Senin, 28 Desember 2009

[daarut-tauhiid] Belahan Jiwa

 

Belahan Jiwa


oleh Mira Kania Dewi

======



Tak seperti biasanya, hari itu aku merasa capek
sekali. Seluruh badan terasa pegal dan lelah. Kulihat jam tangan, waktu
menunjukkan pukul setengah enam sore. Rupanya dari pagi aku sudah
keluar rumah. Kucoba merunutkan kembali apa saja yang telah aku lakukan
sepanjang hari itu.

Jam delapan pagi aku mengantar ke sekolah buah
hatiku yang masih TK-B, lalu kulanjutkan dengan mengurus surat
permohonan ijin meminjam ruangan untuk belajar bahasa Thai di kedutaan.

Pukul sebelas aku menjemput gadis cilikku  dari sekolah dan langsung menuju mall
terdekat untuk mencari makanan halal yang memang sulit didapat di
negara tempat tinggal kami yang penduduknya mayoritas non muslim.

Untunglah walaupun hanya ada dua outlet kecil yang menyediakan makanan halal, namun keberadaannya di food court itu sangat meringankan kami terutama aku bila dalam keadaan terdesak tak sempat memasak di rumah. 

Sejenak aku dan gadis cilikku makan siang dan
sholat dzuhur. Jalanan yang selalu macet memaksa kami untuk segera
bergerak lebih cepat menuju kantor imigrasi untuk mengurus ulang visa
tinggalku karena pasporku telah habis masa berlakunya. Tak lama setelah
visa beres, aku kembali menuju ke kedutaan untuk bergabung dengan
teman-temanku belajar bahasa Thai sampai sore hari.

Gadis cilikku selalu setia menemaniku ke mana saja
aku pergi, maklumlah kami berada di negeri orang, tak ada khodimat yang
mudah didapat seperti lazimnya di negeri sendiri untuk sekedar
mengawasi anak-anakku saat aku keluar rumah.

Kami harus saling pengertian dan belajar mandiri.
Pun dua anak lelakiku yang masih duduk di bangku sekolah (1 SMP dan 5
SD). Mereka menjadi lebih mandiri dan merasa saling membutuhkan satu
dan lainnya, mungkin itulah hikmahnya, alhamdulillah. Kulirik gadis
cilikku yang mulai terlihat bosan, aku merasa bersalah karena jam tidur
siangnya terganggu.

Namun ada rasa syukur menyelinap dalam dada, untuk
ukuran anak kecil ia begitu sabar dan tak pernah mengamuk, wajar bila
sesekali ia merengek minta segera pulang, aku mafhum.

Tadi siang suami  meneleponku dan berpesan agar
aku tak perlu memasak malam itu, ia akan mengajak kami makan di luar.
Ah, pengertian sekali suamiku. Jam menunjukkan pukul tujuh malam.
Sambil menunggu suami datang, aku coba merebahkan badan mengharap bisa
tidur sejenak.

Namun rasa kantuk tak jua datang. Dalam keadaan
lelah entah kenapa pikiranku selalu tertuju pada suamiku, ayah dari
anak-anakku, belahan jiwaku yang ternyata menyadarkanku bahwa begitu
berat ia dalam menjalankan tugasnya menjadi pemimpin dalam keluarga
disamping tuntutan pekerjaan menguras tenaga dan pikirannya.

Sudah lebih dari sebulan suami mengerjakan proyek
di perusahaan lain. Dalam seminggu 2-3 kali ia harus ke pabrik yang
berjarak sekitar 170 km dari Bangkok dan menempuh waktu dua jam melalui
jalan darat. Walaupun sudah ada mobil antar jemput, namun tetap saja
rasa lelah tampak dari wajahnya. 

Pukul tujuh pagi ia sudah harus tiba di kantor
untuk berangkat beserta timnya menuju Rayong dan kembali ke Bangkok
sekitar pukul delapan malam pada hari yang sama. Sering kulihat setelah
makan malam di rumah, suami tertidur kelelahan sambil menemani anak
kami belajar.

Setengah jam melewati pukul tujuh malam, suami
datang dari Rayong dan kami segera berangkat menuju rumah makan yang
dituju. Dapat kubayangkan betapa lelahnya ia namun ia selalu berusaha
untuk mengukir senyum di wajahnya dan menyenangkan hati kami, istri dan
anak-anaknya.

Duh malunya diri ini, kadang aku masih saja
menyambutnya dengan wajah cemberut bila suami datang terlambat.  Lain
halnya dengan anak-anak yang selalu berteriak ceria kala bel rumah
berbunyi menyambut ayahnya datang.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adalah
para wanita yang kufur." Ada yang bertanya kepada beliau: "Apakah para
wanita itu kufur kepada ALLOH?" Beliau menjawab : "(Tidak, melainkan)
mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya
engkau berbuat baik kepada salah seorang dari mereka satu masa,
kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan
di hatinya) niscaya ia akan berkata : Aku sama sekali belum pernah
melihat kebaikan darimu." (HR. Al- Bukhari no.29 dan Muslim no.907)

Na'udzubillahi min dzalik. Aku jadi takut. Kadang
aku terlalu banyak menuntut suamiku. Kadang aku begitu keterlaluan
karena tak pandai menata hati dan membiarkan emosi ini naik dan turun.

Ternyata masih banyak yang harus aku perbaiki
dalam diri ini, ternyata masih panjang daftar kekurangan yang harus aku
benahi. Belahan jiwaku, ma'afkanlah aku. Aku akan berusaha lebih baik
lagi. Aku ingin menjadi hamba-MU yang selalu bersyukur kepada-MU
termasuk dengan cara bersyukur kepada suamiku, inshaALLOH.

Segala puji bagi-MU ya Rabb yang telah
mempertemukan aku dengan belahan jiwaku dalam ikatan pernikahan yang
suci dan mulia. Lindungilah selalu di manapun ia berada.  Ya Rabb,
berilah kami kekuatan lahir dan batin dan kemampuan membawa bahtera ini
menuju surga-MU kelak di yaumul akhir nanti, aamiin.

Wallohua'lam bishshowaab
(mkd/bintaro/21.12.09)

=============sumber:eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: