Minggu, 06 Desember 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2904

Messages In This Digest (3 Messages)

Messages

1.

(catcil) Menanamlah Sebanyak-Banyaknya

Posted by: "agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Sat Dec 5, 2009 5:46 am (PST)



Menanamlah Sebanyak-Banyaknya

By: agussyafii

Dulu sewaktu saya masih kecil, nenek selalu menanam pepaya ditepi lahan rumah. Selain pepaya, nenek suka menanam jahe, kencur, kunyit, bawang merah, bawang putih. Pelataran rumah kami menjadi seperti apotik hidup. Nenek selalu menanam setiap hari sehingga tumbuh besar. Awalnya orang tidak pernah menghiraukan. Setiap kali orang lewat melihat tanaman yang tumbuh selalu saja ingin memetik atau mengambilnya.

Pernah ada tetangga yang meminta jahe, 'mbah nyuwun jahenya ya..' kata tetangga. 'Iya, ambil aja sendiri,'jawab Embah. Sejak itu mulai banyak tetangga yang meminta sesuai kebutuhan mereka.

Demikian juga kami sering mendapatkan manfaat dari tanaman itu, dengan sebagian tanaman nenek sering membuat jamu seperti beras kencur, kunyit asem untuk kami sekeluarga. Hari-hari demi hari yang ditanam semakin banyak sampai para tetangga sekitar rumah kami merasakan manfaat apotik hidup nenek bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Setelah kian lama berlalu, nenek telah tiada. Apa yang telah dilakukan sangat membekas dihati saya bahwa orang yang beruntung adalah penanam-penanam kebaikan. Tanaman yang berbuah kebaikan merupakan kebiasan-kebiasaan positif, perilaku yang terpuji, banyak orang yang mengambil manfaatnya dan yang paling merasakan manfaatnya adalah mereka yang menanam kebaikan itu sendiri. Karena itu selama masih ada kesempatan, menanamlah sebanyak-banyaknya, pelihara dan sirami supaya setiap orang memetik buah kebaikan yang kita tanam.

---
'Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.' [QS. az-Zilzalah: 7]

Wassalam,
agussyafii

--
Yuk, sambut tahun baru hijriyah bersama anak-anak Amalia. Dalam program kegiatan 'Amalia Cinta Muharram (ACM) pada hari Ahad, 20 Desember 2009 di Rumah Amalia. Kirimkan dukungan dan komentar anda di http://agussyafii.blogspot.com atau http://www.facebook.com/agussyafii atau sms di 087 8777 12 431

2a.

Bls: [sekolah-kehidupan] Kelana Lebaran : Kelana Lebaran Penuh Makna

Posted by: "Dini Nurhayati" deenie_25@yahoo.co.id   deenie_25

Sat Dec 5, 2009 7:30 pm (PST)



masih mending Mba, saya last minutes pun gak dapet, hiks :(
seru denger cerita silaturahmi-nya ...
keluarga yang sangat besar sekali ya...

--- Pada Rab, 2/12/09, Rin Du <r.du@rocketmail.com> menulis:

Dari: Rin Du <r.du@rocketmail.com>
Judul: Bls: [sekolah-kehidupan] Kelana Lebaran : Kelana Lebaran Penuh Makna
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Tanggal: Rabu, 2 Desember, 2009, 9:27 AM

 

saya sudah berkenan. last minutes juga he he he

btw, kisah yang indah...enaknya punya keluarga :)

semoga always hangat n bermakna yah..

Salam
Rin Du

--- Pada Sen, 30/11/09, Aan Diha <back2fitr@gmail. com> menulis:

Dari: Aan Diha <back2fitr@gmail. com>
Judul: [sekolah-kehidupan] Kelana Lebaran : Kelana Lebaran Penuh Makna
Kepada: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Tanggal: Senin, 30 November, 2009, 4:06 PM

 

Kebiasaan jelek. Last minutes.. Semoga berkenan membaca :)

KELANA LEBARAN PENUH MAKNA
Oleh : Aan Wulandari U
 
Kelana lebaran bagi saya adalah kunjungan ke tetangga dan 'saudara tua'. Hal ini benar-benar tak bisa ditinggalkan. Melalaikan hal itu bisa dianggap pelanggaran norma. Memang bukan norma hukum atau adat dimana saya langsung mendapatkan sanksi. Tapi, ada rasa malu bila tidak melakukan kunjungan itu. Apalagi bila suatu saat bertemu dengan saudara yang seharusnya dikunjungi dan beliau bertanya, "kenapa lebaran tak datang?" Bila tak punya alasan tepat, sungguh itu adalah pertanyaan yang bisa membuat muka memerah. Ada kesan, kita tak menaruh hormat padanya atau seolah kita adalah orang yang tak mau menyambung silaturahim. Sebuah sanksi yang cukup berat kan? Jadi, lebih baik memang sedapat mungkin acara kunjungan dilaksanakan.
Lantas, apakah kemudian lebaran adalah acara silaturahim terpaksa? Tentu saja tidak sepenuhnya (tidah sepenuhnya berarti ada beberapa yang sedikit terpaksa). Banyak juga yang bisa kita nikmati dalam siturahim yang bisa makan waktu tiga sampai empat hari itu.

Foto Penuh Cerita
Tradisi di keluarga saya, seusai sholat Ied, semua berkumpul di rumah Simbah. Termasuk bapak dan ibu saya pun seusai sholat ke rumah simbah. Di sana, berkumpul putra-putri simbah yang berjumlah lebih dari sepuluh orang dan tersebar dimana-mana. Setiap satu keluarga, minimal terdiri dari empat orang, yaitu suami-istri berserta dua putra-putrinya. Minimal? Ya, itu untuk keluarga dengan dua anak yang belum menikah. Banyak keluarga yang sudah punya cucu. Seperti ibu saya, mempunyai empat orang cucu, tiga anak dengan dua menantu. Dapat dibayangkan betapa ramainya rumah Simbah.
Antrian sungkem dengan simbah adalah ritual pertama. Setelah itu, acara yang saya nanti dan kalau bisa jangan sampai ketinggalan. Jangan disangka acara ini adalah makan-makan. Acara itu adalah foto bersama! Narsis? Hem... jujur, kali ini yang mendorong untuk foto bukan alasan satu itu. Ada rasa yang 'lain' begitu melihat fotonya.
Tradisi ini dimulai sekitar tahun '95, saat saya masih SMA.. Anggotanya masih sampai ke level cucu. Belum ada cucu mantu ataupun cicit waktu itu. Setiap tahun, jadailah sebuah foto bersama yang tak sama. Anggotanya selalu berbeda. Selain anggota keluarga yang bertambah, tidak setiap tahun putra-putri Simbah bisa pulang semua, dengan alasan tidak bisa mudik yang berbeda-beda. Yang selalu ada adalah Bapak dan ibu saya. Rumah beliau dekat dengan rumah Simbah. Tapi saya dan adik-adik juga belum tentu ada. Adik pertama, kadang lebaran di rumah mertuanya. Adik kedua, walaupun masih single dan tempat kerjanya dekat, tapi dia seorang TNI yang kadang dinas luar atau ada tugas yang tak memungkinkan untuk pulang libur Lebaran. Saya sendiri pernah tiga tahun absen dari kegiatan ini, saat berada di luar negeri yang tak memungkinkan untuk pulang lebaran.
Foto lebaran pun menjadi foto bersama yang penuh cerita. Rentang waktu lebih dari 10 tahun yang memuat banyak kisah di dalamnya. Simbah dulu masih sehat, segar, bisa menyambut lebih dari 20 cucunya dengan ceria dan memberikan angpao yang diterima dengan suka cita.. Kini beliau hanya duduk diam di kursi roda, tanpa ingat lagi siapa-siapa yang ada di sekitarnya. Beliau pun pasti sudah tak tahu, siapa saja yang sungkem dengannya. Atau bahkan tak merasakan kegiatan sungkeman, ketika anak, cucu, cicit mencium keriput tangannya. Sedihnya...
Kegiatan foto bersama ini adalah kegiatan yang selalu saya nantikan. Diantara semua kegiatan lainnya, inilah yang paling berkesan. Sebisa mungkin tak akan saya lewatkan.

Wisata Kuliner Penuh Berkah
Tak ada acara makan di restoran saat lebaran. Atau juga sekedar jajan di luar. Makanan dipastikan berlimpah. Bahkan, sampai tak cukup perut untuk menampungnya. Kuliner pertama tentu saja adalah lanjutan dari acara foto bersama. Walaupun Simbah sudah tak ingat apa-apa, namun ketupat, opor ayam, pecel yang dulu selalu disajikan saat Simbah masih sehat tetap tersaji. Biasanya ditambah dengan ikan, hasil tangkapan di kolam bapak saya. Tradisi di keluarga saya adalah ngesat blumbang (mengeringkan kolam) menjelang lebaran. Dilihat dari segi rasa, semua makanan itu mungkin tak istimewa. Tapi makan bersama-sama seperti ini sungguh meningkatkan cita rasa yang tiada bandingannya. Rasanya tak berlebihan bila saya katakan, inilah makanan terlezat selama lebaran. Apalagi, kita makan benar-benar karena ingin makan dan bukan karena paksaan.
Ya, saat lebaran ini, ada acara makan 'terpaksa'. Bagaimana saya tak mengatakan terpaksa bila memang kita makan karena dipaksa? Beberapa saudara yang sudah sepuh masih menganut tradisi, 'tamu harus makan'. Bahkan silaturahim dikatakan belum sah bila belum makan. Wah.... Padahal, tak hanya satu dua orang yang seperti itu. Bagaimana mungkin dalam jarak dalam satu jam harus 2-3 kali makan nasi? Jadilah, acara makan itu hanya sekedar ilo-ilo atau basa basi. Saya biasanya hanya makan sayur sedikit atau nasi sesendok dengan sepotong kecil ayam. Sayang sebenarnya, mengotori piring saja. Kasihan yang bertugas mencuci. Tapi bagaimana lagi, daripada tak boleh pamit. Lho? Begitulah, ada yang belum mengijinkan kita pulang sebelum makan. Beruntung, saudara yang seperti itu hanyalah bulik, bu dhe atau tingkat yang lebih tua. Tapi untuk saudara sepupu sudah tak begitu ekstrim memegang adat itu.
Banyaknya saudara yang harus dikunjungi, melahirkan banyak cerita. Jadi, walaupun ada acara makan terpaksa, tetapi ada juga makanan khas yang kita kangeni. Tape ketan yang dibungkus daun pisang selalu kita temui di rumah beberapa saudara. Tapi, yang kita cari adalah tape ketan termanis, yaitu tape ketan buatan Mbah Putri. Nenek dari pihak suami. Sayang, semua tinggal kenangan, karena dua tahun lalu, dalam tahun yang sama, hanya berbeda dua bulan bulan, Mbah Putri meninggal kemudian disusul Mbah Kakung.
Rupanya, di rumah salah sepupu, kini tape itu kita jumpai lagi. Sedap rasanya makan tape ketan dengan sendok emping melinjo. Lupakan saja bahaya asam urat untuk sementara, khusus di hari lebaran ini.
Opor bebek adalah makanan andalan yang selalu disuguhkan dan kita nikmati sepenuh hati di rumah salah seorang Pak Dhe. Jarang-jarang menemukan makanan ini. Selain itu, di sana bisa makan salak pondoh sepuasnya. Kabun salak beliau sangat luas. Bahkan setiap pulang, sekantong plastik salak pondoh tak ketinggalan dibawakan.
Lebaran identik dengan kue-kue kering. Tentunya semua menyuguhkan kue ini. Tapi, kue terlezat ada di salah seorang sepupu jauh. Kuenya buatan sendiri dengan rasa yang aduhai. Bahkan, setiap tahun selalu ada saja kreasinya. Beliau pun tak pelit membagi resep. Bukan saya tentunya yang senang, karena saya tak biasa membuat kue. Kakak ipar selalu siap dengan catatan bila ke sana untuk menyontek resepnya.
Tahukah cemilan bernama yangko? Berbentuk seperti rolade dari tepung ketan yang tengahnya diisi kacang. Tak ada yang lebih legit dibanding buatan Bu Dhe saya. "Kelapa kan nggak beli. Hasil panenan sendiri. Dibanyakin kelapanya membuat rasanya enak dan tidak keras." Itulah resep rahasia yang dikatakan Bu Dhe bila kami memuji sedapnya yangko kacang itu.
Sebuah wisata kuliner yang bukan murah meriah judulnya, namun kuliner penuh berkah, karena kita dapatkan saat silaturahim. Memakan makanan enak yang tak hanya memuaskan lidah tapi juga membuat tuan rumah menjadi senang karena suguhannya dinikmati sepenuh hati.

Sebuah Kelana Hati
Begitu banyak saudara yang saya punyai. Saudara kandung dari bapak, saudara kandung dari ibu, juga dari ibu mertua dan bapak mertua. Semua itu bukanlah saudara jauh. Mereka adalah mahram. Di saat silaturahin lebaran itu terkadang baru tersadar, ternyata saya sowan (datang) kepada beliau tahun lalu. Sungguh terlalu! Selama setahun, tak menyempatkan waktu untuk silaturahim. Padahal sudah jelas anjuran dalam agama tentang silaturahim, tapi semua ini sering terlupakan begitu saja. Dalam setahun itu, wajah para Bu Dhe, Pak Dhe, Bu Lik dan Pak Lik begitu berbeda, yang sering membuat saya tercekat. Betapa sepuhnya beliau-beliau sekarang. Sudah tak seperkasa lagi seperti pandangan saya waktu kecil terhadap beliau.
Lebaran membuat saya terkenang masa kecil. Masa-masa dalam asuhan orangtua. Atas ijinNya dan atas didikan mereka-lah, saya bisa seperti ini sekarang. Kini, beban menjadi orangtua ada di pundak saya. Akankah saya bisa mengantar anak-anak, seperti halnya orangtua mengantar saya sampai dewasa? Betapa amanah ini terasa berat saya rasakan.
Terkadang, ada rasa nyeri yang terkuak kembali di saat lebaran ini. Ketika lebaran sekarang berbeda dengan tahun lalu, karena tak adanya salah satu saudara. Tak jarang, saat sungkeman mengingatkan saya pada mereka yang telah tiada. Siapakah lagi yang akan dipanggilNya tahun ini? Atau justru saya yang merasa masih muda? Sebuah renungan yang harus selalu diingat. Mengingat kematian.
Begitu banyak hal yang bisa membuat kita berpikir. Juga dalam hal lebaran ini. Begitu banyak makna yang bisa kita ambil.

************ *****

 
 
 

Berselancar lebih cepat.
Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser.Dapatkan IE8 di sini! (Gratis)

Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer
3.

(Lonceng) Alhamdulillah, adik nibras telah lahir

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Sun Dec 6, 2009 2:25 am (PST)



td jam 15 wib dpt sms dari dani:

Alhamdulillah, telah lahir putra ke-2 kami dengan selamat, caesar, bb 3.1, pb 4,8.
belm ada namannya, yang pasti bukan nibris. heuheu...luuegaa

demikian smsnya
selamat yaaa
smoga jd anak shaleh, n bundanya cepet pulih ...

(catur n retno)

Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Schizophrenia groups

Find support

Get in Shape

on Yahoo! Groups

Find a buddy

and lose weight.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: