Minggu, 07 Februari 2010

[FISIKA] Digest Number 2962[1 Attachment]

Messages In This Digest (3 Messages)

1.
Kala Asteroid "Berciuman" From: Ma'rufin Sudibyo
2.
Membantah Kiamat 2012 From: Ma'rufin Sudibyo
3a.
Re: collision diameter From: Haryo Sumowidagdo

Messages

1.

Kala Asteroid "Berciuman"

Posted by: "Ma'rufin Sudibyo" marufins@yahoo.com   marufins

Sat Feb 6, 2010 7:49 am (PST)

[Attachment(s) from Ma'rufin Sudibyo included below]

Catatan iseng saja dari FB, sorry kalo repost :).
-----

KALA ASTEROID "BERCIUMAN"

Tumbukan benda langit? Jangan kaget dulu! Meski kedengarannya serem, sebenarnya ini peristiwa yang rutin terjadi. Tengoklah permukaan Bumi kita, penuh dengan tebaran kawah-kawah bekas tumbukan benda langit yang besar-besar. Hingga kini memang baru 176-an kawah tumbukan benda langit di Bumi yang sudah "diverifikasi" berdasarkan penanda khasnya : jejak mineral metamorfik dinamik alias metamorfik tekanan tingkat tinggi seperti coesite, stishovite, mineral dengan planar deformation features (PDFs) dalam struktur mikro ataupun breksi tumbukan dan shatter cones dalam struktur makro. Namun diyakini jumlah benda langit yang menumbuk Bumi sangat jauh lebih besar ketimbang itu dalam kurun waktu sejarah perkembangan Bumi selama 3,8 milyar tahun terakhir. Mengapa banyak yang lenyap, ya karena dinamika permukaan Bumi kita dengan gerak lempeng tektoniknya dan bekerjanya gaya eksogen.

Benda langit kecil seperti komet atau asteroid menumbuk planet, sepertinya sudah tidak mengherankan lagi. Jupiter baru saja dihantam benda langit pada 19 Juli 2009 silam, perulangan dari peristiwa yang sama tepat 15 tahun sebelumnya (tepatnya pada 16 - 22 Juli 1994). Hanya jika pada 2009 yang menghantam Jupiter diperkirakan adalah sebutir komet dengan diameter < 1 km yang menghasilkan jejak tumbukan seluas Samudera Pasifik, maka pada 1994 yang jatuh adalah rombongan komet Shoemaker-Levy 9 sejumlah 21 buah yang telah terdeteksi setahun sebelumnya dan langsung menggemparkan dunia. Jauh hari sebelumnya, astronom legendaris Cassini juga menemukan bintik-bintik di Jupiter pada 1690, yang pada 1997 diidentifikasi memiliki ciri-ciri jejak tumbukan komet. Berapa energinya? Jangan tanya ! Tumbukan 1994 melepaskan energi kinetik mahadahsyat, sebesar 90 juta megaton TNT, jumlah energi yang lebih dari cukup untuk meludeskan makhluk hidup Bumi dan
mentransmigrasikannya ke akhirat.

Dan Bumi? Wow, serial hantaman komet/asteroid pada 65 juta tahun silam memusnahkan 75 % populasi makhluk hidup Bumi, termasuk dinosaurus yang merajai daratan dan lautan saat itu. Ini belum seberapa. Tumbukan sejenis pada 250 juta tahun silam bahkan memusnahkan 96 % populasi makhluk hidup ! Jejak paling terkenal dari tumbukan 65 juta tahun silam adalah Kawah Chicxulub, kawah raksasa berdiameter 180 km yang terkubur di bawah sedimen setebal 300 - 600 meter di Semenanjung Yucatan, Mexico. Meski, penelitian kontemporer menunjukkan kawah Chicxulub mungkin tidak berperan dominan, karena masih ada struktur Shiva yang luar biasa besarnya (diameter kawah 600 km) yang berada di lepas pantai barat India dan diduga terbentuk oleh komet/asteroid berdiameter 40 km. Sementara jejak tumbukan 250 juta tahun silam, saat ini diidentifikasi (salah satunya) sebagai struktur Bedout berdiameter 100-an km yang terletak di lepas pantai barat laut Australia, alias di perairan
Samudera Hindia. Satu lagi kawah yang diduga ikut bertanggungjawab adalah struktur Wilkes Land, dengan diameter 500 km.

Nah, tumbukan antar benda langit ternyata tidak hanya terjadi antara komet/asteroid dengan planet saja, namun antar komet maupun asteroid juga bisa terjadi, bahkan dalam frekuensi lebih sering. Terutama di lokasi yang menjadi "sarang" komet maupun asteroid, seperti Sabuk Asteroid Utama (antara Mars - Jupiter), sabuk Kuiper Edgeworth dan awan komet Oort. Para cendekiawan meyakini, meski sampai kemarin belum ada buktinya, bahwa tumbukan antar sesama komet atau asteroid itulah yang membuat suatu calon komet (baca : kometisimal) terlempar dari "sarang"nya dan masuk ke tata surya bagian dalam menghasilkan komet yang memukau. Demikian pula asteroid, yang keluar dari "sarang"nya untuk menjadi asteroid pengelana yang kadang-kadang berdekatan dengan Bumi.

Bukti itu akhirnya datang juga dari obyek kecil yang sejauh ini diberi nama P 2010 A2. Obyek ini awalnya diduga sebagai komet, ditemukan pada 6 Januari 2010 oleh sistem pelacakan benda langit LINEAR yang bersenjatakan teleskop pemantul 1 m. P 2010 A2 dianggap sebagai komet periodik dengan periode orbital 3,47 tahun yang mengedari Matahari pada perihelion 2,00 SA dan aphelion 2,57 SA (1 SA = 150 juta km) pada orbit ellips yang miring 5 derajat terhadap ekliptika. P 2010 A2 menempati perihelionnya pada Desember 2009 lalu dan memiliki 'ekor' sehingga dianggap sebagai komet. Namun anggapan ini meragukan, sebab karakter orbitnya mirip dengan orbit asteroid di Sabuk Asteroid Utama. Belakangan spektroskopi menunjukkan 'ekor komet' ini tidak mengandung uap air atau bahan-bahan yang mudah menguap lainnya sebagaimana yang umum dijumpai di komet-komet. Obyek ini kemudian diklasifikasikan sebagai komet Sabuk Utama, satu klasifikasi yang janggal sebab sejauh ini
hanya ada 4 obyek sejenis yang menjadi anggotanya.

Akhirnya misteri terpecahkan ketika mata WFPC 3 (Wide Field and Planetary Camera 3) yang dipasang di teleskop ruang angkasa Hubble menatap tajam ke P 2010 A2. Secara mengejutkan di bagian yang harusnya berupa 'kepala komet' (coma) terdeteksi bentukan mirip huruf X yang aneh. Namun ini bukan 'planet X'. Interpretasi Hubble menunjukkan bentukan X ini adalah pencaran pecahan batuan berukuran sedang sampai kecil yang terbentuk akibat beradu mukanya (head on) dua buah asteroid secara telak sehingga salah satunya hancur lebur sementara P 2010 A2 bisa bertahan, namun kehilangan banyak massa sehingga diameternya menyusut jauh dari semula 500 meter tinggal 150 meter saja. Seperti "ciuman" antar asteroid saja, namun mematikan. Angin Matahari (yakni pancaran proton dan elektron secara konstan dari permukaan Matahari ke segala arah) kemudian menekan debu-debu berukuran milimeter yang terbentuk dari tabrakan ini ke arah menjauhi Matahari, sehingga menampakkan bentuk
mirip ekor komet.

Yang lebih mengesankan lagi, analisis orbit lanjutan menunjukkan P 2010 A2 ini merupakan anggota asteroid keluarga Flora. Ini Keluarga asteroid yang palking fenomenal karena berasal dari sebuah asteroid besar (diameter 100-an km) yang pecah berhamburan menjadi asteroid-asteroid lebih kecil akibat tumbukan dengan sesamanya pada 100 juta tahun silam. Simulasi komputer menunjukkan pecahan-pecahan asteroid Flora tersebut terdorong masuk ke tata surya bagian dalam, bergentayangan di orbit planet-planet terestrial sehingga berpotensi bertumbukan dengan Mars, Bumi dan Venus. Simulasi juga menunjukkan puncak tumbukan tersebut (dalam frekuensi yang sangat tinggi sehingga diibaratkan sebagai hujan asteroid) terjadi pada 65 juta tahun silam, tepat saat dinosaurus meregang nyawa.

So, bagaimana kelanjutan kisah P 2010 A2 ini dan keluarganya? Apakah berpotensi jatuh ke Bumi? Mungkin saja, tapi masih jauh lah. Pantauan LINEAR, NEAT, LONEOS, Catalina Sky Survey dll sejauh ini menunjukkan tak ada satupun asteroid/komet berdiameter > 50 m yang mengarah langsung ke Bumi.

Catatan : gambar dimodifikasi dari citra Hubble Space Telescope, STScI, 2010.

Attachment(s) from Ma'rufin Sudibyo

1 of 1 Photo(s)

2.

Membantah Kiamat 2012

Posted by: "Ma'rufin Sudibyo" marufins@yahoo.com   marufins

Sat Feb 6, 2010 7:58 am (PST)



Catatan lama dari FB. Sorry kalo repost. Semoga bermanfaat. Bila menuh-menuhin mailbox di-delete saja :).
---
MEMBANTAH KIAMAT 2012

Islam merupakan agama yang senantiasa mendorong penganutnya untuk mempelajari ilmu dan aplikasinya pada teknologi dengan gairah yang menyala–nyala, bahkan setengahnya diwajibkan. Kita mengenal hadits Nabi SAW yang cukup populer, yang artinya "…mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi kaum muslimin dan muslimah." Ataupun hadits yang lain, yang artinya. "….tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina." Meskipun hadits terakhir ini dianggap dhaif, namun esensinya (yakni menuntut) ilmu tidaklah kemudian lenyap begitu saja.

Islam menggarisbawahi bahwa ayat–ayat suci yang menjadi kalimah Allah SWT tidak hanya yang tertuang dan tercetak dalam kita suci saja, atau ayat–ayat yang tersurat (qauliyah). Namun juga sangat banyak ayat yang tersirat, yang terpampang di hadapan kita di alam semesta (ayat kauniyah). Berbeda dengan ayat qauliyah, ayat kauniyah ini harus ditelusuri lebih dahulu secara mendetil, kadang lewat jalan yang berliku, sebelum bisa menerjemahkan dan menafsirkan apa maksudnya dan apa pesannya bagi Umat Islam, umat terbaik yang pernah ada di Bumi.

Di dalam al–Qur'an, menurut Syaikh Jauhari Thanthawi pada tujuh dekade silam, terdapat sekurangnya 750 yang membahas tentang alam semesta. Jumlah ini bisa dibandingkan misalnya dengan 150 ayat yang membahas tentang fiqh. Satu hal yang disayangkan, meski jumlah ayat yang membahas alam semesta demikian banyak, namun prioritas pembelajarannya kalah jauh dibandingkan, misalnya, dengan pembelajaran ilmu fiqh. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam boleh dikata sedang mengalami masa kejumudan (kebekuan), yang barangkali disebabkan oleh terputusnya mata rantai ilmu pengetahuan akibat invasi Mongol ke Baghdad berabad silam. Namun di sisi lain juga disebabkan oleh kecenderungan "malas" berfikir akibat berkembangnya model–model esoteris yang cenderung eskapis (melarikan diri) dari realitas dunia.

Konsekuensi dari kebekuan ini sungguh luar biasa. Hingga kini hanya ada 2 ilmuwan Muslim yang pernah berdiri di panggung penerimaan hadiah Nobel. Hingga 2004, dari 46 negara Islam yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam), dana yang dialokasikan untuk aktivitas ilmiah baru mencapai 0,45 % dari PDB (Produk Domestik Bruto). Ini sangat jauh dibanding negara–negara maju yang sudah mencapai angka 2,3 % dari PDB. Demikian pula dengan rasio cendekiawan (ilmuwan, teknisi, insinyur dll) terhadap penduduk keseluruhan. Di negara–negara Islam hanya ada 8,8 cendekia per 1.000 penduduk, bandingkan dengan 139,3 cendekia per 1.000 penduduk negara–negara maju (dinukil dari Dr. Agus Purwanto dalam buku "Ayat-Ayat Semesta").

Implikasi dari ketimpangan ini sungguh luar biasa. Umat Islam tidak bisa berkutik ketika masalah Palestina, Irak, Pakistan dan Afghanistan tidak jua terselesaikan. Umat Islam hanya menjadi pasar yang besar bagi vaksin virus H1N1 dan H5N1 yang sedang dikembangkan raksasa–raksasa farmasi dunia. Bahkan meski menjadi salah satu peletak dasar ilmu astronomi, Umat Islam tidak bisa berbuat banyak ketika astronom sedunia (yang rata–rata non muslim) berpesta pora dengan hasil–hasil bidikan teleskop ruang angkasa Hubble, Spitzer ataupun hasil misi–misi antariksa antarplanet. Di sisi yang lain, Umat Islam juga menjadi pasar yang empuk bagi program pembodohan massal, entah disengaja atau tidak, yang mewujud dalam aneka isu yang sebenarnya tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Seperti isu Kiamat 2012.

Kondisi ini tentu tak boleh dibiarkan berlarut–larut. Mari bangkit, mari memperbaiki diri, mari mulai berubah, mulai dari lingkungan sendiri, mulai dari hal yang kecil–kecil dan mulai dari hal yang sederhana. Kabarkanlah kebenaran meski hanya dari satu ayat.

Isu Kiamat 2012 pada hakikatnya hanyalah reproduksi (pengulangan kembali) isu sejenis yang sudah pernah muncul di masa sebelumnya. Ada isu yang "berhasil" dan banyak pula yang tidak. Di dunia Islam, isu kiamat sering dikaitkan dengan kemahdian (mesianisme), dimana yang menonjol adalah munculnya Gerakan Qadyaniyyah (Ahmadiyyah). Sementara di dunia non Islam, khususnya Kristiani, kaitannya hampir sama tapi lebih ditekankan kepada kedatangan juru selamat.

Seluruh isu kiamat yang pernah muncul, khususnya di masa kontemporer, adalah bohong. Meski di masa kontemporer pula kita mencatat isu kiamat tak jarang mengorbankan jiwa manusia yang tidak memahaminya. Seribu orang tewas bunuh diri massal akibat isu kiamat dalam sekte Kuil Rakyat (People Temple) pimpinan Jim Jones yang bermarkas di Jonestown, Guyana, pada awal 1980–an. 11 orang tewas akibat tebaran gas syaraf (sarin) oleh sekte Aum Shinrikyo pimpinan Shoko Asahara pada 1995 di Tokyo, Jepang. Dan 37 orang anggota sekte Heavens Gate tewas bunuh diri akibat isu kiamat yang berkaitan dengan datangnya komet Hale–Bopp. Nah, kira–kira siapa dan berapakah yang harus tewas sia–sia dengan berkecamuknya isu Kiamat 2012 ?

Isu Kiamat 2012 dinisbatkan kepada kebudayaan Maya, sebuah kebudayaan kuno yang mengagumkan di Amerika Tengah. Namun tetua Suku Maya sendiri tak pernah menyatakan bahwa kebudayaan Maya meramalkan kedatangan kiamat. Suku Maya memang mengagumkan, karena meski tak pernah menemukan roda, mereka bisa membangun piramida dan kota–kota yang sibuk sebelum kemudian berlebihnya jumlah penduduk memicu degradasi lingkungan yang menghilangkan mereka dari pentas peradaban, tepat ketika Nabi SAW mulai berhijrah ke Yastrib.

Ditinjau dari sudut pandang ilmu pengetahuan, khususnya astronomi, geologi dan geofisika, tak ada satupun aspek dalam isu Kiamat 2012 yang memiliki basis ilmiah kuat, terkecuali badai Matahari (sunstorm), itupun prediksi termutakhir menunjukkan sifat badai Matahari mendatang sangat berlawanan dengan apa yang dibayangkan para "penggemar" kiamat. Gerhana pusat galaksi, yakni tertutupinya pusat galaksi Bima Sakti oleh Matahari selama sesaat pada 21 Desember 2012 pukul 18:11 WIB, ternyata tak pernah bisa terjadi karena Matahari hanya sanggup menjangkau deklinasi - 23,5 sementara pusat galaksi ada di deklinasi -29. Pun demikian dengan penjajaran (konjungsi) besar planet–planet dalam tata surya, hanya ada Merkurius–Venus dan Venus–Bumi yang berjejeran searah ke Matahari pada dua kesempatan terpisah alias tidak saling bersamaan.

Terbelahnya benua, yang diawali dari lembah Dabbahu di Afrika timur, ternyata merupakan proses kontinyu yang sudah terjadi sejak 5 juta tahun silam sebagai bagian dari siklus Wilson dalam tatanan tektonik global, khususnya terkait dengan pembentukan dasar samudera dan pemekaran lantai samudera akibat pembentukan lempeng–lempeng tektonik baru. Aktivitas di kaldera Yellowstone ternyata lebih menjurus ke aktivitas bradyseismic dan sejarah menunjukkan ada selang waktu ribuan tahun antara bradyseismic dengan letusan besar sebagaimana ditunjukkan oleh perilaku kaldera Campania di Italia. Dan andaikata kaldera Yellowstone meletus pun, dengan volume kubahnya magmatik tersembunyinya (cryptodome) saat ini, letusanya hanya menyamai Galunggung 1982–1983 alias berada di kisaran skala VEI 5.

Tumbukan dengan planet X takkan pernah terjadi, karena bagaimana bisa terjadi tumbukan jika planet X sendiri hanyalah ilusi alias tidak pernah ada. Pun demikian dengan planet Nibiru, yang juga tak pernah ada. Andaikata Nibiru ada, pada hari-hari ini kita sudah akan bisa menyaksikannya dengan jelas sebagai benda langit bermagnitude +6 di belahan langit selatan, berdekatan dengan Awan Magellan Besar. Dengan magnitude tersebut, maka benda langit itu seharusnya sudah nampak dengan mata telanjang. Tumbukan dengan komet dan asteroid, meski potensial, sejauh ini dinisbatkan berada pada probabilitas nol (alias skala Torino nol) karena tidak terdeteksi adanya komet atau asteroid yang langsung mengarah ke Bumi. Dan andaikata siklus Shiva itu benar, dimana terjadi periodisasi hantaman benda langit seukuran +/- 10 km setiap 30 juta tahun sekali, maka tumbukan tersebut diidentifikasi sudah terjadi pada 0,78 juta tahun silam di atas Asia Tenggara.

Juga dengan isu memanasnya inti Bumi oleh neutrino yang dilepaskan Badai Matahari. Itu tak mungkin terjadi karena neutrino selalu dipancarkan setiap saat, tak perlu menunggu peristiwa badai Matahari, dengan jumlah luar biasa banyak (650 milyar neutrino per detik untuk tiap sentimeter persegi permukaan Bumi. Hanya sebagian sangat kecil neutrino yang bereaksi dengan materi, sesuai dengan sifat dasarnya yang sangat sulit bereaksi kecuali dalam proses interaksi lemah, satu dari empat gaya fundamental di alam semesta. Ketika jumlah yang bereaksi sangat kecil, menjadi tidak logis kalau jumlah yang sangat kecil itu mampu memanaskan Bumi, bukan ?

Hanya aspek Badai Matahari yang memiliki basis ilmiah. Itupun harus digarisbawahi bahwa Badai Matahari yang kemungkinan terjadi pada akhir 2012 / awal 2013, dengan prediksi mutakhir bergeser pada April - Mei 2014 lebih berdampak pada sistem elektronis yang ada di Bumi. Prediksi terakhir justru menunjukkan aktivitas Matahari yang kalem, dingin, dan jika mencapai puncaknya pada 2014 tersebut hanya akan nampak 40-an bintik Matahari, sebanding dengan yang dialami Bumi pada masa Dalton minimum dan berpotensi menggiring Bumi ke global cooling yang salah satu gejalanya sudah kita rasakan dalam bentuk penurunan suhu ekstrim di belahan Bumi utara. So, sangat berkebalikan dengan yang dibayangkan para "penggemar" kiamat bukan?

Andaikata badai matahari terjadi dengan kedahsyatan yang menyamai skala Carrington event 1859, kita mungkin akan kehilangan sinyal seluler untuk sementara, mengalami pemadaman listrik untuk sementara, ATM macet, trasportasi sedikit kacau dan sebagainya. Namun keimanan kita, ijtihad kita dan pesan – pesan yang ditinggalkan Baginda Nabi SAW dan para sahabat nabi serta para auliya kita, mengajarkan bahwa kita tak perlu merasa hal itu menjadi sebuah malapetaka, apalagi yang menghancurkan dunia. Satu kalimat hikmah menyebut "…kiamat akan terjadi pada hari Jumat, namun andaikata kiamat terjadi besok pagi, maka sore nanti tetaplah bertanam padi."

3a.

Re: collision diameter

Posted by: "Haryo Sumowidagdo" sumowidagdo@gmail.com   haryo_hep

Sat Feb 6, 2010 8:37 am (PST)




Topik ini sebenarnya bukan cryogenic (terkait fisika temperatur rendah) melainkan lebih ke arah transport phenomena yang merupakan bagian dari termodinamika/mekanika statistik.

Bab 12 sampai 14 dari buku Reif "Fundamentals of Statistical and Thermal Physics" membahas tentang transport phenomena dan hubungannya dengan termodinamika, teori kinetik gas, fisika statistik, persamaan transport Boltzmann, dan topik terkait lainnnya.

Kalau buku yg sy sebut tidak ada cari penjelasan dan pembahasan dasar di buku-buku termodinamika, fisika/mekanika statistik, atau kimia fisika.

--- In fisika_indonesia@yahoogroups.com, "Putri bungaH" <putri_bungah@...> wrote:
>
> Hi Satria,
>
> main di cryogenic ya...
> oke saya coba cari bukunya di perpus, kalo ada rekomendasi terbitan yg bagus bisa di informasikan, dulu di kampus sana sy ga minat sama yg beginian jadi ga pernah ikutan kuliahnya.
>
> saya ingin cari hubungan collision diameter dengan viscosity, tepatnya hydrogen case. secara mendalam ingin mempelajari skala molecularnya... sepertinya menarik..
>
> buat rekan2 yg lain juga ditunggu pencerahannya
>
> salam,
> Elin

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Finance

It's Now Personal

Guides, news,

advice & more.

Y! Groups blog

The place to go

to stay informed

on Groups news!

Yahoo! Groups

Cat Owners Group

Join a community

for cat lovers

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
===============================================================
**  Arsip          : http://members.tripod.com/~fisika/
**  Ingin Berhenti : silahkan mengirim email kosong ke :
                     <fisika_indonesia-unsubscribe@yahoogroups.com>
===============================================================

Tidak ada komentar: