Senin, 21 Desember 2009

[daarut-tauhiid] SAATNYA MENINGGALKAN REZIM DAN SISTEM JAHILIAH

HIJRAH: SAATNYA MENINGGALKAN REZIM DAN SISTEM JAHILIAH
Waktu terus bergulir. Umat Islam tidak terasa memasuki tahun baru Hijriah
1431 H, meninggalkan tahun 1430 H. Hampir di setiap penjuru negeri-negeri
Muslim, momentum pergantian tahun ini diisi dengan peringatan dan serimoni
tahunan. Pergantian tahun hijriah kali ini hendaknya menjadi titik penting
untuk melakukan muhâsabah (evaluasi diri) atas capaian-capaian umat Islam
pada tahun-tahun yang lalu. Umat juga perlu merenungkan sejauh mana mereka
menyusuri lorong waktu dan setiap kesempatan yang dikeruniakan Allah SWT
dengan membuktikan rasa syukur dalam bentuk pengabdian (ibadah) kepada
Allah SWT semata. Syukur dan pengabdian itu dibuktikan dengan cara
menyelaraskan seluruh amal perbuatan dengan tuntunan yang datang dalam
al-Quran dan uswah (teladan) hidup yang diberikan Baginda Rasulullah saw.

Pemaknaan hijrah yang utuh akan menjadikan umat Islam menyadari betapa
saat ini kehidupannya masih jauh dari nilai-nilai hijrah seperti yang
telah dicontohkan Baginda Nabi saw. dalam wujud kehidupan nyata di Madinah
al-Munawarah (Yastrib).
Makna Hijrah

Ibn Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Bârî menjelaskan, asal dari hijrah
adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan
mendapatkan kebaikan. Hijrah dalam as-Sunnah secara mutlak dimaknai:
meninggalkan negeri syirik (kufur) menuju Dâr al-Islâm karena ingin
mempelajari dan mengamalkan Islam. Jadi, hijrah yang sempurna (hakiki)
adalah meninggalkan apa saja yang dilarang oleh Allah SWT, termasuk
meninggalkan negeri syirik (kufur) menuju Dâr al-Islâm.

Para fukaha mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju
Darul Islam. (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islâmiyyah, II/276). Darul
Islam adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariah Islam secara
total dalam segala aspek kehidupan dan keamanannya secara penuh berada di
tangan kaum Muslim. Sebaliknya, darul kufur adalah wilayah (negara) yang
tidak menerapkan syariah Islam dan keamanannya tidak di tangan kaum
Muslim, sekalipun mayoritas penduduknya beragama Islam.

Definisi hijrah semacam ini diambil dari fakta hijrah Nabi saw. sendiri
dari Makkah (yang saat itu merupakan darul kufur) ke Madinah (yang
kemudian menjadi Darul Islam). Artinya, Rasulullah berpindah dari satu
negeri yang menerapkan sistem Jahiliah ke negeri yang kemudian menerapkan
sistem Islam.
Pertama kali Rasulullah saw. menginjakkan kaki di Bumi Yastrib (Madinah
al-Munawarah), hari Jumat pagi, 16 Rabiul Awal tahun ke-13 dari kenabian,
bertepatan dengan 2 Juli tahun 622 Miladiah, setelah bersama sejumlah
Sahabat menempuh perjalanan sangat bersejarah nan melelahkan; penuh derita
dan ancaman kematian.

Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin al-Khaththab mengukirnya
menjadi titik tolak kalender (penanggalan) untuk umat Islam, yang dimulai
pada awal bulan Muharam karena begitu pentingnya peristiwa hijrah ini.
Rasulullah saw. Membangun Umat Terbaik

Pada awal kedatangan Rasulullah saw. di Tanah Yastrib (Madinah), beliau
membangun Masjid Quba, kemudian Masjid Nabawi, dilanjutkan dengan
mempersaudarakan kaum Muslim dari kalangan Muhajirin dan kaum Anshar atas
dasar ikatan akidah tauhid "Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh". Saat
itu Rasulullah saw. secara de facto menjadi kepala negara di Tanah Yastrib
(Madinah al-Munawwarah). Beliau membangun masyarakat istimewa yang berdiri
di atas ideologi wahyu (Islam). Beliau melahirkan peradaban mulia.
Ideologi Islam mewarnai setiap aspek kehidupan masyarakat Islam. Baik di
ranah keyakinan, ibadah ritual maupun ruang publik (kehidupan politik),
Islam sejak saat itu menjadi nilai sekaligus sistem yang melekat sepanjang
perjalanan hidup kaum Muslim. Dari Darul Muhajirin (Darul Islam) ini,
Islam diemban ke seluruh pelosok negeri untuk menebar kabar gembira dan
mengajak setiap insan menghamba hanya kepada Allah SWT. Mereka diajak
untuk mengikuti tuntunan Islam yang sesuai dengan fitrah manusia,
memuaskan akal dan menenteramkan kalbu.

Rasulullah saw. selama sepuluh tahun di Madinah telah meletakkan pondasi
bangunan masyarakat islami dalam wujud yang teraba dan terasa. Masyarakat
islami ini menjadi kenyataan sejarah yang tidak bisa dipungkiri oleh
siapapun. Hijrah Rasulullah saw. ke Madinah juga dirasakan hakikat dan
tujuannya oleh orang-orang Quraiys yang berada di Makah al-Mukaramah pasca
Futuhat terjadi. Sebagian besar mreka menekuk wajah karena malu saat
mengingat masa lalu perlawanan mereka terhadap Rasulullah saw. Padahal
akhirnya mereka merasakan bahwa kehidupan mereka sebelumnya adalah
Jahiliah dalam ruang kegelapan nilai serta sistem hidup yang fasad
(rusak), menuhankan akal dan menyembah sesama hamba; juga dalam sistem
sosial yang hewani dan sederet kerusakan lain yang menjadi inti dari
seluruh aspek kehidupan mereka. Hijrah pada akhirnya memisahkan antara haq
dan batil serta antara hidup dalam kegelapan dan hidup dalam naungan
cahaya terang-benderang. Sebagian besar manusia yang telah tersentuh
dengan cahaya Islam enggan kembali pada sistem Jahiliahnya karena telah
memahami perbedaannya secara hakiki.

Bagaimana Umat Islam Saat ini?
Prihatin. Di tingkat global negeri-negeri Islam menjadi obyek penjajahan
gaya baru dari bangsa Barat. Irak dan Afganistan porak-poranda oleh AS dan
sekutunya. Palestina tetap dalam cengkeraman Zionis Israel. Konflik
terjadi di berbagai negeri Islam karena intrik dan kepentingan negara
asing terhadap potensi-potensi strategisnya. Di negeri-negeri Barat
diskriminasi atas umat Islam yang minoritas juga menjadi pemandangan saban
hari. Sebaliknya, di negeri-negeri Islam sendiri kaum Muslim berada dalam
tawanan penguasanya sekalipun mereka mayoritas. Negeri-negeri Islam masih
terpecah-belah dan dipasung dalam 'ashabiyah modern yang disebut
nasionalisme.

Di dalam negeri, sepanjang tahun 1430 H (2009 M) nasib umat Islam belum
berubah, sekalipun sudah berganti DPR, dan lahir kabinet pemerintahan
baru. Inilah fakta sepanjang tahun 2009 (1430H) yang berlalu. Negeri yang
oleh para pujangga dulu disebut zamrud khatulistiwa ini juga tetap
diwarnai oleh banyak sekali bencana berupa gempa bumi, banjir dan tanah
longsor. Bencana tersebut menyisakan sebuah ironi. Selain karena faktor
manusia, bencana terjadi karena qudrah (kekuatan) dan irâdah (kehendak)
Allah SWT. Karenanya, kita sering diajak berdoa agar terhindar dari segala
bencana. Namun anehnya, mengapa pada saat yang sama kita tidak juga mau
tunduk dan taat kepada Allah dalam kehidupan kita? Buktinya, hingga kini
masih sangat banyak larangan Allah (riba, pornografi, kezaliman,
ketidakadilan, korupsi dan sebagainya) yang dilanggar; masih sangat banyak
pula kewajiban Allah (penerapan syariah, zakat, 'uqûbat, shalat, haji, dan
sebagainya) yang tidak dilaksanakan. Haruskah ada bencana yang lebih besar
lagi untuk menyadarkan kita agar segera tunduk dan taat kepada Allah?
Tentu tidak.

Jika demikian, ada beberapa catatan penting sebagai bahan muhâsabah
(renungan) kita semua terkait dengan berbagai situasi dan kondisi yang
meliputi kehidupan umat Islam saat ini di berbagai belahan dunia dan di
negeri Indonesia khususnya.
Pertama: Menilik berbagai persoalan yang timbul di sepanjang tahun 2009
(1430 H), dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor utama di belakangnya,
yakni faktor sistem dan manusianya. Kemiskinan, kriminalitas dan masalah
sosial lain, intervensi asing, ketidakadilan, Islamophobia (ketakutan
terhadap Islam) dan berbagai bentuk kezaliman yang ada sepenuhnya terjadi
akibat pemimpin yang tidak amanah dan sistem yang buruk, yakni sistem
Kapitalisme-sekular. Karena itu, jika kita ingin sungguh-sungguh lepas
dari berbagai persoalan di atas, maka kita harus memilih sistem yang baik
dan pemimpin yang amanah. Sistem yang baik hanya mungkin datang dari Zat
Yang Mahabaik. Itulah syariah Islam. Adapun pemimpin yang amanah adalah
yang mau tunduk pada sistem yang baik itu.

Kedua: Di sinilah sesungguhnya inti dari seruan "Selamatkan Indonesia
dengan Syariah". Sebab, hanya dengan sistem berdasarkan syariah, dan
dipimpin oleh orang amanah saja Indonesia benar-benar bisa menjadi lebih
baik. Dengan sistem ini pula terdapat nilai keimanan dan takwa dalam
setiap aktivitas sehari-hari yang akan membentengi tiap orang agar bekerja
ikhlas dan penuh amanah. Dengan syariah problem kemiskinan, intervensi
asing, ketidakadilan, kezaliman dan berbagai persoalan masyarakat bisa
diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga kerahmatan Islam bagi seluruh alam
bisa diwujudkan secara nyata.

Ketiga: Karena itu, diserukan kepada seluruh umat Islam, khususnya mereka
yang memiliki kekuatan dan pengaruh seperti pejabat pemerintah, para
perwira militer dan kepolisian, pimpinan orpol dan ormas, anggota
parlemen, para jurnalis dan tokoh umat untuk berusaha dengan
sungguh-sungguh memperjuangkan tegaknya syariah di negeri ini. Hanya
dengan syariah saja kita yakin bisa menyongsong tahun mendatang dengan
lebih baik. Lain tidak.

Keempat: Untuk mewujudkan kesatuan umat di seluruh dunia dan penerapan
syariah secara kâffah mutlak diperlukan Khilafah. Dengan kesatuan itu,
umat akan menjadi kuat dan dengan kekuatan itu segala penjajahan dan
kezaliman di Dunia Islam bisa diatasi secara sepadan. Insya Allah.
Khatimah
Berdasarkan pemaparan di atas, peringatan peristiwa hijrah Nabi Muhammad
saw. sudah saatnya dijadikan sebagai momentum untuk segera meninggalkan
sistem Jahiliah, yakni sistem Kapitalisme-sekular yang diberlakukan saat
ini, menuju sistem Islam. Apalagi telah terbukti, sistem
Kapitalisme-sekular itu telah menimbulkan banyak penderitaan bagi kaum
Muslim.

Awal tahun Tahun Baru Hijrah dan hari-hari ke depan adalah hari untuk
menggelorakan kebangkitan Islam menuju perubahan hakiki dan mendasar.
Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang dapat menyelesaikan secara
tuntas seluruh persoalan kaum Muslim di seluruh dunia saat ini. Perubahan
semacam itu tidak mungkin tercapai kecuali dengan dua hal sekaligus.
Pertama: membangun kekuatan politik internasional Khilafah Islam yang
menyatukan seluruh potensi kaum Muslim, baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusianya. Kedua: menerapkan syariah Islam secara kâffah
dalam Khilafah Islam tersebut. Hanya dengan cara inilah kaum Muslim akan
mampu mengakhiri kondisi buruknya di bawah kekuasaan sistem Kapitalisme
global menuju kehidupan mulia dan bermartabat di bawah payung institusi
global Khilafah Islam.

ÃóÝóÍõßúãó ÇáúÌóÇåöáöíøóÉö íóÈúÛõæäó æóãóäú ÃóÍúÓóäõ ãöäó Çááåö ÍõßúãðÇ
áöÞóæúãò íõæÞöäõæäó
Apakah hukum Jahiliah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik
hukumnya daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah
[5]: 50).
Wallâhu a'lam bi ash-ash-shawâb. []
SUMBER : BULETIN AL ISLAM
KOMENTAR AL-ISLAM:
SBY Terancam Century Gate! (Inilah.com, 15/12/2009).
Skandal Century makin membuktikan bobroknya rezim dan sistem di negeri
ini.


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: