Sabtu, 24 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2855

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (22 Messages)

Messages

1.

Kuis Bentangkan Mimpimu

Posted by: "pustakabentang" pustakabentang@yahoo.com   pustakabentang

Fri Oct 23, 2009 4:26 am (PDT)



Sudah baca Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi ini akan segera beredar filmnya, menyusul kesuksesan film Laskar Pelangi.

Film Laskar Pelangi telah ditonton oleh lebih dari 4,6 juta penonton. Sejak dibuat pada tahun 2008, Laskar Pelangi telah meraih beberapa penghargaan internasional, salah satunya adalah The Golden Butterfly Award untuk kategori Film Terbaik di Internasional Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan, Iran. Pada Indonesia Movie Award 2009 yang lalu, Laskar pelangi juga menyabet beberapa penghargaan sekaligus, yaitu Film Terbaik, Pendatang Baru Terfavorit, Pemeran Utama Pria dan Wanita Terbaik, serta Soundtrack Film Terbaik.

Bagi kamu yang sudah baca novelnya, ikuti kuis Sang Pemimpi. Caranya gampang sekali.
1.Upload foto cover Sang Pemimpi ke dalam facebookmu.
2.Tag 15 orang teman kamu + Bentang di foto cover itu.
3.Sebutkan siapa tokoh dalam Sang Pemimpi yang paling kamu sukai? Kenapa? Tuliskan jawaban di caption foto kaver.

Hadiah bagi yang beruntung:
- 5 orang akan mendapatkan kaus Sang Pemimpi
- 5 orang akan mendapatkan paket buku dari Bentang Pustaka

Gambar & jawaban berhak diikutsertakan dalam kuis bila sudah diunggah antara 23 – 28 Oktober 2009. Pemenang akan diumumkan lewat note Bentang dan milis-milis pada 29 Oktober 2009.

Kaver Sang Pemimpi bisa didonlot melalui facebook Bentang atau di http://www.4shared.com/file/142873406/72e757fa/Sang_Pemimpi_Gdhe.html
Sebutkan siapa tokoh dalam Sang Pemimpi yang paling kamu sukai? Kenapa?

2a.

Re: (catcil) the dreamcatcher

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Fri Oct 23, 2009 5:01 am (PDT)



fyuuuhhh...lumayan panjang :P tulisan yang indah, dalem tapi ringan, dan tentunya dengan gaya yang khas. Salah satu dari 3 penulis di SK yang selalu sukses bikin aku ngiri dengan gaya tulisannya. Okey, sukses buat mimpi-mimpinya ^^

Akhirnya...nengok milis jugaaaa

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"

BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com

BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com
http://berceritapadadunia.blogspot.com

YM : SINTHIONK

--- On Fri, 10/23/09, punya_retno <punya_retno@yahoo.com> wrote:

From: punya_retno <punya_retno@yahoo.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) the dreamcatcher
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Date: Friday, October 23, 2009, 4:59 AM

 

The Dreamcatcher

Oleh Retnadi Nur'aini

_,___










2b.

Re: (catcil) the dreamcatcher

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Fri Oct 23, 2009 8:00 am (PDT)



Indahnya, indahnya bermimpi, ya :)

Seneng bacanya, kayak diajak Retno "jalan-jalan" flashback dan diajak merenung, merasakan emosi-emosi itu...

Selamat ya, atas bukunya, selamat atas semua, selamat atas Raihana :) bunda Retno.. so sweet, hehe...

Jadi berpikir banyak mimpiku, hehehe... banyak banget, sampai kadang kewalahan sendiri, hehe...

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> The Dreamcatcher
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Tiga tahun yang lalu, pada suatu tengah malam sambil menatapi langit-langit sebuah kamar di Depok, dua orang gadis muda berumur 22 tahun bermimpi. Gadis muda yang pertama bermimpi bahwa tahun itu dia akan menulis scenario sitcom. Dia selalu ingin menulis scenario sitcom dengan gaya komedi secerdas Friends, atau scenario drama sekontemplatif Grey's Anatomy.
>
> Gadis muda yang pertama itu memang punya banyak mimpi. Ada kalanya ia ingin menjadi koki professional yang membuka restorannya sendiri. Ada kalanya ia ingin backpacker traveling ke Thailand, India, dan Amerika. Untuk kemudian mencicipi hotdog yang dijajakan di pinggir jalan New York, Amerika.
>
> Gadis muda inipun menyemangati sahabatnya, si gadis muda ke dua. Tidak seperti gadis muda pertama, gadis muda yang ke dua ini tak pernah punya banyak mimpi. Ia kelewat rendah diri dan kurang berambisi. Karena itu, dia hanya menyetujui dengan takut-takut, kala gadis muda pertama mengajukan tantangan "Pokoknya tahun ini gua harus nulis satu script. Dan lo, harus nulis satu buku!". Tantangan yang meski diiyakan dengan bersemangat, namun menyulut obor pertanyaan di lubuk hati si gadis muda ke dua. "Mungkinkah? Mungkinkah? Mungkinkah?"
>
> Sementara malam pun mulai pekat, melarutkan mimpi-mimpi mereka. Dua orang gadis muda berumur 22 tahun, dimana gadis muda pertama bernama Diani Citra. Dan gadis muda ke dua adalah saya.
> ***
> Keesokan harinya, kedua gadis muda berumur 22 tahun itu mulai mengejar mimpi-mimpi mereka. Citra, si gadis muda pertama, ikut seleksi untuk bergabung dengan kelompok penulisan naskah Aris Nugraha Production—sang creator sitcom Bajaj Bajuri. Citra lolos, dan mulai mengerjakan PR hariannya: membuat 10 sinopsis serial sitcom, untuk kemudian mengembangkan beberapa yang terpilih di antaranya. PR harian yang seketika membuat notebook dan dinding-dinding ruang kerjanya penuh ditempeli post it warna-warni, bertuliskan potongan ide-ide kreatifnya.
>
> Sementara si gadis muda ke dua mulai berjinjit menapaki mimpinya. Ia mulai memberanikan diri mengirim tulisan-tulisannya ke penerbit. Tulisan-tulisan yang selama ini hanya berani dibaginya pada beberapa sahabat dan dinding kamar pribadinya di dunia maya, dengan lingkup jaringan pertemanan maya yang sempit dan sangat terbatas. Gadis muda ini juga belajar menulis dalam berbagai bentuk dan emosi. Saat sedang sedih dan gundah, ia akan menulis fiksi surealis. Saat sedang merenungi sesuatu, ia akan menulis esai kontemplatif. Saat sedang butuh hiburan, ia akan menulis cerita-cerita lucu. Saat sedang merasa romantis, ia akan menulis puisi.
>
> Namun yang paling diinginkannya, adalah menulis secara sederhana. Ia ingin pembaca memahami pesan yang ingin disampaikannya. Ia ingin membuat setiap kalimat dan paragraph mudah dicerna. Gadis muda ini juga ingin setiap pembaca merasakan emosi yang dituliskannya, baik secara tersurat maupun tersirat. Ia ingin pembaca bisa menangis, terhenyak, termangu, dan tertawa bersamanya.
>
> Setiap malam, ke dua gadis muda berumur 22 tahun ini akan saling bercerita via telepon. Tentang seberapa jauh mereka berlari hari itu untuk mengejar mimpi. Tentang luka-luka di kaki saat berlari, akibat tertusuk onak dan duri. Juga tentang semangat, yang terus menerus ditiupkan dalam hati, agar sebatang harapan tidak padam esok hari.
> ***
> Tibalah akhir tahun, batas akhir waktu atas tantangan mimpi yang dulu pernah diucapkan. Citra, si gadis muda pertama, telah berhasil menulis lima naskah scenario sitcom utuh, dan puluhan synopsis. Sementara si gadis muda ke dua, menerbitkan tiga tulisannya dalam dua buku antologi. Yang pertama adalah buku antologi komedi Mediakita. Sementara yang ke dua, adalah buku antologi sebuah milis komunitas yang baru dimasukinya. Milis komunitas yang bernama SekolahKehidupan.
>
> Pelan-pelan, dengan menguatkan hati, gadis muda ke dua inipun mulai berani bermimpi. Pelan-pelan dirapalnya mantra "Saya ingin menjadi penulis, saya ingin menjadi penulis, saya ingin menjadi penulis." Satu kalimat yang dengan demikian pelannya, hanya berani dirapalnya pada bibir, telinga, dan hatinya sendiri.
> ***
> Waktu terus berlari tanpa kompromi.
>
> Sahabat waktu, sang takdir, mulai mengantarkan ke dua gadis ini pada suatu persimpangan, yang tak pernah mereka sangka sebelumnya. Citra, si gadis muda pertama, diantarkan takdir untuk punya mimpi baru. Dengan beasiswa Fulbright yang diraihnya, Citra meneruskan studi S2-nya di jurusan Communication Studies, New York University.
>
> Sementara si gadis muda ke dua, memilih untuk menikah di usia 23. Pernikahan yang mencengangkan keluarga besar dan sebagian besar teman-temannya. Bukan hanya karena si gadis muda ke dua tak pernah menyebut-nyebut tentang pernikahan sebelumnya, namun juga karena masa perkenalan yang relative singkat. Masa perkenalan yang terjadi di dunia maya, dalam suatu milis komunitas yang mereka ikuti bersama.
>
> Gadis muda ini ingin menjelaskan pada banyak orang tentang pilihan yang diambilnya. Tentang banyak pertentangan di kepalanya. Bahwa pilihan itu bukanlah sebuah pilihan impulsive. Bahwa meski telah menimbang sampai ke setiap ons-nya, sebagai gadis muda, ia tetap saja punya setumpuk ketakutan akan ketidakpastian. Akan ketidaktahuannya, yang tak lagi bisa dijawabnya dengan logika. Dan bahwa dalam kebuntuan itu, gadis muda ini untuk pertama kalinya menyadari keterbatasannya sebagai manusia. Karena itu, dengan caranya sendiri, ia kemudian berdiskusi dengan Sang Maha. Sebuah diskusi yang menenangkan hati dan kepalanya, dengan kesimpulan paling logis dan masuk akal dari segalanya: bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik.
>
> Dan bahwa Tuhan, tidak pernah salah.
> ***
> Beberapa minggu setelah menikah, gadis muda ini pamit dari rumah orangtuanya di tengah kota, untuk tinggal bersama suaminya di sebuah rumah mungil yang mereka cicil bersama. Sebuah rumah tipe 21 dengan satu kamar tidur, yang terletak di lembah, dengan pemandangan Gunung Gede dan Gunung Pangrango dari terasnya. B6 No 5, demikian nama rumahnya.
>
> Gadis muda ini menyukai segala hal tentang rumah barunya. Ia suka langit biru cerah yang ditatapnya setiap kali ia menjemur baju di halaman belakang. Ia suka hembusan angin, dan tetes hujan yang merembesinya, saat ia belajar memasak di dapur mereka yang belum jadi. Ia suka cericit burung gereja yang setiap pagi membuatnya terjaga, burung-burung gereja yang mulai membangun sarangnya di atap rumah tetangga.
>
> Namun yang paling disukainya, adalah hening. Keheningan damai yang membuat si gadis muda punya cukup banyak ruang lapang di jiwa, untuk mulai menguraikan kumparan kusut benang pikirannya. Dan sang waktu menghadiahi si gadis muda detik-detik berharga, untuk merenungi banyak hal. Tentang pernikahan. Tentang luka. Tentang cinta. Tentang Tuhan. Tentang harapan. Tentang mimpi. Tentang hidup.
>
> Pelan-pelan, gadis muda inipun mulai membuka notebook-nya.
>
> Dan mulai menulis.
> ***
> Sebagai istri, ada banyak hal yang dipelajari si gadis muda. Ia belajar untuk berdiskusi. Ia belajar untuk berkompromi. Dan ia belajar untuk membuka diri. Ia mulai mengizinkan sang suami untuk membaca tulisan-tulisannya.
>
> Sang suami, yang bekerja sebagai editor di suatu penerbitan, suatu ketika berkomentar "Ayo kita terbitkan sendiri tulisanmu!". Komentar yang dilandasi mimpi besar sang suami, untuk memiliki penerbitan sendiri.
>
> Mendengarnya, hati si gadis muda langsung ciut. Meski ia masih sering merapal mantra "Saya ingin menjadi penulis"-nya, namun menerbitkan sendiri sungguh sebuah mimpi yang di luar jangkauan harapannya. Sementara sang suami, yang segera menyadari ketakutan si gadis muda, segera menenangkannya. Menguatkannya. "Ayo kita coba, kita jalani mimpi ini bersama-sama," ujar sang suami.
>
> Pelan-pelan, mereka pun mulai menjalani mimpi bersama. Mereka mulai menyortir tulisan. Mereka menggabungkannya dengan tulisan-tulisan milik dua orang sahabat si gadis muda. Mereka mengemas tulisan-tulisan itu—mengkategorisasikannya, memikirkan ide sampul, mencari endorsement atau komentar pertama, mengurutkan berdasarkan alur emosi yang mereka pikir akan nyaman dinikmati pembaca, memilih judul.
>
> Berdua, mereka juga survey percetakan. Kertas isi apa yang dipakai, berapa ukurannya, berapa beratnya, berapa eksemplar, bagaimana finishingnya covernya—semua mereka pelajari bersama. Berdua, mereka kini bukan lagi sekedar pasangan suami istri. Mereka adalah rekan kerja. Berdua, mereka juga memilih distributor yang cocok, memikirkan teknik promosi minim biaya, dan akhirnya, menguras tabungan bersama.
> Demi mencapai proyek pertama mimpi bersama mereka, menerbitkan sendiri sebuah buku kumpulan inspiratif berjudul "Let's Talk About Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles."
>
> Maret 2009, satu mimpi itu terwujud sudah.
>
> Untuk pertama kalinya, gadis muda itu melihat namanya tercetak di halaman sampul. Bersama penulis lainnya, untuk pertama kalinya, ia mulai menjalani beberapa talkshow di radio, juga mengadakan acara bedah buku. Untuk pertama kalinya, ia menerima banyak komentar dari para pembaca bukunya. Komentar-komentar yang selalu membuatnya terharu, karena ada orang-orang yang sungguhan menghargai karyanya.
>
> Dan gadis muda itu mulai merasa seperti seorang penulis sungguhan.
> ***
> Enam bulan setelah menerbitkan bukunya, gadis muda ini pun punya mimpi baru. Dengan seorang bayi bermata bulat dan bau susu di sekujur tubuhnya, gadis muda ini punya mimpi untuk menjadi ibu yang baik, bagi putrinya. Ia ingin menjadi ibu, yang nantinya bisa menjadi tempat putrinya bercerita tentang apa saja. Tentang kecebong yang berenang-renang di selokan. Tentang persahabatan babi dan laba-laba, dalam buku Charlotte's Web. Tentang imajinasi putrinya, akan Kota Pizza dan para penduduknya. Tentang proses metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Tentang tukang sampah berwajah ramah di sekolah. Tentang apa saja.
>
> Ia tidak ingin menjadi ibu super. Ia tidak ingin menjadi ensiklopedi berjalan, martir keluarga, atau seorang manusia tanpa cacat cela di hadapan putrinya. Kelak, ia akan mengenalkan putrinya pada emosi-emosi mendasar manusia: marah, takut, iri, benci, cemas, dendam, sedih, depresi, bahagia. Ia akan mengatakan, bahwa semua emosi ini manusiawi adanya. Ia juga akan mengatakan, bahwa sejak kelahirannya, sang putri telah mengajarkannya satu emosi yang paling berharga.
>
> Satu emosi yang dulu selalu dipintanya pada Tuhan di akhir doa. Satu emosi yang dulu selalu dikejarnya, diirikannya, dan selalu ingin digenggamnya kuat-kuat, agar tidak melayang pergi meninggalkannya.
>
> Emosi itu bernama: Bahagia.
> ***
> Tiga tahun yang lalu, dua orang gadis muda berumur 22 tahun bermimpi sambil menatapi langit-langit. Sementara waktu terus berlari tanpa kompromi. Waktu yang membuat si gadis muda merenungi kembali tujuan hidupnya. Tujuannya menulis, tujuannya berbagi, tujuan keberadaannya di bumi. Waktu yang mengajarkan si gadis muda, untuk menengok kembali ke belakang, jalan yang telah dilaluinya. Titik nol kilometer yang pernah didiaminya selama bertahun-tahun lamanya. Dan orang-orang terkasih, para malaikat tak bersayap yang dikirim Tuhan untuk membantunya menemukan jalan keluar dari sana. Sekaligus juga, menggenggam tangannya, agar tidak lagi melarikan diri ke sana, ke titik nol kilometer dunia, tempat dimana kesedihan adalah sebuah rimba raya tak bermuara.
>
> Dan waktu pula, yang mengajarkan si gadis muda tentang cinta. Cinta yang melumerkan kekerasan hati dan kepalanya. Cinta yang membuatnya bersyukur, atas setiap luka dan hari mendung masa lalu. Cinta yang mengantarkannya pulang ke rumah. Cinta yang ingin membuatnya menjadi seorang manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
>
> Cinta yang kini membuat mata, telinga dan hatinya untuk melihat dan mendengar dengan lebih jernih. Betapa cerminan surga ada di mana-mana, demikian juga dengan Sang Maha Pencipta. Cinta yang perlahan-lahan membuka tabir kesadaran, untuk kemudian menuntunnya ke sebuah jalan bersimbah cahaya berkilauan. Sebuah jalan yang lurus.
>
> Cinta yang kini, menyertai setiap mimpi-mimpi masa depannya.
> ***
>

2c.

Re: (catcil) the dreamcatcher

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Fri Oct 23, 2009 1:24 pm (PDT)



Retno, bermimpi memang indah yah?:)
kata si Arai sih, bermimpilah karena mimpi-mimpimu akan dipeluk oleh Tuhan. kalau kata Eyang Teha (Eyang, how are you today?) mimpi kita akan dipeluk oleh semesta. Dan setelah membaca kisah Laskar Pelangi, saya percaya klo suatu saat mimpi kita akan mendapat jalan mewujudkannya:)

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> The Dreamcatcher
> Oleh Retnadi Nur'aini
>
> Tiga tahun yang lalu, pada suatu tengah malam sambil menatapi langit-langit sebuah kamar di Depok, dua orang gadis muda berumur 22 tahun bermimpi. Gadis muda yang pertama bermimpi bahwa tahun itu dia akan menulis scenario sitcom. Dia selalu ingin menulis scenario sitcom dengan gaya komedi secerdas Friends, atau scenario drama sekontemplatif Grey's Anatomy.
>
> Gadis muda yang pertama itu memang punya banyak mimpi. Ada kalanya ia ingin menjadi koki professional yang membuka restorannya sendiri. Ada kalanya ia ingin backpacker traveling ke Thailand, India, dan Amerika. Untuk kemudian mencicipi hotdog yang dijajakan di pinggir jalan New York, Amerika.
>
> Gadis muda inipun menyemangati sahabatnya, si gadis muda ke dua. Tidak seperti gadis muda pertama, gadis muda yang ke dua ini tak pernah punya banyak mimpi. Ia kelewat rendah diri dan kurang berambisi. Karena itu, dia hanya menyetujui dengan takut-takut, kala gadis muda pertama mengajukan tantangan "Pokoknya tahun ini gua harus nulis satu script. Dan lo, harus nulis satu buku!". Tantangan yang meski diiyakan dengan bersemangat, namun menyulut obor pertanyaan di lubuk hati si gadis muda ke dua. "Mungkinkah? Mungkinkah? Mungkinkah?"
>
> Sementara malam pun mulai pekat, melarutkan mimpi-mimpi mereka. Dua orang gadis muda berumur 22 tahun, dimana gadis muda pertama bernama Diani Citra. Dan gadis muda ke dua adalah saya.
> ***
> Keesokan harinya, kedua gadis muda berumur 22 tahun itu mulai mengejar mimpi-mimpi mereka. Citra, si gadis muda pertama, ikut seleksi untuk bergabung dengan kelompok penulisan naskah Aris Nugraha Production—sang creator sitcom Bajaj Bajuri. Citra lolos, dan mulai mengerjakan PR hariannya: membuat 10 sinopsis serial sitcom, untuk kemudian mengembangkan beberapa yang terpilih di antaranya. PR harian yang seketika membuat notebook dan dinding-dinding ruang kerjanya penuh ditempeli post it warna-warni, bertuliskan potongan ide-ide kreatifnya.
>
> Sementara si gadis muda ke dua mulai berjinjit menapaki mimpinya. Ia mulai memberanikan diri mengirim tulisan-tulisannya ke penerbit. Tulisan-tulisan yang selama ini hanya berani dibaginya pada beberapa sahabat dan dinding kamar pribadinya di dunia maya, dengan lingkup jaringan pertemanan maya yang sempit dan sangat terbatas. Gadis muda ini juga belajar menulis dalam berbagai bentuk dan emosi. Saat sedang sedih dan gundah, ia akan menulis fiksi surealis. Saat sedang merenungi sesuatu, ia akan menulis esai kontemplatif. Saat sedang butuh hiburan, ia akan menulis cerita-cerita lucu. Saat sedang merasa romantis, ia akan menulis puisi.
>
> Namun yang paling diinginkannya, adalah menulis secara sederhana. Ia ingin pembaca memahami pesan yang ingin disampaikannya. Ia ingin membuat setiap kalimat dan paragraph mudah dicerna. Gadis muda ini juga ingin setiap pembaca merasakan emosi yang dituliskannya, baik secara tersurat maupun tersirat. Ia ingin pembaca bisa menangis, terhenyak, termangu, dan tertawa bersamanya.
>
> Setiap malam, ke dua gadis muda berumur 22 tahun ini akan saling bercerita via telepon. Tentang seberapa jauh mereka berlari hari itu untuk mengejar mimpi. Tentang luka-luka di kaki saat berlari, akibat tertusuk onak dan duri. Juga tentang semangat, yang terus menerus ditiupkan dalam hati, agar sebatang harapan tidak padam esok hari.
> ***
> Tibalah akhir tahun, batas akhir waktu atas tantangan mimpi yang dulu pernah diucapkan. Citra, si gadis muda pertama, telah berhasil menulis lima naskah scenario sitcom utuh, dan puluhan synopsis. Sementara si gadis muda ke dua, menerbitkan tiga tulisannya dalam dua buku antologi. Yang pertama adalah buku antologi komedi Mediakita. Sementara yang ke dua, adalah buku antologi sebuah milis komunitas yang baru dimasukinya. Milis komunitas yang bernama SekolahKehidupan.
>
> Pelan-pelan, dengan menguatkan hati, gadis muda ke dua inipun mulai berani bermimpi. Pelan-pelan dirapalnya mantra "Saya ingin menjadi penulis, saya ingin menjadi penulis, saya ingin menjadi penulis." Satu kalimat yang dengan demikian pelannya, hanya berani dirapalnya pada bibir, telinga, dan hatinya sendiri.
> ***
> Waktu terus berlari tanpa kompromi.
>
> Sahabat waktu, sang takdir, mulai mengantarkan ke dua gadis ini pada suatu persimpangan, yang tak pernah mereka sangka sebelumnya. Citra, si gadis muda pertama, diantarkan takdir untuk punya mimpi baru. Dengan beasiswa Fulbright yang diraihnya, Citra meneruskan studi S2-nya di jurusan Communication Studies, New York University.
>
> Sementara si gadis muda ke dua, memilih untuk menikah di usia 23. Pernikahan yang mencengangkan keluarga besar dan sebagian besar teman-temannya. Bukan hanya karena si gadis muda ke dua tak pernah menyebut-nyebut tentang pernikahan sebelumnya, namun juga karena masa perkenalan yang relative singkat. Masa perkenalan yang terjadi di dunia maya, dalam suatu milis komunitas yang mereka ikuti bersama.
>
> Gadis muda ini ingin menjelaskan pada banyak orang tentang pilihan yang diambilnya. Tentang banyak pertentangan di kepalanya. Bahwa pilihan itu bukanlah sebuah pilihan impulsive. Bahwa meski telah menimbang sampai ke setiap ons-nya, sebagai gadis muda, ia tetap saja punya setumpuk ketakutan akan ketidakpastian. Akan ketidaktahuannya, yang tak lagi bisa dijawabnya dengan logika. Dan bahwa dalam kebuntuan itu, gadis muda ini untuk pertama kalinya menyadari keterbatasannya sebagai manusia. Karena itu, dengan caranya sendiri, ia kemudian berdiskusi dengan Sang Maha. Sebuah diskusi yang menenangkan hati dan kepalanya, dengan kesimpulan paling logis dan masuk akal dari segalanya: bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik.
>
> Dan bahwa Tuhan, tidak pernah salah.
> ***
> Beberapa minggu setelah menikah, gadis muda ini pamit dari rumah orangtuanya di tengah kota, untuk tinggal bersama suaminya di sebuah rumah mungil yang mereka cicil bersama. Sebuah rumah tipe 21 dengan satu kamar tidur, yang terletak di lembah, dengan pemandangan Gunung Gede dan Gunung Pangrango dari terasnya. B6 No 5, demikian nama rumahnya.
>
> Gadis muda ini menyukai segala hal tentang rumah barunya. Ia suka langit biru cerah yang ditatapnya setiap kali ia menjemur baju di halaman belakang. Ia suka hembusan angin, dan tetes hujan yang merembesinya, saat ia belajar memasak di dapur mereka yang belum jadi. Ia suka cericit burung gereja yang setiap pagi membuatnya terjaga, burung-burung gereja yang mulai membangun sarangnya di atap rumah tetangga.
>
> Namun yang paling disukainya, adalah hening. Keheningan damai yang membuat si gadis muda punya cukup banyak ruang lapang di jiwa, untuk mulai menguraikan kumparan kusut benang pikirannya. Dan sang waktu menghadiahi si gadis muda detik-detik berharga, untuk merenungi banyak hal. Tentang pernikahan. Tentang luka. Tentang cinta. Tentang Tuhan. Tentang harapan. Tentang mimpi. Tentang hidup.
>
> Pelan-pelan, gadis muda inipun mulai membuka notebook-nya.
>
> Dan mulai menulis.
> ***
> Sebagai istri, ada banyak hal yang dipelajari si gadis muda. Ia belajar untuk berdiskusi. Ia belajar untuk berkompromi. Dan ia belajar untuk membuka diri. Ia mulai mengizinkan sang suami untuk membaca tulisan-tulisannya.
>
> Sang suami, yang bekerja sebagai editor di suatu penerbitan, suatu ketika berkomentar "Ayo kita terbitkan sendiri tulisanmu!". Komentar yang dilandasi mimpi besar sang suami, untuk memiliki penerbitan sendiri.
>
> Mendengarnya, hati si gadis muda langsung ciut. Meski ia masih sering merapal mantra "Saya ingin menjadi penulis"-nya, namun menerbitkan sendiri sungguh sebuah mimpi yang di luar jangkauan harapannya. Sementara sang suami, yang segera menyadari ketakutan si gadis muda, segera menenangkannya. Menguatkannya. "Ayo kita coba, kita jalani mimpi ini bersama-sama," ujar sang suami.
>
> Pelan-pelan, mereka pun mulai menjalani mimpi bersama. Mereka mulai menyortir tulisan. Mereka menggabungkannya dengan tulisan-tulisan milik dua orang sahabat si gadis muda. Mereka mengemas tulisan-tulisan itu—mengkategorisasikannya, memikirkan ide sampul, mencari endorsement atau komentar pertama, mengurutkan berdasarkan alur emosi yang mereka pikir akan nyaman dinikmati pembaca, memilih judul.
>
> Berdua, mereka juga survey percetakan. Kertas isi apa yang dipakai, berapa ukurannya, berapa beratnya, berapa eksemplar, bagaimana finishingnya covernya—semua mereka pelajari bersama. Berdua, mereka kini bukan lagi sekedar pasangan suami istri. Mereka adalah rekan kerja. Berdua, mereka juga memilih distributor yang cocok, memikirkan teknik promosi minim biaya, dan akhirnya, menguras tabungan bersama.
> Demi mencapai proyek pertama mimpi bersama mereka, menerbitkan sendiri sebuah buku kumpulan inspiratif berjudul "Let's Talk About Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles."
>
> Maret 2009, satu mimpi itu terwujud sudah.
>
> Untuk pertama kalinya, gadis muda itu melihat namanya tercetak di halaman sampul. Bersama penulis lainnya, untuk pertama kalinya, ia mulai menjalani beberapa talkshow di radio, juga mengadakan acara bedah buku. Untuk pertama kalinya, ia menerima banyak komentar dari para pembaca bukunya. Komentar-komentar yang selalu membuatnya terharu, karena ada orang-orang yang sungguhan menghargai karyanya.
>
> Dan gadis muda itu mulai merasa seperti seorang penulis sungguhan.
> ***
> Enam bulan setelah menerbitkan bukunya, gadis muda ini pun punya mimpi baru. Dengan seorang bayi bermata bulat dan bau susu di sekujur tubuhnya, gadis muda ini punya mimpi untuk menjadi ibu yang baik, bagi putrinya. Ia ingin menjadi ibu, yang nantinya bisa menjadi tempat putrinya bercerita tentang apa saja. Tentang kecebong yang berenang-renang di selokan. Tentang persahabatan babi dan laba-laba, dalam buku Charlotte's Web. Tentang imajinasi putrinya, akan Kota Pizza dan para penduduknya. Tentang proses metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Tentang tukang sampah berwajah ramah di sekolah. Tentang apa saja.
>
> Ia tidak ingin menjadi ibu super. Ia tidak ingin menjadi ensiklopedi berjalan, martir keluarga, atau seorang manusia tanpa cacat cela di hadapan putrinya. Kelak, ia akan mengenalkan putrinya pada emosi-emosi mendasar manusia: marah, takut, iri, benci, cemas, dendam, sedih, depresi, bahagia. Ia akan mengatakan, bahwa semua emosi ini manusiawi adanya. Ia juga akan mengatakan, bahwa sejak kelahirannya, sang putri telah mengajarkannya satu emosi yang paling berharga.
>
> Satu emosi yang dulu selalu dipintanya pada Tuhan di akhir doa. Satu emosi yang dulu selalu dikejarnya, diirikannya, dan selalu ingin digenggamnya kuat-kuat, agar tidak melayang pergi meninggalkannya.
>
> Emosi itu bernama: Bahagia.
> ***
> Tiga tahun yang lalu, dua orang gadis muda berumur 22 tahun bermimpi sambil menatapi langit-langit. Sementara waktu terus berlari tanpa kompromi. Waktu yang membuat si gadis muda merenungi kembali tujuan hidupnya. Tujuannya menulis, tujuannya berbagi, tujuan keberadaannya di bumi. Waktu yang mengajarkan si gadis muda, untuk menengok kembali ke belakang, jalan yang telah dilaluinya. Titik nol kilometer yang pernah didiaminya selama bertahun-tahun lamanya. Dan orang-orang terkasih, para malaikat tak bersayap yang dikirim Tuhan untuk membantunya menemukan jalan keluar dari sana. Sekaligus juga, menggenggam tangannya, agar tidak lagi melarikan diri ke sana, ke titik nol kilometer dunia, tempat dimana kesedihan adalah sebuah rimba raya tak bermuara.
>
> Dan waktu pula, yang mengajarkan si gadis muda tentang cinta. Cinta yang melumerkan kekerasan hati dan kepalanya. Cinta yang membuatnya bersyukur, atas setiap luka dan hari mendung masa lalu. Cinta yang mengantarkannya pulang ke rumah. Cinta yang ingin membuatnya menjadi seorang manusia yang lebih baik lagi dari hari ke hari.
>
> Cinta yang kini membuat mata, telinga dan hatinya untuk melihat dan mendengar dengan lebih jernih. Betapa cerminan surga ada di mana-mana, demikian juga dengan Sang Maha Pencipta. Cinta yang perlahan-lahan membuka tabir kesadaran, untuk kemudian menuntunnya ke sebuah jalan bersimbah cahaya berkilauan. Sebuah jalan yang lurus.
>
> Cinta yang kini, menyertai setiap mimpi-mimpi masa depannya.
> ***
>

2d.

Re: (catcil) the dreamcatcher

Posted by: "Rini" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Fri Oct 23, 2009 4:41 pm (PDT)



Dear Retno,
aku suka gayamu di tulisan ini. Segar.
Judul 'dreamcatcher' mengingatkanku pada istilah dunia sihir yang kutemui ketika menerjemahkan novel kemarin, yang berarti 'penjerat mimpi' dan berbentuk laba-laba dengan jaring beserta liontin sebagai jimat.
Terima kasih telah menularkan semangat, aku merasakan energinya..walau jelas harus banyak belajar untuk menjadi penerjemah fantasi yang berterima:)

Terus menulis ya, Retno..

Peace,
Rinurbad

2e.

Re: (catcil) the dreamcatcher

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Fri Oct 23, 2009 11:45 pm (PDT)



@ mbak eva: alhamdulillah, makasih mbak eva. salam kenal, saya retno :)

@ novi: alhamdulillah, makasih novi. makasih juga utk smsnya. bersemangat!

@ sinta: hehehe, iya nih, panjang bener euy. makasih ya, sinta. mencoba menulis dgn sudut pandang yg berbeda :)

@ mbak fety: iyaaa, aku inget bgt kutipan itu. emang bermimpi itu indah. dan betapa, dgn bertambahnya usia, mimpi2 bisa berubah. krn manusia adl makhluk dinamis :)

@ mbak rini: dear mbak rin, alhamdulillah. makasih mbak. sebenernya, aku nulis ini, terinspirasi dr artikel 'the storyteller'nya sandra cisneros di oprah magz. pingiin bgt ngetikin artikel itu, namun panjang nian, euy. iya, dreamcatcher bentuknya juga khas ya. ini salah satu judul novel stephen king kan ya?

tks for reading, semuanya :)

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "punya_retno" <punya_retno@...> wrote:
>
> The Dreamcatcher
> Oleh Retnadi Nur'aini
>

3a.

Re: [Catcil] Out of the Box

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Fri Oct 23, 2009 5:31 am (PDT)



hmmm...sepertinyah pernah dibahas bareng, ma sapa yaaaah?? :D jadi inget tadi siang dapet SMS dari temen yang dulunya satu "bisnis" tapi udah gak lanjut, "pengen jualan bareng kayak dulu lagi Sin..." hehehehe...tiba-tiba jadi bener-bener out of box

tengkyu sista ;)

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"

BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com

BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com
http://berceritapadadunia.blogspot.com

YM : SINTHIONK

--- On Fri, 10/23/09, Aprillia EkaSari <april_reto@yahoo.com> wrote:

From: Aprillia EkaSari <april_reto@yahoo.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Out of the Box
To: "SK" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Date: Friday, October 23, 2009, 4:10 AM

 

2009, tahun yang sungguh luar biasa. Setidaknya yang saya perhatikan dari
Januari hingga Oktober sekarang ini.

 









3b.

Re: [Catcil] Out of the Box

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Fri Oct 23, 2009 8:08 am (PDT)




Aku mencobanya sejak "keputusan" kuliah empat tahun lalu...
Tanpa bekerja tetap (freelance) aku tetap bisa menjalani semua.

Mengais setiap langkah dengan perasaan tak menentu, bahkan mungkin kurang disetujui keluarga. Apalagi, dengan kondisi bapak yang baru meninggal dunia sebelumnya. Pertanyaa-pertanyaan kenapa setelah dapat kerja malah resign baru 7 bulan berjalan.

Pertanyaan-pertanyaan apa yang aku inginkan kemudian...
Aaaah, seru, Pril...
kalau mengingat-ingat masa itu...
bisa dibilang terencana, tapi juga banyak yang spontan...
meninggalkan posisi "aman" dan memilih untuk mencari ilmu dengan segala keterbatasan yang ada menjadikan aku lebih banyak bersyukur dan merenung... kalau Allah memang Maha segalanya :)

Semangat, pril

Sekarang aku kuliah lagi, jadi ingat masa dulu lagi :D
hehehe...

Salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Aprillia EkaSari <april_reto@...> wrote:
>
> 2009, tahun yang sungguh luar biasa. Setidaknya yang saya perhatikan dari
> Januari hingga Oktober sekarang ini.
>
> Ketika masih kerja secara formal di tempat yang dulu, beberapa teman sering
> curhat kepada saya, mengeluhkan kejenuhan mereka pada pekerjaan yang mereka
> lakukan. Saya memang kerap menjadi recycle bin, ”tempat sampah” mereka.
> Alhasil, beberapa teman memutuskan resign, dan mungkin menjadi keberuntungan
> mereka saat tak berselang lama mereka sudah mendapat pekerjaan baru.
>
> Berani out of the box atau
> keluar dari kandang nyaman. Begitu istilah yang saya gunakan untuk keberanian
> teman-teman saya berhenti dari pekerjaan lama.
>
> Setelah beberapa kali dipamiti, kemudian tiba giliran saya yang berpamitan.
> Sebenarnya alasannya simple, saya sudah tidak tertarik dengan jurnalistik,
> karena alasan-alasan yang sifatnya pribadi yang tidak bisa saya kemukakan. Lagipula, saya menjadi
> lebih tertarik dengan bidang lain. Belajar tentang Sumber Daya Manusia. Maka, saya putuskan
> untuk fokus pada apa yang saya sukai dan tidak lagi membuang waktu untuk
> melakukan hal-hal yang tidak saya sukai. Bukankah kerja itu ibadah? Jadi
> harusnya dilakukan dengan ikhlas. Jadi, akhirnya saya memutuskan untuk tidak
> bertahan.
>
> Ketika pertama kali tercetus ide itu di kepala, saya berkata pada diri
> sendiri, ”Lu gila ya? Bagaimana biaya kuliahmu, masa harus nodong ortu?
> Memalukan!” Ufff. Yeah, seusiaku sekarang, seperti kata Nico ”mantan” teman
> kantorku harusnya aku sudah bisa membiayai kuliah dengan mandiri. Seorang yang
> saya hormati di kantor, sebut saja namanya pak Ujang juga pernah berkata,
> ”Kalau kamu berhenti, perusahaan tidak akan terlalu merasakan dampaknya.
> Sebaliknya perubahan besar yang akan terjadi dalam hidupmu.” Tapi, bagaimana
> lagi. Antara kepala, tangan, dan hati sudah nggak sinkron, masa harus dipaksa.
> Nanti, malah tak ikhlas jadinya.
>
> Konsultasi demi konsultasi pun saya mulai untuk menambah kemantapan saya
> berhenti bekerja. Adalah mas Komang dan mas Ody, dua ”mantan” senior saya di
> tempat kerja dulu yang sering saya ajak diskusi hampir setiap hari. Kebetulan
> saya cukup dekat dengan mereka, karena kami sama-sama menyukai rafting. Rafting
> sering menjadi analogi kami ketika kami berdiskusi tentang apapun.
>
> ”Ingat Rafting Pil. Mungkin saat itu kamu akan merasa sakit karena kebentur
> batu, menelan air kotor, dsb tapi pada akhirnya nanti kamu akan sampai pada pos
> pemberhentian terakhir. Saat sampai itulah kamu akan melihat kembali ke arah
> sungai dan bisa berkata, ̢۪Alhamdulillah, ternyata aku tadi bisa melalui semua itu
> hingga akhirnya bisa sampai di sini’.”
>
> Pertimbangan lain adalah mengecek saldo tabungan. Alhamdulillah, masih ada
> ”banyak” sisa untuk hidup beberapa bulan ke depan. Hidup means fotokopi, beli
> buku, transportasi, uang jajan. Saya berusaha tidak meminta pada orang tua
> untuk itu semua, meski terus terang untuk sementara biaya kuliah saya meminjam
> dari orang tua. Meski ibu saya bilang, ”Terserah kamu mau dikembalikan atau
> tidak”, tapi saya tetap menganggap itu pinjaman. Masalah finansial sementara
> ”saya anggap selesai”.
>
> Bismillah. Akhirnya hari itu tiba, berpamitan dengan teman-teman kantor yang sudah
> seperti saudara-saudara sendiri. Terharu dengan banyaknya ucapan, ”Wah, ruangan
> ini bakal sepi tanpamu.” (terlepas dari, entah ini mereka ucapkan karena bersyukur
> si pembuat keributan pergi, atau beneran merasa kehilangan :D ).
>
> ***
>
> Lalu, bagaimana dengan hidup saya? Seminggu pertama seperti liburan saja
> rasanya. Seorang sepupu yang tinggal di Bogor kebetulan datang ke Surabaya
> untuk mengurus masalah-masalah administratif kakaknya di salah satu institut
> negeri di Surabaya. Karena dia tak tahu jalan, maka sayalah yang menjadi
> sopirnya sekaligus membantunya untuk mengurus masalah-masalah administratif
> tersebut.
>
> Sekitar empat hari lamanya saya dan sepupu saya bolak-balik ke sana. Sambil
> iseng, setiap papan pengumuman lowongan yang saya tahu selalu memasang
> pengumuman mencari freelancer sebagai tenaga pengajar privat saya baca.
> Iseng-iseng pun saya menghubungi.
>
> Minggu kedua, ada seseorang menghubungi saya untuk mengajar privat anak
> kelas 2 SMA. What, SMA? Huah, saya tak seberani itu mengajar anak SMA.
> pengalaman saya waktu kuliah dulu, anak SD dan SMP lah yang saya tangani.
>
> ”Kalau aku Pil, anggap saja mencoba hal-hal baru, sekaligus kita belajar
> juga,” mbak Yetty ”mantan” teman sekantor saya yang sering saya mintai
> pertimbangan memberi saran. Ya, sudahlah. Hal pertama yang saya lakukan adalah
> memperbaiki niat. Kalau jadi guru harus tulus. Jangan mau uangnya saja, tapi
> nggak becus mentransfer ilmu.
>
> Ternyata Allah Maha Sayang pada saya. Murid saya itu hanya butuh diajari
> bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Indonesia, dan sedikit Matematika dasar.
> Alhamdulillah, saya menguasai bidang-bidang itu, meski tak expert. Dua minggu
> ini, saya sudah menjadi guru privat. Murid saya menyenangkan, meski agak
> bandel. Yang lebih penting, tiba-tiba, hei, saya menikmati pekerjaan ini.
> Mentransfer ilmu untuk orang lain. Apalagi teringat hadist yang mengatakan
> bahwa salah satu amal yang bisa memberatkan timbangan di akherat kelak adalah
> ilmu yang bermanfaat (untuk orang lain). Juga pertimbangan bahwa pekerjaan
> semacam itulah yang cocok untuk perempuan (nggak bermaksud bicara gender lho
> ya).
>
> ***
>
> Seminggu lalu saat menunggu kelas, saya dan Putu teman kuliah saya
> membicarakan kemungkinan untuk menjadi dosen di almamater kami. ”Dosen-dosen
> kita tuh, masuknya barengan mbak. Jadi kalau pensiun ya pasti barengan juga.
> Sementara SDM-nya masih terbatas,” kata Putu.
> ”Jadi kamu mau jadi dosen?” tanyaku.
> ”Yup. Di keluargaku belum ada yang menjadi guru, aku mau mengawalinya,”
> jawabnya mantap.
>
> Jawaban Putu membuatku teringat temanku yang lain, Rama. Rama terlahir dari
> keluarga dokter, namun dia memilih untuk menjadi guru. ”Pokoknya aku pengen
> jadi dosen Pril. Aku suka mengajar, meski ayahku selalu minta aku jadi dokter.
> Aku harus tunjukkan bahwa aku bisa sukses jadi dosen,” katanya hampir berulang-ulang
> kepadaku tiap kali kami ketemu di parkiran lalu tiba-tiba terlibat curhat
> (mengenai apapun khususnya masalah jodoh hahaha, my great partner Rama J).
>
> ”Terus terang ya Tu, aku pun tiba-tiba tertarik mengajar, sama sepertimu.
> Tapi, aku inginnya mengajar di tempat lain, bukan di almamater kita. Menurutku,
> sharing ilmu dan pengalaman di tempat lain itu lebih bagus ketimbang kita tetap
> bertahan di satu tempat dengan nilai-nilai yang sama. Entahlah...” kata saya
> kepada Putu.
>
> ”Jadi April sudah keluar dari kerjaan ya?” tanya pak Sofyan teman kuliah
> saya yang mungkin mendengar percakapan saya dengan Putu.
> ”Iya pak. Mau fokus kuliah dulu biar lulus cepat,” jawab saya.
> ”Kalau mau jadi dosen, segera cari pekerjaan baru. Kalau bisa ngajar, meski
> hanya di lembaga bimbingan belajar. Lumayan untuk referensi,” saran pak Sofyan.
> ”Saya akan ingat itu baik-baik pak, terima kasih.” jawab saya.
>
> ***
> Seminggu lalu, saya dan Rama iseng-iseng menuju job plecement center di
> universitas kami. Ternyata kebetulan ada lowongan tentor untuk salah satu
> lembaga bimbingan belajar. ”So, lets try!” J
>
> Minggu ini interview dan microteaching sudah dijalani. Hasilnya? Belum tahu
> dan masih sabar menunggu dengan diselingi mengerjakan tugas-tugas kuliah. Saat
> interview pun saya menyampaikan dengan jujur bahwa saya membutuhkan pekerjaan
> itu hanya sebagai referensi untuk ketika saya lulus nanti, dan memantapkan diri
> menjadi tenaga pengajar. Kejujuran itu saya terapkan sebagai bagian visi saya,
> bahwa kesuksesan berasal dari niat baik dan kejujuran. Tanpa itu semua,
> nothing.
>
> Kalaupun saya tidak mendapatkannya, saya yakin Tuhan punya rencana lain
> untuk saya. Sebagaimana teori Cicak dan Nyamuk. Adalah sebuah hal mustahil
> dalam pandangan manusia ketika cicak yang tak bisa terbang, bisa memangsa
> nyamuk yang bisa terbang. Cicak memang berikhtiar dengan cara memanjat dinding, supaya
> bisa memakan nyamuk. Tapi apakah itu cukup? Menurut saya ada hal luar biasa
> yang bisa menyebabkan cicak mampu mendapatkan itu, yakni ketika Allah dengan
> kuasa-Nya membuat nyamuk yang datang mendekati cicak.
>
> Teori ini membuat saya semakin yakin, bahwa suatu hari nanti niat baik dan
> usaha saya akan diganjar oleh-Nya. So, keep semangat, karena rezeki tak akan
> tertukar. Dan, menurut pengalaman saya ini teori yang terbukti. Cukup banyak
> tawaran mengajar privat tiba-tiba mengalir ke saya serta satu tawaran menjadi
> redaktur pelaksana sebuah majalah komunitas. Namun, tanpa bermaksud tidak
> mensyukuri, saya terpaksa menolak karena khawatir tak bisa membagi waktu. Bagi
> saya saat ini, sekolah nomor satu.
>
> ***
> ”Pil, adikku dalam proses resign,” kata mbak Ari ”mantan” teman sekantorku
> juga yang kebetulan adiknya adalah teman KKN saya dulu.
>
> ”Why?” saya bertanya dengan terkejut, apalagi posisi teman saya tersebut
> sudah lumayan di salah satu PMA.
>
> ”Dia ingin mewujudkan mimpi jadi desainer,” jawab mbak Arik.
>
> Ooopss, seorang lagi yang
> akan out of the box!
>
> Aprillia Ekasari
> 081 793 222 06
>

3c.

Re: [Catcil] Out of the Box @mbak Nop and mbak Sin

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Fri Oct 23, 2009 10:33 pm (PDT)



Yup, ayo semangat.
Aku semakin percaya dengan teori cicak dan nyamuk hehehehe

semangat! semangat!

3d.

Re: [Catcil] Out of the Box

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Fri Oct 23, 2009 11:58 pm (PDT)



Salam kreatif, sepanjang tidak mbentur tembok, siapa larang jungkir
balik? suka-suka you.

Semoga bahagia dunia akhirat. Lha khan do'anya juga robbana atiina
fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah. Tapi juga khoirunnasi
anfa'uhum linnaas tho? Ya jadi gimana ya caranya biar kita bahagia juga
bisa membahagiakan orang lain?, tapi tetep musti seimbang khan ya, hak
dan kewajiban ntuhhh...

Awas Bahaya laten; egoisme dan materialisme.

4a.

Re: [PUISI] Puisi Pernikahan, Akhirnya ;)

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Fri Oct 23, 2009 5:58 am (PDT)



bagus neng nia ;)

tapi sedikit ganjalan :P awalnya aku pikir puisi ini akan seperti puisi rendra 'sajak seorang tua untuk istrinya' yang dibuat semacam flash back, karena penggunaan kata "kenang" di awal puisi...tapi begitu masuk ke bait "mungkin tahun-tahun ke depan....." jadi bingung...oh, bukannya yah?? :D hehehe...maklum kepala seringkali terlalu merealistiskan puisi...

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"

BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com

BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com
http://berceritapadadunia.blogspot.com

YM : SINTHIONK

--- On Fri, 10/23/09, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com> wrote:

From: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] [PUISI] Puisi Pernikahan, Akhirnya ;)
To: wordsmartcenter@yahoogroups.com, "sekolah kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Date: Friday, October 23, 2009, 2:44 AM

 

Persembahan Sepasang Hamba

Kenang
Kenanglah semua dengan nama cinta

Dan abdi dua hamba

Di depan penghulu paling tinggi

Di hadapNya
Dengan khidmat terucap

Menancapkan tekad

Mengarungi bahtera
Memangkas perbedaan
Dengan kesamaan cita

Menyempurnakan agama

Bukanlah soal mengawinkan persamaan

Bukan pula menyilangkan perbedaan
Karena pernikahan
Hanya salah satu jalan

Menuju kesempurnaan

Mungkin tahuntahun ke depan

Adalah kebahagiaan
Dan darinya timbul kebersyukuran


Mungkin langkahlangkah ke depan
Adalah ujian
Dan darinya timbul kemuliaan

Atas nama cinta
Diaminkan alam
Pernikahan hanyalah soal

Persembahan untuk
Yang Maha Memiliki Cinta
Dari sepasang hamba

-Nia Robie´-


dibuat khusus untuk undangan kedua mempelai dek *i*a* dan calon istri.. salut buat keputusan menikah muda

dipersembahkan juga kepada yang ingin menikah segera ;)) dan yang sudah menikah biar langgeng yuuuukkk :P

note: puisi ini sengaja dibuat tidak banyak menggunakan lambang dan
kata2 ribeut (yang katanya saya sering menggunakannya) .. karena akan
ditaruh di undangan kedua mempelai.. kalo pake kata2 ribeut.. takut
yang dapet undangan ikut2 ribeut :D puisi yang entah kenpa juga susah
banget ngebuatnya.. . sampe yg nulis nyanyi "you are the love of my
life" berkali2 hihi... maklum belom nikah jadi bingung nyari
'chemistry'nya hehe











4b.

Re: [PUISI] Puisi Pernikahan, Akhirnya ;)

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Fri Oct 23, 2009 7:31 pm (PDT)



sudah disangka akan ada yg bertanya seperti itu tntng kata "kenang"
sudah difikirkan matang2.. hehe
maknya nyari inspirasi puisi ini ampe naynyi2 'you are the love of my life'
berkali2 hehe..

maksudnya...

justru ijab kabul itu dipelihara sebagai kenangan say yang bisa dikenang
tahun2 kedepan
ketika ada aral melintang (tsaaaaaaaaaah) maka kenanglah janji kalian (kedua
mempelai) kepada penghulu paling tinggi.. (semacam nasihat)

kalo di puisinya ws rendra
kata 'kenangkanlah' justru memang untuk flashback...

hehe.. hanya ingin berbagi
Pada 23 Oktober 2009 19:58, ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com> menulis:

>
>
> bagus neng nia ;)
>
> tapi sedikit ganjalan :P awalnya aku pikir puisi ini akan seperti puisi
> rendra 'sajak seorang tua untuk istrinya' yang dibuat semacam flash back,
> karena penggunaan kata "kenang" di awal puisi...tapi begitu masuk ke bait
> "mungkin tahun-tahun ke depan....." jadi bingung...oh, bukannya yah?? :D
> hehehe...maklum kepala seringkali terlalu merealistiskan puisi...
>
> :sinta:
>
> "Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"
>
> BloG aKu & buKu
> http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com
>
> BloG RaMe-RaMe
> http://sinthionk.multiply.com
> http://berceritapadadunia.blogspot.com
>
> YM : SINTHIONK
>
>
>
> --- On *Fri, 10/23/09, Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>* wrote:
>
>
> From: Nia Robie' <musimbunga@gmail.com>
> Subject: [sekolah-kehidupan] [PUISI] Puisi Pernikahan, Akhirnya ;)
> To: wordsmartcenter@yahoogroups.com, "sekolah kehidupan" <
> sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
> Date: Friday, October 23, 2009, 2:44 AM
>
>
>
>
> *Persembahan Sepasang Hamba*
>
> Kenang
> Kenanglah semua dengan nama cinta
> Dan abdi dua hamba
>
> Di depan penghulu paling tinggi
> Di hadapNya
> Dengan khidmat terucap
>
> Menancapkan tekad
> Mengarungi bahtera
> Memangkas perbedaan
> Dengan kesamaan cita
> Menyempurnakan agama
>
> Bukanlah soal mengawinkan persamaan
> Bukan pula menyilangkan perbedaan
> Karena pernikahan
> Hanya salah satu jalan
> Menuju kesempurnaan
>
> Mungkin tahuntahun ke depan
> Adalah kebahagiaan
> Dan darinya timbul kebersyukuran
>
> Mungkin langkahlangkah ke depan
> Adalah ujian
> Dan darinya timbul kemuliaan
>
> Atas nama cinta
> Diaminkan alam
> Pernikahan hanyalah soal
> Persembahan untuk
> Yang Maha Memiliki Cinta
> Dari sepasang hamba
>
>
> -Nia Robie'-
>
>
> *dibuat khusus untuk undangan kedua mempelai dek *i*a* dan calon istri..
> salut buat keputusan menikah muda*
>
> dipersembahkan juga kepada yang ingin menikah segera ;)) dan yang sudah
> menikah biar langgeng yuuuukkk :P
>
> note: puisi ini sengaja dibuat tidak banyak menggunakan lambang dan kata2
> ribeut (yang katanya saya sering menggunakannya) .. karena akan ditaruh di
> undangan kedua mempelai.. kalo pake kata2 ribeut.. takut yang dapet undangan
> ikut2 ribeut :D puisi yang entah kenpa juga susah banget ngebuatnya.. .
> sampe yg nulis nyanyi "you are the love of my life" berkali2 hihi... maklum
> belom nikah jadi bingung nyari 'chemistry'nya hehe
>
>
>
>
5a.

[Kelana Lebaran] Ceritakan Kisah Serumu! :)

Posted by: "novi khansa'" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Fri Oct 23, 2009 10:08 am (PDT)



Assalamu´alaykum Wr. Wb

Lebaran oh lebaran...
Kenanganmu takkan terlupakan...
Jalan-jalan asyik, mudik...
Bertemu handai taulan...

Sekaranglah saatnya...
Ceritakan ceria lebaranmu

- Dari mulai mudik bareng keluarga
- Mudik dengan kapal, pesawat, motor, dll
- Perjuangan cari tiket mudik...
- Silaturahim dari kota A, B hingga C, D
- Mengisi lebaran dengan wisata kuliner, traveling
- Jalan-jalan lebaran ke beberapa tempat wisata...
- dan banyak lagi...

Abadikan dalam sebuah foto, kisah...
Nggak perlu soal mudik juga, kok...
Nggak ada ukuran jauhnya perjalanan
Nggak usah jauh-jauh, deh :D
Karena apapun bentuk perjalanan itu...
akan selalu memberi banyak pelajaran :)

Siapkan cerita lebaranmu, rekam semua itu dalam sebuah tulisan
Lengkapi dengan foto-foto*
tuangkan kisah seru, indah, menyenangkan dan penuh hikmah...
Dalam lomba [KELANA LEBARAN]

*foto tidak mutlak, hanya pelengkap

BATAS PENGIRIMAN NASKAH
Naskah dapat dikirimkan mulai tanggal 17 Oktober sampai 17 November 2009

HADIAH
Juara 1     Uang Tunai Rp200.000,- + Produk sponsor
Juara 2     Uang Tunai Rp150.000,- + Produk sponsor
Juara 3     Uang Tunai Rp100.000,- + Produk Sponsor

PERSYARATAN PESERTA
1.    Peserta dari semua kalangan dan sudah terdaftar di milis
sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

2.    Isi naskah sesuai dengan tema "Travelling Lebaran"

3.    Tulisan berjumlah 5-10 halaman, kertas A4, Font Times New
Roman 12, Spasi 2. Bila ada foto, kirimkan dalam bentuk attachment dengan ukuran kb tidak lebih dari 500 kb.

4.    Peserta boleh mengirimkan maksimal 2 (dua) naskah.

5.   
Peserta lomba menyertakan identitas penulis: nama, alamat, email, dan
nomor telp/hp yang dapat dihubungi. Naskah dikirimkan ke
antologi.penerbitan@ gmail. com cc ke sekolah-kehidupan @ yahoogroups.
com (hilangkan spasi)  dengan menuliskan label [KELANA LEBARAN] pada
subjek email.
Misalnya: [KELANA LEBARAN] Yogya, Aku Datang! atau [KELANA LEBARAN] Wisata Kuliner ke Bandung atau [KELANA LEBARAN] Jalan-Jalan ke Dufan, yuk, coy!.

6.   
Naskah yang masuk menjadi hak panitia. Jika naskah diterbitkan, maka
setiap penulis yang naskahnya masuk akan mendapatkan satu bukti terbit.
Royalti dan honor yang didapatkan dari penerbitan buku tersebut menjadi
hak milik Komunitas Sekolah-Kehidupan.com dan akan digunakan untuk
mendanai kegiatan-kegiatan Komunitas Sekolah-Kehidupan.com.

7.    Naskah yang didaftarkan tidak sedang diikutkan pada lomba lainnya.

Info:
Novi: novi_ningsih@ yahoo.com (hilangkan spasi), YM: novikhansa
Sinta:  sinthionk @ gmail.com (hilangkan spasi), YM: sinthionk

Sponsor:

Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya

Departemen Penerbitan dan kepustakaan Komunitas Sekolah Kehidupan
http://sekolah-kehidupan.com/
http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/
http://sekolahkehidupan.multiply.com/

Wassalamu´alaykum Wr. Wb

***

"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)

***

novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi.multiply.com
http://novikhansa.wordpress.com/

5b.

Re: [Kelana Lebaran] Ceritakan Kisah Serumu! :)

Posted by: "dhian_2274" dhian_2274@yahoo.com   dhian_2274

Fri Oct 23, 2009 9:21 pm (PDT)




SALAM KENAL BUAT SEMUA...

gabung nih. mau nyoba ikutan sharing.
dan terutama mau nyoba ikutan lomba kelana lebaran..hehehe

makasih buat novi yang udah invite...

-uni dian-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@...> wrote:
>
> Assalamu̢۪alaykum Wr. Wb
>
>
>
> Lebaran oh lebaran...
> Kenanganmu takkan terlupakan...
> Jalan-jalan asyik, mudik...
> Bertemu handai taulan...
>
>
>
> Sekaranglah saatnya...
> Ceritakan ceria lebaranmu
>
>
>
>
> - Dari mulai mudik bareng keluarga
> - Mudik dengan kapal, pesawat, motor, dll
> - Perjuangan cari tiket mudik...
> - Silaturahim dari kota A, B hingga C, D
> - Mengisi lebaran dengan wisata kuliner, traveling
> - Jalan-jalan lebaran ke beberapa tempat wisata…
> - dan banyak lagi…
>
>
>
>
> Abadikan dalam sebuah foto, kisah...
> Nggak perlu soal mudik juga, kok...
> Nggak ada ukuran jauhnya perjalanan
> Nggak usah jauh-jauh, deh :D
> Karena apapun bentuk perjalanan itu...
> akan selalu memberi banyak pelajaran :)
>
> Siapkan cerita lebaranmu, rekam semua itu dalam sebuah tulisan
> Lengkapi dengan foto-foto*
> tuangkan kisah seru, indah, menyenangkan dan penuh hikmah...
> Dalam lomba [KELANA LEBARAN]
>
> *foto tidak mutlak, hanya pelengkap
>
>
>
> BATAS PENGIRIMAN NASKAH
> Naskah dapat dikirimkan mulai tanggal 17 Oktober sampai 17 November 2009
>
>
>
> HADIAH
> Juara 1  Â Ã‚  Uang Tunai Rp200.000,- + Produk sponsor
> Juara 2  Â Ã‚  Uang Tunai Rp150.000,- + Produk sponsor
> Juara 3  Â Ã‚  Uang Tunai Rp100.000,- + Produk Sponsor
>
>
> PERSYARATAN PESERTA
> 1. Â Ã‚  Peserta dari semua kalangan dan sudah terdaftar di milis
> sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
>
> 2. Â Ã‚  Isi naskah sesuai dengan tema “Travelling Lebaran”
>
> 3. Â Ã‚  Tulisan berjumlah 5-10 halaman, kertas A4, Font Times New
> Roman 12, Spasi 2. Bila ada foto, kirimkan dalam bentuk attachment dengan ukuran kb tidak lebih dari 500 kb.
>
> 4. Â Ã‚  Peserta boleh mengirimkan maksimal 2 (dua) naskah.
>
> 5. Â Ã‚ 
> Peserta lomba menyertakan identitas penulis: nama, alamat, email, dan
> nomor telp/hp yang dapat dihubungi. Naskah dikirimkan ke
> antologi.penerbitan@ gmail. com cc ke sekolah-kehidupan @ yahoogroups.
> com (hilangkan spasi)  dengan menuliskan label [KELANA LEBARAN] pada
> subjek email.
> Misalnya: [KELANA LEBARAN] Yogya, Aku Datang! atau [KELANA LEBARAN] Wisata Kuliner ke Bandung atau [KELANA LEBARAN] Jalan-Jalan ke Dufan, yuk, coy!.
>
> 6. Â Ã‚ 
> Naskah yang masuk menjadi hak panitia. Jika naskah diterbitkan, maka
> setiap penulis yang naskahnya masuk akan mendapatkan satu bukti terbit.
> Royalti dan honor yang didapatkan dari penerbitan buku tersebut menjadi
> hak milik Komunitas Sekolah-Kehidupan.com dan akan digunakan untuk
> mendanai kegiatan-kegiatan Komunitas Sekolah-Kehidupan.com.
>
> 7. Â Ã‚  Naskah yang didaftarkan tidak sedang diikutkan pada lomba lainnya.
>
>
>
>
> Info:
> Novi: novi_ningsih@ yahoo.com (hilangkan spasi), YM: novikhansa
> Sinta:  sinthionk @ gmail.com (hilangkan spasi), YM: sinthionk
>
>
>
>
> Sponsor:
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya
>
> Departemen Penerbitan dan kepustakaan Komunitas Sekolah Kehidupan
> http://sekolah-kehidupan.com/
> http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/
> http://sekolahkehidupan.multiply.com/
>
>
> Wassalamu̢۪alaykum Wr. Wb
>
>
>
>
> ***
>
> "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> (Syekh Muhammad Al Ghazali)
>
> ***
>
>
>
> novi_khansa'kreatif
> ~Graphic Design 4 Publishing~
> YM : novi_ningsih
> http://akunovi.multiply.com
> http://novikhansa.wordpress.com/
>

5c.

Re: [Kelana Lebaran] Ceritakan Kisah Serumu! :)

Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Fri Oct 23, 2009 9:23 pm (PDT)




Ditunggu ya tulisannya, uni dian :)

salam

Novi

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "dhian_2274" <dhian_2274@...> wrote:
>
>
> SALAM KENAL BUAT SEMUA...
>
> gabung nih. mau nyoba ikutan sharing.
> dan terutama mau nyoba ikutan lomba kelana lebaran..hehehe
>
> makasih buat novi yang udah invite...
>
>
> -uni dian-
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@> wrote:
> >
> > Assalamu̢۪alaykum Wr. Wb
> >
> >
> >
> > Lebaran oh lebaran...
> > Kenanganmu takkan terlupakan...
> > Jalan-jalan asyik, mudik...
> > Bertemu handai taulan...
> >
> >
> >
> > Sekaranglah saatnya...
> > Ceritakan ceria lebaranmu
> >
> >
> >
> >
> > - Dari mulai mudik bareng keluarga
> > - Mudik dengan kapal, pesawat, motor, dll
> > - Perjuangan cari tiket mudik...
> > - Silaturahim dari kota A, B hingga C, D
> > - Mengisi lebaran dengan wisata kuliner, traveling
> > - Jalan-jalan lebaran ke beberapa tempat wisata…
> > - dan banyak lagi…
> >
> >
> >
> >
> > Abadikan dalam sebuah foto, kisah...
> > Nggak perlu soal mudik juga, kok...
> > Nggak ada ukuran jauhnya perjalanan
> > Nggak usah jauh-jauh, deh :D
> > Karena apapun bentuk perjalanan itu...
> > akan selalu memberi banyak pelajaran :)
> >
> > Siapkan cerita lebaranmu, rekam semua itu dalam sebuah tulisan
> > Lengkapi dengan foto-foto*
> > tuangkan kisah seru, indah, menyenangkan dan penuh hikmah...
> > Dalam lomba [KELANA LEBARAN]
> >
> > *foto tidak mutlak, hanya pelengkap
> >
> >
> >
> > BATAS PENGIRIMAN NASKAH
> > Naskah dapat dikirimkan mulai tanggal 17 Oktober sampai 17 November 2009
> >
> >
> >
> > HADIAH
> > Juara 1  Â Ã‚  Uang Tunai Rp200.000,- + Produk sponsor
> > Juara 2  Â Ã‚  Uang Tunai Rp150.000,- + Produk sponsor
> > Juara 3  Â Ã‚  Uang Tunai Rp100.000,- + Produk Sponsor
> >
> >
> > PERSYARATAN PESERTA
> > 1. Â Ã‚  Peserta dari semua kalangan dan sudah terdaftar di milis
> > sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> >
> > 2. Â Ã‚  Isi naskah sesuai dengan tema “Travelling Lebaran”
> >
> > 3. Â Ã‚  Tulisan berjumlah 5-10 halaman, kertas A4, Font Times New
> > Roman 12, Spasi 2. Bila ada foto, kirimkan dalam bentuk attachment dengan ukuran kb tidak lebih dari 500 kb.
> >
> > 4. Â Ã‚  Peserta boleh mengirimkan maksimal 2 (dua) naskah.
> >
> > 5. Â Ã‚ 
> > Peserta lomba menyertakan identitas penulis: nama, alamat, email, dan
> > nomor telp/hp yang dapat dihubungi. Naskah dikirimkan ke
> > antologi.penerbitan@ gmail. com cc ke sekolah-kehidupan @ yahoogroups.
> > com (hilangkan spasi)  dengan menuliskan label [KELANA LEBARAN] pada
> > subjek email.
> > Misalnya: [KELANA LEBARAN] Yogya, Aku Datang! atau [KELANA LEBARAN] Wisata Kuliner ke Bandung atau [KELANA LEBARAN] Jalan-Jalan ke Dufan, yuk, coy!.
> >
> > 6. Â Ã‚ 
> > Naskah yang masuk menjadi hak panitia. Jika naskah diterbitkan, maka
> > setiap penulis yang naskahnya masuk akan mendapatkan satu bukti terbit.
> > Royalti dan honor yang didapatkan dari penerbitan buku tersebut menjadi
> > hak milik Komunitas Sekolah-Kehidupan.com dan akan digunakan untuk
> > mendanai kegiatan-kegiatan Komunitas Sekolah-Kehidupan.com.
> >
> > 7. Â Ã‚  Naskah yang didaftarkan tidak sedang diikutkan pada lomba lainnya.
> >
> >
> >
> >
> > Info:
> > Novi: novi_ningsih@ yahoo.com (hilangkan spasi), YM: novikhansa
> > Sinta:  sinthionk @ gmail.com (hilangkan spasi), YM: sinthionk
> >
> >
> >
> >
> > Sponsor:
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Novi Khansa - Ukhti Hazimah - Hamasah Putri - Listya
> >
> > Departemen Penerbitan dan kepustakaan Komunitas Sekolah Kehidupan
> > http://sekolah-kehidupan.com/
> > http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan/
> > http://sekolahkehidupan.multiply.com/
> >
> >
> > Wassalamu̢۪alaykum Wr. Wb
> >
> >
> >
> >
> > ***
> >
> > "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> > (Syekh Muhammad Al Ghazali)
> >
> > ***
> >
> >
> >
> > novi_khansa'kreatif
> > ~Graphic Design 4 Publishing~
> > YM : novi_ningsih
> > http://akunovi.multiply.com
> > http://novikhansa.wordpress.com/
> >
>

6a.

Re: [Catcil] Pertanyaan

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Fri Oct 23, 2009 1:51 pm (PDT)



hi..hi.. pertanyaan-pertanyaan yang memang selalu mendera :D
sejak dulu hingga sekarang dan sampai nanti.
maka sepakat denganmu mbak, bahagiakanlah diri sendiri karena bahagia adalah pilihan ..

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Sugeanti Madyoningrum <ugikmadyo@...> wrote:
>
> Sebuat tulisan indah yang dibuat oleh seorang teman. sayang dia belum jadi
> anggota milist ini. maka saya forwadkan saja :)
> ==========================================================================================
>
> Pertanyaan by Lutfiah alhabsy
>
>
> Hemmm.. pukul enam pagi!! yach, pagi yang menyenangkan…
>
> Sesaat ku mulai mengawali hari dengan membolak-balikkan majalah yang
> kebetulan baru ku beli sehari sebelumnya. Ditengah keasyikan nge'baca.. eh,
> ku dengar dering telpon berbunyi.. "sapa ya pagi2 gini dah telpon?" gumamku
> sembari mengangkat ganggang telepon dan terdengar suara yg cukup ku hafal
> diseberang sana.
>
> Yach, salah seorang teman akrabku saat duduk dibangku sekolah. Rupanya, dia
> tengah gundah n marah-marah pada salah satu temannya.. "Masa' lutfi, si A
> bilang ko' kamu ndak merried-merried, kan usia kamu ndak muda lagi.. kapan
> mau punya' anaknya.. kamu liat tmen2-mu udah pada punya' anak…?!!" dan
> serentetan cerita yang bikin panas telinganya…
>
> Eh, ndak mau kalah, sodara dia yang tahu permasalahan itu'pun ngebela'in
> temenku… "Eh, jangan dikira ya… meski belum merried, dia ndak ambil pusing,
> dia udah kerja, gaji'nya besar, mau beli apa aja' bisa… ndak kaya' kamu..
> wis merried tapi masi' numpang orang tua.. wisss gak maeeenn!!!"
> heemmmmmm...
>
> Kala itu, ku biarkan dia puas dengan bercerita terlebih dahulu. Aku-pun
> memakluminya, karna ku juga memahami kondisinya… bukankah kita sama2 belom
> merried?? Hehe… jadi sangat wajar jika hal semacam itu sedikit mengganggu
> pikiran…
>
> Setelah puas mengungkapkan kekesalannya, ku coba memberikan satu wacana baru
> agar dia bisa tegar kembali… ku katakan, satu hal yang selalu ku pegang
> sebagai penguat hatiku adalah bahwa Alloh, menciptakan makhluk-Nya tidak
> dengan sia-sia. Alloh Maha Mengetahui dan Maha Memahami hal yang terbaik
> bagi makhluk-Nya…
>
> Apalagi kita sbg makhluk ciptaan Alloh yang berwujud manusia, diberi
> kelengkapan akal pikiran, so.. mesti kita optimalkan kegunaannya. Tak lain
> untuk saling memberi manfaat bagi lingkungan disekitar kita. Taruhlah kita
> tak bisa berbuat banyak, minimal kita bisa berbuat yang jauh lebih berarti
> bagi keluarga kita, orang tua, sodara dan lingkungan sekitar.
>
> Selanjutnya, "Aku ingin hidup menurut cara pandang Alloh, bukan manusia"
> artinya apa?? Kalau kita hidup dengan cara pandang manusia, selagi kita
> hidup, percaya ato tidak, pertanyaan mereka tidak akan pernah ada
> habisnya…!!!
>
> Mau bukti??
> Coba kita mengingat, tatkala kita masih duduk dibangku SMA, orang akan
> bertanya… ntar kuliah dimana?? Maka bersikap bangga-lah seorang yg diterima
> diperguruan tinggi negri untuk menjawab pertanyaan itu…
>
> Selesai kuliah-pun ditanya' kembali… "Apa udah kerja?? Dimana?? Berapa
> gaji'nya ya..??" maka kembali, merasa amanlah yang ditanya jika dia udah
> gawe ditempat yang keren dengan gaji n fasilitas kantor yang memadai…. Apa
> cukup sampai disini pertanyaan mreka..??? Ternyata TIDAK!!
>
> Kembali ada yang nanya', "eh, kapan menikah?? Khan udah kerja?? Apa udah
> punya' calon ato belum??... sekali lagi kembali jadi happy jika yang ditanya
> kebetulan udah punya' pasangan, tapi, itu ndak cukup… ada yg nanya'
> kembali.. "lho calonnya cakep ndak ya?? kaya ato dari kluarga biasa?? Trus
> habis menikah mau tinggal dimana?? Ikut orang tua apa punya rumah
> sendiri..??
>
> Sekali lagi, pertanyaan itu masih sangat panjang!!
>
> "Apa mreka udah punya anak?? Berapa??... kembali akan ada jawaban yang
> menggembirakan hati jika yang ditanya udah memiliki buah hati. Tapi
> bagaimana jika yg ditanya belum memilikinya?? Yappp.. pasti mreka gundah
> gulana mikirin tuh pertanyaan… Trus, apa cukup sampai disini..?? Ternyata
> tidak!! Sekali lagi tidak!!
>
> Akan ada banyak pertanyaan dari orang-orang yang tidak memahami hakekat
> hidup sebenarnya… Bahwa ada kuasa Alloh, yang menentukan jalan hidup
> masing-masing hamba-Nya…. Meski kita selaku hamba-Nya, tetap diharuskan tuk
> berusaha dan berdo'a.. namun, tetap segala urusan adalah Alloh yang Maha
> Menggenggam-Nya…
>
> Jika boleh ku berkata, ku kasihan terhadap orang-orang yg seperti itu, dan
> cukuplah ku mendo'akan semoga Alloh memberi rahmat berupa petunjuk
> disebabkan ketidak-tahuan mereka… Lhoo, knapa ku bisa bicara demikian??
> Tentu ada alasannya… coba kita mulai perhatikan kembali…
>
> Jika direnungkan, pada dasarnya untuk apa kita hidup?? Untuk siapa kita
> hidup?? Pada akhirnya toh kita hidup sendiri.. seorang anak, jika ia
> beranjak dewasa, pun akan membina sbuah kluarga dengan pasangannya..
> sementara kita makin tua…
>
> Apa yang hendak kita miliki?? Mampu-kah kita terus menerus meminta anak
> untuk tetap berada disamping kita?? Mampukah kita untuk selalu menikmati
> harta yang kita punya?? Jawabannya tentu tidak!! Karna pada hakekatnya itu
> semua bukan milik kita. Jangan pernah lupa, kita hanya dititipi oleh Sang
> Maha Kaya yakni Alloh SWT.
>
> Bukankah Alloh sudah menyatakan dengan jelas bahwa "Harta dan anak hanyalah
> perhiasan dunia, dan amal perbuatan sholeh itu adalah lebih baik disisi
> Tuhan-mu." (Qs.Al Kahfi: 40).
>
> Syukur Alhamdulillah, ku bisa mulai belajar bahwa segala sesuatunya itu
> hanya milik Alloh, segala hal apa-pun yang ku dapat, tentu akan ku syukuri
> sbgai satu nikmat Alloh, tanpa harus menggenggam erat, karna pada hakekatnya
> itu semua bukanlah milik-ku…
>
> Sedikit ku hibur sobat yang tengah gundah diseberang sana..
> "Sudahlaaah… gak usah dipikirin serius.. ntar kamu-nya yang rugi sendiri,
> yang penting sekarang kamu harus nunjukkan pada mreka, meski kamu blom
> married, kamu tetep fight!! Jadi, mreka akan memandang bahwa kamu sosok yang
> punya' nilai plus…, kalo' kamu terpuruk maka mreka akan tertawa.. selagi
> kamu punya kesempatan, apresiasikan lewat karya yang bisa kamu lakukan, dan
> tentunya sebisa mungkin kamu berikan yang terbaik tuk org-org disekitar-mu,
> buat mereka kagum dan berpikir bahwa kamu bener2 sosok wanita yang luar
> biasa…!!! Okey!!"
>
> Yach, akhirnya ku dengar kembali suara diseberang sana yang tengah menyimak
> ku sedari tadi, seraya berucap "lutfi, makasih ya… aku udah agak tenang
> sekarang setelah ngobrol ama kamu…. Terus terang aku tadi udah emosi, abis
> kesssel dengerin dia ngomong se'enaknya sendiri… nanti aku kerumah-mu aja'
> ya… kita bisa bicara panjang lebar, so'ale aku mau berangkat kerja.."
> demikian sapa-nya mengakhiri perbincangan pagi itu. "oh iya, silahkan maen
> ke rumah, mesti'nya banyak yang mau ku cerita'in.. tapi, ntar aja' ya pas
> ktemuan.."ucapku sambil memberi tanda setuju buat kami tuk bertemu satu
> pekan ke depan…
>
> Sejenak ku letakkan ganggang telepon.. kembali ku termenung sambil menatap
> langit-langit kamarku… ku hela nafas cukup panjang… sembari tersenyum ku
> berucap dalam hati,
>
> "Wahai Alloh, Engkau ada disini pagi ini… Yang tengah menyaksikan kami..
> Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengetahui hal terbaik untuk hamba-Mu… jadikan
> kesabaran sebagai satu perisai dalam jiwa kami tuk lanjutkan perjalanan
> hidup ini, tidak mudah wahai Alloh… tapi aku yakin, Engkau telah
> mempersiapkan sesuatu yang indah yang akan kami miliki sebab kesabaran ini…
>
> Janji-Mu adalah benar wahai Alloh… hamba begitu kecil hingga tak kuasai
> makna dari segala bentuk pemberian-Mu… Ampuni kami wahai Alloh, jika apa
> yang telah Engkau anugerahkan pada kami belum semuanya dapat kami syukuri..
> Sungguh Engkau Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun…"
>

7.

(Catcil)  NASEHAT dibalik fenomena FACEBOOK (perhatian bagi kita)

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Fri Oct 23, 2009 6:25 pm (PDT)



Memforward *lagi* tulisan dari tetangga sebelah, kayaknya kok nohok banget, semoga bermanfaat ya?...
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan bahkan jutaan pembaca dalam berita-berita media massa...

Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi yang ditunggu-tunggu ...'siapa calon bapak si jabang bayi?'

Weleh-weleh, ,......mungkin kita bisa berkata; "ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi". Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

Wuiiih...... ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan bahkan jutaan orang saat ini sedang menikmati aktivitasnya [apapun] diketahui orang, dikomentarin orang bahkan [mohon maaf].. dilecehkan' orang. Dan lebih herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan,, .

Fenomena itu bernama FACEBOOK.
Setiap saat para facebooker meng-update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja, hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga atau rahasia menjadi kebanggaan di statusnya.
Mungkin beberapa contoh status facebook bisa diperhatikan dibawah ini:

Seorang wanita menuliskan "Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....?"--- ---kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan "mau ditemanin? Dijamin puas deh..."

Seorang wanita lainnya menuliskan " Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini...:" kemudian komen2 nakal bermunculan. ..

Ada yang menulis "Bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi....", ----kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya "Habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ?'----langsung berpuluh2 komen datang.

Ada yang hanya menuliskan, "lagi bokek, kagak punya duit..."

Ada juga yang nulis " mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih" .

.... dan ribuan status-status yang numpang beken dan pengin ada komen-komen dari lainnya yg tidak pantas dilakukan oleh seorang mukmin seperti kita.
Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Ada lagi yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitivitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja diupload dialbumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah-raga memakai kaos dan celana pendek.....padahal sebagian besar yg ada didalam foto tersebut saat ini sudah berjilbab.

Ada seorang wanita meng-upload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria....

Ada pula seorang pria meng-upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang; apa yang telah diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah SWT...., yaitu Muhammad Rasulullah SAW kepada umatnya, seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya. Ingatkah kita ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah r.ha
" Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?" maka Aisyah menjawab " wahai Rasulullah, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini". Rasulullah dengan senyum teduhnya berkata "baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini".
Jadi, tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah.

Ingatkah kita; Abdurrahman bin Auf r.a mengikuti Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya,
maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukkan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Malu itu sebagian dari iman". (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita, hegemoni `kesenangan semu' dan dibungkus dengan `persahabatan fatamorgana' ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang Malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga.

Rasulullah SAW menegaskan dengan sindiran keras kepada kita
"Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau." (HR. Bukhari).

Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu. mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan `kesenangan' , `gurauan' membuat kehormatan kita luntur tak berbekas.

Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas; entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya".
> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Kangen . .
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . .
etc....

Mari kita jaga martabat dan akhlaq kita sbg orang iman dg selalu menjaga segala sesuatu yg tdk pantas kita lakukan..
Semoga Alloh memberikan selalu pencerahan iman untuk kita smua, amien.
Alhamdulillahi jazaa kumullohu khoiron.
[by ishaq m ]

Yossiwahyo
Destinationheavenin donesia.blogspot .com

8.

(Cerpen Fenomenal 2 Jam Publish ulang, qe qeq eq) Pasar

Posted by: "yan_ku" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Fri Oct 23, 2009 6:43 pm (PDT)



(Cerpen Fenomenal 2 Jam Publish ulang, qe qeq eq) Pasar
    Kemanakah engkau ketika ingin mendapatkan barang kelontong yang murah?
Dengan catatan kau bergaya tradisional, maksudnya tradisional engkau sangat anti
dan menolak produk-produk modernisme yang bernama mall, hypermart, giant, hero,
dan konco konconya (he he he kayak KIB Jilid II yang sama dengan Kabiner PEr-Koncoan).
Weleh-weleh malah bicara Politik, "cut..cut, kembali ke benang merah) tuh kan lihat
dalang OKB si Parto dah bilang suruh fokus ke ceritanya. Qe qqe qqeqe balik lagi ya. Jadi
engkau dn otakmu hanya ada satu tujuan menuju pasar rakyat atau pasar tradisional.

    "Hari ini harus lewat rute utama, lewat depan Giant, Carefour, Hero", yayan memiliki
caranya sendiri untuk mengolok-ngolok pasar-pasar kapitalis tersebut. Sebab dirasakan
olehnya sejak beberapa tahun terakhir ini, tambah tambah ada carefour yang hanya berjarak
500 meter dari pasar. Bang Jaja penjual ayam selalu curhat padanya saban malam ronda.

"Yan, ane sebel-sebeldengan sangat" curhat Bang Jaja, sambil sarungnya dikebutkan keseluruh tubuhnya
Nyamuk ,memang menambah berdarah-darah dialog khusus siaran langsung di pos ronda bojong kopi,
di bilangan newcastle kopi.

"Sebel sama si Juju, janda muda yang selalu minta tambahin ceker sama pala saban beli Ayam
ya bang", sambar yayan nyerocos, sari puspa meluncur keseluruh tangan kaki leher dan muka minus kedua matanya
takut perih soalnya, he he he.

"BUsyet,
jauh amat loh yan larinya kesana, kalau Juju mah dah episode terakir,
ternyata dia melakukan itu karena minta di kawinin,
 "plak", aduh" sambil mengayunkan
tangannya ke-wajahnya yang diserang kawanan nyamuk terlatih, yang dikirim nyamuk berpangkat
komandan baret merah  khusus untuk menghadapi
manusia sekaliber Bang Jaja, Tukang jagal Ayam (ngeriiiii).

"Oh, kirain, baguslah daripada jadi fitnah, Jadi kenapa tadi sebelnya bang Jaja" korek yayan lebih jauh. Lulusan psikologi
Universitas Tukulnista ini,bergaya menjadi seorang psikolog seperti di film-film yang ditontonnya di TV swasta.
Wajahnya dikerutkan, tubuhnya dicondongkan ke depan agar terlihat serius. Dalam hatinya Yayan gak mau kehilangan kesempatan
pisang goreng keju terakhir di piring depan Bang Jaja.

"eiiiit, enak aja, gak satupun belum makan, elo dah mau embat yang terakhir" Bang Jaja secepat kilat
menjambret pisang keju nan lezat itu, soal-soal begini bang jaja jagonya,teruji dan ahlinya, lah wong saban hari
50 ekor ayam di tebas dalam waktu 5 menit, macan gak tuh.

"Ya, elah bang, tega banget ama mahasiswa kayak ane yang di kampus temennya cuma lontong sayur
pakai tempe tahu kalau makan siang..kasih napa kesempatan menikmati hidangan terlezat itu, oke..oke" MEmelas sambil
sedikit berargumen ilmiah, tepatnya mengemis, dan berhasil berpindah pisang keju itu dari bang Jaja ke tangannya.

"Cihuiiiii....PErbaikan Gizi euyyy, tararengkyu bang" wajah yayan berbinar seketika.

"Kembali ke laptop yan, omzet dagang ayam ane drastis turunnya yan, bayangin deh biasanya bisa beliin martabak atau
sekedar soto sukoharjo buat anak bini, sekarang boro-boro yan, buat belanja lagi aja nunggu muter uang 3 hari" nada
melemah diutarakannya semua beban di hati bang Jaja"

Malam makin dingin, kopi panas berubah hangat, bintang tak terlihat di langit jakarta yang penuh polusi. Jangkrik
malu-malu berbunyi jeda antara satu bunyi "krik" ke bunyi "krik"lainnya berjarak 60 detik, ini menandakan makin
langkanya Jangkrik di pusat ibukota.

"mahal ayamnya emnangnya bang, dan daya beli masyarakat rendah jadi bisa kayak gitu" Jawaban mahasiswa yang amat ilmiah
lagi-lagi biar dibilang anak kuliahan, padahal di kampus kerjanya nongkrong di depan pintu perpustakaan dan memperhatikan
yang bening-bening dengan kamuflase pakai kacamata hitam bergaya sakitmata.

"BIsa juga, yan. Tapi....." 

"ting ting ting ting, toktorotoktoktoktok, Sate.....PAdang....." dikejauhan abangtukang sate terdengar teriakannya, dengan
intensitas suara yang tedengar samapi ke pos ronda, abang tukang sate masih berjarak 500 meter yang berarti, niat banget
jualannya he he e he

Seketika, "Braaaaak......"

"Astaghfirullahaladzim....ada apa bang" ketakutan campur heran yayan memundurkan tubuhnya, jangan-jangan bang jaja
kesurupan ayam gunung yang gak segaja dipotong karena ada pesanan mendadak dan minta yang jenggernya hitam dan direquest
sama pembeli yang berjas dan bersedan mewah untuk tidak membaca basmalah ketika motong ayamnya, masalahnya uangnya gede
mau apalagi, iman yang dimiliki sekelas bang Jaja mah luluh juga akhirnya.

"Sialan tuh, Giant, Carefour di sebelah Pasar dah AC, Bagus gedungnya, bukanya 24 jam lagi," Matanya melotot, tangannya
siap menggenggam benda tumpul diangkatnya,

"Bang..bang..istighfar bang, jangan bang" cegah yayan

"Jleeep....." sebuah reginang garing dikunyahnya keras-keras, lagi dan lagi (kayak coki-coki)

"BIsmillah dulu bang kalau makan, kalau ada setan lewat bagaimana terus keselek, bisa lewat ente."Sambil menarik
nafas yayan berkata.

"Bengawan Solo...Riwayatmu Dulu..." LAgu bengawan solo mengalun menambah-nambah malam dingin menusuk menembus pakaian
menuju kulit yang akan segera merasakan dingin yang sangat.

"tiiin...tiiin.." Suara sepeda motor memberikan tanda klakson. di kampung itu ada peraturan manakala warga yang lewat
kalau jalan kaki harus ucapin salam, kalau motor klakson.

"BAng Jaja, Yan, lagi santai nih....?"Tanya dua pemuda gang sebelah

""iya, lagi ronda biasa jaga maling, mau kemana emangnya, igo?" yayan bertanya

"Ke carefour. yan, beli ay.....!@#$%^&", "Plak", berheti, gugup, salah tingkah, kiamat.

"Aduh....." tangan terbang menepuk pundak igo, ayat rupanya sadar ada bang Jaja.

"Beli apa,igo" tanya Bang Jaja sambil mengerutkan kening, seraya ingin siap beranjak. Perasaan bang Jaja sudah
gak enak, malam-malam ke carefour (sejak sebel sama produk kapitalis setiap disebut nama itu darahnya naik pitam).

"A..a..ayunan bang buat Nessa anak tetangga nangis mulu soalnya kalau gak tidur di ayunan, bapaknya minta
tolong kita yang beliiin.

"Ohhhh.." suara Bang Jaja mulai turun duduknya kembali terkenali

"Fiyuuuuuuh..." Igo dan Jaja serempak membuang nafas.

"UDah ya bang jalan dulu, ngantri soalnya Carefournya..." Izin igo pada Bang JAja dan YAyan.

"Sruup...tuh kan yan, lihat tuh anak muda sekarang...CArefour, Citos, PI, GIant, Bioaskop, mana ada
yang mikir ke Pasar beli ayam, malah beli ayunan sih igo.." curhat diteruskan.

"Tong...Tong...."suara tiang listrik yang dipukul keras-keras oleh Hansip Gito, dua kali menandakan sudah pukul 2 pagi.

Matahari
meninggi, seluruh manusia berhamburan mencari rahmat, rezki Allah.
Yayan baru terbangun, setelah ronda dan sholat subuh
ia tidur
menghilangkan rasa kantuknya. dikepalanya masih terngiang, Carefour +
Giant + Hero = Sebel + + Bang Jaja = Sebel kuadrat.
"Gue harus buat perhitungan sama si Care, Gia, Her biar kesebelan Bang JAja hilang sedikit demi sedikit.

Dipakainya jas lab praktek bahan kimia bangunan, lengkap dengan sarung tangan, kaca mata dan sepiring Bakwan goreng, dan teh
manis
hangat. PRofesor jenius tuh kalau mikir ya kayak yayan ini.ha ha ha
(penulis berhenti sejenak, "interupsi" mau ketawa dulu ya.

"Bruum....bruumm....siap nih sudah.....berangkaat....." di iringi lagu Ali Anak Jalanan....akhirnya....

-Bersambung-

* NB: Temen-temen pembaca kalau senang dengan cerpen ini
      kalau suka sama cerpen ini, kalau mau baca cerita selanjutnya,
      Mau gak...bantu penulisnya ya biar semangat, mudah kok caranya:
      LAngkahnya:
     
      1. BUka email, terus kirim email ke: yayan_unj@yahoo.com
      2. isi Subjek emailnya: Please terusin donk cerpennya...terusin ya (boleh di copas nih)
      3. di badan email tuliskan alasan kenapa minta diterusin cerpen ini.
         yang logis ya dan jayus alasannya.
      4. Penulis tunggu sampai 10 pembaca yang email, baru akan diterusin
     
      Terima kasih, Bravo Sepak Bola (loh kok sepak bola) he he he
     
      -http://ya2nya2n.multiply.com-
      -rawadas, 23 Oktober 2009: 08:18-

-------------------------------------
Yayan Supardjo

http://ya2nya2n.multiply.com
mobile: +628159518816
flexy: 021-33810886
voiprakyat: +62 188 1001 83595
email: yayan_unj@yahoo.com

Bagi yang ingin dapat harga pulsa SUPER MURAH klik saja:
www.tombolpulsa.com
http://tombolpulsa.multiply.com

Message: "If you continually give, you will continually have"

----------------------------------------------------------

Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
9.

( OOT ) DJUS (Digital Joint Update Session) 4

Posted by: "budingudiono" ngudiono@gmail.com   budingudiono

Fri Oct 23, 2009 6:56 pm (PDT)



Undangan Digital Joint Update Session (Digital JUS) Vol. 4
"Software Edukasi, Solusi Penuh Visi"

Rekan-rekan Kreatif Digital dan Insan Pendidikan,

Digital JUS (Digital Joint Update Session) volume 4 kembali hadir.
Digital
JUS kali ini spesial karena diselenggarakan bukan hanya oleh MIKTI
dan
Teknopreneur, tetapi juga bekerjasama dengan Creative Trees - the
first
"Portfolio Search" for creative talents in Indonesia
(www.creativetrees.com).

Digital JUS Volume 4 akan dilaksanakan pada:

Hari: Rabu, 28 Oktober 2009
Pukul: 18.30 s/d 20.30 WIB
Tempat: Creativetrees, Gedung Oktagon Lantai 2, Jl. Gunung Sahari Raya
No.
50 A, Jakarta

Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
penggunaan
software edukasi. Kesadaran dan kebutuhan ini memunculkan peluang
besar
bagi industri software edukasi.

Simak presentasi dan diskusi tentang Software Edukasi (peluang,
kondisi
pasar, strategi bisnis, dan inovasinya) bersama narasumber:

1. Hary S. Chandra (Founder Pesona Edu)
Software edukasi yang diproduksinya bukan hanya dijual di pasar
nasional
tetapi sudah menembus 23 negara lain. Saat ini, Hary juga aktif
sebagai
Ketua Paguyuban Pengembang Software Edukasi Indonesia (PPSEI) yang
terus-menerus mendorong penggunaan software edukasi lokal.

2. Agung Harsoyo (Founder Crayonpedia)
Sesuai namanya, Crayonpedia (Create Your Open Education Content
Ensiklopedia) didesain menjadi sarana wikipedia pendidikan nasional.
Semua
orang bisa berkontribusi mengembangkan konten pendidikan di sini.
Hasilnya, Crayonpedia memperoleh penghargaan Merit di INAICTA 2009
kategori Open Source Software.

Cari tahu bagaimana mereka mengembangkan bisnis dan produknya, juga
temukan kesempatan membangun kolaborasi bisnis dengan mereka dan
peserta
lainnya.

Tempat terbatas 50 orang (Free + Snack), silakan melakukan registrasi
online dengan mengirimkan data:

Nama lengkap :
Perusahaan/Instansi :
Telepon selular :
ke: info@forumtelematika.com.

atau via telepon ke: 021-7046 6903 (Sdr. Ian) / 021-7125 8089 (Sdri.
Faiza)

[Digital Joint Update Session merupakan sesi interaksi bulanan di mana
kita dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan peluang sesama pelaku
industri kreatif TIK]

10a.

Re: ..Belajar GOBLOG

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Fri Oct 23, 2009 7:01 pm (PDT)



enakan GOBLOG kayaknya, buktinya banyak yg dapet mampaatnya. Ada yg
dapet jodoh, ada yg dapet duit, ada yg dapet buku, ada yg dapet pusing,
ada yang dapeettt..... bohhhooong, hehehe. Seabreg deuh. Siapa coba yg
ngelarang kita ngeBLOG. Lha wong pak polisi nya juga kagak ada, so Go
BLOG. Tapi yaaa tetep 'The Man Behind the Gun' nya ituuuuu. TTDJ
DEDIDORES. See Youuuuuuuuuu

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "salman al muhandis"
<abdul_azis80@...> wrote:
>
> GOBLOG atau Bodoh neh?
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "ariefbudisetyawan"
ariefbudisetyawan@ wrote:
> >
> > Tulisan ini diambil dr buku BOB SADINO Belajar Goblog.
> > Berikut tulisan-tulisan beliau, semoga bermanfaat.
> >
> > 1. Terlalu Banyak Ide - Orang "pintar" biasanya banyak ide,
> > bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang
menjadi
> > kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide
> > dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya
> >

11a.

(KELANA LEBARAN) PERJALANAN KE TANAH GERSANG

Posted by: "riyaw" riyawati_md@yahoo.com   riyawati_md

Fri Oct 23, 2009 9:21 pm (PDT)



PERJALANAN KE TANAH GERSANG
"Tin…Tin…," suara klakson motor yang dikendarai adikku membelah keramaian jalanan. Disahuti suara klakson dari motor-motor lain yang menunggu tidak sabaran bus yang berhenti mendadak untuk menurunkan penumpang. Suasana mudik lebaran pada hari terakhir puasa benar-benar luar biasa. Jalanan dipadati banyak pemudik yang mengendarai sepeda motor seperti yang aku lakukan sekarang ini. Pemudik dengan mobil pribadi pun tak kalah banyaknya. Banyak mobil berseliweran dengan plat H atau B, plat kota Semarang dan Jakarta. Mudik benar-benar menyatukan semua saudara yang berserak.

Hanya saja ada satu pemandangan yang tak kumengerti di sela-sela mudik tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya tak kutemui atau mungkin aku yang kurang memperhatikan. Banyak pemudik antar kota berhenti di tepi jalan untuk makan dan minum. Sebuah pemandangan yang membuatku terenyuh. Puasa Ramadhan yang wajib hukumnya mereka tinggalkan karena kelelahan perjalanan di bawah teriknya sinar matahari yang menyengat. Hanya segitu sajakah arti puasa bagi mereka?

Adikku cowok yang mengendarai motor mencoba mencari celah agar motor bisa merangsak maju. Celah jalan yang ada di samping kiri bis yang berhenti di depan menjadi tempat adikku mengarahkan motornya. Motor kembali melaju kencang di bawah mentari yang mulai berjalan ke peraduannya, di antara gersangnya sawah di kiri dan kanan jalan.

Pk. 17.30 aku dan adikku sampai di rumah. Dua setengah jam waktu yang kami butuhkan untuk menempuh Semarang – Purwodadi. Tak terlalu lama jika dibandingkan dengan naik bis. Sepuluh menit kemudian Adzan Magrib mengalun pelan. Waktunya berbuka puasa. Hari ini hari ke tiga puluh, hari terakhir puasa sekaligus hari terakhir berbuka puasa. Aku bersyukur sekali masih bisa berbuka puasa bersama dengan keluarga meski hanya satu kali. Ya, sekarang ini. Saat yang tepat juga menyiram dahaga setelah setengah hari menerjang panasnya Semarang – Purwodadi.

Cerita di atas adalah cerita perjalananku ketika mudik lebaran lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku naik motor, dijemput adikku. Bukannya sok manja hingga minta dijemput segala. Tapi, barang-barang yang kubawa banyak sekali. Kalau naik bus, aku akan sangat kerepotan. Kalau naik travel, terasa sangat mahal. Kalau naik mobil, takkan pernah bisa karena belum punya. He… he… he… . Akhirnya, kuminta adikku untuk menjemputku. Naik apa lagi kalau bukan naik motor? Itu yang aku punya. Asyik coy!! Tak akan terjebak macet `kan? Hi … hi … hi … .

Sekarang beralih ke cerita lebaranku. Takkan ada cerita lebaran yang sama setiap tahunnya `kan? Begitu juga ceritaku. Tapi, setidaknya satu yang bisa kupastikan. Makan, tidur, nonton tv adalah kegiatan-kegiatan yang rutin kulakukan setiap aku liburan di kampung halaman tercinta alias aku di rumah saja tak pernah terpikirkan untuk pergi ke mana-mana kecuali ke rumah saudara, itu pun tanpa menginap.

Hari H, banyak tetangga, saudara, sanak dan keluarga datang berkunjung ke rumah. Aku, ibuku, dan adikku sibuk menyambut mereka. Tak banyak yang dibicarakan, hanya mengomentari tentang suasana lebaran yang rasanya semakin lama semakin sepi nian. Gak seperti dulu saat aku kecil beberapa waktu lalu (Beberapa waktu lalu? Salah kali, yang benar ya, dua puluh tahun lalu. Oh, my Gosh! Sudah lama ya masa kecilku lewat)
"Ya, coba kau kunjungi saudara kakekmu – kakekku sendiri sudah meninggal ketika aku kelas dua Sekolah Dasar pada tahun 1987 lalu – yang di desa Tambakreja," kata ibuku ketika suasana rumah sepi (Maklum nih, tamu sudah pulang. Tamu yang baru belum datang.)
"Nggak tau tempatnya, Mak," jawabku cepat. Sedari kecil aku memang memanggil ibuku dengan Emak.
"Ajak Lek Bandi," Ibuku melanjutkan sarannya. "Dia tahu tempat saudara kakekmu itu. Hitung-hitung merekatkan persaudaraan.
"Baiklah," aku menyetujui usul ibuku. "Win, kamu mau gak ke tempat Kakek di desa Tambakreja." Aku berjalan mendekati adikku laki-laki.
"Wah, ya pasti mau," adikku absolutely full (bukan I love you full lho) setuju dengan ide tersebut.

***
Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain dan biasanya digunakan kendaraan bermotor, masyarakat umum, serta yang pasti pembuatannya dibiayai oleh negara dan penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan. Jalan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ya, dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar dengan cepat, hasil ekonomi suatu tempat dapat dijual ke pasaran di luar wilayah itu ditambah lagi jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Hebat kan kegunaan jalan itu.

Sayangnya, kenyataan yang tersaji di depanku berbeda dengan fakta di atas. Memang sih, jalan yang kulalui dalam perjalanan ke tempat saudara kakekku bukan jalan raya yang menghubungkan antar kota. Jalan itu jalan kecil saja yang menghubungkan dua desa yang berbeda tapi masih berada di kecamatan yang sama. Ketika melewatinya, tubuh terasa mau terpelanting dari atas motor, mata harus awas melihat kiri dan kanan jalan agar ban tidak selip. Batu-batu yang mencuat membuat seluruh indera bekerja mengendalikan sepeda motor yang dikendarai. Benar-benar sebuah jalan yang sangat tidak layak jalan – mengacu pada kendaraan besar yang tidak layak jalan. Kikikik Belum lagi keadaan alam yang kulalui: kering kerontang dengan daun melayu berguguran di kiri, kanan jalan. Sungguh keadaan yang sangat mengenaskan.

Sedangkan hatiku, hatiku merutuk pemerintah yang tidak mempedulikan kondisi ini. Di level atas, mereka enak-enakan mendapat gaji dan menggunakan fasilitas dari uang negara yang notabene didapat dari pajak yang dibayarkannya rakyatnya. Tapi, mereka tak pernah mempedulikan kondisi rakyatnya – dalam fakta yang kuhadapi sekarang – tentang jalannya yang belum pernah disentuh tangan pembangunan. Jalan yang kulalui ini sungguh mengenaskan keadaannya. Berbatu dengan debu yang beterbangan pada musim kemarau, dan becek pada saat musim penghujan.

Segaris dengan jalan mengenaskan yang kulalui, begitu pula keadaan rakyatnya: sama-sama mengenaskan. Di sepanjang jalan yang kulalui berdiri rumah-rumah dengan dinding gedhek (anyaman yang terbuat dari bambu) dan beralaskan tanah. Rumah-rumah itu berdiri muram menanggung penghuninya. Memang sih tidak semua seperti itu, tapi itu adalah pemandangan rata-rata hampir semua rumah berbahan sama. Sebuah pemandangan yang tak pernah kubayangkan akan kutemui dan kulihat pada era semaju ini.

Aku menghela nafas panjang dengan otakku berpikir cepat tentang kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia. Di Semarang aku bekerja sebagai guru di sebuah sekolah swasta islam dengan SPP bulanan yang tidak bisa dikatakan murah. Kulihat anak-anak yang bersekolah di sini hidup berkecukupan dan kebanyakan malah berlebihan. Orang tua mereka rata-rata pejabat atau kalau tidak ya, pengusaha sukses. Beda dengan rakyat yang berada di pedesaan pelosok Purwodadi yang kukunjungi pada waktu itu.

Jarak yang tak seberapa jauh kutempuh dalam waktu sekitar setengah jam. Dengan keponakan yang membonceng di belakangku jantungan – hehehe dia benar-benar ketakutan akan penguasaanku mengendarai sepeda motor ditambah lagi dengan jalan yang tak layak jalan.

"Aku pulangnya mbonceng Mas Win wae," katanya menahan takut di belakangku.
"Nggak bisa, Dit!" jawabku cepat. "Mosok aku harus mboncengin Lek Bandi. Yang benar saja, Dit?"

Setelah itu, tak ada lagi protes yang kudengar. (Ya, iyalah masak dia mau protes sama pemilik motor hihihi…Bisa-bisa kusuruh jalan kaki nanti dia. Wkwkwk)

****
Rumah itu berukuran tiga kali lima meter. Alasnya tanah, dindingnya terbuat dari anyaman bambu terlihat bolong di sana sini. Di dalamnya hanya satu meja terbuat dari kayu jati asli tampak kotor sekali. Di atas meja ada kendi tempat orang-orang desa biasanya meletakkan air minumnya. Ada juga sebuah kursi panjang untuk para tamu yang berdatangan. Satu kamar terlihat dengan dinding dari anyaman bambu. Di belakang ada dapur dengan tungku yang terbuat dari tanah liat dengan kayu bakar menumpuk di sudut ruangan. Kamar mandi yang terpisah dari rumah dengan satu tempat air yang terbuat dari tanah liat tampak kosong-melompong tanpa air ada di dalamnya. Purwodadi memang daerah tandus nan gersang hingga selalu tak ada air setiap kemarau tiba.

"Mbahmu, ambil air di sungai, Nduk," terang laki-laki tua saudara kakekku ketika kami berada di rumahnya. Sebuah rumah yang tak layak disebut rumah menurutku. Hanya tempat tinggal untuk menunggu Yang Kuasa menjemput ajal kita.

Rasa syukur kupanjatkan dalam hati. Alhamdulilllah. Allah memberi kami Sungai Lusi yang mengalir melewati kabupaten ini hingga ke ibukotanya: Purwodadi.

"Sayangnya, Nduk," laki-laki tua itu – yang aku bahkan tak tahu namanya, hanya kupanggil Mbah saja – melanjutkan. "Pada musim kemarau ini Kali Lusi tak ada airnya, kering kerontang. Beda dengan saat musim penghujan yang airnya meluap kayak bah menenggelamkan tegalan di kiri kanannya."

Aku tak berkomentar. Aku tahu apa yang dimaksudkan laki-laki tua itu. Dulu waktu aku masih Sekolah Dasar walaupun pada musim kemarau, Kali Lusi masih mengalirkan banyak air. Warna hijaunya ketika pagi hari membuatku selalu senang untuk mandi di sini. Bahkan aku pernah hampir tenggelam karena sok berenang untuk menyeberangi kali ini. Pada musim kemarau tahun ini, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat air yang mengaliri sungai ini hampir tak ada sama sekali. Air yang dulunya selalu hijau setiap kemarau menghilang entah kemana. Ah, global warming ternyata telah berdampak juga pada Sungai Lusiku tercinta.

"Bagaimana kabar Ayah dan Ibumu, Nduk?" pembicaraan beralih ke masalah keluarga.
"Baik Mbah," sekarang adikku yang menjawab.

Mertua laki-laki itu datang menyajikan minuman. Delapan gelas air sirup lengkap dengan esnya.

"Diminum, Nak," laki-laki tua itu mempersilakan kami minum ketika minuman selesai disajikan di atas meja. "Kue-kuenya juga dicicipi, Nak."

"Inggih, Mbah," adikku lagi-lagi yang menjawab. Adikku mengambil satu gelas air sirup diikuti olehku, keponakan-keponakanku, dan pamanku, Lek Bandi. Air di gelas kami tak membutuhkan waktu lama untuk tandas.

Setelah itu, tak banyak hal yang kami bicarakan. Hanya masalah keluarga biasa ditambah dengan keadaan petani yang tak beruntung kemarau ini. Harga jual jagung murah hanya seribu lima ratus rupiah sampai seribu tujuh ratus rupiah setiap kilogramnya. Beda dengan harga jual jagung tahun kemarin yang mencapai dua ribu lima ratus rupiah per kilogramnya. Belum lagi harga pupuk yang gila-gilaan hingga petani selalu merugi tiap panenan.

Sebuah kisah usang yang biasa tersaji di Indonesia yang katanya negara agraris, dengan tanah luas sekali, dengan beribu-ribu pulau yang belum berpenghuni, yang kalau diolah dengan baik akan memperoleh hasil yang menggiurkan. Sayangya nasib para petaninya kurang diperhatikan oleh negara hingga mereka akhirnya meninggalkan desa untuk merantau ke kota atau untuk menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang dianggap menawarkan gaji yang lebih besar.

"Win," aku memanggil adikku. "saatnya untuk pulang."
Adikku mengangguk. "Mbah, kami pulang dulu."
"Kok, cepat-cepat," jawab laki-laki tua itu.
"Masih banyak saudara yang harus dikunjungi Mbah," aku mengulurkan tanganku. Laki-laki tua itu menyambutnya.

Berdelapan kami kembali ke rumah. Dengan jalan dan pemandangan yang sama dengan yang kami lalui tadi. Ditambah sebuah niatan untuk mengajak murid-muridku berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung yang kutemui hari ini. Matahari pukul satu siang mengiringi perjalanan kami kembali.


11b.

(KELANA LEBARAN) PERJALANAN KE TANAH GERSANG

Posted by: "riyaw" riyawati_md@yahoo.com   riyawati_md

Fri Oct 23, 2009 11:59 pm (PDT)



PERJALANAN KE TANAH GERSANG
"Tin…Tin…," suara klakson motor yang dikendarai adikku membelah keramaian jalanan. Disahuti suara klakson dari motor-motor lain yang menunggu tidak sabaran bus yang berhenti mendadak untuk menurunkan penumpang. Suasana mudik lebaran pada hari terakhir puasa benar-benar luar biasa. Jalanan dipadati banyak pemudik yang mengendarai sepeda motor seperti yang aku lakukan sekarang ini. Pemudik dengan mobil pribadi pun tak kalah banyaknya. Banyak mobil berseliweran dengan plat H atau B, plat kota Semarang dan Jakarta. Mudik benar-benar menyatukan semua saudara yang berserak.

Hanya saja ada satu pemandangan yang tak kumengerti di sela-sela mudik tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya tak kutemui atau mungkin aku yang kurang memperhatikan. Banyak pemudik antar kota berhenti di tepi jalan untuk makan dan minum. Sebuah pemandangan yang membuatku terenyuh. Puasa Ramadhan yang wajib hukumnya mereka tinggalkan karena kelelahan perjalanan di bawah teriknya sinar matahari yang menyengat. Hanya segitu sajakah arti puasa bagi mereka?

Adikku cowok yang mengendarai motor mencoba mencari celah agar motor bisa merangsak maju. Celah jalan yang ada di samping kiri bis yang berhenti di depan menjadi tempat adikku mengarahkan motornya. Motor kembali melaju kencang di bawah mentari yang mulai berjalan ke peraduannya, di antara gersangnya sawah di kiri dan kanan jalan.

Pk. 17.30 aku dan adikku sampai di rumah. Dua setengah jam waktu yang kami butuhkan untuk menempuh Semarang – Purwodadi. Tak terlalu lama jika dibandingkan dengan naik bis. Sepuluh menit kemudian Adzan Magrib mengalun pelan. Waktunya berbuka puasa. Hari ini hari ke tiga puluh, hari terakhir puasa sekaligus hari terakhir berbuka puasa. Aku bersyukur sekali masih bisa berbuka puasa bersama dengan keluarga meski hanya satu kali. Ya, sekarang ini. Saat yang tepat juga menyiram dahaga setelah setengah hari menerjang panasnya Semarang – Purwodadi.

Cerita di atas adalah cerita perjalananku ketika mudik lebaran lalu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku naik motor, dijemput adikku. Bukannya sok manja hingga minta dijemput segala. Tapi, barang-barang yang kubawa banyak sekali. Kalau naik bus, aku akan sangat kerepotan. Kalau naik travel, terasa sangat mahal. Kalau naik mobil, takkan pernah bisa karena belum punya. He… he… he… . Akhirnya, kuminta adikku untuk menjemputku. Naik apa lagi kalau bukan naik motor? Itu yang aku punya. Asyik coy!! Tak akan terjebak macet `kan? Hi … hi … hi … .

Sekarang beralih ke cerita lebaranku. Takkan ada cerita lebaran yang sama setiap tahunnya `kan? Begitu juga ceritaku. Tapi, setidaknya satu yang bisa kupastikan. Makan, tidur, nonton tv adalah kegiatan-kegiatan yang rutin kulakukan setiap aku liburan di kampung halaman tercinta alias aku di rumah saja tak pernah terpikirkan untuk pergi ke mana-mana kecuali ke rumah saudara, itu pun tanpa menginap.

Hari H, banyak tetangga, saudara, sanak dan keluarga datang berkunjung ke rumah. Aku, ibuku, dan adikku sibuk menyambut mereka. Tak banyak yang dibicarakan, hanya mengomentari tentang suasana lebaran yang rasanya semakin lama semakin sepi nian. Gak seperti dulu saat aku kecil beberapa waktu lalu (Beberapa waktu lalu? Salah kali, yang benar ya, dua puluh tahun lalu. Oh, my Gosh! Sudah lama ya masa kecilku lewat)
"Ya, coba kau kunjungi saudara kakekmu – kakekku sendiri sudah meninggal ketika aku kelas dua Sekolah Dasar pada tahun 1987 lalu – yang di desa Tambakreja," kata ibuku ketika suasana rumah sepi (Maklum nih, tamu sudah pulang. Tamu yang baru belum datang.)
"Nggak tau tempatnya, Mak," jawabku cepat. Sedari kecil aku memang memanggil ibuku dengan Emak.
"Ajak Lek Bandi," Ibuku melanjutkan sarannya. "Dia tahu tempat saudara kakekmu itu. Hitung-hitung merekatkan persaudaraan.
"Baiklah," aku menyetujui usul ibuku. "Win, kamu mau gak ke tempat Kakek di desa Tambakreja." Aku berjalan mendekati adikku laki-laki.
"Wah, ya pasti mau," adikku absolutely full (bukan I love you full lho) setuju dengan ide tersebut.

***
Jalan raya adalah jalan utama yang menghubungkan satu kawasan dengan kawasan lain dan biasanya digunakan kendaraan bermotor, masyarakat umum, serta yang pasti pembuatannya dibiayai oleh negara dan penggunaannya diatur oleh undang-undang pengangkutan. Jalan ini juga bermanfaat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ya, dengan adanya jalan raya, komoditi dapat mengalir ke pasar dengan cepat, hasil ekonomi suatu tempat dapat dijual ke pasaran di luar wilayah itu ditambah lagi jalan raya juga mengembangkan ekonomi lalu lintas di sepanjang lintasannya. Hebat kan kegunaan jalan itu.

Sayangnya, kenyataan yang tersaji di depanku berbeda dengan fakta di atas. Memang sih, jalan yang kulalui dalam perjalanan ke tempat saudara kakekku bukan jalan raya yang menghubungkan antar kota. Jalan itu jalan kecil saja yang menghubungkan dua desa yang berbeda tapi masih berada di kecamatan yang sama. Ketika melewatinya, tubuh terasa mau terpelanting dari atas motor, mata harus awas melihat kiri dan kanan jalan agar ban tidak selip. Batu-batu yang mencuat membuat seluruh indera bekerja mengendalikan sepeda motor yang dikendarai. Benar-benar sebuah jalan yang sangat tidak layak jalan – mengacu pada kendaraan besar yang tidak layak jalan. Kikikik Belum lagi keadaan alam yang kulalui: kering kerontang dengan daun melayu berguguran di kiri, kanan jalan. Sungguh keadaan yang sangat mengenaskan.

Sedangkan hatiku, hatiku merutuk pemerintah yang tidak mempedulikan kondisi ini. Di level atas, mereka enak-enakan mendapat gaji dan menggunakan fasilitas dari uang negara yang notabene didapat dari pajak yang dibayarkannya rakyatnya. Tapi, mereka tak pernah mempedulikan kondisi rakyatnya – dalam fakta yang kuhadapi sekarang – tentang jalannya yang belum pernah disentuh tangan pembangunan. Jalan yang kulalui ini sungguh mengenaskan keadaannya. Berbatu dengan debu yang beterbangan pada musim kemarau, dan becek pada saat musim penghujan.

Segaris dengan jalan mengenaskan yang kulalui, begitu pula keadaan rakyatnya: sama-sama mengenaskan. Di sepanjang jalan yang kulalui berdiri rumah-rumah dengan dinding gedhek (anyaman yang terbuat dari bambu) dan beralaskan tanah. Rumah-rumah itu berdiri muram menanggung penghuninya. Memang sih tidak semua seperti itu, tapi itu adalah pemandangan rata-rata hampir semua rumah berbahan sama. Sebuah pemandangan yang tak pernah kubayangkan akan kutemui dan kulihat pada era semaju ini.

Aku menghela nafas panjang dengan otakku berpikir cepat tentang kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia. Di Semarang aku bekerja sebagai guru di sebuah sekolah swasta islam dengan SPP bulanan yang tidak bisa dikatakan murah. Kulihat anak-anak yang bersekolah di sini hidup berkecukupan dan kebanyakan malah berlebihan. Orang tua mereka rata-rata pejabat atau kalau tidak ya, pengusaha sukses. Beda dengan rakyat yang berada di pedesaan pelosok Purwodadi yang kukunjungi pada waktu itu.

Jarak yang tak seberapa jauh kutempuh dalam waktu sekitar setengah jam. Dengan keponakan yang membonceng di belakangku jantungan – hehehe dia benar-benar ketakutan akan penguasaanku mengendarai sepeda motor ditambah lagi dengan jalan yang tak layak jalan.

"Aku pulangnya mbonceng Mas Win wae," katanya menahan takut di belakangku.
"Nggak bisa, Dit!" jawabku cepat. "Mosok aku harus mboncengin Lek Bandi. Yang benar saja, Dit?"

Setelah itu, tak ada lagi protes yang kudengar. (Ya, iyalah masak dia mau protes sama pemilik motor hihihi…Bisa-bisa kusuruh jalan kaki nanti dia. Wkwkwk)

****
Rumah itu berukuran tiga kali lima meter. Alasnya tanah, dindingnya terbuat dari anyaman bambu terlihat bolong di sana sini. Di dalamnya hanya satu meja terbuat dari kayu jati asli tampak kotor sekali. Di atas meja ada kendi tempat orang-orang desa biasanya meletakkan air minumnya. Ada juga sebuah kursi panjang untuk para tamu yang berdatangan. Satu kamar terlihat dengan dinding dari anyaman bambu. Di belakang ada dapur dengan tungku yang terbuat dari tanah liat dengan kayu bakar menumpuk di sudut ruangan. Kamar mandi yang terpisah dari rumah dengan satu tempat air yang terbuat dari tanah liat tampak kosong-melompong tanpa air ada di dalamnya. Purwodadi memang daerah tandus nan gersang hingga selalu tak ada air setiap kemarau tiba.

"Mbahmu, ambil air di sungai, Nduk," terang laki-laki tua saudara kakekku ketika kami berada di rumahnya. Sebuah rumah yang tak layak disebut rumah menurutku. Hanya tempat tinggal untuk menunggu Yang Kuasa menjemput ajal kita.

Rasa syukur kupanjatkan dalam hati. Alhamdulilllah. Allah memberi kami Sungai Lusi yang mengalir melewati kabupaten ini hingga ke ibukotanya: Purwodadi.

"Sayangnya, Nduk," laki-laki tua itu – yang aku bahkan tak tahu namanya, hanya kupanggil Mbah saja – melanjutkan. "Pada musim kemarau ini Kali Lusi tak ada airnya, kering kerontang. Beda dengan saat musim penghujan yang airnya meluap kayak bah menenggelamkan tegalan di kiri kanannya."

Aku tak berkomentar. Aku tahu apa yang dimaksudkan laki-laki tua itu. Dulu waktu aku masih Sekolah Dasar walaupun pada musim kemarau, Kali Lusi masih mengalirkan banyak air. Warna hijaunya ketika pagi hari membuatku selalu senang untuk mandi di sini. Bahkan aku pernah hampir tenggelam karena sok berenang untuk menyeberangi kali ini. Pada musim kemarau tahun ini, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat air yang mengaliri sungai ini hampir tak ada sama sekali. Air yang dulunya selalu hijau setiap kemarau menghilang entah kemana. Ah, global warming ternyata telah berdampak juga pada Sungai Lusiku tercinta.

"Bagaimana kabar Ayah dan Ibumu, Nduk?" pembicaraan beralih ke masalah keluarga.
"Baik Mbah," sekarang adikku yang menjawab.

Mertua laki-laki itu datang menyajikan minuman. Delapan gelas air sirup lengkap dengan esnya.

"Diminum, Nak," laki-laki tua itu mempersilakan kami minum ketika minuman selesai disajikan di atas meja. "Kue-kuenya juga dicicipi, Nak."

"Inggih, Mbah," adikku lagi-lagi yang menjawab. Adikku mengambil satu gelas air sirup diikuti olehku, keponakan-keponakanku, dan pamanku, Lek Bandi. Air di gelas kami tak membutuhkan waktu lama untuk tandas.

Setelah itu, tak banyak hal yang kami bicarakan. Hanya masalah keluarga biasa ditambah dengan keadaan petani yang tak beruntung kemarau ini. Harga jual jagung murah hanya seribu lima ratus rupiah sampai seribu tujuh ratus rupiah setiap kilogramnya. Beda dengan harga jual jagung tahun kemarin yang mencapai dua ribu lima ratus rupiah per kilogramnya. Belum lagi harga pupuk yang gila-gilaan hingga petani selalu merugi tiap panenan.

Sebuah kisah usang yang biasa tersaji di Indonesia yang katanya negara agraris, dengan tanah luas sekali, dengan beribu-ribu pulau yang belum berpenghuni, yang kalau diolah dengan baik akan memperoleh hasil yang menggiurkan. Sayangya nasib para petaninya kurang diperhatikan oleh negara hingga mereka akhirnya meninggalkan desa untuk merantau ke kota atau untuk menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang dianggap menawarkan gaji yang lebih besar.

"Win," aku memanggil adikku. "saatnya untuk pulang."
Adikku mengangguk. "Mbah, kami pulang dulu."
"Kok, cepat-cepat," jawab laki-laki tua itu.
"Masih banyak saudara yang harus dikunjungi Mbah," aku mengulurkan tanganku. Laki-laki tua itu menyambutnya.

Berdelapan kami kembali ke rumah. Dengan jalan dan pemandangan yang sama dengan yang kami lalui tadi. Ditambah sebuah niatan untuk mengajak murid-muridku berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung yang kutemui hari ini. Matahari pukul satu siang mengiringi perjalanan kami kembali.


Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Hollywood kids

in the spotlight

Their moms

share secrets

Yahoo! Groups

Dog Group

Connect and share with

dog owners like you

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: