Minggu, 27 Desember 2009

[daarut-tauhiid] Refleksi Lima Tahun Tsunami

 



 
Refleksi Lima Tahun Tsunami
 
 
Oleh: Al Shahida
 
 
Tak terasa Tsunami telah berlalu lima tahun...
 
 
Dalan kunjungan yang tidak bisa saya hitung lagi, saat saya berkeliling mengitari Banda Aceh, LhokNga, Lepung hingga Lhoong dan sekitarnya ada rasa bahagia dan bangga memadati dada ini menyaksikan perkembangan pesat, akan pembangunan dan rekonstruksi akan Aceh yang luluh lantak oleh keganasan sang Tsunami...dibanding pada saat saya atau kita menginjak ranah rencong lima tahun silam. 
 
 
Mereka, terutama para lelaki tlah mampu memenuhi kewajiban untuk mengais rejeki, 
atau kalau tidak menghabiskan waktunya dikedai kopi berkongkow  dengan rekans, tak tahu bagaimana bisa survive dikala para NGO'S hengkang dari Serambi...sementara kehidupan ekonomi berjalan begitu pesatnya.
 
 
Para petani telah bisa menanami ladang dan lahan mereka atas bantuan micro kredit,  lalu memetik hasil panennya lalu dijual kepasar. Para nelayan telah mampu melempar sauhnya dengan perahu nelayan mereka, menyerok ikan-ikan dilaut yang begitu melimpah ruah jumlahnya, lalu dilelang  dipantai yang senantiasa ditunggu oleh para pemborong ikan dipantai Saney hingga pantai Paroy atau Penayong di kota Banda. Pasar dan kedai telah disibukkan dengan perputaran dagang mereka.  
 
 
Ratusan sekolah...telah dibangun, panti atau rumah asuh bagi yatim, ratusan jumlahnya dibangun dan bertebaran dimana-mana. Anak-anak telah mampu  menyungging senyum, dengan bangga menjinjing tas ransel sekolahnya, kali ini mereka kesekolah tanpak dibelit rasa takut dan was-was bahkan terbebas dari trauma akan ledakan bom
atau ombak Tsunami dan gempa, tentunya.
 
 
Sepanjang jalan antara Banda, LhokNga, Lepung, Lhoong, Gleebruek hingga Pasi saya menyaksikan ribuan rumah telah dibangun, ratusan kilometer jalanan Tol anyar dari Lhoknga bahkan hingga Meulaboh membentang.. .sejauh mata memandang dipagari hijaunya gunung nan spektakular. Kinia ban mobil bisa meluncur dengan nikmatnya tampak guncangan oleh benjolan dan lubang-lbang yang biasa kami alami dulu.
 
 
Begitu juga puluhan jembatan sudah bisa digunakan, tanpak harus menunggu giliran seperti dulu, jambatan untuk menyambung dari daerah kedarah lainnya sebagai penunjang tulang punggung ekonomi masa depan Aceh..Luar biasa.
 
 
Rasa bangga dan bahagia membaur menyatu bahwa kita dan diri yang kerdil ini, mampu dan ada andil walau secuil, menjadi bagian dari kerja amal ini, semoga Allah menerima kerja ma'ruf ini.  Kontribusi yang secuil sebagai tumpuan dan ide-ide  dan impian dari teman-teman sejawat yang kini menebar dimana-mana dari London, Indonesia, Australia hingga ke Damaskus. Upaya dan usaha yang konsisten penuh determenasi hingga terus kita lakukan untuk menjadikan impina menjadi nyata.
 
 
Waktu berjalan begitu cepatnya..tahu- tahu kita berada ditahun kelima sejak Tsunami terjadi ditanah  rencong. Ahh..seakan diri ini tak ada ap-apanya dengan pengalaman selama lima tahun ini. Kadang kesabaran tak mampu bersemayam dihati dikala  kita ditimpa cobaan demi cobaan dimana jalan yang selalu tidak mulus dan lurus yang terkadang membuat saya hampir menyerah.
 
 
Mitra kerja yang saya temui selama in penuh dengan kesabaran dalam penantian dan pantang menyerah  serta niat yang mulus &  ketawadhuan mereka untuk mengemban amanah ini...adalah jadi teladan untuk diri saya pribadi serta pengorbanan diri mereka yakni menjadikan diri mereka untuk menggantikan ayah-bunda  anak-anak di Aceh yang kehilangan orang tuanya..
 
 
Saya tak lagi akan mengusik cerita duka mereka, karena kenangan  Tsunami untuk mereka tetap sebuah kenangan pahit dan perih, karena setiap mereka mengenangnya akan menghadirkan air mata mereka.
 
 
Rongga dada ini dipadati dengan harapan dan semangat baru saat saya temui anak-anak di asrama,  empat pekan lalu di Lhoong, Aceh. Berkelakar, belajar, senam dan makan bersama, bahkan saya harus ikutan nyebur ke laut berenang bersama mereka, lalu mencari kerang atau batu-batu dipantai atau jalan-jalan ke Banda, adalah merupakan sebuah novelty untuk mereka. Pesan dan maunya banyak seperti minta dibelikan senter, (batterey, maksudnya) dan mainan kecil lainnya atau sepatu roda...
 
 
Saat saya  siap berangkat ke Bandara wajah mereka sendu menahan subdue diiring senyum hambar, lalu bertanya: ' Bunda kapan balik dan pulang kesini...?'. Uuh pertanyaan in membuat mata saya memanas dan hampir menitikkan air mata. Apakah Lhoong, Aceh rumahku juga ? Kufikir itulah yang ada dibenak mereka, terutama Wildan yang betul-yatim dan juga Mizan yang begitu sholeh mengangkatku seperti bundanya sendiri..
 
 
Sang roda mobil Suzuki melaju, menelusuri halaman dan meninggalkan Asrama Gampong Aneuk Shaleh, Paroy. Saya tahu mereka menangis, berat melepas bundanya....
 
Ooops afwan saya hanyut oleh perasaan dan rindu saya, sila tengok:
 
Laporannya ada di blog: http://chariots4children.org/blogs/?p=112
 
Ada serpihan video di Home:  http://chariots4children.org/ 
 
atau lewat Youtube, ada dua bagian:
 
http://www.youtube.com/watch?v=xuIz0vwCvco
http://www.youtube.com/watch?v=ixjDK4v6WZM

 
London, 26 Desember 2009
 
 
 
 
 
 

 
 
http://www.youtube.com/watch?v=xuIz0vwCvco
 
http://www.youtube.com/watch?v=ixjDK4v6WZM

 
" Charity puts out sin as water does the fire ". 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: