Senin, 19 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2850

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (16 Messages)

1.1.
File - Moderator Sekolah Kehidupan From: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
2a.
(etalase) YUK, IKUT WORKSHOP "CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI DUNIA From: Bu Catur
2b.
Re: (etalase) YUK, IKUT WORKSHOP "CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI D From: batikmania
3a.
Re: [kelana Lebaran]; Rasa kasih sayang From: Dee
4a.
Re: (Kolom) Bekerja Sebagai Mediapreneur From: Kundiyarto M.
5a.
Re: [Catcil] Percakapanku Dengan Seekor Kucing From: yuny_june
6.
[catcil Sweet Ramadhan :) From: novi khansa'
7a.
Re: (Bahasa) Cerpe: Mata Air Kekasih From: asma_h_1999
7b.
Re: (Bahasa) Cerpe: Mata Air Kekasih From: Jadikan Hidupmu Seindah Pelangi
8.
Ngobrol Online Dengan Pakar Soal Kecerdasan Anak From: Lily Turangan
9.
Pemimpin Muda From: ariefbudisetyawan
10.
Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga From: ariefbudisetyawan
11.
Kepercayaan dan Keteladanan From: ariefbudisetyawan
12.
SUKSESI From: ariefbudisetyawan
13.
..Belajar GOBLOG From: ariefbudisetyawan
14.
(catcil) Karya Siapa...? From: batikmania

Messages

1.1.

File - Moderator Sekolah Kehidupan

Posted by: "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com" sekolah-kehidupan@yahoogroups.com

Sun Oct 18, 2009 4:10 am (PDT)




(Moderator) INFO: Cara Mudah Baca Email

Para anggota milis sekolah-kehidupan Yth.,

Dari pengamatan yang kami lakukan, jumlah postingan yang masuk ke milis kita rata-rata 20-30 email sehari baik berupa artikel maupun postingan lainnya. Sehubungan dengan itu maka kami menyarankan bagi semua anggota agar email-box tidak cepat penuh maka disarankan agar mengubah status posting-emailnya dari individual email menjadi digest atau web-only. Tetapi dari pengalaman yang kami lakukan, hal yang terbaik bila kita memilih option web-only. Dengan pilihan ini maka kita hanya bisa membaca seluruh postingan dengan cara membuka mail site, juga untuk membalas postingan, serta mengirim email langsung ke si penulis.

1. Cara mengubah sistem info email dari individual email ke digest atau web-only
Ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan,
Sign in dulu, kemudian klik Edit Membership
Kemudian di bawah ubah pilihan dari individual email ke pilihan digest atau web-only.
Kemudian akhiri dengan klik tanda SAVE

2. Cara mudah untuk membuka mail-group.
Bila kita sudah ingin memilih dengan web-only, berarti informasi semua postingan harus
dilihat di mail site. Untuk itu ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan.
Sign in dulu, kemudian klik view all, untuk melihat semua postingan dari dulu yang paling
lama sampai yang terbaru.
Untuk memudahkan membuka mail-site kita di waktu-waktu berikutnya maka alamat mail
tadi yang di awali dengan http://....., sebaiknya di book-mark atau di masukkan dalam
daftar favorite (ada di ujung atas sebelah kiri layar monitor). Klik Favorites, dan add.

Demikian yang dapat disampaikan. Terima kasih.

Salam Hormat,
Moderator Bersama


2a.

(etalase) YUK, IKUT WORKSHOP "CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI DUNIA

Posted by: "Bu Catur" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Oct 18, 2009 5:38 am (PDT)



Ingin tahu lebih jauh tentang Creative Writing dalam tulisan non-fiksi?
Bagaimana Creative Writing jika diterapkan di dunia per-blog-an?
Ingin bergabung dengan komunitas blogger yang keren?
Bagaimana menjadi seorang blogger yang bisa memenangkan sebuah ajang bergengsi?
Ingin membuat tampilan dan isi blog yang menarik?
atau
Ingin berubah profesi menjadi seorang blogger sekaligus penulis?

Jika YA. Temukan jawabannya, hanya di:

WORKSHOP
"CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI DUNIA BLOG"
Minggu, 25 Oktober 2009
Pukul 09:30 – 15:00 WIB

Tempat:
Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Lantai Basement, Ruang Preview. Jl.
H.R. Rasuna Said kav. C-22, Kuningan - Jakarta 12950 (sebelah Pasar
Festival).

Pemateri:
Ollie, Blogger pemenang Bubu Awards 2009, penulis, sekaligus owner beberapa toko online.
Imazahra, penulis buku Best Seller Long Distance Love.

Investasi peserta:
Rp. 100.000 per peserta
(sudah termasuk goodie bag, snack, makan siang, hand out dan sertifikat)

Pendaftaran:
ke Gita Lovusa,
di jurnal ini boleh, lewat sms diizinkan, lewat e-mail silakan, lewat PM mangga, lewat facebook bisa.
Tempat terbatas! Hanya untuk 50 orang peserta.
Jadi....segera daftarkan diri Anda yaaa! ^^

Pembayaran:
Transfer ke No. Rekening
136-155-122, BNI 46 cab Tangerang a.n Gita Aryana
Atau:
1080-627-340, BCA Cab Tangerang, a.n Gita Aryana

(Mohon
tambahkan dua digit terakhir no. HP untuk memudahkan pengecekan. Misal
no. HP Anda 081*******19, maka jumlah yang ditransfer adalah Rp
100.019).

Konfirmasikan pembayaran Anda dengan mengirimkan e-mail ke: gita19@gmail.com
yang berisi:
- Nama lengkap

- Nomor handphone

- Alamat e-mail

- Tanggal transfer

- Jumlah transfer


* E-mail balasan berisi konfirmasi akan Anda terima setelah kami menerima konfirmasi dari bank mengenai transfer Anda.


* Registrasi terakhir Sabtu, 24 oktober 2009

PENTING!
Setiap peserta yang sudah mendaftarkan diri, diminta untuk mengirimkan 1 tulisan non-fiksi maks. 1 halaman A4 dengan tema bebas
ke gita19@gmail.com. Paling lambat diterima Kamis, 22 Oktober 2009.
Tulisan yang masuk akan dibaca oleh Imazahara dan akan dibahas di
workshop.


Informasi lebih lanjut hubungi:


Gita Lovusa 
0852 287 11 056



Acara ini disponsori oleh:
Lingkar Pena Publishing House dan Halaman Moeka Publishing House

Salaam,
PENA LECTURA
[lovusa, cambai, natayacr, mbaktyas, bundaelly, pondokkata, yudimuslim]
Halaman Moeka Publishing
Penerbit dan Jasa Penerbitan Buku
http://halamanmoeka.blogspot.com

Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
2b.

Re: (etalase) YUK, IKUT WORKSHOP "CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI D

Posted by: "batikmania" batikmania@yahoo.com   batikmania

Mon Oct 19, 2009 2:52 am (PDT)



Iih... mau deh ikutan. Tapi selalu... gara-gara saya orang Bandung yang betah banget di Bandung, kayaknya "belum tega" untuk pergi ke Jakarta buat ikutan acara yang sebegitu menarik seperti ini sekalipun. Masih menunggu, siapa tahu acara serupa akan digelar juga di Bandung. Yuk yuk, insya Allah pesertanya bakalan banyak juga. Ayo dong... adain juga di Bandung...! Siapa yang mau jadi sponsor? ;)
Wassalaam

Diah Utami

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Bu Catur <punya_retno@...> wrote:
>
> Ingin tahu lebih jauh tentang Creative Writing dalam tulisan non-fiksi? Bagaimana Creative Writing jika diterapkan di dunia per-blog-an? Ingin bergabung dengan komunitas blogger yang keren?
> Bagaimana menjadi seorang blogger yang bisa memenangkan sebuah ajang bergengsi? Ingin membuat tampilan dan isi blog yang menarik? atau Ingin berubah profesi menjadi seorang blogger sekaligus penulis?
>
> Jika YA. Temukan jawabannya, hanya di:
>
> WORKSHOP CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI DUNIA BLOG
> Minggu, 25 Oktober 2009
> Pukul 09:30 â€" 15:00 WIB

> Tempat: Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Lantai Basement, Ruang Preview. Jl.H.R. Rasuna Said kav. C-22, Kuningan - Jakarta 12950 (sebelah Pasar Festival).
>
> Pemateri:
> Ollie, Blogger pemenang Bubu Awards 2009, penulis, sekaligus owner beberapa toko online.
> Imazahra, penulis buku Best Seller Long Distance Love.
................

3a.

Re: [kelana Lebaran]; Rasa kasih sayang

Posted by: "Dee" deenie_25@yahoo.co.id   deenie_25

Sun Oct 18, 2009 6:50 am (PDT)



*haruu ... :'[*

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "asma_h_1999" <asma_h_1999@...> wrote:
>
> Maaf diposting ulang. Kirim via email pribadi, kriting2 gitu, banyak yang mengganggu.
>
> ***
> Rasa Kasih Sayang
> Asma Sembiring
>
> Aku ingin saat itu berhenti sejenak.
> Dalam hening yang memagut.
> Mendengar desahan lembut udara yang masuk-keluar dari orang-orang di kamar itu.
> Dalam tatapan kasih sayang mendalam.
> Rasa cinta, penghargaan dan persaudaraan begitu kuat.
> Sementara aku berdiri memandang lekat tatapan mereka dari dekat, mengamati penuntasan kerinduan mereka. Dunia mereka seperti berhenti berputar.
> Setitik cemburu menerpa ulu hatiku menyaksikannya.
>
> "Bagaimana kabar Angah ", mulut Angku Muih bergeletar.
> "Haaa", yang ditanya balas bertanya.
> "Kabar Ayek ", ujarku bersuara sedikit kencang. Telinga Ayek membutuhkan nada yang lebih tinggi untuk bisa menangkap suara.
> "Baik", jawab Ayek.
> "Masih ingat saya ?", Angku bertanya lagi
> "Ingat. Waang Muihkan ?.Masa tak ingat", lalu, "Hehehehe", keduanya tertawa, memperlihatkan beberapa gigi yang rompal.
>
> Gemetar lengan Angku bergerak. Geletar gerakan itu terasa lama sampai akhirnya tangan Angku hinggap di lengan setipis mistar Ayek. Pemulihan stroke yang belum sempurna membuat gerakan Angku belum terkontrol.
>
> "Kakakku ini yang dulu, membawa aku jalan-jalan ke Palembang dan Jakarta", Angku berkata. Tangannya mengusap-usap lembut lengan Ayek. Setitik bening ia seka di sudut matanya. Mereka saling bertatap, lamaa. Mesra menurutku. Entah Ayek mendengar atau tidak kalimat Angku.
>
> "Apa yang terasa di badan ?", Angku bertanya kembali.
> "Pegal", jawab Ayek. Dua setengah tahun berbaring di atas ranjang tanpa akibat usia tua, dengan keseluruhan aktifitas berpusat di ruangan 3 x 3 meter-kamar Ayek, tentu saja memenatkannya. Ia tak bisa memindahkan posisinya ke kanan dan kekiri sesukanya. Kalau hendak berpindah posisi, Ayek memanggil orang-orang di sekitarnya untuk membantu. "Tolong balikkan badan saya ke kanan atau ke kiri", pintanya. Beberapa menit sekali, ia minta digurukkan punggungnya. "Gataal", ujar Ayek. Ayek seperti bayi, yang butuh bantuan untuk bergerak.
> Usia tua, tukak lambung dan jatuh dua kali di kamar mandi membuat Ayek yang berusia 94 tahun terpaksa menyerah pada kondisinya, berbaring telentang di atas kasur.
>
> Sementara Angku Muih, lelaki usia di atas 80-tahun itu, pernah dua kali jatuh karena stroke, dan sedang berusaha mengembalikan kemampuan gerakannya, meski belum sempurna adanya.
>
> "Sabar ya", hibur Angku perlahan melanjutkan pembicaraan.
> "Sholatnya gimana ?"
> "Yaa sambil tiduran", jawab Ayek.
> "Banyak-banyak baca istigfar dan bertasbih. Do'a sama Allah agar rasa sakitnya tidak begitu terasa."
> "Iya", jawab Ayek.
>
> Dari balik mataku yang mengabut, aku lihat kakak-beradik itu menyorongkan tangan, berpamitan. Angku hendak bersilaturrahmi ke rumah adiknya yang lain. Momen itu diabadikan oleh tante, yang mendehem-dehem tanpa suara menahan sesak di lehernya. Matanya juga mulai mengaca.
>
> Hari itu, Sabtu 19 September 2009, Hari Idul Fitri. Momen kasih sayang yang tertangkap ingatanku, diantara tebaran kasih sayang yang menyamak, mengelilingi udara kampung kami. Lebih bermakna dalam, karena untuk Ayek dan Angku Muih, pertemuan itu hanya bisa terjadi 1 kali setahun dan dalam kondisi kesehatan keduanya yang memungkinkan.
>
> Lembang, 18 Okt 2009
>

4a.

Re: (Kolom) Bekerja Sebagai Mediapreneur

Posted by: "Kundiyarto M." kundiyarto@gmail.com   kundiyarto

Sun Oct 18, 2009 7:40 am (PDT)



Dahsyat sekali Mas Yons,

Kapan-kapan tentu, akan menjadi kebahagiaan diri saya jika bisa belajar dan
mendapatkan masukan-masukan berharga dari Mas Yons, bagaimana menjadi
seorang yang piawai dalam bidang penulisan seperti Mas Yons Achmad ini.

Terima kasih Mas, sudah mau berbagai artikel yang menarik dan sangat
menginspirasi. Salam kenal, dan sukses selalu ya Mas.

Salam,

On 10/17/09, Yons Achmad <kolumnis@gmail.com> wrote:
>
>
>
> *Bekerja Sebagai Mediapreneur*
>
> :yons achmad
>
>
>
> Saya baca Kompas edisi 13 Oktober 2009, ada berita menarik. Pekerjaan di
> bidang media menjadi favorit para lulusan perguruan tinggi. Bidang media
> menempati urutan pertama, menyusul bidang perbankan dan bidang industri
> spesifik (mining dan manufactur). Entahlah atas dasar apa mereka menyukai
> pekerjaan di bidang media, barangkali dunia ini memang menyenangkan ditambah
> lagi gaji yang lumayan besar. Tapi yang pasti mereka tetap bekerja menjadi
> karyawan alias bekerja untuk orang lain.
>
>
>
> Alih-alih ikut kompetisi cari kerja di perusahaan media, sebenarnya ada
> yang lebih menarik dari semua itu, yaitu menjadi mediapreneur, bekerja
> sebagai wirausaha di bidang media, mendapatkan duit dan penghasilan lewat
> media. Yah, saya hanya mengikuti saran para pebisnis kreatif yang selalu
> memprovokasi untuk berpikir �Out of The Box�. Istilah mediaprenuer ini
> mungkin masih asing di telinga, saya coba ketik mediaprenuer dimesin
> pencari google, hasilnya juga sedikit. Akhirnya, saya meraba-raba sendiri.
> Dalam bayangan saya, bekerja sebagai mediapreneur konkritnya menjadi semacam
> ini:
>
>
>
> 1. *Kolumnis media*
>
>
>
> Pekerjaan ini, pelakunya mendapatkan uang dan penghasilan lewat media.
> Mereka menjual ide kepada industri media baik media cetak (koran, majalah)
> maupun media online (situs/blog). Saya menyebut kolumnis disini hanya untuk
> mewakili saja mereka yang mendapatkang uang dari media. Mereka bisa mendapat
> uang dari menulis artikel, cerpen, resensi buku dsb.
>
>
>
>
>
> 1. *Konsultan & Profesional Media*
>
> * *
>
> Konsultan media, pelakunya mendapatkan uang dari membantu mereka yang ingin
> membuat media. Misalnya dalam skala besar, meraka yang sudah senior (mantan
> petinggi yang pernah bekerja pada media besar) menjadi advisor
> (penasehat) membantu pengembangan media baik skala nasional maupun lokal.
> Dalam skala menengah bisa membantu institusi (lembaga) seperti
> perusahaan, kampus mapun sekolah dengan membuat media internal perusahaan.
> Biasanya dengan model �One Stop Service� mulai dari peliputan, penulisan,
> editing, desain dan lay-out sampai cetak.
>
>
>
> Ragam konsultasi lainnya, mereka juga mendapatkan finansial misalnya dari
> training-training media, kepenulisan media dsb. Atau sebagai konsultan media
> relations (hubungan media), menjadi mitra kerja perusahaan tertentu dalam
> rangka berhubungan dengan media.
>
>
>
> Lebih spesifik lagi, bisa menjadi profesional (praktisi) media, bisa
> bekerja sebagai publisis, seorang yang ahli dalam bidang publikasi misalnya
> publisis buku, film, maupun tokoh ternama (artis, politikus dll). Pekerjaan
> ini, dalam masyarakat kebanyakan barangkali masih nampak asing, belum banyak
> yang menyentuhnya. Nah, justru ini menjadi peluang besar bagi mereka yang
> ingin bergelut cari nafkah lewat media. Atau bisa menjadi content web
> editor, yang bertanggungjawab dalam mengurusi situs media tertentu. Layaknya
> sebagai profesional, posisi tawar yang ada adalah sebagai mitra orang lain,
> bukan sebagai buruh media.
>
> * *
>
> 1. *Owner (pemilik) media*
>
>
>
> Mambuat media, jangan terlalu muluk-muluk dulu membuat media besar. Kita
> bisa mengawalinya dengan yang sederhana, media kecil terlebih dahulu. Saat
> ini, saya tinggal di daerah Cibubur, disana banyak sekali saya temukan
> media-media yang disebarkan secara gratis. Sebuah media iklan komunitas, Ada
> Ad Info, Cibubur dot com, Cibubur Life Style dsb. Begitu juga agak kesana
> sedikit, saya temui media semisal info Kramat Jati, Info Kalimalang dll.
> Mereka menjadi media yang mendapatkan finansial dari iklan-iklan yang
> ditampilkan pada media tersebut. Pemilik media tersebut menggandeng para
> pengusaha yang berlokasi pada sentra-sentra bisnis di lingkungan tersebut.
> Nah, kita bisa mengawalinya dengan membuat media semacam ini. Kita menjadi
> pemilik media yang mendapatkan keuntungan dari produk media yang kita buat.
>
>
>
> Terakhir, pada intinya, bekerja sebagai mediapreneur sekali lagi kita bukan
> menjadi buruh media. Menjadi karyawan pemilik media tertentu. Tapi kita
> mendapatkan keuntungan finansial dengan memanfaatkan media, mengajari
> orang membuat media dan pernak-pernak yang bersangkutan dengan media, atau
> yang lebih oke dan hebat lagi, kita menjadi pemilik media tertentu. Gambaran
> diatas hanya sebagai pemantik saja, bisa jadi sangat banyak peluang
> pekerjaan dari media lainya. Satu hal penting, kenapa kita tak mencobanya?
>
>
>
> NB : Untuk konsultasi bidang media bisa kirim e-mail ke
> redaksi@komunikata.net
>
>
> --
> ==========
> yons achmad
> columnist & online publisist
> blog:http://penakayu.blogspot.com
>
>
>
5a.

Re: [Catcil] Percakapanku Dengan Seekor Kucing

Posted by: "yuny_june" yuny_june@yahoo.com   yuny_june

Sun Oct 18, 2009 7:43 am (PDT)





To : Siwi
Thanks ya Mbak Siwi. Maklum aku bukan penulis, gak punya kenalan editor jd yg ngedit editor pribadi aja alias mas Nursalam hehee.. salam kenal ya :-)..

Yuni.

6.

[catcil Sweet Ramadhan :)

Posted by: "novi khansa'" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun Oct 18, 2009 11:21 am (PDT)





Ramadhan kembali menyapa. Ramadhan hadir memberi warna. Aaaah, indahnya Ramadhan penuh cinta...

Ramadhan kali ini aku punya tekad. Aku harus bisa menjalani dengan optimal. Mengurangi kegiatan yang bisa membuat lelah fisik.

Masih jelas teringat Ramadhan tahun lalu, aku jatuh sakit. Menjalani setengah bulan Ramadhan di atas tempat tidur dan hanya sanggup berpuasa selama enam hari. Melewatkan banyak kegiatan yang sebelumnya sudah direncanakan. Sampai akhirnya saat lebaran, aku masih tak boleh makan aneka hidangan lebaran. Tak bisa ikut mudik ke kampung dan beberapa hal yang membuatku harus kapok... fuuuuh...

Selain memiliki target pribadi yang sudah direncanakan sebelumnya, aku juga harus pilah-pilah kegiatan. Seperti biasa, acara buka puasa ada di mana-mana. Dari mulai teman SMU, teman kuliah, teman organisasi, teman mengaji, teman A, B, C, D, klien, dll. Yang jelas tidak semua agenda buka puasa bisa diikuti. Selain itu, acara-acara yang diselenggarakan teman-teman pun juga harus ditimbang-timbang. Semuanya menarik, seru dan menyenangkan, tapi kudu sadar fisik. Aku sadar fisikku tak sekuat kakakku, misalnya. "Alarm" ketika masuk angin dan kelelahan harus menyadarkanku untuk mengurangi kegiatan.

Alhamdulillah, walau ada yang tidak terlalu direncanakan ada beberapa kegiatan yang tetap bisa aku ikuti tanpa harus memforsir tenaga dan waktu. Selama Ramadhan aku mengikuti kuliah tambahan bahasa Arab. Selama enam kali pertemuan pada Sabtu Ahad, aku belajar bahasa Arab yang awalnya menarik, lama-lama makin menarik. Maksudnya, menarik jaringan atau sel-sel di kepala yang membuat kepala nyut-nyutan, hehe... Jujur, sih, aku merasa puas dan merasa mendapat banyak manfaat, tapi jujur juga, aku harus pelan-pelan mempelajarinya, sambil mengingat-ingat kuliah sebelumnya. Alhamdulillah, selama enam kali pertemuan, aku berusaha tidak telat dan tidak membolos dan menangkap ilmu-ilmu yang kudapat :D ciat... ciaaaaat (emangnya silat :P).

Acara lainnya, kegiatan Ramadhan untuk adik-adik TPA dan remaja sekitar masjid. Aku hanya bisa mengikuti kegitan pada tiga hari di pekan pertama karena bentrok dengan kegiatan lainnya. Bisa dibilang acara kali ini tak sesukses Sanlat tahun lalu. Tapi, aku tetap merasa senang, masih bisa berkumpul dengan mereka selama tiga hari. Merasakan kebersamaan dan keceriaan dengan mereka. :) Nonton bareng, main Games bareng sampai main internet bareng (pengenalan internet).

Acara yang menurutku paling seru adalah bagi-bagi takjil di jalan raya. Aku dan beberapa teman berkumpul membagi tugas membawa snack, air mineral, kurma sebanyak yang dibutuhkan. Lokasinya bisa di mana saja. Membagikannya juga bisa dengan cara apa saja. Saat itu yang terpikir adalah, masih banyak orang yang sedang dalam perjalanan tidak punya bekal untuk berbuka puasa. Jadi, ketika dibagikan takjil mereka pun sangat senang... Hal itu menjadi "hadiah" tersendiri bagi kami yang emang senang jalan-jalan, halah, hehe...

Ada beberapa kali pembagian takjil dengan lokasi berbeda. Pertama, di sekitar Semanggi. Aku agak telat karena harus menunggu bus, jadinya harus ketinggalan dari teman-teman. Kedua, daerah Jakarta pusat. Kejadian yang lucu ketika kami nekat membagikan sisa takjil yang masih ada dari dalam mobil lewat jendela mobil ke pengendara motor, hehe... Ketiga, aku lupa di mana, hehe. Keempat, di daerah pancoran yang sukses membuatku mengelilingi perempatan jalan seolah baru mengenal Jakarta. Merasa harus mencari patung pancoran sebelum yakin kalau memang benar-benar berada di Pancoran, halah :D.

Oleh karena seringnya kebagian membeli snack buka puasa untuk anak-anak TPA dan bagi-bagi takjil, aku jadi tertarik hunting makanan kecil dengan variasi jenis dan harganya. Sempat iseng-iseng, membungkus satu makanan, menambahkan dengan jelly. Mampir ke "pasar dadakan" dekat rumah untuk memborong pastel atau lemper, heheheh. Mampir ke toko kue dan supermarket dekat rumah sepulang kuliah. Duh, kok masih aja sih identik dengan makanan. :D

Sesi bagi-bagi takjil sebenarnya pelengkap dari rencana acara bagi-bagi bingkisan on the road bersama teman-teman. Jadi, ketika harus berkumpul untuk rapat setelah buka puasa, kami janjian sambil sebelumnya bagi-bagi takjil di jalan raya.

Acara bingkisan on the road sendiri merupakan bagian dari rangkaian acara baksos Multiply Indonesia. Selama pencarian dana terkumpul lebih dari 10 juta dan produk. Subhanallah, mendapatkan banyak banget manfaat sekaligus membuat haru. Haru ketika melihat wajah sumringah penerima bingkisan di jalan dan takjub karena begitu banyak donatur dan jumlah uang yang terkumpul.

Ada bapak tukang tambal ban, tukang cukur yang di sela-sela menunggu pelanggan tengah mengaji, tukang somay, tukang loak, ibu penjual minuman, petugas kebersihan dan lain-lain yang dipilih secara acak dengan rute yang telah dibagi dan ditentukan oleh penanggung jawab. Selain itu karena masih tersisa dana, bingkisan juga dibagikan ke bagian anak kelas 3 di RSCM.

Panitia juga mendapat bagian untuk membagikan ke warga yang sekiranya layak menerima di lingkungan rumah masing-masing. Aku masih ingat ketika pagi-pagi sekitar pukul 3-4, aku keluar rumah setelah mendengar suara pak Hansip memukul tiang listrik setiap satu jam sekali. Memanggil beliau dan memberikan dua bingkisan untuk dia dan temannya yang memang bertugas di kompleks kami. Awalnya, sih mau keluar pukul satu malam, tapi kayaknya kurang sopan, deh :P

Alhamdulillah, dari target pribadi, walau tak tercapai semuanya, aku masih bisa menikmati itikaf ngalong di masjid (datang malam, pulang pagi :D). Seperti biasa, sambil menikmati pemandangan kalimalang yang ramai dengan pemudik berkendaraan motor, aku berangkat ke masjid. Seru aja, memerhatikan para pejuang mudik itu. Sangat mudah mengenali mereka, dari mulai bawaan yang cukup banyak, konvoi bareng, sampai mengenakan aksesoris seperti lampu tambahan yang kelap-kelip, bendera dan lain sebagainya.

Hmmm, Ramadhan yang berbeda, menikmati setiap waktu seolah selalu berkesan. Menikmati kesendirian ketika sahur dan buka puasa dalam rangka menantang diri untuk bisa tetap tinggal di rumah dan mandiri. Menjalani kegiatan-kegiatan yang diusahakan tidak menguras fisik, mencoba untuk menyeimbangkan dengan pekerjaan, kuliah dan urusan rumah tangga. Tidak selamanya bisa diatasi, tapi paling tidak, ada banyak hal yang bisa menjadi pelajaran dan PR ke depan untuk bisa lebih baik lagi.

Sweet Ramadhan...
Moga kita kembali bertemu di tahun depan...

***

"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)

***

novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi.multiply.com
http://novikhansa.wordpress.com/

7a.

Re: (Bahasa) Cerpe: Mata Air Kekasih

Posted by: "asma_h_1999" asma_h_1999@yahoo.com   asma_h_1999

Sun Oct 18, 2009 3:10 pm (PDT)




Yan,
mau dikit komen nih. Di cerpenmu ada kalimat 'ingin aku segera memalukan perempuan ...', "memalukan" : kok di kuping agak aneh ya kedengarannya, kenapa tidak menggunakan kata : mempermalukan atau membuat malu...

tabik,
as

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, fiyan arjun <fiyanarjun@...> wrote:
>
> *Air Mata Kekasih*
>
> *Fiyan Arjun*
>
> * *
>
> *Setelah mengucap selamat tinggal pada semua yang mungkin bernama
> pertemuan, kita kemungkinan berpelukan.*
>
>
> **
>
> *Kau menyodorkan selembar potretmu, untuk apa?*
>
>
> **
>
> *"Senyumku abadi disitu!" teriakmu dari jendela kereta di peron orang-orang
> bising bercakap*.*1)*
>
>
> **
>
> ***
>
> Kusaksikan dengan takzim dua insan berlainan jenis yang ada di hadapanku.
> Mengikrarkan janji seiya-sekata dan sehidup semati di depan penghulu. Dan
> itu membuat kelopak mataku seperti terkena rinai hujan sehari. Mengembun dan
> berkaca-kaca. Terharu. *Duhai, betapa indahnya duduk bersanding berdua.
> Andai….*
>
>
> **
>
> "Apakah saudara Nanda bersedia menjadi pendamping hidup saudari Dinda."
>
>
> Dari pekeras suara membahanalah suara penghulu di atas langit-langit rumah
> Tuhan. Lantang. Membuat para saksi yang menyaksikan dua insan bersanding
> sambil mentasbihkan atas nama cintaNya menjadi terhipnotis.
>
>
> "Ya, saya terima menjadi pendamping hidup saudari Dinda dan akan bertanggung
> jawab serta menggaulinya dengan baik."
>
>
> "*Barakallah*….."
>
>
> Serempak ucap para saksi saat mendengar jawaban dari bibir mempelai lelaki.
> Mereka berucap syukur saat ritual sakral sudah terjalankan dengan lancar.
> Tetapi tidak dengan aku. Aku masih menyimpan seribu tanya pada perempuan
> yang sedang tersenyum palsu kepada para undangan. Walau pun uluk salam dan
> ucapan selamat mengalir ke dalam ruang kalbu perempuan itu. Lebih tepatnya
> Dinda. Perempuan yang telah membuat orang yang sangat aku cintai lebih dari
> hidupku kini lebih dahulu meninggalkan hidupnya karena tak tahan menanggung
> malu. Dialah ibuku. Harta satu-satunya yang kumiliki. Karena Ayah perempuan
> yang sedang bersanding di pelaminan itu telah melukai hidup Ibuku dan
> hidupku.
>
>
> Kutatap dengan sinis perempuan itu sekali lagi dari kejauhan para undangan.
> Tiba-tiba sekam di tanganku makin merambat ke seluruh pori-poriku. Ada rasa
> dendam memuncak dalam benakku. Ingin aku segera memalukan perempuan yang tak
> memiliki belas kasihan terhadap Ibuku itu di hadapan para undangan. *Kudoakan
> kau mendapatkan karma yang setimpal*, tiba-tiba bathinku bergumam mengamini
> segala perlakuan perempuan itu saat aku teringat.
>
>
> "Sudahlah kau jangan membuat perkara di sini. Biarlah yang sudah terjadi
> anggap menjadi pelajaran buat kau," ujar Aditya memberitahukanku agar aku
> meredam segala pitamku saat itu.
>
>
> "Kau enak bicara! Tapi bagaimana dengan Ibuku yang kini sudah menyatu dengan
> tanah apakah kau tak merasakan itu!" seruku kalap.
>
>
> Aditya terkejut dengan ucapanku. Dan ia mundur beberapa langkah dari
> hadapanku. Mungkin ia tahu dengan gejolak hatiku saat itu. Mundur beberapa
> langkah mungkin jalan terbaik untuknya.
>
>
> "Bukankah itu sudah terjadi tiga tahun yang lalu."
>
>
> "Ya, memang sudah tiga tahun. Tetapi tiga tahun itu rasa lukaku masih
> tertanam di sini. Kau memang tidak tahu ketika Ibuku belum menutup mata. Dia
> bilang apa kepadaku," bukan cinta yang menyakiti tetapi manusianyalah yang
> keliru menaruhkan segala-galanya atas nama cinta. Kalau kau tak ingin
> cintamu tak tersakiti susul cintamu. Biarlah Ibu yang menanggung semua itu."
>
>
> Kulihat lagi Aditya tampak seperti manekin. Mulutnya terkatup. Hatinya
> membeku. Seperti mayat tetapi masih berjiwa. Tak bisa mengucap sepatah lagi.
> Yang ada hanya kebisuan yang tampak.
>
>
> "Ma'afkan aku, Kawan! Ini janjiku pada Ibuku. Dan itu harus aku tunaikan."
>
>
> "Baiklah kalau kau maunya begitu."
>
>
> Akhirnya kawanku itu mau mengerti dengan apa yang aku rasakan. Kini tinggal
> aku melakukan aksiku untuk menemui perempuan itu.
>
>
> Lima jam aku menunggu acara pelaminan itu usai. Ternyata itu membuat aku
> makin tak terkendali. Akhirnya kuterobos juga penghalang-penghalangku disaat
> para undangan sedang menikmati sajian yang terhampar luas. Sungguh begitu
> memikat untuk dimasuki ke dalam perut. Tapi aku tak berselera. Kulihat Dinda
> seorang diri sedang mematut wajah lelahnya di depan cermin karena seharian
> harus menerima uluk salam dan selamat dari para undangan. Kuhampiri dirinya
> lalu kuraih tangannya ke sebuah taman yang tidak ada seorang pun berada di
> tempat itu. Hanya ada aku dan dirinya. Dan itu sengaja aku buat khusus untuk
> aku berdua dengan dirinya. Aku tahu pasti para undangan menanyakan kemana
> keberadaan mempelai perempuannya. Tapi aku tak peduli. Aku hanya ingin
> mengeluarkan seribu pertanyaan yang belum aku utarakan kepada perempuan yang
> sudah menjadi milik orang lain itu. Tak lain orang itu adalah sahabatku
> pula. Nanda, kawan masa kuliahku dulu.
>
>
> Kini tinggal aku berdua dengan Dinda di taman berhias gemintang dan
> rembulan. Kucoba menatap bola matanya. Masih tetap sama. Tak pernah
> menghadirkan diriku di bola matanya itu. Yang ada hanya kawanku Nanda.
>
> "Apa karena Nanda lebih kaya dariku, ah! Lebih berkelas!"
>
>
> "Atau, kau sudah tidak cinta kepadaku lagi. Sungguh kau tak punya rasa. Apa
> kau tak tahu Ibuku tiada karena sikap Ayah kau dan diri kau hingga ia tak
> kuat menanggung malu saat kabar berita bahwa kau dipersunting Nanda. Di mana
> mata hati kau itu!"
>
>
> Satu-persatu pertanyaanku telah pecah di hadapan Dinda. Namun tetap saja
> dirinya tak bergeming. Masih memperkuat dirinya. Tak mengakui bahwa dirinya
> bersalah.
>
>
> "Kau boleh saja bicara seperti itu kepadaku. Tapi ingat aku tak seperti kau
> katakan. Aku begini karena ketidakpastian kau. Apa kau tidak membaca suratku
> yang aku sampaikan kepada Aditya."
>
>
> "Tidak!"
>
>
> Saat itu juga taman yang kuhias dengan cinta dan airmata langsung mengering.
> Tandus. Tak menampakan keharuman melainkan aroma busuk yang menyengat di
> bulu indera penciumanku. Aku benar-benar terkejut saat Dinda mengatakan hal
> seperti itu. Aku tak percaya! Apakah benar Aditya seperti itu? Aku
> terus-menerus diliputi kegelimangan tanda tanya kepada Aditya. Ternyata
> kawanku itu telah mengoyak-ngoyak kepercayaanku.
>
>
> "Kalau kau tak percaya tanyakan saja kepada Aditya apa yang aku sampaikan di
> dalam surat itu adalah suara hatiku sesungguhnya. Aku sangat menunggu
> kedatangan kau. Ma'afkan aku tak mau terlalu berlama-lama di sini. Aku pergi
> dulu. Kau temuilah kawan kau itu."
>
>
> Saat itu juga seluruh persendianku bagai mati separuh. Tak dapat aku gerakan
> lagi. Seakan-akan aku ditakdirkan untuk tak berjalan dan tidak merusak acara
> kesakralan Dinda bersama Nanda.
>
>
> "Ma'afkan aku, Kawan! Aku bukan tak mau memberikan surat ini. Karena aku
> juga dilema. Antara Ibu kau atau diri kau yang aku dahulukan. Dan ini
> menyangkut amanah yang disampaikan oleh Ibu kau agar aku tak perlu
> memberitahukan surat ini untuk kau. Ma'afkan aku, Kawan! Kuharap kau mau
> mengerti." Tiba-tiba Aditya sudah berada di taman yang kini sudah luluh
> lantak sejak Dinda meninggalkanku seorang diri. "Inilah surat yang diberikan
> oleh Dinda saat kau merantau ke negeri orang dalam bilangan cukup lama. Tiga
> tahun Dinda menunggu tetapi kau tak ada kabar maupun surat dari kau. Sekali
> lagi kau mau menerima keadaan ini. Jangan kau salahkan Dinda apalagi Ayahnya
> karena mereka korban dari waktu dan keadaan. Ingat itu, Kawan!" lanjut
> Aditya lagi benar-benar membuatku terpaku.
>
>
> Akhirnya kuterima juga surat selama tiga tahun itu yang di benamkan oleh
> Aditya. Penuh derita. Penuh kedukaan. Dan penuh ketidakpastian. Kubaca surat
> yang sudah tergenggam di tanganku dengan hati penuh luka mengoyak.
>
>
> *Pernah kubangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ kubayangkan kau
> tersenyum menyiram bunga di halaman cinta, memang pernah membuatku
> menginginkan kau jadi bagian dari keseluruhan nasibku. Di luar dari
> kesedihan ini tentunya.**2)*
>
>
> **
>
> * Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun tertegun,
> untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan keretamu itu.
> Beriringan berdampingan, tapi tak pernah bertemu dalam satu titik. Senyumku
> abadi di situ. **3)*
>
> * *
>
> *Keterangan:*
>
> * 1, 2, 3, dikutip dari puisi Aslan A. Abidin berjudul "Kuantar Kau Sampai
> Stasiun Senen" dari buku kumpulan Angkatan 2000 Dalam Sastra
> Indonesia-Korrie Layun Rampan*.*
>
> * *
>
> *Ulujami-Pesanggrahan, 15 Oktober 2009*
>
> * *
>
> *Catatan cerpen ini terinspirasi dari film India "Dhadkan". Sedih
> bangettt!!!*
>

7b.

Re: (Bahasa) Cerpe: Mata Air Kekasih

Posted by: "Jadikan Hidupmu Seindah Pelangi" rah_ma18@yahoo.co.id   rah_ma18

Mon Oct 19, 2009 1:28 am (PDT)



Cerita ini sedikit mengingatkanku pada pengalaman pribadi, sedih sih emang, tapi ya gimana lagi? jalani aja, syukuri ambil hikmahnya. ^^

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, fiyan arjun <fiyanarjun@...> wrote:
>
> *Air Mata Kekasih*
>
> *Fiyan Arjun*
>
> * *
>
> *Setelah mengucap selamat tinggal pada semua yang mungkin bernama
> pertemuan, kita kemungkinan berpelukan.*
>
>
> **
>
> *Kau menyodorkan selembar potretmu, untuk apa?*
>
>
> **
>
> *"Senyumku abadi disitu!" teriakmu dari jendela kereta di peron orang-orang
> bising bercakap*.*1)*
>
>
> **
>
> ***
>
> Kusaksikan dengan takzim dua insan berlainan jenis yang ada di hadapanku.
> Mengikrarkan janji seiya-sekata dan sehidup semati di depan penghulu. Dan
> itu membuat kelopak mataku seperti terkena rinai hujan sehari. Mengembun dan
> berkaca-kaca. Terharu. *Duhai, betapa indahnya duduk bersanding berdua.
> Andai….*
>
>
> **
>
> "Apakah saudara Nanda bersedia menjadi pendamping hidup saudari Dinda."
>
>
> Dari pekeras suara membahanalah suara penghulu di atas langit-langit rumah
> Tuhan. Lantang. Membuat para saksi yang menyaksikan dua insan bersanding
> sambil mentasbihkan atas nama cintaNya menjadi terhipnotis.
>
>
> "Ya, saya terima menjadi pendamping hidup saudari Dinda dan akan bertanggung
> jawab serta menggaulinya dengan baik."
>
>
> "*Barakallah*….."
>
>
> Serempak ucap para saksi saat mendengar jawaban dari bibir mempelai lelaki.
> Mereka berucap syukur saat ritual sakral sudah terjalankan dengan lancar.
> Tetapi tidak dengan aku. Aku masih menyimpan seribu tanya pada perempuan
> yang sedang tersenyum palsu kepada para undangan. Walau pun uluk salam dan
> ucapan selamat mengalir ke dalam ruang kalbu perempuan itu. Lebih tepatnya
> Dinda. Perempuan yang telah membuat orang yang sangat aku cintai lebih dari
> hidupku kini lebih dahulu meninggalkan hidupnya karena tak tahan menanggung
> malu. Dialah ibuku. Harta satu-satunya yang kumiliki. Karena Ayah perempuan
> yang sedang bersanding di pelaminan itu telah melukai hidup Ibuku dan
> hidupku.
>
>
> Kutatap dengan sinis perempuan itu sekali lagi dari kejauhan para undangan.
> Tiba-tiba sekam di tanganku makin merambat ke seluruh pori-poriku. Ada rasa
> dendam memuncak dalam benakku. Ingin aku segera memalukan perempuan yang tak
> memiliki belas kasihan terhadap Ibuku itu di hadapan para undangan. *Kudoakan
> kau mendapatkan karma yang setimpal*, tiba-tiba bathinku bergumam mengamini
> segala perlakuan perempuan itu saat aku teringat.
>
>
> "Sudahlah kau jangan membuat perkara di sini. Biarlah yang sudah terjadi
> anggap menjadi pelajaran buat kau," ujar Aditya memberitahukanku agar aku
> meredam segala pitamku saat itu.
>
>
> "Kau enak bicara! Tapi bagaimana dengan Ibuku yang kini sudah menyatu dengan
> tanah apakah kau tak merasakan itu!" seruku kalap.
>
>
> Aditya terkejut dengan ucapanku. Dan ia mundur beberapa langkah dari
> hadapanku. Mungkin ia tahu dengan gejolak hatiku saat itu. Mundur beberapa
> langkah mungkin jalan terbaik untuknya.
>
>
> "Bukankah itu sudah terjadi tiga tahun yang lalu."
>
>
> "Ya, memang sudah tiga tahun. Tetapi tiga tahun itu rasa lukaku masih
> tertanam di sini. Kau memang tidak tahu ketika Ibuku belum menutup mata. Dia
> bilang apa kepadaku," bukan cinta yang menyakiti tetapi manusianyalah yang
> keliru menaruhkan segala-galanya atas nama cinta. Kalau kau tak ingin
> cintamu tak tersakiti susul cintamu. Biarlah Ibu yang menanggung semua itu."
>
>
> Kulihat lagi Aditya tampak seperti manekin. Mulutnya terkatup. Hatinya
> membeku. Seperti mayat tetapi masih berjiwa. Tak bisa mengucap sepatah lagi.
> Yang ada hanya kebisuan yang tampak.
>
>
> "Ma'afkan aku, Kawan! Ini janjiku pada Ibuku. Dan itu harus aku tunaikan."
>
>
> "Baiklah kalau kau maunya begitu."
>
>
> Akhirnya kawanku itu mau mengerti dengan apa yang aku rasakan. Kini tinggal
> aku melakukan aksiku untuk menemui perempuan itu.
>
>
> Lima jam aku menunggu acara pelaminan itu usai. Ternyata itu membuat aku
> makin tak terkendali. Akhirnya kuterobos juga penghalang-penghalangku disaat
> para undangan sedang menikmati sajian yang terhampar luas. Sungguh begitu
> memikat untuk dimasuki ke dalam perut. Tapi aku tak berselera. Kulihat Dinda
> seorang diri sedang mematut wajah lelahnya di depan cermin karena seharian
> harus menerima uluk salam dan selamat dari para undangan. Kuhampiri dirinya
> lalu kuraih tangannya ke sebuah taman yang tidak ada seorang pun berada di
> tempat itu. Hanya ada aku dan dirinya. Dan itu sengaja aku buat khusus untuk
> aku berdua dengan dirinya. Aku tahu pasti para undangan menanyakan kemana
> keberadaan mempelai perempuannya. Tapi aku tak peduli. Aku hanya ingin
> mengeluarkan seribu pertanyaan yang belum aku utarakan kepada perempuan yang
> sudah menjadi milik orang lain itu. Tak lain orang itu adalah sahabatku
> pula. Nanda, kawan masa kuliahku dulu.
>
>
> Kini tinggal aku berdua dengan Dinda di taman berhias gemintang dan
> rembulan. Kucoba menatap bola matanya. Masih tetap sama. Tak pernah
> menghadirkan diriku di bola matanya itu. Yang ada hanya kawanku Nanda.
>
> "Apa karena Nanda lebih kaya dariku, ah! Lebih berkelas!"
>
>
> "Atau, kau sudah tidak cinta kepadaku lagi. Sungguh kau tak punya rasa. Apa
> kau tak tahu Ibuku tiada karena sikap Ayah kau dan diri kau hingga ia tak
> kuat menanggung malu saat kabar berita bahwa kau dipersunting Nanda. Di mana
> mata hati kau itu!"
>
>
> Satu-persatu pertanyaanku telah pecah di hadapan Dinda. Namun tetap saja
> dirinya tak bergeming. Masih memperkuat dirinya. Tak mengakui bahwa dirinya
> bersalah.
>
>
> "Kau boleh saja bicara seperti itu kepadaku. Tapi ingat aku tak seperti kau
> katakan. Aku begini karena ketidakpastian kau. Apa kau tidak membaca suratku
> yang aku sampaikan kepada Aditya."
>
>
> "Tidak!"
>
>
> Saat itu juga taman yang kuhias dengan cinta dan airmata langsung mengering.
> Tandus. Tak menampakan keharuman melainkan aroma busuk yang menyengat di
> bulu indera penciumanku. Aku benar-benar terkejut saat Dinda mengatakan hal
> seperti itu. Aku tak percaya! Apakah benar Aditya seperti itu? Aku
> terus-menerus diliputi kegelimangan tanda tanya kepada Aditya. Ternyata
> kawanku itu telah mengoyak-ngoyak kepercayaanku.
>
>
> "Kalau kau tak percaya tanyakan saja kepada Aditya apa yang aku sampaikan di
> dalam surat itu adalah suara hatiku sesungguhnya. Aku sangat menunggu
> kedatangan kau. Ma'afkan aku tak mau terlalu berlama-lama di sini. Aku pergi
> dulu. Kau temuilah kawan kau itu."
>
>
> Saat itu juga seluruh persendianku bagai mati separuh. Tak dapat aku gerakan
> lagi. Seakan-akan aku ditakdirkan untuk tak berjalan dan tidak merusak acara
> kesakralan Dinda bersama Nanda.
>
>
> "Ma'afkan aku, Kawan! Aku bukan tak mau memberikan surat ini. Karena aku
> juga dilema. Antara Ibu kau atau diri kau yang aku dahulukan. Dan ini
> menyangkut amanah yang disampaikan oleh Ibu kau agar aku tak perlu
> memberitahukan surat ini untuk kau. Ma'afkan aku, Kawan! Kuharap kau mau
> mengerti." Tiba-tiba Aditya sudah berada di taman yang kini sudah luluh
> lantak sejak Dinda meninggalkanku seorang diri. "Inilah surat yang diberikan
> oleh Dinda saat kau merantau ke negeri orang dalam bilangan cukup lama. Tiga
> tahun Dinda menunggu tetapi kau tak ada kabar maupun surat dari kau. Sekali
> lagi kau mau menerima keadaan ini. Jangan kau salahkan Dinda apalagi Ayahnya
> karena mereka korban dari waktu dan keadaan. Ingat itu, Kawan!" lanjut
> Aditya lagi benar-benar membuatku terpaku.
>
>
> Akhirnya kuterima juga surat selama tiga tahun itu yang di benamkan oleh
> Aditya. Penuh derita. Penuh kedukaan. Dan penuh ketidakpastian. Kubaca surat
> yang sudah tergenggam di tanganku dengan hati penuh luka mengoyak.
>
>
> *Pernah kubangun sebuah rumah di batinku untukmu, di situ kubayangkan kau
> tersenyum menyiram bunga di halaman cinta, memang pernah membuatku
> menginginkan kau jadi bagian dari keseluruhan nasibku. Di luar dari
> kesedihan ini tentunya.**2)*
>
>
> **
>
> * Tapi kini, kereta berderak menjauh, kau melambai, aku ngungun tertegun,
> untuk apa? Kita mungkin seperti rel yang menggulirkan keretamu itu.
> Beriringan berdampingan, tapi tak pernah bertemu dalam satu titik. Senyumku
> abadi di situ. **3)*
>
> * *
>
> *Keterangan:*
>
> * 1, 2, 3, dikutip dari puisi Aslan A. Abidin berjudul "Kuantar Kau Sampai
> Stasiun Senen" dari buku kumpulan Angkatan 2000 Dalam Sastra
> Indonesia-Korrie Layun Rampan*.*
>
> * *
>
> *Ulujami-Pesanggrahan, 15 Oktober 2009*
>
> * *
>
> *Catatan cerpen ini terinspirasi dari film India "Dhadkan". Sedih
> bangettt!!!*
>

8.

Ngobrol Online Dengan Pakar Soal Kecerdasan Anak

Posted by: "Lily Turangan" lilyairen@gmail.com   lilyairen

Mon Oct 19, 2009 1:16 am (PDT)



Semoga info ini berguna:

Yakin ngga kalau perkembangan anak kita sudah sejalan dengan anak-anak lainnya?
Bisa jadi ia berbeda atau punya kecerdasan lebih.
Bisa saja kita sudah sadar itu tapi kesulitan mengantisipasi pendidikannya.

Yuk, ngobrol soal kecerdasan si buah hati dengan para pakar di Seminar
Online "MARI KITA BICARA SOAL KECERDASAN"

Tanggalnya: 2-4 November 2009.
Yang minat, kirim saja email kosong ke:
anakberbakat-seminar-subscribe@yahoogroups.com

Pembicaranya:
1. Adi Adinugroho Ph.D. Assistant professor Education Psychology –
Special Education. University of Hawaii Hilo. USA
( Tumbuh kembang kemampuan kognitif; teori dan implikasi di lapangan)

2. DR. Julia Maria van Tiel pembina milis anakberbakat@yahoogroups.com
(The Einstein Syndrome, Mau?)

3. Toge Aprilianto, Psikolog dari Surabaya sekaligus anggota dewan
penasihat Majalah Prevention
(Anakku sekolah buat siapa?)

Trims,
Lily

9.

Pemimpin Muda

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Mon Oct 19, 2009 1:18 am (PDT)



Pemimpin Muda
Oleh : Arya Verdi Ramadhani *
"Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat
mengubah dunia."
(Dikutip dari "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"
karya Cindy Adams)

Rengasdenklok, 1945. Sekelompok pemuda memutuskan untuk menculik
Soekarno dan Hatta, tokoh utama Indonesia pada saat itu, untuk segera
memproklamasikan Indonesia. Dimulai dari "penculikan" yang dilakukan
oleh sejumlah pemuda dari Menteng 31 terhadap Soekarno dan Hatta pada
tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30. WIB. Mereka dibawa atau lebih
tepatnya diamankan ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak
agar mempercepat proklamasi. sampai dengan terjadinya kesepakatan antara
golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Akhmad Subardjo
dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan. Pada
akhirnya, peristiwa tersebut menghantarkan kita kepada hari besar
Indonesia, hari kemerdekaan 17 Agustus 1945.

***
Lebih 50 tahun kemudian, Jakarta, tahun 1998. Sekelompok besar pemuda,
sebagian besar adalah mahasiswa, menduduki Gedung MPR/DPR selama
beberapa minggu menuntut dilakukannya reformasi total pemerintahan serta
penurunan Presiden Republik Indonesia saat itu, H.M. Soeharto. Meski
ditandai dengan gugurnya sejumlah mahasiswa, peristiwa tersebut berhasil
mengantarkan bangsa Indonesia menuju gerbang reformasi, yang menjanjikan
perubahan-perubahan mendasar pada kehidupan bernegara. Melalui kedua
peristiwa berbeda zaman tersebut. sejarah membuktikan, bahwa , tanpa
mengesampingkan peran-peran pihak lain, saat itu peran para pemuda
teramat besar. Dengan "hanya" berlandaskan idealisme dan
nilai-nilai moral yang belum terkikis oleh kepentingan-kepentingan
pribadi, para pemuda memperjuangkan hak-hak serta nilai-nilai yang
diyakini patut untuk diperjuangkan demi kepentingan orang banyak. Saat
itu para pemuda membuktikan bahwa dalam diri mereka masing-masing
terdapat jiwa-jiwa kepemimpinan yang berpotensi untuk dapat membesarkan
bangsa Indonesia.

***
Kondisi Pemuda Saat IniSejarah memang membuktikan bahwa pemuda memegang
peranan yang tidak kecil dalam tiap-tiap perjuangan dan pembangunan
bangsa. Sehingga, sempat muncul suatu trust pada masyarakat untuk lebih
menggantungkan cita-cita dan harapan mereka di pundak para pemuda
dibandingkan pada pemerintah yang berkuasa. Bagi mereka, pemuda adalah
agen perubahan, dan satu-satunya elemen di masyarakat yang masih dapat
dipercaya untuk memperjuangkan hak-hak mereka sebagai warga negara. Akan
tetapi, masih adakah trust itu saat ini? Masih tepatkah apabila
masyarakat memberikan harapan mereka kepada pemuda?. Patut disayangkan
bahwa nampat ada kecenderungan bahwa semakin banyak orang yang pesimis
terhadap peranan pemuda dewasa ini. Mereka yang pesimis melihat pemuda
bukan lagi sebagai agen perubahan bagi negara. Serbuan kapitalisme dalam
wujud 3F (food, fashion, and film) membuat kaum muda tergiring ke dalam
dunia konsumerisme dan materialisme.Seperti yang terungkap pada hasil
penelitian lembaga riset Surindo (dalam http://www.republika.co.id%29/
<http://www.republika.co.id%29/> yang mengamati tingkah laku remaja di
sembilan kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya dan beberapa kota
besar lainnya. Gaya hidup mereka banyak dipengaruhi gemerlapnya kota
besar yang serba glamour. Penelitian tersebut dilakukan sejak Januari
hingga akhir September 2000 di berbagai mal dan sekolah. Beberapa
tingkah laku mereka antara lain "cuek bebek", asyik ngerumpi
sembari merokok, dan bergerombol. Situs yang sama menyebutkan bahwa
hasil penelitian tersebut tidak mengejutkan karena sebetulnya gaya hidup
mejeng di mal, lebih spontan, merokok, dan sebagainya telah lama
berlangsung di kalangan remaja. Jadi bukan fenomena baru bagi remaja
tahun 2000.

Pada situs lain, http://kapmi.tripod.com/artikel/dakwah_sekolah.htm
<http://kapmi.tripod.com/artikel/dakwah_sekolah.htm> mengatakan bahwa
dalam sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini, remaja-remaja kota
besar di Indonesia menampakkan berbagai penyimpangan perilaku sosial dan
seksual yang semakin mengkhawatirkan. Budaya tawuran, perkelahian
pelajar, seolah merupakan penyakit warisan yang sulit disembuhkan.
PaNdangan negatiF terhadap generasi muda oleh masyarakat kemudia semakin
diperparah dengan lebih banyaknya porsi yang diberikan oleh media pada
kegiatan-kegiatan pemuda yang dinilai kurang bermanfaat dan hanya
mementingkan kepentingan pribadi. Pemuda tidak lagi dikenal dengan
keidealismeannya memperjuangkan hak-hak rakyat. Pemuda tidak lagi
dikenal sebagai agen perubahan yang tak kenal lelah memberikan kritik
konstruktif kepada pemerintahan yang berkuasa. Pemuda hanya dikenal
sebagai generasi santai yang terbuai arus konsumerisme dan materialisme.
*** Pemuda sebagai Calon Pemimpin BangsaPandangan-pandangan pesimis
terhadap generasi muda tidak akan pernah berubah dan terus menuju
degradasi yang semakin tajam apabila tidak segera diubah oleh para
pemuda itu sendiri. Kini saatnya bagi kaum muda untuk tampil kembali
sebagai pemimpin guna mengembuskan angin perubahan. Tidak hanya dengan
memberikan kritikan-kritikan, namun dengan tindakan-tindakan konkret
yang dapat menyentuh akar rumput masyarakat. Suatu kondisi yang
sebaiknya dipahami oleh para generasi muda adalah bahwa tidak ada
kondisi ideal yang ada hanya kondisi aktual. Kondisi aktual saat ini
adalah bangsa Indonesia sedang terpuruk akibat krisis multidimensi.
Indonesia membutuhkan sokongan darah-darah baru untuk dapat kembali
bangkit. Namun, di sisi lain, seperti telah dijabarkan di atas, kondisi
aktual pula bahwa masyarakat Indonesia, mungkin, saat ini tidak lagi
memandang pemuda sebagai elemen yang dapat diharapkan dan dibanggakan
untuk memperjuangkan cita-cita negara. Mereka telah terlanjur pesimis
dengan perilaku-perilaku generasi muda yang dipandang lebih mengarah ke
hal-hal negatif. Meski ada aneka tantangan, kaum muda harus terus maju
karena bangsa ini terus membutuhkan pemimpin baru yang memiliki
semangat, idealisme,integritas,dan terutama komitmen moral untuk
membangun bangsa. Langkah awal dapat berupa penyampaian visi dan misi
yang dipunya dan ingin diperjuangkan Dalam hal ini kita dapat belajar
dari calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Barack
Obama yang melalui penyampaian visi dan gagasan pembangunan bangsa, dia
semakin memikat hati masyarakat AS, bahkan masyarakat dunia. Melalui
Obama pula kita dapat belajar bahwa kredibilitas seseorang untuk menjadi
seorang pemimpin bukan melulu dipandang dari segi usia. Layak atau tidak
layaknya seseorang untuk memimpin akan lebih objektif apabila dilihat
berdasarkan sudut pandang seberapa tinggi integritas, berkomitmen, serta
pemahaman mengenai masyarakat yang ia pimpin beserta individu-individu
di dalamnya. Para generasi muda harus berani dan percaya diri bahwa
mereka mempunyai kelebihan-kelebihan seperti kompetensi, integritas,
kapabilitas, kreativitas, progresivitas, idealisme, dan terutama
komitmen moral untuk membangun bangsa, yang dapat dijadikan modal untuk
menjadi seorang pemimpin. Dengan modal demikian, dan tanpa melupakan
untuk selalu menghormati orang-orang yang berusia lebih tua sebagai
guru, sebagai orang yang patut kita contoh dan jadikan teladan, maka
menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mustahil. Generasi muda pasti
bisa!

"Ketahuilah, bahwasanya pemuda itu adalah tumpuan suatu bangsa,
bukan untuk masa lalu, melainkan untuk masa yang akan datang"
(Mahmoud Ahmadinejad, Stadium Generale at University of Indonesia)

*) Psikolog
10.

Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Mon Oct 19, 2009 1:22 am (PDT)




Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga

Ternyata obrolan kita tentang cinta belum selesai. Saya telah menyatakan
sebelumnya betapa penting peranan kata itu dalam mengekspresikan kata
cinta. Tapi itu bukan satu-satunya bentuk ekspresi cinta. Cinta
merupakan sebentuk emosi manusiawi. Karena itu ia bersifat fluktuatif,
naik turun mengikuti semua anasir di dalam dan di luar di diri manusia
yang mempengaruhinya.

Itulah sebabnya saya juga mengatakan, mempertahankan dan merawat rasa
cinta sesungguhnya jauh lebih sulit dari sekedar menumbuhkannya. Jadi
obrolan kita memang belum selesai. Begitu pentingkah? Ah, mungkin secara
harfiah tidak sejauh itu. Tapi ini adalah masalah manusia yang paling
dalam.

Walaupun begitu, saya juga tidak merasakan adanya urgensi untuk menjawab
pertanyaan ini: apa itu cinta? Itu terlalu filosofis. Saya lebih suka
menjawab pertanyaan ini: bagaimana seharusnya Anda mencintai? Pertanyaan
ini melekat erat dalam kehidupan individu kita.

Cinta itu bunga: bunga yang tumbuh mekar dalam taman hati kita. Taman
itu adalah kebenaran. Apa yang dengan kuat menumbuhkan, mengembangkan,
dan memekarkan bunga-bunga adalah: air dan matahari. Air dan matahari
adalah kebaikan. Air memberinya kesejukan dan ketenangan, tapi matahari
memberinya gelora kehidupan. Cinta, dengan begitu, merupakan dinamika
yang bergulir secara sadar di atas latar wadah perasaan kita.

Maka begitulah seharusnya Anda mencintai: menyejukkan, menenangkan,
namun juga menggelorakan. Dan semua makna itu terangkum dalam kata ini:
menghidupkan. Anda mungkin dekat dengan peristiwa ini: bagaimana istri
Anda melahirkan seorang bayi, lalu merawatnya, dan menumbuhkannya,
mengembangkannya serta menjaganya. Ia dengan tulus berusaha memberinya
kehidupan.

Bila Anda ingin mencintai dengan kuat, maka Anda harus mampu
memperhatikan dengan baik, menerimanya apa adanya dengan tulus, lalu
berusaha mengembangkannya semaksimal mungkin, kemudian merawat dan
menjaganya dengan sabar. Itulah rangkaian kerja besar para pecinta:
pengenalan, penerimaan, pengembangan dan perawatan.

Apakah Anda telah mengenal istri Anda dengan seksama?

Apakah Anda mengetahui dengan baik titik kekuatan dan kelemahannya?

Apakah Anda mengenal kecenderungan-kecenderungannya?

Apakah Anda mengenal pola-pola ungkapannya: melalui pemaknaan khusus
dalam penggunaan kata, melalui gerak motorik refleksnya, melalui isyarat
rona wajahnya, melalui tatapannya, melalui sudut matanya?

Apakah Anda dapat merasakan getaran jiwanya, saat ia suka dan saat ia
benci, saat ia takut dan begitu membutuhkan perlindungan?

Apakah Anda dapat melihat gelombang-gelombang mimpi-mimpinya,
harapan-harapannya?

Sekarang perhatikanlah bagaimana tingkat pengenalan Rasulullah saw
terhadap istrinya, Aisyah. Suatu waktu beliau berkata, "Wahai Aisyah,
aku tahu kapan saatnya kamu ridha dan kapan saatnya kamu marah padaku.
Jika kamu ridha, maka kamu akan memanggilku dengan sebutan: Ya
Rasulullah! tapi jika kamu marah padaku, kamu akan memanggilku dengan
sebutan: Ya Muhammad!"

Apakah beda antara Rasulullah dan Muhammad kalau toh obyeknya itu-itu
juga?

Tapi Aisyah telah memberikan pemaknaan khusus ketika ia menggunakan kata
yang satu pada situasi jiwa tertentu, dan kata yang lain pada situasi
jiwa yang lain.

Pengenalan yang baik harus disertai penerimaan yang utuh. Anda harus
mampu menerimanya apa adanya. Apa yang sering menghambat dalam proses
penerimaan total itu adalah pengenalan yang tidak utuh atau obsesi yang
berlebihan terhadap fisik. Anda tidak akan pernah dapat mencintai
seseorang secara kuat dan dalam kecuali jika Anda dapat menerima apa
adanya.

Dan ini tidak selalu berarti bahwa Anda menyukai kekurangan dan
kelemahannya. Ini lebih berarti bahwa kelemahan dan kekurangan bukanlah
kondisi akhir kepribadiannya, dan selalu ada peluang untuk berubah dan
berkembang. Dengan perasaan itulah seorang ibu melihat bayinya. Apakah
yang ia harap dari bayi kecil itu? Ketika ia merawatnya, menjaganya, dan
menumbuhkannya, apakah ia yakin bahwa kelak anak itu akan membalas
kebaikannya? Tidak.

Semua yang ada dalam jiwanya adalah keyakinan bahwa bayi ini punya
peluang untuk berubah dan berkembang, dan karenanya ia menyimpan harapan
besar dalam hatinya bahwa kelak hari-hari jugalah yang akan menjadikan
segalanya lebih baik.

Penerimaan positif itulah yang mengantar kita pada kerja mencintai
selanjutnya: pengembangan. Pada mulanya seorang wanita adalah kuncup
yang tertutup. Ketika ia memasuki rumah Anda, memasuki wilayah kekuasaan
Anda, menjadi istri Anda, menjadi ibu anak-anak Anda: Andalah yang
bertugas membuka kelopak kuncup itu, meniupnya perlahan, agar ia mekar
jadi bunga.

Andalah yang harus menyirami bunga itu dengan air kebaikan, membuka
semua pintu hati Anda baginya, agar ia dapat menikmati cahaya matahari
yang akan memberinya gelora kehidupan. Hanya dengan kebaikanlah
bunga-bunga cinta bersemi, dan ungkapan 'Aku Cinta Kamu' boleh jadi akan
kehilangan makna ketika ia dikelilingi perlakuan yang tidak simpatik dan
tidak mengembangkan.

Apa yang harus Anda berikan kepada istri Anda adalah peluang untuk
berkembang, keberanian menyaksikan perkembangannya tanpa harus merasa
bahwa superioritas Anda terganggu. Ini tidak berarti Anda harus memberi
semua yang ia senangi, tapi berikanlah apa yang ia butuhkan.

Tetapi setiap perkembangan harus tetap berjalan dalam keseimbangan. Dan
inilah fungsi perawatan dari rasa cinta. Tidak boleh ada perkembangan
yang mengganggu posisi dan komunikasi. Itulah sebabnya terkadang Anda
perlu memotong sejumlah ranting yang sudah kepanjangan agar tetap
terlihat serasi dan harmoni.

Hidup adalah simponi yang kita mainkan dengan indah. Maka, duduklah
sejenak bersama dengan istri Anda, tatap matanya lamat-lamat, dengarkan
suara batinnya, getaran nuraninya, dan diam-diam bertanyalah pada diri
sendiri: apakah ia telah menjadi lebih baik sejak hidup bersama dengan
Anda? Mungkinkah suatu saat ia akan mengucapkan puisi Iqbal tentang
gurunya:

....Dan nafas cintanya meniup kuncupku

Maka ia mekar jadi bunga...

* M. Anis Matta

(dari buku "Biar Kuncupnya Mekar Jadi Bunga", Pustaka Ummi, Jakarta
2000)

11.

Kepercayaan dan Keteladanan

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Mon Oct 19, 2009 1:24 am (PDT)



Ingatkah anda kisah kerelaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putra
pertamanya, Ismail, atas perintah Allah s.w.t? Ketika Ibrahim berkata
kepada putranya ia memiliki ilham bahwa Allah ingin ia menyembelih
Ismail, sang putra patuh tanpa keengganan sedikit pun.
Hal yang paling luar biasa dari kisah itu adalah, bagaimana Ismail
begitu percaya sepenuhnya pada kebenaran ilham sang ayah.

Beberapa anak lelaki saat ini yang akan bereaksi serupa Ismail ketika
orang tua berkata pada mereka, "Tuhan menginginkan aku mengorbankan
dirimu?. Mungkin sebagian akan menjawab, "Apa Bapak sudah gila? Mereka
mungkin bisa menerima gagasan berkorban untuk Allah, namun sulit
meyakini ada hubungan kuat antara ayah dengan Allah, seperti yang
dialami Ismail.

Inilah letak peran penting seorang ayah dalam keluarga. Kepercayaan
mendalam hanya dapat dihasilkan dari hubungan sangat dekat.

Pun, Sang ayah, Nabi Ibrahim sama sekali tidak was-was dan bingung
terhadap rencana masa depan putranya. Ismail pun tak memiliki tujuan
besar lain selain mematuhi sang ayah, dan bersedia melakukan apa pun
perintah Allah. Tentu saja mereka berdua nabi dan dari segi keutamaan
dan kedudukan jauh dari manusia biasa.

Namun ada hal-hal besar yang dapat dipelajari oleh keluarga Muslim saat
ini. Pemaparan dari ahli psikologi keluarga, Marria Husain, dari situs
keluarga Zawaj berikut layak untuk dijadikan acuan.

Menghormati Kepercayaan Keluarga

Orang tua harus terus menjaga nilai kelayakan dan kepercayaan dalam
keluarga dengan selalu mengarahkan tujuan rumah tangga untuk beribadah
kepada Allah. Faktor pemimpin keluarga sangat besar di sini, yakni ayah.
Kini berapa keluarga yang benar-benar membesarkan anak sebagai
semata-mata ibadah dan ikhlas kepada Allah.

Sebaliknya berapa banyak keluarga Musim yang mengguyur anak-anak mereka
dengan kencang dalam hal keuangan dan material, atau mendorong mereka
untuk meraih sebanyak mungkin gaji, jabatan, kedudukan, ketenaran dan
materi lain.

Banyak orang tua yang cenderung mengambil alih mimpi anak. Tentu orang
tua ingin melihat anak mereka berhasil, sekolah di tempat baik, mendapat
jodoh yang baik, tapi itu bukan segalanya dan belum tentu yang
diinginkan orang tua juga diinginkan anak.

Anak-anak saat ini dikorbankan untuk jadwal yang padat, bahkan saat
mereka di usia kanak-kanak. Orang tua pun tak bisa melepaskan diri dari
harapan tinggi pada anak-anak sekaligus melupakan bahwa anak-anak pun
berhak menuntut dari orang tua, yakni waktu, kebersamaan, dan kasih
sayang. Dalam tradisi para nabi, bila pria menghabiskan waktu bersama
keluarga akan dinilai sebagai ibadah.

Keluarga Butuh Cinta Ayah

Cukup memprihatinkan saat ini, banyak keluarga Muslim dikorbankan karena
selip pemahaman sang ayah. Pemahaman itu membuat lelaki berkeluarga
meninggalkan keluarga demi aktif di komunitas luar.

Saat ini, menurut Maria Hussein, para lelaki kadang berpikir berlebihan
dengan menganggap keluarga akan menghalangi kecintaan terhadap Allah,
sehingga mereka berjarak dengan istri dan anak-anak. Yang terjadi, para
lelaki tipe ini memang kerap terlibat dalam pelayanan komunitas,
berlama-lama dalam masjd, menolong orang lain, sementara di rumah hanya
berbincang sekedarnya, melakukan aktifitas seperlunya karena energi
telah terkuras di luar sebelum akhirnya tidur kecapaian.

Namun, itu masih lebih baik. Maria menuliskan ada lagi tipe yang lebih
parah, yakni tipe yang berjarak dari keluarga karena mengejar material.
Persamaan kedua tipe ayah itu, sama-sama tidak memandang keluarga
sebagai alat untuk beribadah dan mendapat keikhlasan Allah. Kedua tipe
ayah di atas menurut Maria, dapat memberi dampak buruk bagi anggota
keluarga lain.

Sang istri mungkin, yang awalnya sukarela mendampingi suami dalam
pernikahan dan membebaskan suami melakukan 'hal lebih penting' untuk
Allah, akan mengubah pandangan. Istri bisa jadi merasa diabaikan dan
ditolak. Itu pun sangat mungkin terjadi pada anak. Apalagi bila anak
mulai merasakan tanda-tanda bila ibu jengkel terhadap ayah.

Dampak kemudian akan lebih buruk. Bila beberapa bulan atau tahun,
anak-anak terbiasa tinggal tanpa ayah itu sangat beresiko. Akan muncul
perasaan tidak lagi butuh sosok ayah dan akhirnya hilang perasaan
kedekatan. Artinya si ayah sebenarnya telah 'kehilangan' anak mereka.
Dalam kehidupan saat ini, tidak cukup bagi seorang ayah hanya datang dan
membawa uang lalu merasa pekerjaan sudah beres.

Baik anak lelaki dan perempuan membutuhkan waktu bersama ayah. Anak
lelaki yang terabaikan oleh ayah secara psikologi cenderung
mengembangkan perilaku kasar, melanggar norma dan hukum dan selip secara
seksual saat remaja.

Sementara anak perempuan yang tak mendapat cukup penghargaan, perhatian
dan cinta kasih ayah akan lebih rentan dari serangan predator seksual.
Hal itu karena, menurut Maria, dibawah sadar, mereka mencari kasih
sayang atau peran pengganti ayah. Kebutuhan didorong perasaan putus asa
untuk cinta kasih dan pengakuan kerap membuat remaja melakukan perilaku
terlarang dan merusak.

Sementara anak-anak berbahagia yang mendapat kesempatan bersama sang
ayah untuk bersenang-senang, beraktivitas bersama cenderung sedikit
memiliki masalah sosial. Mereka bahkan akan mengembangkan pribadi lebih
sehat, stabil dan memenuhi kewajiban pernikahan dengan baik pada
tahun-tahun kemudian.
[muslimdaily.net/rpblk]

12.

SUKSESI

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Mon Oct 19, 2009 1:24 am (PDT)




SUKSESI
"Leadership is rarely a solo ride"

Kata "suksesi" tentunya bukan lagi istilah yang asing dalam
kosakata masyarakat awam. Lazimnya kata suksesi diterjemahkan sebagai
tindakan mengganti pimpinan.
Pro dan kontra sering kali berkembang seputar sosok pengganti pimpinan
yang lama. Apalagi jika sosok pimpinan itu tidak disertai kriteria yang
jelas. Problem seperti ini pula yang sering menyertai persoalan suksesi
di tubuh suatu perusahaan. Memang tipis batasannya di dalam prakteknya
antara suksesi dengan revolusi. Sehingga budaya suksesi ini dirasa
kurang tepat untuk kultur asia yang cenderung berbudaya
"Ungah-Unguh" kalau kata orang jawa.
Budaya tiap-tiap perusahaan mengenai leadership memang berbeda-beda.
Kebanyakan para perusahaan berfokus mengembangkan pimpinan hanya pada
individu-individu pilihan saja, dan membiarkan individu sisanya untuk
berkonsentrasi semata pada tugas-tugasnya. namun, di Unisy, sasaran
perusahaan adalah bukan pada menciptakan 25 pemimpin, tetapi 2500 orang
pemimpin! "Bila kita ingin memiliki kekuatan di lingkungan bisnis,
kita harus berfokus pada pengembangan pemimpin", demikian ucap CEO
unisy.
Pengalaman menunjukkan bahwa suksesi yang berfokus pada beberapa
"bintang" perlu kita tinggalkan. kita lihat bahwa beberapa
perusahaan raksasa di Indonesia yang usdah mencalonkan beberapa
"putra mahkota" pilihannya, akhirnya perlu merekrut calon-claon
beru sampai akhirnya menemukan pendobrak yang cocok. tentunya kita bisa
bayangkan kerugian perusahaan ini dari segi kesempatan dan waktu yang
sudah tersia-siakan.

Saat suksesi tidak menjadi perhatian, bisa jadi atasan tanpa sadar
"membunuh" kepemimpinan bawahan, misalanya saja melalui
pelecehan psikologis, tidak memberikan kesempatan pada anak buah untuk
menjadi berani dan mengambil resiko, atau tidak jelasnya wewenang,
akuntabilitas dan tanggung jawab. Bisa kita lihat, ada kantor berisi
bawahan yang kuran pede semua, karena tidak ditumbuhkannya
"rasa" kepemimpinan sebagai semangat dalam organisasi.

Dari Unisy, kita lihat bahwa perusahaan bukan saja menciptakan
beberapa pemimpin, tetapi juga harus siap untuk berbudaya
"pemimpin". bisa jadi ada ungkapan sinis terhadap perusahaan ini
"too many chief, no indians" terlalu banyak kepala, tidak ada
buntutnya. namun, untungnya bagi perusahaan seperti unisy adalah mereka
bisa terhindar dari riuh rendah gembar-gembor kurangnya pemimpin bagi
organisasi, yang bolak-balik dikeluhkan banyak organisasi, bahkan juga
oleh negara kita. perusahaan yang task oriented pada akhirnya akan
mengalami kesulitan dalam menentukan dan membelikkan sasaran
strategiknya dan beradaptasi. yang jelas, kita sebetulnya bisa
mem"benchmark" lembaga-lembaga yang mempunyai keyakinan bahwa
melalui kuatnya pertumbuhan kepemimpinan, perusahaan akan lebih
produktif dan kreatif.

Perencanaan dari TOP
teknologi suksesi sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari rencana
strategik perusahaan. ada perusahaan yang sudah demikian nyamannya
berada dalam confort zone sehingga menyerahkan teknologi suksesi ini
pada manager SDM nya. padahal perusahaan seperti GE dan IBM
memprioritaskan proyek ini pada board of directornya dan memperhatikan
proses suskesi ini sampai tembus di level supervisor sekalipun.
management puncak perlu terlibat pada sesi-sesi diskusi kalibrasi
talenta yang perlu diadakan paling sedikit 6 bulan sekali.
diskusi-diskusi seperti ini, tanpa disadari juga bisa meningkatkan rasa
kompak, kerja tim, tumbuhnya saling percaya, bahkan "kemesraan"
di antara management perusahaan.

Pendekatan "Work in Progress"
Mengisi sebuah jabatan dengan orang yang lebih junior sebenarnya sudah
bertahun-tahun dilakukan dan sering mengalami kegagalan. terutama, bila
kita sama-sama mengharapkan bawha si pemegang jabatan baru adalah
seorang "superman" yang membawa terobosan -terobosan baru.
sering tumbuh ungkapan sinis, "ternyata si bintang biasa-biasa saja
tuh.."

bila kita memberi kesempatan kepada si anak muda untuk bertugas di
jabatan baru maka lingkungan perlu melihat bagaimana orang tersebut
sebagai bagian yang sedang dalam perbaikan. Ada peluang untuk perbaikan
dan ada kondisi yang tidak sempurna untuk beberapa saat. ia pun perlu
medapatkan mentoring dan coaching intensif dari pada seniornya untuk
menjamin kesuksesan. Dengan demikian, bisa kita harapkan berkurangnya
cara hengkang para calon bintang yang turnovernya sudah mencapai 30%
lebih besar dibandingan dengan sepuluh tahun lalu.

Proyek-proyek "Ad-Hoc"
Pendekatan yang juga sudah dikenal dan mudah dilakukan adalah menugaskan
keryawan bertalenta untuk menyelesaikan proyek-proyek ad hoc perusahaan,
seperti pembenahan stock, pembuatan sistem IT untuk proses bisnis
tertentu, ataupun perbaikan proses bisnisnya. dengan demikian perusahaan
bisa menjaga fokus strategiknya, bisa berfokus pada kompetisi, sementara
memberi kesempatan pada calon-calon pemimpin untuk mengambil resiko,
mencari solusi dan berpikir strategik. kesempatan ini akan membuat
potensi dalam organisasi lebih "terlihat". para karyawan pun
dapat lebih merasakan gairah dan dinamika perusahaan dan mempunya
"rasa" atas pencapaian sasaran.

Karier Anda Tak Perlu Menunggu
Bahwa ada perusahaan yang tidak memikirkan suksesi memang perlu jadi
pertimbangan tiap karyawan, apalagi bagi mereka yang berasa berenergi
besar dan bertalenta kepemimpinan. Mengeluh dan bersikap apatis sampai
kapan pun tidak akan membawa hasil. Hal yang bisa lakukan adalah membuat
usulan yang "workable", sehingga bila ide diterima dan kita yang
disuruh mengerjakannya, kita sanggup mengerjakannya. upaya agar
"terlihat" lagi-lagi adalah murni usaha si karyawan.

Sumber : http://ichsan.wordpress.com/2006/12/11/suksesi/

13.

..Belajar GOBLOG

Posted by: "ariefbudisetyawan" ariefbudisetyawan@yahoo.com   ariefbudisetyawan

Mon Oct 19, 2009 1:25 am (PDT)



Tulisan ini diambil dr buku BOB SADINO Belajar Goblog.
Berikut tulisan-tulisan beliau, semoga bermanfaat.

1. Terlalu Banyak Ide - Orang "pintar" biasanya banyak ide,
bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi
kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide
dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai - Orang "bodoh" biasanya
lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa? Karena orang
"bodoh" sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan.
Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar" telalu banyak
pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis - Sebagian besar orang "pintar"
sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan
sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point.
Orang "bodoh" tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat
memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses - Orang "Pintar" merasa mampu melakukan
berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan
cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan
panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar - Orang "Pintar" berlogika sehingga
bermimpi sesuatu yang secara logika bisa dicapai. Orang "bodoh"
tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat
besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi - Orang "Pintar" menganggap,
untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh"
berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai - Orang "Pintar" yang hebat
dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis,
karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan
orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera
berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri - Orang "Pintar" berpikir "aku
pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh"
menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu
orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan - Orang "Pintar"
menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan
penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting
produknya terjual".

10. Tidak Fokus - Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata
Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara
orang "bodoh" tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada
bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen - Orang "Pintar" sering terlalu pede
dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah oke berkat kepintarannya
sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang "bodoh" ?. Dia tahu
konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -Orang "bodoh" kadang-kadang saja
mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu
bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang "pintar"
sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas - Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu
bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang.
Orang "bodoh" mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya
saja.

14. Tidak Tahu Pioritas - Orang "Pintar" sering sok tahu dengan
mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga
prioritas terabaikan. Orang "Bodoh" ? Yang paling mengancam
bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas - Banyak orang "Bodoh"
yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja
cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan
orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Menacampuradukan Keuangan - Seorang "pintar" sekalipun tetap
berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan
perusahaan.

17. Mudah Menyerah - Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal
di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika
menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya
pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan - Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil
jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan "TUHAN". Mengingat
TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah
horizontal.

19. Melupakan Keluarga - Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan
supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis
semakin meguras waktu dan tenaga

20. Berperilaku Buruk - Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang
akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi
membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diats kakinya
sendiri.

jadi silahkan dipilih, mau jadi orang goblog apa pintar????
14.

(catcil) Karya Siapa...?

Posted by: "batikmania" batikmania@yahoo.com   batikmania

Mon Oct 19, 2009 2:52 am (PDT)



Sebuah iklan koran, cukup besar, menempati seperempat halaman surat kabar Republika yang biasa kubaca di rumah, cukup menyita perhatianku. Iklan kode RBT dari beberapa lagu yang memenangkan lomba cipta lagu muslim yang diselenggarakan Republika & Esia beberapa waktu yang lalu. Aku sempat nyaris ikut serta dalam lomba itu tahun ini, tapi batal. Salah seorang kenalanku ikut serta dan jadi salah satu juaranya.
Kutelusuri judul dan nama-nama yang tertera di iklan itu. Tak ada nama temanku di sana. Hanya ada nama penyanyi, judul lagu, dan nomor kode RBT yang bisa diunduh untuk nada dering ponsel kita. Hey hey... ke mana nama pencipta lagunya, orang di balik layar yang justru berperan besar hingga lagu tersebut ada? Mengapa justru nama penyanyinya yang dimunculkan, bukan penciptanya?
Hhh... mana penghargaan untuk hasil karya cipta seorang seniman musik? Setelah lagu tercipta, nama mereka tenggelam begitu saja. Justru penyanyi yang notabene hanya meniru tanpa melalui proses kreatif yang sulit, nama mereka malah bergaung lebih keras, hanya dengan gaya dan tingkah polah ke-artis-an mereka. Jangan heran jika kelak lagu-lagu akan dilabeli "NN" alias no name karena tak dikenali lagi penciptanya. Padahal mereka itulah yang membuat semarak dunia musik kita. Jangan heran juga jika kelak karya lagu musisi Indonesia akan dengan mudah di-transfer dan diakui oleh musisi dari negara lain, karena tak dikenalinya sang pencipta lagu. Ke mana penghargaan kita atas kekayaan intelektual ini? Sudah saatnya kita lebih menghargai pencipta lagu tinimbang sang penyanyi. Setuju-kah...?

Diah Utami
batikmania. multiply. com

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Discover auto groups

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: