Senin, 12 Oktober 2009

[daarut-tauhiid] Berbicara Dengan Burung Kutilang

*Bicara Dengan Burung Kutilang*

By Syarif Niskala (also blogged at syarifniskala.com)


"Assalamu'alaikum…". "Assalamu'alaikum…". "Assalamu'alaikum…".

"Selamat pagi…". "Selamat pagi…". "Selamat pagi…".

"Apa kabar…?". "Apa kabar…?". "Apa kabar…?".

Awal-awal saya menempati rumah baru, setiap pagi saya sering terkecoh. Pada
awalnya, saya menduga bahwa Pak Rudi (36 tahun) sangat ramah sehingga selalu
menyapa setiap orang yang lewat depan rumahnya. Tapi 'keramahan' yang
berlebihan mengundang 'kecurigaan'. Kurang dari seminggu menjadi warga baru,
saya memperoleh kesimpulan. Ternyata, Pak Rudi setiap pagi menyapa burung
kutilang kesayangannya. Dengan sangat telaten, setiap pagi Pak Rudi
mengajari burungnya berbicara. Kata Pak RW 05 di salah satu desa di
Kecamatan Cibeunying Kidul – Bandung, Pak Rudi pernah punya burung kutilang
yang laku terjual 5 juta rupiah! Katanya, burung itu sudah bisa menjawab
salam, memberikan salam, menegur yang datang, dan 'meledek' pada pedagang
keliling.

Ilmu berbicara dengan hewan, memang tidak hanya menjadi hak Nabi Sulaiman as
saja. Banyak sekali Pak Rudi-Pak Rudi di dunia ini. Hanya saja, karena Pak
Rudi tidak berderajat istimewa dihadapan Tuhan, maka diperlukan upaya yang
keras, konsisten, sabar, telaten, dan jangka waktu yang lama untuk dapat
berkomunikasi dengan burung kutilangnya. Sebenarnya, tidak hanya menguasai
ilmu bahasa binatang saja yang mensyaratkan hal-hal tadi, semua ilmu
dikuasai dengan pengorbanan yang serupa. Pada serial program televisi Global
TV Ayahku Hebat, saya melihat seorang pegawai Taman Impian Jaya Ancol
Jakarta, mampu berkomunikasi dengan anjing laut. Super sekali!

---

Yang menarik dari Pak Rudi adalah kesungguhannya untuk berkomunikasi dengan
keluarganya, tidak se-telaten, se-sabar, se-berkasih sayang, se-ramah kepada
burung kutilangnya. Saya menyaksikan bahwa Pak Rudi cenderung kasar, ketus,
arogan, dan merendahkan. Pernah saya menyaksikan, putrinya yang masih kelas
III SD, menangis tersedu-sedu. Putri mungil nan manis itu dibentak karena
terlambat bangun pagi sehingga terlambat ke sekolah. Bukan hanya sekali saya
memergoki Pak Rudi yang berangkat kerja tanpa pamit pada istrinya atau
sekedar berkata "Papa berangkat dulu ya…". Dan adalah kebiasaan Pak Rudi
jika mengetuk pintu seolah-olah mau mendobraknya.

Dimana keramahan, kesabaran, ketelatenan, rasa kasih sayang Pak Rudi saat
berkomunikasi dengan keluarganya? Dalam benak Pak Rudi, apakah burung
kutilang lebih mulia dibandingkan putri dan istrinya itu? Apakah mengajari
anak berkomunikasi yang baik tidak lebih bermanfaat dibandingkan mengajari
burung?

Sahabat-sahabat yang baik,

Semua anak kita belajar berkomunikasi dari kedua orang tuanya, baik dari
cara mereka berkomunikasi dengan dirinya ataupun cara berkomunikasi antara
ayah dengan ibunya. Cara berkomunikasi yang kering dari kasih sayang dan
empati, telah menjadi pembenar banyak remaja untuk menjauhkan diri dari
bersahabat dengan kedua orang tuanya. Berjuta remaja di Indonesia, tidak
menjadikan orang tua sebagai pihak yang enak untuk diajak bicara. Jutaan
remaja lebih suka berbicara sesama mereka, atau bahkan dengan para pengedar
narkotika. Mereka bukan tidak tahu bahaya rokok, alkohol, narkotika, shabu,
dan pergaulan bebas. Mereka hanya merasa 'tidak enak' menolak tawaran teman
bicaranya untuk mencoba sesuatu yang baru.

Ya…. Banyak sekali permasalahan pelik remaja berawal dari komunikasi yang
tidak terbangun harmonis antara dirinya dengan orang tuanya.

Maaf, dalam banyak kasus yang saya temui, banyak sekali kenakalan remaja,
kemunduran prestasi, penyalahgunaan narkotika, broken home, pergaulan bebas,
dll berawal dari keangkuhan orang tua (terutama ayah) untuk mau komunikasi
akrab dengan mereka. Padahal hanya dibutuhkan satu keterampilan saja untuk
dapat meraih perhatian mereka, yakni menjadi PENDENGAR yang baik.

Mengutip tulisan Anne Ahira, berikut 6 teknik mudah yang dapat dipraktekkan
oleh sahabat dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik:

1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan
bicara tentang keterbukaan dan kesungguhan kita

2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada
topik pembicaraan. Cara ini juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat
pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri kita.

3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada
informasi baru yang perlu kita selidiki dari lawan bicara kita.

4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bisa membuat
percakapan lebih hidup dan tidak monoton.

5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara
kita. Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga
hapal beberapa cuplikan kata.

6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan, meskipun kita
tidak suka atau marah. Dari sini kita akan mengetahui nilai-nilai yang
diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan nilai yang kita
terapkan. Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan
sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan
oleh kita sebelumnya.

---

Sahabat-sahabat yang berbahagia,

Satu hal yang ingin saya yakinkan pada sahabat bahwa mengajak berbicara
dengan anak jauh lebih menyenangkan dan bermanfaat daripada dengan seekor
burung.

Selain itu, jauh lebih mudah. Buktinya, dalam waktu 3.5 tahun, telah ratusan
kosakata yang mampu ditirukan oleh anak bungsu saya (3.5 tahun). Maaf,
burung kutilang Pak Rudi yang laku 5 juta rupiah itu, saya yakin belum mampu
mengatakan lebih dari 200 kata! Jadi ilmu bicara dengan binatang itu jauh
lebih sulit dan murah dibandingkan dengan ilmu bicara dengan anak.

Selamat berbicara….

From the note of Syarif Niskala


--
[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: