Jumat, 09 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2840

Messages In This Digest (10 Messages)

Messages

1.

[Review sesi 1] Galaksi Kinanthi: Sekali Mencintai Sudah itu Mati

Posted by: "yan_ku" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Thu Oct 8, 2009 4:59 am (PDT)





"Kinanthi, bagiku galaksi cinta tidak akan pernah tiada

Ketika malam tak terlalu purnama. Lalu kausaksikan

Bintang-bintang membentuk rasi menurut keinginanNya,

Cari aku di Galaksi Cinta. Aku akan tetap ada disana.

Tersenyumlah…Allah mencintaimu lebih dari yang

kamu perlu" (Ajuj)

"Tasaro GK! Best Writer FLP Award 2006 & IKAPI Award 2006-2007." Aku tercenung sesaat,

"Great, tak sembarangan kedua komunitas dan organisasi kepenulisan
terbesar di Indonesia itu memberikan predikat kepada seorang penulis.
Pasti ada yang begitu menarik dari karya dan karakter penulisan yang
dimiliki sang penulis tersebut" dalam hati berkatakata. Kubuka lagi
lembar demi lembar mulai dari halaman endorsement hingga pada satu
halaman yang lebih membuat yakin bahwa penulis ini pastinya sangat
berbakat.

"Skenario panjang yang menghubungkan sumber ide: Mrs. Ari Peach.
Penyunting Naskah: Yani Suryani, dan finishing Touch brilian editor
nomor satu Indonesia Bambang Trim. Angkat Topi". Begitu yang tertulis
di akhir halaman setelah suguhan foto-foto keindahan Gunung Kidul
sebagai tempat setting dalam novel ini yang belum terekspose.
Terbuktilah bagaimana bagusnya karya ini.

Kisahnya sendiri mengingatkan kita pada cinta sejati Romeo Juliet atau
Laila Majnun namun dalam spirit yang lebih agung. Kinanthi dan Ajuj
seorang sahabat sejak SD telah dihadapkan kepada ketidakrelaan dunia
untuk mereka menyatu. Kelanjutannya anda akan diajak membaca namun
bernuansa benar-benar seperti sebuah film dengan scenario panjang dan
tak dapat ditebak. Penasaran pastinya. Cinta, Benci, Kemiskinan, nasib
buruk dan jalur takdir diramu didalamnya dengan sangat apik dan tentu
dengan diksi yang sekerat demi sekerat amat diperhatikan secara detail.
Novel yang terinspirasi oleh kisah nyata ini benar-benar memberikan
wawasan tak hingga. Bahkan aku mereferensikan novel ini dibaca oleh
para wanita-wanita yang akan atau bercita-cita menjadi TKW "mataku
terbuka bagaimana penderitaan para penghasil devisa negeri ini" Adakah
yang akan melindungi mereka?.

Karena aku yakin masih banyak kinanthi-kinanthi diluar sana yang kini
sedang menjalani jalur takdirnya yang mungkin tidak seberuntung
Kinanthi yang dipertemukan seorang Muslim yang mengedepankan nilai
ukhuwah. Sebuah pembalikan 360 derajat. Dari Kinanthi yang di jebak
menjadi TKW melalui mafia TKI Luar Negeri di Arab Saudi, Kuwait hingga
Amerika Serikat. Di saat siksaan terberat di dapatkan di Amerika tetapi
disanalah ia mulai menata mimpinya.

Ajuj? Bagaimana nasibnya apakah telah dilupakan Kinanthi? Nampaknya
kerinduan akan selalu ada dalam dirinya. Terlihat semenjak ia dibawa
teman ayahnya yang ternyata agen penyalur pembantu ke Bandung hingga di
Arab dan tersesat sampai Kuwait, puluhan surat dikirimkannya untuk
memberi kabar kepada Ajuj dan menantikan balasan yang tak kunjung tiba.

Bagaimanakah kisah selanjutnya insyaAllah segera di review versi lengkapnya…beri waktu aku membacanya kembali…….Bersambung

-caliyan-
http://ya2nya2n.multiply.com

galaksi kinanthi

-------------------------------------
Yayan Supardjo

http://ya2nya2n.multiply.com
mobile: +628159518816
flexy: 021-33810886
voiprakyat: +62 188 1001 83595
email: yayan_unj@yahoo.com

Bagi yang ingin dapat harga pulsa SUPER MURAH klik saja:
www.tombolpulsa.com
http://tombolpulsa.multiply.com

Message: "If you continually give, you will continually have"

----------------------------------------------------------

Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
2.

[BUKU INCARAN] Katakanlah Sejujurnya

Posted by: "Anwar Holid" wartax@yahoo.com   wartax

Thu Oct 8, 2009 5:09 pm (PDT)



[BUKU INCARAN]

Katakanlah Sejujurnya
---Anwar Holid

Perahu Kertas
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka & Truedee, 2009
Tebal: 444 hal.
ISBN: 978-979-1227-78-0
Harga: Rp.69,000,-

Semua orang tahu pepatah usang ini: honesty is the best policy. Kejujuran itu tindakan terbaik. Perlu berapa lama untuk menunggu seseorang jujur? Butuh berapa halaman untuk mengungkapkannya? Dalam kasus Dee: empat tahun, 444 halaman. Persisnya 434 halaman bila kita mengabaikan endorsement, awalan, dan akhiran novel Perahu Kertas (Bentang & Truedee, 2009, Rp.69,000,-). Halaman setebal itu dia bentangkan besar-besaran untuk mengisahkan betapa berharga kejujuran, meskipun awalnya semua orang tampak bermasalah dengan kejujuran. Alasannya sederhana: takut menyakitkan.

Tapi "takut menyakitkan" ini akibatnya benar-benar fatal dan membuat semua orang menderita, kehilangan momen berharga, menambah-nambah masalah, dan menyiksa pembaca sampai harus membuka halaman terakhir, sebenarnya ada apa dengan kisah cinta dua orang bernama Kugy dan Keenan. Mungkin di situlah Dee mempertaruhkan keterampilannya bercerita: dia menaruh sehamparan misteri dan rintangan sebelum sepasang kekasih ini menyerah dan mengakui kejujuran masing-masing.

Misteri dan rintangan terbesar dari kedua orang itu justru keinginan untuk menyenangkan orang-orang terdekat yang berhubungan secara emosional dengan mereka, orang yang secara alamiah tumbuh bersama mereka. Karena berhasil menyembunyikan kata hati dan mampu membungkusnya secara melegakan, secara permukaan hubungan itu baik-baik, meski pada dasarnya mereka sesak. Apa manusia-manusia kota ini memiliki problem komunikasi atau malah amat sukses mengembangkannya jadi semacam "etiket" pergaulan dalam kehidupan? Mungkin kadar EQ (Emotional Quotient) mereka rendah, jadi kesulitan melampiaskan perasaan dan maksud dengan jelas. Semua jadi tampak bersayap. Soalnya kalau tidak, Dee sebenarnya bisa lebih cepat menamatkan novelnya, mungkin lebih dari separo jumlahnya.

Dalam beberapa sisi, drama menunggu kejujuran antara Kugy dan Keenan ini terasa ngayayay---istilah Sunda untuk bertele-tele. Tapi untung, Perahu Kertas merupakan page-turner, novel dengan alur cerita memikat, dan karena itu hanya butuh waktu sebentar untuk menamatkannya. Bisa jadi karena itu, seorang editor dari Jogja bilang, "Biarpun tebal, novel Dee ini mantap." Formulanya bikin pembaca terpana. Pengakuan para pembaca awal novel ini merupakan bukti bahwa Dee memang seorang penutur kisah hebat dan ia mampu menciptakan plot memikat. Kita boleh bertaruh apa para pemberi endorsement itu jujur dengan pernyataannya atau berusaha membungkus ungkapan dengan pujian.

Indah Darmastuti, seorang penulis dari Solo berkomentar: "Novel itu sangat menghibur aku. Aku suka kosakata yang cair khas Dee. Lucu dan plot yang mendebarkan. Dan ending sesuai harapanku." Kisah cinta rata-rata memang mudah ditebak. Tinggal bagaimana penutur menceritakannya, karena kunci buku yang sukses ada pada susunan kerangka cerita yang menarik. Meski subjek sebuah cerita bisa saja klise, karena memang nyaris tiada yang baru di dunia ini, seorang tukang cerita mesti mencari cara terbaik agar memenangi penikmatnya.

Perahu Kertas merupakan kisah sejenis itu. Bertindak sebagai dalang atau Tuhan serba tahu (omniscient narrator), Dee mengombang-ambingkan perasaan Kugy di balik lipatan perahu kertas yang dia luncurkan dari selokan atau anak sungai yang dia temui. Di situlah kejujurannya tertera dan mengalir. Sementara Keenan menenggelamkan diri pada lukisan, melampiaskan emosi tertahan pada seseorang yang dia anggap pasangan jiwanya. Mereka berputar-putar dulu menjadi sesuatu yang bukan diri mereka demi kelak menjadi diri masing-masing lagi. Saling menghancurkan dahulu sebelum akhirnya menyusun ulang agar utuh kembali? Seperti ungkapan Goenawan Mohamad, "sesuatu yang kelak retak dan kita membikinnya abadi."

Dee membuat drama Kugy dan Keenan terlalu lama. Maka pertama-tama Kugy harus mengecewakan pacarnya, lantas sahabat terbaiknya, juga pria pemberi cincin permata lapis lazuli. Sementara Keenan harus jadian dulu dengan Wanda yang penuh pamrih, Luhde yang inosens, berkonflik dengan ayahnya sampai dia stroke, dan sebentar melemparkannya pada kehinaan dan kemiskinan. Tapi orang-orang di sekitar merekan pun bermasalah serupa. Agaknya di novel ini kejujuran jadi semacam penyakit endemik. Mereka menyangka serangkaian pilihan itu bisa membebaskan perasaan. Ternyata tidak. Mereka betul-betul kesulitan menunggu momen kapan hati dan impian bersama itu bertemu. Keduanya terus mencari dalih, berusaha menutup-nutupi kejujuran. Misal dengan bersikap defensif, cemburu, kabur dari masalah, atau marah. Masing-masing mengenakan topeng untuk menyembunyikan kejujuran. Sebab kuncinya terselip pada ungkapan ini: Carilah orang yang enggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau
memberikan segala-galanya (hal. 427).

Dari satu sisi, Perahu Kertas merupakan tipikal novel chicklit yang ringan, menghibur, menyenangkan. Dee bercerita secara kronologik, lengkap dengan bulan dan tahun, bahkan kerap sekaligus menampilkan Kugy dan Keenan secara bersisian. Mungkin karena dia merombak kisah ini dari arsip draft lamanya, yang dia tulis sejak tahun 1996, lantas dia revisi total pada 2007 untuk mula-mula muncul sebagai novel digital. Kini, ketika muncul edisi kertasnya, sebentar lagi kisah ini pun akan muncul lewat layar lebar. Sebagian orang mungkin berharap labirin kisah romantis ini bisa menguras emosi dan menggemaskan, karena membayangkan Kugy yang cute dan Keenan yang tampak misterius dengan daya pikat seperti magnet.

Jujur saja: saya lebih suka berharap Dee menggunakan keunggulan mendongengnya untuk meneruskan proyek penulisan Supernova. Untuk menceritakan kisah dengan idealisme tertentu, yang berkarakter, kuat. Janganlah Dee menyia-nyiakan kejujurannya untuk berputar-putar dulu mengisahkan sesuatu yang klise. Pengalaman menyatakan betapa kejujuran terlalu berharga untuk ditutupi bila sekadar untuk menyembunyikan rasa sakit.[]

Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung; bekerja sebagai penulis, editor, dan publisis. Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: wartax@yahoo.com | Tel.: (022) 2037348 | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141

PS: Rasanya judul resensi ini berasal dari lagu pop lama, tapi saya lupa apa persisnya. Ada yang tahu?

Situs terkait:
http://dee-idea.blogspot.com
http://www.dee-55days.blogspot.com
www.mizan.com
www.klub-sastra-bentang.blogspot.com
Facebook: Dewi Lestari
Twitter: deelestari

3a.

FW: <<SST>>  antologi MUSIBAH GEMPA PADANG:UNDANGAN

Posted by: "jun an nizami" tinta_mirah@yahoo.co.id   ujangjiung

Thu Oct 8, 2009 8:58 pm (PDT)





----- Original Message -----
Subject: <<SST>> antologi MUSIBAH GEMPA PADANG:UNDANGAN
Date: Fri, 9 Oct 2009 0:03:08
From: Dr Ahmad Kamal Abdullah <dato_kemala@yahoo.com>
To: <sanggar-sastra-tasik@yahoogroups..com>

 

ANTOLOGI MUSIBAH GEMPA PADANG: 100 PENYAIR 100 PUISI

Dengan hormat dimaklumkan bahwa Masjid Abdul Rahman Auf akan menerbitkan
antologi MGP pada akhir bulan Oktober dan saya sebagai editornya. Saya
mengundang ahli DK mengirimkan sebuah puisi sebelum 15 Okt untuk diikut
sertakan. Sumbangan ini gratis sebagai rasa solidaritas dan kemanusiaan kita
kepada peristiwa tersebut. Peluncuran dan Baca Puisi antologi ini akan dilakukan
pada 31 Okt dan 1 Nov. di Dewan al-Ghazali, Masjid Abdul Rahman Auf, KM 5.5,
Jalan Puchong Kuala Lumpur Malaysia. Emelkan puisi anda kepada
dato_kemala@ yahoo.com . TKasih. DK---

Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

3b.

Re: FW: <<SST>> antologi MUSIBAH GEMPA PADANG:UNDANGAN

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Thu Oct 8, 2009 9:49 pm (PDT)



hua!!! ingin ikut :D mudah2an gak lupa :D

Pada 9 Oktober 2009 10:58, jun an nizami <tinta_mirah@yahoo.co.id> menulis:

>
>
>
>
> ----- Original Message -----
> Subject: <<SST>> antologi MUSIBAH GEMPA PADANG:UNDANGAN
> Date: Fri, 9 Oct 2009 0:03:08
> From: Dr Ahmad Kamal Abdullah <dato_kemala@yahoo.com<dato_kemala%40yahoo.com>
> >
> To: <sanggar-sastra-tasik@yahoogroups..com<sanggar-sastra-tasik%40yahoogroups..com>
> >
>
>
>
> ANTOLOGI MUSIBAH GEMPA PADANG: 100 PENYAIR 100 PUISI
>
> Dengan hormat dimaklumkan bahwa Masjid Abdul Rahman Auf akan menerbitkan
> antologi MGP pada akhir bulan Oktober dan saya sebagai editornya. Saya
> mengundang ahli DK mengirimkan sebuah puisi sebelum 15 Okt untuk diikut
> sertakan. Sumbangan ini gratis sebagai rasa solidaritas dan kemanusiaan
> kita
> kepada peristiwa tersebut. Peluncuran dan Baca Puisi antologi ini akan
> dilakukan
> pada 31 Okt dan 1 Nov. di Dewan al-Ghazali, Masjid Abdul Rahman Auf, KM
> 5.5,
> Jalan Puchong Kuala Lumpur Malaysia. Emelkan puisi anda kepada
> dato_kemala@ yahoo.com . TKasih. DK---
>
> Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke
> Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini!
> http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
>
>
>
4a.

[Catcil] Matahari dan Pagi dalam Pembukaan Kisah

Posted by: "Rini" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Thu Oct 8, 2009 10:24 pm (PDT)



Dalam novel Cinta Empat Bab karya Hermawan Aksan, saya menemukan dialog yang menarik sekali.

"Novel-novel Indonesia, entah mengapa, banyak sekali yang dimulai dengan alinea yang mengandung kata matahari.

Coba lihat, misalnya novel Jalan Bersimpang di Pantai Rembang karya Maria A. Sardjono: Menik tersenyum menentang matahari pagi yang menyembul di kaki langit. Warna-warni pelangi memulas permukaan air laut yang berkilauan.

Atau Dibakar Malu dan Rindu karya Marga T.: Tania Rejana terjaga ketika matahari sudah lama menerobos ke dalam kamarnya lewat jendela yang dibiarkannya terbuka semalaman.

Lihat juga Bangkok Love Story oleh Gola Gong.: Bangkok pagi hari. Matahari belum muncul dengan sempurna. Langit timur yang bagai dibalut kapas mulai kemerah-merahan."

"Apakah itu buruk?" tanyaku penasaran.

"Aku tidak bicara soal baik atau buruk. Tetapi juga sebaliknya, apakah itu menarik?"

Aku diam tak bisa menjawab. (hal. 80-81)

Saya teringat artikel panjang [fokus liputan?] dalam satu edisi Matabaca lama, sastrawan Eka Kurniawan berseloroh kurang lebih, "Penulis yang mengawali cerpennya dengan Pagi merekah cerah, burung-burung berkicau riang pasti tergolong pemalas deh.."

Saya membutuhkan waktu hampir lima tahun untuk mencerna makna ucapan Mas Eka tersebut. Mengapa disebut pemalas, bukankah itu berarti penulisnya rajin bangun pagi? Ternyata maksudnya..si penulis tidak mengolah kreativitas untuk membuka kisah dengan kalimat yang menggiring minat pembaca guna terus melanjutkan menyimak tulisannya.

Bila saya membaca artikel tersebut semasa SMP, ketika masih belajar menulis dengan nafsu menggebu dan narsis tinggi bahwa karya saya bagus, mungkin saya akan mencak-mencak lalu patah arang. Namun kini, saya tersenyum geli mengingat kekonyolan saya di masa lalu dan bertanya apakah masih patut menyebut diri penulis.

Sekadar renungan pagi hari, teguran untuk diri pribadi.

Peace,
Rinurbad

4b.

Re: [Catcil] Matahari dan Pagi dalam Pembukaan Kisah

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Thu Oct 8, 2009 11:19 pm (PDT)



Pengamatan yang menarik!

IMHO, itu sama lazimnya -- atau tradisi (?) di ruang kelas di Indonesia --
tugas menggambar pemandangan alam yang pasti hasilnya nyaris seragam :
deretan pematang sawah dengan latar belakang dua gunung kembar dan matahari
pagi yang menyembul di antara belahan dua gunung tersebut. Pak Tino Sidin
tak pernah mempermasalahkan itu, dan komentarnya hanya satu: Bagus! ^_^

Ditilik lebih jauh, sebenarnya ini kajian menarik dari sisi budaya,
misalnya. Eka Kurniawan mungkin benar, jika disigi sisi kreativitasnya.
Tapi, dari sisi budaya, barangkali inilah bentuk kedekatan -- atau
kemenyatuan -- orang Indonesia dengan alam negerinya yang berlimpah sinar
mentari. Mungkin seperti kedekatan orang Jepang dengan gunung Fuji-nya atau
orang Eropa dengan alam bersaljunya, yang tergambar di banyak karya sastra
mereka. Salahkah itu? Tentu tidak, yang membedakan ya cara pengemasannya
saja -- ini sependek pengetahuan saya lho. Toh, seperti kata orang, tak ada
sesuatu yang baru di dunia ini, di bawah sinar mentari.

Jika kita lanjutkan merambah ke sisi lebih jauh -- pendidikan, misalnya.
Kebiasaan gaya penulisan yang Rini sebutkan, juga tradisi menggambar
pemandangan alam dengan pola Merapi-Merbabu Complex tersebut -- yang juga
sebangun dengan kebiasaan tugas mengarang "liburan ke rumah kakek" yang
dijawab satir oelh Seno Gumira Ajidharma dalam cerpen "Pelajaran Mengarang"
-- menohok pada pola pendidikan di negeri ini. Pola pendidikan yang
mendiskriminasi kreativitas dan lebih mengunggulkan otak kiri ketimbang otak
kanan. Hmm...akan banyak hal yang bisa dikaji, jika kita ingin
memperpanjanglebarluaskan ini:).

Terima kasih sudah berbagi, Rin, di Jumat siang yang puanass ini:(.

Tabik,

Nursalam AR

2009/10/9 Rini <rinurbad@yahoo.com>

>
>
> Dalam novel Cinta Empat Bab karya Hermawan Aksan, saya menemukan dialog
> yang menarik sekali.
>
> "Novel-novel Indonesia, entah mengapa, banyak sekali yang dimulai dengan
> alinea yang mengandung kata matahari.
>
> Coba lihat, misalnya novel Jalan Bersimpang di Pantai Rembang karya Maria
> A. Sardjono: Menik tersenyum menentang matahari pagi yang menyembul di kaki
> langit. Warna-warni pelangi memulas permukaan air laut yang berkilauan.
>
> Atau Dibakar Malu dan Rindu karya Marga T.: Tania Rejana terjaga ketika
> matahari sudah lama menerobos ke dalam kamarnya lewat jendela yang
> dibiarkannya terbuka semalaman.
>
> Lihat juga Bangkok Love Story oleh Gola Gong.: Bangkok pagi hari. Matahari
> belum muncul dengan sempurna. Langit timur yang bagai dibalut kapas mulai
> kemerah-merahan."
>
> "Apakah itu buruk?" tanyaku penasaran.
>
> "Aku tidak bicara soal baik atau buruk. Tetapi juga sebaliknya, apakah itu
> menarik?"
>
> Aku diam tak bisa menjawab. (hal. 80-81)
>
> Saya teringat artikel panjang [fokus liputan?] dalam satu edisi Matabaca
> lama, sastrawan Eka Kurniawan berseloroh kurang lebih, "Penulis yang
> mengawali cerpennya dengan Pagi merekah cerah, burung-burung berkicau riang
> pasti tergolong pemalas deh.."
>
> Saya membutuhkan waktu hampir lima tahun untuk mencerna makna ucapan Mas
> Eka tersebut. Mengapa disebut pemalas, bukankah itu berarti penulisnya rajin
> bangun pagi? Ternyata maksudnya..si penulis tidak mengolah kreativitas untuk
> membuka kisah dengan kalimat yang menggiring minat pembaca guna terus
> melanjutkan menyimak tulisannya.
>
> Bila saya membaca artikel tersebut semasa SMP, ketika masih belajar menulis
> dengan nafsu menggebu dan narsis tinggi bahwa karya saya bagus, mungkin saya
> akan mencak-mencak lalu patah arang. Namun kini, saya tersenyum geli
> mengingat kekonyolan saya di masa lalu dan bertanya apakah masih patut
> menyebut diri penulis.
>
> Sekadar renungan pagi hari, teguran untuk diri pribadi.
>
> Peace,
> Rinurbad
>
>
>

--
KENNIS IS MACHT, KARAKTER IS MORE
Knowledge is power (but) character is more
(kutipan buku "Dan Toch Mar� )

Nursalam AR
Translator & Writer
0813-10040723
021-92727391
www.nursalam.multiply.com
www.facebook.com/nursalam.ar
4c.

Re: [Catcil] Matahari dan Pagi dalam Pembukaan Kisah

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Fri Oct 9, 2009 12:35 am (PDT)



jadi nge-recek tulisanku mbak apakah aku juga terkena sindrom matahari pagi hehehhe... makasih mbak, kemaren pas ikutan acaranya mas Jonru pelatihan menulis di Surabaya, Mas Jonru juga menyinggung hal itu, katanya " Rasanya saya agak males baca fiksi yang dimulai dengan kata-kata mendayu-dayu begitu" heheheh...

betul juga sebenarnya nggak buruk, tapi apa ya menarik? qiqiqiq...
Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Rini <rinurbad@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Fri, October 9, 2009 12:24:14 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Catcil] Matahari dan Pagi dalam Pembukaan Kisah

5.

(Catcil) - PAGIKU CERAH - PAGIKU HANGAT :-)

Posted by: "yudhi mulianto" yudhi_sipdeh@yahoo.com   yudhi_sipdeh

Fri Oct 9, 2009 12:27 am (PDT)





Pagiku yang Cerah dan pagiku yang hangat... Kisah pagi dengan mataharinya  tidak pernah membuatku bosan...seperti halnya pagi itu, Dani  berbaris bersama teman-temanya sebelum masuk kelas. Barisan Anak-anak  TK A yang kurang rapi  dipolahi  tingkah yang lucu-lucu dan menggemaskan sambil meneriakkan yel-yel mengikuti teriakan Bu Guru :-).

Ku lihat pipi Dani yang putih lembut bersemu merah segar. He..he..he.. Pipi yang aku tidak pernah bosan menciumnya berulang kali.....Apalagi menciumnya di pagi yang cerah itu. Rasanya lembut dan hangat...hangatnya menjalar sampai ke hati. :-)

Aku cinta pagi yang  hangat memberikan harapan.

Aku benci pagi dingin dan hambar tanpa sinar matahari dan sarapan sepotong roti.

Salam Pecinta Matahari Pagi
Yudhi (Abinya Dani  yang sekarang TK A )

6.

up date donasi untuk gempa sumbar

Posted by: "asma sembiring" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Fri Oct 9, 2009 1:00 am (PDT)



Up Date Donasi untuk Gempa Sumatra Barat
1 Total  Donasi  hingga 5 Oktober 2009
(telah ditransfer ke Yayasan Rumah Zakat Indonesia) Rp. 2.765.000
2 Donasi 6 Okt 2009
Mama Saras – Bogor   Rp.    200.000
3 Donasi 9 Okt 2009
M.Salahuddin Al-Ayyubi – Lembang Rp. 1.000.000
 
4 Donasi 9 Okt 2009
Hamba Allah BALITSA – Lembang     Rp.    500.000
  Total Donasi hingga 5 Okt 2009       Rp. 3.465.000

Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
7.

cerita di balik naskah lomba penerbit Erlangga

Posted by: ":: Beni Jusuf ::" benijusuf@cbn.net.id   benijusuf

Fri Oct 9, 2009 1:23 am (PDT)



3 Tahun sudah aku vakum menulis
meski masih jadi penulis juga, tapi nulis/tanda tangan kwitansi dan
invoice hehehe
Menjelang bulan puasa lalu, istriku memperlihatkan pariwara lomba
penulisan yang dihelat oleh penerbit Erlangga. Dengan antusias, dia
bilang punya ide yang bagus untuk ditulis sebagai buku. bahkan katanya
lagi, kalaupun ditulis sebagai novel juga menarik.

Aku tertawa saja mendengar uraiannya. Tapi karena tak tega untuk
membuatnya patah semangat, aku pun bilang: udah tulis aja point2
ceritanya, ntar aku bantuin edit deh!
Istriku bukan penulis, sehari-hari dia bekerja sebagai staff GIS Remote
Sensing pada sebuah lembaga nirlaba di Bilangan Kemang. Dia yang suka
membaca karya2 fiksi langsung menyanggupi.
Jawabanku itu sebetulnya tak semata-mata karena ingin membantu editing
naskah. Tapi lebih sebagai upaya menghindar aja kalau disuruh bantuin
nulis hehehhe. [Oh My God, ampunilah daku yang tak tulus ini, aku tau
bahwa aku sulit masuk surga, tapi aku yakin Allah Maha Welas asih tak
kan membiarkan aku yang tentu tak kuat kalau harus hidup di neraka]

Ceritanya terus berlanjut. Eh ternyata beneran istriku serius menulis
point-point cerita yang bakal jadi bahan tulisan. Bahkan udah ditulis
sebagai draft naskah. Aku baca selintas, semua dah rapih alurnya,
tinggal memberi sentuhan editing redaksionalnya saja. Tidak menyangka!

Dengan sedikit sentuhan, akhirnya naskah kelar juga. And....... dua hari
lalu datang telepon dari Cikeas, eh Ciracas, tempat penerbit Erlangga
berada, nama istriku ada diantara pemenang. Daftar selengkapnya ada di:
http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=517&Itemid=

thank to my wife, idenya emang bagus, bersyukurlah suaminya yang [masih]
jadi penulis malas ini kerjanya jadi agak ringan hehehhe. i love u ful!
Di bawah ini beberapa paragrap naskah yang dikirim ke Erlangga:

ROMANSA TIGA DASAWARSA

Minggu, 1 Maret 2009
Tepat tiga puluh tahun silam, teras rumah mungil dimana sore ini aku
duduk santai di kursi malas menjadi penanda tapak perjalanan dalam
melabuhkan pengabdianku sebagai guru di Sukadana. Sebuah desa terpencil
di Wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Tanpa terasa waktu bergulir demikian kencang. Tiga puluh tahun serasa
baru kemarin dijalani. Menorehkan catatan pengalaman dalam lembar
sejarah kehidupan. Menjadi mosaik indah yang senantiasa membayang.
Selaksa suka dan duka silih berganti menghampiri. Semua terekam rapih
dalam ingatan yang tak mungkin terhapus. Banyak yang membangkitkan
kenangan gembira. Namun juga diantaranya mengungkit kembali nelangsa
yang sekian lama mengendap dalam memori ingatan.
Semuanya kini menjadi bayang-bayang kisah masa lalu yang menghantarkanku
mengarungi semua tantangan, celaan, bahkan fitnah yang pernah mendera
kehidupanku.
Seolah semuanya kejadian baru kemarin dilewati. Semuanya masih terekam
gamblang di pelupuk mata.
* * * * *

Sepatu hitam yang kukenakan mulai kusam makin terlihat lusuh. Sisa
lumpur yang mengering menempel di bagian bawah. Setelah dipakai berjalan
hampir satu jam lamanya. Kini aku berhenti di tubir sungai. Sementara di
seberang nampak beberapa rumah. Sebuah desa yang menjadi tujuan akhir
perjalananku menembus jalan setapak yang becek sisa hujan semalam.
Desa di seberang sungai itu namanya Desa Salakaria, Kecamatan Rajadesa.
Sebuah tempat yang sebentar lagi menjadi tempatku memulai peran baruku
setelah lulus sekolah. Menjadi guru.
Menjadi guru?
Ya, menjadi guru!
Di desa yang terpencil?
Inilah yang tak terbayangkan sebelumnya!
Tak pernah terlintas di benakku kalau aku akhirnya menjadi guru. Tak
pernah terbersit dalam benakku menjadi guru. Karena impianku tentang
masa depan adalah menjadi pegawai sebuah bank. Yang lebih menjanjikan.
Makanya guru tidak masuk daftar dalam cita-citaku.
Namun pada akhirnya aku terbentur kenyataan. Bahwa kondisi ekonomi orang
tuaku tak memungkinkan aku untuk mengejar impianku. Bapakku hanyalah
veteran tentara yang lantas bekerja menjadi sekretaris desa. Dengan
kondisi ekonomi yang dikatakan jauh dari berada. Rasanya mustahil bagi
orang tuaku untuk membiayaku sekolahku ditingkat lanjutan seperti yang
kuimpikan.
Apalagi aku terlahir dari keluarga besar. Nomer lima dari tujuh
bersaudara. Dengan jumlah tanggungan sedemikian banyak, tentunya hidup
kami yang sangat sederhana kian menerbitkan rasa nelangsa kalau harus
menggantungkan harapan yang rasanya sangat rekasa untuk diraih.
Akhirnya aku harus berdamai dengan kenyataan. Dengan sadar mengubur
impian menjadi pegawai bank. Meski terasa pahit, aku memang harus
memupus harapan untuk kuliah di jurusan perbankan.
Apalagi kemampuan orang tuaku hanya sebatas membiayai pendidikan setahun
tingkat diploma, atau D1 PGSLP (Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Pertama) di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung (sekarang
bernama Universitas Pendidikan Indonesia atau UPI).
Rasanya membosankan belajar pada jurusan yang tak disukai. Bahkan tak
dibayangkan sebelumnya. Namun aku juga tak ingin membuat kecewa orang
tuaku yang telah membiayai dengan susah payah. Rasanya aku terpenjara
dilema.
Untuk menguatkan semangatku, berulangkali aku menanamkan keyakinan bahwa
yang terlihat baguskan pariwara lomba penulisan yang dihelat oleh
penerbit Erlangga. Dengan antusias, dia bilang punya ide yang bagus
untuk ditulis sebagai buku. belum tentu baik menurut Allah. Begitupun
sebaliknya, setiap yang kita anggap jelek belum tentu buruk menurut
pandangan Allah, bahkan bisa jadi di situlah keberkahan terlimpah. Asal
kita menjalani dengan perasaan ikhlas. Sebuah petuah yang aku dapatkan
dari nguru ngaji di surau sebelah rumahku.
Setiap hari kupompakan pemahaman semacam itu agar semangatku menjalani
masa pendidikan tidak luruh. Agar harapanku memperoleh kehidupan lebih
baik ketimbang orang tuaku suatu saat menjadi kenyataan.
Selalu kujaga semangatku. Agar harapanku tak punah.
Karena harapan itulah satu-satunya yang aku punya.
* * * * *

dicuplik dari www.lorongcahaya.multiply.com

Beni Jusuf
ID YM: benijusuf

Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Cat Zone

Connect w/ others

who love cats.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: