Efek Wallendra
Karl Wallendra salah satu dari keluarga wallendra yang terkenal dengan akrobat berjalan di udara dengan seutas tali, meninggal terjatuh pada salah satu pertunjukannya. Istrinya bercerita bahwa malam sebelum kecelakaan, karl merencanakan akan mengahiri karir akrobatnya karena umurnya telah melampaui usia lima puluh tahun, dan dia ingin mengahiri karirnya tanpa kesalahan. Dia terus berfokus bagaimana agar tidak jatuh, bagaimana agar tidak gagal dengan mempertimbangkan segala kemungkinan, padahal pada pertunjukan sebelumnya dia justru berfikir sebaliknya yaitu bagaimana agar bisa berhasil dengan baik. Berfikir agar tidak jatuh justru membuatnya menjadi fokus pada kejatuhan dan ahirnya itulah yang terjadi dan setelah itu kejadian seperti ini dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah efek Wallendra.
Ada saat dimana kita tidak membutuhkan cerita pengalaman mengenai kegagalan yang justru kadangkala menyurutkan semangat kita untuk memulai sesuatu .Dalam sebuah cerita di kisahkan bahwa seorang adipati berkeinginan mencari orang kepercayaan untuk bisa memimpin pertempuran dan dibuatlah sayembara bahwa pemenang akan di perolah jika berhasil melewati hutan dan sebuah danau didalam hutan tersebut. Namun demikian sang adipati berlaku adil dengan menceritakan melalui selebaran keadaan hutan tersebut yang banyak di huni perampok dan binatang buas, begitupula dengan danau yang didiami oleh banyak buaya dan ular baik di pinggir dan di tengah danau. Berita tersebut sampai dari mulut ke mulut sehingga banyak peserta yang mengundurkan diri . Ketika lomba di mulai peserta tinggal sedikit dan setelah memasuki hutan hampir seluruh peserta kembali ketempat kecuali salah seorang pemuda yang berhasil menyelesaikan lomba dengan baju campang camping dan ada sedikit luka. Banyak orang bertanya apa yang menyebabkan pemuda tersebut berhasil, dan ternyata hal itu karena dia seorang yang tuli dan buta huruf sehingga dia tidak tahu informasi mengenai kesulitan tantangan lomba tersebut selain niat untuk memenangkan pertandingan.
Ketika orang memberikan sangkalan sembilan puluh sembilan persen kemungkinan kegagalan tetapi saya mengusahakan persentase tersisa agar bisa menghadirkan lampu pijar di rumah mereka kata edison yang pernah dikeluarkan dari sekolah karena dianggap sangat bodoh
Salam
David
[Non-text portions of this message have been removed]
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar