Minggu, 18 Oktober 2009

[daarut-tauhiid] Makna Sebuah Konsistensi Peran Relawan

 



Makna Sebuah Konsistensi Peran
Relawan

 

Sangat
menarik jika setiap kita mau belajar dari pengalaman masa lalu, baik pengalaman
pribadi maupun orang lain. Sejarah ditulis bukan untuk dikenang, melainkan
untuk diambil makna penting dari setiap kejadian yang mampu terekam dengan
baik, agar di kemudian hari semua yang membuka kembali lembaran sejarah itu
bisa meneladani kebaikannya sekaligus tidak mengulangi kekeliruan yang ada. Keberhasilan
dan kegagalan yang tercatat dalam sejarah sama sekali bukan untuk mendikte atau
menghakimi setiap orang yang hidup sesudah sejarah itu tertulis, melainkan
memberikan satu pernyataan bahwa setiap orang berhak mencatatkan diri dan
prestasinya dalam sejarah. Bukan untuk mendapat pujian, tetapi agar di periode
selanjutnya selalu ada keinginan untuk membuat sejarah baru.

 

Salah
satu sejarah penting yang patut dipelajari adalah sejarah kegagalan dari
orang-orang terdahulu. Sejarah mencatat Rasulullah dan kaum mukminin mengalami
kekalahan dalam perang Uhud disebabkan oleh satu hal, yakni konsistensi.
Barisan pemanah yang diperintahkan Rasululullah agar tetap berada di bukit
tidak konsisten dan turun ke bawah, sehingga pos pemanah kosong dan kelemahan
itulah yang dimanfaatkan oleh musuh yang kala itu dipimpin oleh Khalid bin
Walid.

 

Konsistensi,
catatan sejarah inilah yang sering disampaikan oleh banyak ustadz, guru, dosen
di ruang kelas atau orang tua kepada anaknya dalam dongeng sebelum tidur.
Betapa pentingnya seseorang memegang teguh amanah dan tanggungjawab yang
diberikan kepadanya, sebab bila ia lalai maka akibatnya sangat fatal. Pelajaran
penting ini pula yang menjadi salah satu prinsip utama dalam manajemen relawan
dalam penanganan bencana. Setiap relawan yang hadir di sebuah lokasi bencana
harus berada dalam koordinasi yang jelas, jelas keahliannya, jelas fungsi dan
perannya, jelas posisinya, juga tanggungjawabnya, serta jelas kepada siapa pula
ia harus bertanggungjawab. Sekali lagi harus ditegaskan, relawan yang baik
adalah yang mengerti dan tahu persis apa yang harus dikerjakannya saat ia
berada di sebuah lokasi bencana.

 

Seperti
halnya tim sepak bola, tidak semuanya menjadi seorang striker dan harus mencetak
gol. Ada pula orang yang bertanggungjawab mengamankan barisan pertahanan dari
serangan musuh. Begitu pula di dunia kerelawanan, selalu memerlukan orang
dengan beragam keahlian khusus. Relawan yang tak berkeahlian bukan tak
diperlukan, hanya saja ini soal pilihan. Mereka yang memiliki keterampilan yang
diperlukan di lapangan lah yang lebih dulu diutamakan. Mirip seperti halnya
pemain utama dan cadangan dalam sepak bola.

 

Ada
relawan khusus search & rescue yang tugas utamanya adalah mencari korban
hidup dan menyelamatkannya. Jika sudah tidak ditemukan lagi korban hidup, baru
kemudian mengevakuasi korban yang tidak selamat. Perlu keahlian khusus dan
terlatih untuk melakukan tugas ini. Sekadar contoh sederhana, korban yang masih
hidup ketika ditemukan akan bisa kehilangan nyawa hanya karena salah dalam
proses evakuasinya. Begitu pula dengan evakuasi jenazah korban bencana, yang
sudah berhari-hari tentu sangat berbeda dengan yang baru sehari ditemukan. Relawan
rescue harus tahu persis hal-hal apa yang terlebih dulu wajib dilakukannya
sebelum evakuasi, termasuk memerhatikan kesehatan bagi dirinya. Tim rescue ini
juga yang membuka jalan dan membentangkan tenda posko di berbagai titik
bencana.

 

Sebagian
relawan bertanggungjawab terhadap kesehatan korban bencana, pengungsi dan juga
relawan. Mereka terdiri dari dokter, paramedis, dan ahli kesehatan alternatif
seperti bekam dan tusuk jarum. Masih bergabung dalam tim medis ini juga para
relawan dengan keterampilan khusus penyembuhan trauma (trauma healing). Mereka melayani
ribuan pengungsi dengan berbagai keluhan fisik maupun psikis. Tidak melulu
harus dengan jarum suntik atau obat, kadang para pengungsi langsung pulih dari
sakitnya hanya dengan satu obat; senyum para relawan.

 

beberapa
relawan diamanahi tugas di posko logistik, khusus mengamankan sekaligus
mengatur alur distribusi barang bantuan yang datang dari berbagai pihak. Isinya
beragam, mulai dari sembilan bahan pokok, tenda, selimut, tikar, obat-obatan,
mainan, buku-buku, sampai pakaian layak pakai. Tim logistik ini ada dua lokasi,
satu di kantor pusat sebagai penerima bantuan dari berbagai mitra di Jakarta
dan sekitarnya, dan satu tim lagi bermarkas di lokasi bencana. Mereka terus
berkoordinasi dan tak henti saling berkomunikasi, untuk memastikan amanah para
donatur sampai ke lokasi bencana tanpa berkurang sedikitpun. Prinsip yang harus
diperhatikan oleh tim logistik adalah "tidak boleh ada bantuan menumpuk di
gudang logistik", harus segera terdistribusi secara merata ke seluruh posko pengungsi
yang telah dibuka oleh tim pendahulu.

 

Selain
peran-peran di atas, ada juga peran penting yang kadang kurang dianggap
strategis. Sebagian relawan yang baru datang sering merasa bahwa dirinya akan
sangat penting jika berada di tim rescue atau tim lain berkesan heroik. Padahal
masih banyak peran strategis yang jika pos itu ditinggalkan akan berdampak
fatal bagi yang lain. Misalnya satu pos yang dipegang Dadang dan Idonk. Sejak
beberapa kali bencana dua anak muda ini konsisten dengan tugasnya sebagai
peracik makanan di dapur umum. Dibantu dengan beberapa relawan lainnya, ia
punya kewajiban memberi asupan makanan bergizi bagi para pengungsi dan juga
relawan. Mulai dari belanja bahan makanan, meracik, sampai semua makanan siap
santap semua dilakukan Dadang dan kawan-kawan.

 

Bayangkan
bagaimana jika Dadang dan kawan-kawan berpikir untuk bergerak ikut evakuasi
atau distribusi logistik, siapa yang menyediakan makanan bagi relawan yang
lain? Atau tiba-tiba tim rescue mengambil alih bagian dapur ingin masak
sendiri. Bagaimana bila tim medis yang tugas pokoknya mengobati para korban
justru harus berjibaku mengurusi pendataan masyarakat? Meski boleh dibilang dalam
situasi darurat setiap orang dituntut untuk bisa melakukan banyak hal. Tetapi hal
itu dilakukan hanya ketika tidak ada orang lain yang melakukan tugas-tugas
khusus tersebut. Ketika relawan cukup banyak, maka pos-pos strategis itu harus
dipegang kembali sesuai keahliannya.

 

Relawan
dibalik layar pun harus tetap konsisten dengan peran dan tanggungjawabnya. Mereka
antara lain tim data, yang setiap hari berkonsentrasi mengolah data di depan
komputer. Atau bahkan para relawan yang sudah tak sabar untuk bisa berangkat ke
lokasi bencana, namun diberi tugas untuk mengatur logistik dan data di kantor
pusat. Mereka semua harus konsisten dengan pos strategisnya dan jangan pernah
berpikir untuk meninggalkannya meski sesaat. Tindakan ceroboh, apalagi
meninggalkan pos adalah kesalahan terbesar seorang relawan. Seperti halnya
barisan para pemanah yang meninggalkan bukit ketika perang Uhud di masa
Rasulullah Saw.

 

Relawan
yang baik adalah yang mengerti apa yang harus dikerjakannya, komitmen pada
tujuannya, serta konsisten pada tugas dan tanggungjawabnya. (gaw)

Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://solifecenter.com
0852 190 68581

Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Ads on Yahoo!

Learn more now.

Reach customers

searching for you.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Small Business Group

Own a business?

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: