Selasa, 22 Desember 2009

[daarut-tauhiid] Hikmah 22 desember - Fwd: Dekonstruksi Ibu

Dec 22, '09 11:19 AM

Dekonstruksi Ibu <http://multiply.com/gi/akmal:journal:769>****


*assalaamu'alaikum wr. wb.
*
Ketika menyusuri Jl. Sudirman di Jakarta malam itu, seperti biasa saya
mengisi kekosongan dengan mendengarkan radio melalui ponsel. Terdengarlah
seorang penyiar yang bercerita dengan penuh semangat mengenai sebuah riset
yang baru saja dilaksanakan oleh para ahli. Menurut hasil riset tersebut,
kaum perempuan yang sudah menikah hanya menghabiskan total tiga tahun saja
dalam hidupnya untuk mengurus dirinya sendiri. Sisa waktunya, tentu saja,
habis untuk keluarga.

Ada sedikit nada mengiba, prihatin, bahkan menghina dalam suaranya ketika
mengatakan bahwa kaum ibu tidak punya waktu yang cukup untuk memanjakan
dirinya sendiri. Semua ini karena tanggung jawab yang diberikan padanya
untuk mengurusi suami dan anak-anaknya.

Saya teringat seorang teman yang pernah menulis sebuah artikel yang sangat
menarik tentang ketidakadilan Ebahkan pengkhianatan Ekaum feminis terhadap
perempuan. Menurutnya, kaum feminis tidak membela kepentingan perempuan,
melainkan hanya membela imej perempuan yang ada dalam benaknya sendiri.
Mereka bela perempuan yang dilarang-larang membuka aurat, tapi tak pernah
mereka bela perempuan yang dipaksa membuka aurat atau dilarang menutupnya.
Mereka junjung tinggi perempuan yang ingin jadi presiden, seolah-olah yang
mereka bela itu memang pantas jadi presiden, namun pada saat yang bersamaan
mereka rendahkan perempuan yang dengan penuh kesadaran akal sehat memutuskan
untuk menjadi ibu rumah tangga.

Sebagian kaum feminis berpendapat bahwa akar masalahnya adalah uang. Karena
para suami adalah pencari nafkah, maka merekalah yang memegang kendali.
Andaikan kaum perempuan juga mencari nafkah dan mendapatkan penghasilan yang
tidak kalah tingginya, maka mereka bisa mendapatkan 'posisi tawarEyang
lebih baik di hadapan suami-suami mereka. Namun pada titik ini, rumah
tangga pun sudah menjadi absurd, karena keharmonisan dan hubungan saling
mengayomi sudah diganti dengan kompetisi bebas.

Sebagian lainnya sudah lebih gamblang menyatakan penolakannya terhadap
institusi rumah tangga. Buat apa berumah tangga, karena toh semua kebutuhan
manusia bisa dipenuhi tanpa harus berkomitmen dengan pasangan. Di dunia
Barat, hubungan antara lelaki dan perempuan memang seringkali direduksi
menjadi seks. Adapun seks memang tidak butuh sumpah setia, apalagi
sehidup-semati. Tanpa ikatan perkawinan, hidup justru makin bervariasi,
karena pasangan bisa berganti kapan saja. Kalau ingin punya anak, bisa
langsung datang ke bank sperma. Kalau kelak anaknya protes karena tidak
punya ayah, itu lain soal. Embrio tidak punya hak menggugat.

Feminis yang paling radikal menggugat segala kemapanan, termasuk laki-laki
dan agama. Kesengsaraan perempuan sudah pasti merupakan kesalahan lelaki.
Lelaki-lah yang merupakan sumber masalah, dan karena itu, perempuan harus
melepaskan diri sepenuhnya dari lelaki. Dengan demikian, dalam pandangan
sebagian kaum feminis, lesbianisme adalah pembebasan sejati dari jerat
lelaki. Lesbianisme adalah sebuah pernyataan sikap bahwa perempuan tidak
butuh lelaki. Dengan demikian, harapan mereka, perempuan bisa diperlakukan
setara dengan kaum lelaki. Namun tidak jelas juga apakah golongan ini punya
agenda yang secara serius memaparkan langkah-langkah untuk melepaskan diri
dari kaum lelaki sepenuhnya dalam ranah sosial-politik, misalnya dengan
membentuk rumah sakit perempuan, jasa angkutan khusus perempuan, bank
perempuan, parpol perempuan, atau sekalian negara perempuan!

Kalau sudah menyalahkan keberadaan lelaki, maka sungguh masuk akal jika
agama pun dipersalahkan. Sebab yang menciptakan lelaki tidak lain adalah
Tuhan sendiri. Bahkan agamalah yang dianggap telah berlaku tidak adil
karena menyerahkan kepemimpinan pada lelaki, sedangkan perempuan hanya
ditempatkan untuk tugas-tugas domestik yang Emenurut mereka Etidak
penting. Akan tetapi, meninggalkan agama sepenuhnya dirasa tidak mungkin,
atau tidak strategis. Bagaimanapun kebanyakan manusia masih memandang
penting agama. Oleh karena itu, agama harus direvisi. Di Barat, kaum
feminis sudah banyak memperlihatkan penafsiran sepihaknya terhadap Bibel.
Bahkan banyak yang protes mengapa Tuhan selalu menggunakan kata ganti lelaki
(He), dan bukannya (She). Berhubung tak pernah ada yang bertemu dengan
Tuhan, maka mengapa tak boleh menerima kemungkinan bahwa Tuhan adalah
perempuan?

Sejarah feminisme begitu panjang dan berbelit-belit. Bagaimana pun, memang
kentara benar bahwa kaum feminis memang hanya membela imej perempuan yang
ada dalam benaknya sendiri. Kaum ibu hanya mendapat provokasi, bukan
pembelaan.

Toh, sampai detik ini masih banyak perempuan yang ingin menjadi ibu.
Provokasi kaum feminis, termasuk dengan memaparkan hasil riset di awal
tulisan ini, hanya menyentuh sebagian kecil kaum perempuan. Di seluruh
penjuru dunia, setiap manusia yang dilahirkan sebagai perempuan pastilah
punya naluri untuk menjadi ibu. Ketika seorang anak perempuan memilih
boneka untuk ditimang-timang dari setumpuk mainan lainnya, tahulah kita
bahwa Allah SWT telah menaruh sebuah naluri dasar yang sangat kuat dalam
jiwanya. Naluri keibuan, tidak peduli apa kata Freud, barangkali adalah
naluri terkuat yang dimiliki oleh manusia, dan ia hanya dimiliki oleh kaum
perempuan. Setiap pemburu tahu, seganas-ganasnya hewan buas, yang paling
berbahaya adalah induk yang mempertahankan anak-anaknya.

Allah Yang Maha Adil telah mempertemukan naluri perempuan dengan tanggung
jawab yang harus diembannya. Kaum ibu bertanggung jawab atas suami dan
anak-anaknya. Rumah tangganya adalah medan jihad-nya. Bagaimana mungkin
tidak dikatakan sebagai jihad, sedangkan hasil riset menunjukkan bahwa kaum
ibu hanya menghabiskan total tiga tahun dalam hidupnya untuk mengurusi
dirinya sendiri? Tidak semua lelaki pergi ber-jihad, namun tak terhitung
betapa banyaknya perempuan yang mengabaikan dirinya sendiri demi sebuah misi
suci. Sungguh wajar jika Rasulullah saw. menyuruh setiap orang untuk
menghormati ibunya, ibunya, ibunya, baru kemudian ayahnya. Bukanlah sebuah
kelemahan jika 'Umar ra. menahan diri ketika diomeli istrinya. Sangatlah
pantas jika Allah mentakdirkan kematian yang sulit bagi orang yang belum
mendapatkan maaf dari ibunya, sebagaimana yang pernah terjadi di jaman
Rasulullah saw. dahulu.

Ungkapan baitii jannatii bukanlah kosong semata. Ketika Rasulullah saw.
diliputi ketakutan setelah menerima wahyu pertama, beliau tidak melarikan
diri ke Baitullah, padahal tempat itu diyakini kesuciannya. Beliau
berlindung pada sebuah rumah sederhana yang laksana benteng megah karena
kebesaran seorang Khadijah ra. Ketika itu tak ada sahabat yang setia
seperti Abu Bakar ra., pembela seperti 'Umar ra., atau pemuda gagah seperti
'Ali ra. Yang menunggunya di rumah hanyalah Khadijah ra. yang tanpa setitik
ragu pun mengatakan bahwa suaminya adalah pribadi yang mulia dan selamanya
takkan pernah diganggu oleh syetan. Bertahun-tahun setelah Khadijah ra.
wafat, kemegahan bentengnya masih terkenang oleh Rasulullah saw. Telah
termasyhur kata-kata Rasulullah saw. yang diucapkannya jauh setelah
kepergian Khadijah ra.: EKhadijah) beriman ketika orang-orang ingkar
kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dan dia
membantuku dengan hartanya ketika orang-orang memboikotku.E Sungguh agama
ini telah tegak berdiri di atas kaki Khadijah ra.

Seorang istri dan ibu senantiasa berada dalam medan pertempuran. Jihad-nya
berlangsung sepanjang hari, sepanjang malam, dan terus berkecamuk. Ketika
mereka memutuskan untuk menjadi istri dan ibu, saat itulah hidup mereka
digadaikan kepada Allah. Itulah sebabnya mereka begitu dimuliakan. Sayang,
kini banyak kaum perempuan yang merasa tidak mulia dengan predikat itu,
sedangkan kaum lelaki pun banyak yang tidak memahami kemuliaan istri dan ibu
mereka.

*wassalaamu'alaikum wr. wb.*
****

Akmal Sjafril, ST, MPdI


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: