Kamis, 17 Desember 2009

[daarut-tauhiid] Pelajaran Yang Tidak Pernah Selesai

 

Pelajaran Yang Tidak Pernah Selesai

"Berburu kepadang datar, dapat rusa belang kaki, berguru kepalang ajar bagai bunga kembang tak jadi". Terhirup aroma ilmu yang menyambangi pagi dari di balik dinding-dinding merah putih yang semakin lama semakin tampak tak putih lagi. Semua murid menatap Pak guru dengan khidmat, menunggu terjadinya perpindahan ilmu, menerima segala nasehat-nasehat yang membuat mereka terpaku. "Meraih bintang itu tidak mudah anakku, selalu ada bekal yang mesti di persiapkan, rajin-rajinlah kalian membuka mata dan telinga untuk membaca segala gejala pada alam semesta agar kita bisa mengerti bahwa mereka di ciptakan untuk kita syukuri".

Tidak jauh dari sekolah kecil itu, seorang anak di pinggir kali, menumpuk buku-bukunya diatas rumput. " oooiiii Aman kamu tidak sekolah !!" terdengar suara teriakan seorang bapak dari tengah-tengah sawah di seberang kali " Tidak Pak, aku mau bantu Bapak saja di sawah" jawab anak itu sambil buka baju dan menumpuknya diatas buku. Anak itu kemudian menghampiri ayahnya yang sedang mencangkul. " Mengapa kamu tidak sekolah Man, kamu bisa bodoh nanti " tanya sang ayah penasaran. " Belajarkan bisa dimana saja Pak tidak harus di sekolah, kata guru ngaji semalam yang menyelamatkan kita nanti di akhirat itu adalah amal bukan ilmu" jawab Aman membela diri. Sang ayah berhenti mencangkul mendengar bantahan anaknya " Setiap amalan itu harus berdasarkan ilmu nak, Rasulullah sendiri memerintahkan kita untuk menuntut ilmu agar kita bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil, mana yang bermanfaat dan mana yang merugikan" kata ayahnya sambil memegang dada, seperti orang kesakitan. Aman diam saja sambil terus mencangkul menggemburkan tanah yang akan ditanami. Anak yang masih duduk di kelas tiga sekolah dasar itu terus berfikir apakah nasib keluarganya akan berubah hanya karena merubah status dari tidak tahu menjadi tahu, atau dari tidak paham menjadi paham ? seperti apa manfaatnya mengetahui bahwa bumi mengelilingi matahari dengan apa yang bisa dia makan esok hari.

Walaupun konsumsi perut dan kepala berbeda tetapi banyak juga orang membuat keterkaitan satu sama lain. Para koruptor yang tergolong orang yang berpendidikan dan memiliki pengetahuan yang cukup telah mengakomodasi seluruh isi kepalanya untuk menuruti kemauan perutnya. Untuk pintar seseorang memang harus sekolah, tetapi apa yang didapat setelah predikat pintar disandang, tentu saja lebih dari sekedar mencari nasi tetapi juga tawaran dari berbagai posisi. Tidak bisa di pungkiri lebih dari sembilan puluh persen tujuan akhir sekolah adalah pencapaian materi, dan hanya sedikit yang menyisakan kepintaran untuk sebuah dedikasi.

Ketika Aman pulang dari sawah siang harinya, dia berpapasan dengan Pak guru yang pulang mengajar. Pak guru menanyakan mengapa Aman tidak masuk sekolah hari itu, tapi Aman malah bertanya balik kepada Pak guru tersebut " Mengapa kita harus belajar di sekolah Pak, bukankah ketika kita belajar ilmu pengetahuan alam kita harus berada di alam terbuka agar kita tidak hanya sekedar mengetahui tetapi juga memahami cara kerja alam semesta, ketika kita belajar ilmu sosial maka kita harus berada di masyrakat dan menerapkan nilai sosial secara langsung " . Pak guru hanya tersenyum mendengar nalar kritis dari muridnya " Benar Aman, tapi semuanya mempunyai wadah. Tidak mungkin kita mengumpulkan semua murid di pasar hanya untuk tahu ilmu pemasaran, Untuk mengetahui sesuatupun ada prosesnya. Kita juga tidak bisa menggiring setiap orang pada apa yang kita mau." Kata Pak guru tidak mau memperlebar masalah karena sekolah memang tempat dibeku dan dibakukannya ilmu agar mudah disampaikan, tugas sang muridlah nanti yang mencairkan dan menuangnya pada tempat yang diinginkan.

Pada malam harinya di pengajian ba'da maghrib Aman semakin di perkuat dengan cerita dari guru ngaji yang diambil dari matsnawi Jalaludin Rumi. Dikisahkan sorang petani yang hendak membawa sekarung gandum kepasar kesusahan menyeimbangkan beban di punggung keledai miliknya dan untuk menyeimbangkannya dia mengambil sekarung pasir untuk di letaknya disisi yang lain. Petani tersebut pergi kepasar dengan memakan waktu lebih lama dari biasanya karena beban yang ada pada keledai terlalu berat. Sewaktu beristirahat petani tersebut bertemu dengan seorang yang berpakaian compang- camping mirip seorang pengemis tetapi orangtersebut tidak mau disebut pengemis. Setelah berdialog dengannya, petani tersebut sangat kagum dengan ketinggian ilmu dari orang tersebut. Salah satu dari nasehat dari orang itu mengatakan bahwa beban yang diderita keledai bisa di peringan dengan membagi dua gandum sehingga separuh disebelah kiri dan sebelah lagi disebelah kanan dan bukan mengganti dengan pasir yang justru memperberat beban keledai sehingga keledai tersebut berjalan dengan lambat.

"Kisanak sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas, sebenarnya apa pekerjaan kisanank ?" kata petani tersebut penasaran dengan kehebatan orang didepannya. " Saya tidak mempunyai pekerjaan apa-apa, saya melangkah kemanapun kaki saya mau" jawab orang tersebut acuh-tak acuh. " Lalu bagaimana dengan keperluan sehari-hari seperti makan dan minum ?" tanya petani tersebut penasaran. " Aku tidak pernah meminta tapi jika ada yang memberi aku terima jika tidak maka aku akan puasa" jawab orang itu. Kemudian tanpa basa basi petani tersebut pergi meninggalkan orang tadi. " Aku bisa saja bodoh tapi aku mampu menghidupi diriku sedangkan kepandaianmu tidak berpengaruh apa-apa terhadap dirimu, aku tidak suka medekati orang malas sepertimu" kata petani tersebut dari jauh.

Aman menyimak dengan serius cerita dari guru ngajinya. "Anak-anaku hikmah yang mesti diambil adalah bahwa banyak diantara kita yang berilmu tetapi ilmu itu tidak bermanfaat baginya selain sebagai kebanggaan semata. Ada orang yang mempunyai pemahaman agama yang sangat tinggi tapi ahlaknya tidak mencerminkan apa yang telah dia pahami. Ada juga yang memiliki ilmu tetapi tidak tahu bagaimana memanfaatkan ilmu tersebut seperti banyak sarjana yang dilahirkan bangsa ini. Ada juga yang tidak berilmu tetapi dia di wakili oleh selembar kertas yang mengatakan kalau dia berilmu, padahal tidak, dia sekolah hanya untuk selembar kertas tersebut. Oleh sebab itu hati-hatilah anakku setiap apa yang kita kerjaan akan dimintai pertanggung jawaban nanti oleh Allah SWT, apa yang bapak ceritakan bukan membuat kalian jadi tidak mau sekolah untuk menuntut ilmu, jangan jadikan kelemahan orang lain menjadi penghalang bagi kita untuk berusaha, kita justru harus membuatnya berbeda" kata guru tersebut sambil menutup kitab fiqih yang telah dikaji terlebih dahulu sebelum bercerita kepada murid-muridnya.

Aman terdiam merenung dirumah, banyak orang yang salah kaprah dalam memanfaatkan ilmu termasuk cerita lucu dari temannya yang ditugaskan pak guru untuk mengganti tiang bendera yang patah " Nang tolong ukur dulu tinggi tiang lama ya biar tidak kerja dua kali" kata pak guru kepada Nanang temannya. Nanang lalu memanjat ting itu untuk mengukurnya." Kenapa harus naik Nang ? nanti jadi patah lagi, cabut aja terus ukur di bawah" kata pak guru. " Loh tadi kan pak guru menyuruh saya mengukur tinggi tiang bendera bukan panjang tiang " jawab Nanang asal kena. Dalam matematika panjang dan tinggi hanya dibedakan oleh posisi yang satu horisontal yang satu vertikal, tapi ketika jadi rumus kenapa nampak begitu susah bagi anak-anak. Apakah pintar itu indentik dengan kesulitan ? pasti ada yang salah, pikir Aman.

Beberapa tahun kemudian setelah menamatkan kuliah di ITB bandung, Aman mendedikasikan dirinya sebagai guru di kampung halaman tercinta dengan metode penyederhanan, bahwa sehebat apapun masalah harus disederhanakan terlebih dahulu untuk kemudian di pecahkan. Aman mendirikan sekolah Alam yang mengajak murid-muridnya tidak hanya menerpkan prinsip 5W1H pada perbuatan tapi juga pada pemikiran, bahwa apapun yang dipelajari harus bisa bermanfaat bagi diri maupun orang lain. Hasilnya beberapa orang muridnya berhasil menduduki peringkat tertinggi sekabupaten.

Salam

David Sofyan

Terispirasi dari kehidupan penulis " Titik Ba" Ahmad Toha Faz yang sekarang mendirikan sekolah alam yang berbasis sains di Tegal, Jawa tengah

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: