Angka-Angka Bermakna
(artikel ini bisa diakses di www.nuansaislam.
Kini kita sedang berada di era dunia 'bunga rampai'. Hidup yang tertata rapih dan
sekaligus menawarkan kelengkapan. Tertata berurutan runut seperti
penataan kamus atau ensiklopedi. Contoh yang paling gamblang untuk
kenyataan itu mungkin adalah mall, super market, atau hyper market.
Untuk mencari mi instant merek tertentu, Anda tidak perlu mengobok-obok
seluruh isi pasar, tapi cukup menuju ke direktori makanan instant dan
lebih khusus lagi ke bagian mi instant. Di situ, Anda tidak hanya akan
menemukan mi instant incaran Anda, tapi akan berjumpa dengan mi
instant-mi instant lain yang mungkin baru pertama kali Anda lihat dan
mungkin dengan melihatnya akan memancing hasrat Anda untuk membelinya.
Spirit
yang mirip seperti itu yang terkadung pada buku-buku yang berjenis
bunga rampai. Dan itu yang membuatnya menarik. Untuk mendapatkan banyak
informasi tentang revolusi Islam, kita tidak perlu membaca atau
memiliki semua buku yang membahas tentang revolusi Islam karena itu
tentu akan sangat banyak. Kita hanya cukup membaca satu buku kumpulan
tulisan tentang tema revolusi Islam dan kita akan menemukan begitu
banyak informasi tentang revolusi Islam seperti bentuk, organisasi,
cara kerja, dan periodisasi revolusi Islam.Karenanya,
khusus buku kumpulan khutbah, buku dengan model seperti ini memang
bukan lagi barang langka. Aspek kemudahan yang ditawarkannya bagi para
dai yang mencari atau untuk sekadar menambah wawasan ceramahnya membuat
buku semisal ini tidak pernah lekang oleh waktu selalu diburu oleh
mereka yang memang berkecimpung dalam dunia dakwah atau mereka yang
hanya ingin sekadar ingin tahu banyak tentang Islam secara lebih mudah.
Ber-Angka
Ada buku yang berjudul Kumpulan Khutbah Jumat Imam Masjidi Haram,
terbitan Nun Publisher. Pastinya, buku ini lebih menekankan pada bahwa
khutbah yang terkumpul di dalam buku itu adalah milik Imam Masjidil
Haram, apapun temanya. Berbeda dengan buku KH. Hasyim Muzadi yang
berjudul Radikalisme Hancurkan Islam (Kumpulan Khutbah Jumat),
terbitan Center for Moderate Muslim, karena buku ini lebih menekankan
isinya pada tema-tema tertentu, bukan pada siapa penulisnya.
Akan halnya buku 53 Materi Khotbah Ber-Angka,
tidak berada pada salah satu format yang disebutkan sebelumnya. Bukan
pada siapa penulisnya dan juga bukan pada apa temanya, namun pada
bagaimana judulnya dibuat. Setiap judul khutbah di dalam buku ini
dimulai dengan kata: dua, tiga, empat, lima, dan enam. Hanya sampai
enam, tidak ada angka tujuh dalam buku ini. Ada kemungkinan, membahas
tujuh hal dalam sebuah khutbah terlalu banyak memakan waktu. Seperti
salah satu judulnya yang berbunyi Tiga Bentuk Pluralisme Islam atau Enam Manfaat Percaya pada Akhirat. Kerana itulah buku ini diberi judul53 Materi Khotbah Ber-Angka. Sebuah format berbeda dari buku-buku kumpulan khutbah biasanya.
Lalu
mengapa ada 53 judul? Kemungkinan besar buku ini dipersiapkan sebagai
bahan khutbah selama setahun yang biasanya memang berisikan 53 pekan.
Namun jika demikian, buku ini seharusnya berisikan 55 judul khutbah
karena dua di antaranya pasti terpakai untuk Idul Fitri dan Idul Adha,
bukan hanya untuk khutbah Jumat. Itulah masalah yang sering diidap oleh
segala yang ber-angka. Setiap angka, terutama yang lebih dari satu,
selalu menawarkan alternatif pilihan sehingga memberikan peluang untuk
memilih. Namun sebenarnya, selain memberikan peluang untuk memilih,
segala hal yang berjumlah juga sekaligus membatasi pilihan hanya pada
angka yang disebutkannya. Lebih dari itu, tidak ditawarkannya.
Lintas Tema
Salah
satu yang sering terjadi buku bunga rampai yang tidak mendasarkan diri
pada sebuah tema juga terjadi pada buku ini yaitu tema yang dibahas
sangat bermacam-macam, meski tidak mencakup semua hal. Namun nilai
lebihnya adalah banyak hal yang dicakup buku ini dan jika memang
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan khutbah selama setahun, maka hal
itu menjadi sangat wajar.
Jika
dicermati, tema-tema khutbah dalam buku ini membentang dari masalah
spiritualitas, pendidikan, pluralisme, keimanan, politik, dan
sebagainya. Namun secara singkat bisa dikatakan tema-tema khutbah dalam
buku ini mencakup aspek sosial dan ritual dalam Islam. Kedua aspek ini
memang harus mendapatkan perhatian untuk didamaikan. Sebagaimana
manusia mempunyai aspek lahir dan batin yang tidak boleh ditanggalkan
salah satunya, maka agama pun mempunyai aspek lahir atau sosial dan
batin atau ritual. Khutbah-khutbah yang ada di dalam buku ini memadukan
kedua aspek tersebut secara berkesinambungan.
Hal ini bisa kita lihat pada salah satu khutbah yang berjudul Tiga Nilai Puasa Ramadhan. Oleh penulis, ketiga nilai itu adalah: habl min Llaah (hubungan dengan Allah), habl min nnaas (hubungan dengan manusia), dankedisiplinan. Karena puasa adalah salah satu ritual penting dalam Islam, maka fungsinya sebagai habl min Llaah tentu hal yang pasti. Namun bagaimana dengan habl min nnaas?
Penulis menyebutkan kata kuncinya, yaitu: kebersamaan. Bagi penulis,
puasa menawarkan kebersamaan kepada sesama manusia. Sama-sama lapar,
sama-sama haus, dan karenanya, sama-sama lemah. Dan karena itu semua,
maka semua manusia itu sama. Lengkap sudah. Tiga nilai puasa Ramadhan
ini syukur-syukur bisa dilaksanakan semuanya. Paling tidak,
penulis ingin menekankan bahwa sebuah ritual selalu mempunyai makna
sosial. Dari tiga nilai puasa Ramadhan dalam khutbah ini, makna
sosialnya dua dan makna ritualnya hanya satu.
Oke,
puasa adalah persoalan yang pasti ada dalam setahun dan karena itu
harus pula ada dalam sebuah buku kumpulan Khutbah Jumat yang diniatkan
untuk dibaca setahun. Namun buku ini juga memuat tema yang dalam
setahun belum tentu menjadi salah satu tema penting. Salah satunya
adalah karena tidak tercantum dalam kalender hari besar Islam. Tema
yang saya maksud adalah pluralisme. Sangat mungkin tema ini lahir untuk
merespon persoalan yang muncul ketika khutbah itu dibikin dan memang
pernah hangat beberapa waktu lalu. Tema ini dimuat dalam judul Tiga Bentuk Pluralisme Beragama.
Tiga
bentuk pluralisme beragama yang dimaksud dalam judul ini adalah tiga
bentuk yang dilarang, yaitu pluralisme yang menganggap keyakinan agama
lain itu benar; melaksanakan peribadatan agama lain, dan mengikuti
syariat agama lain.
Bentuk
yang kedua dan ketiga mungkin tidak perlu mendapatkan penjelasan lebih
lanjut karena sudah pasti salah jika seorang penganut agama Islam
justeru melaksanakan ritual agama lain atau mengikuti syariat agama
lain. Namun bentuk yang pertama masih perlu mendapatkan penjelasan
lebih jauh. Karena terlarang untuk melihat adanya kebenaran pada
keyakinan agama lian, apakah itu berarti penganut agama Islam harus
"menyalahkan" keyakinan lain demi kebenaran keyakinan Islam? Atau
apakah itu berarti penganut agama Islam harus "mencari-cari" kekeliruan
keyakinan lain demi "menambah" keyakinan akan kebenaran keyakinan
Islam? Mungkin karena ini adalah khutbah Jumat maka terlalu panjang
jika semua itu dijelaskan panjang lebar.
Walhasil,
buku ini telah berhasil menampakkan fungsinya di era dunia bunga rampai
ini. Mudah dan memudahkan untuk semua pembaca, baik dai maupun bukan
dai. Sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa peng-angka-an itu bersifat
menguraikan tetapi sekaligus membatasi, maka itu terjadi juga dalam
tema-tema yang ada di dalam buku ini. Misalnya, ketika penulis
menyebutkan "ada tiga nilai", apakah memang cuma ada tiga? Minimal tiga
atau maksimal tiga? Sebagaimana mall atau supermarket telah bertindak
memberikan sedemikan banyak pilihan untuk dibeli, sebenarnya di saat
bersamaan mall dan supermarket juga sekaligus membatasi pilihan menurut
seleranya sendiri, bukan selera pembeli karena—sebenarnya lagi—selera
itu telah ditentukan sedari awal oleh produsen dan pembeli hanya
"bebas" memilih di antara selera-selera yang ditawarkan, bukan
seleranya sendiri. Buku telah mendisplay pilihan lewat angka yang tentu
pas dengan selera penulisnya, bukan berdasar keinginan pembaca. Namun
yang pasti, buku ini sangat menarik dan layak dikoleksi.
Judul :53 Materi Khotbah Ber-Angka
Penulis :Drs. H. Ahmad Yani
Tebal :418 halaman
Penerbit :Al Qalam, JakartaTerbit : Desember 2008
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar