Rabu, 21 Oktober 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2852

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (14 Messages)

Messages

1a.

Re: [rampai] PENGHUJAN

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Tue Oct 20, 2009 3:48 am (PDT)



: raihana zahra ramadhani

lalu,
kala setiap tetesnya mereda,
dan payung-payung kembali menguncup,

tiupan angin akan bercerita pada ruang-ruang udara,
tentang sekuntum bunga beraroma surga
yang dikecupnya saat bumi bersimbah air mata

"Ah, Tuhan pasti sedang jatuh cinta saat menciptakannya..,"

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> PENGHUJAN
>
> : e & n
>
> saatnya sulursulur tak berujung itu menyentuh kita
> menggenangi setiap cawan yang kau siapkan untuk benih tomat yang tumbuh di pipinya
> menggugah katak semembahana orkestra
>
> sesekali, tangan kecil itu akan meraih angin lewat teralis jendela yang kita biarkan terbuka
> pada petilsan surga di wajahnya, ia hantarkan sejumput gerimis yang mampir tak jauh darinya
> dari sudut yang paling cinta, sambil mengusap perutmu yang tak lebih besar ketika ia berada, kita akan mengamati seperti biasa
> menyaksikan rambutnya tumbuh jarangjarang
> menyambutnya dengan pelukan jagat raya ketika petir berciluk ba
> membetulkan celana yang turun menyembulkan kelucuan yang tak ia pahami
> dan segudang tentang
>
> diluar, tepat dibalik pintu dan jendela
> udara bersekutu dengan dingin mencipta kabut tipis dan baur bersama rerintikan
> lalu kita bersyukur untuk kebersamaan ini
> untuk setiap sesap dingin yang menjadikan wol di tubuhnya berfungsi sempurna
> untuk setiap keping baygon elektrik yang urung kita panaskan karena nyamuk kita pastikan tiada
> untuk setiap cinta yang turun bak penghujan, pun kemarau
>
> jakarta,  20 oktober 2009
>
>
> Dani Ardiansyah
>
> www.JasaPenerbitan.com
> www.CatatanKecil.Multiply.com
>

2.

[KELANA LEBARAN] Menu Lengkap Satu Syawal

Posted by: "Abdul Fatah" q_zyboy@yahoo.co.id   q_zyboy

Tue Oct 20, 2009 5:20 am (PDT)





Appetizer

Ditemani segelas es susu
berjeruk nipis, saya mulai mengetik. Karena saya masih belum memiliki kamera
untuk mengabadikan momen-momen indah selama ke-mudik-an saya, sehingga
tulisanlah jalan satu-satunya. Teman-teman pun menjadi lebih bebas membayangkan
suasananya, tidak terpatok pada objek yang nampak di depan mata seperti yang
tertuang lewat foto ataupun video.

Syawal kali ini saya awali di rumah dinas paman saya. Tadi malam, saya bersama bapak ke sana, acara buka
puasa bersama. Bapak pulang, saya menginap. Sebab, saya ingin
menyaksikan pawai obor bersama sepupu-sepupu. Kebetulan iringan pawai akan
melintas di depan rumah dinas paman saya itu.

Tidak berselang lama setelah Isya saya tunaikan, dari kejauhan,
sayup-sayup terdengar kumandang takbir. Kami segera menuju depan rumah. Berdiri
di pinggir jalan. Miniatur masjid dengan hiasan lampu-lampu warna-warni tampak
berjalan gagah. Dibawa dengan cikar. Sebelumnya, tiga orang membawa spanduk,
terterakan asal kontingennya.

            Yayan, anak penjaga rumah dinas,
dibuatkan tiga obor, terbuat dari batang daun pepaya oleh ibunya. Saya pegang
satu, Yayan satu, dan Hani, sepupu saya juga satu. Kami menyalakan obor itu.
Saya berinisiatif, ketika rombongan pawai nanti melintas di depan kami, saya
akan masuk ke dalam barisan dan ikut berkeliling bersama mereka. Ya, dengan
obor yang meliuk-liukkan nyala apinya. Tapi, kalau saya ikut, sepupu-sepupu
yang lain pasti akan ingin ikut. Sementara paman dan bibi saya, sudah saya pastikan,
tidak akan mengizinkan mereka. Jadilah kami penonton saja.

            Kontingen demi kontingen melintas di
depan kami. Saya mematikan obor itu. Sebab, malulah diri ini. Cuma berobor di
tempat saja. Tidak ikut berjalan berkeliling. Sungguh, hati ini berdenyar-denyar
saat menyaksikan dan mendengar gema takbir yang dikumandangkan oleh rombongan
pawai. Lampion, nyala obor, dan lampu hias warna-warni melintas-lintas. Sambil
bibir mereka mendengungkan takbir. Hati ini ikut bergetar. Pupil mata ini
melebar-lebar. Untung rambut ini tak mengembang layaknya rambut Ahmad Albar.

 

Main Course

            Sekitar
satu jam sebelum waktu sahur, saya terbangun. Serasa ada yang hilang. Hari ini,
tepatnya, momen sahur itu mulai tergantikan oleh ritme makan konvensional:
sarapan pagi. Ada
yang hilang. Beda. Sementara itu, telinga saya menangkap telisik hujan yang
menggelitik atap ditingkahi redap-redup takbir di kejauhan.  

            Sehabis Subuh, sarapan pagi mulai disiapkan
di atas karpet. Ketupat, nasi, opor ayam, dan sup daging. Saya bersama paman,
bibi, dan empat sepupu akan menyantapnya. Sebelum mulai, saya masuk dulu ke
kamar sepupu-sepupu itu. Jendelanya telah dibuka. Terhampar pandangan berupa pohon
alpukat yang sedang berbunga. Di sisinya, pohon mangga berdiri mesra. Keduanya
basah oleh hujan. Udara pagi tersaji,
nikmati sekali. Segar mengumbar.

            Pagi
basah oleh hujan tercurah, masih tersisa gerimis lembut. Banyak hal yang
melintas di kepala saya. Kenangan masa kecil, mengingat almarhumah ibu, kakek
nenek yang telah tiada, dan hal-hal yang melintas begitu cepat sehingga saya
tak sempat menangkapnya dengan jernih. Fitri, momentum yang selalu mengingatkan
pada yang lalu-lalu.

            Sarapan,
saya pun pulang ke rumah. Jalanan sepi, hanya ada beberapa motor dan mobil
melintas. Dada saya terasa penuh. Segar. Polusi dan debu telah takluk pada hujan.
Sekitar sepuluh menit di jalan, sampailah saya di rumah. Mengapa saya
pulang? Karena saya harus menjadi `ojek´ bagi orang-orang rumah. Kami akan menuju
tanah lapang untuk Shalat Ied.

            Perkiraan waktu yang tidak tepat
alias meleset. Saya dan bapak berangkat saat jam dinding mulai menyentuh angka tujuh.
Hipotesis katrok kami: Shalat Ied Fitri biasanya dimulai agak siang. Lihat! Kami
tidak jeli membaca cuaca. Langit kelabu nian. Bisa saja Shalat Ied dimulai
lebih awal.

            Saya dan bapak yang berangkat duluan.
Sementara kakak dan adik saya masih sibuk bersiap. Belum berpakaianlah. Ada yang masih mandi. Bercoraklah.
 

            Bermotor, saya dan bapak membelah Jalan
Sudirman. Masjid pertama yang kami lewati adalah Masjid At-Taqwa, Pancor. Masjid
yang sedang dalam tahap pembangunan menara sebelah timurnya ini, sudah ramai
diduyuni oleh warga sekitar Pancor. "Kita di sini atau terus lanjut ke Lapangan Tugu?" tanya saya pada bapak.
Jawab beliau, "Kejar yang itu dulu!" Sebagai joki yang baik, saya pun mengegas motor.

            Dua
masjid kami lewati lagi. Satunya, Masjid Al-Islah Selong, tampak sudah mulai
Shalat Ied-nya. Kami terus mengejar Lapangan Tugu. Masih di sekitar perempatan
SMPN 1 Selong (mantan sekolah saya), telah kelihatan gelombang manusia
putih-putih. Ke masjid ataukah dari masjid? Makin mendekat, suara khatib menjelang.
Rupanya, Lapangan Tugu tidak jadi dipakai. Jamaah pindah ke Masjid Raya yang
hanya sepelemparan batu dari LapTug. Jamaah pun sudah bubar. Waduuuh...

            Bapak menginstruksi agar saya belok
kanan. "Kita ke Masjid Pancor!" Masjid At-Taqwa yang dimaksudkan oleh bapak.

            Jalan yang sama kami tempuh. Masjid
Al-Islah telah usai Ied-nya. Kami mengejar Masjid Yayasan NW, suara imamnya
terdengar hingga ke pinggir jalan. Kami mengurungkan niat. Kami pun mengejar
satu masjid yang tersisa di dalam daftar tempat Ied berjamaah terlaksana,
Masjid At-Taqwa, Pancor.

            Kami melihat orang-orang sudah ramai
menggelar sajadah mereka di perempatan jalan. Saya pun memarkir motor di depan pertokoan.
Mengambil koran yang ada di jok motor. Saya bagikan beberapa lembar ke bapak. Langkah
pun sedikit dipercepat. Takut kehabisan rakaat.

            Beberapa tumpukan koran yang saya
pegang, saya jatuhkan begitu saja tanpa sempat saya bentangkan. Lebih cepat membentangkan
sajadah. Bapak yang sampai beberapa detik setelah saya, sebaliknya. Beliau justru
membentangkan koran, setelah membaginya sebagian ke seorang bapak. Saya baru
sadar kalau ada sesuatu yang tidak beres. Bapak mengepit sajadahnya di paha. Saat
rukuk di rakaat kedua, sajadah beliau pun jatuh. "Lho, bapak kok nggak gelar
sajadahnya? Justru bentangin koran?" Wadoh...

 

Dessert

            Saatnya
menuju makam ibu. Mempersembahkan beberapa larik doa yang menjadi tradisi tiap lebaran.
Tentu saja, doa setelah shalat fardu diutamakan. Tapi, mengunjungi makam beliau,
tak ada salahnya. Selain untuk menuntaskan segala rindu (karena saya akan
merasa begitu dekat dengan beliau), juga agar lebih intens mengingat mati. Sebab,
life is an art of loving death.

            Di Pekuburan Gayong, baru sekitar
empat orang sahaja yang saya temukan sedang berdoa di makam kerabat mereka. Saya
dan bapak sengaja berdahulu, nanti saudara-saudara yang lain menyusul. Biar
tidak saling tunggu. Membagi diri dalam kloter-kloter.

            Usai berdoa di makam ibu (saya akan
selalu berusaha menyempatkan diri mengunjungi makam beliau tiap kali mudik), saya
dan bapak menuju Pendopo Bupati Lombok Timur di Selong. Kata bapak, ada open house. Saya sih bersemangat saja.
Sebab, yang namanya open house tidak
lepas dari acara... makan-makan!!! Hehehe...

            Betul saja. setelah beramah-tamah
dengan `peserta´ buka-rumah (bukan bedah-rumah euy) yang telah datang lebih dulu,
saya pun segera mengambil posisi: sebuah meja yang telah terhidang kue-kue
kering di atasnya. Sementara ada tiga meja prasmanan yang tersedia,
masing-masing: meja bakso, meja minuman, dan meja nasi lengkap dengan lauknya.
Karena masih pagi dan saya sudah sarapan nasi, saya pun dengan semangatnya mengucurkan
kopi ke dalam cangkir. Alamak, kok kopinya kental? Ternyata, Anda benar
kawan-kawan! Lalu, apa yang mau diseruput? Ampas kopi? Ouw!

            Saya pun membuka tutup kue dan mulai
mengirimkannya ke mulut saya. Nyammm...Nyammm... Bapak sedang berbincang-bincang
dengan temannya. Lalu, mendekat sambil membawa segelas es campur. Saya kok
tertarik ya? Sebelumnya, saya membocorkan segelas air mineral, lalu beranjak
mengambil es campur.

            Sepupu-sepupu yang rumahnya tempat
saya menginap tadi malam datang pula dengan mobil dinas Departemen Agama. Kembali
bersalam-salaman dengan mereka, saya pun keluar, menuju parkiran mobil.
Berbincang-bincang dengan sopir mereka yang kebetulan dulu juga telah menyopiri
bapak. Kak Marjan, seorang albino. Tetap saja pembawaannya malu terlebih jika berkumpul
dengan para pejabat, seperti acara buka-rumah itu.

            Saya ditelepon bapak, disuruh ke
dalam lagi. Kami mau pulang, ternyata. Tapi, sebelum bersalaman dan
beramah-tamah singkat dengan Pak Bupati juga istrinya, saya mencicipi semangkuk
bakso dulu.

            Hmmm... hidangan penutup yang lezat di
hari kemenangan! 
    

NB: Kisah ini ditulis pada hari ketiga Syawal 1430 H.... 

Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
3a.

Re: [etalase] YUK, IKUT WORKSHOP "CREATIVE WRITING: MODAL EKSIS DI D

Posted by: "humairayusuf" humaira_ys@yahoo.com   humaira_ys

Tue Oct 20, 2009 9:19 am (PDT)



Terimaksih infonya....wah aku tertarik banget nih.....mau ikutan workshopnya......,mengembangkan wawasan tentang dunia blog....

Wass
Mira humaira

3b.

[Kisah] Aku Tersesat

Posted by: "@N@ Fadhil" ana_fadhil88@yahoo.com   ana_fadhil88

Tue Oct 20, 2009 6:20 pm (PDT)



KeLu(Kenangan lucu) AWAS KL´ GAK KETAWA?!!!JJJ
YTK(yang tak kulupakan)
Bismillahirrahmaanirrahiim
Cairo, 16 Oktober 2009
Ku tulis dini hari ketika ku sulit tidur........J
Aku Tersesat
By:Ana fadhilah
 
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagiku. Bagaimana tidak, dua hari penuh aku harus nglembur menulis untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh WSC(Word Smart Center). Niatku hanya sebagai pengalaman pertamaku, karena belum pernah sekalipun aku mengikuti lomba dalam bidang kepenulisan. Harusnya aku tidak buru-buru seperti itu, karena jelaslah aku sudah memulai menulisnya dari awal-awal Ramadhan. Akan tetapi gara-gara belum menemukan ide dan angel yang pas untuk tulisan selanjutnya akhirnya hampir sebulan tulisan itu nganggur tersimpan rapi dalam folder E ku. Selama itu pula aku merasa putus asa padahal aku masih menuliskannya 3 halaman, kurangnya pun lebih dari setengah, ujung-ujungnya aku malah menulis tentang yang lain. Tulisan itu yang tak lain adalah cerpen yang pertengahan Ramadhan lalu aku kirim ke milist WSC dengan judul "Gara-Gara Flu Babi".
Dua hari yang lalu tepatnya hari Selasa, ketika lagi asyiknya ngelamun, tiba-tiba aku mendapatkan sebuah ilham untuk menulis tentang uneg-unegku sekaligus pengalamanku. Cepat-cepat ku raih pena, segera ku tulis ide yang muncul itu di atas note kuningku. Kubuat kerangka kecil untuk memetakkannya agar mudah untuk menuliskannya. Selanjutnya aku mulai berpikir kira-kira buku apa yang bisa dijadikan sebagai bahan penunjang sekaligus sebagai pembanding uneg-unegku. Jujur, inovasi diri itu penting cuman kevalidan yang datang dari sumber pelaku nyatanya itu menurutku menambah kepentingan juga. Kalau inovasi yang datang dariku sendiri, kurasa tidak cukup karena aku masih tergolong manusia teori belaka. Akhirnya ku putuskan untuk ke PMIK(Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo), mungkin di sana bisa kutemukan buku-buku yang aku inginkan. Setelah sampai di PMIK, aku mulai memilih buku-buku yang menurutku bisa menjadi wacana dan gambaran tentang apa yang aku tulis.
Aku kumpulkan buku hampir 7 biji, tentang motivasi, tentang autobiografi dan tak lupa juga kumpulan-kumpulan esai karena sudah lama aku peminat esai apalagi buatan Prie Gs. Prie Gs adalah seorang kartunis, budayawan unik dari Semarang, wartawan serta penulis terutama di bidang esai. Esai-esai yang dibuatnya selalu mengalir dengan natural, spontanitas dan mampu menyihir hati pembaca. Terkadang membuat kesal pula, merasa tersindir ketika pas dengan diri kita. Apalagi ketika baca esai dia dalam buku "The Great Spirit" diterbitkan oleh Republika berjudul "Parodi Telpon" tepatnya tentang kekesalan Mas Prie Gs, gara-gara telpon rumahnya sering dibuat tumpangan para tetangganya, sehingga main suruh saja untuk memanggil objeknya. Aku merasa tersindir sebab waktu di pondok pernah nelpon ke rumah tetanggaku agar aku bisa bicara dengan keluargaku, telpon rumahku sering mailbox. Maklum di rumahku masih memakai telpon flexi. Dulu sewaktu kelas Aliyah akhir,
kakak lakiku berencana memasang telpon rumah sendiri karena rumah kita di kabupaten yang jauh dengan sanak saudara selain itu aku doyan sekali telpon-telponan dengan teman-temanku. Kalau memakai Hp suka menghabiskan pulsa. Tapi pemerintah aneh menyaratkan pemasangan telpon harus sekalian 10 rumah di setiap wilayah desa. Waduh... kapan mau pasang telpon kalau harus nunggu 10 rumah. Mungkin pemerintah berniat biar tidak terlalu ribet dan memperirit administrasinya. Tapi warga kampungku biasanya mau masang telpon kalau salah satu anggota keluarganya kebetulan di luar negeri, baik jadi TKW atau sekolah. Kalau tidak, mereka berpikiran lebih baik memakai Hp, simple katanya. Selanjutnya aku juga tak lupa mengambil buku kumpulan puisi karena aku lagi ngidam sekali dengan puisi, sekalian sebagai pembanding puisi-puisi yang telah aku buat.
Setelah sampai di rumah, segera aku nyalakan komputer. Aku buka Esai yang hampir 1 bulan itu menganggur. Aku baca ulang kembali. supaya kuperoleh kembali angel-angel yang telah terdata sebelumnya. Malam harinya setelah istirahat, bismillah... ku pencet tuts demi tuts keyboard yang mulai mengalir dari sumbernya. Aku berniat menuliskannya secara spontanitas supaya lihai, pikirku. Tak lupa ku putar "Fly" nya Hilary duff, "This is me dan Our time is Here" nya Demi Lovato" dan tak ketinggalan "Percaya Indonesia" nya Melly Goeslow, karena semuanya lagu bernuansa semangat dan biar suasana makin terasa renyah. Memang dari dulu ada satu kebiasaan yang sulit aku hilangkan, ketika aku ingin memilih konsentrasi terhadap sesuatu baik belajar, menghapal atau menulis tak ketinggalan sering dibarengin dengan musik. Dulu aku mikirnya simple, ketika belajar dalam suasana yang hening justru hasilnya kalau tidak tertidur ya ngelamun, makanya untuk
mengantisipasinya harus diiringi dengan musik. Jadi sewaktu aku ngantuk atau ngelamun langsung ikutan nyanyi. Sebenarnya mikir juga, sayang sekali kenapa tidak dengan tilawah bisa lebih bermanfaat dan berpahala. Tapi batinku malah berkata lain, ketika memutar tilawah justru bukan belajar melainkan ingin ngambil qur´an dan menyimaknya atau aku akan berkata, "kasihan sekali ntar Syeikh jibril atau Syeikh Sudais kehausan gara-gara berdendang eh tilawah terus-terusan", akhirnya malah terbengkalai tak konsentrasi belajarnya. "He.. he... itu hanya alasan orang males," pikirku.
Akhirnya syukurlah dua hari penuh aku merampungkannya, tepat di hari terakhir pengumpulan yaitu jam 5 sore 15 Oktober 2009. Tak tahulah, hasilnya ambrul adul. Yang terpenting adalah aku sudah berusaha mengeluarkan apa yang tersimpan dalam benakku. Tanpa ba bi bu ba, langsung ku sapa Kak Luthfi selaku panitia lewat FB-nya. Aku berniat mau menyerahkan sore itu juga meski harus jauh-jauh dari Tahrir ke Mustallats daerah Hay-10, resiko orang yang berniat ikut lomba.
Aku dengan Kak Luthfi berjanji mau ketemuan di baalah(toko) Mustallats yang dekat dengan masjid merah karena aku tak paham betul posisi rumahnya tapi di tengah jalan aku bertemu dengan sesepuh PCINU. Ya sudah aku tanyakan padanya letak sekretariat almamater MISYKATI yang tak lain rumah Kak Luthfi juga. Akhirnya setelah pencarian yang tak terlalu sulit, kutemukan rumahnya. Dan kebetulan juga yang membukakan pintunya adalah Kak Luthfi sendiri. Sebelum kuserahkan tugasku, terlebih dahulu aku izin menumpang komputernya untuk mengedit terakhir kalinya he...he mumpung komputer lagi nganggur, pikirku, sekalian ngeprint out. Tak lupa setelah itu aku bayar hasil print out pada pengurus sekretariatnya.
"Na, BTW esaimu kok banyak nyebutin nama orang sih?" kata Kak Luthfi sembari melirik tulisan yang aku edit.
"iya kak, ini semua kan kisah nyata sekaligus sebagai tanda terima kasihku atas jasa mereka yang aku sebutkan, karena aku banyak belajar dari mereka, tapi sory kagak nyebutin nama kakak, huhu..."
"Halah gak penting dan gak perlu?!."
Aku melihat Kak Luthfi sibuk sekali menerima telpon. Karena dia panitia satu-satunya yang ada di Kairo, sedang panitia yang lain ada yang pulang dan ada yang tinggal di Bu´ust. Walhasil, dia yang harus mengurusi lomba sendirian. Dan tak jarang klien maksudnya peserta lomba yang rewel. Seperti contoh sekitar satu jam setelah kedatanganku, datanglah seorang peserta yang lain. Ternyata peserta itu hanya menyerahkan berkas aslinya tanpa mengopinya untuk para juri. Dia meminta tolong Kak Luthfi untuk membantu mengopikannya dengan alasan tak ada waktu. Kelihatannya si klien mengikuti dua lomba, esai kisah nyata dan novel. Karena si klien bertanya adakah perpanjangan waktu untuk novel. Mungkin si klien mempunyai alasan tak ada waktu gara-gara mau menyelesaikan novelnya. Waduh... bertambah kasihanlah aku pada Kak Luthfi.
Setelah kepergian si klien, secara spontan aku berkata:"sabar ya Kak, memang resikonya jadi panitia ya seperti itu, gampang entar aku bantu ngopi mumpung aku baik hati eh mumpung aku juga mau ngopi hihihi...."
"he... he.. ya deh Na, nih sekalian duit tambahannya kali aja kurang coz biasanya mapnya agak mahal," kata Kak Luthfi sembari menyodorkan selembar uang 10 le. "Na, aku tinggal shalat maghrib dulu ya."
"Ya... solat aja dulu, ehm... kayaknya duit yang dikasih klien dah cukup kok kak, ada map yang hanya nush-an (50 pt-an), aku usahain ntar."
"ehm... persiapan aja."
"Mesyi-mesyi"(oke-oke)
Akhirnya aku pamit sebentar untuk mengkopi esaiku sekalian esai si klien. Aku langsung menuju ke daerah Gami´ tepatnya Maktabah Tauhid(Toko peralatan sekolah Tauhid). Ternyata di Maktabah ini aku dikacangin oleh penjualnya. "Istanni... istanni... suwayya"(tunggu-tunggu sebentar) terus-terusan, sepertinya petugas bagian potokopinya lagi sibuk membuat teh dan melayani pembeli yang kurasa datangnya lebih akhir dariku. Hampir setengah jam aku dicuekin. Aku tak sabar, aku marah, tanpa pamit aku pergi saja mencari maktabah yang lain. Akhirnya setelah bertanya letak maktabah lainnya pada akhwat-akhwat Malaysia yang kebetulan lewat di depanku, aku menuju ke maktabah pojok jalan searah dengan bekas warung Ampera yang dulu(nama warung Indonesia). Di sana aku kecewa kedua kalinya, ternyata hanya kutemukan map saja dan tidak melayani jasa potokopi. Kuputuskan jalan terus ke belakang untuk mencari maktabah yang lain, tepatnya ke daerah Saqor Qurays "memang
perjuangan banget yah, mau ikut lomba pertama kali aja kayak gini, sabar... sabar" gerutuku dalam hati.
Setelah selesai, aku kembali ke rumah Kak Luthfi untuk menyerahkan semua berkas yang aku potokopi. Tak lupa aku mengembalikan duit 10 le tadi karena untung duit si klien pas untuk potokopi dan membeli mapnya tanpa mengorbankan duit Kak Luthfi. Kalau tidak, pasti aku akan lebih kasihan lagi dengan panitia yang satu ini. Sudah tak dapat imbalan tapi terkena korban. Lebih tepatnya, meminjam kata-kata Prie Gs dalam esai dia yang berjudul "Parodi Telpon", terkadang kita harus tahu bahwa ada banyak perbuatan yang menurut kita remeh tapi justru hal itu merupakan siksaan bagi orang lain.
Menjelang Isya´ aku langsung pulang secepatnya agar tidak telat sampai di asrama. Aku teringat, "ma taakhkhortisy ya Fadhilah! (jangan telat, hai Fadhilah!") pesan ablah sebelum aku berangkat ke Hay-10 karena aku berangkat setelah ashar dan biasanya orang yang keluar pada jam-jam seperti itu bakal telat baliknya.
"mesyi ya ablah...(ablah:bibi)" jawabku.
Dan ternyata kekhawatiran ablah kepadaku memang benar-benar terjadi. Aku telat balik ke asrama yang batasannya sampai jam 21.00 karena sudah masuk itungan musim dingin, padahal aku sudah meyakinkan ablah untuk datang tepat waktu. Akan tetapi keadaan berkata sebaliknya. Aku telat karena tersesat. Memang ini semua salahku, sewaktu milih bus, aku nyelonong masuk saja. Waktu itu aku benar-benar yakin dengan mini bus bernomer 105 mengarah ke Ramses dan selanjutnya aku bakal naik metro anfaq (metro bawah tanah) ke Tahrir, pikirku. Pertama aku enjoy saja, karena dapat tempat duduk di kala orang mulai berjubel memenuhi bus tersebut. Dan kebiasaan terburukku pun muncul, aku sering tertidur di bus apabila mulai penuh supaya tidak memperburuk pemandangan, pikirku. Tetapi setelah perjalanan terasa panjang dan pemandangan di luar kaca terasa asing bagiku. Aku mulai benar-benar bangun dan langsung bertanya pada dua pemuda yang berdiri di sebelahku, "dzah, bitrukh
ila Ramses?"(ini, ke ramses gak?)
"la ah!... ila mathoriya, hatrukh Ramses? khali jibtu laki ila mahathoh mathoriya, inzilii hunak, kitsir arabiyah ila Ramses."(bukanlah!... ke Mathoriya, mau ke Ramses, udah ntar aku kasih tahu halte bus Mathoriya, turun aja ke sana, banyak kendaraan ke Ramses).
Syukur di hari yang begitu menegangkan dan di masa banyak korban kejahatan di Mesir ini masih ada orang baik, pikirku. Tapi lama kelamaan aku tak percaya dengan omongan dua pemuda di sampingku itu karena ada gelagat yang menghawatirkan. Mereka berbisik-bisik tak tahu ngomong apa. Namanya manusia terkadang dan bahkan dalam keadaan genting wajib juga suudzon pada orang lain untuk menjaga diri. Terpaksa aku bertanya ke mama yang duduk di depanku. Aku jelaskan padanya kalau aku tersesat ingin ke Tahrir lewat Ramses terlebih dahulu tapi malah salah pilih bus. Pas sekali kebetulan dia mau turun setelah dua mahatthah yang akan datang tepatnya di Mathoriya. Aku mengikutinya karena dia berjanji mau menunjukkan mahatthah bus yang langsung mengarah ke Tahrir.
Untuk menunggu bus, aku berdiri di tepian agak jauh dari dua perempatan jalan yang tengahnya dibelah oleh rel kereta api, jadi ada 4 jalan yang sealur dengan rel tersebut. Tepatnya aku berdiri di dekat baalah yang di sampingnya ada telpon umum. Karena kata mama yang baik tadi bus Tahrir biasa lewat di jalur ini. Akhirnya setelah menunggu sembari melihat-lihat bus yang bermunculan di depan mataku, ku temukan bus besar bertuliskan Tahrir. Aku kegirangan dan mulai melambai-lambaikan tangan tapi bus tak mau berhenti. Aku lari sekencang-kencangnya sampai orang-orang, baik yang ada di dalam bus atau di sekitar jalan memandangku. Entah pandangan haru, kasihan atau bahkan menertawakan ulahku. Endingnya semua "sia-sia", bus itu tak mau berhenti mungkin kondektor bus lebih memilih jatah jalan daripada penumpang. Karena ketika bus berjalan, waktu itu pula gigi kereta api mulai muncul di hadapannya. Jadi kendaraan-kendaraan umum yang tak mau kalah berjalan
duluan. "Aneh memang, sepengetahuanku di Indonesia dulu biasanya kendaraan-kendaran umum yang mengalah dari kereta api, tapi di sini terbalik himar (keledai) saja bisa lebih jago menguasai jalan daripada kereta api. Indonesianya saja kali yah... yang ketinggalan atau bahkan akunya yang gak tahu alias ndeso, he..he," pikirku menghibur diri.
"cobaan apa lagi niih, aneh... bus Mesir emang aneh, seakan-akan tak butuh penumpang padahal jelas sekali kosong," gerutuku lagi dalam hati.
Hatiku mulai kesal dan mulai ketakutan. Bukan hanya takut tidak bisa balik karena tersesat di negeri orang, mungkin dengan bahasa belepotan pun masalah ini masih bisa teratasi, aku lebih takut ongkos jalan tak cukup. Karena waktu itu aku bawa ongkos tapi habis buat keperluan lomba, mampir belanja dan sisanya pas sekali buat perjalanan pulang sedangkan pulsa baru saja habis, PCM (Please call me) pun tak bisa karena jenis nomerku berbeda dengan teman-teman asrama. Memang kalau kemana-mana harus sedia pulsa dan juga duit banyak minimal lebih dari keperluan atau bawa ATM, tapi ATMku keblokir jadinya kalau dapat kiriman mesti lewat jasa pelayanan biasa. Di saat-saat seperti itu sebagai hamba hanya bisa pasrah dengan Tuannya.
Sambil menahan kesal, aku putuskan naik bus ke daerah Abbasyah yang kebetulan lewat di depanku baru naik metro ke Tahrir lewat Darmadasy. Tapi ternyata bus itu tidak melewati mahathah metro Darmadasy. Sekali lagi aku dibuat bingung oleh keadaan. Untung ada dua orang baik yang mau mengarahkanku tapi kelihatannya mereka berbeda keyakinan denganku. Mereka sepasang suami istri yang istrinya tidak menggunakan hijab(jilbab). Di samping itu ketika mereka memberi arahan kepadaku ada seorang bapak Mesir tua yang langsung nyerobot ingin membantuku juga, dengan pandangan sinis pada mereka. Mungkin bapak itu takut aku dicelakain karena berbeda agama. Maka dari situ aku bisa menebak mereka bukan non-muslim. Aku tak peduli dengan itu semua, karena mungkin jiwa sosialis telah tertanamkan di hati mereka meski berbeda keyakinan. Aku disarankan untuk naik tremco ke arah Darmadasy karena kalau jalan terlalu jauh. Bahkan mereka sendiri yang mencarikan tremco itu. "Semoga
duitku cukup," doaku dalam hati. Alhamdulillah ternyata cukup, akhirnya sampailah aku di asrama dengan selamat dan untungnya ablah tidak memberi ceramah yang panjang lebar kepadaku dengan alasan "aku tersesat".
(*_^)
Kenang-kenangan lucu JJJ... Awas gak ketawa....:JJJ
 
 

4.

(info) Buku Gratis: Menjawab Keraguan Umat Terhadap Bank Syariah

Posted by: "agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Tue Oct 20, 2009 8:56 pm (PDT)



Buku Gratis: Menjawab Keraguan Umat Terhadap Bank Syariah

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Buku yang berjudul 'Menjawab Keraguan Umat Terhadap Bank Syariah' ditulis oleh Ir. H.HM Nadratuzzaman Hosen MS, M.Ec. Ph.D, AM, Ach. BAkhrul Muchtasib SEI, MSi.

PKES mengidentifikasi sepuluh hal pokok yang menjadi keraguan umat terhadap bank syariah yaitu: uang halal dan uang haram, pemanfaatan ATM bank konvensional oleh nasabah syariah, agunan pada pembiayaan murabahah dengan kredit konvensional, agunan pada pembiayaan murabahah mengapa revenue sharing kok bukan profit sharing, batas darurat bertransaksi dengan bank konvensional, pelayanan TI pada bank syariah, jaminan simpanan pada pihak ketiga, peran di DSN dan BI dalam pengembangan dual banking system.

Buku ini dalam rangka memperjelas pemahaman masyarakat, dengan harapan masyarakat bertambah pemahamannya terhadap permasalahan perbankan syariah dewasa ini.

e-book gratis 'Menjawab Keraguan Umat Terhadap Bank Syariah' ini dalam format PDF ini, bagi teman2 yang berminat silahkan kirimkan email ke agussyafii@yahoo.com, nanti saya kirimkan file PDFnya untuk anda..

Jazakumullah khair,
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
-agussyafii-

5.

[Catcil] Pertanyaan

Posted by: "Sugeanti Madyoningrum" ugikmadyo@gmail.com   sinkzuee

Tue Oct 20, 2009 11:02 pm (PDT)



Sebuat tulisan indah yang dibuat oleh seorang teman. sayang dia belum jadi
anggota milist ini. maka saya forwadkan saja :)
==========================================================================================

Pertanyaan by Lutfiah alhabsy

Hemmm.. pukul enam pagi!! yach, pagi yang menyenangkan…

Sesaat ku mulai mengawali hari dengan membolak-balikkan majalah yang
kebetulan baru ku beli sehari sebelumnya. Ditengah keasyikan nge'baca.. eh,
ku dengar dering telpon berbunyi.. "sapa ya pagi2 gini dah telpon?" gumamku
sembari mengangkat ganggang telepon dan terdengar suara yg cukup ku hafal
diseberang sana.

Yach, salah seorang teman akrabku saat duduk dibangku sekolah. Rupanya, dia
tengah gundah n marah-marah pada salah satu temannya.. "Masa' lutfi, si A
bilang ko' kamu ndak merried-merried, kan usia kamu ndak muda lagi.. kapan
mau punya' anaknya.. kamu liat tmen2-mu udah pada punya' anak…?!!" dan
serentetan cerita yang bikin panas telinganya…

Eh, ndak mau kalah, sodara dia yang tahu permasalahan itu'pun ngebela'in
temenku… "Eh, jangan dikira ya… meski belum merried, dia ndak ambil pusing,
dia udah kerja, gaji'nya besar, mau beli apa aja' bisa… ndak kaya' kamu..
wis merried tapi masi' numpang orang tua.. wisss gak maeeenn!!!"
heemmmmmm...

Kala itu, ku biarkan dia puas dengan bercerita terlebih dahulu. Aku-pun
memakluminya, karna ku juga memahami kondisinya… bukankah kita sama2 belom
merried?? Hehe… jadi sangat wajar jika hal semacam itu sedikit mengganggu
pikiran…

Setelah puas mengungkapkan kekesalannya, ku coba memberikan satu wacana baru
agar dia bisa tegar kembali… ku katakan, satu hal yang selalu ku pegang
sebagai penguat hatiku adalah bahwa Alloh, menciptakan makhluk-Nya tidak
dengan sia-sia. Alloh Maha Mengetahui dan Maha Memahami hal yang terbaik
bagi makhluk-Nya…

Apalagi kita sbg makhluk ciptaan Alloh yang berwujud manusia, diberi
kelengkapan akal pikiran, so.. mesti kita optimalkan kegunaannya. Tak lain
untuk saling memberi manfaat bagi lingkungan disekitar kita. Taruhlah kita
tak bisa berbuat banyak, minimal kita bisa berbuat yang jauh lebih berarti
bagi keluarga kita, orang tua, sodara dan lingkungan sekitar.

Selanjutnya, "Aku ingin hidup menurut cara pandang Alloh, bukan manusia"
artinya apa?? Kalau kita hidup dengan cara pandang manusia, selagi kita
hidup, percaya ato tidak, pertanyaan mereka tidak akan pernah ada
habisnya…!!!

Mau bukti??
Coba kita mengingat, tatkala kita masih duduk dibangku SMA, orang akan
bertanya… ntar kuliah dimana?? Maka bersikap bangga-lah seorang yg diterima
diperguruan tinggi negri untuk menjawab pertanyaan itu…

Selesai kuliah-pun ditanya' kembali… "Apa udah kerja?? Dimana?? Berapa
gaji'nya ya..??" maka kembali, merasa amanlah yang ditanya jika dia udah
gawe ditempat yang keren dengan gaji n fasilitas kantor yang memadai…. Apa
cukup sampai disini pertanyaan mreka..??? Ternyata TIDAK!!

Kembali ada yang nanya', "eh, kapan menikah?? Khan udah kerja?? Apa udah
punya' calon ato belum??... sekali lagi kembali jadi happy jika yang ditanya
kebetulan udah punya' pasangan, tapi, itu ndak cukup… ada yg nanya'
kembali.. "lho calonnya cakep ndak ya?? kaya ato dari kluarga biasa?? Trus
habis menikah mau tinggal dimana?? Ikut orang tua apa punya rumah
sendiri..??

Sekali lagi, pertanyaan itu masih sangat panjang!!

"Apa mreka udah punya anak?? Berapa??... kembali akan ada jawaban yang
menggembirakan hati jika yang ditanya udah memiliki buah hati. Tapi
bagaimana jika yg ditanya belum memilikinya?? Yappp.. pasti mreka gundah
gulana mikirin tuh pertanyaan… Trus, apa cukup sampai disini..?? Ternyata
tidak!! Sekali lagi tidak!!

Akan ada banyak pertanyaan dari orang-orang yang tidak memahami hakekat
hidup sebenarnya… Bahwa ada kuasa Alloh, yang menentukan jalan hidup
masing-masing hamba-Nya…. Meski kita selaku hamba-Nya, tetap diharuskan tuk
berusaha dan berdo'a.. namun, tetap segala urusan adalah Alloh yang Maha
Menggenggam-Nya…

Jika boleh ku berkata, ku kasihan terhadap orang-orang yg seperti itu, dan
cukuplah ku mendo'akan semoga Alloh memberi rahmat berupa petunjuk
disebabkan ketidak-tahuan mereka… Lhoo, knapa ku bisa bicara demikian??
Tentu ada alasannya… coba kita mulai perhatikan kembali…

Jika direnungkan, pada dasarnya untuk apa kita hidup?? Untuk siapa kita
hidup?? Pada akhirnya toh kita hidup sendiri.. seorang anak, jika ia
beranjak dewasa, pun akan membina sbuah kluarga dengan pasangannya..
sementara kita makin tua…

Apa yang hendak kita miliki?? Mampu-kah kita terus menerus meminta anak
untuk tetap berada disamping kita?? Mampukah kita untuk selalu menikmati
harta yang kita punya?? Jawabannya tentu tidak!! Karna pada hakekatnya itu
semua bukan milik kita. Jangan pernah lupa, kita hanya dititipi oleh Sang
Maha Kaya yakni Alloh SWT.

Bukankah Alloh sudah menyatakan dengan jelas bahwa "Harta dan anak hanyalah
perhiasan dunia, dan amal perbuatan sholeh itu adalah lebih baik disisi
Tuhan-mu." (Qs.Al Kahfi: 40).

Syukur Alhamdulillah, ku bisa mulai belajar bahwa segala sesuatunya itu
hanya milik Alloh, segala hal apa-pun yang ku dapat, tentu akan ku syukuri
sbgai satu nikmat Alloh, tanpa harus menggenggam erat, karna pada hakekatnya
itu semua bukanlah milik-ku…

Sedikit ku hibur sobat yang tengah gundah diseberang sana..
"Sudahlaaah… gak usah dipikirin serius.. ntar kamu-nya yang rugi sendiri,
yang penting sekarang kamu harus nunjukkan pada mreka, meski kamu blom
married, kamu tetep fight!! Jadi, mreka akan memandang bahwa kamu sosok yang
punya' nilai plus…, kalo' kamu terpuruk maka mreka akan tertawa.. selagi
kamu punya kesempatan, apresiasikan lewat karya yang bisa kamu lakukan, dan
tentunya sebisa mungkin kamu berikan yang terbaik tuk org-org disekitar-mu,
buat mereka kagum dan berpikir bahwa kamu bener2 sosok wanita yang luar
biasa…!!! Okey!!"

Yach, akhirnya ku dengar kembali suara diseberang sana yang tengah menyimak
ku sedari tadi, seraya berucap "lutfi, makasih ya… aku udah agak tenang
sekarang setelah ngobrol ama kamu…. Terus terang aku tadi udah emosi, abis
kesssel dengerin dia ngomong se'enaknya sendiri… nanti aku kerumah-mu aja'
ya… kita bisa bicara panjang lebar, so'ale aku mau berangkat kerja.."
demikian sapa-nya mengakhiri perbincangan pagi itu. "oh iya, silahkan maen
ke rumah, mesti'nya banyak yang mau ku cerita'in.. tapi, ntar aja' ya pas
ktemuan.."ucapku sambil memberi tanda setuju buat kami tuk bertemu satu
pekan ke depan…

Sejenak ku letakkan ganggang telepon.. kembali ku termenung sambil menatap
langit-langit kamarku… ku hela nafas cukup panjang… sembari tersenyum ku
berucap dalam hati,

"Wahai Alloh, Engkau ada disini pagi ini… Yang tengah menyaksikan kami..
Engkau adalah Dzat Yang Maha Mengetahui hal terbaik untuk hamba-Mu… jadikan
kesabaran sebagai satu perisai dalam jiwa kami tuk lanjutkan perjalanan
hidup ini, tidak mudah wahai Alloh… tapi aku yakin, Engkau telah
mempersiapkan sesuatu yang indah yang akan kami miliki sebab kesabaran ini…

Janji-Mu adalah benar wahai Alloh… hamba begitu kecil hingga tak kuasai
makna dari segala bentuk pemberian-Mu… Ampuni kami wahai Alloh, jika apa
yang telah Engkau anugerahkan pada kami belum semuanya dapat kami syukuri..
Sungguh Engkau Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengampun…"
6.

(Humor Mahasiswa Baru) Biar Jalannya Nggak Miring

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:23 am (PDT)



*Biar Jalannya Nggak Miring*

*Fiyan Arjun*

Namanya juga kelas dengan gelombang khusus tentu semua isinya, eh salah
maksud gue mahasiswa-mahasiswannya khusus juga. Baik dari usia, tahun
lulusan Sekolah Tingkat Lanjutan Atas sampai profesinya. Tapi nggak
semuanya. Semua kayak nano-nano. Tapi jangan dikata kalau kelas khusus nggak
gengsi dan diisi hanya mahasiswa yang memiliki otak Pentium 1 aja. Atau,
mahasiswa ampas. Ternyata salah tuh! Masih banyak kok yang memiliki otak
Linux atau XP. Keren-keren dan gaul juga. Apalagi otaknya. Kalau gue? Do'ain
aja ya biar bisa kayak begitu!

Tentunya saking nano-nanonya tentu makin menarik kelas khusus yang gue
injak. Terlebih ketika sebelum mata kuliah dimulai ada dosen menyuruh
mahasiswanya untuk mempromosikan dirinya. Dari nama, status Facebook-nya
sampai pekerjaannya. Semua pun kawan-kawan gue yang masuk di kelas gelombang
khusus pun mempromosikan dirinya dengan pedenya.

"Nama saya bla…bla…bla…Pekerjaan saya: menganggur! Status Facebook : masih
menyendiri."

Gue yang mendengar kawan gue begitu cuman cengar-cengir. Gile juga tuh kawan
gue menganggur aja bangga. Apalagi nanti kerja jadi anggota dewan mungkin
dia pakai brosur kali ya umumin dirinya jadi anggota dewan. Entahlah.

Satu-satu semua pun kawan-kawan gue kebagian juga dan akhirnya kebagian juga
ke gue. Gue pun dapat juga mempromosikan diri.

"Nama pena saya Fiyan Arjun. Nama sebenar saya Fiyan. Saya masih membujang.
Pekerjaan saya selain mengajar juga penulis freelance." Cuap-cuap gue
mempromosikan diri gue yang sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya dengan
keadaan yang sehat jasmani dan rohani. (Kayak mengurusi SKCK aja ya di
Kapolsek).

Dosen yang menanyakan gue sudah mulai pasang kuda-kuda. Itu yang gue lihat
dari body language-nya yang kagak bisa diam tangannya di atas meja.

"Kenapa Mas Fiyan memilih jurusan Manajemen Informatika. Bukannya kamu
seorang penulis."

Akhirnya apa yang gue pikir kejadian juga. Itu dosen pasti menanyakan kenapa
gue memilih jurusan yang benar-benar nggak ada kaitannya sama profesi gue.
Dengan lantang dan seadanya gue pun menjawab," Karena selama ini saya selalu
menggunakan otak kanan saya dalam menulis. Makanya saya masuk jurusan ini
biar otak kiri juga saya gunakan. Jadi seimbang."

Belum habis gue menjawab kawan-kawan gue menyeletuk.

"Iya, benar! Biar Pak Fiyan jalannya nggak miring."

Kontan semua kawan-kawan gue pada bocor semua. Kawan-kawan gue puas
ngetawain gue. Dan gue sendiri enjoy aja. Emang begitu kok kenyataannya!

"Oh, jadi begitu ya, Fiyan?" dosen gue tendensius memastikannya lagi.

"Iya!"

Gue jawab seadanya lagi. Ternyata dosen gue juga senyam-senyum kayak
kawan-kawan gue. Puas atas jawaban gue.

"Benar kan, Bu! Makanya saya memilih Manajemen Informatika biar otak saya
seimbang. Biar nggak miring."

Karena gue bete juga ditanya lagi sama dosen gue langsung aja me-repeat
kembali jawaban gue. Dan…kembali kawan-kawan gue bocor lagi.(fy)

*Ulujami-Pesanggrahan, 21 Oktober 2009*

* *

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
7.

(Humor Mahasiswa Baru) Dosen Juga Manusia, Lha Mahasiswanya Apa?

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:23 am (PDT)



*Dosen Juga Manusia, Lha Mahasiswanya Apa?*

*Fiyan Arjun*

* *

* *Alhamdulillah akhirnya sekarang gue sudah punya jabatan baru.
Ya, walau jabatan gue tidak segengsi jabatan di gedung DPR/MPR. Atau, patut
dibanggakan sebagai anggota dewan bagi gue jabatan ini cukup membuat gue
terharu. Terlebih jabatan sekarang ini sudah gue cita-citakan sejak berapa
tahun lalu. Kalau gue hitung-hitung ini kalau tidak salah ya! Sejak lima
tahun lalu atau juga lebih hingga baru sekarang gue bisa mewujudkannya.
Hmm…sungguh membuat gue termewek-mewek bila mengingatnya. Jabatan gue itu
adalah menjadi MAHASISWA lagi!

Ya, mungkin bagi orang lain jabatan ini gampang diraih tetapi
bagi gue belum tentu. Sebab banyak faktor untuk memiliki jabatan seperti
itu. Dan gue bersyukur bisa memiliki dengan diberi kemudahan hingga memiliki
jabatan itu. Tapi sudahlah kok gue mau menulis humor malah menulis kayak
sentimentil begini sih. Nggak banget deh! Gue udah malas cerita yang
sedih-sedih melulu. Kalau gue jualan tissu masih mending gue bisa menyediai
lo-lo semua saat membaca tulisan gue semua pada menangis meraung-raung. Tapi
ini gue nggak menyediakan jadi lebih baik lo-lo senyam-senyum aja ya. Selain
bisa olahraga senam mulut dan wajah juga bisa bikin awet muda. Bukan kayak
obat awet muda yang gue alami dan dikerjai kawan gue. Itu sih salah besar.
Masa obat awet muda gue disuruh melihat perempuan duduk mengangkang. Gileee
beneeeerrr tuh kawan gue! Tobat deh punya kawan kayak begitu!

Hmm…ternyata menjadi Mahasiswa itu ada enaknya dan juga nggak
bangetnya lho? Kalau enaknya kalau ada mata kuliah bisa mudeng dan langsung
loding. Nggak nunggu lama banget lodingnya. Pas mau loding baru dua atau
tiga hari kayak gue contohnya. Gue baru bisa pahami mata kuliah Pengantar
Ilmu Tekhnologi dan Komputer (PTIK). Dengan rumus yang gue nggak paham sama
sekali selama gue hidup. Lo bayangi bagaimana cara mencari bilangan dari
Desimal ke Biner, lalu Hexa terus ke Oktal dan itu harus menggunai memakai
dengan rumus komputer yang rumit banget. Jujur gue pas mengikuti mata kuliah
ini dan baru tahu gue langsung sawan. *Shocked*. Dan gue langsung istighfar…
*Ya, Allah ampuni dosa dosen gue kok tega-teganya ya ngasih mata kuliah
susah banget*. (Permohonan doa mahasiswa yang mau enaknya aja!).

* *

* *Nah, itu baru enaknya jadi mahasiswa kalau ada mata kuliah
langsung bisa loding. Dan kalau nggak enaknya kalau ada dosen yang gede
ambek. Begitu, orang betawi bilang! Atau, nggak mau dikacangi sama
mahasiswanya. Dan jadi…itu mata kuliah nggak bakal dilanjuti karena dosen
udah kena virus PMS: Penyakit Mahasiswa Syndrom. Kalau ada mahasiswa yang
ngacangi dosen. Dosennya langsung tutup buku. Mahasiswa disuruh pulang
cepat. Dan parahnya hal itu terjadi pas mata kuliah Logika dan Algoritma.
Dosennya perempuan yang menurut gue masuk dalam kategori calon bini gue
(kalau itu dosen belum kawin). Berjilbab. Cantik. Manis. Tapi sayang pas gue
tanya sama kawan sebelah gue katanya sudah punya anak satu. Walah, gue
terlambat dunk…Hahaha!

Lagi-lagi yang kenapa dampaknya gue juga donk! Gue kan mahasiswa
khusus. Khusus dari segala usia. Khusus darii segala Tahun Ajaran
Pendidikan. Dan khusus mahasiswa yang tukang tanya-tanya ini-itu. Khusus
kadal…Kadaluarsa. Karena gue mahasiswa yang terlambat kuliah karena faktor
biaya. Oya, gue kan nggak mau cerita yang sedih. Sori ya, semuanya!

"Lo sih bro error. Dosen kayak begitu lo ledekin melulu. Jadi
ngambek tuh," tiba-tiba salah satu kawan gue celetuk sama kawan gue yang
bikin sensasi di dalam kelas. Karena meledek dosen.

"Abisnya tuh dosen nerangin cepat banget," jawabnya. Gue yang
masih ada di antara kawan gue cuman bisa mengaminkan dalam hati. (Ini tipe
mahasiswa yang harus dapat kayak-kayak cerita di majalah Hidayah nih…haha)

Benar juga sih apa yang diucapkan kawan gue itu. Dosen gue itu cara
menerangi kayak buru-buru mau mengambil undian hadiah. Tanpa memperhatikan
mahasiswanya lagi. Itu mahasiswa mau mengerti atau nggak. EGP aja! Apalagi
gue yang punya kapsitas otak berpentium 1. Beberapa kali harus belajar
mengulang sampai dua atau tiga hari baru loding. Begitulah nasib gue yang
kuliahnya sudah langka.

Entahlah kalau setiap kampus ada dosen kayak begitu bagaimana
mahasiswanya maju. Apalagi mahasiswa macam gue pastinya maju….Maju ditempat!
Kalau sudah begitu apa harus berlaku sebutan: namanya juga dosen kan
manusia? Lha kalau begitu mahasiswanya apa? Genderuwo? Bebegik? Atau, Kolor
Ijo? Nah, kalau mahasiswa macam gue apa dong namanya? Jangan bilang kalau
lo-lo akan ngomong gue mahasiswa tela…ntar!(fy)

*BSD Serpong, 20 Oktober 2009*

*Specially untuk para mahasiswa senusantara!*

* *

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
8.

(Humor Mahasiswa Baru) KELAS KHUSUS

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:24 am (PDT)



*Kelas Khusus*

*Fiyan Arjun*

* *

Minggu, 18 Oktober 2009 kemarin di kampus gue mengadakan ORMIK (Orientasi
Akademik)—begitu nama pop di kampus gue bilang. Dan ORMIK adalah kegiatan
kampus gue yang wajib diikuti bagi seluruh mahasiswa yang masih baru. Begitu
juga dengan gue! Karena kalau tidak mengikuti kegiatan satu ini siap-siap
aja dapat her. Pengulangan. Karena yang gue lansir dari petugas admin kampus
gue kegiatan itu sudah masuk mata kuliah PPKN. Jadi kalau nggak ikut gue
siap-siap mengulang mata kuliah itu. Gue pun agak terkejut. Masih sih
mahsiswa perlu belajar PPKN lagi. Bukannya attitude-nya mahasiswa masih
mending daripada attitude-nya para koruptor? Iyakan! Maklumlah namanya gue
jadul hal kayak begini masih belum familiar.

"Mbak, besok ORMIK wajib apa nggak?" tanya gue pas saat jam kuliah belum
dimulai. Polos. Lugu. Khasnya mahasiswa yang baru datang dari ujung gunung.
Ngggak up to date! Alias, mahasiswa ketinggalan info.

"Wajib, Mas!" seru petugas admin kampus gue menjawab dengan
seseingkat-singkatnya. Mungkin karena dia bosen ngeliat muka gue kali ya
asal ada apa tanya-tanya melulu. Gue pun cuek aja. Lha, khan namannya juga
mahasiswa harus kritis, iya kan?

"Wajib ya, Mbak," jawab gue melas. Saat gue tahu bahwa kegiatan ORMIK yang
disebut itu wajib diikuti oleh mahasiswa baru. Apalagi kelas khusus macam
gue. Yang isinya rata-rata mahasiswa yang usianya sudah kadal…Kadaluarsa!
Kelas khusus bagi kelas para pekerja dan serta kuhus beasiswa macam gue.

"Jangan lupa ya besok pake pakaian hitam-putih. Wajib di pake!" lanjut
petugas admin kampus gue memberitahukan gue. Mungkin dia tahu mahasiswa
macam gue emang perlu diingati kalau nggak suka ngasal. Ngasal masuk jam
kuliah kayak kejadian gue pertama kali masuk kuliah. Salah jam kuliah.
Padahal itu juga kesalahan dari petugas admin juga yang error memberitahukan
gue. Padahal gue mahasiswa yang khusus. Khusus diberitahu kalau ada
informasi apa-apa.

"Terima kasih ya, Mbak!" jawab gue langsung menuju lantai 2. Tempat gue
mendapatkan ilmu dari dosen. Dan ilmu yang baru gue dapati selama ini. Aneh
dan asing. Entah yang aneh dan asing, guenya atau ilmunya?

Entahlah, tapi gue bersyukur bisa dapat ilmu lagi yang selama ini otak yang
gue isi hanya bisa bermain-main dengan kata-kata. Merangkai kalimat. Menulis
dan menulis. Sekarang? Otak kiri gue juga perlu diisi dengan logika dan
algoritma. Taukan itu mata kuliah apa? Ya, mata kuliah hitung-hitungan juga.
Tapi harus pakai kecermatan dan IQ yang tinggi. Jangan asal goblek seperti
tulisan gue ini ketika lo-lo membacanya! Apalagi hal yang kayak begituan
paling ngebetein! Ingin gue ngejauhin! Tapi apa dikata nasi sudah jadi bubur
ditambah kaldu ayam dan kecap asin terus ditambah lagi irisan ayam. Makin
maknyuuss, terpaksa gue makan juga, eh salah gue jalani juga. Maklumlah
kelas khusus. Kelas mahasiswa yang otaknya lodingnya lama kayak PC Pentium
1. Untungnya laptop gue nggak Pentium 1 jadi agak bisa membantu gue.

Keeseokannya ORMIK pun jadi gue ikuti. Walau gue paling malas mengikuti
acara yang kayak beginian. Tetapi karena ini kewajiban gue sebagai mahasiswa
baru terpaksa gue ikuti juga. Namun sebelumnya gue berangkat ke tujuan gue
janjian dulu sama kawan gue satu ruangan biar gue ada barengan. Maklum gue
paling malas kalau berangkat sendiri kalau ada acara hal kayak begini yang
diikuti semua orang.

"Bro, besok bareng gue ya acara ORMIKnya," ujar gue sebelum acara ORMIK
belum dilaksanakan. Masih di kampus, seusai mata jam kuliah. Gue menanyakan
itu sama kawan gue. Syukurnya gue dapat kawan yang sama-sama satu pikiran
dan nyambung sama gue kalau bicara. Dan juga gokil kayak gue. Namanya Oban
(Orang Bandung) begitu kawan gue mempelestkan nama pemberian bokap-nyokapnya
tanpa pakai bubur putih dengan pedenya. Tapi bagi gue whateverlah! Gue nggak
mau mengganggu kesenangan baru kawan gue itu. Suka memplesetkan nama.
Untungnya bukan nama gue dipleseti. Ayo, bisa nggak pleseti nama gue?

"Yaudah tunggu aja di kampus jam 6 pagi," jawabnya.

"Oke, deh!" gue pun mengiyakan!

Dan gue dan kawan gue pun tibalah di tempat tujuan. Dan pas gue tiba…Aje
gilee banyak yang banget yang pada datang. Mahasiswa baru yang mengikuti
ORMIK dari segala penjuru. Se-jabotabek, masih satu instansi kampus yang
sama gue injak baru beberapa minggu ini. Kalau gue nggak salah itung-itung
mungkin dua ratusan lebih orang yang ikut ORMIK untuk mahasiswa baru. Semua
menggunakan pakaian hitam-putih. Mirip kayak acara EXPO JOB CAREER. Pencari
lowongan kerja. Mengantri!

Alhamdulillah gue sama kawan-kawan sekampus gue sudah sampai di tempat
tujuan. Sambil gue larak-lirik cuci mata gue pun melihat semua
mahasiswa-mahasiswi yang pada datang. Siapa tahu ada yang gue kenal dan ada
yang mau kenalan sama gue...Hahaha. Ternyata….gue nggak ada yang kenal tapi
ada juga yang mau kenal sama gue. Tapi satu hal lagi yang masih gue
perhatikan adalah face-face mahasiswa yang kuliah di kelas khusus yang saat
itu ikut ORMIK. Dan gue perhatikan secara seksama ternyata ada yang lebih
tuwir dari usia gue. *Hmm…ternyata muka, usia dan kulaih nggak ada
hubungannya ya?*

"Alhamdulillah ternyata bukan gue aja yang kadaluarsa di kelas khusus di
kampus gue. Masih ada yang lebih kadaluarusa," gumam gue bangga sendiri dan
tidak menyadari bahwa kawan sebelah gue dan juga kawan yang ngeboncengin gue
sadar apa yang gue pikirin.

"Kenapa lo Yan cengar-cangir?" tanyan kawan bingung melihat gue
senyum-senyum kayak orang gokil.

"Nggak, ada apa-apa kok!"

"Ah, yang beanar," kawan penasaran juga kenapa gue senyam-senyum dari tadi
mirip penghuni RS Grogol.

"Nggak, bro gue bersyukur aja ternyata bukan gue aja ya jadi mahasiswa
kadaluarsa di kampus. Ada yang lebih dari gue. Gue senang banget, bro. Ada
juga yang facenya ngelebihin dari gue."

Kawan gue nggak langsung jawab. Malah megang tangan gue sambil menuju ke
sebuah ruangan yang lagi ada kegiatan acara ORMIKnya.

"Nah, kalo lo mau muda lagi tuh ada mahasiswi duduk pasrah banget di depan
lagi ikut ORMIK."

"Maksud lo, Bro ?" Tanya gue kembali polos.

"Coba lo perhatiin secara seksama lagi, Yan."

Dan…ketika gue perhatiin aje gilee ternyata gue dikerjain sama kawan gue
itu. Ternyata obat gue untuk awet muda gue disuruh melihat mahasiswi duduk
enak banget sambil mengangkang. Nggak sadar kalau kawan gue sejak tadi
matanya jajan. Dan yang lebih gokilya lagi itu mahasiswi yang di lihati sama
kawan gue dan gue diam aja. Malah menikmati dan senang banget gue dan kawan
gue jadi bahan cucian mata gue sejenak. Ampun….deh! Ternyata ini toh yang
dimaksud kelas khusus?(fy)

* *

*Ulujami-Pesanggarhan, 18 Oktober 2009*

*Specillay untuk para pentuntun ilmu. Semoga sukses selalu!. *

--
"
9.

(Bahasa) LELAKI DAN KOPI PAHITNYA

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:25 am (PDT)



*Lelaki Dan Kopi Pahitnya*

*Fiyan Arjun*

* *

Mata lelaki itu nanar saat melihat gelas berukuran mini tergeletak tak
berdaya di atas meja yang terbuat dari kayu jati tua. Menguraikan bau harum
yang menyengat di indera penciumannya. Bau secangkir kopi yang sudah
disajikan dengan penuh cinta oleh seorang perempuan muda—yang sudah ia
nikahi 2 tahun lalu untuk menerima dirinya sebagai suami. Sungguh betapa
bersyukurnya ia mendapatkan perempuan semacam istrinya itu. Hingga ia
mencoba untuk menggerakan bola matanya kembali melihat cairan berwarna hitam
legam yang sudah tersaji dengan manja. Pun dengan perempuan yang memiliki
lesung pipit dan bermata lentik masih tetap setia menemani dirinya walau
hanya untuk sekedar menikmati kopi yang sudah tersaji di hadapannya.

Perempuan itu hanya diam tanpa kata. Tak ada sepatah kata pun keluar dari
bibirnya yang tanpa polesan bibir itu. Kering dan pucat pasi. Yang ada hanya
kebekuan yang menyelimuti di paras wajah istrinya itu. Lelaki itu sadar
bahwa perempuan yang ada di hadapannya itu bukanlah tipe istri yang banyak
bicara ketika ia sedang menikmati kopi dikala senja sedang beradu di kaki
langit. *Ah, betapa bersyukurnya ia memiliki istri semacam dirinya*, kata
bathinnya di dalam hati saat melihat kesetiaan perempuan itu terhadap
dirinya.

"Ma'af, Mas gulanya habis! Dan aku juga tidak mau mengutang kembali di
warung Mbak Yum. Aku kasihan sama Mbak Yum setiap kali aku ke warungnya
selalu mengutang. Entah sudah berapa banyak nominal yang kita tinggalkan di
warungnya itu, Mas." Ucapnya lirih memberitahukan usai meletakan secangkir
kopi di atas meja kayu jati tua.

Lelaki itu tercenung. Diam. Hingga sejenak keadaan menjadi mati suri. Tak
ada sepatah kata pun terlontarkan lagi. Sehingga lelaki itu begitu merasa
nyaman dan bahagianya ketika perempuan itu menerima dirinya untuk menjadi
pendamping hidupnya. *Toh*, kalau ia berpikir secara seksama apa yang
dibanggakan oleh lelaki semacam dirinya. Gaji yang diterimanya tiap bulan
pun tak mampu menyukupi dirinya beserta perempuan itu dan satu buah hatinya
yang masih berusia 3 bulan. Namun ia yakin perempuan yang sudah memberikan
anak satu itu bukanlah tipe istri semacam itu. Selalu menuntut dan
materialitis dengan keadaan. Hingga akhirnya lelaki itu sangat bahagia saat
pinangannya saat itu diterima. Walau ada beberapa penolakan dari keluarganya
yang menolak mentah-mentah atas kehadirannya. Sungguh betapa tidak adilnya
jika ia tak bisa membahagiakan perempuan itu.

"Sudahlah jangan kau pikirkan soal utang itu. Nanti bulan depan saat aku
gajian akan akan kubayar semua. Biarlah aku nikmati kopi ini walau tanpa
manis sedikit pun aku kecap," jawabnya lirih menghibur perempuan itu untuk
mengusir kegelisahannya sejak saat kepulangannya kembali bekerja.

Saat lelaki itu menikmati kopi yang sudah terselubungi dingin senja hampir
menggantung di kaki langit. Suara adzan maghrib sebentar lagi berkumandang
dari balik masjid dekat rumahnya lebih tepatnya kontrakan ia menyebutnya. Ia
tahu besok pekerjaannya akan menunggunya sebagai penghantar makanan siap
saji. Memiliki stamina yang fit adalah sebuah kewajiban yang harus ia jaga
betul agar tidak mengecewakan atasannya itu.

"Sudah maghrib, Mas. Mas tidak ke mushalla? Jangan seperti yang lalu-lalu
Mas selalu menjadi *masbuk *lagi. Siapa tahu usai shalat Mas akan dibukakan
jalan." Berapa kali perempuan itu memberitahukannya untuk tak berlarut-larut
dalam masalahnya. Lelaki itu heran terbuat dari apa hati perempuan yang
selama ini sama-sama satu perahu bersamanya sehingga begitu sabarnya
mendampingi dirinya sampai saat itu. *Andai aku disuruh memilih ingin sekali
dapat membahagiakan dirinya itu…*Lagi-lagi lamunannya kembali menari-nari.

"Mas, belum berangkat juga ke mushalla?"

"Oya, Mas lupa. Mas ke mushalla dulu, ya." Jawabnya melangkah dengan gontai
walau kopi yang sedang ia nikmati masih tersisa separuh.

***

Keesokannya lelaki itu kedatangan kawan lamanya yang tak pernah diperkirakan
sebelumnya. Kawannya itu mentandangi kontrakannya itu tanpa sepucuk surat
apa pun. Kawan lama pada masa kuliahnya. Ia tahu kawan lamanya itu sangat
baik kepadanya. Mungkin ia tak akan menjadi pegawai penghantar siap saji
tanpa ringan tangannya. Hingga ia sadar tak mampu untuk menolak
kehadirannya.

"Ma'af pagi-pagi aku sudah mengganggu kalian. Boleh aku masuk sebentar,"
ujar kawannya yang sudah lebih sukses menaklukan kota Jakarta.

"Oh, tidak apa-apa. Aku juga belum siap-siap bekerja. Silakan masuk! Tapi
beginilah kondisiku sekarang," jawab lelaki itu menceritakan keadaan
sebenarnya. Kawannya itu hanya mampu tersenyum kecut ketika lelaki itu
melontarkan ucapan seperti itu. "Oya, sebentar aku panggilkan istriku dulu
di dalam," lanjut lelaki itu sambil melangkah ke ruang dapur meninggalkannya
seorang diri.

Saat lelaki itu memanggil istrinya ekor mata kawannya itu tak henti-hentinya
mengamati keadaan rumahnya. Sehingga ekor matanya berhenti ketika melihat
foto sosok perempuan yang begitu membuat hatinya terpikat untuk segera ingin
memiliki. Namun sayang perempuan yang ada di foto itu adalah istri kawan
baiknya. Sehingga membuat suasana menjadi larut oleh keadaan dimana ia harus
teringat oleh sebuah dilema dari orang yang amat ia kasihi. Tak lain adalah
ibunya. "Cepatlah kau menikah, Dre! Ibu sudah ingin sekali menimang cucu
darimu…" Tiba-tiba ucapan ibunya itu terus menyelubungi benaknya.

Begitulah. Sayangnya itu tak akan bisa ia tunaikan karena sampai saat ini ia
belum mendapatkan perempuan yang cocok untuk mendampingi hidupnya. Dilema.
Sekali ia menemukan tautan hatinya ternyata perempuan itu adalah istri kawan
baiknya.

"Ehem…ehem…" terdengar suara batuk dari arah belakangnya. Dan itu berasal
dari suara kawannya yang tak lain suami perempuan dalam foto berukuran kecil
itu.

"Ma'af-ma'af aku mengejutkan kau, Dre," ucap lelaki yang sangat beruntung
telah memiliki perempuan yang begitu setia mendampingi dirinya.

"Oh, tidak apa-apa! Oya, ini bukankah istrimu," ujar kawannya itu.

"Iya! Ini orangnya yang ada di depan kamu!" Betapa terkejutnya ketika kawan
lelaki itu mengetahui bahwa betapa sempurna perempuan yang ada di foto yang
ia lihat itu. Malah lebih sempurna dari aslinya.

"Kenalkan ini Maya istriku."

"Oh…Betapa pintarnya kau memilih istri, Ren." Begitu yang terlontar dari
mulut kawannya itu.

"Ah, kamu ini Dre paling bisanya memuji. Sifat kau masih tetap sama saat
kita masih dibangku kuliah. Kau itu playboy cap nyamuk."

"Ada apa gerangan kau bisa mampir di gubuk reotku ini?" lanjut lelaki itu
menanyakan kedatangan kawannya itu.

"Hmm…tidak aku hanya mau menemui kau saja. Bagaimana kau bahagia dengan
perkawinan kau."

Sejenak tak ada jawaban. Lelaki itu hanya mendengus.

"Bahagia! Oya, ma'af aku tak bisa berlama-lama menemani kau di sini. Waktu
sedang memburuku agar aku lekas sampai di tempat kerjaku."

"Baiklah aku juga tidak akan lama di sini. Kau mau bersama-sama dengan aku?
Bukankah arah tempat kau kerja satu arah dengan aku lewati."

"Terima kasih! Aku lebih nyaman naik motor butut yang aku miliki."

Saat lelaki itu ingin melangkah lebih lanjut untuk pergi istrinya itu
memanggil dirinya. "Mas, jangan lupa di dalam sudah aku siapi buat makan
siang kau," ucap istrinya itu. Dan perempuan yang sudah beranak satu itu tak
tahu kalau ia sudah menjadi pusat perhatian oleh mata keranjang kawan
suaminya itu. Begitu pun dengan lelaki itu. Ia sibuk dengan persiapan yang
akan dibawa nanti.

"Aku berangkat dulu ya, Dre. Salam sama ibu kau di Jakarta."

"Sama-sama aku juga mau berangkat! Terima kasih atas kesediaan kau menerima
aku di tempat kau."

Akhirnya dua lelaki dengan otak yang masing-masing berlainan tujuan
meninggalkan rumah petakan itu. Hanya ada seorang perempuan berdiri manja di
depan pintu melepaskan kepergian lelaki yang dicintainya menuju tempat
bekerja. Seperti cericit burung yang setia menunggu sang mentari terbit dari
timur. Setia dan syahdu

***

Waktu terus berlalu….Sejak pertemuan dengan kawan baiknya itu tiba-tiba
kehidupan lelaki itu berubah. Seakan-akan hidupnya tak lagi seperti ritme
kehidupan yang sering ia lalui. Kini perempuan yang ia anggap sebagai
bibadari dalam kehidupanya itu kini tak lagi menyediakan kopi seperti
biasanya. Kopi yang disajikan istrinya itu tak lagi ia rasakan di indera
pengecapnya. Seakan-akan rasa kopi itu tergantikan oleh rasa asing yang ia
kecap.

"Lho, kok Mas tidak minum kopinya. Atau, Mas lagi sakit!" tukas istrinya
menanyakan keanehan pada suaminya itu.

"Ah, tidak apa-apa! Cuman rasa kopi yang Mas kecap beda dari yang pernah Mas
rasakan. Atau, lidah Mas yang kurang peka terhadap rasa."

Istrinya yang mendengar ucapan lelaki itu hanya diam. Diam seperti
kebiasaannya yang tak mau banyak bicara jika suaminya itu sedang menikmati
kopi buatan dirinya.

"Ma'af Mas jika kopi yang aku buatkan tak seperti biasanya."

"Sudahlah mungkin Mas sedang tidak selera."

***

Akhirnya apa yang selama ini lelaki itu pikirkan kini menjadi kenyataan. Dan
itu terbukti saat ia rasakan ketika beberapa kali istrinya menyajikan kopi
yang tidak seperti biasanya. Seakan-akan kopi yang ia kecap sudah menjadikan
tanda bahwa istrinya sudah tidak memperhatikan dirinya. Hingga hal yang tak
pernah ia duga kini menjadi bomerang dalam biduk rumah tangganya. Istrinya
sudah beberapa kali melakukan kesalahan. Kopi yang selalu disajikan untuknya
selalu saja beda dari yang ia rasakan. Manis dan beraroma madu.

"Bolehkah Mas bicara sebentar? Mas tahu selama ini Mas tak bisa
membahagiakan. Tetapi bukankah sebelum kedatangan kawanku itu kehidupan kita
baik-baik saja. Ada apa, Dik sebenarnya? Mas rela apa yang Adik katakan
kepada Mas walau itu pahit kenyataannya."

Istrinya yang ia anggap sebagai perempuan yang tak selalu menutut dan tak
haus materi itu hanya diam terpaku. Perempuan itu tahu pasti hal itu akan
sampai di ujung gendang telinga suaminya itu. Dan ia tak mampu berkata-kata
seperti kebiasaanya. Diam saat menemani lelaki itu minum kopi.

Keadaan saat itu menjadi luluh lantak. Istana mungil yang selama ini
dibangun atas nama cinta oleh lelaki itu kini tak menyerupai lagi. Hancur
berkeping-keping. Namun perempuan itu mempunyai cara jitu untuk
menghilangkan rasa kecurigaan suaminya. Dengan rayuan khas perempuan yang
pandai menaklukan hati lelaki ia pun memberikan kopi kembali kepada lelaki
itu. Tetapi karena terburu-buru akhirnya perempuan itu salah memberikan
kopi. Kopi yang ia berikan itu seharusnya untuk kawan suaminya.

"Dik, kok kopinya beda dari yang Mas rasakan lagi."(fy)

*BSD Serpong, 20 Oktober 2009*

* Hidup selingkuh…hahaha!*

* *

* *

* *

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
10.

(Humor Mahasiswa Baru) Salah Jam Kuliah

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:25 am (PDT)



*Salah Jam Kuliah*

Fiyan Arjun
**

* *

Entah ini cerita memalukan atau cerita menyedihkan. Atau, juga cerita lucu gue
juga nggak tahu dan nggak bisa untuk memilahnya. Lo mau tertawa
terbahak-bahak, silakan. Lo mau menghujat, gue terima. Lo mau menangis, gue
nggak menyediakan tissu gratis, ya!

Karena memang beginilah yang terjadi…..

Hari Rabu kemarin adalah kuliah perdana gue sebagai mahasiswa baru—yang juga
paling lamaaa banget tahun ajarannya. Bayangkan kalau orang-orang pada pakai
photocopy transkip nilai ini gue malah sebaliknya pakai nilai photocopy ijazah
zaman jadul. Maklum gue lulus SMU tahun 1999-2000. Jadi sudah sembilan tahun
kan? Jadul bangetkan? Apalagi ngeliat orangnya yang asli. Maksudnya *ngeliat
* tampang muka gue getho lho? Mirip para personil group band Upstairs. Yang
model rambutnya model bob kayak tempurung kelapa. Atau, juga yang
potongannya belah pinggir. Sudah begitu klimis lagi. Merana bangetkan jadi
orang jadul!

Karena hari itu kuliah perdana gue pun senang banget dong karena gue bisa
kuliah lagi. Hingga gue pun semangat untuk berangkatnya. Gue pilih t-shirt
yang bisa menutupi tampang muka gue yang jadul biar pesona muda gue
terpancar saat pakai t-shirt yang gaul. Tetapi tetap aja tampang pas-pasan
gue tak menutupi t-shirt yang gue pakai. Masih keliatan urat kulinya. Mau
nggak mau gue pun terima nasib gue kayak begini. Hingga saking happy-nya gue
nggak berpikir bahwa nanti akan terjadi sesuatu yang bikin gue bete. Dan
ternyata…. benar!

Singkat waktu gue pun sudah sampai di kampus baru yang—pertama kali gue
injak sejak 9 tahun gue nggak kuliah lagi. Dan saat ketika melanjutkan
kuliah lagi gue merasa senang sekaligus bingung. Senang karena gue sebagai
anak Betawi gue harus bisa kayak si Doel. Bingung karena mata kuliahnya
nggak ada yang gue paham. Bahkan asing bagi gue. Memang sih gue dulu pernah
kuliah setahun tetapi ketika gue melanjuti yang tiga tahun ini masyaAllah
mata kuliahnya nggak ada yang gue mengerti bahkan membuat pusing tujuh
keliling bila gue kasih lihat. Apalagi gue mengambil jurusan Manajemen
Informatika. Gile cing gue nggak mengerti banget!!

"Mbak jam kuliah yang malam sudah mulai belum?" Tanya gue saat nafas gue
masih ngos-ngosan karena lari saking takut ketinggalan.

Petugas admin kampus yang gue tanya pun tidak langsung menjawab. Malah
mengambil berkas di dalam laci.

Gue pun hanya menunggu petugas admin usai mengambil berkas. Gue sih
santai-santai aja dan tidak berpikir kalau saat itu gue bakal mengalami *
nightmare*. Peristiwa yang bikin gue bete bahkan gue ingin teriak. Tapi
sayang gue masih punyan urat malu lengkap jadi gue tidak mau berbuat hal
yang senonoh. Apalagi seronok gue ber-*naked* ria. Gila kali yee kalau gue
kayak begitu. Apa kata dunia nanti. "Wow punyanya Fiyan mirip punya
Sichaaaaaaan…" Nggak banget!!!

"Ma'af Mas jam kuliah Mas sudah masuk. Nah, itu teman-temannya satu ruang
sudah pada keluar," jawab petugas admin berjenis kelamin peremuan muda. Ya,
lumayan cantik sih. Dan pantas buat diajak kondangan!

Gue yang mendengar kayak begitu tentu dengkul gue langsung mau copot. Tapi
karena gue sudah jadi mahasiswa tentu gue harus kritis. Akhirnya gue pun
tanya-tanya sampai detail sama perempuan muda yang betugas sebagai admin
kampus. Karena kenapa gue bisa telat dan salah jam kuliah.

"Lho, kok bisa sih Mbak saya salah jam kuliah. Bukannya tadi Mbak yang satu
lagi bilang saya masuk jam 18.30. Kuliah yang malam. Masa sih saya salah.
Lha, kalo begitu saya gimana Mbak…" Panjang lebar gue tanya ini-itu sama
petugas admin kampus yang nggak punya urat kasihan sama gue yang sudah
jauh-jauh berangkat tahu-tahunya gue salah jam kuliah.

"Iya, Mas masuknya jam yang pertama. Bukan yang jam kedua karena jam kedua
nggak ada mata kuliahnya."

Saat itu juga gue udah ilfil. Malas gue untuk bertanya-tanya lagi. Karena
gue saking betenya. Susah payah gue berangkat dengan semangat 45
tahu-tahunya gue salah jam kuliah. Gile banget nggak cing!

Akhirnya dengan gontai gue keluar juga dari kampus dengan bete dan ilfil.
Karena gue udah malas untuk bertanya-tanya lagi sama petugas admin. Nah, pas
saat gue keluar dari kampus gue pun istirahat sejenak di taman. Hingga
akhirnya lamunan gue ingat dengan kata-kata petugas admin yang pertama gue
temui saat menyerahkan formulir bersama kawan gue. "Mas nanti masuk jam
yang kedua, ya. Jam 18.30 sampai jam 20.30…" Saat itu juga gue pun menelepon
kawan gue yang jadi dosen satu instansi dengan kampus gue.

"Eh, bro gimana sih tuh petugas adminnya. Yang satu bilang ini eh yang tadi
gue temui bilang itu…Error banget sih tuh petugas adminnya. Masa gue
cape-cape berangkat dan sudah sampai tahu-tahunya gue salah jam kuliah. Gile
nggak tuh! Kalau besok kayak begitu lagi gue minta lo laporin sama
atasannya, ya. Jangan sekali-kali ngerjain mahasiswa baru macam gue.
Mentang-mentang gue jadul kali yee…"

Huwakakakak

Di hape gue hanya terdengar suara orang tertawa.(fy)

* *

* Ulujami-Pesanggrahan, 15 Oktobner 2009*

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
11.

(Humor Mahasiswa Baru) OTAK ONCOM

Posted by: "fiyan arjun" fiyanarjun@gmail.com

Wed Oct 21, 2009 12:25 am (PDT)



*Otak Oncom*

*Fiyan Arjun*

* *

Jangan mengutuk sesuatu bila kita tidak menyukainya. Karena belum tentu hal
itu tidak baik untuk kita malah nanti akan menjadi momok untuk kita sendiri.
Entah kata-kata itu gue dapat darimana gue juga nggak tahu. Apa dari
kata-kata bijak atau dari kata mutiara atau juga dari ucapan para ilmuwan
gue benar-benar sudah lupa! Tapi intinya lo-lo jangan pada mengutuk sesuatu
kalau emang lo-lo nggak suka. Itu aja Soalnya gue sudah pernah
mengalaminya.

Boleh di amini boleh nggak bagi gue tergantung lo-lo yang menyikapinya.
Karena itu tergantung dari selera masing-masing. Dan gue secara privacy
nggak memaksa lo untuk mengamininya. Karena gue pernah mengalaminya. Itu
semua nggak tanggung-tanggung gue alami saat gue kuliah lagi. Lebih tepatnya
saat gue pertama kali masuk jam kuliah. Itu yang membuat gue bete bahkan gue
mengutuknya.

Mungkin lo-lo akan bertanya apa yang gue kutuk itu? Mungkin setelah lo
membaca tulisan gue ini baru lo-lo pada ngeh semua. Apa yang gue kutuk itu!

Setiap gue ketemu atau jumpa pasti bete gue kumat lagi. Bahkan gue sampai
tujuh keliling dibuatnya. Entah kenapa setiap gue ketemu dan berjumpa
pikiran gue langsung blank. Dan ternyata gue ketemu dan berjumpa lagi dengan
makhluk yang bernama Aktiva, Pasiva, Modal, Utang, Pendapatan, Biaya dan
Modal. Semua nggak lain dari angka-angka dan debet-kredit yang harus
dimasukan bila ada transaksi. Angka-angka yang cuma kosong. Omdo. Omong
doang! Bukan benaran! Atau, mau gampang rumusnya begini :A=U+M. Ya, moga aja
lo-lo pada ngerti itu rumus apa?

"Ah, gue ketemu lagi! Gile benaaaar. Padahal gue mau ngejauhin nih makhluk
satu ini. Ternyata….gue ketemu dan berjumpa lagi. Oh, my God!" bathin gue
langsung ngeblank saat gue tahu kalau gue bakal ketemu dan berjumpa dengan
makluk bernama (mata kuliah) Akuntansi. Jujur gue sudah tobat nggak mau
bertemu dan berjumpa lagi sama makhluk kayak begituan. Tapi ternyata gue
harus menghadapinya juga karena itu memang sudah prosedur yang harus gue
ikuti dan pelajari.

"Eh, bro lo paham nggak sama ini mata kuliah kayak begini, Akuntasi?" tanya
gue sama kawan sebelah gue.

Kawan sebelah gue nggak langsung menjawab. Gue pikir dia tahu dan paham. Dan
gue bisa tanya-tanya ini-itu. Ternyata….

"Nggak!!" Serunya pede banget.

Gubrakkk!!

Saat itu juga gue ilfil. Gue nggak mau tanya-tanya lagi sama kawan sebelah
gue. Karena gue kira dia pintar dan paham yang di terangi sama dosen yang
sudah cape-cape bekoar sampai batuk-batuk. Ternyata sama gilenya sama gue.

"Yee, samanya sama gue. Dasar! Otak oncom dipake juga!" jawab bathin gue
biar nggak kedengar sama kawan sebelah gue bahwa gue sudah mengutuk
dirinya…haha. Hingga akhirnya saat itu juga gue berjanji nggak mau
tanya-tanya lagi sama orang yang otaknya sama dengan gue! Otak oncom yang di
pake. Karena gue punya prinsip seperti kata bijak kalau ingin kecipratan
minyak wangi ya harus begaul sama tukang minyak wangi. Dan juga kalau tak
ingin kepercikan api ya jangan begaul sama tukang las. Begitu juga gue nggak
mau begaul sama lo-lo yang suka ngetawain saat baca tulisan gue ini. Apalagi
sampai lo-lo bilang makanya jangan banyak makan oncom jadi begitu deh
hasilnya….Plis deh, ah!!

* *

*Ulujami-Pesanggrahan, 17 Oktober 2009*

*Pukul: 01.15 dini hari.*

*Masaih ditemani sama Bintang-nya group Anima.*

--
"Books inside you"
Fiyan 'Anju' Arjun
Anju Online Bookshop
Jl.Ulujami Rt.012/04 No.14 Jak- Sel
www.bukumurahku.multiply.com
fb:bujangkumbanf@yahoo.co.id <fb%3Abujangkumbanf@yahoo.co.id>
Tlp:(021) 7379858
Hp:0852-8758-0079
12a.

Re: ..Belajar GOBLOG

Posted by: "anty th" anty_th@yahoo.com   anty_th

Wed Oct 21, 2009 12:37 am (PDT)



^_^ pencerahan yang menyegarkan

hidup enterprenuer, hehehe

bisnis yang paling baik adalah
YANG DI MULAI

So ... tulisan ini bisa jadi salah satu pemicu tuk jadi si Goblog yang pintar dan kaya ^_^

TFS

salam
anty

13.

[Ruang Film] The Bucket List

Posted by: "Rini" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Wed Oct 21, 2009 1:43 am (PDT)



Dua orang pria berbeda latar belakang bertemu di satu kamar rumah sakit selaku pasien kanker ganas. Carter Chambers (Morgan Freeman) lebih dulu menjalani rawat inap dan mendapat kabar buruknya di bengkel tempat ia bekerja 45 tahun sebagai montir. Edward Cole (Jack Nicholson), pemilik rumah sakit yang batuk-batuk darah ketika tengah menghadapi sidang tuntutan mengenai layanannya.

Keduanya sekilas bagai minyak dan air. Carter orang yang saleh, rela mengesampingkan kuliah sejarahnya ketika menjadi ayah. Ia dijenguk oleh pistri tercinta dan putranya, membawa foto keluarga dengan bangga, mengisi waktu dengan membaca buku dan menonton siaran Jeopardy. Satu-satunya yang menengok Edward hanya asistennya, Thomas, sebab pria nyentrik itu berkeyakinan bahwa kebanyakan orang sakit meninggal karena dikunjungi alih-alih penyakitnya sendiri. Namun kemudian keduanya menjadi akrab, bermain kartu, dan berbagi pengharapan. Terlebih saat sama-sama divonis tinggal berumur 6 bulan lagi.

Edward dan Carter memutuskan untuk mengisi hari-hari terakhir hidup mereka dengan impian yang belum tercapai. Carter misalnya, ingin ke puncak Himalaya. Edward mengakomodir semuanya dengan kelebihan uang yang ia punya serta berbagai fasilitas mewah.

Lagi-lagi Jack Nicholson memerankan sosok yang eksentrik. Dokternya menilai kemungkinan yang baik karena ia masih dapat bercanda meski sinis. Dengan santai, Edward mengaku bahwa ia suka menikah namun juga suka melajang sehingga memutuskan untuk memilih yang kedua. Ia diam-diam mengajak kencan pramugari cantik dalam pesawat dengan dalih pengobatan. Ia menciut kala disembur Virginia, istri Carter, karena dianggap mempengaruhi suaminya untuk tidak mencari pendapat kedua.

Cukup menggelikan kala Edward mengiming-imingi Thomas dengan warisan asalkan dia memperlakukannya dengan baik. Sang asisten tersenyum dan mengatakan, "Aku bisa bilang kau atasan yang baik dan aku cinta pekerjaanku, tapi itu pun bohong." Tatkala Carter menanyakan apakah namanya Tommy atau Thomas, pemuda itu mengatakan bahwa namanya Matthew. Tetapi Edward menggantinya karena terdengar terlalu berbau kitab suci.

Walau menggelitik, tentu saja ada sisi melodrama yang dapat diraup dari film ini. Alangkah marahnya Edward ketika Carter mencoba merukunkannya dengan putri tunggalnya. "Just because I told you my story, doesn't mean I invite you into my life!" Carter berargumen, "Everybody scares to die alone," dan Edward membantah, "I am not everybody!"

Film yang cukup berbobot dan mengundang tetes airmata ini masih berbicara tentang persahabatan dan arti kehidupan. Namun saya sepakat dengan Mas Agus bahwa The Bucket List cukup diganjar tiga bintang saja, sebab keistimewaan hanya terletak pada akting Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Cerita, alur, dan lainnya tidak menawarkan sesuatu yang baru.

Peace,
Rinurbad

Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: