ISLAM dan NASIONALISME
(Dari Risalah Da'watuna)
Oleh: Hasan Al-Banna
Nasionalisme (wathaniyah)
Kini banyak orang terpesona dengan seruan Nasionalisme atau paham
kebangsaan, khususnya di kalangan masyarakat negeri Timur.
Bangsa-bangsa Timur menganggap bahwa Barat telah melecehkan
keberadaan, merendahkan martabat, dan merampas kemerdekaan mereka.
Bukan hanya itu, Barat juga telah mengeksploitasi harta kekayaan
mereka dan menghisap darah putra-putra terbaiknya. Imperialisme dan
kolonialisme Barat yang memaksakan kehendaknya telah membuat jiwa
bangsa-bangsa Timur terluka. Itulah yang membuat mereka berusaha
membebaskan diri dari cengkraman Barat dengan segala daya, keuletan,
ketegaran, dan kekuatan yang dimilikinya dalam rentang perjuangan yang
demikian panjang. Dari sanalah kemudian para pemimpin, pemikir,
penulis, orator dan wartawan menyerukan gaung pembebasan atas nama
Nasionalisme dan kebangsaan. Tentu saja yang demikian itu baik dan
indah. Tapi menjadi tidak baik dan tidak indah, manakala Anda
mengatakan kepada mereka (bangsa Timur) —yang nota bene mayoritas
muslim— bahwa "Apa yang ada dalam Islam dalam hal ini jauh lebih mulia
dibanding apa yang sering digembar-gemborkan oleh orang-orang Barat,"
tiba-tiba saja mereka enggan dan bahkan semakin membabi buta dalam
berpegang pada fanatisme kebangsaannya. Mereka menganggap bahwa Islam
berada di satu sisi, sementara prinsip Nasionalisme yang mereka yakini
ada di sisi yang lain yang berseberangan antara keduanya. Sebagian
mereka bahkan menganggap bahwa seruan kepada Islam itu justru akan
memecah-belah persatuan bangsa dan melemahkan ikatan antar warganya.
Pemahaman yang salah ini tentu saja berbahaya bagi bangsa-bangsa Timur
ditinjau dari sisi mana pun. Itulah sebabnya saya ingin menjelaskan
sikap Ikhwanul Muslimin terhadap Nasionalisme. Suatu sikap yang telah
mereka ridhai bagi diri-diri mereka, dan mereka berusaha membuat orang
lain meridhainya sebagai sikap yang sama dengan mereka.
Nasionalisme Kerinduan
Jika yang dimaksud dengan Nasionalisme oleh para penyerunya adalah
cinta tanah air, keberpihakan padanya dan kerinduan yang terus
menggebu terhadapnya, maka hal itu sebenarnya sudah tertanam dalam
fitrah manusia. Lebih dari itu Islam juga menganjurkan yang demikian.
Sesungguhnya Bilal yang telah mengorbankan segalanya demi aqidahnya,
adalah juga Bilal yang suatu ketika di negeri Hijrah menyenandungkan
bait-bait puisi kerinduan yang tulus terhadap tanah asalnya, Mekah.
O, angan,
masihkah mungkin 'kan kulalui malam
pada lembah dan ada Akhir mengitariku, juga Jalil
Masihkah mungkin kutandan gemercik air Mijannah
Atau Syamah menampak bagiku, jugaThafii
Pernah suatu ketika Rasulullah saw. mendengarkan untaian sajak tentang
Mekah dari Ashil, dan tiba-tiba saja butir-butir air mata beliau
bercucuran di celah pipinya. Kerinduan kepada Mekah tampak jelas di
permukaan wajahnya. Kemudian beliau saw. berucap, "Wahai Ashil biarkan
hati ini tenteram. "
Nasionalisme Kebebasan dan Kehormatan
Jika yang mereka maksudkan dengan Nasionalisme adalah keharusan
berjuang membebaskan tanah air dari cengkeraman imperialisme,
menanamkan makna kehormatan dan kebebasan dalam jiwa putra-putra
bangsa, maka kami pun sepakat tentang itu. Islam telah menegaskan
perintah itu dengan setegas-tegasnya. Lihatlah firman Allah Taala,
"Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan
bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak
mengetahui." (AI-Munafiqun:8)
"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang
kafir untuk memusnahkan orang-orang beriman." (An-Nisa':141)
Nasionalisme Kemasyarakatan
Jika yang mereka maksudkan dengan Nasionalisme adalah memperkuat
ikatan kekeluargaan antara anggota masyarakat atau warga negara serta
menunjukkan kepada mereka cara-cara memanfaatkan ikatan itu untuk
mencapai kepentingan bersama, maka di sini pun kami sepakat dengan
mereka. Islam bahkan menganggap itu sebagai kewajiban. Lihatlah
bagaimana Rasulullah saw. bersabda,
"Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang saling bersaudara."
Lihat pula bagaimana Allah berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi
teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena)
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut
mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.
Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya." (Ali Imran:119)
Nasionalisme Pembebasan
Jika yang mereka maksudkan dengan Nasionalisme adalah membebaskan
negeri-negeri lain dan menguasai dunia, maka itu pun telah diwajibkan
oleh Islam. Islam bahkan mengarahkan para pasukan pembebas untuk
melakukan pembebasan yang paling berbekas. Renungilah firman Allah
Taala,
"Dan perangilah mereka itu, sehingga tak ada fitnah lagi dan
(sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah."
(Al-Baqarah:193)
Nasionalisme Kepartaian
Tapi jika yang mereka maksudkan dengan Nasionalisme itu adalah memilah
umat menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan dan berseteru
satu sama lain, mengikuti sistem-sistem nilai buatan manusia yang
diformulasi sedemikian rupa untuk memenuhi ambisi pribadi —sementara
musuh mengeksploitasi masyarakat untuk kepentingan mereka dan berusaha
untuk terus menyalakan api permusuhan sehingga umat berpecah-belah
dalam kebenaran dan hanya bisa bersatu dalam kebatilan, sampai umat
tidak bisa menikmati buah persatuan dan kerjasama, bahkan mereka hanya
ibarat menghancurkan rumah yang telah dibangunnya sendiri— maka itu
pasti Nasionalisme palsu yang tidak akan membawa secuil pun kebaikan,
baik bagi penyerunya maupun bagi masyarakat luas.
Sekarang Anda dapat melihat betapa kami berjalan seiring dengan para
tokoh penyeru Nasionalisme, bahkan dengan kalangan radikal di antara
mereka. Kami sepakat dengan mereka terhadap Nasionalisme dalam semua
maknanya yang baik dan dapat mendatangkan manfaat bagi manusia dan
tanah airnya. Sekarang Anda juga telah melihat, betapa paham
Nasionalisme dengan slogan dan yel-yel panjangnya, tidak lebih dari
kenyataan bahwa ia merupakan bagian sangat kecil dari keseluruhan
ajaran Islam yang agung.
Batasan Nasionalisme Kami
Yang membedakan kami dengan mereka adalah bahwa batasan Nasionalisme
bagi kami ditentukan oleh aqidah, sementara pada mereka batasan paham
itu ditentukan oleh teritorial wilayah negara dan batas-batas
geografis. Bagi kami, setiap jengkal tanah di bumi ini, di mana di
atasnya ada seorang muslim yang mengucapkan 'Laa Ilaaha Illallah',
maka itulah tanah air kami. Kami wajib menghormati kemuliaannya dan
siap berjuang dengan tulus demi kebaikannya. Semua Muslim —dalam
wilayah geografi yang mana pun— adalah saudara dan keluarga kami. Kami
turut merasakan apa yang mereka rasakan dan memikirkan
kepentingan-kepentingan mereka.
Sebaliknya, bagi kaum nasionalis (fanatik), semua orang yang ada di
luar batas tanah tumpah darahnya sama sekali tidak dipedulikan. Mereka
hanya mengurus semua kepentingan yang terkait langsung dengan apa yang
ada di dalam batas wilayahnya. Secara aplikatif perbedaan akan tampak
lebih jelas ketika sebuah bangsa hendak memperkuat dirinya dengan cara
yang merugikan bangsa lain. Kami sama sekali tidak membenarkan itu
untuk diterapkan di atas sejengkal pun dari tanah air Islam. Kami
menginginkan kekuatan dan kemaslahatan untuk semua bangsa-bangsa
Muslim. Sementara kaum Nasionalis menganggap yang demikian itu
(fanatisme kebangsaan) sebagai suatu kewajaran. Paham demikian inilah
yang kemudian membuat ikatan di antara kita menjadi renggang dan
kekuatannya pun melemah hingga musuh mendapatkan kesempatan emas untuk
menghancurkan kita melalui tangan saudara kita sendiri.
Tujuan Nasionalisme Kami
Berikutnya, kaum Nasionalis hanya berpikir untuk membebaskan
negerinya. Dan bila kemudian mereka membangun negeri mereka, mereka
hanya memperhatikan aspek-aspek fisik seperti yang kini terjadi di
daratan Eropa. Sebaliknya, kami percaya bahwa di leher setiap Muslim
tergantung amanah besar untuk mengorbankan seluruh jiwa dan raga serta
hartanya demi membimbing manusia menuju cahaya Islam. Setiap Muslim
harus mengangkat bendera Islam setinggi-tingginya di setiap belahan
bumi; bukan untuk mendapatkan harta, popularitas dan kekuasaan atau
menjajah bangsa lain, tapi semata-mata untuk memperoleh ridha Allah
dan memakmurkan dunia dengan bimbingan agamanya. Itulah yang mendorong
kaum Salaf yang saleh —semoga Allah meridhai mereka semua— untuk
melakukan pembebasan-pembebasan suci yang telah mencengangkan dunia
dan mempesonakan sejarah; dengan kecepatan gerak, keadilan, dan
keluhuran akhlaqnya.
http://www.al-ikhwan.net/risalah-dakwah-ikhwan-2008/
------------------------------------
===================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar