Kamis, 08 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2839

Messages In This Digest (15 Messages)

Messages

1a.

[Catcil] Karena Selimut Khilaf Tak Pernah Lepas

Posted by: "ukhti hazimah" ukhtihazimah@yahoo.com   ukhtihazimah

Wed Oct 7, 2009 7:52 am (PDT)



Sebenarnya ini tulisanku untuk salah satu sahabat di blogspot, tapi tak ada salahnya kalau di-share di sini. Semoga memberi manfaat.
--------------

Kegiatan blogwalking-ku, akhir-akhir ini memang terbatas, akibat adanya kerja tambahan yang cukup menguras waktu. Kunjungan pun dilakukan kepada blog yang terlihat mata, biasanya blog yang berada pada posisi teratas di box "koran langganan", tanpa memandang siapa si pemilik. Dan kebiasaan ini telah berlangsung hampir sebulanan.
 
Sampai pada malam ini, saya dikejutkan sebuah sapaan dari Sang Pelopor Book Club, Mbak Ana. "Kita tak pernah tahu, isi hati seseorang, kita hanya mampu menebaknya. Dan terkadang, terliput tanya. Kenapa yah, dia gak pernah ke rumah saya? Mungkin di rumah saya penuh onak dan ranjau. Maaf ye, kalau ada salah2 kate.."

Astaghfirullah...

***

Makhluk sosial adalah 'jabatan' yang normal menempel pada diri setiap manusia. Kebutuhan akan manusia lain, dan alam, tak akan mungkin dapat disangkal. Baik kebutuhan ruhani atau jasmani.

Salah satu contoh kasus....

Target, seringkali menjadi sasaran tuju untuk mewujudkan sebuah impian atau niat. Dengan adanya target, membuat arah pandang manusia menjadi lebih lurus dan terfokus. Namun, setiap proses pencapaian target kerap tak semulus bayangan awal. Kehadiran aral tak mungkin terelakkan. Laksana besi yang harus ditempa berulang kali demi mendapatkan keris nan indah,  aral adalah alat tempa bagi manusia dalam berproses untuk akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Tetapi saat tempaan tak sukses mengantarkan manusia ke 'puncak', maka proses pun dapat berujung pada keterpurukan. Saat itulah manusia lain, saudara atau sahabat, dibutuhkan untuk memberikan dorongan semangat, salah satunya dengan membantu mengingatkan esensi dari sebuah proses.

Manusia memiliki daya ingat yang terbatas, karena selimut khilaf yang memang tak pernah lepas, sehingga menerbitkan kesadaran betapa pentingnya untuk diingatkan, terutama pada kebaikan. Saling mengingatkan sangat membantu manusia, dan orang di sekelilingnya, untuk tetap melangkahkan kaki di jalan ridho-Nya, bahkan dapat menjelma menjadi penguat  lewat serangkaian kata, "aku tidak-sendiri".

Dalam lingkup yang lebih luas, kegiatan diingatkan tidak hanya tersampaikan oleh sosok insan, karena, jika manusia menyempatkan diri bertafakur, sebenarnya alam sering "berbicara" kepada mereka. Tinggal bagaimana manusia, dengan rendah hati, menyediakan diri untuk diingatkan sang semesta.

Note:
Sungguh kekhilafan tak pernah luput dalam kehidupan saya. Dan sangat bersyukur ketika ada yang masih bersedia mengingatkan dan menyambung tali silaturahmi, yang mungkin bisa terputus karena keteledoran saya. Jazakillah khoir.

:sinta:

"Keindahan selalu hadir saat manusia berpikir positif"

BloG aKu & buKu
http://jendelakumenatapdunia.blogspot.com

BloG RaMe-RaMe
http://sinthionk.multiply.com
http://berceritapadadunia.blogspot.com

YM : SINTHIONK

1b.

Re: [Catcil] Karena Selimut Khilaf Tak Pernah Lepas

Posted by: "Sugeanti Madyoningrum" ugikmadyo@gmail.com   sinkzuee

Wed Oct 7, 2009 7:00 pm (PDT)



Hmm.... khilaf ya...

Khilaf selalu ada.
Tapi juga tergantung bagaimana orang merespon khilaf kita.
Ada yang menganggap bahwa setiap orang sebenarnya tidak pernah khilaf
Karena khilaf itu parameternya gak jelas. Parameternya yg bikin manusia
dengan dasar dan landasan yg beda-beda juga.
Selain itu, setiap orang pasti punya alasan tersendiri ketika dia melakukan
suatu 'perbuatan'
Tidak adil rasanya kalau kita memberikan label khilaf begitu saja.
Kalau ada suatu perbuatan yg menurut Sinta termasuk kategori khilaf
Aku mungkin nganggap perbuatan itu biasa saja, bukan termasuk kategori
khilaf

Tapi.. aku salut pada setiap orang
Yang meminta maaf dengan tulus meski dia merasa kalau tidak khilaf
Tapi mendapatkan label khilaf dari orang lain

Pyuh... apaan sih... komentar mbulet gini pagi2
Terima kasih ya Sin
Tulisan Sinta keren-keren...Penuh perenungan yang mendalam

Ugik @Surabaya

http://ugik.multiply.com

http://ruanghijau.blogspot.com

2009/10/7 ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com>

>
>
> Sebenarnya ini tulisanku untuk salah satu sahabat di blogspot, tapi tak ada
> salahnya kalau di-share di sini. Semoga memberi manfaat.
> --------------
>
> Kegiatan blogwalking-ku, akhir-akhir ini memang terbatas, akibat adanya
> kerja tambahan yang cukup menguras waktu. Kunjungan pun dilakukan kepada
> blog yang terlihat mata, biasanya blog yang berada pada posisi teratas di
> box "koran langganan", tanpa memandang siapa si pemilik. Dan kebiasaan ini
> telah berlangsung hampir sebulanan.
>
>
1c.

Re: [Catcil] Karena Selimut Khilaf Tak Pernah Lepas

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Wed Oct 7, 2009 8:41 pm (PDT)



tulisan Sinta sering mengharu biru ya? apakah Sinta sedang jatuh cinta?... hehehe piss Sista.. kangen euy ama ente!
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: ukhti hazimah <ukhtihazimah@yahoo.com>
To: milis SK <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>
Sent: Wed, October 7, 2009 9:52:00 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Karena Selimut Khilaf Tak Pernah Lepas

Sebenarnya ini tulisanku untuk salah satu sahabat di blogspot, tapi tak ada salahnya kalau di-share di sini. Semoga memberi manfaat.
------------ --
.

2.

(no subject)

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 1:45 pm (PDT)





Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

3.

(no subject)

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 1:46 pm (PDT)





Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

4.

(Catcil) Pelangi Silaturahmi 1;Di Pati

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 2:04 pm (PDT)





Sebenarnya,
ingin kutumpahkan jejak silaturahmi kami ini dalam kata-kata sejak detik
pertama meninggalkan Jakarta. Tapi, baru sekarang kesempatan itu terbuka. Itupun
rupanya sebagai pengalih perhatian semata dari kekeliruan fatal atas janji pada
dua orang dalam waktu yang nyaris bersamaan. Sesuatu yang mustahil kulakukan,
karena aku bukanlah superman atau gatotkaca yang mampu terbang membelah angkasa.
Namun tak ada kata terlambat untuk memulai, maka, di sinilah jejak silaturahmi
itu kuawali.

 

Ahad,
13
September 2009, 05.15

Zacky dan silaturahmi

 

Usai
sholat subuh, kami memasukkan apa-apa yang belum sempat dirapikan semalam ke
dalam mobil. Beberapa boneka dan bantal Ais serta dua selimut akrilik yang
lembut teman minum susunya jelas tak ketinggalan. Setelah meninggalkan
pesan-pesan pada si Mbak dan suaminya-yang mudik tahun lalu menyopiri
kami-dengan senang hati kami memasuki Zacky. Zaffira Blacky, demikian
kepanjangan dari Zacky mobil kesayangan suami itu sempat membuat rencana mudik
kami terancam diundur lantaran radiatornya bocor, justru setelah pulang check
up dari bengkel. Alhamdulillah, dengan trik dari `dokter langganannya´ via
telpon  masalah bisa diatasi. Maka
meluncurlah kami dengan getaran doa membelah pagi yang damai. Matahari masih ramah
ketika menyapa kami di tol menuju Cikampek. `Lampu´, demikian ujar Yasmin dalam
bahasa batitanya ketika kutunjukkan bola api mega raksasa yang tampak bundar
sempurna berwarna jingga di depan sana.

 

Keluar
dari tol, keramaian pagi mulai mewarnai. Karena H-7, arus mudik masih lancar.
Subang, Indramayu kami lalui hingga masuk tol Palimanan- Kanci. Di sepanjang
jalan, beberapa pemudik bermotor dengan anak istri dan barang bawaan kami
lewati atau menyalip kami. Sekitar jam 9 
kami putuskan rehat sejenak di rest area. Ais yang sedari tadi bergelung
di kursi tengah kami bangunkan untuk sarapan mie dengan sosis dan spicy wings
yang sengaja kusiapkan. Yasmin dengan riang berjalan-jalan melemaskan kaki,
mengejar burung-burung yang genit menyapa di tanah, di atap mushola, juga di
dahan-dahan prohon kresen yang berbuah sepanjang masa.

 

Sekitar
setengah jam kemudian kami melanjutkan perjalanan. Meninggalkan kota Udang, Cirebon, kami disambut hangat oleh Brebes, Tegal, Pemalang,
Pekalongan. Sementara Ais kembali bergelung di dalam selimut merahnya, Yasmin
sempat muntah sehingga kami harus berganti pakaian di sebuah mushola pinggir
jalan. The rest, alhamdulillah lancar
hingga melewati, Batang, alas Roban, Weleri, Kendal, Semarang, Demak, lalu Kudus. Sempat terbesit niat untuk
rehat sholat jama´ dhuhur-ashar di Semarang sekaligus mengisi perut yang memang
diniatkan tidak puasa--memanfaatkan fasilitas sebagai musafir ceritanya. Tapi
demi Pati yang sudah membayang di depan mata, kami putuskan untuk meneruskan
saja. Alhamdulillah, jam lima
sore gerbang Pati Bumi Mina Tani berhasil kami lalui dan keluarga yang kami
rindui kami jumpai.

 

Mengisi
hari-hari terakhir Ramadhan di Kaborongan, tak banyak hal bisa kulakukan.
Rencanaku mengunjungi sentra batik di Juana tak kesampaian. Yasmin tak bisa lepas
dariku, selain juga karena tak ada kerabat yang bisa kutitipi. Yang bisa kami
lakukan adalah silaturahmi ke beberapa saudara, dan bekas tetangga di perumahan
Rendole-tempat aku sempat tinggal selama 5 bulan selepas keluar kerja dari Surabaya. Yang tak ketinggalan adalah menikmati malam di
alun-alun Pati selepas tarawih.

 

Yasmin
yang baru sekali ini kubawa ke keramaian seperti pasar malam tampak excited. Menikmati lampu-lampu yang
berkedap-kedip, mainan berupa baling-baling lontar berlampu yang dijual dan
dimainkan oleh beberapa anak, balon-balon berbentuk karakter kartun semisal
spongebob, mickey mouse dan hewan-hewan seperti ikan yang menari kesana kemari
ditiup angin, juga semburan gelembung busa oleh kakak-kakaknya. Tak
ketinggalan, petasan. Awalnya dia yang asyik berlari kesana kemari sempat kaget
dan merepet ke kakiku, tapi setelah kugendong dan kutunjukkan asal suara `duar´
tadi dia tak takut dan kaget lagi. Apalagi ketika menyaksikan parade warna-warni
yang mengiringi suara itu di gelap langit malam.

 

19 September 2009, 19.00

Tak
ada kemeriahan tanpa klimaks dan anti klimaksnya. Semisal cerpen, cerita
Ramadhan berklimaks saat malam takbiran. Pengumuman di televise memastikan Ramadhan
berakhir hari itu. Besok waktunya 1 Syawal, saat merayakan hasil ibadah selama
sebulan. Sayang, Yasmin yang terlalu bersemangat bertemu keluarga besarnya
hingga tak mau makan dan tidur siang mencapai titik lelahnya malam itu. Dia
tidur lebih awal padahal rencananya kuajak ke alun-alun melihat takbiran dan
petasan, atau sekedar menunggu kakaknya lewat takbiran bersama anak-anak masjid
lainnya di depan rumah.

 

20 September 2009, 02.30

Sholat Ied Kubatalkan

 

Meski
tak lagi sahur, aku tetap bangun pagi. Pakaian bersih menunggu disetrika, yang
kotor menanti dicuci. Rencananya siang ini kami melanjutkan mudik ke Jawa
Timur. Maka sebelum subuh semua harus sudah siap agar selesai sholat Ied tak
ada agenda lain selain santai berkumpul dengan keluarga besar.

 

Sekitar jam 06.00 WIB

Kami
berderap menuju masjid Baiturrahim. Dulu, dia adalah mushola kecil tempat aku
sempat belajar `alif fatkah a alif dhomah u´. Sekitar 10 tahun lalu dia dipugar
hingga menjadi lebih luas dan bersih. Seperti biasanya dia menampung jamaah di
sekitar dusun Kaborongan gang IV, gang V, juga sebagian Randukuning yang masih
berada dalam satu wilayah desa.

 

Kekhawatiranku
sholat membawa Yasmin yang tak mau diam menjadi kenyataan. Setahun lalu dia
masih anteng diajak sholat tarawih dan Ied. Tahun ini berbeda sama sekali.
Rakaat pertama masih sempat dia kugendong. Tapi begitu hendak rukuk dia mulai
rewel minta turun. Maka kuturunkan saja. Hasilnya, segeralah dia meluncur ke
mana-mana. Kaki kecilnya itu menyibak jamaah sholat Ied. Asli, jangankan
khusyuk, konsentrasi saja aku tak bisa. Tak sekedar mengajak cilukba kakaknya
di shaf samping depanku, si kecil 1 tahun 4 bulan itu juga cilukba dan
menarik-narik mukena jamaah lainnya. Kadang dalam perjalanan eksplorasinya dia
tak terlihat, tertelan barisan jamaah yang berdiri rapi.

 

Tak
hanya itu, dia mengeksplorasi lebih jauh lagi dari tempat kami berdiri. Mbak
Eri, kakakku yang memiliki bayi 10 bulan memutuskan menghentikan shalatnya di
rakaat kedua begitu Hafiz yang suka merangkak itu hendak menyusul Yasmin. Aku
akhirnya memutuskan mengikuti jejaknya demi melirik ke Yasmin yang berjarak
sekitar 7 meter dari tempatku berdiri asyik menyeruput air mineral gelas milik
seseorang. Entah milik siapa itu, rupanya ditemukannya saat dia kehausan dalam
perjalanan eksplorasinya.

 

Mbakku
tertawa melihat ulah Yasmin sembari memangku dan menyusui Hafiz yang rupanya
juga kehausan. Kuraih dia, kubawa ke pelukan lalu kukeluarkan semua bekal
termasuk cemilan dan minuman agar mau duduk diam. Sebentar kemudian sholat
berakhir tanpa kami berdua benar-benar menunaikannya. Resiko sekaligus nikmatnya
bawa bayi dan batita yang tak mau diam ya seperti itu.

 

Pulang,
seperti biasa, kegiatan wajibnya bermaafan. Mencari jalan memutar kami bertemu
dengan tetangga-tetangga lainnya. Bersalaman, bertemu dengan wajah-wajah lama
yang mulai tampak tergerus usia.

 

Sampai
di rumah, sungkem dulu sama Bua Pae sebelum anjang ke tetangga. Sarapan wajib berupa
lontong dengan lauk bebek bumbu kecap pedes atau opor ayam-keduanya hasil
ternak sendiri--,plus terancam kacang panjang dan sambal goreng ampela ati
kentang jelas sangat menggiurkan. Hmm, yummy asli. Tak perlu gaya Bondan Winarno atau Farah Quinn untuk mengekspresikan kelezatan luar dalamnya.

 

Selesai
sarapan-yang sunahnya sebelum berangkat solat Ied tadi-kami keliling ke
tetangga. Yang paling semangat tentu anak-anak kecil. Dari hasil visit itu mereka dapat wisit! Semacam angpao gitu. Ais dan
sepupunya bertambah excited karena
wisit dariku kumasukkan dalam kantong dari kain flannel.
Sengaja kujahit sendiri dan kufasilitasi agar mereka tak repot saat mendapat
tambahan uang dari hasil visit ke
tetangga dan kerabat lainnya. Hehe..

 

Satu
persatu, saudara kandungku lainnya yang tersebar di Pati datang bersama
pasangan dan anak-anaknya. Lebaran tahun ini menjadi istimewa karena adik
laki-lakiku yang biasanya pulang ke rumah mertuanya di Malang memutuskan kesananya nanti siang saja bareng kami.
Maka riuh rendahlah rumah yang membesarkan kami itu dengan tawa dan celoteh
riang.

 

Hatiku
bertambah bungah ketika kaos bertulis nama dari
flannel dengan jahit aplikasi yang kubut khusus buat keponakan-keponakan
itu dipakai. Sementara yang kecil berlari-larian saling menggoda dan yang besar
duduk mengobrol, anak-anak yang sedang semisal Ais dan sepupu lainnya asyik
menghitung berkah silaturahmi hari istimewa itu di kamar. J

 

Jam
sepuluh lebih, acara maaf-maafan di rumah kami sudahi. Masing-masing kembali ke
rumahnya sendiri atau meneruskan acara kemana, sementara kami bersiap ke Surabaya.

 

Bakda
adzan dhuhur, Zacky kembali membawa kami ke titik mudik kedua, Driyorejo,
Gresik, dekat perbatasan Surabaya,
Lakarsantri. Pati, Juana, Kaliori dilewati, Rembang membayang. Setelahnya
Lasem, menyisir pantai, kami sampai ke Tuban. Jalan sudah banyak yang
diperbaiki dan diperlebar, tak seperti tahun kemarin yang masih menyisakan
kerusakan akibat banjir di beberapa titik. Setelah Tuban, Babat, lalu Lamongan.
Bekas hujan menyisakan jalanan licin terutama di perlintasan kereta. Untungnya
Pak polisi banyak membantu mengatur pengendara motor yang meramaikan jalan.

 

Lepas
dari Lamongan Zacky diarahkan suami masuk ke tol Bunder Gresik, lalu keluar di
exit Pasar Turi. Menyisir Surabaya yang lengang akhinya kami putuskan mengisi
perut di salah satu rumah makan dekat Gelora Pancasila.

 

Masuk
kembali ke tol via jalan Mayjend Sungkono kami keluar di exit Waru. Menyisir
Medaeng kami sampai ke terminal Bungurasih. Setelah menurunkan Antok dengan
istri dan anaknya, Dzaky yang hendak meneruskan perjalanan ke Malang kami kembali masuk tol Waru. Keluar dari tol kami
memasuki kawasan yang diklaim sebagai Singapore of Surabaya, Graha Family. Tak
sampai setengah jam, sampailah kami ke kawasan perumahan Kota Baru Driyorejo
Gresik yang pamornya naik sejak lumpur Lapindo membenamkan kawasan Porong dan
sekitarnya.

 

Kubeli
kredit seharga cash 18 juta akhir tahun 1999, property di daerah ini naik tajam
hampir 7 kali lipatnya di tahun 2008. Kawasan perumahan seluas 203 ha yang
dibangun oleh Perumnas Gresik ini sedianya dulu kami tempati sendiri. Tapi
menyelaraskan rencana kami dengan rencana-Nya, rumah ini berganti tangan ke
mertua. Lega memasuki rumah setelah perjalanan yang lumayan melelahkan terutama
bagi suami sebagai pengemudi, kami bersiap meneruskan perjalanan ke titik
silaturahmi ketiga di Blitar esok hari.
 to be continued...

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

5a.

(catcil) Pelangi Silaturahmi 2;Di Blitar

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 2:15 pm (PDT)





 

Senin,
21
September 2009 09.00

Perjalanan ke Blitar yang menyebalkan

 

Hari
Raya kedua, masih dengan semangat silaturahmi yang tinggi kami meninggalkan
Jalan Biduri Pandan 4. Kali ini yang membawa mobil bapak mertua. Selain kami
berempat sebagai penghuni tetap, Zacky juga membawa ibu mertua, adik ipar
laki-lakiku dan satu keponakan yang lebih memilih ikut mbahnya ke mbah buyut
Blitar daripada mudik ke Tulungagung bersama kedua orang tuanya.

 

Memanteng
stasiun radio Suara Surabaya kami mendapat infomasi kalau exit tol Porong
macet. Maka keluarlah kami di exit tol Sidoarjo. Melewati Rumah Sakit Delta
Surya-tempat aku merasakan kiret pertama--, kami lurus ke arah timur. Masih
lancar, hingga Zacky berbelok di jalan Majapahit yang merupakan kawasan
pertokoan. Kendaraan mulai rapat, berjalan dengan kecepatan tak lebih dari 340
km/jam. Kondisi ini semakin parah menjelang Porong dan lokasi sekitaran bencana
Lumpur. Meski wisatawan domestic `penikmat pemandangan bencana lumpur´ tak
sebanyak kutemui tahun lalu, rupanya pesona si lumpur ini masih menarik
beberapa jiwa untuk menikmatinya.

 

Kemacetan
tak berkurang bahkan hingga kami melewati Pandaan. Belum lagi Lawang dan
Singosari menjelang, waktu dhuhur sudah datang. Capek, kelaparan, bete,
bercampur menjadi satu. Maka, kami putuskan untuk berhenti di sebuah rumah
makan. Ndilalah, kok ya sepertinya semua orang pada kompakan hari itu. Kompak
pergi ke arah Malang, kompak berhenti dulu mencari makan. Beberapa rumah
makan yang hendak kami singgahi full parkirnya. Meski akhirnya dapat di sebuah
rumah makan makanan khas Sunda, tempat parkirnya membuat kami kapok lagi ke sana. Pasalnya tanjakan dan turunannya terlalu tajam
hingga pelindung mesinnya membentur tekukannya. Suara jedugannya lumayan keras,
membuat kami was-was. Ternyata, pemilik sedan lainnya juga banyak yang
misuh-misuh dengan kondisi parkiran tak ramah mobil yang letak mesinnya rendah
itu. Tak puas dengan pelayanan dan kondisi parkiran di lantai basementnya kami
meninggalkan rumah makan itu. Berjanji 
tak bakal mampir lagi.

 

Selepas
Malang, baru kepadatan kendaraan terurai. Sekitar jam 17.00 Zacky memasuki desa
Betek kecamatan Binangun, Blitar. Salim, cipika cipiki sama Mbok--demikian kami
biasa memanggil nenek suami itu-kami bergegas menunaikan sholat. Setelahnya,
mengenalkan Yasmin pada sapi. Ini adalah kali pertama dia dekat dengan binatang
mamalia itu, yang membuat matanya berbinar. Bagi seorang ibu, tak ada hal
menakjubkan plus membahagiaan selain mengenalkan hal-hal baru pada anaknya.
Pelajaran pengenalan alam bagi Yasmin selanjutnya adalah ke sungai esok
harinya.

 

Selasa,
22
September 2009 08.00

Sungai yang tak lagi menyenangkan

 

Berempat
dengan membawa cucian kotor dan peralatan mandi kami menuju sungai. Sayang,
ceruk agak dalam yang pinggirannya berbatu tempat kami sering mandi tak ada
lagi. Beberapa bagian kontur sungai telah berubah termasuk adanya jembatan
kecil dari bambu yang dibuat khusus untuk memudahkan pengendara motor membawa
kendaraannya menyeberang sungai.
http://lembarkertas.multiply.com/photos/album/36#photo=11

 

Yasmin,
awalnya takut. Tapi akhirnya justru tak mau diangkat dari air meskipun badannya
jelas telah menggigil kedinginan dengan bibir membiru. Selain kontur sungai
yang tak lagi membuatku nyaman, gerimis pun datang hingga acara tadabur alam
kami sudahi segera. Untungnya sesampainya di rumah Mbok yang berjarak sekitar 300m
dari sungai ada tukang bakso menjajakan dagangan. Acara selanjutnya,
silaturahmi ke saudara yang lain hingga petang datang.

 

Rabu,
23
September 2009 08.00

Kembali ke Surabaya

 

Waktunya
kembali pulang. Alhamdulillah perjalanan lancar. Waktu tempuh normal, sekitar 4
jam. Sempat mencicipi aroma lumpur saat melintas. Sukseslah aku huek-huek mau
muntah. Bagaimana mereka yang rumahnya dekat lokasi? Sudah kebalkah? Jadi ingat
berita di televise saat pertama kali lumpur itu mulai meluber sekitar 3 tahun
lalu. Diperlihatkan beberapa orang masih bisa tersenyum dan tertawa di-shoot kamera, masuk tivi sembari
menunjuk-nunjuk lumpur di sekitar mereka. Sekarang, kemanakah mereka? Harapan
mereka bahwa luberan itu sementara saja sekedar membuat daerah mereka masuk
berita tentu kandas sudah. Semua tinggal cerita. Termasuk makam dan kisah
leluhur mereka yang pernah melukis kehidupan di sana. Namun, sejatinya barat dan timur adalah
kepunyaan-Nya. Di hamparan Bumi manapun Dia tetap mengawasi dan menjaga
hamba-hamba-Nya.
 still, to be continued...

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

5b.

(catcil) Pelangi Silaturahmi 2;Di Blitar

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 2:15 pm (PDT)





 

Senin,
21
September 2009 09.00

Perjalanan ke Blitar yang menyebalkan

 

Hari
Raya kedua, masih dengan semangat silaturahmi yang tinggi kami meninggalkan
Jalan Biduri Pandan 4. Kali ini yang membawa mobil bapak mertua. Selain kami
berempat sebagai penghuni tetap, Zacky juga membawa ibu mertua, adik ipar
laki-lakiku dan satu keponakan yang lebih memilih ikut mbahnya ke mbah buyut
Blitar daripada mudik ke Tulungagung bersama kedua orang tuanya.

 

Memanteng
stasiun radio Suara Surabaya kami mendapat infomasi kalau exit tol Porong
macet. Maka keluarlah kami di exit tol Sidoarjo. Melewati Rumah Sakit Delta
Surya-tempat aku merasakan kiret pertama--, kami lurus ke arah timur. Masih
lancar, hingga Zacky berbelok di jalan Majapahit yang merupakan kawasan
pertokoan. Kendaraan mulai rapat, berjalan dengan kecepatan tak lebih dari 340
km/jam. Kondisi ini semakin parah menjelang Porong dan lokasi sekitaran bencana
Lumpur. Meski wisatawan domestic `penikmat pemandangan bencana lumpur´ tak
sebanyak kutemui tahun lalu, rupanya pesona si lumpur ini masih menarik
beberapa jiwa untuk menikmatinya.

 

Kemacetan
tak berkurang bahkan hingga kami melewati Pandaan. Belum lagi Lawang dan
Singosari menjelang, waktu dhuhur sudah datang. Capek, kelaparan, bete,
bercampur menjadi satu. Maka, kami putuskan untuk berhenti di sebuah rumah
makan. Ndilalah, kok ya sepertinya semua orang pada kompakan hari itu. Kompak
pergi ke arah Malang, kompak berhenti dulu mencari makan. Beberapa rumah
makan yang hendak kami singgahi full parkirnya. Meski akhirnya dapat di sebuah
rumah makan makanan khas Sunda, tempat parkirnya membuat kami kapok lagi ke sana. Pasalnya tanjakan dan turunannya terlalu tajam
hingga pelindung mesinnya membentur tekukannya. Suara jedugannya lumayan keras,
membuat kami was-was. Ternyata, pemilik sedan lainnya juga banyak yang
misuh-misuh dengan kondisi parkiran tak ramah mobil yang letak mesinnya rendah
itu. Tak puas dengan pelayanan dan kondisi parkiran di lantai basementnya kami
meninggalkan rumah makan itu. Berjanji 
tak bakal mampir lagi.

 

Selepas
Malang, baru kepadatan kendaraan terurai. Sekitar jam 17.00 Zacky memasuki desa
Betek kecamatan Binangun, Blitar. Salim, cipika cipiki sama Mbok--demikian kami
biasa memanggil nenek suami itu-kami bergegas menunaikan sholat. Setelahnya,
mengenalkan Yasmin pada sapi. Ini adalah kali pertama dia dekat dengan binatang
mamalia itu, yang membuat matanya berbinar. Bagi seorang ibu, tak ada hal
menakjubkan plus membahagiaan selain mengenalkan hal-hal baru pada anaknya.
Pelajaran pengenalan alam bagi Yasmin selanjutnya adalah ke sungai esok
harinya.

 

Selasa,
22
September 2009 08.00

Sungai yang tak lagi menyenangkan

 

Berempat
dengan membawa cucian kotor dan peralatan mandi kami menuju sungai. Sayang,
ceruk agak dalam yang pinggirannya berbatu tempat kami sering mandi tak ada
lagi. Beberapa bagian kontur sungai telah berubah termasuk adanya jembatan
kecil dari bambu yang dibuat khusus untuk memudahkan pengendara motor membawa
kendaraannya menyeberang sungai.
http://lembarkertas.multiply.com/photos/album/36#photo=11

 

Yasmin,
awalnya takut. Tapi akhirnya justru tak mau diangkat dari air meskipun badannya
jelas telah menggigil kedinginan dengan bibir membiru. Selain kontur sungai
yang tak lagi membuatku nyaman, gerimis pun datang hingga acara tadabur alam
kami sudahi segera. Untungnya sesampainya di rumah Mbok yang berjarak sekitar 300m
dari sungai ada tukang bakso menjajakan dagangan. Acara selanjutnya,
silaturahmi ke saudara yang lain hingga petang datang.

 

Rabu,
23
September 2009 08.00

Kembali ke Surabaya

 

Waktunya
kembali pulang. Alhamdulillah perjalanan lancar. Waktu tempuh normal, sekitar 4
jam. Sempat mencicipi aroma lumpur saat melintas. Sukseslah aku huek-huek mau
muntah. Bagaimana mereka yang rumahnya dekat lokasi? Sudah kebalkah? Jadi ingat
berita di televise saat pertama kali lumpur itu mulai meluber sekitar 3 tahun
lalu. Diperlihatkan beberapa orang masih bisa tersenyum dan tertawa di-shoot kamera, masuk tivi sembari
menunjuk-nunjuk lumpur di sekitar mereka. Sekarang, kemanakah mereka? Harapan
mereka bahwa luberan itu sementara saja sekedar membuat daerah mereka masuk
berita tentu kandas sudah. Semua tinggal cerita. Termasuk makam dan kisah
leluhur mereka yang pernah melukis kehidupan di sana. Namun, sejatinya barat dan timur adalah
kepunyaan-Nya. Di hamparan Bumi manapun Dia tetap mengawasi dan menjaga
hamba-hamba-Nya.
 still, to be continued...

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

6a.

(catcil) Pelangi Silaturahmi 3;Reuni

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Oct 7, 2009 2:27 pm (PDT)





 

Kamis,
24
September 2009 08.00

Reuni

 

Salah
satu hari yang paling kunanti dalam acara mudik kami tahun ini akhirnya tiba.
Lewat dunia maya dan telpon kami berjanji reuni. Jurusan Gambar Rancang Bangun
Kapal STMN Perkapalan angkatan 1. Wacana reuni akbar kedua kali yang hendak
diselenggarakan yang sempat mengemuka di group fesbuk STMN Perkapalan akhirnya
tak lagi terdengar gaungnya. Susahnya menyatukan banyak kepala dan keinginan.
Bahkan sahabat sekelas yang semula konfirmasi mengenalkan keluarga di acara
reunian hari itu pun tinggal abab
(bau mulut, Jw) saja.

 

Sebelumnya,
kami, terutama suami yang seperti orang ngidam lontong balap sempat diajak Ita
dan suaminya ke warung khusus menjual makanan khas Surabaya. Bukannya lontong balap seperti yang kubayangkan
tapi justru kupang lontong yang lebih yummy.
Meski tempatnya tak sedekat yang kukira, semua gerutuku lenyap begitu mencicipi
kuahnya saja. Harus kuakui ini adalah kupang lontong terlezat, pas pedas dan asinnya
yang pernah kumakan selama hayat. Temannya si kupang lontong, sate kerang yang
meskipun lezat menurutku sayangnya terlalu banyak kecap. Thanks Ta´. Jika
pulang ke Surabaya lagi, ini wajib masuk daftar kunjung! J

 

Tunggu
punya tunggu di rumah Ita, hanya Hesti dan Farid plus istri yang membawa-bawa
dede bayi 6 bulan di perutnya dan anak perempuannya yang cantik yang datang.
Lainnya, ada yang tiba-tiba harus mengantar ibunya ke Pandaan, ada yang belum
pulang dari silaturahmi ke Jakarta,
ada yang di Borobudur Magelang, dan sejuta alasan. Ya sudah, yang penting
niatnya ada. Setidaknya itu lebih baik daripada yang sejak awal sudah berniat
tak mau datang. Apa mereka tak kangen sama bekas teman sekelas ya? Apa mereka
tak ingin saling mengenalkan keluarganya ya? Entahlah.

 

Bang
Coco alias Frederiko yang dulu sengaja atau tidak
`mengintimidasiku´ dengan Agatha Christie berbahasa asli konfirmasi sudah
sampai di lokasi. Jauh-jauh dari Porong dia membawa serta keluarganya. Istri
dengan 3 anaknya plus satu saudara. Maka meluncurlah kami ke TKP yang berupa
pemancingan dan rumah makan. Asli, aku salut pada pasangan yang bareng mobilku
waktu itu, Ita dan suaminya. Bagaimana mereka mengatasi 4 anaknya yang masih
kecil yang berusia nyaris sebaya itu ya? Capek pastinya.

 

Makan-makan,
foto-foto, cerita-cerita, hingga jam 13.00. Bang Coco pamit pulang duluan. Ada janji jam 2 nanti. Kubekali dia Lintang Gumebyar,
novelku yang asli bukan jenis thriller. "Nggak kubaca kalau nggak ada
pembunuhannya!" begitu katanya sebelum masuk mobil seraya tersenyum. Dasar
Hercule Poirot minded! J

 

Setelahnya,
kami menyusul pulang. Meski kecewa banyak yang tak datang-salut buat Bisri yang
mengirim Cici istrinya sebagai perwakilan representasi rasa bersalahnya kali-aku
pribadi cukup puas dengan pertemuan beberapa keluarga siang itu. Semoga tahun
depan kembali dilapangkan. Amin...

 

Jumat, 25 September 2009 09.00

Menyisir masa lalu

 

Satu
lagi hari yang kunanti, silturahmi ke keluarga yang pernah mengasuhku di masa
lalu. Tujuan utama, Pak Toha di Semolowaru. Keluarga beliau ini yang membuka
tangannya pada bukan siapa-siapa yang tak berkerabat di Surabaya yang nekad mengadu nasib di sana; Indar. Segalanya tak banyak berubah selain
perumahan baru di seberang perumahan angkatan laut yang kutuju. Rumah pun tak
banyak berubah, selain tampak lebih sempit kurasakan. Ini adalah persepsi saja,
ketika kita beranjak dewasa, segala yang berbau masa kecil, masa lalu seolah
mengkerut lantaran keluasan pengalaman dan wilayah yang kita jajah.

 

Awalnya
aku kecewa karena ketika sampai Ibu dan Bapak sedang ke rumah sakit, kontrol.
Bertemu dan ngobrol dengan de´ Iing yang baru saja melahirkan putra keduanya.
Putri bungsu Pak dan Bu Toha ini yang dulu mengijinkanku membaca bundle komik Donald Bebek miliknya
sampai blokekan (lebih dari sekedar
puas, Jw), seharian. Tak lama, Bapak
dan Ibu datang, diantar Mas Yeni--panggilan gampang berdasarkan lidah
Jawaku--dari nama aslinya Zaini. Cerita-cerita, jam tangan menunjuk angka
sebelas. Waktunya meneruskan perjalanan.

 

Titik
tuju selanjutnya, Siwalan Panji. Dari sekian banyak tempat kos, ada satu
penghuni rumah ini yang tak bakal kulupa, Mbak Khulatin. Siwalan Panji, banyak
berubah dari terakhir kali aku berada di sana. Rumah semakin berdempetan dan bagus. Tak lagi
sesederhana dulu termasuk bekas rumah kosku. Kami sempat bertangisan. Dasar
perempuan, sukanya main perasaan. Campur aduk pula perasaanku demi menemui
keluarga bekas Mbak kosku itu. Satu hal yang pasti, aku merasa telah kehilangan
ruh Siwalan Panji yang pernah kuakrabi. Sebelum meninggalkan desa yang tepat
berada di belakang STMku itu, kusempatkan mampir ke bekas ibu kos Siwi. Satu
hal yang kuingat jelas, beliau suka memanjakan anak kosnya teman sekelasku itu
dengan makanan dan fasilitas lainnya. Aku, kadang kecipratan juga dengan
sarapan yang dibekalkan ke anak kosnya. J

 

Sekitar pukul 13.00

Rencana
hendak ke keluarga pak Munandar di perumahan dekat alun-alun Sidoarjo. Tapi
beliaunya ternyata masih mudik di Bojonegoro. Maka, menggelandanglah kami ke
gedung almamater di jalan Jenggolo 1C, STMN Perkapalan yang berganti nama SMKN
03. Kusebut menggelandang karena asli kami ragu dan malu memasuki gerbangnya.
Entah mengapa. Mungkin dalam hati kecil kami khawatir bakal ditanya macam-macam
sama penjaganya dan tak diijinkan menengok kawah Candradimuka kecil kami itu.
Kawah yang besar adalah di Pusdiklat PT Pal. Mungkin semacam anak kecil yang
teramat menginginkan permen tapi tak berani meminta karena khawatir akan
penolakan orang tuanya.

 

Di
depan gerbang, aku turun sekedar ingin melongok ke dalam. Sengaja, suami justru
menekan klakson yang memaksa pak penjaga keluar posnya. Sok akrab, kukira
beliau penjaga yang dulu saat kami masih sekolah di situ. Ternyata bukan. Jujur
kukatakan, kami kangen sekolah ini. Kami adalah generasi pertama yang
dihasilkannya.

 

Dibukakan
kunci gerbang, melangkahlah kami ke masa lalu bersaput masa sekarang. Kusebut
masa lalu karena gedung itu masih tegak berdiri di tempatnya seperti sedia
kala. Kusebut bersaput masa sekarang karena dia tak lagi gersang. Pepohonan
rimbun menaungi di sana-sini. Beberapa gedung dan fasilitas baru dibangun.

 

Berdebar
seolah jumpa dengan cinta monyetnya, kami menapaki satu-satu jejak masa lalu.
Ruang guru, ruang TU, Perpustakaan, ruang kelas... Satu rasa kehilangan, white board yang dulu ditempel di
dinding ruang guru sudah berpindah tempat entah kemana. Dulu, di sana biasa dituliskan nama-nama anak penerima wesel atau surat. Maklum, sebagian besar dari kami berasal dari luar
kota. Dulu, saat membaca namaku terpampang di sana, betapa bahagianya. 

 

Menyusuri
koridor, kami berhenti di depan kelas. Kuceritakan semua detailnya, sudut
sekolah, ini termasuk bangku-bangku dan ruang kelas itu pada anakku. Di sana kali pertama aku mengenal papanya, di sana kali pertama mamanya mengenal sebentuk hubungan
bernama persahabatan dan kekeluargaan meski tanpa hubungan darah dengan
penghuninya.

 

Setelah
18 tahun (betapa lihainya sang waktu menipu!), semua sudut sekolah yang dulu
gersang berubah asri dan rindang. Bahkan lapangan voli di samping bengkel kini
tak ada lagi. Beberapa pohon mangga mengisinya. Kukatakan pada Ais, bahwa di sana dulu papa dan teman lainnya mati-matian berjuang
agar kelasnya menang di pertandingan saat class
meeting. Dan mamanya, dengan semangat membara teriak-teriak mendukungnya, termasuk
memberi balsam saat kaki papanya terkilir. Asli, waktu itu tak ada tendensi asmara. Semua demi persahabatan, rasa kekeluargaan, dan
kelas GRBK (Gambar Rancang Bangun Kapal) tercinta.

 

Mengitari
sekolah, pohon kresen yang dulu berbuah besar-besar sudah raib digantikan
(lagi-lagi) mangga yang juga tengah berbuah. Kalau ada istri pak guru yang lagi
ngidam, pasti asyik sekali. Tak perlu jauh-jauh mencari. J

 

Berniat
pulang karena hampir jam 2 siang di masjid kami melihat seorang pengendara
sepeda motor berseragam angkatan datang. Demi Ais yang butuh ke toilet kami
balik ke gedung utama. Ternyata orang yang kulihat itu adalah Pak Ridwan.
Beliau dulunya termasuk pembimbing siswa. Pensiun dari Angkatan Laut, Pak
Ridwan berkarier sebagai sekuriti di PT Pal lalu ditugaskan menjaga kami si
anak-anak bengal dari STMN Perkapalan. Tak lagi berkarir di Pal, beliau diminta
menjaga STMN Perkapalan. Berbeda dengan kondisi sekitar yang rindang dan segar,
18 tahun jelas menambah kerut dan `gersang´ di wajah Pak Ridwan yang baik hati
dan tak suka menghukum siswa ini. Sesuailah sama nama penjaga surga. Hehe...

 

Keping
STM waktunya disudahi kami berencana mampir ke rumah seorang teman lagi. Tapi
tak jadi karena ponselnya tak diangkat, call
divert terus. Sebelumnya, mampirlah kami ke rumah di Buduran tepatnya di
perumahan Puri Sejahtera yang sejarahnya lumayan menguras dana dan air mata.
Banyak lingkungan sekitar berubah. Yang jelas bertambah ramai meski harga
propertinya jatuh kena imbas lumpur Lapindo. Niat mampir dan menyapa si penyewa
sekaligus menengok kondisinya sekarang kami urungkan. Beberapa pagar rumah
tetangga juga tampak dalam kondisi rapat terkunci. Mungkin masih pada mudik.
Maka kami sudahi roadshow silaturahmi hari ini. Capek. Besok masih ada satu
agenda lagi, berburu oleh-oleh ke Kenjeran.

 

Sabtu,
26
September 2009 12.30

Berburu teripang ke Kenjeran

 

Mengajak
Zaki dan Fawaz-dua keponakan kami-bersama ibu dan ayahnya kami meluncur ke
Kenjeran. Sayang, meski dibela-belain mampir ke Purwodadi, rumah makan ikan bakar
Bamara masakan Kalimantan itu tak buka. Kebiasaanku kalau hamil, penginnya
makan ikan baronang bakar ala Bamara. Tiap haripun rasanya oke saja.

 

Menyusur
Kapasan, kami terus ke jalan Kenjeran. Dengan adanya Suramadu, daerah ini
tampak tak sekumuh dulu. Di area pantai lama kami berhenti di salah satu toko
penjual krupuk dan ikan asin serta apapun yang berbau hasil laut. Keasyikanku
mencicipi kerupuk teripang harus kutebus dengan gatal dan lebam tangan kanan
seperti disengat lebah esok harinya. Model baru alergi seafood rupanya. Tapi
tak apa, setidaknya dia tak gatal kemerahan sekujur badan seperti yang pernah
kualami di masa hamil dan menyusui. Sayang, hingga di rumah kembali dan malam
menjelang keinginanku makan rujak cingur tak terpenuhi. Padahal besok pagi-pagi
harus sudah balik ke Pati.
still, to be continued...

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan editor lepas plus irt
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

6b.

Re: (catcil) Pelangi Silaturahmi 3;Reuni

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Wed Oct 7, 2009 9:10 pm (PDT)



wihh lengkap tenannn mbak Indar silaturahminya...

Ya sudah, yang penting niatnya ada. Setidaknya itu lebih baik daripada yang sejak awal sudah berniat tak mau datang. Apa mereka tak kangen sama bekas teman sekelas ya? Apa mereka tak ingin saling mengenalkan keluarganya ya? Entahlah.

kalimat itu membuatku sedih Mbak Indar, secara aku sudah mencoba bernegosiasi dengan suami dan dia juga sudah mencarikan hari untuk Sabtu sudah kami agendakan untuk nyusul namun ternyata harinya diganti, dan rasanya tak mungkin bisa memenuhinya karena jarak yang sangat jauh, saat itu sudah di Bondowoso. yo wis lah Insyallah niat ini tak pernah lekang untuk berjumpa dengan kalian...

still continued ya? tak tunggu terusane... jok suwe2 yo?...
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Indarwati Indarpati <patisayang@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thu, October 8, 2009 4:27:27 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) Pelangi Silaturahmi 3;Reuni

Kamis, 24 September 200908.00
Reuni

7.

[Puisi] Arti Hidup

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Oct 7, 2009 8:49 pm (PDT)



katanya tak perlulah dipedulikan
saat ada sebuah pengabaian

katanya tak perlulah diurus
saat ada sebuah rasa sakit

tapi kataku
semua berarti
semua penuh arti

sebuah kecupan
sebuah makian
sebuah semangat
sebuah kebencian
bahkan sebaris kalimat sekalipun

hidup tak menyetarakan dirinya pada arti dalam sebuah kertas
ia melayang dalam arti yang lebih tinggi
namun senantiasa tertidur pada yang hal yang paling kecil

jamahlah mereka yang menangkap pandanganmu
sentuhlah mereka yang terdengar olehmu
karna merekalah yang mencarimu

karna hidup tanpa kebaikan
adalah neraka
karna hidup tanpa kasih
adalah kehampaan

mengertilah
dan pahamilah itu
di saat kau menemukan tangisan
dan di saat menggoreskan luka

pada akhirnya
hidup kan membuat artinya sendiri
tanpa batasan
tanpa standarisasi
hidup kan membuat semuanya berarti
dan melengkapimu sebagai manusia

06 Oktober 2009
Rob Thomas - Little Wonders

--
The TRIP
http://sampiran.blogspot.com/2009/10/trip.html
8.

[Puisi] Selamat Tidur, Sayang

Posted by: "deesiey" deesiey@gmail.com   deesiey

Wed Oct 7, 2009 8:50 pm (PDT)



selamat tidur sayang
beristirahatlah dari semua kepenatan
dari semua kerisauan

selamat tidur sayang
bermimpilah indah

esok kan cepat datang
dan semua akan menjadi lebih baik lagi

selamat tidur sayang
biarlah bulan dan bintang melantunkannya
dan menemani kau terebah disamping yang mencintaimu

selamat tidur sayang
sebuah doa janganlah lupa kau panjatkan
tuk lindungimu dari semuanya

selamat tidur sayang
selamat tidur....sayang

06 Oktober 2009 (Dido)

--
The TRIP
http://sampiran.blogspot.com/2009/10/trip.html
9a.

Re: (Catcil) Syair Untuk Negeriku Yang Berduka

Posted by: "Nur Azizah" zi3_5weet@yahoo.com   zi3_5weet

Wed Oct 7, 2009 8:52 pm (PDT)



salam kenalnya w suka dech sama syairnya

--- On Tue, 10/6/09, fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com> wrote:

From: fiyan arjun <fiyanarjun@gmail.com>
Subject: [sekolah-kehidupan] (Catcil) Syair Untuk Negeriku Yang Berduka
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Apresiasi-Sastra-subscribe@yahoogroups.com
Date: Tuesday, October 6, 2009, 4:14 AM

 

Syair Untuk Negeriku Yang Berduka

(http://www.eramusli m.com/oase- iman/syair- untuk-negeriku- yang-berduka. htm)
 
Belum habis kecupanku bersandar
di dinding gadang
Kini sudah terukir petuah menyayat-nyayat
di bilik hati anak-cucucucuku
Belum habis bibir ini kering terucap
Kini sudah terdengar genderang luka
di selaput telingaku
Tersiar kabar negeriku
yang sedang luluh lantak
Tak berdaya!
 

Syair diatas sengaja saya tulis sebagai hadiah untuk sebuah rasa ungkapan simpati saya terhadap negeri ini-yang saya cintai dan khususnya untuk saudara-saudara saya yang sedang mengalami bencana musibah gempa di Sumatera, Padang dan Pariaman. Entah sudah berapa kali bencana musibah gempa melanda di negeri ini hingga saya semakin sadar bahwa Tuhan (memang) sedang menguji umatNya. Belum usai tragedi musibah gempa di Tasikmalaya dan Garut kini terjadi kembali. Bahkan belum hitungan sebulan kini sudah terjadi kembali. Musibah gempa!
 

Hingga saya bertanya-tanya adakah yang salah pada negeri ini? Atau, Tuhan memang sedang menyayangi umatNya? Mungkin! Agar umatNya sadar dan memahami musibah yang sudah terjadi di negeri ini. Bahkan saya masih teringat dengan dialog saya kepada kawan saya saat tragedi musibah gempa di Tasikmalaya-dengan rasa keingintahuan saya terhadap kawan saya itu akhirnya saya pun menelepon dirinya. Menanyakan kabar serta bagaimana kondisi kampung halamannya saat tragedi musibah itu terjadi.
 

"Assalamualaikum... ., gimana bro keadaan kampung lu sekarang? Moga-moga nggak terjadi apa-apa ya?" tanya saya saat musibah tragedi gempa terjadi.
 

"Alhamdulillah, kampung ane nggak apa-apa," jawab kawan saya dari balik telepon genggam di seberang jalan sana.
 

Begitulah kabar berita yang disampaikan kepada kawan saya mengenai keadaan kampung halamannya.
 

Lega.
 

Bersyukur ketika saya mendapatkan kabar seperti itu. Bahwa kampung halaman kawan saya saat itu tak terjadi apa-apa apalagi keluarga besarnya. Maklumlah kawan saya itu berasal dari Tasikmalaya. Dan ternyata targedi musibah gempa itu masih jauh dari kampung halamannya. Namun yang menyedihkan kampung halaman sanak-saudaranya yang mengalami musibah itu. Tetapi hanya tempat tinggalnya yang sedikit retak-retak tanpa mengalami cendera apalagi sampai ada yang mengalami yang tak diinginkan. Namun kawan saya itu tetap turut bela sungkawa sebagai orang yang berasal dari Tasikmalaya.
 

Kini terjadi kembali tragedi musibah yang serupa bahkan lebih miris dan menyedihkan ketika mata memandang. Terlebih dalam tragedi musibah ini memakan korban jiwa kurang lebih dari 500 jiwa nyawa melayang dalam tragedi musibah tersebut. Entah sampai kapan tragedi musibah ini tak terulang kembali? Saya pun sebagai makhluk sosial amat merasakan kepedihan saudara-saudara saya disana. Amat terpukulnya mereka atas kejadian tragedi musibah yang mereka alami.
 

Apakah harus meratapi selamanya? Serta harus bersedih setiap hari?
 

Hmm, saya rasa sebagai makhluk yang ber-Tuhan Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Tahu tentunya kita tahu apa yang harus kita lakukan seharusnya. Karena sebagai umatNya kita tak cukup hanya meratapi apalagi bersedih. Dan tragedi gempa bumi yang ada sekarang mungkin ujian kecil untuk kita lebih menyukuri dan sadar bahwa tak ada yang lebih tinggi selain Sang Khalik. Dan mengenai musibah ini janganlah memandang sebagai ujian bahwa Tuhan tidak menyanyangi kita. Malah sebaliknya kita diperintahkan tetap harus lebih meninggikan rasa kesabaran dan keikhlasan kita terhadap ujian ini. Maka dengan kesabaran dan keikhlasan itu saya hanya dapat memberikan hadiah syair ini-yang semuanya semata-mata untuk menghibur saudara-saudara saya yang terkena tragedi musibah gempa.
 

Belum habis bibir ini kering terucap
Kini sudah terdengar genderang luka
di selaput telingaku
Tersiar kabar negeriku
yang sedang luluh lantak
Tak berdaya!

Ulujami-Pesanggrahan , 12 Syawal 1340 H
 
 
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku. multiply. com
fb:bujangkumbanf@ yahoo.co. id
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758- 0079

10a.

Re: [info] 20 Finalis lomba KISAH penerbit Erlangga

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 7, 2009 8:56 pm (PDT)



sukses buat Mbak Indry
dan sukses jg sdh bersuamikan Bang Beni Jusuf...hahahaha
met ya Mbak
amin!

2009/10/7 beni jusuf <kangbeni@gmail.com>

>
>
> dari:
> http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=517&Itemid=
>
> 20 Finalis KISAH 2009
>
> Panitia Kisah 2009 mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas
> partisipasi Anda dalam mengikuti kontes ini, berikut kami sampaikan 20
> Finalis yang terpilih dan dalam masa penjurian:
>
> 01. Pasir di Telapak Tangan - Tita Alissa Listyowardojo
> 02. Untung Ada Bintang - Maria Silvia Merry
> 03. Dia yang Nyaris Tak Terkalahkan - Bahtiar HS
> 04. Lorong Hati - Dana Maimunah Rochmat
> 05. Abrasi - Riawani Elyta
>
> 06. Dia Bagai Malaikat Untukku - Titiana Adinda
> 07. Kisah Cintaku tak Berujung - Isti Kumalasari
> 08. Tiga Sungai Utama (Telu Batang Danum) - Andriani S. Kusni
> 09. Hanya Cinta Biasa dari Orang Biasa - Asa Mulchias
> 10. Romansa Tiga Dasawarsa - Lia Indriati
>
> 11. Bangkitnya Supernova - Diena Ulfaty
> 12. Cinta Cerahkan Dunia - Septina Ferniati
> 13. Cinta Abangku untuk Keluarganya - Laila Fitri
> 14. An Affair to remember - Ana Westy
> 15. Jejak-jejak Takdir - Made Teddy Artiana
>
> 16. Cintamu Tanpa Cacat - Joko Slamet
> 17. Dua Permata Cinta - Fifi Nurhati
> 18. Kesaksian Kecil ttg Bunga Kaca - Bayu Gautama
> 19. Cinta melampaui Masa - Jul mayar Djamaluddin
> 20. Dari Gunung batin Sampai Talang Paris - Retty Iim Rachmani
>
>

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
11.

[Catcil] 3 Wanita Tangguh

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Wed Oct 7, 2009 9:18 pm (PDT)



Saya sedang kangen dengan ketiga orang dibawah, Lebaran yang tak lagi berhias senyum almarhumah Ibu Mertua, kami yang belum bisa bersilaturahmi ke Pacet tempat kedua wanita dibawah bermukim karena kendala teknis, membuatku merindukan beliau bertiga, Semoga Allah menjaga mereka... (Tulisan ini yang kuikutkan dalam Lomba Amazing Moms, walaupun tak menang, boleh dibagi kan?)...

3 WANITA TANGGUH

Ibu
Hajjah Musrifah nama wanita tangguh pertama yang ingin kuceritakan. Beliau
adalah Ibu Mertuaku. Sebelum saya bertemu beliau untuk pertama kalinya saya
sudah di warning suamiku yang
notabene masih calon waktu itu. Bahwa saya harus sedikit sabar menghadapi
ibunya, karena kadang-kadang suka galak. Saya menanggapi dengan senyum waktu
itu. Walaupun sejujurnya dengan deg-degan. Teringat cerita tentang mitos
menantu versus mertua, dimana menantu wanita sering berkonflik dengan mertua.
Namun satu hal yang membuat saya yakin akan baik-baik saja. Saya teringat
kalimat ibuku almarhum bahwa beliau akan senantiasa mencintai para menantunya,
dan saya yakin cinta ibuku kepada para menantunya berimbas pula dengan
hubunganku dengan mertuaku. Saya pun berjanji akan berusaha menjadikan beliau
figur pengganti ibuku yang meninggal 4 bulan sebelum kami melangsungkan akad
nikah.

Dari
pertama perjumpaan kami, ternyata beliau seperti bayanganku, ibu yang sangat
baik. Tak seperti gambaran suamiku waktu
itu, jauh dari kesan galak. Bahkan sejak pertama pertemuan kami, saya merasa
telah menemukan `klik´ dengan beliau. Dan ternyata hobi lama saya yang terkubur
zaman sedikit menemukan habitatnya kembali saat bertemu dengan beliau ini. Dulu
saat masih ada Ibuku, saya sering sekali mempraktekkan kue-kue dan menjadi
sebuah hobi yang masih tersembunyi karena belum menemukan media penyaluran. Paling
untuk dikonsumsi sendiri. Beruntunglah kemudian Allah mempertemukan saya dengan
Ibu mertua ini, karena ternyata beliau sangat jago memasak dan membuat kue.
Jika kebetulan ibu mertua sedang berkunjung ke Surabaya tak kusia-siakan kesempatan itu
untuk mempraktekkan segala macam resep andalannya. Dan satu hal yang kupelajari
dari segala macam resep andalannya yang memang haujek alias enak soro alias maknyus bin top markotob kuncinya hanya satu, beliau selalu menggunakan
bahan pilihan kelas wahid. Bahan itu bukan berarti harus mahal, tapi ketika
memilih sayur, daging, ikan atau bahan basah lainnya harus yang masih segar, tak
pernah mau menggunakan bumbu dan santan instan, bahan-bahan kue juga jarang
menggunakan bahan kimia baik pengembang, pemutih, pelembut, dan sebagainya.
Karena beliau selalu membuat dengan bahan alami, misal telur untuk pengembang,
daun suji dan pandan untuk pewangi dan pewarna kue, untuk tepung beliau memilih
ribet untuk bikin sendiri. Atau untuk kue-kue kering yang membutuhkan selai
beliau juga selalu bikin sendiri. Ribet memang tapi jangan ditanya hasilnya!
Bahkan sirup-sirup selalu rajin beliau bikin sendiri, kata beliau "Usahakan
makanan di rumah adalah buatan sendiri yang sudah pasti kehalalan dan
higienisnya" Dan memang saya sekarang lebih secure untuk memasak sendiri makanan sehari-hari bahkan untuk kudapan anak-anak
kuusahakan seminim mungkin jajan diluar. Karena saya yakin jajanan diluar belum
tentu terjamin kebersihan dan kehalalannya. Untuk urusan dapur saya banyak
belajar dari Ibu mertuaku tercinta ini. Bahkan sekarang ketika saya merintis
bisnis di bidang kuliner banyak resep-resep beliau yang menjadi andalannya.

Bersama
beliau saya seolah menemukan sosok ibuku kembali. Walaupun saya tak pernah
bermasyuk manja dalam peluknya tapi saya yakin hati kami saling mencinta.
Walaupun tak pernah kata- kata manis bermadu, namun kami yakin hati kami saling
merindu. Saya teringat saat terakhir
kami bersua, beliau membuatkan bubur khusus memenuhi permintaanku, kata beliau,
"Nggak pengen punya hutang sama kamu", karena beberapa waktu sebelumnya beliau
pernah berjanji membuatkanku jenang
grendul yang PW (paling wenak) kesukaanku sekaligus mengajariku. Saya tak
berfirasat apapun, bahwa saat itu adalah pertemuan terakhir kami. Seandainya
saat itu aku tahu, ingin kumohonkan ampun atas segala khilafku, ingin kupeluk
tubuh penuh cinta itu untuk menyatakan betapa aku sangat mencintainya. Karena
saat beliau meninggal kurang lebih sebulan dari pertemuan terakhir kami, saya
tak bisa memberinya penghormatan terakhir di akhir hayatnya karena harus
menunggui adik Gautama di Rumah sakit karena muntaber. Saya sedih sekali kenapa
saya tak bisa melihat beliau untuk terakhir kalinya. Mungkin karena beliau tak
ingin saya meratapi kepergiannya, tak ingin aku memberikan penghormatan
terakhir, karena beliau ingin aku mendo´akannya sepanjang hayatku, disetiap
lantunan do´aku. Cintamu akan menuntunku selamanya, dan Allahlah sebaik-baik
pembalas segala cintamu, Ibu!.
***
Lik
Um aku memanggil sosok wanita tangguh kedua yang ingin kuceritakan. Beliau
adalah adik seayah dari almarhumah Ibuku. Bak seorang motivator setiap
berdekatan dengan beliau selalu menulari dengan gelora semangat yang
menggetarkan.

Melihat
kehidupannya saya sangat yakin beliau ini orang yang mampu untuk hidup mewah. Rumah
Makan Lesehan & Kolam Pancing Ikan di Pacet Indah yang senantiasa ramai
dikunjungi terutama pada peak season menjadi
salah satu bukti bahwa keluarga beliau pengusaha yang cukup sukses. Namun saya
melihat beliau tak pernah hidup bermewah-mewah, pilihan beliau adalah hidup
diantara anak-anak yatim. Ada puluhan anak yatim yang tinggal seatap dengan Lik Um sekeluarga. Anak
kandungnya sendiri ada tujuh orang, dan semua tak dibedakan baik dari pakaian, makan
dari masakan yang sama dan bersekolah ditempat yang sama, sungguh indah harmoni
yang diciptakannya.

Setiap
saya mengobrol dengannya tak ada yang sia-sia karena semua membuat hati ini
terasa nyaman. Ibarat baterai inilah saat untuk mencharge hati agar menjadi lebih bening dan berisi.
Ketawadhu´annya tersirat saat ia memilihkan sekolah untuk anak-anaknya yang tak
pernah lepas dari istikharah yang sudah dilakukannya enam bulan sebelum
pendaftaran. Pendidikan berlatar pesantren memang teramat kental mewarnai
kehidupannya, sehingga tak heran jika nuansa itu juga terbawa dalam lingkungan
rumahtangganya. Lantunan ayat-ayat AlQur´an selalu ditegakkan pada ba´da
Maghrib, pun sejak SD anak-anaknya juga bersekolah di pesantren yang mau tak
mau harus berpisah dengan orangtuanya. Untuk itulah beliau selalu berhati-hati
dalam memilihkan sekolah anak-anaknya dan selalu melibatkan isyarat langit
untuk menjadi penentunya. Untuk yang satu ini saya harus belajar banyak darinya.

Bisa
saja beliau menyekolahkan anak-anaknya ditempat-tempat mahal yang menjanjikan
segala fasilitas sehingga anak-anaknya menjadi nyaman dan rasanya sah saja, apalagi
mereka jauh dari orang tua. Namun beliau berani membuat pilihan, " Kenapa harus
sekolah yang mahal-mahal kalau biaya yang mubadzir tadi bisa untuk menyekolahkan
banyak anak-anak yatim." Kira-kira begitulah benak beliau. Dari sebagian anak-anak
yatim tadi beliau bahkan sudah menyekolahkan hingga ke Perguruan Tinggi dan
sudah menikahkan pula sebagian dari mereka. Padahal anaknya sendiri yang paling
besar masih baru tingkat Aliyah, atau tingkat Atas. Indah sekali pelajaran yang
ia tebarkan.

Saya
tahu saat ini beliau tengah bertanam hal-hal yang baik, dan saya sangat yakin
tanaman itu akan berbuah sangat manis. Saya yakin Allah mencintai keluarga ini
sebagaimana mereka juga mencintai anak-anak yatim. Berkah itu tercurah di rumah
ini, terbukti saya selalu merasa nyaman dan kerasan bila bersilaturahmi
kerumahnya, karena saya merasa rumah itu selalu memancarkan aura keindahannya
tersendiri. Dan saya juga tak akan
pernah bosan untuk mengaji di rumah ini, mengaji tentang kehidupan, karena
keluarga ini memberi warna tersendiri bagi kekayaan jiwaku. Lik Um akan selalu
mempunyai ruang indah dihatiku, tempat hati ini berkaca karena cinta yang
dicontohkannya akan senantiasa mengukir jejak yang indah.
***
Ummu
Faeqa´, wanita tangguh ketiga yang ingin kubagi ceritanya. Kami terbiasa
memanggil beliau dengan sebutan Ummi. Beliau adalah saudara seayah dari
almarhumah Ibuku dan merupakan kakak kandung Lik Um. Sejak kecil aku telah
mengenalnya bahkan saya teringat menghadiri pernikahannya saat usiaku masih
balita. Namun sesudah itu komunikasi kami seolah terputus karena jarak cukup
jauh merentangkan kami. Tali silaturahmi yang sempat tersendat tadi akhirnya
terurai lagi saat saya menuntut ilmu di Kota Petis, Sidoarjo. Ketika saya
bersilaturahmi ke Mbah Putri -ibunya- di Banjarpanji Sidoarjo, saya baru tahu
bahwa beliau sekarang bermukim di Pacet Mojokerto, mengelola sebuah Pondok
Pesantren yang cukup besar disana. Ternyata suaminya, KH Mahfud Syaubari -kami
memanggilnya Ustadz- adalah pemangku Pondok Riyadhul Jannah yang beristrikan 4
wanita yang Insyaallah sholehah, Ummi adalah ibu yang pertama. Subhanallah.

Kehidupan
poligami itu kudengar sendiri dari Ummi yang notabene adalah bulik saya
sendiri. Suatu saat pada sebuah acara sunatan anak pertama Ibu kos saya di
Sidoarjo, Ummi beserta ketiga ibu yang lain datang di resepsi tersebut.
Kemudian ditengah-tengah ibu-ibu yang hadir ditempat itu, beliau memperkenalkan
saya dan ketiga ibu disitu.
"Yang
ini adalah keponakan saya, dan yang pakai baju sama tiga orang itu, yang agak
tinggi ibu nomor dua, yang agak kecil ibu nomer tiga, dan yang duduk disampingnya
itu ibu nomor empat." Seketika ruangan tersebut terjadi kegaduhan sesaat. Sekilas
kulihat wajah ibu-ibu di ruangan tersebut, yang jelas semua terperangah dan ada
yang bisik-bisik dengan
sebelahnya, ada yang senyum-senyum sambil memandangi mereka berempat, dan ada juga
yang berani nyeletuk, "Wah..kok bisa ya?" Kulihat keempat ibu itu hanya
tersenyum penuh arti.

Kemudian
kronologis tentang poligami itu kudengar dari Ibuku. Bahwa Ummu Faeqa´ sendiri
yang mencari figur ibu kedua, dan merestui pernikahan kedua suaminya. Pun
dengan ibu ketiga dan keempat, semua atas restu Ummi bahkan beliau sendiri yang
menjodohkannya. Mereka hidup sangattt rukun. Sengaja saya tulis kalimat
sangattt dengan triple T karena kehidupan mereka lebih dari sekedar rukun. Tak
pernah terdengar pertengkaran berarti, malah yang ada adalah saling mendukung.
Karena aktivitas Ustadz yang luar biasa bejibun sehingga sering keluar kota mengisi sebuah
pengajian. Dan demi menegakkan azas keadilan maka berganti-ganti ibu yang
mendampingi beliau ke luar kota sehingga jika kebetulan harus mengajak ibu yang sedang menyusui anaknya,
sementara tak mungkin membawa sang anak serta maka dengan sukarela dan
otomatis ibu-ibu yang saat itu juga
sedang menyusui segera ikut menyusui anak yang harus ditinggal tadi.
Subhanallah....

Kekompakan
lain beliau berempat itu tercermin dari cerita Ustadz, ketika mereka berkesempatan
berangkat haji berlima, "Wah enak kalau bisa haji barengan gini, karena saya
ngga perlu mengkhawatirkan atau harus nganter-nganter ibu-ibu, karena mereka sudah
kompakan sendiri kalau mau jalan ke masjid, makan, belanja dan beraktivitas
yang lain, malah saya yang sering ditinggal-tinggal. Karena kalau yang berhaji
bergantian antara ibu-ibu maka saya malah sedikit repot karena harus menjaga dan
mengantar kemanapun aktivitas kami." Ibu-ibu berempat tertawa mendengarnya. Subhanallah...Cerita
tentang beliau-beliau ini tak akan pernah habis. Belum cerita tentang tempat
tinggal mereka yang unik dan asri mencoba mengusung konsep keseimbangan alam, semua
luar biasa menurut saya.

Alangkah
indahnya jalan dunia jika kita mampu menerjemahkan kehendakNya, alangkah
mulianya nilai-nilai yang terkandung dalam KalamNya jika kita mampu
menguraikannya. Sungguh sempit jiwa yang tergesa-gesa dalam memaknai AyatNya.
Betul poligami adalah satu pilihan, seperti pilihan untuk bermonogami. Jadi
jangan sudutkan mereka yang memilih jalan diantara keduanya. Karena saya yakin
kedua-duanya menemukan kebahagiaannya tersendiri, karena mereka mampu memaknai
kalimatNya. Mari semua kita terima dengan kebesaran jiwa, karena dalam setiap
keputusan sesungguhnya hanya ada dalam genggaman tanganNya.

Semoga
apa yang saya lihat dan kuimplementasikan dalam sebuah tulisan tak mengurangi
makna dan takzim saya kepada Ummi beserta keluarganya, beliau-beliau adalah
contoh yang nyata yang semoga bisa memberi kontribusi bagi keimanan dan
kecintaan kita padaNya. Dan semoga
berkah dan rahmah Allah senantiasa menjaga hati dan jiwa beliau-beliau sehingga
mereka layak untuk tempat kita bercermin. Bi Barakatillah.

Februari
2009
Tulisan ini
sebagai salam takzim saya kepada 3 wanita tangguh diatas.
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Yahoo! Groups

Mom Power

Kids, family & home

Join the discussion

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Find support for

Mental illnesses

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: