUNY
Jl. Bambu Wulung No. 10
Kel. Bambu Apus, Cipayung
Jakarta Timur 13890
Tlp : 021-84599981
Fax : 021-8444987
Email: myshandy77@yahoo.com
www.kaunee.com

*) CP: 0815 1927 9847
0813 1344 3456 (yusuf)
arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
7.

(Catcil) Penting : PERHATIAN BAGI FACEBOOKER

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Wed Oct 28, 2009 9:32 pm (PDT)



Maaf lagi-lagi saya mendapat email dari jamaah anti FB, dan saya pikir ada manfaatnya untuk dicermati, sekedar meneruskan saja.., monggo...dilanjut lagi aktivitasnya...maaf kalau mengganggu...

PERHATIAN BAGI FACEBOOKER
Bagi yang suka dengan facebook, ini adalah antisipasi sejak dini yang
harus anda lakukan..
ABOUT FACEBOOK
Facebook sudah mendunia dan mewabah! Blackberry bisa dijual laku
keras juga gara-gara Facebook. Facebook menyalip
kepopuleritas aplikasi sejenis di dunia maya. Namun berikut ada beberapa
hal-hal yang perlu diketahui dan dipertimbangkan:
1. Facebook adalah aplikasi web yang tujuannya untuk komunikasi sosial.
2. Facebook adalah PEMILIK dari semua isi termasuk yang di posting oleh anda! baca term and conditions di (http://www.facebook/.com/terms.php?ref=pf)
Nah berikut adalah kekeliruan yang sering dipikir benar: ada anggapan bahwa semua
postingan di facebook account saya adalah milik saya! Ini adalah salah besar!!
Memang kalian bisa mengkontrol
siapa yang bisa akses terhadap postingan kalian. Kalian bisa mengatur siapa yang
bisa baca blog saya, siapa yang bisa
lihat photo saya dan sebagainya. Tetapi
apapun yang sudah upload ke Facebook sudah menjadi hak milik (property)
dari tim facebook.
Facebook berhak melakukan apa saja terhadap isi yang sudah kita upload. Jika kita upload photo anak-anak kita,
maka suatu ketika ada iklan produk bayi
yang photonya anak kita ya jangan kaget.
Kalau ada yang upload photo bugil dan kinky dan meski hanya diset yang bisa akses diri sendiri, jangan kaget kalau photo itu suatu
saat muncul dalam bentuk iklan kondom. Kok bisa? Ya bisa! Karena Tim facebook punya hak menjual
semua isi yang berada di semua account facebook.Makanya, jangan posting sesuatu
yang isinya benar-benar private. Jangan post photo keluarga, photo anak-anak, dsb yang punya nilai kenangan. Jangan post sesuatu yang punya nilai hak cipta milik anda. Misalnya ada yang mengarang buku
lalu post di Facebook. Facebook berhak
menjual buku anda! Karena dengan post di Facebook anda menyatakan itu milik Facebook!
Satu hal lagi yang crucial : Kalau anda post sesuatu di facebook lalu menghapusnya, jangan berpikir bahwa anda sudah benar-benar menghapusnya. Apa pun yang sudah di post di
facebook itu sudah menjadi milik facebook dan mereka simpan. Kalau anda menghapus, itu hanya menghapus
access di acount anda saja. Physically, postingan anda still there!
Semoga Bermanfaat!

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

8.

(teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Wed Oct 28, 2009 10:04 pm (PDT)



Mencoba menulis cerita berima,
Saat tak bisa tidur di tengah malam buta,
Setelah menyusui Raihana

Tentu saja, cerita berima ini masih sangat sederhana,
Karena saya masih minim kosakata
Namun, semoga masih bisa dinikmati oleh semuanya, ya!

-Retno-
====================================================================
Saat Raihana Kedatangan Tamu
Oleh Retnadi Nur'aini

Tadi sore Raihana kedatangan tamu.
Tamu itu berbaju biru.
Kedua tangannya memeluk setumpuk buku.

Ia bernama Kak Bayu.
Kak Bayu suka mendongeng cerita lucu-lucu.
sambil menyeruput secangkir susu.

Kali ini, ceritanya tentang seekor kupu-kupu.
Yang adu panco dengan seekor kutu.
Beralaskan sebongkah batu.

"Huuufff, huuufff, huuufff!", napas kutu memburu.
Sementara keringat menetes di dahi kupu-kupu.
Yang kini keluar urat-urat biru.

Waah, sungguh adu panco yang seru!

"Hosh, hosh, kutu. Capek nih. Gimana kalau kita main ke rumahku?", tanya kupu-kupu.
"Hosh, hosh, kupu. Iya, nih, laper. Pegel main panco mulu!," jawab kutu.
"Waaah, pas betul! Aku punya sepanci bubur sagu!" jawab kupu-kupu.

"Ih, bubur sagu, apa itu!
Kupu, makananmu kan aneh-aneh melulu
Minggu lalu kamu makan sup ikan kerapu
Kemarin kamu makan sirip ikan hiu,
Sekarang, bubur sagu!
Hek, aku tidak mau!", ujar kutu

Namun jawab kupu-kupu,
"Eh, sembarangan! Bubur sagu itu enak, tau!
Aku membuatnya dengan beberapa sendok madu dan parutan keju!"

Di rumah kupu-kupu,
Mereka pun melahap bubur sagu.
"Slurp, slurp, slurp, sedaaap!," ujar kutu.

Lalu, sambil tersenyum malu-malu,
Kutu bertanya "Bolehkah aku menukar semangkuk bubur sagumu,
dengan sebatang sapu milikku?"

"Tentu saja boleh! Ambil saja sesukamu.
Dan bawa saja sapumu,
karena aku baru beli sapu baru!" jawab kupu-kupu.

Berlinanglah air mata kutu.
Ah, sungguh ia terharu.
Punya sahabat sepemurah kupu-kupu.

"Raihana, ayo makan siang dulu!" panggil Ibu.
Olala, ternyata sudah jam satu!
Saking asyiknya mendengarkan dongeng Kak Bayu,
Raihana sampai lupa waktu!

"Kak Bayu, sekarang Raihana mau makan dulu,
Bisakah Kak Bayu datang lagi hari Rabu,
dan kembali mendongeng untukku?" tanya Raihana tersipu.

"Tentu! Tentu! Hari Rabu aku akan datang untukmu,
dan mendongeng tentang macan yang kehilangan kuku,
juga tentang seekor bebek yang hobi memborong tisu!" jawab Kak Bayu

"Bye bye Raihana, sampai ketemu hari Rabu,
I'll miss you!"

9.

[bukan resensi] kaki tangam dajjal mencengkeram indonesia

Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id   ujangjiung

Wed Oct 28, 2009 11:03 pm (PDT)



Minggu ini saya dikejutkan dengan sebuah buku yang berjudul KAKI TANGAN DAJJAL MENCENGKERAM INDONESIA karangan Abu Fatiah Al-Adnani, sebuah buku lanjutan dari buku DAJJAL (SUDAH) MUNCUL DARI KHURASAN dengan penulis yang sama.

Kaki tangan dajjal mencengkeram indonesia (Terbitan Granada Mediatama, penyusun kelompok telaah kitab Ar-risalah, cetakan ke 2. juni 2007)

-dajjal adalah pemimpin yahudi (pembawa pitnah paling besar)yang dijanjikan akan muncul di akhir zaman. Dia termasuk salah satu mahluk Allah yang ditangguhkan usianya hingga waktu tertentu. Selama masa persembunyianya, dajjal terus menyusun rencana dan strategi agar di hari kemunculannya dia benar-benar dipertuhankan manusia (dari agama apa saja). Maka sangat mustahil jika keluarnya dajjal di dunia yang hanya 40hari -dengan tibatiba- dia menjadi pemimpin yang sangat ditaati,dipuja dan ditakuti banyak manusia. Jika seperti ini hakikat dajjal yang sesungguhnya (jahat,kotor,busuk,licik),mengapa di akhir zaman kelak manusia akan bercita-cita untuk bergabung dengannya? Mengapa orang mukmin yang memiliki iman terkuat sekalipun disarankan untuk tidak mendekatinya?

Jawabanya ada di dua buku tersebut yang sekaligus mengupas segala hal mengenai ideologi-ideologi (aneh) yang sudah mengurung indonesia,TEOLOGI ZIONIS, JIL,THEOSOFI, PENYATUAN AGAMA,plurarisme, dan lainnya, termasuk membedah simbol2 yahudi yang begitu marak di indonesia.

Abu Fatiah Al-adnani seorang yang berasal dari bani tamim, dimana bani tami terdapat dlm sebuah hadist Rosul: umatku yang paling gigih memerangi dajjal adalah bani tamim.
-shahihul Bukhari(2543) dan shahih Muslim(2525).

Maaf,catatan terburu-buru.

Wajib militer di Indonesia? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com

10a.

FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedatanga

Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id   ujangjiung

Thu Oct 29, 2009 12:04 am (PDT)



Ini kerena dan lucu loh,bu! Gak kebayang kalo ada novel yang kaya gini, minimalnya di tiap bab beda bunyi, dari mulai A I U E sampai O

----- Original Message -----
Subject: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu
Date: Thu, 29 Oct 2009 5:04:56
From: punya_retno <punya_retno@yahoo.com>
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>

Mencoba menulis cerita berima,
Saat tak bisa tidur di tengah malam buta,
Setelah menyusui Raihana

Tentu saja, cerita berima ini masih sangat sederhana,
Karena saya masih minim kosakata
Namun, semoga masih bisa dinikmati oleh semuanya, ya!

-Retno-
====================================================================
Saat Raihana Kedatangan Tamu
Oleh Retnadi Nur'aini

Tadi sore Raihana kedatangan tamu.
Tamu itu berbaju biru.
Kedua tangannya memeluk setumpuk buku.

Ia bernama Kak Bayu.
Kak Bayu suka mendongeng cerita lucu-lucu.
sambil menyeruput secangkir susu.

Kali ini, ceritanya tentang seekor kupu-kupu.
Yang adu panco dengan seekor kutu.
Beralaskan sebongkah batu.

"Huuufff, huuufff, huuufff!", napas kutu memburu.
Sementara keringat menetes di dahi kupu-kupu.
Yang kini keluar urat-urat biru.

Waah, sungguh adu panco yang seru!

"Hosh, hosh, kutu. Capek nih. Gimana kalau kita main ke rumahku?", tanya kupu-kupu.
"Hosh, hosh, kupu. Iya, nih, laper. Pegel main panco mulu!," jawab kutu.
"Waaah, pas betul! Aku punya sepanci bubur sagu!" jawab kupu-kupu.

"Ih, bubur sagu, apa itu!
Kupu, makananmu kan aneh-aneh melulu
Minggu lalu kamu makan sup ikan kerapu
Kemarin kamu makan sirip ikan hiu,
Sekarang, bubur sagu!
Hek, aku tidak mau!", ujar kutu

Namun jawab kupu-kupu,
"Eh, sembarangan! Bubur sagu itu enak, tau!
Aku membuatnya dengan beberapa sendok madu dan parutan keju!"

Di rumah kupu-kupu,
Mereka pun melahap bubur sagu.
"Slurp, slurp, slurp, sedaaap!," ujar kutu.

Lalu, sambil tersenyum malu-malu,
Kutu bertanya "Bolehkah aku menukar semangkuk bubur sagumu,
dengan sebatang sapu milikku?"

"Tentu saja boleh! Ambil saja sesukamu.
Dan bawa saja sapumu,
karena aku baru beli sapu baru!" jawab kupu-kupu.

Berlinanglah air mata kutu.
Ah, sungguh ia terharu.
Punya sahabat sepemurah kupu-kupu.

"Raihana, ayo makan siang dulu!" panggil Ibu.
Olala, ternyata sudah jam satu!
Saking asyiknya mendengarkan dongeng Kak Bayu,
Raihana sampai lupa waktu!

"Kak Bayu, sekarang Raihana mau makan dulu,
Bisakah Kak Bayu datang lagi hari Rabu,
dan kembali mendongeng untukku?" tanya Raihana tersipu.

"Tentu! Tentu! Hari Rabu aku akan datang untukmu,
dan mendongeng tentang macan yang kehilangan kuku,
juga tentang seekor bebek yang hobi memborong tisu!" jawab Kak Bayu

"Bye bye Raihana, sampai ketemu hari Rabu,
I'll miss you!"

------------------------------------

Yahoo! Groups Links

Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
Download Yahoo! Toolbar sekarang.
http://id.toolbar.yahoo.com

10b.

Re: (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Oct 29, 2009 12:31 am (PDT)



alhamdulillah, makasih kang jun
sebenarnya, ini cerita berima perdanaku
duluuu sekali pernah denger mbak renny yaniar dan mbak gloria cerita ttg cerita berima.
trus td mlm coba2 deh.
makanya ini masih sederhana bgt :)

idenya keren tuh,
bikin per bab, huruf vokalnya beda2 :)

tks for reading, kang jun :)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, jun an nizami <tinta_mirah@...> wrote:
>
> Ini kerena dan lucu loh,bu! Gak kebayang kalo ada novel yang kaya gini, minimalnya di tiap bab beda bunyi, dari mulai A I U E sampai O
>
>
> ----- Original Message -----
> Subject: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu
> Date: Thu, 29 Oct 2009 5:04:56
> From: punya_retno <punya_retno@...>
> To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
>
> Mencoba menulis cerita berima,
> Saat tak bisa tidur di tengah malam buta,
> Setelah menyusui Raihana
>
> Tentu saja, cerita berima ini masih sangat sederhana,
> Karena saya masih minim kosakata
> Namun, semoga masih bisa dinikmati oleh semuanya, ya!
>
> -Retno-
> ====================================================================
> Saat Raihana Kedatangan Tamu
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
>
> Tadi sore Raihana kedatangan tamu.
> Tamu itu berbaju biru.
> Kedua tangannya memeluk setumpuk buku.
>
> Ia bernama Kak Bayu.
> Kak Bayu suka mendongeng cerita lucu-lucu.
> sambil menyeruput secangkir susu.
>
> Kali ini, ceritanya tentang seekor kupu-kupu.
> Yang adu panco dengan seekor kutu.
> Beralaskan sebongkah batu.
>
> "Huuufff, huuufff, huuufff!", napas kutu memburu.
> Sementara keringat menetes di dahi kupu-kupu.
> Yang kini keluar urat-urat biru.
>
> Waah, sungguh adu panco yang seru!
>
> "Hosh, hosh, kutu. Capek nih. Gimana kalau kita main ke rumahku?", tanya kupu-kupu.
> "Hosh, hosh, kupu. Iya, nih, laper. Pegel main panco mulu!," jawab kutu.
> "Waaah, pas betul! Aku punya sepanci bubur sagu!" jawab kupu-kupu.
>
> "Ih, bubur sagu, apa itu!
> Kupu, makananmu kan aneh-aneh melulu
> Minggu lalu kamu makan sup ikan kerapu
> Kemarin kamu makan sirip ikan hiu,
> Sekarang, bubur sagu!
> Hek, aku tidak mau!", ujar kutu
>
> Namun jawab kupu-kupu,
> "Eh, sembarangan! Bubur sagu itu enak, tau!
> Aku membuatnya dengan beberapa sendok madu dan parutan keju!"
>
> Di rumah kupu-kupu,
> Mereka pun melahap bubur sagu.
> "Slurp, slurp, slurp, sedaaap!," ujar kutu.
>
> Lalu, sambil tersenyum malu-malu,
> Kutu bertanya "Bolehkah aku menukar semangkuk bubur sagumu,
> dengan sebatang sapu milikku?"
>
> "Tentu saja boleh! Ambil saja sesukamu.
> Dan bawa saja sapumu,
> karena aku baru beli sapu baru!" jawab kupu-kupu.
>
> Berlinanglah air mata kutu.
> Ah, sungguh ia terharu.
> Punya sahabat sepemurah kupu-kupu.
>
> "Raihana, ayo makan siang dulu!" panggil Ibu.
> Olala, ternyata sudah jam satu!
> Saking asyiknya mendengarkan dongeng Kak Bayu,
> Raihana sampai lupa waktu!
>
> "Kak Bayu, sekarang Raihana mau makan dulu,
> Bisakah Kak Bayu datang lagi hari Rabu,
> dan kembali mendongeng untukku?" tanya Raihana tersipu.
>
> "Tentu! Tentu! Hari Rabu aku akan datang untukmu,
> dan mendongeng tentang macan yang kehilangan kuku,
> juga tentang seekor bebek yang hobi memborong tisu!" jawab Kak Bayu
>
> "Bye bye Raihana, sampai ketemu hari Rabu,
> I'll miss you!"
>

10c.

Re: FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedat

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Thu Oct 29, 2009 12:48 am (PDT)



setelah dapat pesan dari retno di chatroom, lgsg menjuku ke milis
bagus, retno, membuat cerita berirama mmg hrs byk kosa kata yah?
btw, semenjak kelahiran raihana retno semakin sering menulis :)
kemarin br aja mampir di blog retno.
btw, cerita beriramnya bisa bikin ketawa loh, pelepas penat setelah progress report meeting :)
ayo nok, bikin lagi

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, jun an nizami <tinta_mirah@...> wrote:
>
> Ini kerena dan lucu loh,bu! Gak kebayang kalo ada novel yang kaya gini, minimalnya di tiap bab beda bunyi, dari mulai A I U E sampai O
>
>
> ----- Original Message -----
> Subject: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedatangan tamu
> Date: Thu, 29 Oct 2009 5:04:56
> From: punya_retno <punya_retno@...>
> To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
>
> Mencoba menulis cerita berima,
> Saat tak bisa tidur di tengah malam buta,
> Setelah menyusui Raihana
>
> Tentu saja, cerita berima ini masih sangat sederhana,
> Karena saya masih minim kosakata
> Namun, semoga masih bisa dinikmati oleh semuanya, ya!
>
> -Retno-
> ====================================================================
> Saat Raihana Kedatangan Tamu
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
>
> Tadi sore Raihana kedatangan tamu.
> Tamu itu berbaju biru.
> Kedua tangannya memeluk setumpuk buku.
>
> Ia bernama Kak Bayu.
> Kak Bayu suka mendongeng cerita lucu-lucu.
> sambil menyeruput secangkir susu.
>
> Kali ini, ceritanya tentang seekor kupu-kupu.
> Yang adu panco dengan seekor kutu.
> Beralaskan sebongkah batu.
>
> "Huuufff, huuufff, huuufff!", napas kutu memburu.
> Sementara keringat menetes di dahi kupu-kupu.
> Yang kini keluar urat-urat biru.
>
> Waah, sungguh adu panco yang seru!
>
> "Hosh, hosh, kutu. Capek nih. Gimana kalau kita main ke rumahku?", tanya kupu-kupu.
> "Hosh, hosh, kupu. Iya, nih, laper. Pegel main panco mulu!," jawab kutu.
> "Waaah, pas betul! Aku punya sepanci bubur sagu!" jawab kupu-kupu.
>
> "Ih, bubur sagu, apa itu!
> Kupu, makananmu kan aneh-aneh melulu
> Minggu lalu kamu makan sup ikan kerapu
> Kemarin kamu makan sirip ikan hiu,
> Sekarang, bubur sagu!
> Hek, aku tidak mau!", ujar kutu
>
> Namun jawab kupu-kupu,
> "Eh, sembarangan! Bubur sagu itu enak, tau!
> Aku membuatnya dengan beberapa sendok madu dan parutan keju!"
>
> Di rumah kupu-kupu,
> Mereka pun melahap bubur sagu.
> "Slurp, slurp, slurp, sedaaap!," ujar kutu.
>
> Lalu, sambil tersenyum malu-malu,
> Kutu bertanya "Bolehkah aku menukar semangkuk bubur sagumu,
> dengan sebatang sapu milikku?"
>
> "Tentu saja boleh! Ambil saja sesukamu.
> Dan bawa saja sapumu,
> karena aku baru beli sapu baru!" jawab kupu-kupu.
>
> Berlinanglah air mata kutu.
> Ah, sungguh ia terharu.
> Punya sahabat sepemurah kupu-kupu.
>
> "Raihana, ayo makan siang dulu!" panggil Ibu.
> Olala, ternyata sudah jam satu!
> Saking asyiknya mendengarkan dongeng Kak Bayu,
> Raihana sampai lupa waktu!
>
> "Kak Bayu, sekarang Raihana mau makan dulu,
> Bisakah Kak Bayu datang lagi hari Rabu,
> dan kembali mendongeng untukku?" tanya Raihana tersipu.
>
> "Tentu! Tentu! Hari Rabu aku akan datang untukmu,
> dan mendongeng tentang macan yang kehilangan kuku,
> juga tentang seekor bebek yang hobi memborong tisu!" jawab Kak Bayu
>
> "Bye bye Raihana, sampai ketemu hari Rabu,
> I'll miss you!"
>
>
>
>
> ------------------------------------
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>
>
>
> Yahoo! Toolbar kini dilengkapi Anti-Virus dan Anti-Adware gratis.
> Download Yahoo! Toolbar sekarang.
> http://id.toolbar.yahoo.com
>

10d.

Re: FW: [sekolah-kehidupan] (teka) cerita berima: saat raihana kedat

Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com   hadian.kasep

Thu Oct 29, 2009 1:50 am (PDT)



huhuhu... jadi terharu...
tambah produktif aja temanku
aku jadi malu kepada temanku dan tentunya diriku
mengapa aku tidak seperti itu?

ada satu hal yang jadi masukanku
kalo ingat makanan kupu-kupu itu
pagi makan nasi kalo malam minum susu
belum sampai ke sup ikan kerapu

begitu dulu...
khawatir manyun mulutku
mempertahankan huruf 'u'
huhuhuhuhu....

--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. PHH Musthofa no.39
Surapati Core Blok K-7 Bandung
Ph: (+6222) 8724 1434
Fax: (+6222) 8724 1435
11a.

(Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Posted by: "teha sugiyo" sinarning_rat@yahoo.co.id   sinarning_rat

Thu Oct 29, 2009 1:02 am (PDT)





Bahasa

 

GAMBAR-GAMBAR YANG DIBUNYIKAN

Oleh Teha Sugiyo

 

Ada beberapa kegiatan sastra selama bulan
Oktober ini yang tidak dapat saya tolak untuk menghadirinya. Semua karena
berkaitan dengan teman dekat yang meminta saya untuk hadir.   Minggu, 18 Oktober 2009 di Royal Palace Hotel
Jl. Lembong Bandung,
ada bedah sekaligus peluncuran buku puisi "BENTERANG,
Puisi Apa Adanya" karya 3 penyair: Matdon, Atasi Amin dan Anton de
Sumartana. Pembicaranya adalah Jakob Sumardjo dan Yayat Hendayana. Sedangkan
moderatornya Hikmat Gumelar, penulis muda produktif dari Institut Nalar
Jatinangor.

            Yayat
mengatakan bahwa puisi-puisi yang terkumpul dalam "BENTERANG, Puisi Apa Adanya",  merupakan luapan cintanya Matdon, main-mainnya
Atasi Amin dan geramnya Anton. Dari 33 judul puisi yang ditulis Matdon, yang
dominan adalah luapan cinta Matdon terhadap pihak lain. 33 judul puisi Atasi
Amin didominasi gaya main-main yang asyik,
sebuah tradisi yang melanjutkan gaya
puisi Mbeling. Ata asyik dengan main-mainnya, ia easy going saja. Segala persoalan
hidup, meski berat tetap dipandangnya dengan gaya bermain-main.  33 judul karya Anton mengungkapkan
kegeramannya terhadap kondisi dan situasi sekitar, terutama kondisi sosial
budaya masyarakat dan Tuhan. Puisi-puisi lirik kognitif Anton juga kental
diwarnai gaya
mbeling.

            Jakob
mengungkapkan bahwa penyair itu adalah filsuf yang memiliki pandangan hidup
yang relatif tetap. Penyair adalah orang yang menguasai sistem
menghubung-hubungkan sesuatu. Penyair 
selalu mencari yang tidak ada. Menurut Jakob, Matdon berhasil membangun
hubungan yang tidak terdengar. Ata, 
adakalanya berhasil membalikkan logika. Sementara Anton dipandang oleh
Jakob sebagai penyair paling waras di antara ketiganya. Sebab Anton menyair
dengan menggunakan logika.

Hari Minggu,
25 Oktober ada acara bedah buku "Bukuku
Kubuku", puisi mbeling Jeihan yang ditafsirkan secara filosofis oleh Jakob
Sumardjo di Gedung Indonesia Menggugat. Pembicaranya  Acep Zamzam Noor, Hawe Setiawan dan Hikmat
Gumelar. Bedah buku yang dihadiri sekitar 40 orang itu justru kurang menyentuh
sisi filsafatnya. Para pembicara lebih banyak memasalahkan gebrakan gaya puisi mbeling, bukan
esensi filosofisnya. Jeihan sebagai nara sumber
juga hadir di sana.

Usai acara
bedah buku, ada tiga penyair yang konon, dari Negeri Belanda, Afrika dan Korea membacakan puisi-puisinya dalam rangka
lawatan sastra ke negeri Indonesia.
 Pulang dari Gedung Indonesia Menggugat,
mereka mampir ke studio Jeihan di Padasuka. Tanpa persiapan dan kabar
sebelumnya, mereka ingin mengadakan diskusi sastra sambil menikmati berbagai
lukisan dan patung-patung besar dan megah yang dipajang di studio Jeihan yang
berlantai 3 itu. Ternyata mereka tak cukup hanya diskusi, mereka juga ingin
membacakan puisi masing-masing. Maka terjadilah dialog sastra yang cukup
mengasyikkan.

Tanpa
ancang-ancang sebelumnya, saya "ditodong" untuk menjadi juru bicara tentang
Jeihan dan karyanya, baik lukis maupun puisi. Karena memang sudah mengenal
Jeihan sejak 37 tahun silam dan memahami proses kreatifnya, maka tugas menjadi
jubir itu saya terima dengan suka hati.  Usai
diskusi sampai sekitar jam 9 malam ketiga tamu asing itu balik ke Jakarta karena esok
paginya mereka akan kembali ke negeri asal masing-masing. Tanpa basa-basi,
dengan bisik-bisik tak serius, Hikmat meminta saya untuk menjadi pembicara  besok dalam acara bedah buku di UNPAD
Jatinangor, menggantikan Sapardi yang berhalangan hadir. Saya tidak begitu
menanggapi, karena permintaan ini dikatakan secara tidak resmi dan saya pikir
Hikmat bukan panitia. Jeihan sendiri sudah tahu kalau Sapardi tidak bakal
datang karena sakit. Dengan enteng Jeihan bilang, "Yo wis
kowe wae sing ngomong. Kowe kan
sing terlibat langsung dengan proses puisi mbeling itu", kata Jeihan dalam
basa Jawa ngoko. Jeihan malah mengajak saya untuk menginap di rumahnya di
Cigadung.  Saya bilang, "Ya sudah, besok
saja saya tunggu di studio sini jam 8. Kita kan berangkat jam 9".

Esok paginya,
Senin, 26/10, jam 8 saya sudah sampai di studio Jeihan, yang terletak di
Padasuka. Ada Atasi Amin, anak pertama Jeihan yang menyambut saya. Saya
menunggu Jeihan sambil baca koran. Di 
Republika, ada gambar Jeihan saat acara bedah buku "Bukuku Kubuku" di GIM kemarin.

Sebelum jam 9
Jeihan datang dengan Toyota Fortuner warna hitam, yang disopiri Rizal. Kami
berangkat berempat: Jeihan, saya, Ata, Taman,
yang menyiapkan peralatan gambar untuk demo, seusai acara bedah buku,  dan Rizal, sang sopir. Kami  menuju UNPAD Jatinangor.

 Ada
beberapa kegiatan berkaitan dengan dies FASA UNPAD yang ke-51 itu. Salah satu
kegiatannya adalah peluncuran sekaligus bedah buku, Jeihan, Gambar, Bunyi, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan oleh
Sapardi Djoko Damono. Buku yang diterbitkan secara indie oleh Penerbit Editum
milik Sapardi Djoko Damono itu bakal dibicarakan oleh 2 orang: Hikmat Gumelar,
penulis muda  yang produktif dari
Institut Nalar Jatinangor, dan Sapardi Djoko Damono, sang penafsir puisi-puisi
Jeihan.

Acara dies itu
secara kebetulan juga merupakan
peringatan ke 51 tahun persahabatan 2 penyair yang kini sudah sama-sama mantap:
Jeihan Sukmantoro dan Sapardi Djoko Damono. 51 tahun silam, mereka sama-sama
meneruskan kuliah masing-masing setelah khatam dari SMA di Solo. Sapardi
melanjutkan ke Sastra Inggris UGM, sedangkan Jeihan ke SR ITB. Semasa di SMA
mereka sama-sama menangani majalah dinding yang diantaranya memuat puisi-puisi
Sapardi dan gambar-gambar Jeihan.

Ada apa dengan puisi
Mbeling, khususnya puisi-puisinya Jeihan? Paling tidak ada 3 buku yang sudah
diterbitkan  berkaitan dengan puisi
mbelingnya Jeihan. Mata mBeling Jeihan, telaah atas 40 puisi mbeling Jeihan yang
dilakukan oleh Soni  Farid Maulana dan
Jakob Sumardjo. Diterbitkan  oleh
Grasindo dan Yayasan Pengembangan Rupa Seni Indonesia, thn. 2000. Kemudian Bukuku,
Kubuku, sajak filsafat Jeihan yang ditelaah oleh Jakob Sumardjo dari
sisi filsafat. Buku ini diterbitkan oleh Jeihan Institut thn 2009. Lalu yang
ketiga Jeihan, Gambar, Bunyi, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan oleh
Sapardi Djoko Damono dengan membandingkannya dengan dunia seni lukis/rupa yang
juga digeluti oleh Jeihan. Buku ini diterbitkan secara indie oleh Editum milik Sapardi Djoko Damono.

Adakah periode
mbeling ini ditengarai sebagai salah satu masa dalam periodisasi sastra Indonesia?
Barangkali!

 

***

 

Aula Pusat
Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Sastra Unpad Jatinangor sudah dipenuhi
mahasiswa dan dosen pada jam 10.30. Pada spanduk yang sekaligus berfungsi
sebagai backdrop warna putih
berukuran besar, yang tergantung di dinding depan ruangan, tertulis
besar-besar: PELUNCURAN & BEDAH "JEIHAN, GAMBAR, BUNYI", Panitia Dies Fasa
Unpad - Jeihan Institute - Institut Nalar Jatinangor, dilengkapi gambar
karikatur dan titi mangsa. Lebih dari seratus orang yang hadir. Di bagian depan
tengah terletak 3 meja dengan 4 kursi untuk pembicara dan moderator. Masih
telanjang tanpa taplak. Di kiri dan kanannya ada semacam panggung kecil
menyilang. Di sana
telah duduk bersila masing-masing 5 orang terdiri atas 3 lelaki dan 2 perempuan
dengan kostum hitam-hitam. Pada bagian belakang kiri duduk di kursi,  10 orang muda dengan pakaian putih-putih
dengan sekujur tubuh dan tangan dililit tali temali.

Setelah MC
membuka acara, seseorang dari arah belakang maju dengan tikar dan Alquran.
Setelah menggelar tikar dan membacakan doa, diiringi oleh zikir yang dilafaskan
oleh rombongan orang berkostum hitam. Zikir dari puisi Jeihan "Kembali": dari gumpalan tanah: / jadi gumpalan darah /
jadi gumpalan nanah : / dari tanah ke tanah //,  dengan suara koor dari sayup makin mengeras
makin membahana dan kembali meredup dengan irama yang indah.

Pembaca doa
undur, seorang lelaki maju menyambar mikrofon, lalu mengetuk-ngetuk mik itu
beberapa kali. Sekali lagi dia mengetuk-ngetuk sambil meneriakkan: Panggilan, Panggilan! Jeda sejenak,
lalu...Panggilan! Panggilan!... Dari
arah belakang, ada suara-suara menggema: Narkooo... Tiknooo... Lelaki yang di
depan itu melompat naik ke atas meja dan dengan lantang berteriak: NARKOTIK?  NO!

Kemudian
disambung dramatisasi puisi: "Buat Kau D. Sudiana". Rombongan pakaian hitam
mengeja angka dengan suara membahana: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9, lelaki yang
masih di atas meja itu berteriak: bulan kehilangan magis . Rombongan
yang terikat tali menggemakan  abjad: ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXY. Lelaki
yang di atas meja itu berteriak : manusia kehilangan diri. Kemudian
terdengar suara-suara bersahut-sahutan antara lelaki di atas meja dengan
rombongan pakaian hitam:  hitam-putih
hitam-putih hitam-putih hitam-putih... berulang-ulang, dan setelah
beberapa saat, terdengar teriakan nyaring: dunia kehilangan warna...

Demikianlah
dramatisasi puisi-puisi Jeihan itu menjadi sajian yang indah, multitafsir dan
kaya makna.

Acara
dilanjutkan dengan diskusi  buku JEIHAN,
GAMBAR, BUNYI. Moderator meminta saya untuk mengawali pembicaraan. Saya memang
tidak menyiapkan makalah. Saya berbicara tentang kondisi yang melatarbelakangi
munculnya gerakan puisi mbeling.  Saya mengenal Jeihan pada saat gerakan
mbeling ini muncul, tepatnya akhir tahun 1971. Waktu itu saya menjadi guru SD,
di mana Atasi Amin dan Azasi Adhi, kedua anak Jeihan sekolah. Perkenalan saya
diawali dengan mengantarkan hadiah bagi Ata dan Adi yang memenangi perlombaan
gambar di majalah Bobo. Sejak saat itu secara intens saya mengunjungi Jeihan,
berdiskusi, menimba ilmu di rumahnya di Gang Mesjid Bandung. Dari sana saya mengenal  para sastrawan dan seniman yang sering
berkunjung ke rumah Jeihan seperti Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul
Hadi WM, Sapardi Djoko Damono, Sanento Yuliman, Sudjoko, Wilson Nadeak,
Alinafiah Lubis, Uddin Lubis, Saini KM, bahkan para artis zamannya Farouk
Afero.  Emmanuel Subangun dan Jakob
Sumardjo sudah lebih dulu saya kenal.

Saya
menyaksikan sendiri bagaimana Remy dan Jeihan saling adu argumentasi dengan
semangat anak muda, menggebu-gebu dan kadang menggebrak meja dan saling mencaci
memaki, meledek, namun semua itu berakhir dengan kentalnya persahabatan. Saya
jadi mengenal tipe-tipe seniman sesuai gaya
masing-masing. Sapardi, Pak Djoko dan Saini yang lebih serius, tenang dan
nampak akademisi. Abdul Hadi  yang hanya
sekali sekali bicara, Sanento Yuliman yang kalem, Remy yang temperamental dan
selalu "memanaskan" suasana. Wilson,
sang pendeta yang pintar ngomong.

Saya juga
menyaksikan sendiri proses kreatif Jeihan saat menuliskan puisi-puisi
"kontemporer"nya.  Dengan menggunakan
mesin tik tua, setelah selesai mengetik dia tunjukkan pada saya sambil
membaca.. Gambar-gambar puisi yang berbunyi itu kemudian saya kumpulkan dan
saya komentari lalu saya kirimkan ke Suara Karya yang segera menuai kritik dan
pembantaian. Terjadilah polemik yang cukup heboh saat itu. Beruntung lembar "Pendakian"
di koran Suara Karya waktu itu cukup kondusif. (Kejutan yang lainnya lagi, di depan aula tempat diskusi berlangsung
ditempelkkan fotokopi guntingan koran "Suara Karya" tulisan saya 37 th silam,
tentang puisi mbelingnya Jeihan, yang juga bantaian dari penulis lain. Juga ada
tulisan dari majalah Aktuil tentang puisi-puisi mbeling).

Di rumah
Jeihan yang menjadi "markas" seniman, di tengah kondisi ekonomi yang masih
dalam perjuangan itu, muncul gagasan-gagasan brilian, termasuk gagasan "mbeling", suatu gebrakan untuk mendobrak
kemapanan bersastra. (Istilah mbeling
itu sendiri diambil dari basa Jawa, yang kira-kira berarti: "nakal",
"menggemaskan", kadang "menjengkelkan" tapi banyak akal dan sembada/bertanggung
jawab). Banyak penulis yang sukar menembus majalah sastra Horison. Sastra,
khususnya puisi disakralkan dan menjadi "menara gading", tidak membumi. Remy
Sylado sebagai jubir gerakan mbeling ini dengan lantang berucap di majalah
Aktuil 1972 : ".... Puisi mbeling tak perduli dengan segala jalur itu, sebab
puisi mbeling adalah puisi underground.
Ia revolt terhadap nilai-nilai yang
kaku sebab mapannya itu, yang berpusing-pusing di sekitar itu-itu wungkul: bunga, awan, kuda, cacing,
gunung, sawah, laut, padi seperti sajak-sajak tua.... Dan jenis-jenis yang lebih
cengeng.... yang boleh dibilang masterpis ketika orang masih buta huruf.

Sejak awal sudah
dikemukakan bahwa puisi mbeling adalah puisi tandingan. Puisi-puisi kaum tua
sudah mati, puisi tak perlu dianggap mulia lagi, sebab banyaknya
penyair-penyair tua yang tak jujur, hilang harga diri, memprotes dan meludah
tetapi setelah itu menjilat kembali ludahnya.. Peristiwa-peristiwa itu menjadi
gugatan dalam puisi mbeling, menelanjangi kebodohan, kebegoan, kemunafikan, kemencla-menclean, dan segala otak
taikucing dari moral tua yang sempit, romantis, ditutup-tutupi.

Jika akhirnya
orang bertanya tentang perbedaan 
esensiil dari puisi mbeling dengan puisi-puisi belakang, maka salah satu
cirinya tentu saja adalah sikap menerima apa adanya, istimewa kata yang
dianggap metafisis, sebab dengan sikap ini barulah segala kemungkinan tentang
pesan dan bobot kena akkordnya."

Dalam
mukadimah puisi mbeling, Jeihan menulis: sadjak  ja sadjak/djedjak ja djedjak/sadjak tjari
djedjak/djedjak tjari sadjak// biarkan // jang djedjak, djedjak/jang sadjak,
sadjak//

Menurut
Jeihan, perpuisian Indonesia dapat dikategorikan 4 masa selama satu abad ini;
masa tradisi etnik Melayu, syair dan pantun; masa sekitar tahun 1930-an yang
kita kenal dengan romantika pujangga baru; kemudian  radikalisme Chairil Anwar, bentuk menentukan
isi pikiran dan perasaan; dan periode mbeling.  Jika pada syair, cerita adalah makna,
pada  masa pujangga baru, kalimat adalah
makna, kemudian kata adalah makna, dan pada periode mbeling, bukan hanya sampai
tingkat rontgen ala Chairil, kata sebagai makna dibongkar sebagai patah kata
oleh Sutardji, pada mbeling kata dibedah sampai pada inti selnya, DNA kata-kata
seperti puisi  Jeihan. Inilah fase Mbeling.

 

***

Hikmat Gumelar
sebagai pembicara kedua, coba menjelujuri puisi-puisi Jeihan dalam tafsir
Sapardi: JEIHAN, GAMBAR, BUNYI, memiliki warna dominan bermain-main. Dengan
judul makalah "Aku Bermain-main, maka Aku Melangit", Hikmat ingin mengatakan
bahwa dalam puisinya Jeihan bermain-main. "Jeihan tak hanya bermain-main dalam
ruang sosialisasi saat studionya banyak dikunjungi orang, tetapi juga dalam
ruang yang galib dipandang ruang serius pun, ia ringan-ringan saja
bermain-main. Ia memang tak mau menjadi budak yang dipermainkan hidup. "Hidup
yang harus saya permainkan. Atau saya yang mempermainkan hidup, " katanya.

Jika hidup
saja dipandang dan diperlakukan demikian oleh Jeihan, apalagi sajak. Baginya,
sajak itu jauh dari kesan angker. Menyajak 
bukan kerja `serem´ sperti yang banyak didongengkan banyak penyair.
Jeihan pernah bilang, Jika riwayat buku habis, buku puisi yang terakhir. Puisi
itu inti dari seni. Maka untuk pendidikan karakter anak-anak harus diajari
puisi atau sastra. Sebab, satra membuat tertib kata, tertib kalimat, tertib
pikir, tertib laku dan akhirnya tertib hidup, kata Jeihan.

Sekilas
membaca puisi-puisi Jeihan  tampak mudah,
tampak telanjang bulat. Sejumlah puisinya tampak tak mengandung apa-apa.
Nonsens. Tapi hampir setiap kali membacanya kita senantiasa tersentak. Selalu
ada hal-hal baru yang sebelumnya tak terendus. Maka bagi 10 orang, satu puisi
Jeihan sangat mungkin melahirkan 100 makna, 1000 makna, bahkan tak mustahil
lebih.

Menurut
Sapardi puisi-pusi Jeihan dibangun dengan memadukan kelisanan dan
keberaksaraan, merupakan permainan gambar dan bunyi. Karena Jeihan adalah
seorang pelukis yang sekaligus juga penyair, maka saat menulis puisi, jiwa
kepelukisannya pun memengaruhinya. Selama puluhan tahun ia telah melakukan
perjalanan ulang-alik antara dua dunia itu. Ketika memutuskan untuk menulis
puisi, atau lebih tepat melukis puisi, ia berurusan dengan kegiatan kreatif
yang memiliki dua sisi yang sama sekali berbeda. Puisi menuntutnya untuk
berurusan tidak hanya dengan rupa tetapi sekaligus dengan bunyi yang merupakan
hakikat puisi, yang tidak terdengar ketika ia menuliskannya. Dan hanya bisa
terdengar kalau kita, pembaca, berniat melisankannya. Lukisan tidak menuntut
untuk dilisankan, sedangkan puisi pada hakikatnya adalah bunyi, tenaga yang
tersimpan di dalam deretan aksara di atas kertas, yang baru terdengar ketika
kita berniat mengembalikannya ke habitatnya yang purba itu.   

Bagi Hikmat,
Jeihan adalah penyair religius. Puisinya "Kembali" menyatakan kita "dari segumpal tanah, jadi segumpal darah,
jadi segumpal nanah, dari tanah ke tanah". Sekilas nampak lumrah, namun
apabila direnungkan dalam-dalam, seolah pernyataan "kembali" yang tersembunyi:
"Kalau memang begitu, lalu saya harus bagaimana dalam melakoni hidup yang
bermula dari segumpal tanah yang akan kembali ke tanah?"

Jawabnya ada
di dalam "Syukur dan Tafakur": mari kita
cuci diri kita dengan peluh sendiri di siang hari, dan mari kita basuh hati
kita dengan air mata sendiri di malam hari. Jeihan mengajak kita
mengerahkan segala potensi untuk mengisi siang hari dan malam hari kita
membasuh hati dengan air mata. Bisa jadi karena di siang hari kita berbuat
salah, belum maksimal, sehingga pada malam hari kita bertobat, penuh penyesalan
dan coba bangkit lagi memperbaiki langkah berikutnya. Atau pada siang kita
bekerja sekuat tenaga sebagai ucapan syukur, karena kerja adalah ibadah. Dan
pada malam hari kita bertafakur untuk menggapai hidup yang lebih baik dan lebih
baik lagi.

Syukur dan
tafakur ini juga dapat dilakukan secara main-main. Puisi "Nelayan": di tengah laut/seorang nelayanberseru/Tuhan
bikin laut/beta bikin perahu/Tuhan bikin angina/beta bikin layer// tiba-tiba
perahunya terguling// akh,/beta main-main/Tuhan sungguh-sungguh//.

Kuatnya
kecenderungan kegilaan Jeihan akan permainan makin nyata bila kita melihat
bagaimana caranya sebagian besar sajaknya membangun dirinya. Dalam bersajak,
Jeihan tak hanya mengerahkan kata, tetapi juga mengolah suku kata, huruf, angka
dan gambar.

 

***

Diskusi mendapat tanggapan yang
positif. Banyak pertanyaan diajukan baik kepada pembicara maupun langsung
kepada Jeihan. Dan semua ditanggapi dengan antusias. Usai tanya jawab yang
mengasyikkan itu, Jeihan melakukan demo melukis Anne, salah seorang
mahasiswi  Sastra Sunda, hanya dalam
beberapa menit. Demo disaksikan peserta diskusi dan bahkan ada beberapa
mahasiswa dari luar.

 

 

 

live as if you were to die tomorrow

learn as if you were to live forever

                                    (mahatma
gandhi)

 

Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
11b.

Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Oct 29, 2009 1:08 am (PDT)



Wah keren banget, Pak Teha... saya benar-benar nyaris tidak bernafas saat
membaca tulisan Pak Teha ini dan menghembuskan nafas lega di akhir
tulisan... benar-benar sebuah sajian reportase plus kajian sastra yang
benar-benar saya rindukan...
tentunya sebuah pengalaman yang luar biasa bahwa Pak Teha juga mengenal para
sastrawan senior yang sudah malang melintang di dunia kepenyairan sejak saya
masih belum lahir bahkan orang tua saya belum menikah...

Terima kasih, Pak Teha, atas ulasannya... saya benar-benar menyukainya...
I wish I was there too ^^*

salam
Lia

2009/10/29 teha sugiyo <sinarning_rat@yahoo.co.id>

>
>
> *Bahasa *
>
>
>
> GAMBAR-GAMBAR YANG DIBUNYIKAN
>
> *Oleh Teha Sugiyo*
>
>
>
> Ada beberapa kegiatan sastra selama bulan Oktober ini yang tidak dapat saya
> tolak untuk menghadirinya. Semua karena berkaitan dengan teman dekat yang
> meminta saya untuk hadir. Minggu, 18 Oktober 2009 di Royal Palace Hotel
> Jl. Lembong Bandung, ada bedah sekaligus peluncuran buku puisi "*BENTERANG,
> Puisi Apa Adanya*" karya 3 penyair: Matdon, Atasi Amin dan Anton de
> Sumartana. Pembicaranya adalah Jakob Sumardjo dan Yayat Hendayana. Sedangkan
> moderatornya Hikmat Gumelar, penulis muda produktif dari Institut Nalar
> Jatinangor.
>
> Yayat mengatakan bahwa puisi-puisi yang terkumpul dalam "*BENTERANG,
> Puisi Apa Adanya*", merupakan luapan cintanya Matdon, main-mainnya Atasi
> Amin dan geramnya Anton. Dari 33 judul puisi yang ditulis Matdon, yang
> dominan adalah luapan cinta Matdon terhadap pihak lain. 33 judul puisi Atasi
> Amin didominasi gaya main-main yang asyik, sebuah tradisi yang melanjutkan
> gaya puisi Mbeling. Ata asyik dengan main-mainnya, ia easy going saja.
> Segala persoalan hidup, meski berat tetap dipandangnya dengan gaya
> bermain-main. 33 judul karya Anton mengungkapkan kegeramannya terhadap
> kondisi dan situasi sekitar, terutama kondisi sosial budaya masyarakat dan
> Tuhan. Puisi-puisi lirik kognitif Anton juga kental diwarnai gaya mbeling.
>
> Jakob mengungkapkan bahwa penyair itu adalah filsuf yang
> memiliki pandangan hidup yang relatif tetap. Penyair adalah orang yang
> menguasai sistem menghubung-hubungkan sesuatu. Penyair selalu mencari
> yang tidak ada. Menurut Jakob, Matdon berhasil membangun hubungan yang tidak
> terdengar. Ata, adakalanya berhasil membalikkan logika. Sementara Anton
> dipandang oleh Jakob sebagai penyair paling waras di antara ketiganya. Sebab
> Anton menyair dengan menggunakan logika.
>
> Hari Minggu, 25 Oktober ada acara bedah buku "*Bukuku Kubuku*", puisi
> mbeling Jeihan yang ditafsirkan secara filosofis oleh Jakob Sumardjo di
> Gedung Indonesia Menggugat. Pembicaranya Acep Zamzam Noor, Hawe Setiawan
> dan Hikmat Gumelar. Bedah buku yang dihadiri sekitar 40 orang itu justru
> kurang menyentuh sisi filsafatnya. Para pembicara lebih banyak memasalahkan
> gebrakan gaya puisi mbeling, bukan esensi filosofisnya. Jeihan sebagai nara
> sumber juga hadir di sana.
>
> Usai acara bedah buku, ada tiga penyair yang konon, dari Negeri Belanda,
> Afrika dan Korea membacakan puisi-puisinya dalam rangka lawatan sastra ke
> negeri Indonesia. Pulang dari Gedung Indonesia Menggugat, mereka mampir
> ke studio Jeihan di Padasuka. Tanpa persiapan dan kabar sebelumnya, mereka
> ingin mengadakan diskusi sastra sambil menikmati berbagai lukisan dan
> patung-patung besar dan megah yang dipajang di studio Jeihan yang berlantai
> 3 itu. Ternyata mereka tak cukup hanya diskusi, mereka juga ingin membacakan
> puisi masing-masing. Maka terjadilah dialog sastra yang cukup mengasyikkan.
>
> Tanpa ancang-ancang sebelumnya, saya "ditodong" untuk menjadi juru bicara
> tentang Jeihan dan karyanya, baik lukis maupun puisi. Karena memang sudah
> mengenal Jeihan sejak 37 tahun silam dan memahami proses kreatifnya, maka
> tugas menjadi jubir itu saya terima dengan suka hati. Usai diskusi sampai
> sekitar jam 9 malam ketiga tamu asing itu balik ke Jakarta karena esok
> paginya mereka akan kembali ke negeri asal masing-masing. Tanpa basa-basi,
> dengan bisik-bisik tak serius, Hikmat meminta saya untuk menjadi pembicara
> besok dalam acara bedah buku di UNPAD Jatinangor, menggantikan Sapardi yang
> berhalangan hadir. Saya tidak begitu menanggapi, karena permintaan ini
> dikatakan secara tidak resmi dan saya pikir Hikmat bukan panitia. Jeihan
> sendiri sudah tahu kalau Sapardi tidak bakal datang karena sakit. Dengan
> enteng Jeihan bilang, "*Yo wis kowe wae sing ngomong. Kowe kan sing
> terlibat langsung dengan proses puisi mbeling itu"*, kata Jeihan dalam
> basa Jawa ngoko. Jeihan malah mengajak saya untuk menginap di rumahnya di
> Cigadung. Saya bilang, "Ya sudah, besok saja saya tunggu di studio sini
> jam 8. Kita kan berangkat jam 9".
>
> Esok paginya, Senin, 26/10, jam 8 saya sudah sampai di studio Jeihan, yang
> terletak di Padasuka. Ada Atasi Amin, anak pertama Jeihan yang menyambut
> saya. Saya menunggu Jeihan sambil baca koran. Di Republika, ada gambar
> Jeihan saat acara bedah buku "*Bukuku Kubuku*" di GIM kemarin.
>
> Sebelum jam 9 Jeihan datang dengan Toyota Fortuner warna hitam, yang
> disopiri Rizal. Kami berangkat berempat: Jeihan, saya, Ata, Taman, yang
> menyiapkan peralatan gambar untuk demo, seusai acara bedah buku, dan
> Rizal, sang sopir. Kami menuju UNPAD Jatinangor.
>
> Ada beberapa kegiatan berkaitan dengan dies FASA UNPAD yang ke-51 itu.
> Salah satu kegiatannya adalah peluncuran sekaligus bedah buku, *Jeihan,
> Gambar, Bunyi*, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan oleh Sapardi Djoko
> Damono. Buku yang diterbitkan secara indie oleh Penerbit Editum milik
> Sapardi Djoko Damono itu bakal dibicarakan oleh 2 orang: Hikmat Gumelar,
> penulis muda yang produktif dari Institut Nalar Jatinangor, dan Sapardi
> Djoko Damono, sang penafsir puisi-puisi Jeihan.
>
> Acara dies itu secara *kebetulan* juga merupakan peringatan ke 51 tahun
> persahabatan 2 penyair yang kini sudah sama-sama mantap: Jeihan Sukmantoro
> dan Sapardi Djoko Damono. 51 tahun silam, mereka sama-sama meneruskan kuliah
> masing-masing setelah khatam dari SMA di Solo. Sapardi melanjutkan ke Sastra
> Inggris UGM, sedangkan Jeihan ke SR ITB. Semasa di SMA mereka sama-sama
> menangani majalah dinding yang diantaranya memuat puisi-puisi Sapardi dan
> gambar-gambar Jeihan.
>
> Ada apa dengan puisi Mbeling, khususnya puisi-puisinya Jeihan? Paling tidak
> ada 3 buku yang sudah diterbitkan berkaitan dengan puisi mbelingnya
> Jeihan. *Mata mBeling Jeihan,* telaah atas 40 puisi mbeling Jeihan yang
> dilakukan oleh Soni Farid Maulana dan Jakob Sumardjo. Diterbitkan oleh
> Grasindo dan Yayasan Pengembangan Rupa Seni Indonesia, thn. 2000. Kemudian
> *Bukuku, Kubuku,* sajak filsafat Jeihan yang ditelaah oleh Jakob Sumardjo
> dari sisi filsafat. Buku ini diterbitkan oleh Jeihan Institut thn 2009. Lalu
> yang ketiga *Jeihan, Gambar, Bunyi*, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan
> oleh Sapardi Djoko Damono dengan membandingkannya dengan dunia seni
> lukis/rupa yang juga digeluti oleh Jeihan. Buku ini diterbitkan secara *
> indie* oleh Editum milik Sapardi Djoko Damono.
>
> Adakah periode mbeling ini ditengarai sebagai salah satu masa dalam
> periodisasi sastra Indonesia? Barangkali!
>
>
>
> ***
>
>
>
> Aula Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Sastra Unpad Jatinangor
> sudah dipenuhi mahasiswa dan dosen pada jam 10.30. Pada spanduk yang
> sekaligus berfungsi sebagai *backdrop* warna putih berukuran besar, yang
> tergantung di dinding depan ruangan, tertulis besar-besar: PELUNCURAN &
> BEDAH "JEIHAN, GAMBAR, BUNYI", Panitia Dies Fasa Unpad – Jeihan Institute –
> Institut Nalar Jatinangor, dilengkapi gambar karikatur dan titi mangsa.
> Lebih dari seratus orang yang hadir. Di bagian depan tengah terletak 3 meja
> dengan 4 kursi untuk pembicara dan moderator. Masih telanjang tanpa taplak.
> Di kiri dan kanannya ada semacam panggung kecil menyilang. Di sana telah
> duduk bersila masing-masing 5 orang terdiri atas 3 lelaki dan 2 perempuan
> dengan kostum hitam-hitam. Pada bagian belakang kiri duduk di kursi, 10
> orang muda dengan pakaian putih-putih dengan sekujur tubuh dan tangan
> dililit tali temali.
>
> Setelah MC membuka acara, seseorang dari arah belakang maju dengan tikar
> dan Alquran. Setelah menggelar tikar dan membacakan doa, diiringi oleh zikir
> yang dilafaskan oleh rombongan orang berkostum hitam. Zikir dari puisi
> Jeihan "Kembali": *dari gumpalan tanah: / jadi gumpalan darah / jadi
> gumpalan nanah : / dari tanah ke tanah //, * dengan suara koor dari sayup
> makin mengeras makin membahana dan kembali meredup dengan irama yang indah.
>
> Pembaca doa undur, seorang lelaki maju menyambar mikrofon, lalu
> mengetuk-ngetuk mik itu beberapa kali. Sekali lagi dia mengetuk-ngetuk
> sambil meneriakkan: *Panggilan, Panggilan!* Jeda sejenak, lalu…*Panggilan!
> Panggilan*!... Dari arah belakang, ada suara-suara menggema: *Narkooo…
> Tiknooo*… Lelaki yang di depan itu melompat naik ke atas meja dan dengan
> lantang berteriak: *NARKOTIK? NO!*
>
> Kemudian disambung dramatisasi puisi: "Buat Kau D. Sudiana". Rombongan
> pakaian hitam mengeja angka dengan suara membahana: *0 1 2 3 4 5 6 7 8 9*,
> lelaki yang masih di atas meja itu berteriak: *bulan kehilangan magis* .
> Rombongan yang terikat tali menggemakan abjad: *ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXY.
> *Lelaki yang di atas meja itu berteriak : *manusia kehilangan diri*.
> Kemudian terdengar suara-suara bersahut-sahutan antara lelaki di atas meja
> dengan rombongan pakaian hitam: *hitam-putih hitam-putih hitam-putih
> hitam-putih…* berulang-ulang, dan setelah beberapa saat, terdengar
> teriakan nyaring: *dunia kehilangan warna…*
>
> Demikianlah dramatisasi puisi-puisi Jeihan itu menjadi sajian yang indah,
> multitafsir dan kaya makna.
>
> Acara dilanjutkan dengan diskusi buku JEIHAN, GAMBAR, BUNYI. Moderator
> meminta saya untuk mengawali pembicaraan. Saya memang tidak menyiapkan
> makalah. Saya berbicara tentang kondisi yang melatarbelakangi munculnya
> gerakan *puisi mbeling.* Saya mengenal Jeihan pada saat gerakan mbeling
> ini muncul, tepatnya akhir tahun 1971. Waktu itu saya menjadi guru SD, di
> mana Atasi Amin dan Azasi Adhi, kedua anak Jeihan sekolah. Perkenalan saya
> diawali dengan mengantarkan hadiah bagi Ata dan Adi yang memenangi
> perlombaan gambar di majalah Bobo. Sejak saat itu secara intens saya
> mengunjungi Jeihan, berdiskusi, menimba ilmu di rumahnya di Gang Mesjid
> Bandung. Dari sana saya mengenal para sastrawan dan seniman yang sering
> berkunjung ke rumah Jeihan seperti Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri,
> Abdul Hadi WM, Sapardi Djoko Damono, Sanento Yuliman, Sudjoko, Wilson
> Nadeak, Alinafiah Lubis, Uddin Lubis, Saini KM, bahkan para artis zamannya
> Farouk Afero. Emmanuel Subangun dan Jakob Sumardjo sudah lebih dulu saya
> kenal.
>
> Saya menyaksikan sendiri bagaimana Remy dan Jeihan saling adu argumentasi
> dengan semangat anak muda, menggebu-gebu dan kadang menggebrak meja dan
> saling mencaci memaki, meledek, namun semua itu berakhir dengan kentalnya
> persahabatan. Saya jadi mengenal tipe-tipe seniman sesuai gaya
> masing-masing. Sapardi, Pak Djoko dan Saini yang lebih serius, tenang dan
> nampak akademisi. Abdul Hadi yang hanya sekali sekali bicara, Sanento
> Yuliman yang kalem, Remy yang temperamental dan selalu "memanaskan" suasana.
> Wilson, sang pendeta yang pintar ngomong.
>
> Saya juga menyaksikan sendiri proses kreatif Jeihan saat menuliskan
> puisi-puisi "kontemporer"nya. Dengan menggunakan mesin tik tua, setelah
> selesai mengetik dia tunjukkan pada saya sambil membaca.. Gambar-gambar
> puisi yang berbunyi itu kemudian saya kumpulkan dan saya komentari lalu saya
> kirimkan ke Suara Karya yang segera menuai kritik dan pembantaian.
> Terjadilah polemik yang cukup heboh saat itu. Beruntung lembar "Pendakian"
> di koran Suara Karya waktu itu cukup kondusif. (*Kejutan* yang lainnya
> lagi, di depan aula tempat diskusi berlangsung ditempelkkan fotokopi
> guntingan koran "Suara Karya" tulisan saya 37 th silam, tentang puisi
> mbelingnya Jeihan, yang juga bantaian dari penulis lain. Juga ada tulisan
> dari majalah Aktuil tentang puisi-puisi mbeling).
>
> Di rumah Jeihan yang menjadi "markas" seniman, di tengah kondisi ekonomi
> yang masih dalam perjuangan itu, muncul gagasan-gagasan brilian, termasuk
> gagasan "*mbeling*", suatu gebrakan untuk mendobrak kemapanan bersastra.
> (Istilah *mbeling* itu sendiri diambil dari basa Jawa, yang kira-kira
> berarti: "nakal", "menggemaskan", kadang "menjengkelkan" tapi banyak akal
> dan sembada/bertanggung jawab). Banyak penulis yang sukar menembus majalah
> sastra Horison. Sastra, khususnya puisi disakralkan dan menjadi "menara
> gading", tidak membumi. Remy Sylado sebagai jubir gerakan mbeling ini dengan
> lantang berucap di majalah Aktuil 1972 : ".… Puisi mbeling tak perduli
> dengan segala jalur itu, sebab puisi mbeling adalah puisi *underground*.
> Ia *revolt *terhadap nilai-nilai yang kaku sebab mapannya itu, yang
> berpusing-pusing di sekitar itu-itu *wungkul*: bunga, awan, kuda, cacing,
> gunung, sawah, laut, padi seperti sajak-sajak tua…. Dan jenis-jenis yang
> lebih cengeng…. yang boleh dibilang masterpis ketika orang masih buta huruf.
>
> Sejak awal sudah dikemukakan bahwa puisi mbeling adalah puisi tandingan.
> Puisi-puisi kaum tua sudah mati, puisi tak perlu dianggap mulia lagi, sebab
> banyaknya penyair-penyair tua yang tak jujur, hilang harga diri, memprotes
> dan meludah tetapi setelah itu menjilat kembali ludahnya..
> Peristiwa-peristiwa itu menjadi gugatan dalam puisi mbeling, menelanjangi
> kebodohan, kebegoan, kemunafikan, *kemencla-menclean*, dan segala otak
> taikucing dari moral tua yang sempit, romantis, ditutup-tutupi.
>
> Jika akhirnya orang bertanya tentang perbedaan esensiil dari puisi
> mbeling dengan puisi-puisi belakang, maka salah satu cirinya tentu saja
> adalah sikap menerima apa adanya, istimewa kata yang dianggap metafisis,
> sebab dengan sikap ini barulah segala kemungkinan tentang pesan dan bobot
> kena akkordnya."
>
> Dalam mukadimah puisi mbeling, Jeihan menulis: *sadjak ja sadjak/djedjak
> ja djedjak/sadjak tjari djedjak/djedjak tjari sadjak// biarkan // jang
> djedjak, djedjak/jang sadjak, sadjak//*
>
> Menurut Jeihan, perpuisian Indonesia dapat dikategorikan 4 masa selama satu
> abad ini; masa tradisi etnik Melayu, syair dan pantun; masa sekitar tahun
> 1930-an yang kita kenal dengan romantika pujangga baru; kemudian radikalisme
> Chairil Anwar, bentuk menentukan isi pikiran dan perasaan; dan periode *
> mbeling*. Jika pada syair, cerita adalah makna, pada masa pujangga baru,
> kalimat adalah makna, kemudian kata adalah makna, dan pada periode mbeling,
> bukan hanya sampai tingkat rontgen ala Chairil, kata sebagai makna dibongkar
> sebagai patah kata oleh Sutardji, pada mbeling kata dibedah sampai pada inti
> selnya, DNA kata-kata seperti puisi Jeihan. Inilah fase *Mbeling.*
>
>
>
> ***
>
> Hikmat Gumelar sebagai pembicara kedua, coba menjelujuri puisi-puisi Jeihan
> dalam tafsir Sapardi: JEIHAN, GAMBAR, BUNYI, memiliki warna dominan
> bermain-main. Dengan judul makalah "Aku Bermain-main, maka Aku Melangit",
> Hikmat ingin mengatakan bahwa dalam puisinya Jeihan bermain-main. "Jeihan
> tak hanya bermain-main dalam ruang sosialisasi saat studionya banyak
> dikunjungi orang, tetapi juga dalam ruang yang galib dipandang ruang serius
> pun, ia ringan-ringan saja bermain-main. Ia memang tak mau menjadi budak
> yang dipermainkan hidup. "Hidup yang harus saya permainkan. Atau saya yang
> mempermainkan hidup, " katanya.
>
> Jika hidup saja dipandang dan diperlakukan demikian oleh Jeihan, apalagi
> sajak. Baginya, sajak itu jauh dari kesan angker. Menyajak bukan kerja
> 'serem' sperti yang banyak didongengkan banyak penyair. Jeihan pernah
> bilang, Jika riwayat buku habis, buku puisi yang terakhir. Puisi itu inti
> dari seni. Maka untuk pendidikan karakter anak-anak harus diajari puisi atau
> sastra. Sebab, satra membuat tertib kata, tertib kalimat, tertib pikir,
> tertib laku dan akhirnya tertib hidup, kata Jeihan.
>
> Sekilas membaca puisi-puisi Jeihan tampak mudah, tampak telanjang bulat.
> Sejumlah puisinya tampak tak mengandung apa-apa. Nonsens. Tapi hampir setiap
> kali membacanya kita senantiasa tersentak. Selalu ada hal-hal baru yang
> sebelumnya tak terendus. Maka bagi 10 orang, satu puisi Jeihan sangat
> mungkin melahirkan 100 makna, 1000 makna, bahkan tak mustahil lebih.
>
> Menurut Sapardi puisi-pusi Jeihan dibangun dengan memadukan kelisanan dan
> keberaksaraan, merupakan permainan gambar dan bunyi. Karena Jeihan adalah
> seorang pelukis yang sekaligus juga penyair, maka saat menulis puisi, jiwa
> kepelukisannya pun memengaruhinya. Selama puluhan tahun ia telah melakukan
> perjalanan ulang-alik antara dua dunia itu. Ketika memutuskan untuk menulis
> puisi, atau lebih tepat melukis puisi, ia berurusan dengan kegiatan kreatif
> yang memiliki dua sisi yang sama sekali berbeda. Puisi menuntutnya untuk
> berurusan tidak hanya dengan rupa tetapi sekaligus dengan bunyi yang
> merupakan hakikat puisi, yang tidak terdengar ketika ia menuliskannya. Dan
> hanya bisa terdengar kalau kita, pembaca, berniat melisankannya. Lukisan
> tidak menuntut untuk dilisankan, sedangkan puisi pada hakikatnya adalah
> bunyi, tenaga yang tersimpan di dalam deretan aksara di atas kertas, yang
> baru terdengar ketika kita berniat mengembalikannya ke habitatnya yang purba
> itu.
>
> Bagi Hikmat, Jeihan adalah penyair religius. Puisinya "Kembali" menyatakan
> kita "*dari segumpal tanah, jadi segumpal darah, jadi segumpal nanah, dari
> tanah ke tanah*". Sekilas nampak lumrah, namun apabila direnungkan
> dalam-dalam, seolah pernyataan "kembali" yang tersembunyi: "Kalau memang
> begitu, lalu saya harus bagaimana dalam melakoni hidup yang bermula dari
> segumpal tanah yang akan kembali ke tanah?"
>
> Jawabnya ada di dalam "Syukur dan Tafakur": *mari kita cuci diri kita
> dengan peluh sendiri di siang hari, dan mari kita basuh hati kita dengan air
> mata sendiri di malam hari. *Jeihan mengajak kita mengerahkan segala
> potensi untuk mengisi siang hari dan malam hari kita membasuh hati dengan
> air mata. Bisa jadi karena di siang hari kita berbuat salah, belum maksimal,
> sehingga pada malam hari kita bertobat, penuh penyesalan dan coba bangkit
> lagi memperbaiki langkah berikutnya. Atau pada siang kita bekerja sekuat
> tenaga sebagai ucapan syukur, karena kerja adalah ibadah. Dan pada malam
> hari kita bertafakur untuk menggapai hidup yang lebih baik dan lebih baik
> lagi.
>
> Syukur dan tafakur ini juga dapat dilakukan secara main-main. Puisi
> "Nelayan": *di tengah laut/seorang nelayanberseru/Tuhan bikin laut/beta
> bikin perahu/Tuhan bikin angina/beta bikin layer// tiba-tiba perahunya
> terguling// akh,/beta main-main/Tuhan sungguh-sungguh//.*
>
> Kuatnya kecenderungan kegilaan Jeihan akan permainan makin nyata bila kita
> melihat bagaimana caranya sebagian besar sajaknya membangun dirinya. Dalam
> bersajak, Jeihan tak hanya mengerahkan kata, tetapi juga mengolah suku kata,
> huruf, angka dan gambar.
>
>
>
> ***
>
> Diskusi mendapat tanggapan yang positif. Banyak pertanyaan diajukan baik
> kepada pembicara maupun langsung kepada Jeihan. Dan semua ditanggapi dengan
> antusias. Usai tanya jawab yang mengasyikkan itu, Jeihan melakukan demo
> melukis Anne, salah seorang mahasiswi Sastra Sunda, hanya dalam beberapa
> menit. Demo disaksikan peserta diskusi dan bahkan ada beberapa mahasiswa
> dari luar.
>
>
>
>
>
>
>
> *live as if you were to die tomorrow*
>
> *learn as if you were to live forever*
>
> * (mahatma gandhi)*
>
>
>
> ------------------------------
> Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman<http://sg.rd.yahoo.com/id/messenger/trueswitch/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/invite/>
> Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!
>
>
11c.

Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Thu Oct 29, 2009 1:21 am (PDT)



hmhh... kangen ma Pak Teha jadi terobati dengan repostasenya yang hebring deh...
seneng kali ya berkumpul dengan orang-orang seniman sejati macam yang sepuh-sepuh itu.... pasti banyak gizinya, makasih pak Teha sudah membaginya dengan kita, jadi pengen duduk lesehan juga di situ.... *ngiridotcom*

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: teha sugiyo <sinarning_rat@yahoo.co.id>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Thu, October 29, 2009 3:01:36 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Bahasa

GAMBAR-GAMBAR YANG DIBUNYIKAN
Oleh Teha Sugiyo

Ada beberapa kegiatan sastra selama bulan
Oktober ini yang tidak dapat saya tolak untuk menghadirinya. Semua karena
berkaitan dengan teman dekat yang meminta saya untuk hadir. Minggu, 18 Oktober 2009 di Royal Palace Hotel
Jl. Lembong Bandung ,
ada bedah sekaligus peluncuran buku puisi "BENTERANG,
Puisi Apa Adanya" karya 3 penyair: Matdon, Atasi Amin dan Anton de
Sumartana. Pembicaranya adalah Jakob Sumardjo dan Yayat Hendayana. Sedangkan
moderatornya Hikmat Gumelar, penulis muda produktif dari Institut Nalar
Jatinangor.

11d.

Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Posted by: "teha sugiyo" sinarning_rat@yahoo.co.id   sinarning_rat

Thu Oct 29, 2009 1:26 am (PDT)



sama-sama mbak siwi. saya juga sudah kangen dengan sahabat-sahabat eska di jatim. kapan yo bisa ketemu, lesehan bareng sambil ngobrol ngalor ngidul ngetan bali ngulon?? hehehehe...

--- Pada Kam, 29/10/09, Siwi LH <siuhik@yahoo.com> menulis:

Dari: Siwi LH <siuhik@yahoo.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 29 Oktober, 2009, 3:20 PM

 

hmhh... kangen ma Pak Teha jadi terobati dengan repostasenya yang hebring deh...
seneng kali ya berkumpul dengan orang-orang seniman sejati macam yang sepuh-sepuh itu.... pasti banyak gizinya, makasih pak Teha sudah membaginya dengan kita, jadi pengen duduk lesehan juga di situ.... *ngiridotcom*

 Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

From: teha sugiyo
<sinarning_rat@ yahoo.co. id>
To: sekolah kehidupan <sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com>
Sent: Thu, October 29, 2009 3:01:36 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

 

Bahasa

 

GAMBAR-GAMBAR YANG DIBUNYIKAN


Oleh Teha Sugiyo

 

Ada beberapa kegiatan sastra selama bulan
Oktober ini yang tidak dapat saya tolak untuk menghadirinya. Semua karena
berkaitan dengan teman dekat yang meminta saya untuk hadir.   Minggu, 18 Oktober 2009 di Royal Palace Hotel
Jl. Lembong Bandung ,
ada bedah sekaligus peluncuran buku puisi "BENTERANG,
Puisi Apa Adanya" karya 3 penyair: Matdon, Atasi Amin dan Anton de
Sumartana. Pembicaranya adalah Jakob Sumardjo dan Yayat Hendayana. Sedangkan
moderatornya Hikmat Gumelar, penulis muda produktif dari Institut Nalar
Jatinangor.

 














&quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com&quot;
11e.

Re: (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan

Posted by: "teha sugiyo" sinarning_rat@yahoo.co.id   sinarning_rat

Thu Oct 29, 2009 1:35 am (PDT)



ssssttt jangan bilang siapa-siapa ya lia, tadinya saya mau tulis dengan memo khusus untuk lia, divin, nia dan jun... tapi... dikira macem-macem nanti... makanya satu macem saja: untuk sk... hwahwahwa...

--- Pada Kam, 29/10/09, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> menulis:

Dari: Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
Judul: Re: [sekolah-kehidupan] (Bahasa) Gambar-gambar yang Dibunyikan
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 29 Oktober, 2009, 3:08 PM

 

Wah keren banget, Pak Teha... saya benar-benar nyaris tidak bernafas saat membaca tulisan Pak Teha ini dan menghembuskan nafas lega di akhir tulisan... benar-benar sebuah sajian reportase plus kajian sastra yang benar-benar saya rindukan...

tentunya sebuah pengalaman yang luar biasa bahwa Pak Teha juga mengenal para sastrawan senior yang sudah malang melintang di dunia kepenyairan sejak saya masih belum lahir bahkan orang tua saya belum menikah...

Terima kasih, Pak Teha, atas ulasannya... saya benar-benar menyukainya. ..

I wish I was there too ^^*

salam
Lia

2009/10/29 teha sugiyo <sinarning_rat@ yahoo.co. id>

 

Bahasa

 

GAMBAR-GAMBAR YANG DIBUNYIKAN

Oleh Teha Sugiyo

 

Ada beberapa kegiatan sastra selama bulan
Oktober ini yang tidak dapat saya tolak untuk menghadirinya. Semua karena
berkaitan dengan teman dekat yang meminta saya untuk hadir.   Minggu, 18 Oktober 2009 di Royal Palace Hotel
Jl. Lembong Bandung,
ada bedah sekaligus peluncuran buku puisi "BENTERANG,
Puisi Apa Adanya" karya 3 penyair: Matdon, Atasi Amin dan Anton de
Sumartana. Pembicaranya adalah Jakob Sumardjo dan Yayat Hendayana. Sedangkan
moderatornya Hikmat Gumelar, penulis muda produktif dari Institut Nalar
Jatinangor.

            Yayat
mengatakan bahwa puisi-puisi yang terkumpul dalam "BENTERANG, Puisi Apa Adanya",  merupakan luapan cintanya Matdon, main-mainnya
Atasi Amin dan geramnya Anton. Dari 33 judul puisi yang ditulis Matdon, yang
dominan adalah luapan cinta Matdon terhadap pihak lain. 33 judul puisi Atasi
Amin didominasi gaya main-main yang asyik,
sebuah tradisi yang melanjutkan gaya
puisi Mbeling. Ata asyik dengan main-mainnya, ia easy going saja. Segala persoalan
hidup, meski berat tetap dipandangnya dengan gaya bermain-main.  33 judul karya Anton mengungkapkan
kegeramannya terhadap kondisi dan situasi sekitar, terutama kondisi sosial
budaya masyarakat dan Tuhan. Puisi-puisi lirik kognitif Anton juga kental
diwarnai gaya
mbeling.

            Jakob
mengungkapkan bahwa penyair itu adalah filsuf yang memiliki pandangan hidup
yang relatif tetap. Penyair adalah orang yang menguasai sistem
menghubung-hubungka n sesuatu. Penyair 
selalu mencari yang tidak ada. Menurut Jakob, Matdon berhasil membangun
hubungan yang tidak terdengar. Ata, 
adakalanya berhasil membalikkan logika. Sementara Anton dipandang oleh
Jakob sebagai penyair paling waras di antara ketiganya. Sebab Anton menyair
dengan menggunakan logika.

Hari Minggu,
25 Oktober ada acara bedah buku "Bukuku
Kubuku", puisi mbeling Jeihan yang ditafsirkan secara filosofis oleh Jakob
Sumardjo di Gedung Indonesia Menggugat. Pembicaranya  Acep Zamzam Noor, Hawe Setiawan dan Hikmat
Gumelar. Bedah buku yang dihadiri sekitar 40 orang itu justru kurang menyentuh
sisi filsafatnya. Para pembicara lebih banyak memasalahkan gebrakan gaya puisi mbeling, bukan
esensi filosofisnya. Jeihan sebagai nara sumber
juga hadir di sana.

Usai acara
bedah buku, ada tiga penyair yang konon, dari Negeri Belanda, Afrika dan Korea membacakan puisi-puisinya dalam rangka
lawatan sastra ke negeri Indonesia.
 Pulang dari Gedung Indonesia Menggugat,
mereka mampir ke studio Jeihan di Padasuka. Tanpa persiapan dan kabar
sebelumnya, mereka ingin mengadakan diskusi sastra sambil menikmati berbagai
lukisan dan patung-patung besar dan megah yang dipajang di studio Jeihan yang
berlantai 3 itu. Ternyata mereka tak cukup hanya diskusi, mereka juga ingin
membacakan puisi masing-masing. Maka terjadilah dialog sastra yang cukup
mengasyikkan.

Tanpa
ancang-ancang sebelumnya, saya "ditodong" untuk menjadi juru bicara tentang
Jeihan dan karyanya, baik lukis maupun puisi. Karena memang sudah mengenal
Jeihan sejak 37 tahun silam dan memahami proses kreatifnya, maka tugas menjadi
jubir itu saya terima dengan suka hati.  Usai
diskusi sampai sekitar jam 9 malam ketiga tamu asing itu balik ke Jakarta karena esok
paginya mereka akan kembali ke negeri asal masing-masing. Tanpa basa-basi,
dengan bisik-bisik tak serius, Hikmat meminta saya untuk menjadi pembicara  besok dalam acara bedah buku di UNPAD
Jatinangor, menggantikan Sapardi yang berhalangan hadir. Saya tidak begitu
menanggapi, karena permintaan ini dikatakan secara tidak resmi dan saya pikir
Hikmat bukan panitia. Jeihan sendiri sudah tahu kalau Sapardi tidak bakal
datang karena sakit. Dengan enteng Jeihan bilang, "Yo wis
kowe wae sing ngomong. Kowe kan
sing terlibat langsung dengan proses puisi mbeling itu", kata Jeihan dalam
basa Jawa ngoko. Jeihan malah mengajak saya untuk menginap di rumahnya di
Cigadung.  Saya bilang, "Ya sudah, besok
saja saya tunggu di studio sini jam 8. Kita kan berangkat jam 9".

Esok paginya,
Senin, 26/10, jam 8 saya sudah sampai di studio Jeihan, yang terletak di
Padasuka. Ada Atasi Amin, anak pertama Jeihan yang menyambut saya. Saya
menunggu Jeihan sambil baca koran. Di 
Republika, ada gambar Jeihan saat acara bedah buku "Bukuku Kubuku" di GIM kemarin.

Sebelum jam 9
Jeihan datang dengan Toyota Fortuner warna hitam, yang disopiri Rizal. Kami
berangkat berempat: Jeihan, saya, Ata, Taman,
yang menyiapkan peralatan gambar untuk demo, seusai acara bedah buku,  dan Rizal, sang sopir. Kami  menuju UNPAD Jatinangor.

 Ada
beberapa kegiatan berkaitan dengan dies FASA UNPAD yang ke-51 itu. Salah satu
kegiatannya adalah peluncuran sekaligus bedah buku, Jeihan, Gambar, Bunyi, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan oleh
Sapardi Djoko Damono. Buku yang diterbitkan secara indie oleh Penerbit Editum
milik Sapardi Djoko Damono itu bakal dibicarakan oleh 2 orang: Hikmat Gumelar,
penulis muda  yang produktif dari
Institut Nalar Jatinangor, dan Sapardi Djoko Damono, sang penafsir puisi-puisi
Jeihan.

Acara dies itu
secara kebetulan juga merupakan
peringatan ke 51 tahun persahabatan 2 penyair yang kini sudah sama-sama mantap:
Jeihan Sukmantoro dan Sapardi Djoko Damono. 51 tahun silam, mereka sama-sama
meneruskan kuliah masing-masing setelah khatam dari SMA di Solo. Sapardi
melanjutkan ke Sastra Inggris UGM, sedangkan Jeihan ke SR ITB. Semasa di SMA
mereka sama-sama menangani majalah dinding yang diantaranya memuat puisi-puisi
Sapardi dan gambar-gambar Jeihan.

Ada apa dengan puisi
Mbeling, khususnya puisi-puisinya Jeihan? Paling tidak ada 3 buku yang sudah
diterbitkan  berkaitan dengan puisi
mbelingnya Jeihan. Mata mBeling Jeihan, telaah atas 40 puisi mbeling Jeihan yang
dilakukan oleh Soni  Farid Maulana dan
Jakob Sumardjo. Diterbitkan  oleh
Grasindo dan Yayasan Pengembangan Rupa Seni Indonesia, thn. 2000. Kemudian Bukuku,
Kubuku, sajak filsafat Jeihan yang ditelaah oleh Jakob Sumardjo dari
sisi filsafat. Buku ini diterbitkan oleh Jeihan Institut thn 2009. Lalu yang
ketiga Jeihan, Gambar, Bunyi, buku puisi Jeihan yang ditafsirkan oleh
Sapardi Djoko Damono dengan membandingkannya dengan dunia seni lukis/rupa yang
juga digeluti oleh Jeihan. Buku ini diterbitkan secara indie oleh Editum milik Sapardi Djoko Damono.

Adakah periode
mbeling ini ditengarai sebagai salah satu masa dalam periodisasi sastra Indonesia?
Barangkali!

 

***

 

Aula Pusat
Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Sastra Unpad Jatinangor sudah dipenuhi
mahasiswa dan dosen pada jam 10.30. Pada spanduk yang sekaligus berfungsi
sebagai backdrop warna putih
berukuran besar, yang tergantung di dinding depan ruangan, tertulis
besar-besar: PELUNCURAN & BEDAH "JEIHAN, GAMBAR, BUNYI", Panitia Dies Fasa
Unpad - Jeihan Institute - Institut Nalar Jatinangor, dilengkapi gambar
karikatur dan titi mangsa. Lebih dari seratus orang yang hadir. Di bagian depan
tengah terletak 3 meja dengan 4 kursi untuk pembicara dan moderator. Masih
telanjang tanpa taplak. Di kiri dan kanannya ada semacam panggung kecil
menyilang. Di sana
telah duduk bersila masing-masing 5 orang terdiri atas 3 lelaki dan 2 perempuan
dengan kostum hitam-hitam. Pada bagian belakang kiri duduk di kursi,  10 orang muda dengan pakaian putih-putih
dengan sekujur tubuh dan tangan dililit tali temali.

Setelah MC
membuka acara, seseorang dari arah belakang maju dengan tikar dan Alquran.
Setelah menggelar tikar dan membacakan doa, diiringi oleh zikir yang dilafaskan
oleh rombongan orang berkostum hitam. Zikir dari puisi Jeihan "Kembali": dari gumpalan tanah: / jadi gumpalan darah /
jadi gumpalan nanah : / dari tanah ke tanah //,  dengan suara koor dari sayup makin mengeras
makin membahana dan kembali meredup dengan irama yang indah.

Pembaca doa
undur, seorang lelaki maju menyambar mikrofon, lalu mengetuk-ngetuk mik itu
beberapa kali. Sekali lagi dia mengetuk-ngetuk sambil meneriakkan: Panggilan, Panggilan! Jeda sejenak,
lalu...Panggilan! Panggilan!... Dari
arah belakang, ada suara-suara menggema: Narkooo... Tiknooo... Lelaki yang di
depan itu melompat naik ke atas meja dan dengan lantang berteriak: NARKOTIK?  NO!

Kemudian
disambung dramatisasi puisi: "Buat Kau D. Sudiana". Rombongan pakaian hitam
mengeja angka dengan suara membahana: 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9, lelaki yang
masih di atas meja itu berteriak: bulan kehilangan magis . Rombongan
yang terikat tali menggemakan  abjad: ABCDEFGHIJKLMNOPQRS TUVWXY. Lelaki
yang di atas meja itu berteriak : manusia kehilangan diri. Kemudian
terdengar suara-suara bersahut-sahutan antara lelaki di atas meja dengan
rombongan pakaian hitam:  hitam-putih
hitam-putih hitam-putih hitam-putih... berulang-ulang, dan setelah
beberapa saat, terdengar teriakan nyaring: dunia kehilangan warna...

Demikianlah
dramatisasi puisi-puisi Jeihan itu menjadi sajian yang indah, multitafsir dan
kaya makna.

Acara
dilanjutkan dengan diskusi  buku JEIHAN,
GAMBAR, BUNYI. Moderator meminta saya untuk mengawali pembicaraan. Saya memang
tidak menyiapkan makalah. Saya berbicara tentang kondisi yang melatarbelakangi
munculnya gerakan puisi mbeling.  Saya mengenal Jeihan pada saat gerakan
mbeling ini muncul, tepatnya akhir tahun 1971. Waktu itu saya menjadi guru SD,
di mana Atasi Amin dan Azasi Adhi, kedua anak Jeihan sekolah. Perkenalan saya
diawali dengan mengantarkan hadiah bagi Ata dan Adi yang memenangi perlombaan
gambar di majalah Bobo. Sejak saat itu secara intens saya mengunjungi Jeihan,
berdiskusi, menimba ilmu di rumahnya di Gang Mesjid Bandung. Dari sana saya mengenal  para sastrawan dan seniman yang sering
berkunjung ke rumah Jeihan seperti Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul
Hadi WM, Sapardi Djoko Damono, Sanento Yuliman, Sudjoko, Wilson Nadeak,
Alinafiah Lubis, Uddin Lubis, Saini KM, bahkan para artis zamannya Farouk
Afero.  Emmanuel Subangun dan Jakob
Sumardjo sudah lebih dulu saya kenal.

Saya
menyaksikan sendiri bagaimana Remy dan Jeihan saling adu argumentasi dengan
semangat anak muda, menggebu-gebu dan kadang menggebrak meja dan saling mencaci
memaki, meledek, namun semua itu berakhir dengan kentalnya persahabatan. Saya
jadi mengenal tipe-tipe seniman sesuai gaya
masing-masing. Sapardi, Pak Djoko dan Saini yang lebih serius, tenang dan
nampak akademisi. Abdul Hadi  yang hanya
sekali sekali bicara, Sanento Yuliman yang kalem, Remy yang temperamental dan
selalu "memanaskan" suasana. Wilson,
sang pendeta yang pintar ngomong.

Saya juga
menyaksikan sendiri proses kreatif Jeihan saat menuliskan puisi-puisi
"kontemporer"nya.  Dengan menggunakan
mesin tik tua, setelah selesai mengetik dia tunjukkan pada saya sambil
membaca.. Gambar-gambar puisi yang berbunyi itu kemudian saya kumpulkan dan
saya komentari lalu saya kirimkan ke Suara Karya yang segera menuai kritik dan
pembantaian. Terjadilah polemik yang cukup heboh saat itu. Beruntung lembar "Pendakian"
di koran Suara Karya waktu itu cukup kondusif. (Kejutan yang lainnya lagi, di depan aula tempat diskusi berlangsung
ditempelkkan fotokopi guntingan koran "Suara Karya" tulisan saya 37 th silam,
tentang puisi mbelingnya Jeihan, yang juga bantaian dari penulis lain. Juga ada
tulisan dari majalah Aktuil tentang puisi-puisi mbeling).

Di rumah
Jeihan yang menjadi "markas" seniman, di tengah kondisi ekonomi yang masih
dalam perjuangan itu, muncul gagasan-gagasan brilian, termasuk gagasan "mbeling", suatu gebrakan untuk mendobrak
kemapanan bersastra. (Istilah mbeling
itu sendiri diambil dari basa Jawa, yang kira-kira berarti: "nakal",
"menggemaskan" , kadang "menjengkelkan" tapi banyak akal dan sembada/bertanggung
jawab). Banyak penulis yang sukar menembus majalah sastra Horison. Sastra,
khususnya puisi disakralkan dan menjadi "menara gading", tidak membumi. Remy
Sylado sebagai jubir gerakan mbeling ini dengan lantang berucap di majalah
Aktuil 1972 : ".... Puisi mbeling tak perduli dengan segala jalur itu, sebab
puisi mbeling adalah puisi underground.
Ia revolt terhadap nilai-nilai yang
kaku sebab mapannya itu, yang berpusing-pusing di sekitar itu-itu wungkul: bunga, awan, kuda, cacing,
gunung, sawah, laut, padi seperti sajak-sajak tua.... Dan jenis-jenis yang lebih
cengeng.... yang boleh dibilang masterpis ketika orang masih buta huruf.

Sejak awal sudah
dikemukakan bahwa puisi mbeling adalah puisi tandingan. Puisi-puisi kaum tua
sudah mati, puisi tak perlu dianggap mulia lagi, sebab banyaknya
penyair-penyair tua yang tak jujur, hilang harga diri, memprotes dan meludah
tetapi setelah itu menjilat kembali ludahnya.. Peristiwa-peristiwa itu menjadi
gugatan dalam puisi mbeling, menelanjangi kebodohan, kebegoan, kemunafikan, kemencla-menclean, dan segala otak
taikucing dari moral tua yang sempit, romantis, ditutup-tutupi.

Jika akhirnya
orang bertanya tentang perbedaan 
esensiil dari puisi mbeling dengan puisi-puisi belakang, maka salah satu
cirinya tentu saja adalah sikap menerima apa adanya, istimewa kata yang
dianggap metafisis, sebab dengan sikap ini barulah segala kemungkinan tentang
pesan dan bobot kena akkordnya."

Dalam
mukadimah puisi mbeling, Jeihan menulis: sadjak  ja sadjak/djedjak ja djedjak/sadjak tjari
djedjak/djedjak tjari sadjak// biarkan // jang djedjak, djedjak/jang sadjak,
sadjak//

Menurut
Jeihan, perpuisian Indonesia dapat dikategorikan 4 masa selama satu abad ini;
masa tradisi etnik Melayu, syair dan pantun; masa sekitar tahun 1930-an yang
kita kenal dengan romantika pujangga baru; kemudian  radikalisme Chairil Anwar, bentuk menentukan
isi pikiran dan perasaan; dan periode mbeling.  Jika pada syair, cerita adalah makna,
pada  masa pujangga baru, kalimat adalah
makna, kemudian kata adalah makna, dan pada periode mbeling, bukan hanya sampai
tingkat rontgen ala Chairil, kata sebagai makna dibongkar sebagai patah kata
oleh Sutardji, pada mbeling kata dibedah sampai pada inti selnya, DNA kata-kata
seperti puisi  Jeihan. Inilah fase Mbeling.

 

***

Hikmat Gumelar
sebagai pembicara kedua, coba menjelujuri puisi-puisi Jeihan dalam tafsir
Sapardi: JEIHAN, GAMBAR, BUNYI, memiliki warna dominan bermain-main. Dengan
judul makalah "Aku Bermain-main, maka Aku Melangit", Hikmat ingin mengatakan
bahwa dalam puisinya Jeihan bermain-main. "Jeihan tak hanya bermain-main dalam
ruang sosialisasi saat studionya banyak dikunjungi orang, tetapi juga dalam
ruang yang galib dipandang ruang serius pun, ia ringan-ringan saja
bermain-main. Ia memang tak mau menjadi budak yang dipermainkan hidup. "Hidup
yang harus saya permainkan. Atau saya yang mempermainkan hidup, " katanya.

Jika hidup
saja dipandang dan diperlakukan demikian oleh Jeihan, apalagi sajak. Baginya,
sajak itu jauh dari kesan angker. Menyajak 
bukan kerja `serem´ sperti yang banyak didongengkan banyak penyair.
Jeihan pernah bilang, Jika riwayat buku habis, buku puisi yang terakhir. Puisi
itu inti dari seni. Maka untuk pendidikan karakter anak-anak harus diajari
puisi atau sastra. Sebab, satra membuat tertib kata, tertib kalimat, tertib
pikir, tertib laku dan akhirnya tertib hidup, kata Jeihan.

Sekilas
membaca puisi-puisi Jeihan  tampak mudah,
tampak telanjang bulat. Sejumlah puisinya tampak tak mengandung apa-apa.
Nonsens. Tapi hampir setiap kali membacanya kita senantiasa tersentak. Selalu
ada hal-hal baru yang sebelumnya tak terendus. Maka bagi 10 orang, satu puisi
Jeihan sangat mungkin melahirkan 100 makna, 1000 makna, bahkan tak mustahil
lebih.

Menurut
Sapardi puisi-pusi Jeihan dibangun dengan memadukan kelisanan dan
keberaksaraan, merupakan permainan gambar dan bunyi. Karena Jeihan adalah
seorang pelukis yang sekaligus juga penyair, maka saat menulis puisi, jiwa
kepelukisannya pun memengaruhinya. Selama puluhan tahun ia telah melakukan
perjalanan ulang-alik antara dua dunia itu. Ketika memutuskan untuk menulis
puisi, atau lebih tepat melukis puisi, ia berurusan dengan kegiatan kreatif
yang memiliki dua sisi yang sama sekali berbeda. Puisi menuntutnya untuk
berurusan tidak hanya dengan rupa tetapi sekaligus dengan bunyi yang merupakan
hakikat puisi, yang tidak terdengar ketika ia menuliskannya. Dan hanya bisa
terdengar kalau kita, pembaca, berniat melisankannya. Lukisan tidak menuntut
untuk dilisankan, sedangkan puisi pada hakikatnya adalah bunyi, tenaga yang
tersimpan di dalam deretan aksara di atas kertas, yang baru terdengar ketika
kita berniat mengembalikannya ke habitatnya yang purba itu.   

Bagi Hikmat,
Jeihan adalah penyair religius. Puisinya "Kembali" menyatakan kita "dari segumpal tanah, jadi segumpal darah,
jadi segumpal nanah, dari tanah ke tanah". Sekilas nampak lumrah, namun
apabila direnungkan dalam-dalam, seolah pernyataan "kembali" yang tersembunyi:
"Kalau memang begitu, lalu saya harus bagaimana dalam melakoni hidup yang
bermula dari segumpal tanah yang akan kembali ke tanah?"

Jawabnya ada
di dalam "Syukur dan Tafakur": mari kita
cuci diri kita dengan peluh sendiri di siang hari, dan mari kita basuh hati
kita dengan air mata sendiri di malam hari. Jeihan mengajak kita
mengerahkan segala potensi untuk mengisi siang hari dan malam hari kita
membasuh hati dengan air mata. Bisa jadi karena di siang hari kita berbuat
salah, belum maksimal, sehingga pada malam hari kita bertobat, penuh penyesalan
dan coba bangkit lagi memperbaiki langkah berikutnya. Atau pada siang kita
bekerja sekuat tenaga sebagai ucapan syukur, karena kerja adalah ibadah. Dan
pada malam hari kita bertafakur untuk menggapai hidup yang lebih baik dan lebih
baik lagi.

Syukur dan
tafakur ini juga dapat dilakukan secara main-main. Puisi "Nelayan": di tengah laut/seorang nelayanberseru/ Tuhan
bikin laut/beta bikin perahu/Tuhan bikin angina/beta bikin layer// tiba-tiba
perahunya terguling// akh,/beta main-main/Tuhan sungguh-sungguh/ /.

Kuatnya
kecenderungan kegilaan Jeihan akan permainan makin nyata bila kita melihat
bagaimana caranya sebagian besar sajaknya membangun dirinya. Dalam bersajak,
Jeihan tak hanya mengerahkan kata, tetapi juga mengolah suku kata, huruf, angka
dan gambar.

 

***

Diskusi mendapat tanggapan yang
positif. Banyak pertanyaan diajukan baik kepada pembicara maupun langsung
kepada Jeihan. Dan semua ditanggapi dengan antusias. Usai tanya jawab yang
mengasyikkan itu, Jeihan melakukan demo melukis Anne, salah seorang
mahasiswi  Sastra Sunda, hanya dalam
beberapa menit. Demo disaksikan peserta diskusi dan bahkan ada beberapa
mahasiswa dari luar.

 

 

 

live as if you were to die tomorrow

learn as if you were to live forever

                                    (mahatma
gandhi)

 

Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman
Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!

























&quot;Coba Yahoo! Mail baru yang LEBIH CEPAT. Rasakan bedanya sekarang!
http://id.mail.yahoo.com&quot;
12a.

Re: [Catcil] Tentang Sebuah Mimpi dan Cita-Cita

Posted by: "diva p" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Thu Oct 29, 2009 1:31 am (PDT)



aduh mbak Nop, kok pake acara bersambung sih
padahal lagi seru bacanya
di tunggu mbak sambungannya
thanks udah berbagi

salam
Wiwik H..

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@...> wrote:
>
>
> Tersenyum-senyum saya membaca dua tulisan sahabat di sebuah milis yang saya ikuti. Ini tentang mimpi, cita-cita, dan pilihan.
>
> Menengok sebentar ke belakang, apa saja yang sedang dan kemarin saya lakukan. Apa saja mimpi dan cita-cita saya. Dinamis, melompat-lompat, meledak, dan penuh kejutan.
>
>
> Entah sejak kapan, saya sudah memproklamirkan diri saya untuk menjadi seorang guru. Yah, saya ingin sekali menjadi guru sebagaimana halnya profesi bapak saya. Dari SD, SMP hingga SMU saya masih ingin jadi guru. Di SMU lebih spesifik lagi, guru ekonomi. Yah, saya suka akuntansi dan ekonomi. Nilainya juga lumayan. Untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu saya memilih jurusan Pendidikan Ekonomi dan Akuntansi di UNJ dan UNS pada UMPTN (entah namanya apa sekarang :D). Saya gagal UMPTN. Saat kuliah di Politeknik, sempat ingin dobel di PGTK-SD. Berpikir ulang, aaah ga jadi, aaah…
>
> Ketika bekerja di 2004, sempat terpikir untuk lanjut S1. Ekonomi Syariah, entah kenapa tertarik saja ;) . Waktu kuliah diprediksi 4 tahun dengan waktu Sabtu-Ahad. Saya memilih mundur. Hingga pada tahun yang sama, entahlah, saya sempat ingin melirik STEI di Rawamangun, tapi lagi-lagi saya mundur. Kali ini lebih ke soal biaya.
>
> Kuliah di Politeknik tak pernah benar-benar saya inginkan. Bisa dibilang saya cuma ingin belajar, atau daripada nganggur. Saya lupa, persisnya. Yang jelas ini hal baru buat saya. Dari dulu saya tak berminat kuliah di Depok, lingkup UI atau apalah, tapi justru di sini saya menemukan banyak hal.
>
> Saya kemudian menikmati semuanya. Kuliahnya, organisasinya hingga usaha sampingan saya, berjualan boneka. Lingkungan kampus yang sepi, memang. (dulu: kampus satu area dengan kantor Pusgrafin), tapi entah kenapa sedikitnya populasi mahasiswa TGP saat itu membuat saya nyaman, solid, dan senang. Kalaupun ingin keramaian dan keindahan bisa ke UI. Toh, saya kos di dekat UI. Kampus utama Politeknik juga di dalam UI, walau saya ke sana jarang sekali. Seingat saya, saya ke sana hanya untuk ambil beasiswa, mengajukan keringanan. demo, hehe, dll :). Kuliah saya saat itu paling mahal dibanding kedua kakak saya. Selalu coba cari info kalau-kalau ada beasiswa, mengajukan keringanan sampai kudu jualan sana-sini, hehe… Tugas kuliah yang bejibun, belum lagi biaya desain yang ga murah atau tugas makalah yang selalu ada.
>
> Semua benar-benar berubah sekaligus membuka mata saya lebih lebar. Bukankah saya sudah teramat dekat dengan dunia buku. Sejak saya masih SD, selain mengajar, bapak berjualan buku sekolah, bisa dibilang agen, hingga akhirnya harus gulung tikar Aaah, kalau mengingat ini, mungkin tak bisa dilupakan masa jaya berjualan buku sekolah, tak bersisa sedikit pun buku-buku sekolah saat ini. Persaingan yang ketat dan perang diskon saat itu memang “meruntuhkan” banyak toko buku sekolah.
>
> Selain berjualan buku, bapak mulai menulis. Oooh, tidak, bapak telah menulis sejak lama, bahkan sejak saya belum lahir. Yah, tampaknya bapak makin rajin menulis, menyusun buku, hingga bukunya lahir setelah berjibaku dengan naskah ditolak, gagal, dan banyak lagi… Hal ini tak akan terlupa karena, dari sanalah sebagian besar dana yang digunakan bapak dan ibu naik haji pada tahun 2001.
>
> Perlahan tapi pasti ilmu yang saya dapatkan sangat-sangat berguna sebelum saya lulus kuliah. Menjadi asisten penulis adalah profesi yang saya jalani di samping jualan boneka. Penulis itu adalah bapak saya sendiri. :)
>
> Tanpa sadar saat itu saya merajut mimpi baru. Menjadi seorang penulis dan bekerja di dunia perbukuan. Mencintai sebuah profesi yang hingga kini sangat saya sukai.
>
>
> *bersambung ;)
>
>
> ~~Untuk bapak yang selalu menginspirasi
>
>
>
>
>
> ***
>
> "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> (Syekh Muhammad Al Ghazali)
>
> ***
>
>
>
> novi_khansa'kreatif
> ~Graphic Design 4 Publishing~
> YM : novi_ningsih
> http://akunovi.multiply.com
> http://novikhansa.wordpress.com/
>

13.

[Diary Keluarga kami] Qori Suka berkata : "Apa?" berkali-kal

Posted by: "salman al muhandis" abdul_azis80@yahoo.com   abdul_azis80

Thu Oct 29, 2009 2:18 am (PDT)



abdulazis.com, Ehm....Tidak terasa, waktu terasa begitu cepat berlalu, Usia Qori sekarang sudah satu tahun delapan bulan, usia yang selalu saja membuat kami-orangtuanya- harus banyak-banyak Istighfar dan bersabar. Permohonan maaf, buat teman-teman yang senantiasa menunggu info tentang Qori dan baru kali ini kami sampaikan.

Qori kian hari kian menunjukkan peningkatan intelektualitas yang Alhamdulillah. Ini semua kami yakin berkat do'a sahabat-sahabat semua. Salah satu yang membuat saya senyum dan bangga adalah saat Qori mulai mengeluarkan kata-kata : "Apa?"

Berawal dari sepulangnya saya dari mencari sesuap nasi halal bagi keluarga. "Assalaamu `alaikum" ucapku, tentunya dengan diiringi senyum yang paling manis (pede.mode.com), Ya, iya lah, kan menemui dua bidadari yang selama ini menemani hari-hariku. "Wa'alaikum salam" jawab bunda Qori sambil menggendong Qori, yang langsung dengan sigap Qori minta di gendong abinya. "Ndong-ndong" begitulah suara yang keluar dari mulutnya yang mungil. Langsung saja, tanpa menaruh tas Eiger hitam yang sudah kemerahan, Saya menggendong Qori, "Apa kabar shalihah? belajar apa hari ini dengan bunda?" Tanyaku pada bidadari kecil kami.

Sementara bunda pergi ke belakang untuk menyiapkan minuman segar untuk Pangerannya yang baru saja datang, tidak berapa lama bunda datang dengan segelas minuman segar rasa cinta. Sruuuup...."Manis, seperti yang buat, makasih ya Shalihah" ku kecup keningnya yang putih bersinar itu.

"Qori belajar apa bunda hari ini?", tanya ku kepada bunda Qori, "Itu baca dongeng", Sambil mengeluarkan buku dongeng bergambar hewan. Tiba-tiba, saat buku saya buka, jari mungil Qori menunjuk dan dari mulutny yang menggemaskan keluar kata-kata : "Apa....Apa" Itu Ular Shalihah, dan Qori-pun tetap menunjuk ke gambar yang sama walaupun Abi sudah menjawabnya berkali-kali pula.

"Ya gitu deh Bi...Seharian ini aja, klo nanya, dan sudah bunda jawab pasti masih nanya...'Apa?'....Bundanya hampir cape juga jawabnya". Ehm....Ucapan bundanya hanya saya balas dengan senyuman termanis dan "...sabar ya shalihah".

Pernah juga Qori sudah membuka celananya sendiri dan mengucapkan "Eee...Eee" dan membuat kami bangga juga, walaupun akhirnya Qori pipis di tempat dia membuka celana. "Eee...Eee" adalah kata-kata yang diucapkan jika Qori merasa akan buang air kecil atau besar, pernah juga sampai menangis karena BAB-nya agak keras.

Sahabat yang dirahmati Allah...
Terima kasih atas do'anya selama ini, mohon do'a agar kami dapat menjaga "amanah" Allah ini ke jalan yang telah Allah SWT syariatkan, Mohon do'a Agar Allah SWT beri kami kemudahan dalam menjalani hidup ini serta dipenuhi hidayah dan ridha Allah SWT.

29 Oktober 2009, Selatan Jakarta
#Diketinggian lantai 11....
.....ayahnya Qori.....

============

www.abdulazis.com
www.trainersalman.multiply.com
www.inspirasisalman.wordpress.com
www.twitter.com/ayahnyaqori

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: