Kamis, 24 Desember 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2922

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (9 Messages)

Messages

1a.

[catcil] Mencipta Cermin Untuk Diri Sendiri

Posted by: "Syafaatus Syarifah" syarifah@gratika.co.id   sya4215

Wed Dec 23, 2009 3:17 am (PST)



Dalam sebuah pelatihan menulis yang diselenggarakan di PD HB Yasin, Cikini awal Mei 2009 lalu, saya teringat ada salah seorang peserta wanita yang datang karena ingin bertemu dengan Gola Gong, pemateri yang kebetulan adalah penulis idolanya. Si Mbak itu mengaku bahwa dia adalah seorang wartawati dari sebuah majalah, dia datang ke sana untuk mengantarkan keponakannya sekaligus ingin melihat sosok nyata seorang Gola Gong.

"Mbak, sudah menulis buku?" Tanya Gola Gong kepadanya.

"Saya sudah menulis banyak artikel, tapi saya belum menulis buku, karena menurut saya menulis buku itu bukan hal yang sepele, ada tanggung jawab moral yang harus dipikul oleh si penulis tentang apa-apa yang telah dituliskannya dan saya belum siap untuk itu."

Jawaban itu terus melekat dalam ingatan saya sampai sekarang. Menulis itu (baik artikel atau buku) bukan hal yang sepele, karena ada tanggung jawab moral penulisnya. Ya, saya rasa pendapat ini ada benarnya karena tentu saja kita tidak mau menulis satu hal yang kita sendiri tidak meyakini atau tak menjalankannya bukan?

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan " (QS Ash-Shaff[61]: 2-3)

Dibutuhkan komitmen seorang penulis agar mau melakukan apa yang telah ditulis. Saya sangat merasakan ini ketika saya menulis buku Rich Mom Poor Mom. Bahkan sepanjang proses penulisan saya merasa bahwa saat itu saya sedang menciptakan sebuah cermin untuk diri saya sendiri. Saya merasakan seolah-olah cermin yang saya buat ini terus menerus mengajak saya untuk berinstrospeksi diri, sudahkah saya memenuhi kriteria sebagai seorang "Rich Mom" ideal seperti yang saya tulis? Dan sisi-sisi manakah yang semestinya saya perbaiki untuk mencapai tujuan tersebut?

Cermin, satu barang penting yang terkadang disepelekan keberadaaannya tapi kita tak bisa lepas darinya, terutama bagi kaum hawa. Coba tanya pada mereka, berapa kali sehari mereka bercermin? Saya rasa minimal sehari sekali pasti bercermin. Entah saat menyisir rambut, memoleskan make up ke wajah atau saat memasang jilbab. Cermin dibutuhkan untuk melihat pantulan keadaan kita saat itu.

Kita bisa tersenyum saat bercermin, manakala kita menyadari bahwa ternyata wajah kita tidak jelek-jelek amat. Saat itu semestinya kita bersyukur kepadaNya bahwa Dia telah menciptkan wajah begini rupa yang menjadi milik kita. Namun kita juga bisa merasa sedih ketika kita menemukan jerawat, keriput-keriput kecil atau noda di wajah kita. Saat itu mungkin kita sedang menyadari bahwa ternyata ada yang tidak sempurna dalam diri kita sehingga kita merasa malu bila kita terus saja merasa paling ganteng atau paling cantik.

Dengan bantuan cermin itu kita bisa melihat pantulan keadaan diri kita, baik sisi baik maupun sisi buruknya. Sisi baik untuk kita syukuri, sisi buruk menjadi pemicu bagi kita untuk berbenah diri. Ya, berbenah diri. Bukankah kalau kita melihat ada jerawat atau noda di pipi kita lalu berusaha mengobatinya atau setidaknya memulas wajah kita untuk menyamarkan noda tersebut?

Saya mengira (maaf ya kalau salah) bahwa si Mbak wartawati yang belum siap menulis buku di atas adalah seseorang yang belum siap bercermin. Ada beberapa sebab kenapa orang enggan bercermin,yaitu :

1. Terlalu percaya diri, terkadang orang malas bercermin karena yakin bahwa dirinya sudah sempurna dan tak ada lagi yang perlu diperbaiki. Orang yang seperti ini menjadi malas untuk berbenah diri. Padahal kita ini senantiasa berubah, yang dulunya berwajah mulus bisa jadi kini berjerawat.

2. Malas bersyukur, terkadang orang lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah Dia berikan untuk kita. Kita menganggap segala sesuatu yang kita dapat adalah suatu kewajaran yang biasa-biasa saja. Padahal dengan sering-sering bercermin bisa membuat kita makin sering bersyukur atas karuniaNya.

3. Takut menghadapi ketidaksempurnaan diri. Tak semua orang mampu menerima keadaan dirinya yang kurang sempurna. Padahal sesungguhnya kita menyadari bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milikNya semata. Dengan bercermin kita bisa mengetahui letak ketidaksempurnaan kita, dan kita jadi tahu sisi mana dari diri kita yang mustinya segera kita perbaiki.

4. Belum siap untuk berbenah diri. Belum siap untuk bercermin bisa berarti bahwa kita belum siap menerima kenyataan yang tidak diinginkan, dan mungkin kita belum siap atau bahkan malas untuk berbenah diri.

Point-point di atas berhubungan satu sama lain. Saya tidak hendak menilai siapa pun dalam hal ini, kalau Si Mbak wartawati di atas belum mau menulis buku karena belum siap berbenah diri, tentu itu hak dia. Saya tak mau menghakiminya namun juga tak lantas latah menirunya. Menurut saya keberanian menulis sebuah buku membutuhkan kesiapan mental untuk senantiasa bercermin pada apa yang telah kita tulis , lalu berani pula untuk berbenah diri bila ternyata dari proses bercermin itu kita menemukan banyak kekurangan yang ada di dalam diri kita. Wallahu'alam.

Harapan dan doa saya sih semoga saya senantiasa diingatkan untuk selalu berani bercermin pada cermin yang telah saya buat sendiri termasuk pada tulisan ini, cermin yang mengingakan pada saya agar berani bercermin. Semoga.

--------------------
COMING SOON BUKU RICH MOM POOR MOM : Menjadi Ibu Kaya Materi dan Kaya Hati By Syasya Azisya
Rilis on January 2010 by Penerbit Etera.
1b.

Re: [catcil] Mencipta Cermin Untuk Diri Sendiri

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Wed Dec 23, 2009 8:03 am (PST)



Inspiratif sekaligus menohok. Saya jadi bercermin nih. Jangan-jangan
beberapa buku saya -- yang karenanya sampai sekarang belum punya buku solo
-- yang mandeg di penerbit atau, jika diterima (ada saja masalahnya hingga
batal terbit) adalah teguran dari Allah atau penundaan dari-Nya agar
terpenuhi kualifikasi tanggung jawab moral tsb. Hmm..

Oh ya, tahniah tersanjung untuk Mbak Sya2 atas bukunya (buku solo
perdanakah?). Congratz! Tapi kok nama penanya Syasya Azisya, bukan Sya2
Prasetyo atau Sya2 Syarifah?;D.

Semoga bukunya laris (syukur-syukur seperti Rich Dad Poor Dad-nya
Kiyosaki);D dan berkah (baca: menginspirasi dan menjadi catatan amal
pribadi).

Tabik,

*Nursalam AR*

2009/12/23 Syafaatus Syarifah <syarifah@gratika.co.id>

>
>
> Dalam sebuah pelatihan menulis yang diselenggarakan di PD HB Yasin, Cikini
> awal Mei 2009 lalu, saya teringat ada salah seorang peserta wanita yang
> datang karena ingin bertemu dengan Gola Gong, pemateri yang kebetulan adalah
> penulis idolanya. Si Mbak itu mengaku bahwa dia adalah seorang wartawati
> dari sebuah majalah, dia datang ke sana untuk mengantarkan keponakannya
> sekaligus ingin melihat sosok nyata seorang Gola Gong.
>
> "Mbak, sudah menulis buku?" Tanya Gola Gong kepadanya.
>
> "Saya sudah menulis banyak artikel, tapi saya belum menulis buku, karena
> menurut saya menulis buku itu bukan hal yang sepele, ada tanggung jawab
> moral yang harus dipikul oleh si penulis tentang apa-apa yang telah
> dituliskannya dan saya belum siap untuk itu…"
>
> Jawaban itu terus melekat dalam ingatan saya sampai sekarang. Menulis itu
> (baik artikel atau buku) bukan hal yang sepele, karena ada tanggung jawab
> moral penulisnya. Ya, saya rasa pendapat ini ada benarnya karena tentu saja
> kita tidak mau menulis satu hal yang kita sendiri tidak meyakini atau tak
> menjalankannya bukan?
>
> Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
> perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
> yang tiada kamu kerjakan " (QS Ash-Shaff[61]: 2-3)
>
> Dibutuhkan komitmen seorang penulis agar mau melakukan apa yang telah
> ditulis. Saya sangat merasakan ini ketika saya menulis buku Rich Mom Poor
> Mom. Bahkan sepanjang proses penulisan saya merasa bahwa saat itu saya
> sedang menciptakan sebuah cermin untuk diri saya sendiri. Saya merasakan
> seolah-olah cermin yang saya buat ini terus menerus mengajak saya untuk
> berinstrospeksi diri, sudahkah saya memenuhi kriteria sebagai seorang "Rich
> Mom" ideal seperti yang saya tulis? Dan sisi-sisi manakah yang semestinya
> saya perbaiki untuk mencapai tujuan tersebut?
>
> Cermin, satu barang penting yang terkadang disepelekan keberadaaannya tapi
> kita tak bisa lepas darinya, terutama bagi kaum hawa. Coba tanya pada
> mereka, berapa kali sehari mereka bercermin? Saya rasa minimal sehari sekali
> pasti bercermin. Entah saat menyisir rambut, memoleskan make up ke wajah
> atau saat memasang jilbab. Cermin dibutuhkan untuk melihat pantulan keadaan
> kita saat itu.
>
> Kita bisa tersenyum saat bercermin, manakala kita menyadari bahwa ternyata
> wajah kita tidak jelek-jelek amat. Saat itu semestinya kita bersyukur
> kepadaNya bahwa Dia telah menciptkan wajah begini rupa yang menjadi milik
> kita. Namun kita juga bisa merasa sedih ketika kita menemukan jerawat,
> keriput-keriput kecil atau noda di wajah kita. Saat itu mungkin kita sedang
> menyadari bahwa ternyata ada yang tidak sempurna dalam diri kita sehingga
> kita merasa malu bila kita terus saja merasa paling ganteng atau paling
> cantik.
>
> Dengan bantuan cermin itu kita bisa melihat pantulan keadaan diri kita,
> baik sisi baik maupun sisi buruknya. Sisi baik untuk kita syukuri, sisi
> buruk menjadi pemicu bagi kita untuk berbenah diri. Ya, berbenah diri.
> Bukankah kalau kita melihat ada jerawat atau noda di pipi kita lalu berusaha
> mengobatinya atau setidaknya memulas wajah kita untuk menyamarkan noda
> tersebut?
>
> Saya mengira (maaf ya kalau salah) bahwa si Mbak wartawati yang belum siap
> menulis buku di atas adalah seseorang yang belum siap bercermin. Ada
> beberapa sebab kenapa orang enggan bercermin,yaitu :
>
> 1. Terlalu percaya diri, terkadang orang malas bercermin karena yakin bahwa
> dirinya sudah sempurna dan tak ada lagi yang perlu diperbaiki. Orang yang
> seperti ini menjadi malas untuk berbenah diri. Padahal kita ini senantiasa
> berubah, yang dulunya berwajah mulus bisa jadi kini berjerawat.
>
> 2. Malas bersyukur, terkadang orang lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah
> Dia berikan untuk kita. Kita menganggap segala sesuatu yang kita dapat
> adalah suatu kewajaran yang biasa-biasa saja. Padahal dengan sering-sering
> bercermin bisa membuat kita makin sering bersyukur atas karuniaNya.
>
> 3. Takut menghadapi ketidaksempurnaan diri. Tak semua orang mampu menerima
> keadaan dirinya yang kurang sempurna. Padahal sesungguhnya kita menyadari
> bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah
> milikNya semata. Dengan bercermin kita bisa mengetahui letak
> ketidaksempurnaan kita, dan kita jadi tahu sisi mana dari diri kita yang
> mustinya segera kita perbaiki.
>
> 4. Belum siap untuk berbenah diri. Belum siap untuk bercermin bisa berarti
> bahwa kita belum siap menerima kenyataan yang tidak diinginkan, dan mungkin
> kita belum siap atau bahkan malas untuk berbenah diri.
>
> Point-point di atas berhubungan satu sama lain. Saya tidak hendak menilai
> siapa pun dalam hal ini, kalau Si Mbak wartawati di atas belum mau menulis
> buku karena belum siap berbenah diri, tentu itu hak dia. Saya tak mau
> menghakiminya namun juga tak lantas latah menirunya. Menurut saya keberanian
> menulis sebuah buku membutuhkan kesiapan mental untuk senantiasa bercermin
> pada apa yang telah kita tulis , lalu berani pula untuk berbenah diri bila
> ternyata dari proses bercermin itu kita menemukan banyak kekurangan yang ada
> di dalam diri kita. Wallahu'alam.
>
> Harapan dan doa saya sih semoga saya senantiasa diingatkan untuk selalu
> berani bercermin pada cermin yang telah saya buat sendiri termasuk pada
> tulisan ini, cermin yang mengingakan pada saya agar berani bercermin.
> Semoga.
>
> --------------------
> *COMING SOON BUKU RICH MOM POOR MOM : Menjadi Ibu Kaya Materi dan Kaya
> Hati By Syasya Azisya*
> *Rilis on January 2010 by Penerbit Etera.*
>
>
>

--
"There is no life without risks"
Nursalam AR
Translator - Writer - Trainer
0813-10040723
021-92727391
Facebook: www.facebook.com/nursalam.ar
Blog: www.nursalam.multiply.com
2.

(Ruang Baca) Negeri 5 Menara

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 4:50 pm (PST)



Setelah pingsan membaca beberapa minggu, 2 hari ini aku menamatkan 3 buku yang bolehlah mendapat nilai **** di account Goodreads n Reviews MPku. 3 buku itu Negeri 5 Menara, Mimi Lan Mintuna, dan Canting. Tapi baru sempat bikin 'resensi' untuk 2 buku saja. So, inilah pendapatku mengenai buku itu. Silakan menyimak! Tidak sependapat, monggo. :)

 

Judul            : Negeri 5
Menara

Penulis         : A. Fuadi

Penerbit       : GPU

Cetakan II     : Oktober 2009

Tebal           :
420 hal

Harga           :
Rp. 50.000,-

 

Negeri
5 Menara berkisah tentang perjuangan 6 orang sahabat yang menjuluki diri mereka
shahibul menara yang berasal dari suku dan latar yang berbeda. Ada Dulmajid
dari Sumenep Madura dengan segala kelugasannya, ada Said keturunan Arab yang
selalu melihat segala peristiwa dari sisi positifnya, ada Baso berwajah pelaut
Bugis yang terobsesi menjadi hafidz, ada Atang urang Bandung, Raja yang encer otaknya,
dan tentu saja tokoh utama, Alif Fikri yang memutuskan masuk di Pesantren
Madani pada detik-detik terakhir dari mutungnya tak boleh meneruskan ke SMA
oleh ibunya.

 

Cerita
dibuka saat Alif menerima email dari sahabat lamanya. Saat itu dia tengah
berada di Washington DC dalam kekudusan musim dingin dengan
salju halus yang mengetuk-ngetuk jendela kaca apartemennya. Dalam pesan itu
mereka berjanji bertemu di London. Cerita lalu mengalir flashback ke masa kecil Alif ketika baru
lulus madrasah tsanawiyah dan berniat besar meneruskan ke SMA demi mengejar
cita-cita kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Sayang, ibunya menentang
keras keinginannya itu. Dalam waktu 4 hari yang tersisa dari masa pendaftaran
ke Pesantren Madani, dia memutuskan untuk mencoba di sana setelah mendapat
‘komporan’ dari seorang pamannya.

 

Maka
mulailah cerita mengalir. Serpihan-serpihan kejadian shahibul menara
diceritakannya dengan gaya lugas, diselingi permainan kata yang lumayan cantik. Buku
ini banyak disebut-sebut sebagai Laskar Pelangi jilid 2 atau versi pesantren
karena kemiripan tema besar yagn diusungnya yaitu persahabatan dan pendidikan.
Slogan yang terus didengungkan dan menjadi semacam mantra sakti di buku ini
adalah man jadda wajada. Siapa yagn
bersungguh-sungguh dia pasti akan mendapatkannya.

 

Satu
hal yang jelas menarik untuk disimak dari buku ini adalah kehidupan di balik
dinding pesantren terutama pondok pesantren modern Gontor, Ponorogo yang
menjadi inspirasi si penulis. Detail yang terjadi di balik pesantren tak semua
orang mengetahuinya. Mungkin inilah yang membuat pembaca betah menamatkan
mengunyah kisah nyata berbalut fiksi setebal 420 halaman ini. Meski begitu,
karena merupakan penggalan-penggalan kisah saja, buku ini bisa juga
digeletakkan begitu saja. Pembaca tak akan rugi meninggalkannya di tengah buku
karena dia tak membawa ‘misi’ yang harus diselesaikan, yang diruntut dari awal
hingga akhir cerita.

 

Tentang
judul, entah mengapa penulis mengambil Negeri 5 Menara sebagai judulnya
mengingat hampir 90% isi cerita adalah tentang petualangan shahibul menara di
pondok pesantren. Yang jelas, dalam kavernya digambarkan salah satu menara yang
dimaksudkan adalah Monas di Jakarta yang hanya disinggung sekilas dari
perjalanan Alif ke Ponorogo. Kalaulah itu karena dia mengambil tema besar dari
keseluruhan isi trilogy (ini adalah buku pertama) yang nantinya bercerita
tentang pengalaman di negeri yang bermenara lainnya, rasanya juga kurang pas.
Tapi apapun itu, secara keseluruhan buku ini bisa dijadikan rujukan bagi mereka
yang ingin mengintip dunia pesantren terutama putra dengan segala perjuangan
dan kekonyolannya.

 

Tanah Baru, 24 Desember 2009 03.32

 

 

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan IRT
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

3.

(Ruang baca) Mimi Lan Mintuna

Posted by: "Indarwati Indarpati" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 4:57 pm (PST)





 

Judul            : Mimi Lan
Mintuna

Penulis         : Remy Sylado

Penerbit       : KPG

Cetakan I      : Maret 2007

Tebal           :
292 hal

Harga           :
Rp. 45.000,-

 

Begitu membuka 2 halaman depannya, pembaca
langsung disodori lakon KDRT oleh Petruk sang suami kepada Indayati sang istri
yang merupakan tokoh sentral di cerita tentang trafficking perempuan di buku
ini. Petruk yang aslinya bernama Petrus ini tipe laki-laki yang sebenarnya baik
tapi salah jalan lantaran harga dirinya jatuh setelah kena PHK oleh tempat bekerjanya.
Indayati, sang istri, alih-alih sabar menemani justru memutuskan lari setelah
tak melihat tanda-tanda keinsyafan sang suami.

 

Dalam pelariannya ikut pamannya ke Menado itu
justru secara tak sengaja dia terjerat dalam mafia perdagangan manusia untuk
diimport sebagai dagangan esek-esek di Bangkok. Maka
dimulailah petualangan Indayati yang menjadi dagangan paling laris bosnya, Sean
PV beserta antek-anteknya Bunda si bencong dan Kiky.

 

Sementara itu, di tanah air, oleh sebuah kejadian
Petrus akhirnya menjadi sadar dan berniat mencari istrinya, apapun jalannya. Ada juga tokoh
Siti, seorang polwan, polisi bersih yang akhirnya berhasil menyingkap bisnis
haram Sean di Bangkok.

 

Membaca buku ini, saya teringat buku Natasha, Menyibak Perdagangan Seks Dunia
yang ditulis oleh Victor Malarek seorang jurnalis. Modusnya nyaris sama, mereka
berkedok mencari tenaga kerja untuk dipekerjakan di luar negri dengan
iming-iming gaji dan kepopuleran yang menggiurkan. Nyatanya mereka justru
disekap dan diperlakukan layaknya sapi perahan.

 

Bahasa Remy yang lugas sekaligus genit, detail
cerita terutama settingnya, serta plot maju yang pas kecepatannya sungguh
membuat buku ini sayang untuk dilepaskan dari pandangan mata sebelum
menamatkannya. Sentilan-sentilan nakal soal politik, korupnya kepolisian di
Negara manapun, serta ‘laparnya’ seorang ibu untuk memiliki anak terkenal di
bidang hiburan sungguh menohok dalam. Pun renungan tentang hubungan laki-laki
perempuan, persuamiistrian yang mestinya sejajar, saling setia dan menguatkan
sebagaimana mimi lan mintuna.

 

Mimi sendiri merupakan unam, sejenis siput laut
sedangkan mintuna adalah belangkas, sejenis ketam berekor. Mereka meski berbeda
jenis adalah pasangan yang tak terpisahkan. Jika salah satu hilang atau tertangkap
nelayan, pasangannya akan mencari atau memilih mati di pasir pantai (hal 282).

 

Kaver bergambar topeng perempuan yang ditempeli
barcode dengan warna dasar hitam sungguh pas dengan isi cerita. Dan jelas, tema
besar yang dibawanya perlu kita renungkan karena kadang kesadaran akan masih
adanya perdagangan manusia sepertinya rendah di masyarakat kita padahal itu
benar-benar ada dan mengguritaâ€"menurut hasil investigasi Malarek di buku
Natasha itu. Kelengahan inilah yang membuat beberapa perempuan di Negara kita
menjadi korban yang sayangnya tak banyak diekspos oleh media.

 

Salah satu lagi kekuatan sekaligus bisa jadi
kekurangan dari buku ini adalah banyaknya istilah Jawa bertebaran. Bagi yang
tahu bahasa Jawa, ini merupakan sebuah berkah karena ada hal-hal atau istilah
yang tak tergantikan ‘sense’nya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sementara
bagi yang tidak tahu bahasa Jawa tentu repot sekali jika harus sering-sering
melihat catatan kaki atau daftar kata di halaman belakang yang bahkan di
halaman asalnya tak ditunjukkan merujuk ke sana. Misal
‘alon-kelakon’ di halaman 14 tidak diberi italic dan rujukan ke halaman daftar
kata di belakangnya. Begitupun kata lainnya. Apapun itu, buku ini sangat layak
baca bagi yang ingin mengetahui tentang trafficking dan mencari nilai sejati
dari hubungan suami-istri.

 

Tanah
Baru, 24 Desember 2009 04.10

Indarwati
penulis novel Lintang Gumebyar dan IRT
curhatan http://lembarkertas.multiply.com
kreasi tangan http://www.kedaicraft.com
FB: indar7510@yahoo.com

4a.

Re: Hayo daftar Milad SK ke IV di Jatim pada Bunda Icha.

Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 5:21 pm (PST)




Aku ngrayu suami dulu ya Bun. Secara Mei aku udah hamil tua. Pengin banget sih. Pulkam juga gitu loh. Tapi kalau jadi pas cuma hari libur 3 hari kasihan Yasmin n Ais juga. Kayaknya bakal alot nih perijinannya. hehe...

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Elisa Koraag <elisa201165@...> wrote:
>
> Dear Guys,
> Jatim sudah melempar bola.
> Tugas Pak Ketua mengkoordinir keberangkatan dari luar Jatim.
>  
> Berapapun biaya jika dicicil akan meringankan.
> Silahkan yang ingin ikut daftar ke saya, Di buka mulai akhir Des 2009.
> Silahkan mencicil Hingga Mei 2010 ke rekening saya:
> Elisa Koraag
> BCA 3451917585
> Tolong yang sudah transfer sms ke 081210641674.
> Supaya saya bisa membuat pembukuan dan update status dan jumlah peserta.
>
> Salam Bunda Icha.
>

5a.

Thanks to all! d/h Re: [sekolah-kehidupan] Mohon doa untuk kesembuha

Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 5:23 pm (PST)



Sama-sama Mas... Wah, diabsen satu-satu nih. Maaf ya, nggak sempat nyambangi. padahal dekat. Hiks! :(

salam,
Indar yang mau punya bayi lagi. :)

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR <nursalam.ar@...> wrote:
>
> Duh, baru sempat balas begitu banyak doa makbul ini:(.
>
> Alhamdulillah, Alham "hanya" 3 hari dirawat di RSUD Pasar Rebo -- jauh lebih
> cepat dari dugaan kami sebelumnya dan dengan diagnosis aktual yang lebih
> ringan (dari beberapa macam gangguan kesehatan hasil diagnosis di IGD) --
> yakni Rabu hingga Jumat, 9-11 Desember kemarin. Dan sepekan belakangan,
> penyakit radang dan gangguan pencernaan, mulai membaik. Alham sudah lahap
> makan dan ceria kembali.
>
> Ini tentunya berkat doa sahabat semua : Mbak Siwi, Mbak Indar, Kang Dani,
> Bunda Ammy, Veby, Febty, Ain Nisa, Mas Suhadi, Retno dan keluarga, Mbak
> Indah IP, Rahma Dewi, Mbak Sya2, Asma Sembiring, Uda Maryulisman, Mimin, Pak
> Yudhi Mulianto, Fiyan Arjun, Mbak Hartati Nurwidjaya, Dedew dan banyak lagi
> yang lain yang saya yakin menghaturkan doa yang sama.
>
> Untuk semua yang telah menghaturkan doa kesembuhan untuk anak saya, Alham,
> saya ucapkan banyak terima kasih dan semoga doa yang sama terhatur untuk
> diri dan keluarga sobat semua. Amin!
>
> Tabik,
>
> Salam, Yuni & Alham
>
>
>
>
> 2009/12/9 Siwi LH <siuhik@...>
>
> >
> > Ah, pagi ini kenapa berubah mendung, mendengar berita ini, Semoga Alham

6a.

Re: [catatan kaki] Menyapa Sahabat SK

Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 5:29 pm (PST)



Eyang Teha masih beredar kok Jeng. Hanya beliau memilih berkamuflase saja. hehe...Ya kan Yang? Yap, we miss u so much 2! Asyik bikin buku bermutu ya? Mau nyaingi RT? Hehe..
Btw, maaf soal buku pesanan itu ya? Emang gak niat jualan nih. Hihi... kapan2 aja aku antar, insyaAllah... makasih atas tahniahnya. Kapan Jasmine dibikinin adik? Atau jangan2 penganut KB sejati, catur warga nih? 2 anak cukup, laki-laki perempuan sudahada semua. :)

salam,
indar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Syafaatus Syarifah" <syarifah@...> wrote:
>
> Assalamualaikum.. pa kabar semua
> wah jarang nongol nih diriku..kangen euy.. mau nyapa2 aja deh
>
> P Sinang : Happy birtday.. telat banget gpp yah Pak ..semoga dikarunia usia yang berkah ya..
> Dani Ardiansyah n Endah : Selamat ya atas kelahiran Irhamna..namanya bagus banget deh
> Bunda Icha : Turut berduka, semoga Bang Eky mendapat tempat terbaik di sisiNya
> Mbak Indar : Selamat atas kehamilannya ya mbak,, buku yang Rich Mom itu bukan tentang ASI..yg ASI itu entah kapan terbit..hiks
> Mas Nursalam : Alhamdulilah kalo Alham udah sembuh ya.. semoga sehat2 selalu ya..
> Sinta, Mbak Rini : resensi-resensinya makin tokcer aja nih
>
> Mbak Siwi, Nopi, Nia, Fety, Lia, Fiyan, Retno : Salam kangen buat kalian semuaa.. muuuah
>
> Eyang Teha, Mas Adjie pada kemana ya?
>

7a.

Re: <Surat pembaca> Pengalaman Kurang Menyenangkan Naik Singa Udara

Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com   patisayang

Wed Dec 23, 2009 5:35 pm (PST)



Turut prihatin Mas, atas perlakuan diskriminatif mereka. Semoga hati dan akal mereka bisa difungsikan sebagaimana seharusnya sehingga kasus ini tak terulang lagi. Kalau ternyata masih saja begitu ya, pake falsafah Jawa saja, sing waras ngalah. hehe...

salam,
Indar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ramaditya Skywalker <ramavgm@...> wrote:
>
> Pembaca, sebelum saya menceritakan pengalaman saya, mohon diketahui
> bahwa saya seorang tunanetra. Jadi, pengalaman yang saya tuturkan
> lewat surat pembaca ini sangat berhubungan dengan kondisi saya
> tersebut. Pengalaman ini pun terpaksa saya sampaikan karena sudah
> terulang beberapa kali dan sudah melewati batas toleransi yang saya
> miliki. Saya berharap pihak-pihak yang bersangkutan mampu menarik
> pelajaran dan memperbaiki kekurangan yang akan saya singgung dalam
> surat ini. <Eko Ramaditya Adikara>
>
> Saya ingin menuturkan pengalaman saya -- yang kurang menyenangkan --

8.

Selamat Natal 25 Des 2009

Posted by: "Elisa Koraag" elisa201165@yahoo.com   elisa201165

Wed Dec 23, 2009 8:25 pm (PST)




 Hai gusys
 
Saya dan keluarga mengucapkan:
Selamat Natal 25 des 2009.
Semoga kedamian menaungi hati masing-masing
dan memancar dalam pikiraan, perkataan dan perbuatan
sehingga namaNya di permuliakan.
 
Keluarga Monoarfa-Koraag
Icha, Frisch, Bas dan Van
 

Recent Activity
Visit Your Group
Share Photos

Put your favorite

photos and

more online.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Group Charity

City Year

Young people who

change the world

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: