Biar Tahu, Biar (Tidak) RasaSalah seorang shahabiah bertanya kepada Rasul, "Apa kesalahan kami hingga banyak dari kami menjadi penghuni neraka?"
Beliau menjawab, "Mereka adalah seorang wanita yang menuduh orang lain (suami) berbuat zina dan tidak memperlakukan suaminya dengan baik. Sungguh aku tidak melihat kekurangan akal pikiran dan agama yang melebihi kaum wanita.
"Apa yang dimaksud dengan kekurangan akal pikiran dan agama?" tanya shahabiah itu sekali lagi.
"Kurangnya akal pikiran wanita. di antaranya kesaksian dua orang wanita setara dengan kesaksian satu orang laki-laki. Inilah yang dimaksud dengan kurangnya akal pikiran mereka. Sedangkan kurangnya pemahaman agama di antara mereka adalah seorang wanita ketika haid tidak mengerjakan shalat dan puasa."
Itu penggalan dialog antara Muhammad saw. dengan salah seorang sahabat dari kalangan wanita, yang dimuat dalam buku Nisaa' Ahlun Naar, karya Dr. Musthafa Murad. Setelah menulis buku Nisaa' Ahlul Jannah, Murad menyusulnya dengan buku ini. Ada kabar gembira bagi wanita, lalu disusul dengan kabar peringatan dan ancaman. Tampaknya penulis buku ini ingin menerapkan konsep dasar dakwah yang dilakukan Rasulullah saw.: ada kabar gembira dan ancaman (Al-Baqarah [2]: 119).
Tidak ada peringatan yang lebih menakutkan kecuali setelah mendengar hadits ini, demikian tulis Musthafa Murad. Oleh karenanya, wahai para wanita, jangan pernah mau bermain api. Berhati-hatilah dalam menjalani hidup karena ternyata di dalamnya banyak tipuan dan jebakan. Kehidupan dunia hanyalah sesaat, akan terputus pada saatnya tiba. Yang tersisa hanyalah bekas dari kehidupan yang kita jalani, ibarat bekas air di dalam gelas. Semua manusia akan berpindah dari kehidupan ini ke kehidupan yang kekal. Jika manusia mampu melakukan amal saleh, ia akan menuai kenikmatan di surga. Tapi bagi yang lalai dan mudah tertipu akan mendapat siksa neraka. Ini amanat yang hendak disampaikan buku ini.
Nisaa' Ahlul Jannah, buku yang ditulisnya lebih awal, menggunakan metode narasi dengan menampilkan kisah-kisah para wanita mulia. Sedangkan Nisaa' Ahlun Naar menggunakan metode deskriptif. Penulis melukiskan keadaan neraka, pintu-pintu neraka, pakaian penghuni neraka, makanan dan minuman penghuni neraka, siksaan paling ringan penghuni neraka, tujuh puluh ribu tali kekang, panasnya neraka, bahan bakar api neraka, para penghuni neraka, dan lainnya. Tiap bagian dia lukiskan berdasarkan keterangan-keterang
Kemudian pada bagian berikutnya ia membeberkan sebab-sebab yang menjerumuskan seorang wanita masuk neraka, di antaranya syirik, meninggalkan shalat, tabarruj (mempertontonkan kecantikan), namimah (adu domba), banyak bicara, dan nusyuz (durhaka kepada suami). Di bagian akhir buku ini, Murad menutupnya dengan beberapa kisah langka yang berisi mau'izhah hasanah, 'nasihat yang baik' agar terlepas dari siksa api neraka.
Diharapkan, setelah membaca buku ini kaum wanita tidak lagi merasa ditakdirkan beda. Mereka punya kesempatan yang sama dengan kaum lelaki untuk masuk surga, demikian pula dalam hal masuk neraka. Kaum wanita bahkan akhirnya mengetahui bagaimana hal ihwal neraka, apa saja yang menyebabkan ia masuk neraka, dan bagaimana cara selamat meniti jalan ke surga. Mereka mudah-mudahan bisa lebih takut kepada neraka setelah membaca gambaran yang detail, seakan neraka ada di hadapan mereka.
Coba saja kita simak, ketika penulis mendeskripsikan panas api neraka. "Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning' (al-Mursalat: 32-33). Ia berwarna kehitam-hitaman. Bunga api itu melayang ke udara, lalu turun menimpa wajah, tubuh, dan tangan mereka hingga menangis sampai habis air mata mereka. Jika air matanya telah habis, maka keluarlah darah dari kedua matanya hingga habis pula. Kemudian disusul dengan keluarnya nanah hingga habis pula. Jika sekiranya sebuah perahu diletakkan di atasnya, maka perahu itu akan dapat berlayar." (hlm. 40).
Dengan membaca buku ini kita akan semakin dekat dengan gambaran kengerian neraka. Dari situ muncul rasa takut akan siksa-Nya. Semakin takut kepada Allah berarti kita semakin mendekati-Nya. Dan, jika kita kian dekat dengan Sang Pencipta, maka cenderung untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, wahai wanita, penulis buku ini hanya ingin memberitahu, mengingatkan, sekaligus mengajak Anda untuk lebih hati-hati dalam hidup agar tidak merasakan siksa. Dia juga berusaha memotivasi semangat untuk menggapai ridha-Nya di sela-sela kesibukan Anda. Maka gapailah surga dengan kekuatanmu, sebab neraka bukanlah untukmu.
Subhan, S.S.
Pemerhati buku dan Editor in Chief di salah satu penerbitan buku
Sumber : www.embunpublishing
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar