Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,
 
 KETIKA MUSIBAH MENIMPA
 Senin, 31 Agustus 09
 
 Apabila musibah menimpa kita, maka kita harus segera mengambil sikap agar
 beban menjadi ringan bahkan menjadi rahmat.
 
 * Pertama, apabila ditimpa musibah hendaknya kita membaca 'innaa
 lillaahi wainnaa ilaihi raaji'uun' ("Sessungguhnya kita milik Allah
 dan kepadaNyalah kita akan dikembalikan"
 "yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengucapkan
 "innaalillaahi wa-innaa ilaihi raaji'un". Rasulullah bersabda,
 "Tidaklah seorang hamba ditimpa musibah lalu beristirjaa' niscaya
 Allah Ta'ala akan memberi ganjaran pada musibahnya dan akan
 menggantikannya dengan yang lebih baik darinya". (HR.Muslim)
 
 Ucapan istirjaa' mengandung pengertian bahwa diri kita, keluarga dan
 harta benda adalah milik Allah Ta'ala. Ketika kita lahir, kita tidak
 memiliki apa-apa. Demikian pula sampai kita meninggal nanti kita
 tidak akan membawa apa-apa. Semua itu akan kita tinggalkan dan kita
 tidak akan membawa sesuatu, kecuali amal shalih kita. Karena itu,
 persiapan diri adalah mutlak untuk menghadapi hari tersebut.
 
 * Kedua, hendaknya kita yakin dengan takdir Allah Ta'ala baik dan
 buruknya. Ini penting, karena keyakinan dengan rukun iman yang keenam
 ini akan meringankan beban kita. Iman kepada takdir memberi kita
 semacam 'kekebalan dini' dengan kesadaran sedalam-dalamnya bahwa
 segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi itu telah tertulis
 di lauh al-mahfuzh. Dengan demikian, apapun yang menimpa kita tetap
 berada di dalam bingkai kesadaran, sehingga musibah akan terasa lebih
 ringan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam do'anya
 yang terkenal, ".anugrahkanlah pada kami keyakinan yang menjadikan
 musibah terasa ringan.". (HR. at-Tirmidzi dan al-Hakim).
 
 Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Tiada satu bencanapun yang menimpa
 di muka bumi dan tidak pula pada dirimu kecuali telah tertulis pada
 kitab sebelum kami menciptakannya. Sunggguh, yang demikian itu mudah
 bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput
 dari kamu dan agar kamu tidak terlalu gembira dengan apa yang
 diberikan Allah padamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
 sombong dan membanggakan diri". (QS. Al-Hadiid: 22-23)
 
 Ketika ada hal-hal yang luput, mengalami penderitaan, menghadapi
 kesulitan, kita tidak terlalu bersedih hati dan menjadikan kita
 berprasangka buruk kepada Allah.
 
 * Ketiga, hendaknya kita bersyukur karena musibah yang menimpa kita
 tidaklah lebih besar dari yang menimpa orang lain. Begitu banyak orang
 yang mendapatkan musibah jauh lebih mengenaskan daripada kita. Seberat
 apapun musibah dunia yang menimpa kita, yakinlah masih ada lagi yang
 lebih berat. Tidak sedikit orang yang sebenarnya terkena musibah tapi
 dia tidak menyadarinya, yakni' tertimpa musibah dalam agamanya. Yang
 mengherankan adalah tidak sedikit orang terjatuh pada musibah agama
 (musibah diniyah), namun ia sedikitpun tidak merasa sedih. Terjatuh
 pada perzinahan, makan riba, membunuh jiwa yang tidak halal, pergi ke
 dukun atau tukang ramal dan membenarkannya adalah di antara musibah
 diniyah, bahkan yang terakhir bisa menggelincirkan pelakunya dari
 Islam.. Itulah sebabnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
 mengajarkan kita sebuah do'a agar kita tidak terjerumus musibah ini.
 Dalam do'anya beliau bersabda, "Ya Allah jangan engkau jadikan musibah
 kami dalam agama kami". (HR. Tirmidzi dan Hakim)
 
 * Keempat, hendaknya kita sedapat mungkin tidak berkeluh kesah,
 menggerutu atas musibah yang melanda kita. Sebab itu semua tidak akan
 mengembalikan apa yang telah hilang. Berkeluh kesah juga menunjukkan
 seseorang tidak ridha dengan takdir Allah Ta'ala. Bagi mereka yang
 menjaga shalatnya, menjaga kehormatannya, menunaikan zakat, beriman
 kepada Allah Ta'ala dan Hari Kemudian, maka tidak akan berkeluh kesah.
 Mengeluh kepada manusia juga tidak tidak memberi banyak manfaat,
 karena bisa menodai kesabaran dan keridhaan. Para salafus shalih jika
 mereka ditimpa musibah sekecil apapun, ia langsung mengeluhkannya
 kepada Allah. Bahkan di antara mereka ada yang mengeluh kepada Allah
 karena tali sendalnya putus. Kalau musibah mereka tergolong berat,
 seperti kematian anak, orang tua, kerabat dan lain-lain mereka
 berusaha menyembunyikannya dan tidak mengabarkannya kecuali untuk
 urusan memandikan, menshalatkan, dan menguburkannya.
 
 * Kelima, kita harus yakin bahwa apa yang menimpa jika kita sabar dan
 ridha, maka Allah Ta'ala pasti memberikan gantinya. Allah Ta'ala akan
 memberi kenikmatan, berkah, kelezatan, kebaikan yang berlipat ganda.
 Bahkan musibah yang melanda akan menghapuskan dosa-dosa dan akan
 menyucikan jiwa-jiwa kita. Allah Ta'ala berfirman, artinya, "Mereka
 itulah yang akan mendapatkan shalawat dari Tuhannya, rahmat dan mereka
 itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk" . (QS. al-Baqarah: 157).
 
 Semoga kita menyikapi setiap bencana yang menimpa kita dengan baik dan
 benar. Sabar dan ridho serta selalu bersyukur kepada Allah Ta'ala, insya
 Allah kita akan mendapatkan kelezatan iman.
 
 Oleh : Fariq bin Gazim Anuz
 Sumber : Hikmah dibalik Musibah (Risalah untuk orang-orang yang tertimpa
 musibah dan dirindung duka).
 
 Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran
 adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk
 berdakwah adalah dengan menyampaikan buletin ini kepada
 saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya.
 Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita.
 
 Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
 
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar