Senin, 01 Februari 2010

[daarut-tauhiid] FW: Kunjungan Habib Munzir Al Musawa dan Majelis Rasulullah saw ke K O K O D A, Irian Barat

 



Ditulis Oleh: Munzir Almusawa

Sunday, 31 January 2010

K O K O D A, Irian Barat

 Image Image Image Image

Pk 6.00 WIB (Waktu Indonesia bagian Barat) Selasa 26 Januari 2010 kami empat
personil, Munzir Almusawa, Saeful Zahri, Hamidi Sanusi, Muhamad Ainiy, kami
meninggalkan Bandara Soekarno hatta Jakarta dengan penerbangan Garuda Air
menuju Makasar (ujungpandang), kami diantar oleh beberapa Crew penyambutan
khusus Divisi Majelis Rasulullah saw dari para staf Bandara Soekarno untuk
diantarkan ke pintu pesawat dan memperlancar segala sesuatunya, mereka pula
yg selalu menjadi crew penyambutan kedatangan para tamu Majelis Rasulullah
saw, termasuk saat kedatangan Guru Mulia ke Jakarta. Pesawat lepas landas
tepat 06.00 WIB menuju Makasar untuk meneruskan menuju Sorong Irian Barat
dengan penerbangan Merpati Air

Kami tiba tepat waktu skedul, yaitu 9.15 WITA (Waktu Indonesia bagian
tengah, yaitu 8.15 WIB) di Bandara Hasanudin Makasar, lalu segera berpindah
ke pesawat Merpati Air dg skedul keberangkatan pk 9.35 WITA (8.35 WIB),
keberangkatan tepat waktu menuju Sorong, saya duduk di sebuah kursi
bersebelahan dengan Bang Ipul (Saeful Zahri), lalu tiba tiba seorang
penumpang mengarahkan foto pada saya dan memfoto sambil terburu buru izin
memfoto, selepas itu saya tanyakan padanya apakah ia wartawan?, ternyata
bukan wartawan, dan beliau (saya tidak berkenan menyebut namanya sebab tidak
sempat minta izin untuk menampilkan namanya di laporan ini risau beliau
tidak berkenan), ia seorang karyawan disuatu perusahaan penerbangan dan
merupakan orang yang berada, terbukti pengakuannya bahwa beliau ke Sorong
adalah untuk Tamasya Memancing, beliaupun dari Jakarta bersama temannya.

Beliau sangat mengejutkan saya ketika saya Tanya siapa diri beliau, bapak
setengah baya itu berkata : "Saya (...) saya semalam terjebak macet 1 jam di
Pancoran Pasar Minggu saat majelis ustaz berlangsung..!".

Saya bagai disambar halilintar, saya gemetar walau ia tak melihatnya, saya
bertanya : maksudnya terhambat atau bagaimana pak?, ia berkata dengan jelas
: "saya terjebak macet tidak bergerak mobil saya 1 jam lebih saat bubaran
majelis bapak ustaz", saya pun mohon ampun dan ridho, dan terus beristighfar
pada Allah swt, saya sangat takut dan sudah berkali kali menyampaikan pada
crew dan aktifis, agar lalu lintas tak tertutup saat majelis, sungguh itu
dosa besar yang harus saya tanggung, dan berapa ratus orang yang akan
memintai pertanggungan jawab dihari kiamat pada saya akan hal ini..??

Saya terus menjelaskan bahwa sungguh kami tak bermaksud demikian, namun saat
bubaran memang massa tak tertampung, saat majelis berlangsung pun Masjid
Almunawar tidak bisa menampung Jamaah yang kini berjumlah sekitar 30.000
personil setiap malam selasanya dan terus bertambah, maka saat bubaran massa
yang menyeberang dan lain sebagainya mungkin membuat jalan tertutup, dan itu
ternyata bukan kemungkinan, tapi sudah terjadi, dan mungkin sudah berkali
kali terjadi, saya terus minta maaf padanya dan iapun dengan lapang dada
memaafkan dan membuat kami semakin akrab, ia tinggal di depok, dan selama
saya berbicara akrab airmata saya terus mengalir karena sedih dan takut,
bagaimana dengan ratusan orang lainnya yang saya tak sempat minta maaf
padanya..??, neraka bagi munzir pendosa ini.!,

saya berjanji pada diri saya dan padanya bahwa malam selasa yang akan datang
kami akan berusaha membenahi Lalu lintas dengan sebaik baiknya, bersama
personil dari Polda Metro Jaya dan Polres Jaksel dan Polsek setempat.

ImageImageKami mendarat tepat waktu di Bandara.... Sorong, yaitu 12.35 WIT
(Waktu Indonesia Timur yaitu 10.35 WIB), disambut oleh KH Ahmad Baihaqi yang
sudah mendahului kami seminggu yang lalu.

Kami kunjung kerumah Bapak seorang anggota DPRD yg almarhum ayah dan
kakeknya membangun beberapa masjid di Sorong dan ia meneruskan perjuangan
mereka, sekilas saya terhenyak mendengar keadaan keputusan banyak hal yang
lebih cenderung berfihak pada non muslim dalam beberapa keputusan dan
kebijaksanaan yang diambil pemerintah setempat, saya bertanya : apakah
anggota DPRD setempat kebanyakan non muslim?, iya menjawab : Ya.

Saya bertanya lagi, apakah muslimin minoritas di Sorong?, ia menjawab :
"tidak, bahkan mayoritas.."

Lalu kenapa anggota DPRD nya kebanyakan non muslim?,

Beliau menjawab sambil menunduk malu : "saudara saudara kita muslimin yg
memilih mereka". Saya terhenyak kaget, airmata tak bisa tertahan lagi, ingin
rasanya saya menangis sekeras kerasnya atas kejadian ini.

Kami dijamu makan siang dirumahnya, ia menyiapkan mobil mobilnya untuk
menjemput dan mengantar kami, semoga Rahmat dan kebahagiaan selalu berlimpah
padanya dan keluarga beliau, amiin,. dan kami meneruskan perjalanan ke
Teminabuan, sekitar 200 km dari Sorong, kami mengendarai mobil sewaan,
(Mitsubishi Ranger 4X4) sopirnya adalah saudara Asri, ia polos dan baik,
pemuda itu sangat santun dan membuat saya akrab dengan nya, ia asli Makasar
yg bekerja sebagai Sopir sewaan mobil di Sorong.

Perjalanan kami memakan waktu 6 jam karena kondisi jalan yang banyak rusak
dan berkelok kelok, walau sebagian jalan sudah baik namun sebagian masih
dalam pembenahan, namun jauh lebih baik kondisinya dibanding perjalanan saya
2 tahun yg lalu antara Manokwari Bintuni.

Disepanjang jalan diluar kota Sorong kami tak menemukan kampung Muslimin,
hanya wilayah Non Muslim dan tempat peribadatan mereka yang megah yang terus
terlihat sepanjang jalan, namun masyarakat ramah, walau kami semua
berpakaian islami namun mereka tetap ramah walau mereka non Muslim.

Ditengah perjalanan mobil kami berhenti, karena seorang Tokoh Agama non
muslim wanita yang sudah berusia sekitar 50 an ingin menumpang ke
Taminabuan, maka Asri memohon izin saya menaikkannya, karena mobil sudah di
carter untuk kami, tentu saya mengizinkan, maka Ibu biarawati tersebut naik
di Bak belakang mobil 4X4 itu bersama barang.

Perjalanan kami teruskan, lalu sekitar 1 jam kemudian rintik rintik hujan
mulai turun, hati saya terasa tercekik, sungguh walau ia non muslim maka
bagaimana ia seorang wanita yg usianya cukup tua duduk di Bak terbuka di
belakang dengan terpaan hujan?, ia seorang pemuka dan guru agama non muslim,
ia tabah dan berdakwah membela agamanya dengan semangat juang yg luar biasa,
dari kampung ke kampung terus mengajar dengan sukarela sepanjang hidupnya
mengabdi pada agamanya, sampai rela duduk di Bak belakang mobil dalam
keadaan hujan dan panas, ia wanita, sudah cukup lanjut usia, demikian
tabahnya Da'I non muslim ini, hati saya seperti tercabik cabik, saya malu,
malu sekali..

Hujan mulai deras, saya tak tahan lagi dan memegang tangan Asri, "berhenti
Asri, berhenti..", maka Asri menghentikan mobil, saya katakan padanya : saya
mau pindah ke belakang Bak terbuka menggantikan posisi ibu itu, biar ia naik
di depan tempat saya duduk, Asri kaget dan marah : "Tidak mungkin habib
turun pindah ke bak belakang..!, habib sudah carter mobil saya..!!, ini
hujan habib..!!",

3 personil yang bersama saya dan KH Ahmad Baihaqi yang duduk di Jok
belakang, sayapun turun dan merekapun turun untuk beramai ramai pindah ke
Bak belakang, saya memerintahkan mereka tetap dalam posisinya, cukup satu
orang yang menemani saya di Bak Belakang, sudah ada satu orang penjaga
Barang di belakang, dan mereka pun sangat bersempit sempit 4 orang di kursi
belakang saya.

Ibu itu tak mau pindah, ia malu dan haru, maka saya terus memaksanya pindah
atau saya tak mau naik mobil, maka iapun pindah ke depan, KH Ahmad Baihaqi
bersama saya di belakang, perjalanan berlangsung sebentar maka mobil
berhenti, Bang Ipul turun untuk meminta saya pindah ketempatnya maka saya
tetap tidak mau, saya duduk dan mengatakan malas berdiri lagi, ganti saja KH
Ahmad baihaqi kedepan, saya tidak mau pindah, maka demikian bergantian
beberapa waktu terus 4 personil bergantian pindah ke belakang, dan saya
tetap pada posisi saya tak mau pindah, mereka saja bergantian.

Saya duduk di bak Belakang untuk membalas pilu saya akan semangat seorang
wanita tua itu yang penyeru kepada agama non muslim, aku seorang penyeru ke
Jalan Allah, aku malu pada Allah.. patutnya aku berjalan kaki 200 km bukan
duduk di Bak terbuka yg masih bisa santai.

Hujan menerpa wajahku dan angin, terakhir asri berhenti dan turun dari
Mobil, "Habib saja bawa mobil, saya ingin gantikan posisi habib", saya
menghardiknya sambil bercanda : "tetaplah pada posisimu menyupir bang Asri,
bawalah mobil sekencangnya, saya sedang menikmati perjalanan ini..!, Asri
tidak mau lihat saya senang kah..??", iapun menurut dan meneruskan
perjalanan dengan sekencang kencangnya, mobil terhempas hempas di jalan dan
saya sering memegangi peci saya agar tidak tertiup angin, derasnya hujan
terus menerpa wajah ini, terpaksa saya buka kacamata karena terus dibasahi
hujan, saya memakai Jaket majelis Rasulullah, dan saya membatin pada diri
ini : "Kau di Jakarta dimanjakan, ribuan orang berebutan ingin mencium
tanganmu, kau dimuliakan dan disanjung, perjuangan dakwahmu hanya sebatas
naik turun mimbar dalam kemuliaan dan sanjungan, sekarang patut kau rasakan
dakwah yang seperti ini, inilah medan seorang da'I penyeru ke Jalan Allah,
wahai tubuh rapuh yg sakit sakitan, kau terlalu dimanjakan, kau harus
merasakan juga dakwah yg seperti ini..!!, lalu syaitan membisikiku, kau
sudah banyak penyakit, ada peradangan di otak belakang, Asma, bahkan pernah
dua kali terkena stroke, sering tertatih tatih berjalan dan sering tidak
mampu berdiri karena lemah saat menyampaikan ceramah, duduklah ditempat yg
layak bagimu dikursi depan, maka kujawab dengan menghardik diriku sendiri,
rasakan ledzatnya dakwah, duduk ditempat itu dan bertahan, wahai Munzir
pendosa, pemalas dan manja..!!.

Tubuh serasa hancur dihempas hempas dalam speed tinggi di Bak belakang,
angin terus menerpa, menggigil tubuh kedinginan terkena terpaan angin petang
dan hujan, bertahanlah wahai munzir pemalas..!.

Kami tiba di Teminabuan pk 20.45 WIT (18.45 WIB), ibu itu turun dan mengucap
terimakasih haru, saya hanya tersenyum, inilah kerukunan ummat beragama,
muslim harus lebih sopan dari non Muslim, Da'I muslimin harus lebih
berkorban demi kaum wanita apalagi sudah lanjut usia walau non muslim,
semoga ia mendapat hidayah., ia turun sambil tercenung dan berkata lirih
berkata pada Asri sambil tertunduk malu : "pak haji itu baik sekali ya.."

aku teringat riwayat bahwa Sayyidina Ali kw tidak mau melewati seorang tua
yg berjalan tertatih tatih, hingga ia terlambat menemui shalat Jamaah
bersama Rasul saw, dan Rasul saw melamakan rukuknya, selepas shalat para
sahabat bertanya : wahai Rasulullah (saw) kau melamakan rukuk tidak seperti
biasanya?, Rasul saw menjawab : Bahuku ditahan oleh Jibril as untuk tidak
I'tidal, demi menanti Ali bin Abi Thalib kw hingga ia tiba dan masuk di
shaf, karena adab kesopanannya terhadap orang tua.

Aku teringat akhlak Rasul saw, yg ketika seorang yg selalu memusuhi dakwah
beliau saw yaitu Tokoh Qureisy non Muslim membuat jebakan untuk beliau saw
agar terpuruk dalam lobang, namun ia sendiri yg terjatuh dalam lobang yg
digalinya, siapa yg menolongnya?, Rasulullah saw yg menolongnya dari
jebakannya sendiri yg diperuntukkan untuk Rasul saw, padahal ia kuffar
quraisy yg terus menyusahkan dan mempersulit dakwah Rasul saw.

Kami masuk ke sebuah hotel, sederhana namun dilengkapi AC, saya cukup kaget
mendengar harga sewa 1 kamar antara 300 hingga 400 ribu rupiah, kamar
Standar hotel berbintang tiga di Jakarta seharga itu, namun jauh lebih mewah
dari ini, kamar seperti ini di Jakarta mestilah berkisar 100 ribu atau
kurang, namun karena jauhnya dari Jakarta dan susah serta mahalnya barang
barang karena Jauh dari Ibukota, membuat semua harga menjadi mahal disini,
sebagaimana sewa mobil 4X4 itu sebesar 1,5jt rupiah, itupun sudah dikorting
oleh Asri karena kami muslimin sebgaimana iapun seorang muslim, saya
membayar dg sedikit melebihkannya, Asri menangis, ia tertegun : "habib sudah
duduk di bak belakang, bagaimana habib membayar lebih pula.", saya katakan
sungguh karena saya senang dalam perjalanan ini, dan saya menyayangi Asri yg
berbudi baik dan polos, iapun diberi Peci putih oleh H Hamidi, ia gembira
memakainya dan tertawa tawa bangga, kami semakin akrab, saya tunjukkan
cuplikan beberapa detik majelis besar Event Majelis Rasulullah saw di Monas
4 februari 2010 lalu dari hp saya, ia bertakbir dan menjerit dan menangis,
haru betapa dahsyatnya dan jumlah massa ratusan ribu yg terlihat hadir, dan
lebih haru bahwa orang yg dihadapannya adalah pimpinan Majelis itu.

Lalu kami masuk hotel itu untuk mandi dan shalat jamak Magrib dan Isya, lalu
kunjung ke undangan makan malam dirumah Bpk Syamsuddin, dihadiri pula oleh
Raja Tarof, (ketua kampong Tarof) dan beberapa tokoh sepuh setempat, jamuan
akrab dan airmata tak berhenti mengalir haru melihat hangatnya jamuan
mereka, dan keesokan harinya, Rabu 27 Januari 2010, kami bertolak dengan
kapal sewaan menuju kokoda, sekitar 200 km lagi yang mesti kami tempuh dalam
perjalanan menyusuri pantai dan sungai menuju Kokoda, biaya sewa kapal yang
dilengkapi 4 motor itu sekitar 10 juta rupiah, namun bapak Syamsuddin
berkata bahwa tidak perlu keluarkan biaya, ia yg menanggungnya, hancur hati
ini.,. wahai Allah, muliakan ia dengan semulia mulia keadaan, dunia dan
akhirat, aku malu, di Jakarta seorang muslim sulit mengeluarkan uang sepuluh
ribu rupiah untuk membantu dakwah Nabi saw, namun disini seorang tokoh
masyarakat yang bukan merupakan ulama besar, bukan pula pengusaha besar,
rela mengorbankan dana sebesar itu demi sampainya saya ke Kokoda, Wahai
Allah, Jamulah ia setiap detik dalam keluhuran dan kebahagiaan, dan
sebagaimana ia menjamin perjalanan kami maka jaminlah ia dan keluarganya
dunia dan akhirat dalam jamuan kebahagiaan.., amiin..

Pendanaan keberangkatan ini dari sebagian dari Partisipasi jamaah Milis
Majelis Rasulullah saw sebesar 16 juta rupiah, dan sisanya dari beberapa
donator dan pribadi, dan sisanya pinjam dari beberapa Jamaah Majelis
Rasulullah saw

Rabu, 27 Januari 2009, dinihari saya terbangun untuk memuji Nya, lalu saya
menulis laporan dikursi plastik, menghadap sungai yg demikian derasnya
dibawah hotel ini, dan saya tumpahkan semua yg masih terekam difikiran saya
hari itu, lalu kami shalat subuh di Masjid dekat hotel Nusa Indah,
Teminabuan, kira kira beberapa orang saja yg hadir, lalu selepas subuh
mereka meminta saya menyampaikan sedikit Tausiyah, lalu jamaah berpisah dan
kami kembali ke hotel, meneruskan dzikir, dan pukul 7 pagi waktu setempat
kami dijamu sarapan dirumah Bpk Syamsudin, kami membaca Maulid Dhiya'ullami
yg pertama kalinya dikumandangkan di Teminabuan, sekaligus mendoakan rumah
barunya itu yg kelak akan ditinggalinya, selepas maulid saya menyampaikan
tausiyah sekilas, lalu sarapan pagi, selepas itu tampak Bapak Syamsudin
kebingungan saat menerima telpon, wajahnya pucat dan bingung : "Maaf habib,
kapal yg mesti habib tumpangi kandas dipantai.!", sayapun kaget, lalu kami
bersama sama diikuti Asri menuju Pelabuhan, benar saja, kapal itu kandas di
pemarkiran kapal, sebab semestinya semalam nakoda menyiapkannnya di Dermaga,
namun ia ketiduran, maka kapal dibiarkan di pemarkiran kapal, maka saat pagi
laut surut dan kapalpun kandas.

Ia tampak risau dan bingung, para muslimin pun berteriak teriak : "Kita
dorong bersama sama..!", merekapun turun.. Subhanallah. saya diminta
menunggu di Masjid dekat pantai, saya bisa ke toilet atau I'tikaf di Masjid
sementara menunggu kapal didorong, usaha baru selesai jam 9.30 WIT, saya
turun dari Masjid kapal sudah di Dermaga siap mengantar kami.

Kami meluncur menuju Kokoda, Kapal Dishub adalah yg terbaik di Teminabuan,
ia dilengkapi 3 mesin, maka perjalanan menjadi lebih cepat, umumnya
membutuhkan waktu 8-12 jam, namun jam 13.30 WIT kami sudah tiba di Kokoda,
sepanjang 4 jam perjalanan saya terus termangu mangu memikirkan keadaan,
wilayah yg terpencil, telepon belum masuk, listrik baru di Teminabuan dan
itupun hanya malam saja, guru pengajar berupa ulama atau pesantren tidak ada
di Taminabuan, namun mereka bertahan dg bimbingan dari Bpk Syamsudin dan
Raja Tarof, ditengah derasnya hempasan kekuatan dakwah agama non muslim,
sekolah sekolah non muslim bahkan Universitas berdiri, dan Muslimin terlihat
sangat terkucil di wilayah ini dan terus semakin terpuruk, saya percaya
kedua orang baik dan beberapa gelintir orang mulia dan beriman di wilayah
itu akan terus bertahan, semoga santri santri yg dibawa ke Jakarta akan
segera kembali dan berdakwah pula di Teminabuan, Semoga Matahari Dakwah
telah terbit dengan berkumandangnya Maulid Dhiya'ulllami di Teminabuan.
Amiin..

Kami meluncur menuju kokoda, wilayah muslim ketiga yang dimasuki ulama
Hadramaut yang tiba dari Gujarat ke Fak fak, lalu Babo, lalu Kokoda, mereka
membangun Masjid Annur di Kokoda, dan kata kata yang masyhur dari ucapan
para ulama Hadramaut itu adalah : "Kami Taruhkan Cahaya di Kokoda", maka
disana terdapat masjid Annur, saya semakin penasaran untuk sampai di Kokoda,
wilayah yg ratusan tahun yg lalu dikunjungi para habaib, dari keluarga
Assegaf, Alhabsyi, Alhamid, dll, yg kemudian tidak disentuh para Habaib
ratusan tahun berselang..

Konon wilayah kokoda semakin tak mengenal shalat lima waktu, hanya sholat
Jumat yg masih dikenal di wilayah itu, namun kedatangan KH Ahmad Baihaqi
membawa beberapa santri dari kokoda, dan kembali kesana beberapa waktu yg
lalu, benar benar membuat hidup masyarakat kokoda, mereka para sepuh dan dan
tetua kampung terharu dan mendukung penuh dengan semangat yg kembali terbit,
setelah ratusan tahun tempat itu tak pernah lagi dikunjungi para habaib.

Salah seorang santri yg dibawa ke Jakarta mengirim surat pada ayahnya di
Kokoda, diantara tulisan di suratnya : "Ayah, jangan tinggalkan shalat lima
waktu, dan pesan Habib Munzir perbanyak dzikir Yaa Allah Yaa Allah.., sejak
itu ayahnya dan keluarganya tak lagi minum minuman keras, mulai mendirikan
shalat lima waktu, subhanallah.

Kami mendekat ke kokoda, pemandangan yg sangat mengharukan, 3 perahu rakit
dengan bendera Majelis Rasulullah saw menyambut kami dengan para anak anak
murid didik KH Ahmad Baihaqi dari Jakarta yg sudah berada dilokasi menjemput
kedatangan kami dengan Tholaal Badru alaina..

Kami merapat di pelabuhan Kokoda pk 14.30 WIT, maka masyarakat seluruhnya
sudah ramai di pelabuhan menyambut kedatangan kami, mereka bertakbir dan
sholawat, ucapan Takbir dan sholawat adalah ucapan sambutan terhangat untuk
tamu tamu besar, para tokoh Masyarakat bahkan Ketua Tokoh Agama yaitu
Ayahanda Bapak Abas Totorago, yg merupakan anak dari Bapak Raja Tarof turut
menyambut kedatangan kami, kami terus diarak dengan hadroh ke Masjid Annur,
sambutan sekilas, lalu kami dipersilahkan ke rumah yg disediakan khusus
untuk kami, pemilik rumah sudah wafat beberapa waktu yg lalu, rumah ini
cukup bagus di wilayah kokoda, namun tidak ada listrik, tidak ada Jaringan
handphone apalagi telepon.

KH Ahmad baihaqi membawa mesin diesel untuk penerangan kami dirumah ini,
kampung ini keseluruhannya mayoritas muslimin, dan seberang kampung adalah
mayoritas nasrani, namun tidak ada permusuhan, kerukunan ummat beragama
sangat terjaga di wilayah ini.

Magrib jamaah sudah memenuhi Masjid, setelah diumumkan saya akan
menyampaikan Tausiyah di Masjid Annur, pria dan wanita sudah ramai, shalat
Magrib berjamaah dilakukan dengan sangat tertib dan khusyu, banyak orang
muslim yg baru pertama kali sholat walau mereka sudah lanjut usia, dan masih
tersisa banyak yg duduk dirumah saja tanpa ikut shalat.. segala puji bagi Mu
Wahai Allah.

Kemudian saat adzan Isya dikumandangkan, semakin banyak masyarakat
berdatangan, mereka yg saat Magrib tidak datang mungkin merasa terpanggil
untuk datang, juga diajak oleh teman temannya, maka para anak anak, pemuda
pemudi, sampai yg sudah lanjut usia memenuhi masjid dan Masjid Annur tidak
lagi bisa menampung jumlah mereka, bahkan ketua Kampung datang, dan para
Imam dari wilayah kabupaten Kokoda Sorong Selatan pun berdatangan setelah
mendapat info dari KH Ahmad Baihaqi bahwa saya akan datang di wilayah ini.

Mereka senang, Bangga, dan gembira, dengan lapang dada Ayahanda Putra Raja
Tarof menyampaikan sambutan, bahwa sudah ratusan Tahun Kokoda tidak lagi
dikunjungi para habaib, dan kini habib tiba bersama kita, acara diteruskan
dg Maulid Dhiya'ullami, mereka semakin semarak dan gembira, lalu saya
menyampaikan Tausiyah, mereka termenung, menangis, dan terharu, saat acara
selesai pk 21.15 WIT, maka airmata masih mengalir diwajah mereka, berebutan
gembira untuk bersalaman pun terjadi sebagaimana di Jakarta, mereka
berdesakan maju untuk bersalaman dengan saya, setelah kesemuanya kebagian
bersalaman, kami makan malam dirumah bapak Kadir Anggiluli, ia sangat
membantu kami lalu kembali kerumah yg disediakan untuk beristirahat, kami
beristirahat..

Pk 3 dinihari WIT, saya terbangun dan diantar KH Ahmad Baihaqi ke kamar
kecil (toilet), konon itu adalah satu satunya toilet yg ada, dan sebagian
mereka bersuci dan mencuci di sungai.

Kutulis laporan ini dg haru, kami dijaga oleh 6 orang penjaga, yaitu dua
orang di depan, dua orang di pintu belakang, dan dua orang disamping rumah,
demikian perintah ketua kampung, saya mengatakan agar tak perlu kami dijaga,
namun mereka bertahan : "Kami menjaga hamba Tuhan, kami menjaga Tamu Allah,
kami gembira".

Pagi ini kami Insya Allah akan subuh di Masjid Annur, lalu makan pagi dan
meneruskan perjalanan ke Nebes, wilayah yg juga pernah dikunjungi para
habaib dari Gujarat yg berasal dari hadramaut Yaman, perjalanan kira kira 1
jam dg perahu motor kecil.. Insya Allah..

Pagi Kamis 28 januari 2009, subuh berjamaah yg cukup banyak dan merupakan
subuh terbanyak setelah ratusan tahun hampir tak ada shalat Subuh di Masjid
Annur, suatu hal yg menarik dan mengejutkan adalah hewan hewan yg berkhidmat
pada kami, ketika saya keluar menuju Masjid untuk shalat subuh sungguh hati
ini membatin : Wahai Allah, rumah ini tidak ada kuncinya, terbuka begitu
saja hanya dilengkapi pengganjal pintu dari dalam dan luar, sedangkan di
kamar ada Leptop dan benda benda elektronik berharga lainnya, dan para
penjaga semua shalat subuh, kutititpkan pada Mu Wahai Allah..", sepulang
saya dari masjid saya kaget, di pos penjagaan depan rumah duduk dua ekor
kambing yg bangun sambil duduk menjaga dengan kepala tegak, lalu seekor
kambing lagi duduk siaga didepan pintu rumah sambil bersimpuh, tak ada orang
bisa masuk kecuali harus menginjaknya lebih dahulu..

Saya terpana, sungguh jika sekilas merupakan hal biasa, namun jika
difikirkan dengan logika, tak ada kambing berkeliaran di pagi buta, apalagi
dua ekor duduk bersimpuh di pos Jaga yg kosong, dan satu di pintu rumah dg
keadaan duduk bersimpuh dengan keadaan siaga, yaitu kepala terangkat, saya
teringat Laba laba yg menjaga Rasulullah saw, dan teringat cerita nyata
sahabat saya yg berdakwah ke Pulau Komodo , Nusa Tenggara, tidak ada orang
yg datang ke Masjid, saat Maulid dikumandangkan maka tak satupun orang
hadir, maka keluarlah rusa rusa liar dari hutan, berdatangan ke luar Masjid,
dan banyak komodo bahkan Raja Komodo yg sudah 40 tahun tak pernah keluar dan
terlihat, hewan sangat besar dan langka itu datang dan muncul bersimpuh di
dekat masjid mendengarkan Maulid Nabi saw hingga selesai, masyarakat dan
turis yg sedang di Pulau komodo berdatangan bukan ingin hadir maulid tapi
kaget menonton Raja Komodo itu.

Demikianlah alam, mereka tunduk dan hormat pada Sayyidina Muhammad saw dan
dakwah sang Nabi saw, teringat pula kisah seorang sahabat ra, yg ketika ia
tersesat dalam dakwah setelah wafatnya Rasul saw, maka seekor singa besar
datang, lalu sahabat Rasul saw itu bekata : Aku adalah Khadim (pembantu)
Rasulullah saw..!, maka singa itu menunduk dan merendahkan kepalanya dan
punggungnya sambil mengaum pelahan, seakan memerintahkan sahabat Rasul saw
itu naik ke punggungnya, maka iapun naik, dan singa mengantarnya ke
pemukiman terdekat. Sedemikian banyak riwayat Shahih lainnya akan hal ini.

pk 7.30 WIT kami meluncur ke Nebes (Negara Besar), kira kira 90 menit dengan
perahu kecil dari kokoda, mengunjungi wilayah yg cukup terpencil namun
mayoritas muslimin, juga wilayah yg pernah dikunjungi para habaib terdahulu
dan terdapat masjid tua Al Jihad pula disana, hadir pula menyambut kami Imam
Dobak Bapak Aliman Gogoba dan Imam Kopdan Bapak Ahmad kokoba, kiri saya
Ketua kampung Kokoda yaitu Bapak Rauf Biyawa, dan beberapa santri akan
dibawa dari Nebes, Kokoda, Teminabuan, Bintuni dll, Insya Allah minggu depan
mereka menuju Jakarta dg Kapal Laut bersama KH Ahmad Baihaqi. Kami juga
sempat melewati dua masjid yg baru ada pancangnya yg akan dibangun di Nebes,
kami berdoa.

Semalam kami sempat berjumpa dengan Imam Siwatori Bapak Muharam Namugur,
beliau mengundang dan meminta kami kunjung Ke Siwatori, namun dengan sangat
menyesal kami tak bisa, karena waktu dan jauhnya perjalanan yg mesti
ditempuh 4 jam berjalan kaki dari Kokoda kw Siwatori, tidak ada angkutan
dengan kecuali berjalan kaki.

Perjalanan sungguh sangat berat, khususnya saat pulang, matahari panas terik
hutan tropis menyorot tepat ke belakang kepala ini, maka sakit kepala saya
mulai kambuh, Ketua Kampung Kokoda yg ikut dg kami memayungi saya dan saya
menolak, biarlah sama sama dengan nya karena ia lebih sepuh, saya hanya bisa
menutupkan rida (kain sorban) di kepala dan leher belakang demi matahari
tidak terus menyoroti belakang kepala saya, yg memang terkena peradangan di
otak belakang beberapa waktu berselang, saya menahan sakit terus sepanjang
jalan karena obat obatan ditinggal di Kokoda, kami tiba di Kokoda pk 10.30
WIT, langsung menuju Teminabuan dengan Perahu Speed Boat selama 5 jam, saya
sempat rebah tak berdaya di Speed Boat, dan setiba di Teminabuan pk 16.30
kami shalat Dhuhur dengan Asar Jamak, dan makan di sebuah restoran dan
meneruskan pulang ke Sorong bersama Asri.

400 km dari kokoda ke sorong kami tempuh, 200 km dengan Speed Boat, 200 km
dengan mobil, cukup membuat tubuh terasa hancur terkena hempasan ombak
sungai, Laut, dan Jalanan hingga tiba di Sorong.

Laporan ini saya tulis di penginapan di Sorong Dinihari Jumat 28 Januari
2010, Esok Jumat siang pesawat Insya Allah membawa kami ke Makasar, untuk
Menghadiri Majelis Majelis Besar di Makasar bersama Hb Mahmud Al Hamid di
Makasar.

Jumat siang, 28 Januari 2010, kami sudah di Bandara Sorong, pelukan haru dan
tangis keras KH Ahmad Baihaqi yg berat sekali berpisah dengan kami, ia akan
meneruskan tugas ini sendiri, belum lagi ongkos membawa 30 santri ke
Jakarta, dari Kokoda, Teminabuan, Nebes, Bintuni, dll. Saya akan coba
membantunya dari Jakarta jika ada kelebihan dana akan saya kirimkan, belum
lagi menghadapi orang tua murid yg barangkali tidak mudah begitu saja
melepas kepergian anaknya kecuali dengan perjanjian berat.

Kami berangkat menuju Makasar dan tiba di Makasar sore, disambut oleh Hb
Mahmud Alhamid, seorang penggerak dakwah di kota Makasar, usianya diatas
saya beberapa tahun saja, namun semangatnya sangat berkobar menerobos
wilayah yg hampir pudar dari gelombang dakwah Sang Nabi saw, beliau
menyiarkan Maulid, Gasidah dll di Masjid Masjid Makasar yg hampir pudar dari
hal hal yg berbau ahlussunnah waljamaah, semoga Allah swt mencurahkan
keluhuran, kemudahan, dan kesuksesan pada perjuangan beliau di kota Makasar,
amiin.

Saya tiba di Bandara Soekarno hatta sore Sabtu 29 Januari 2010, hati terus
termenung dan risau, wilayah wilayah seluruh Indonesia bahkan dunia sangat
butuh para penyeru untuk masuk dan memberi mereka kejelasan, mereka haus dan
siap menanti kedatangan para Da'I, namun dilain fihak keterbatasan semangat,
waktu dan dana yg membuat terhambatnya perluasan dakwah ini, tangisan
airmata dan doa selalu untukmu wahai Kokoda, wahai Teminabuan, Wahai Nebes,
Wahai Makasar, Wahai Denpasar, Wahai Jakarta, wahai seluruh wilayah barat
dan timur, semoga Allah swt memberi kekuatan dan kemudahan pada hamba dhoif
pendosa ini yg tertatih tatih berusaha dg segala kedhoifannya membenahi
wilayah semampunya, juga semoga kemudahan dan semangat terhujankan kepada
seluruh para Da'I dimuka bumi untuk bersama sama bangkit membenahi ummat di
wilayahnya dan wilayah wilayah muslimin, amiin..

Kami baru mendapat kontak dengan KH Ahmad Baihaqi, beliau mengabarkan bahwa
15 menit setelah kami meninggalkan Kokoda, terjadi hujan deras, lalu panas
sesaat, lalu hujan deras lagi, demikian hingga tiga kali berturut turut,
hingga masyarakat berebutan mengambil air hujan.

Sementara itu di Masjid Attaqwa Teminabuan, masyarakat memenuhi Masjid waktu
magrib hari itu karena menyangka saya akan hadir menyampaikan Tausiyah di
Masjid tsb, mereka memenuhi masjid dan semua banyak membawa aqua untuk minta
air doa, mereka kecewa karena saya sudah meninggalkan Teminabuan sore itu
menuju Sorong.

Subhanallah.. Munzir pendosa telah meninggalkan mereka, namun Allah swt akan
terus merahmat mereka. Amiin..

Terakhir Diperbaharui ( Sunday, 31 January 2010 )

Best Regards,

SAIFUL ILMI

Production Engineering

PT. Katsushiro Indonesia

Jl. Jababeka XII Blok I - Cikarang - Bekasi

Telp. 021-8934953 ext. 270 or ext. 235

Fax . 021-8934957

Hp. 081-59404731

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: