Jumat, 08 Januari 2010

[daarut-tauhiid] Kebenaran

 



Salah satu kata bijak yang biasa kita dengar adalah "Unzhur Ma Qala Wa La Tanzhur Man Qala", lihatlah apa yang diucapkannya dan jangan melihat siapa yang mengucapkannya. Ambillah ilmu atau hikmah dimanapun engkau mendapatkannya.

Paling tidak, ucapan ini punya dua makna:

Pertama, ketika ucapan ini benar. Benar itu berarti sesuai dengan kenyataan, tidak bertentangan satu sama lain, bermanfaat dan berhak disampaikan, maka ambillah ucapan itu. Berhak disampaikan atau pada tempatnya artinya ucapan tersebut memang boleh dan layak diucapkan di tempat dan kondisi tersebut. Ghibah, misalnya, boleh jadi sesuai kenyataan dan tidak saling bertentangan, tetapi menjadi tidak benar karena disampaikan tanpa hak dan tidak pada tempatnya.

Nasehat baik yang keluar dari seorang pencuri atau tidak terpelajar ataupun lainnya, kalau itu baik, bisa dilaksanakan. Bukankah dalam hadis disebutkan bahwa seorang pencuri korma di zaman Rasulullahp pernah mengajar Abu Hurairah sebuah amalam yang dibaca sebelum tidur agar ia dijauhkan dari godaan setan. Beliau menyuruh Abu Hurairah untuk membaca ayatul kursi. Ketika hal ini dilaporkan kepada Rasulullah, beliau menjawab "Shadaqa wa In Kana Kadzuban", dia benar walaupun sesungguhnya dia adalah pendusta. Siapa orang itu? Ternyata dia adalah Setan yang menjelma menjadi manusia.

Uwais Al-Qarni bahkan dianggap tidak waras oleh kaumnya. Namun ia selalu dinanti oleh Sayidina Umar bin Khathab untuk minta didoakan seperti pesan Sang Junjungan Saw. Ternyata penampilan yang kurang mengesankan bukan jaminan tidak adanya kebaikan hikmah dan kebijaksanaan pada seseorang.

Sebuah suruhan untuk belajar, untuk tidak bosan berbuat baik, bersikap hemat, semangat untuk tegar menghadapi hidup, tabah dalam perjuangan, rela berkorban, anjuran memberi kepada orang, atau hal-hal semacamnya yang benar dan bermanfaat, maka tidak ada alasan untuk menolaknya, dari siapapun datangnya. Sebab menolak kebenaran dan memandang remeh orang lain adalah sebuah bentuk kesombongan. Lihatlah apa yang diucapkanya tanpa perlu melihat siapa yang  mengucapnya.

Kedua, ketika ucapannya salah atau tidak sesuai dengan kebenaran, maka kaedah ini tetap digunakan. Lihatlah apa yang diucapkanya tanpa perlu melihat siapa yang mengucapnya. Artinya, kalau ternyata salah, maka tidak perlu membela kesalahan itu dari siapa pun datangnya. Karena kadang kekaguman dan penghormatan terhadap seseorang menutup kesalahan-kesalahannya. Kalau ada sebuah ucapan berasalah dari beliau (bisa kiai, ustadz, guru, tokoh, senior dll), langsung diterima mentah sepenuhnya, seakan tidak ada yang keluar darinya selain dari kebenaran. Padahal "Arrijalu yu'rafu bil Haq, Wa la yu'raful haqqu birrijal" bahwa menilai tokoh itu diketahui dengan standar kebenaran dan bukan keben
aran diukur dengan standar ketokohannya. Atau dalam istilah lainnya, "Arrijalu yu'rafu bi miqyasil haq"
,seseorang itu dinilai dengan standar kebenaran yang ada. Setiap orang bisa benar bisa juga salah.

Untuk mengetahui benar dan salahnya yang digunakan adalah timbangan Al-Quran dan As-Sunnah. Dan semua orang–seperti kata Imam Malik–ucapannya bisa diterima bisa ditolak, selain Nabi Muhammad Saw. Dua timbangan ini (Al-Quran dan As-Sunnah) tidak akan pernah bertolak belakang dengan akal sehat sebab ia adalah sumber kebenaran sejati sementara akal adalah sarana untuk memahami kebenaran itu.

Sementara kenyataan alam semesta yang disaksikan oleh panca indera, kesepakatan para ulama atau hasil dari proses penelitian yang sudah bisa dipasti kan kebenarannya adalah rangkaian kebenaran yang bisa diterima oleh semua orang. Tidak perlu menerima sesuatu yang bertentangan dengan kenyataan dan kebenaran itu dari siapa pun asalnya.

Demikianlah…

Kesimpulannya, ambillah kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan itu dari siapa pun datangnya. Sementara, kesalahan jangan pernah diambil dari siapa pun ia.
http://filsafat.kompasiana.com/2010/01/08/kebenaran/?ref=home
Salam
Umarulfaruq Abubakar
http://buanacita.multiply.com
http://www.kompasiana.com/kakmuma

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: