Messages In This Digest (23 Messages)
- 1.
- (Rampai) Telephone di pagi Sabtu 12 Des 2009 From: Elisa Koraag
- 2a.
- Re: (Rampai) Telephone di Sabtu pagi 12 Des 2009. From: hamasahputri
- 2b.
- Re: (Rampai) Telephone di Sabtu pagi 12 Des 2009. From: Novi Khansa
- 3a.
- Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> mak anty From: Novi Khansa
- 4a.
- Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> mimin From: Novi Khansa
- 5a.
- Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu->mas salam & kang dani From: Novi Khansa
- 6.
- Just For Your Health, Success, Happiness, Greatness From: sugengmessage
- 7a.
- Re: Naskah Kelana Yang Masuk From: MIAU IMA
- 7b.
- Re: Naskah Kelana Yang Masuk From: Ranma Konisuki
- 8a.
- Re: [footnotes] Satu Permintaan From: Mimin
- 8b.
- Re: [footnotes] Satu Permintaan From: indahip@gmail.com
- 9a.
- [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Hadian Febrianto
- 9b.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Nia Robie'
- 9c.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: pandika_sampurna
- 9d.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Hadian Febrianto
- 9e.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: febty f
- 9f.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Novi Khansa
- 9g.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Jonru
- 9h.
- Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang From: Mimin
- 10.
- [Fiksi] Tiga Perempuan From: novi khansa'
- 11a.
- Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu From: febty f
- 11b.
- Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> Fety From: Novi Khansa
- 12.
- [Motivasi] Leadership: Bedanya Bosan Dan Malas From: Ikhwan Sopa
Messages
- 1.
-
(Rampai) Telephone di pagi Sabtu 12 Des 2009
Posted by: "Elisa Koraag" elisa201165@yahoo.com elisa201165
Mon Dec 14, 2009 3:00 am (PST)
Thanks Siwi.
22 tahun yang lalu aku di tinggal alm. papaku.
Rasanya gak sesakit atau sepedih ini.
Thanks yah. Mudah-mudahan aku bisa segera menghilangkan kesedihan ini.
Sakit kepalaku nangis terus-terusan.
Salam
Icha
- 2a.
-
Re: (Rampai) Telephone di Sabtu pagi 12 Des 2009.
Posted by: "hamasahputri" widayati_endah@yahoo.com hamasahputri
Mon Dec 14, 2009 8:25 am (PST)
Turut berduka cita, Bun
Semoga Bang Eky mendapat
tempat terbaik di sisi-Nya
sabar yaaa...
Dani
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Elisa Koraag <elisa201165@com ...> wrote:
>
>
>
>
> Ekky Marshal Firdaus bin Eddy Macmudi Effendi
> Begitu yang terpatri di nisanmu.
> 17 Maret 1985- 12 Des 2009
> Rentang hidupmu di dunia.
>
>
> Bang Ekky
> begitulah Bas dan Van menyapamu
> Bunyi Hp di Sabtu pagi 12 Des 2009.
> Membawa kabar kepulanganmu.
> Rasa sakit tiba-tiba melingkupi tubuh ini.
- 2b.
-
Re: (Rampai) Telephone di Sabtu pagi 12 Des 2009.
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Dec 14, 2009 9:35 am (PST)
Bunda...
puisinya dalam banget T____T
Ekky masih muda sekali, ya...
*hugz Bunda Icha
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Elisa Koraag <elisa201165@com ...> wrote:
>
>
>
>
> Ekky Marshal Firdaus bin Eddy Macmudi Effendi
> Begitu yang terpatri di nisanmu.
> 17 Maret 1985- 12 Des 2009
> Rentang hidupmu di dunia.
>
>
> Bang Ekky
> begitulah Bas dan Van menyapamu
> Bunyi Hp di Sabtu pagi 12 Des 2009.
> Membawa kabar kepulanganmu.
> Rasa sakit tiba-tiba melingkupi tubuh ini.
>
>
> Kamu memang bukan anak yang lahir dari rahimku
> Tapi ibumu adalah kakakku
> dan anak ibumu adalah anakku juga.
> Sama seperti anakku, anak ibumu.
>
>
> Ekky
> hembusan nafas terakhirmu di pagi yang dingin
> menghentikan semua rasa sakit yang mendera tubuhmu
> dari kanker stadium 4 sebesar buah kelapa di perutmu.
> Kini kamu sudah merdeka dari penderitaanmu.
> Tapi terlalu cepat semua berakhir sehingga masih ada rasa tak percaya.
> Oktober 2009 ketika kami mendapat kabar
> tentang penyakit jahat berdiam ditubuhmu.
> Saat itu airmata rasanya sudah habis tertumpah.
> Seribu tanya menyerbu benakku, Kok bisa?
>
>
> Kamu yang tidak minum soda
> Kamu yang gemar bermain bola
> Kamu yang hobi makan ketupat sayur dan semur masakan ibu
> Mengidap kanker........?
>
>
> Aku ingin marah...tapi pada siapa?
> Kamu sulung dan anak laki-laki satu-satunya.
> Aku tahu benar, hancurnya perasaan ibu dan bapakmu.
> Karena rasa mereka, sehancur perasaanku.
>
>
> Harusnya kami gembira.
> Karena kamu tak merintih lagi.
> Harusnya kami bahagia karena tak melihat deritamu
> Tapi tak bisa karena kami tak bisa melihatmu selamanya.
>
>
> Ketidak mampuan mengambil sebagian rasa sakitmu
> agar kami turut menanggungnya
> membuat tubuh ini nyeri dan pedih.
> Kami ingin kau bagi rasa sakit itu
> agar kami sama menderita denganmu.
> Tapi apa daya, itu tak mungkin.
>
>
> Lantunan doa dan upaya penyembuhanmu terus kami lakukan.
> Tak putus kami membangun harapan untuk kesembuhanmu.
> Menghidupkan keyakinan kamu akan sehat kembali
> Optimis, kamu akan mampu mengalahkan penyakitmu
> 24 tahun, usia yang relatif muda.
> Itu pula yang menyebabkan rasa tidak rela melepasmu
> kembali kepangkuan Sang Pemilik Kehidupan.
>
>
> Tapi bunyi HP di Sabtu pagi 12 Des 2009
> membuat tiba-tiba oksigen terasa menipis.
> Aku sulit bernapas
> sebuah batu besar menekan dadaku
> aku tersandar di pintu, tubuhku bagai tak bertulang
> merosot hingga terduduk dilantai dingin
> sedingin jiwa ini.
>
>
>
>
> Mungkin benar, Tuhan lebih mencintamu
> dan aku tak lagi bisa mendengar canda tawamu
> tak bisa lihat senyum nakalmu menggoda ibu
> atau menggoda dua adikmu.
> Juga tak lagi bisa memeluk atau menciummu.
> Aku coba meyakinkan rasa di dada ini untukmu
> Tapi tetap saja sulit menahan airmata ini
> hingga kepalaku menjadi sakit dan berdenyut-denyut.
>
> Seperti keyakinan bapak ibumu,
> akupun meyakini
> engkau pulang dalam keadaan Chusnul Chotimah.
> Terbukti dari senyuman di wajahmu.
>
> Ekky,
> kenangan akan kamu ku letakkan
> di satu sudut di hati ini.
> Rasa sayangku tak pernah berhenti.
>
>
> Jakarta 14 Des 2009
> Tante Icha
>
- 3a.
-
Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> mak anty
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Dec 14, 2009 9:23 am (PST)
ok, insya Allah, kalau ketemu, aku sampein salamnya, mbak :)
aku udah kasih tahu emak, kok...
kan aku kasih lihat foto kita pas milad Eska kemaren :D
hehehe
Emakku tahu 99% tentang diriku, temanku, dan semua :D
aku kan suka cerita, dari A-Z, hehehe,,,
salam
Nak nopi di jakarta :D
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "anty th" <anty_th@...com > wrote:
>
> Salam buat ibu ya Nov
> Salam dari emak ^_*
>
> Alhamdulillah klo ibu baik2 aja.
> Smoga January bisa ketemu yah
> ^_^
>
> Sampaikan salam kenal dari emak yah
> hihii ... emak .. tua banget yah diriku
>
> salam sayang selalu
> anty
>
- 4a.
-
Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> mimin
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Dec 14, 2009 9:27 am (PST)
alhamdulillah, ibu bisa bangun, dibantu aku pegang sama calon penumpang lain...
maksudku sih aku biarin ibu naik duluan, eh kok busnya malah jalan...
iya, sama
pelajaran banget...
makasi ya, mimin :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Mimin <minehaway@.com ..> wrote:
>
> Innalillah...terkejut juga bacanya
> Teringat nganter nenek pulang kampung naik kereta trus naik bis, hampir saja
> nenek jatuh.
> Dan sama..., saya lupa menggandeng tangannya, malahan naik duluan. Nyesel
> juga sih..
> Alhamdulillah nggak terjadi apa2
> Saya jadi bayangin Ibunya teh Novi ini tertatih untuk bangun, ah...miris
> Moga Ibunya baik2 saja ya...
> Lain kali ati2
> Pelajaran bagus buat saya kelak..., biar lebih berhati-hati
> TFS..
> --
> http://minesweet.co.cc
> http://minehaway.com
>
- 5a.
-
Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu->mas salam & kang dani
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Dec 14, 2009 9:35 am (PST)
@kang dani
alhamdulillah, gpp
makasi ya kang dani
@mas salam
Alhamdulillah, ibu baik2 aja
ga tahu juga kalau hari ini pegel2nya, hehe
moga ga, ya, bu...
karena sampe kemarin ibu tuh malah sibuk sidak rumah karena kan beliau akan dijemput kakak.
hehehe, makasi banyak atas peringatannya :D
Aku mendahulukan ibu untuk naik duluan, kok...
dan pas turun aku turun duluan, biar bisa pegangin ibu dari bawah.
kaki ibu emang sakit udah beberapa waktu lalu
Kalau pengalaman dalam angkot dan mikrolet lebih seru lagi, lho :D
Hmmm, silakan disidik, halah :D
salam
Novi
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Nursalam AR <nursalam.ar@com ...> wrote:
>
> Innalillahi wa inna ilahi roji'un...
>
> Turut kelabu nih akibat musibah tersebut, jeng Novi...
>
> Memang takdir tak terelakkan, tapi ada --ini konvensi tak tertulis lho --
> SOP standar untuk penumpang angkuan umum:
>
> 1. Jika akan naik, dahulukan pihak yang "lemah" (baca: orang cacat, anak
> kecil/bayi, orang tua (nenek/kakek), orang yang sakit (kecuali sakit panu
> atau kutil);p.
>
> 2. Jika akan turun, dahulukan kaki kiri. Kenapa? Karena kaki kiri relatif
> lebih kuat menahan hentakan/goncangan saat baru turun dari angkutan umum. Oh
> ya, jika angkutannya mikrolet, jangan lupa, menundukkan kepala *ini
> pengalaman pribadi yang sering kepentok di mikrolet*. Tapi, tak apa-apa,
> jika Anda berbadan pendek hingga kepala aman dari batas atas pintu mikrolet
> yang rendah:).
>
> Buat yang Muslim/ah, ada tambahan: baca doa Al Ma'tsurot "audzu
> bikalimatillahittammati min syarrima kholaq" atau doa safar "bismillahi
> majreha wa mursaha (ada di Qur'an nih-- maaf, surah dan ayatnya lupa).
>
> Kalo dari cerita Novi, ini jelas ada pelanggaran prosedur yang Novi lakukan.
> Untuk pelanggaran selanjutnya, apakah baca doa atau tidak, masih akan saya
> selidiki lebih lanjut ^_^
>
> Sekian dari Komite Keselamatan Penumpang Angkutan Umum:)
>
> Tabik,
>
> Nursalam AR
>
> *lagi sok bergaya investigator*
> 2009/12/13 novi khansa' <novi_ningsih@...>
>
> >
> >
> > Kejadian itu begitu tiba-tiba hingga aku mungkin tak bisa terkejut.
> > Mendapati ibu jatuh dalam posisi telentang ketika ingin menaiki bus kota.
> > Aku dibantu calon penumpang lainnya membantu ibu untuk bangkit. Siang itu
> > kami dalam perjalanan dari rumah bulikku. Aku lupa, ibu sudah lama tidak
> > terbiasa menaiki angkutan umum dan kejar mengejar bus bukanlah sesuatu yang
> > biasa baginya. Aku lupa, kaki ibu sudah lama sakit hingga tak mudah dari
> > jatuh untuk kembali berdiri. Ya Allah, aku benar-benar lupa.
> >
> > Sudah hampir sebulan ibu memintaku untuk mengantarkan ke rumah adiknya tiap
> > akhir pekan. Tak banyak permintaan ibu yang bisa aku lakukan dan hal ini
> > adalah sesuatu yang mudah bagiku. Aku memang gampang nyasar dan tidak tahu
> > jalan, tetapi saat itu ibu bergantung kepadaku tentang arah perjalanan kami.
> > Alhamdulillah, setiap perjalanan lancar, walau aku sempat kebablasan, hehe.
> >
> >
> > Sejak menikah, ibu lebih sering bepergian bersama bapak dengan motornya.
> > Dari motor GL keluaran tahun 80-an hingga ganti motor bebek, ibu dan bapak
> > masih sering pergi bersama. Ibu sudah mulai lupa kalau harus naik angkot ke
> > suatu tempat, mungkin bisa dihitung perjalanan ibu dengan angkutan umum.
> > Ketika bapak meninggal hampir enam tahun lalu, kakak perempuanku menyicil
> > mobil, kemudian ibu lebih sering diantar jemput kakak perempuanku dengan
> > mobilnya.
> >
> > Aku mungkin anak yang paling kere, hehe... cuma sanggup mengantar jemput
> > ibu dengan angkutan umum. Dengan kakak laki-lakiku, ibu merasa aman
> > menggunakan motor. Aku bukannya tidak bisa naik motor, tapi kejadian
> > beberapa waktu lalu, mengerem mendadak saat memboncengi ibu menjadi kesan
> > membekas tersendiri buat ibu... Sangatlah jarang ibu meminta tolong aku
> > membonceng dengan motor, tentu saja salah satunya juga karena aku belum juga
> > memiliki SIM.
> >
> > Kini, aku hanya bisa memandangi ibu dari tempat duduk di belakang. Ibu
> > jatuh dari bus karena terburu-buru akan naik. Aku benar-benar lupa kalau ibu
> > pernah bilang dia tak mau berlari-lari ketika naik bus. Aku juga tahu kalau
> > kaki ibu sakit dan tak mudah baginya untuk menaiki tangga satu demi satu.
> >
> > Aku berpikir keras saat itu, terus memandangi ibu dari belakang. Mengingat
> > kejadian yang begitu cepat. Bu, maafin nopi, ya... Ibu tidak pernah meminta
> > apapun kepada aku. Hampir selalu menuruti apa yang aku inginkan. Dari mulai
> > aktivitas yang aku jalani dan berbagai keinginan lainnya. Ibu selalu
> > mendukung apa yang aku lakukan. Kepercayaan menjadi modal buatku kalau aku
> > tidak akan berbuat macam-macam.
> >
> > Setelah sekitar tiga puluh menit bus meluncur, aku pun bersiap. Aku
> > menghampiri ibu yang duduk di depanku. "Dikit lagi, bu" Aku sempat khawatir
> > kalau nanti harus turun dari bus itu, semoga ibu tidak jatuh lagi di jalan.
> > Aku perhatikan jalan, terus dan terus hingga kami hampir sampai pada tujuan.
> > Aku berdiri dan mengajak ibu juga berdiri. Ketika kernet berkata,
> > "Kalimalang ada?" Aku pun spontan menjawab, "Ada". Hehehe, jadi kayak
> > diabsen di kelas aja. :D
> >
> > Ketika bus berhenti aku turun terlebih dahulu, sementara rambu-rambu sudah
> > menunjukkan lampu hijau. Ibu perlahan turun dan aku memegangi tangannya
> > sambil menengok jalan di belakang. Alhamdulillah, sang sopir mau bersabar
> > menanti sampai ibu selamat turun.... Fuuuh, lega... maafin, Nopi, ya, bu :D
> >
> >
> >
> >
> > ***
> >
> > "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> > (Syekh Muhammad Al Ghazali)
> >
> > ***
> >
> >
> >
> > novi_khansa'kreatif
> > ~Graphic Design 4 Publishing~
> > YM : novi_ningsih
> > http://akunovi.multiply. com
> > http://novikhansa.wordpress. com/
> >
> >
> >
> >
>
>
>
> --
> "There is no life without risks"
> Nursalam AR
> Translator - Writer - Trainer
> 0813-10040723
> 021-92727391
> Facebook: www.facebook.com/nursalam. ar
> Blog: www.nursalam.multiply. com
>
- 6.
-
Just For Your Health, Success, Happiness, Greatness
Posted by: "sugengmessage" sugengmessage@yahoo.com sugengmessage
Mon Dec 14, 2009 6:11 pm (PST)
Banyak permasalahan emosi yang kita hadapi,diantaranya fobia, sulit berhenti merokok, suka marah, benci, dendam menahun, tidak percaya diri saat berbicara depan umum, dll. Termasuk masalah fisik yang menghampiri kita yang mungkin belum mendapatkan penyelesaianya. Masalah fisik atau emosi yang kita hadapi secara langsung atau tidak langsung juga mengganggu aktivitas kehidupan kita untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan kita. Kajian sangat menarik yang dikupas dalam buku SEFT yang dikarang oleh Ahmad Faiz Zainuddin. Kesuksesan dan kebahagiaan kita ternyata tak lepas jadi permasalahan emosi yang mungkin sulit untuk kita atasi. Dalam buku ini ditampilkan cara atau How To nya untuk mengatasi permasalahan emosi atau fisik yang kita hadapi. Cara yang mudah bisa kita lakukan dan terbukti secara ilmiah.
Satu bahasan yang menarik dalam buku SEFT juga bahwa hidup ini adalah semata-mata untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, berbuat baik kepada sebanyak mungkin orang dan berbuat yang terbaik di tempat kerja kita masing-masing. Atau yang lebih dikenal dengan semangat Logos (Loving God, Blessing Others, dan Self Improvement).
untuk informasi lebih lanjut
http://bukuseft.wordpress. com
http://www.logos.co.id
- 7a.
-
Re: Naskah Kelana Yang Masuk
Posted by: "MIAU IMA" yory_2008@yahoo.com yory_2008
Mon Dec 14, 2009 6:11 pm (PST)
pengumuman pemenang lomba nya kapan??
terimakasih :D
--- On Sun, 6/12/09, naskah lomba penerbitan eska <antologi.penerbitan@gmail.com > wrote:
From: naskah lomba penerbitan eska <antologi.penerbitan@gmail.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Naskah Kelana Yang Masuk
To: "sekolah-kehidupan" <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Date: Sunday, 6 December, 2009, 11:23 PM
salam...
Alhamdulillah, dari lomba kelana telah masuk 34 judul cerita, sebagai berikut:
1. Kecewa Dengan Servismu Namun Desainmu Mengobatiku - Galuh Parantri
2. Lebaran Kali Ini - Febty Febriani
3. MUDIK SATU KOTA DUA KELUARGA SEJUTA KENANGAN - RETNO ARIFIANI
4. Kelana Lebaran dari Jogja-Klaten-Ujung
Pangkah-Surabaya-Gresik-Ujung Pangkah-Jogja - Zahrotun Nisa
5. Berlebaran Dengan Belimbing - Siwi LH
6. Reuni Pasca Lebaran - Hibatun Wafiroh
7. Unforgetable Eid Journey - tatik nurhayani
8. Asyiknya Pulang Kampung.... - Mena Larasati
9. REGUH NIKMATNYA LEBARAN TANPA MUDIK - Hafiidhaturrahmah
10. Bukan Sekedar Wisata - khoiriyyah azzahro
11. Serasa Mimpi Ada di MANDIRANCAN... - arikunto
12. Pelangi Pati - Mimin Ha Way
13. Di Pinggiran Kota Hingga Yang Hampir Terlupa - Umi Laila Sari
14. Aku Ingin Pulang - Rini Nurul Badariah
15. Awazz Angen Mbah - Sri Kartika Wijaya S.Si
16. Berlebaran Di Negeri Seberang - Miyosi Ariefiansyah
17. Rasa Kasih Sayang - Asma Sembiring
18. Menu Lengkap Satu Syawal - Abdul Fatah
19. PERJALANAN KE DESA - Riyawati
20. Road to Banjarmasin - M. Ihsan Diputra
21. Lebarannya Orang Kebayoran Lama - Fiyan Arjun
22. Wanita Senja Itu, Aku Belajar Darinya - YESIYARTI
23. Blitar, Setelah Delapan Tahun Kutinggalkan - Kahar S. Cahyono
24. Menelusuri Masjid Tiban di Turen Malang - Wiwik Hafidzoh
25. Monas & Kota Tua, Aku datang - Shiva Devy
26. Indahnya kemenangan - Sismanto
27. Ketika Lebaran Ada di Hati - Sismanto
28. Lebaran kali ini - Dian Sianturi
29. Ustadz Punk - Samsul Hidayat
30. SYUKUR DALAM GELAS PLASTIK - Samsul Hidayat
31. Pesona Sungai Musi - Kahar S. Cahyono
32. Lebaran Penuh Kejutan Sepanjang Perjalanan - eka Natasha
33. Lebaran, Lamaran dan Perjalanan - Syamsul Arifin
34. LEBARAN, TAK BERKELANA KEMANA-MANA - Aan Wulandari Usman
Bagi yang tulisannya tidak masuk, dimohon konfirmasinya ke email ini.
Keep Creative ^^
--------------------- --------- ------
Yahoo! Groups Links
New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions. yahoo.com/ newdomains/ aa/ - 7b.
-
Re: Naskah Kelana Yang Masuk
Posted by: "Ranma Konisuki" ranmakonisuki@yahoo.com ranmakonisuki
Tue Dec 15, 2009 2:14 am (PST)
Naskah sy yang judulnya MENANTI CINTA DI BARAT JAKARTA kok belum tertera ya... mohon bantuannya admin...
- 8a.
-
Re: [footnotes] Satu Permintaan
Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com mine_haway
Mon Dec 14, 2009 6:13 pm (PST)
2009/12/14 agus syafii <agussyafii@yahoo.com >
>
>
> Assalamu'alaikum Wr Wb
>
> Teman2 Sekolah Kehidupan Yth,
>
> Jika hari ini anda diberi satu permintaan oleh Gusti Alloh yang akan
> dikabulkan, apa yang hendak anda minta?
>
Wa'alaikumsalam wr. wb.
Saya minta bapak dan ibu diberi pertolongan & kemudahan oleh gusti Allah
untuk melunasi hutang2nya. Dan saya diberi kekuatan/kemampuan untuk membantu
melunasinya.
--
http://minesweet.co.cc
http://minehaway.com
- 8b.
-
Re: [footnotes] Satu Permintaan
Posted by: "indahip@gmail.com" indahip@gmail.com iip01
Mon Dec 14, 2009 6:14 pm (PST)
Ikutan ah..
Permintaan hari ini?
Saya ingin punya lebih banyak kesempatan bermain dengan kira-ziya sampai puas dan ngobrol ngalor ngidul sambil minum teh hangat wangi melati sambil santai sama suami tercinta di teras rumah hehehe
Indah ip
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
-----Original Message-----
From: "agus syafii" <agussyafii@yahoo.com >
Date: Mon, 14 Dec 2009 05:11:24
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Subject: [sekolah-kehidupan] [footnotes] Satu Permintaan
Assalamu'alaikum Wr Wb
Teman2 Sekolah Kehidupan Yth,
Jika hari ini anda diberi satu permintaan oleh Gusti Alloh yang akan dikabulkan, apa yang hendak anda minta?
Wassalam,
agussyafii
- 9a.
-
[LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Mon Dec 14, 2009 7:24 pm (PST)
Assalaamu'alaikum wr.wb
Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
Wassalaamu'alaikum wr.wb
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. PHH Musthofa no.39
Surapati Core Blok K-7 Bandung
Ph: (+6222) 8724 1434
Fax: (+6222) 8724 1435
- 9b.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com
Mon Dec 14, 2009 7:25 pm (PST)
semoga sisa usianya juga bertambah berkah pak :)
Pada 15 Desember 2009 10:24, Hadian Febrianto <hadianf@gmail.com > menulis:
>
>
> Assalaamu'alaikum wr.wb
>
> Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
> mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
>
> Wassalaamu'alaikum wr.wb
>
> --
> Regards,
> Hadian Febrianto, S.Si
> PT SAGA VISI PARIPURNA
> Jl. PHH Musthofa no.39
> Surapati Core Blok K-7 Bandung
> Ph: (+6222) 8724 1434
> Fax: (+6222) 8724 1435
>
>
- 9c.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "pandika_sampurna" pandika_sampurna@yahoo.com pandika_sampurna
Mon Dec 14, 2009 11:39 pm (PST)
Nah lho, akhirnya ketahuan.
Siapa ya dalangnya sehingga Kang Hadian tahu milad saya.
Hayo ngaku!
Alhamdulillah hari ini umur saya memasuki 50 tahun. Kata orang Jakarta sih "Gocap" gitu.
Untungnya temen-teman tahu lewat milis, kalau enggak saya harus ngasih apa ya, bayangin kalau harus traktir 2700an anggota ESKA, wuih enggak ketulungan tu, lebih-lebih dari PILKADA.
Ya mudah-mudahan ke depan kehidupan saya akan lebih baik lagi. Lebih bermanfaat untuk kehidupan sesama, baik keluarga, teman, dan masyarakat lainnya.
Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua, khususnya semua anggota ESKA yang ada.
Terima kasih untuk ucapannya.
Salam,
Sinang Bulawan
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Hadian Febrianto <hadianf@...com > wrote:
>
> Assalaamu'alaikum wr.wb
>
> Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
> mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
>
> Wassalaamu'alaikum wr.wb
>
> --
> Regards,
> Hadian Febrianto, S.Si
> PT SAGA VISI PARIPURNA
> Jl. PHH Musthofa no.39
> Surapati Core Blok K-7 Bandung
> Ph: (+6222) 8724 1434
> Fax: (+6222) 8724 1435
>
- 9d.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Hadian Febrianto" hadianf@gmail.com hadian.kasep
Mon Dec 14, 2009 11:53 pm (PST)
Hehehe... tidak apa-apa pak traktirannya lewat dunia maya juga... hehehe
dalangnya mah dari fesbuk pa...
2009/12/15 pandika_sampurna <pandika_sampurna@yahoo.com >
>
>
> Nah lho, akhirnya ketahuan.
> Siapa ya dalangnya sehingga Kang Hadian tahu milad saya.
> Hayo ngaku!
>
> Alhamdulillah hari ini umur saya memasuki 50 tahun. Kata orang Jakarta sih
> "Gocap" gitu.
> Untungnya temen-teman tahu lewat milis, kalau enggak saya harus ngasih apa
> ya, bayangin kalau harus traktir 2700an anggota ESKA, wuih enggak ketulungan
> tu, lebih-lebih dari PILKADA.
>
> Ya mudah-mudahan ke depan kehidupan saya akan lebih baik lagi. Lebih
> bermanfaat untuk kehidupan sesama, baik keluarga, teman, dan masyarakat
> lainnya.
>
> Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua, khususnya semua anggota ESKA
> yang ada.
>
> Terima kasih untuk ucapannya.
>
> Salam,
> Sinang Bulawan
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> Hadian Febrianto <hadianf@...> wrote:
> >
> > Assalaamu'alaikum wr.wb
> >
> > Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
> > mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
> >
> > Wassalaamu'alaikum wr.wb
> >
> > --
> > Regards,
> > Hadian Febrianto, S.Si
> > PT SAGA VISI PARIPURNA
> > Jl. PHH Musthofa no.39
> > Surapati Core Blok K-7 Bandung
> > Ph: (+6222) 8724 1434
> > Fax: (+6222) 8724 1435
> >
>
>
>
--
Regards,
Hadian Febrianto, S.Si
PT SAGA VISI PARIPURNA
Jl. PHH Musthofa no.39
Surapati Core Blok K-7 Bandung
Ph: (+6222) 8724 1434
Fax: (+6222) 8724 1435
- 9e.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Tue Dec 15, 2009 1:28 am (PST)
Met milad pak Sinang.
Moga bapak sehat-sehat saja, juga keluarga tercinta.
Lama tidak berjumapa :)
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "pandika_sampurna" <pandika_sampurna@com ...> wrote:
>
> Nah lho, akhirnya ketahuan.
> Siapa ya dalangnya sehingga Kang Hadian tahu milad saya.
> Hayo ngaku!
>
> Alhamdulillah hari ini umur saya memasuki 50 tahun. Kata orang Jakarta sih "Gocap" gitu.
> Untungnya temen-teman tahu lewat milis, kalau enggak saya harus ngasih apa ya, bayangin kalau harus traktir 2700an anggota ESKA, wuih enggak ketulungan tu, lebih-lebih dari PILKADA.
>
> Ya mudah-mudahan ke depan kehidupan saya akan lebih baik lagi. Lebih bermanfaat untuk kehidupan sesama, baik keluarga, teman, dan masyarakat lainnya.
>
> Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua, khususnya semua anggota ESKA yang ada.
>
> Terima kasih untuk ucapannya.
>
> Salam,
> Sinang Bulawan
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Hadian Febrianto <hadianf@> wrote:com
> >
> > Assalaamu'alaikum wr.wb
> >
> > Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
> > mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
> >
> > Wassalaamu'alaikum wr.wb
> >
> > --
> > Regards,
> > Hadian Febrianto, S.Si
> > PT SAGA VISI PARIPURNA
> > Jl. PHH Musthofa no.39
> > Surapati Core Blok K-7 Bandung
> > Ph: (+6222) 8724 1434
> > Fax: (+6222) 8724 1435
> >
>
- 9f.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Tue Dec 15, 2009 2:04 am (PST)
ikut ngucapin Met milad juga buat Pak Sinang
Moga selalu diberkahi Allah Swt. aamiin
Tampaknya Kang hadian mau dikirimin 'gambar' makanan via FB tuh, pak :)
hehe
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , Hadian Febrianto <hadianf@...com > wrote:
>
> Hehehe... tidak apa-apa pak traktirannya lewat dunia maya juga... hehehe
>
> dalangnya mah dari fesbuk pa...
>
>
> 2009/12/15 pandika_sampurna <pandika_sampurna@...>
>
> >
> >
> > Nah lho, akhirnya ketahuan.
> > Siapa ya dalangnya sehingga Kang Hadian tahu milad saya.
> > Hayo ngaku!
> >
> > Alhamdulillah hari ini umur saya memasuki 50 tahun. Kata orang Jakarta sih
> > "Gocap" gitu.
> > Untungnya temen-teman tahu lewat milis, kalau enggak saya harus ngasih apa
> > ya, bayangin kalau harus traktir 2700an anggota ESKA, wuih enggak ketulungan
> > tu, lebih-lebih dari PILKADA.
> >
> > Ya mudah-mudahan ke depan kehidupan saya akan lebih baik lagi. Lebih
> > bermanfaat untuk kehidupan sesama, baik keluarga, teman, dan masyarakat
> > lainnya.
> >
> > Semoga Tuhan selalu memberkati kita semua, khususnya semua anggota ESKA
> > yang ada.
> >
> > Terima kasih untuk ucapannya.
> >
> > Salam,
> > Sinang Bulawan
> >
> > --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. <sekolah-kehidupan%com 40yahoogroups. com>,
> > Hadian Febrianto <hadianf@> wrote:
> > >
> > > Assalaamu'alaikum wr.wb
> > >
> > > Selamat MILAD Pa Sinang Bulawan, semoga usia yang telah diberikanNya
> > > mendapatkan barokah dan diberikan yang terbaik untuk yang akan datang.
> > >
> > > Wassalaamu'alaikum wr.wb
> > >
> > > --
> > > Regards,
> > > Hadian Febrianto, S.Si
> > > PT SAGA VISI PARIPURNA
> > > Jl. PHH Musthofa no.39
> > > Surapati Core Blok K-7 Bandung
> > > Ph: (+6222) 8724 1434
> > > Fax: (+6222) 8724 1435
> > >
> >
> >
> >
>
>
>
> --
> Regards,
> Hadian Febrianto, S.Si
> PT SAGA VISI PARIPURNA
> Jl. PHH Musthofa no.39
> Surapati Core Blok K-7 Bandung
> Ph: (+6222) 8724 1434
> Fax: (+6222) 8724 1435
>
- 9g.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Jonru" jonrusaja@gmail.com j0nru
Tue Dec 15, 2009 2:13 am (PST)
Selamat Ulang Tahun, Pak Sinang
Semoga makin sukses dunia dan akhirat!
Jonru
- 9h.
-
Re: [LONCENG] Selamat MILAD pa Sinang
Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com mine_haway
Tue Dec 15, 2009 2:14 am (PST)
Hehe..keduluan Kang Hadian
Dari hari Minggu cek FB dah ada notifikasi Pak Sinang Ultah hari ini
Tak inget2 tapi tetep telat ingetnya.
Selamat ya Pak, moga panjang umur dalam keta'atanNYA, harapan2 Pak Sinang
kesampaian. Amin.
Traktiran buat 2700 murid SK cukup dengan tulisan Bapak kok...:))
Ditunggun traktirannya ya Pak.
Meng-amin-i kalimat yg di bold.
- 10.
-
[Fiksi] Tiga Perempuan
Posted by: "novi khansa'" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Mon Dec 14, 2009 7:37 pm (PST)
Rico Hendarwan menandai foto Anda
Rico Hendarwan mengomentari foto Anda
Salamah Dwi mengomentari foto Anda
Rien W mengomentari foto Anda
Agung mengomentari foto Anda
Lyn memerhatikan lima notifikasi di Facebook-nya. Banyak
nama-nama yang tak dikenalnya di sana. Tak lama notifikasi terus
bertambah dan bertambah. Hanya nama Rico yang dikenalinya. Teman Lyn
semasa SMU dulu. Hmm, lebih dari sekadar teman tadinya, pikir Lyn, tapi
semua harus selesai ketika ada sesuatu yang menghalangi mereka berdua
untuk bersatu. Hal itu terjawab dalam sebuah foto yang Rico tandai juga
untuk Lyn.
Sebuah foto bergambar seorang laki-laki dan perempuan berjilbab putih. Di tengahnya ada tulisan:
Insya Allah menikah
Rico Hendarwan
&
Wiena Mulia Sari
Gedung BKOW,
Jalan Raden Inten, Kali Malang
Jak-Tim
Lyn menutup foto itu dan menghapus notifikasi untuk foto dan sign out dari Facebook.
Di dua tempat yang berbeda dua perempuan menangis. Keduanya juga baru saja membuka Facebook
dan menemukan foto tersebut. Bedanya satu perempuan menangis tersedu
sedan, yang lainnya langsung mengusap air matanya dan nyaris membanting
BB yang dipegangnya.
***
"Jalan Raden Inten di mana, Bu?" tanya seorang gadis dengan jilbab panjangnya berwarna biru tua.
"Naik aja, mikrolet 26, bilang abangnya raden Inten, biasanya kalau
masih pagi gini ga lewat, jadi ntar naik ojek aja ke dalamnya. Emang
mau ke mana, neng? Kondangan? Pagi bener?"
"Iya, bu.. mau datang ke akad nikahnya."
"Dari mana, neng?"
"Bandung" ujar Tyas tersenyum. "Makasi, bu" Tyas berpamitan dan
menyalami sang ibu. Si ibu tertegun sesaat, mengamati Tyas yang begitu
sopan.
"Biar cepet dapat jodoh, neng ya. Ati-ati di jalan" ujar sang ibu.
"Makasi, bu" ujar Tyas tersenyum, sayangnya sang jodoh yang diharap akan menikah dengan orang lain...
***
aq udah sampe jkt. Lgsg ke lokasi. Begitu acara selesai, aq pulang. Ga usah bilang ibu. Thx, dek.
Lyn mengirim SMS ke adiknya di Medan. Lyn pergi pagi-pagi benar
untuk mengejar penerbangan pukul 6.00 pagi. Tiket sudah didapat
beberapa hari lalu. Lyn tak bisa berterus terang kepada ibu, untuk apa
dia ke Jakarta. Apalagi, memberi tahu kalau Ricolah yang akan menikah.
Ibu pasti akan marah besar.
Beberapa waktu lalu Rico beberapa kali pernah datang ke rumah Lyn
saat tugas di Medan. Entah apa yang dilakukan Rico, tiba-tiba ibu dan
bapak Lyn menyukai Rico dan kata mereka, Rico sudah bersedia melamar
Lyn suatu saat nanti, tinggal tunggu waktu. Lyn hanya bisa terperangah.
Tidak semudah itu meluluhkan hati ibu dan bapak. Apalagi, dengan Rico
yang keturunan Jawa. Orangtua Lyn lebih senang dengan orang yang
sukunya sama.
Lyn merasa segalanya berjalan lancar, mudah dan menyenangkan. Sejak
pernyataan dari orangtua Lyn, Lyn pun makin ringan menjalani
`persahabatan´ dengan Rico seolah masa depan sudah di depan mata. Entah
kenapa, Rico sering berkelit ketika Lyn mengajak membicarakan soal masa
depan dan lainnya hingga notifikasi foto tersebut.
***
Mata Dona nanar menatap jalan di depannya. Semua bagaikan sebuah
film yang berkali ganti-ganti adegan. Di sana dilihat dirinya sedang
tertawa, menangis, dan marah. Ada satu laki-laki yang berkali-kali juga
ada di samping Dona. Makin mengingatnya, air matanya makin deras.
Diusapnya asal karena tangannya terus memegang setir. Masih teringat
kemarahan mamanya saat Dona nekat pergi hari itu.
"Kamu, tuh baru pulang, Don, masak langsung pergi lagi. Seberapa pentingnya orang itu buat kamu?" tanya mama.
Dona memang baru pulang dari Australia. Liburan panjang dari kampusnya ingin dimanfaatkan untuk refreshing di Indonesia. Selain itu, ada sebuah janji yang harus Dona tunaikan. Janji kepada seseorang yang menunggu Dona.
Sesampainya di bandara, Dona menyempatkan membuka facebook orang tersebut dan mendapati sebuah kabar yang sama sekali tidak mengenakkan. Rico menikah. Bagaimana
dengan janjinya selama ini, menunggunya selesai studi dan kemudian
menikah. Atau janjinya menyusul mencari beasiswa ke Australia.
Kemarahan besar meliputi diri Dona. Begitu Pak Amin menjemput, Dona
langsung ngotot mengambil alih mobil andai saja mama tak berkali-kali
menghubungi Dona.
"Pulang dulu. Pulang..." perintah mama Dona.
"Oke, aku pulang, tapi dari rumah aku tetap berangkat ke sana"
"Terserah" ujar mama Dona.
Rrrrrriiit. Dona mengerem mobilnya. Kini dia sudah sampai ke sebuah
Gedung di daerah kali malang. Diperhatikannya orang yang mulai banyak.
Dilihatnya sosok dua wanita berjilbab yang sedang berbincang-bincang.
Pikiran Dona kacau, betapa kehilangan yang ke sekian sangat
menyakitkan. Betapa murkanya Dona pada sosok Rico yang sudah
menjanjikan banyak hal pada Dona. Betapa bukan kabar yang seperti ini
yang ingin Dona dapatkan sepulangnya ke Indonesia.
***
Suasana sudah cukup ramai ketika Tyas melangkahkan kakinya di sebuah
gedung yang megah. Di gedung inilah, orang yang pernah Tyas harapkan
melamarnya, akan menikah. Dibutuhkan kekuatan yang luar biasa untuk
sekadar hadir. Untuk menunaikan janji kepada laki-laki yang entah
karena kebodohannya tak pernah mengerti perasaan Tyas. Atau mungkin
justru Tyas yang bodoh karena mau saja dijadikan `tempat sampah´ oleh
laki-laki yang demen curhat dan mengadu pada Tyas. Ada titik bening
yang tak malu muncul dari sudut mata Tyas. Masih teringat oleh Tyas
obrolannya beberapa waktu lalu dengan Rico. Obrolan singkat via YM
setelah penguman pernikahan Rico dan calonnya,
rico_oke: BUZZ
rico_oke: Datang, ya, Yas...
ukhti_tyas: hmm, ga tahu
rico_oke: yah, kamu kan sahabatku, kok ga datang
ukhti_tyas: eh, insya Allah. Af1, aku pamit, ya
Tak kuat menahan tangis, Tyas segera sign out dari YM. Kata `sahabat´ yang tak pernah Tyas mengerti.
"Eh, maaf." Seorang wanita tak sengaja menubruk Tyas yang tengah melamun.
"Nggak apa-apa." Ujar Tyas tersenyum.
"Hmm, eh ini gedung wanita, BKOW, kan ya?" ujar Lyn masih terengah-engah.
"Iya, mbak."
"Eh, ya kenalin aku Evelyn, panggil aja Lyn" ujar Lyn menyalami
Tyas. Di mata Lyn wanita di hadapannya begitu cantik, santun, dan
ramah. Beda sekali dengan dirinya yang berantakan dan cuek.
"Aku Tyas. Aku juga mau ke pernikahan temanku, kok." Ujar Tyas.
Dalam hatinya Tyas seperti melihat seorang wanita yang enerjik, penuh
semangat dan lucu. Bagaimana mungkin hadir pada pesta pernikahan dengan
setelan batik, tapi sepatu sport. Tyas tersenyum menatap sepatu Lyn.
"Eh kenapa?" Lyn melihat kakinya. "Ya Allah... astaghfirullah, aku
tadi buru-buru. Nih, aku pake ransel ke sini. Bawa selop, sih. Saat itu
juga Lyn segera duduk dekat taman dan melepas sepatu sportnya,
menggantinya dengan selop.
"Mbak Lyn lucu" ujar Tyas.
"Hehehe..." Lyn tertawa. Teringat perjalanan panjangnya dari Medan.
Teringat begitu hebohnya ia mengganti pakaian di toilet bandara sampai
lupa mengganti sepatu sportnya ketika turun dari taksi.
"Masuk, yuk." Ujar Tyas mengajak Lyn.
***
Mata Tyas menerawang menatap sebuah tempat. Di sana ada meja kecil,
sejumlah seserahan yang berjejer rapi. Seorang tua tengah duduk di
tengah, lainnya duduk di pinggir-pinggir. Tak lama seorang laki-laki
duduk di hadapan laki-laki tua itu. Rico. Tyas menatap laki-laki itu
sambil mengingat pertama kali mereka bertemu di sebuah komunitas maya.
"Permisi" ujar Dona yang kini duduk di samping Tyas.
"Silakan" ujar Tyas.
"Hmm, udah mulai belum, mbak?" tanya Dona berbasa-basi.
"Belum, filmnya belum dimulai" celetuk Lyn yang ada di samping Tyas. Dona menengok ke arah suara itu dan menatap Lyn.
"Hehe, becanda, kenalin, aku Lyn" ujar Lyn sambil menyalami Dona.
"Hehe, basi banget ya aku, udah tahu belum mulai, ya. Maaf, ya
soalnya aku ga kenal hampir semua orang di sini... SKSD boleh, donk,
hehe" ujar Dona tersenyum pada Lyn.
"Aku Tyas" Tyas menyalami Dona.
Dona menatap Rico dari kejauhan. Hmm, laki-laki ini menikah.
Padahal baru kemarin dia berjanji, aaargh, betapa bodohnya aku. Sudah
jelas dia cuma pandai berjanji, tapi ga pernah mau berkorban dan
berjuang... See, dia menikah sekarang. Di sini aku ingin membuktikan, apa
aku baik-baik saja di sini...
Lyn merasa beruntung, jauh dari kotanya, bisa bertemu dengan Tyas
dan Dona. Mereka wanita yang cantik, ramah dan punya ciri khas
masing-masing. Kini matanya menerawang pada sosok Rico. Dengan setelan
jas hitam dan sebuah peci yang kebesaran, Lyn semakin geram. Rasanya
ingin melempar Rico dengan sepatu sportnya, tapi itu cuma imajinasi
sesaat karena Dona mulai mengajak bicara lagi.
"Hmm, kalian temannya siapa?" tanya Dona penasaran.
Tyas terdiam. Tidak mungkin dia bicara kalau dia temannya Rico.
Pasti sedemikian dekatnya hingga datang kemari pagi-pagi, apalagi kalau
tahu dia dari Bandung. Lyn tak menyahut dan mengambil HP dari
ranselnya. Dona kesal dan mengulang pertanyaannya lagi. Seorang ibu
yang kesal karena terganggu dengan Dona yang berisik, mencubit pinggang
Dona.
"aaaau" ujar Dona
"ssssst"
Tyas hanya tersenyum, sementara Lyn nyaris tertawa kalau saja Tyas tak mencolek tangannya.
Menit demi menit berlalu hingga tanpa terasa sudah hampir sejam,
acara tak jua dimulai. Kaki Dona mulai kesemutan. Tyas dan Lyn sudah
berkali-kali ganti posisi. Ada desas-desus dari ibu-ibu yang ikut duduk
di dekat Tyas, Lyn dan Dona, kalau mempelai wanita dan keluarga belum
juga datang. Aneh, pikir Lyn, bukannya biasanya yang mengadakan pesta
adalah mempelai wanita, eh bisa-bisanya nggak datang. Pertanyaan Lyn
terjawab ketika mendengar kedua ibu bergosip di sebelahnya.
"Dari awal bapaknya nggak setuju, tuh, jadinya, nggak datang-datang"
"Lah, ibunya gimana?"
"Tadinya udah setuju, nah nggak tahu, tadi pagi masih nggak masalah. Kayaknya si Wiena kabur juga, malulah keluarganya"
"Lha, kok bisa?"
Lyn yang gatal untuk berkomentar pun, tiba-tiba udah ikutan ngomong.
"Bu, gosip ye?"
"Ih, beneran, neng."
Lagi-lagi Tyas mencubit pinggang Lyn. Lyn mendelik,
"Psst, ada gosip, nih" ujar Lyn menengok ke Tyas dan Dona.
***
Tak berapa lama, tampak seorang laki-laki berpakaian rapi
mengumumkan sesuatu. Sang penghulu yang tadi duduk di tengah sudah
beranjak dan berpamitan pergi. Lyn, Dona, dan Tyas saling berpandangan.
"Assalamu´alaykum Warahmatullahi wa barakatuh. Kami mohon maaf
kepada hadirin, kami baru mendapat kabar kalau mempelai wanita sedang
kurang sehat. Untuk itu, pernikahan ditunda, kami berterima kasih atas
kehadiran saudara-sadaudara. Wassalamu´alaykum warahmatullahi
wabarokatuh"
"Tuh, kan bener, si Wiena kabur" bisik ibu-ibu di sebelah Lyn.
***
Tyas memandang Rico yang tak juga bangkit dari tempat duduknya.
Berdesir rasa kasihan dari diri Tyas. Biar bagaimana pun keadaan
seperti ini sangat menyedihkan dan memalukan. Dona tersenyum penuh
dengan kemenangan, seolah Dewi Fortuna tengah berpihak padanya.
Kemarahan yang tadi mengendap di dadanya mulai terkikis. Terbalas sudah
dendam membara dalam hati Dona. Pikir Dona, kalau saja calon istrinya
meninggalkan, berarti memang Rico tak pernah cukup baik menjadi seorang
suami.
Lyn menatap sejenak kedua teman barunya. Tyas dengan wajah murung
dan Dona dengan senyum kemenangan. Entah kenapa ada sesuatu hal yang
Lyn rasakan, tapi bukan sebuah kesedihan atau kesenangan. Ditatapnya
Rico dari kejauhan. Tak juga ada rasa.
"Hmm, mau sampai kapan di sini?" tanya Dona pada Tyas dan Lyn
"Eh pulang aja, yuk," ujar Tyas.
"Hmm, ga seru banget, sih..." timpal Lyn.
"Justru seru, Lyn, jarang-jarang ada pernikahan kayak gini." Ujar
Dona tersenyum licik seolah hal seperti itu bisa dijadikan becandaan.
Tyas menatap Dona.
"Eh, maksudku, kasian..." ujar Dona meralat ucapannya.
Dona, Tyas, dan Lyn beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruang akad nikah.
Rico menghela napas panjang. Banyak dari tamu menghampirinya,
menepuk pundaknya. Mereka kasihan pada Rico. Bukan perjalanan yang
mudah antara Wonogiri dan Jakarta untuk melangsungkan pernikahan.
Perasaan `dibuang´ dan dipermalukan menghantui Rico. Orang tua Rico
sudah dari tadi meninggalkan ruang akad, mereka syok. Mereka memilih
untuk istirahat di ruang ganti.
Berjam-jam Wiena tak ada kabar. Wiena kabur dari rumah. Ayah Wiena
kaget dan masuk rumah sakit pagi itu juga. Rico baru mendengar kabar
setelah berjam-jam menunggu.
Rico menatap para tamu yang beranjak pergi. Tiba-tiba Rico melihat
tiga wanita yang pernah ada dalam hidupnya, mereka bersama. Tyas yang
cantik dan keibuan, Dona yang cerdas, wartawan, penulis, dan Lyn,
seorang guru yang ramah, tapi tegas. Lyn, Tyas... mana mungkin mereka ada
di sini. Lyn tinggal di Medan, Tyas di Bandung dan Dona di Ausie. Rico
mencoba mengingat-ingat janjinya dengan Dona beberapa waktu lalu."Astaghfirullah"
"Kenapa, nak?"
"Eh, gapapa, Om"
"Sabar, ya" ujar omnya Rico.
***
"Kalian mau ke mana? Kita cari makan, yuk. Laper, nih. Udah datang
pagi-pagi ga bisa makan. Pake acara nasi kotaknya ga dibagiin lagi."
Ujar Dona nyeplos.
"Makan di mana?" tanya Tyas.
"Aku tahu beberapa tempat enak daerah sini. Eh ngomong-ngomong kalian dari mana?"
Tyas terdiam.
Lyn juga diam.
"Aku dari Bandung," jawab Tyas. Toh apa gunanya menyembunyikan identitas.
"Ow, jauh juga. Kamu temannya siapa? Rico atau is eh calon istrinya?" tanya Dona lagi
"Rico"
"Oh." Ujar Lyn dan Dona bareng.
"Kalau kamu, Lyn?"
"Aku dari Medan.
Tyas dan Dona terkejut.
"Ya udah, jadinya kita makan di mana?" Lyn mengalihkan perhatian kedua teman barunya.
***
Mereka bertiga berjalan menuju tempat parkir. Banyak orang yang juga
memilih pulang saat itu juga setelah mendapat kabar dari kerabat Rico.
Setiap berpapasan dengan banyak orang, selalu terdengar desas-desus tak
sedap.
"Aku udah siapin kotak tisu gini juga, kenapa akadnya ga jadi, sih" ujar Dona asal ceplos ketika memasuki mobilnya.
"Tisu.. untuk nangis?" tanya Lyn.
"Uupps... nggak aku lagi pilek" ujar Dona asal sambil berpura-pura menarik ingus di hidungnya.
Tyas menatap Dona, kini dia duduk di bangku depan sebelah Dona.
"Kayaknya mbak Dona nggak pilek, deh tadi"
"Hehehe. Iya untuk nangis, tapi nangis karena bodoh..." ujar Dona.
***
Burger Grill, Kalimalang, Jak-Tim
"Kamu dari Bandung, yas?" tanya Dona
"Iya." Ujar Tyas singkat.
"Kamu... dekat banget, eh maksudku sahabatan dengan Rico?"
"Hm.... lumayan, sih... dia yang minta aku datang ke pernikahannya." Ujar Tyas berusaha bersikap normal.
"Oooh... aku agak familiar aja sama wajah kamu, yas.. kayak pernah
kenal." Ujar Dona. Dona yang pernah kuliah di Psikolog seperti melihat
ada yang Tyas sembunyikan.
Lyn baru saja dari kamar mandi mendatangi Tyas dan Dona yang memilih tempat duduk dekat jendela.
"Asyik juga, ya di sini... udah pesen apa, nih?" tanya Lyn.
"Aku pengen pesen lontong sayurnya, enak, deh, Lyn, mas mesen donk" ujar Dona memanggil pelayan.
Ketiganya memesan apa yang diinginkan.
Dona masih mengotak-atik BB-nya. Tyas sibuk dengan bukunya, dan Lyn
menerawang menatap pemandangan di luar lewat jendela besar bening.
Ketiganya sibuk dengan urusan masing-masing hingga tanpa sadar Tyas
menangis. Lyn yang berada di sebelah Tyas melihat dan memeluk Tyas.
"Kenapa, yas?" tanya Lyn.
"Aku ga tahan, mbak... aku ke sini ini benar-benar perjuangan,
perjuangan berat. Aku sebenarnya suka sama Rico dan aku pikir Rico juga
begitu, tapi dengan teganya dia men-tag aku di undangan nikahnya. Aku
ke sini kayak orang bodoh, aku berusaha biasa bisa jadi sahabat aja,
tapi aku tetap ga tahan, mbak." Ujar Tyas terus menangis.
Dona yang berada di seberang meja Tyas dan Lyn menggenggam tangan Tyas.
"Sabar, ya sayang" ujar Dona.
"Makasi, ya.... aku senang, ada mbak Lyn dan mbak Dona di sini.
Sebenarnya, kalau boleh milih aku lebih pengen di rumah, di kamar. Aku
mau menghapus semua tentang Rico. Aku nekat aja ke sini, mbak."
"Sama-sama Yas... sabar, ya"ujar Lyn. Lyn sudah menduga apa yang Tyas alami.
Ketiganya diam hingga pelayan meletakkan makanan dan minuman pesanan mereka.
Dona menatap Tyas.
"Yas... Rico tahu kalau kamu suka dia?" tanya Dona langsung.
"Hmmm, ga tahu, mbak, tapi aku pikir... dari sikapnya itu, dia perhatian, suka SMS dan nelpon, dan banyak lagi." Ujar Tyas polos.
Diusap air matanya. Entah kenapa, Tyas berani menceritakan kisah
hidupnya kepada dua orang yang baru dikenal, tapi keadaan yang membuat
Tyas tidak tahan dan memilih menumpahkan semuanya. Tyas merasa teramat
bodoh terkungkung dalam mimpinya sendiri tentang Rico. Rico yang
santun, baik, perhatian, punya banyak prestasi, wawasan yang luas,
ternyata tak lebih dari seorang yang senang tebar pesona. Memang tak
pernah ada pernyataan dari Rico, tapi Tyas sudah terlanjur mengisi
hatinya dengan sosok Rico.
Dona kembali mengotak-atik BB-nya.
"Pantes... aku familiar dengan kamu, sepanjang jalan dari bandara ke
rumah, aku otak-atik FB Rico dan salah satu cewek yang paling sering
ada di page Rico tuh kamu. Aku pikir nikahnya sama kamu." Ujar Dona masih memegang BB-nya. "Kalau ada notes, kamu pasti tag Rico pertama kali, dan kalau Rico bikin notes
kamu juga selalu komen... Hmm, sudah sebegitunya Rico ga sadar juga, ya"
ujar Dona sambil menyeruput jus alpukat kesukannya. Pandangannya
menerawang keluar jendela. Seharusnya kepulangannya ke Indonesia adalah
untuk memastikan semuanya, tapi ternyata harus ini yang terjadi.
Kehilangan lagi.
Lyn menatap Dona. Begitu mudahnya ceplas-ceplos dan spontan.
"Hehehehe... aku pada dasarnya pemalu, mbak. Cuma lewat FB aja aku
bisa begitu." Ujar Tyas. Air matanya sudah tak keluar, tapi terlihat
jelas bengkak di matanya.
"Kamu kenal di mana?" tanya Dona. Entah kenapa saat itu feeling
psikologinya yang lebih kuat dibanding sakit hatinya sendiri yang ia
rasakan pada Rico. Dona merasa Tyas perlu bantuan, walau sempat
beberapa kali Dona jengah dengan apa yang Tyas lakukan di FB Rico
selama ini. Satu lagi, usia Tyas terpaut jauh dengan dirinya. Tyas
masih muda, belum terlalu banyak pengalaman dengan sosok yang bernama
lelaki dan sesuatu yang bernama cinta.
"Komunitas, mbak... kami satu komunitas. Dari awal dia yang menyapa
aku dulu, terus kita makin akrab, tanpa sadar sahabatan... aku cuma
merasa Rico butuh momen yang tepat untuk hmmm... melamar aku, aku milih
untuk nunggu...." ujar Tyas malu-malu.
Polos benar dia, pikir Dona
Lyn mencoba mengingat-ingat perkataan Rico. Dia beberapa kali
menceritakan soal komunitas maya yang dia ikuti. Yah, ada seorang
wanita di sana. Wanita yang berkali-kali diceritakan pada Lyn, tapi
wanita itu tidak seperti Tyas. Dia tidak sepolos, cantik, ayu, santun
seperti Tyas. Wanita itu lebih kuat, punya komitmen dan tegas.
Lyn menatap Dona. Gambaran wanita di depannya seperti yang
diceritakan pada Lyn. Wanita yang katanya harusnya menjadi istri Rico,
tapi tak disetujui orangtuanya.
"Kamu sendiri, Lyn? Apa kamu juga punya hmmm, hubungan khusus dengan Rico?" tanya Dona.
Lyn tak kaget lagi dengan pertanyaan Dona. Lyn sudah menduga Dona juga akan mengorek-ngorek informasi dari Lyn.
"Hmmm... mungkin, tapi ternyata aku terlalu berharap banyak, mbak...
sama halnya dengan Tyas, aku ga pernah menanyakan atau dapat pernyataan
dari Rico. Aku jalani dengan let it flow sampai aku sadar,
ternyata aku cuma dijadiin `tempat sampahnya´ dia... Butuh waktu yang
lumayan lama untuk menyadari itu... tapi paling tidak aku tak berharap
banyak... hanya... orangtuaku sudah terlanjur suka pada Rico"
"Maksudnya"
"Yah, mereka pikir Rico serius denganku. Aku juga ga ngerti,
bisa-bisa Rico mencuri perhatian orangtuaku, hingga mereka sudah
berpikir kalau kami akan segera menikah... padahal dari Riconya justru
tak ada pernyataan apapun... aneh... setiap aku tanyakan soal itu, Rico
justru mengelak dan berkelit.... dari situ aku mulai ngerti, malah
belakangan dia cerita tentang seorang wanita... yang katanya dia sukai,
tapi ga mungkin sama-sama. Aku pikir, kalau emang dia suka aku, ga
mungkin donk dia menceritakan wanita lain..." ujar Lyn menatap Dona.
Dona masih menikmati burgernya sambil mendengarkan Lyn. Lyn tampak
lebih tegar dan logis dibanding Tyas. Lyn tak terpenjara dengan
imajinasinya, tapi Dona merasa Lyn sempat punya harapan pada Rico dan
tak terbalas.
"Wanita itu aku pikir mbak Dona" ujar Lyn. Dona terperanjat. Tyas menjatuhkan sendok yang tadi digenggamnya.
"Eh, kenapa bisa mikir gitu?" ujar Dona
"Hehehe... di antara kita yang belum cerita kan mbak Dona." Ujar Tyas
polos "Iya, mbak... udah deh kita buka-buka semuanya... mumpung kita
ketemu... aku udah pasrah... capek malah ngadepin semua ini"
Dona menatap kedua teman barunya. Tidak mudah baginya membuka diri, tapi ada sebuah chemistry untuk bisa dekat dengan keduanya.
"Hmmm... yah sama dengan kalian, aku cukup dekat dengan Rico. Aku saat
ini kuliah S2 di Ausie. Aku pulang ke Indonesia juga ada janji dengan
dia, tapi ternyata dia menikah... aku sendiri ga di-tag. Hmmm,
aku sengaja siapin tisu, untuk nangis, pastinya... karena aku pikir...
kenapa aku lagi-lagi harus bodoh dengan bertemu orang yang salah"
Lyn menatap Dona. Meyakinkan diri bahwa Donalah wanita yang selama ini menjadi objek puisi-puisi yang dibuat Rico.
"Hmmm... aku kenal dia di komunitas, tapi kayaknya beda komunitas
dengan kamu, Yas... komunitasku tentang kepenulisan gitu... kami biasa
saling menilai tulisan. Katanya, sih awalnya Rico kagum dengan
tulisanku yang begitu mengharu biru, sampai akhirnya kami akrab."
"Oh, mbak di komunitas Pena, ya?"
"Yup..."
"Aku pernah diajak Rico untuk gabung di Pena." Ujar Tyas.
Dona terdiam. Bagaimanapun, sepolos apapun Tyas, Rico tetaplah salah
mengumbar perhatian dan banyak hal ke banyak wanita. Baru dua orang
yang ditemuinya, entah ada berapa wanita lagi yang terjerat dan merasa
disukai Rico.
"Bedanya aku dengan kalian... ketika aku merasa Rico memberi perhatian lebih, aku tanyakan langsung... apa dia menyukaiku...?"
Tyas tersedak. Lyn tanpa sengaja menjatuhkan HP-nya.
"Aku pernah gagal, jadi aku nggak mau gagal lagi, walau pada
akhirnya, Rico justru tidak lebih baik dengan mantan suamiku." Ujar
Dona.
Tyas kembali tersentak mendengar perkataan Dona. Mbak Dona
janda? Tak terlihat sama sekali kalau Mbak Dona sudah menikah. Dia
memang terlihat sudah berusia 25 ke atas, tapi sudah janda. Rasanya
mustahil. Tyas tak berpikir sejauh itu. Mbak Dona menikah umur berapa?
"Aku menikah umur 19 tahun ketika masih kuliah S1. Pernikahan yang
hanya berumur tiga tahun dan kami bercerai. Saat itu kami tak memiliki
anak." Pernyataan Dona seolah menjawab tanya Tyas.
Lyn menatap Dona. Memikirkan kembali curhat Rico di suatu malam,
curhat yang secara tersirat menegaskan kalau Rico tak punya perasaaan
apa-apa pada Lyn. Rico menceritakan ketidaksetujuan orangtua Rico atas
calon yang ia tawarkan. Mungkin karena Dona janda.
"Aku bercerai karena ternyata suamiku itu menikahiku karena
mengincar kekayaan papa... seperti sinetron, ya... tapi begitulah, yang
jelas long story. Setahun perceraianku, aku bertemu dengan
Rico, hmmm, adalah satu anugerah sendiri buatku. Dia mengajakku untuk
melupakan masa lalu dan merenda masa depan. Banyak nasihat yang aku
pegang... bisa dibilang Rico salah satu orang yang berpengaruh buatku."
Ujar Dona.
Tyas dan Lyn terdiam.
"Hmm, makanya aku tak pernah main-main saat Rico dengan sikapnya
mendekatiku... ternyata gayung bersambut, Rico juga menyukaiku, tapi dia
berdalih tak bisa memperjuangkanku."
Suasana hening.
"Tidak disetujui orangtuanya?" ujar Lyn memecah keheningan.
"Iya, karena aku janda." Ujar Dona. "Anehnya, dengan dalih sahabat,
dia meminta masih bisa terus dihubungi dan bersikap biasa. Hmm, aku ga
bisalah... masalah kami itu pengorbanan dan perjuangan dan kebersamaan.
Katanya dia punya cinta, tapi dia tidak punya komitmen. Berkali-kali
kami bertengkar sampai akhirnya... aku memilih untuk mengikuti alurnya,
bersahabat... tapi dengan mengurangi frekuensi kedekatan kami..."
"Puisi-puisi di notes Rico itu?" tanya Lyn.
"Ah... ya... dasar laki-laki, dari puisi itu, berapa banyak wanita
kecele, ya... sampai menduga-duga ditujukan untuk siapa? Yah, beberapa
puisi itu dikirim japri ke aku." Ujar Dona,
Tyas terdiam. Dirinya makin teramat bodoh. Istana imajinasinya
perlahan hancur berkeping-keping mendengar kenyataan di depannya.
Melihat Dona ada rasa pedih, sekaligus rasa miris. Ironis. Ternyata
selama ini wanita yang selalu ditulis dalam puisi Rico adalah Dona.
"Aku sudah menduga, mbak. Aku melihat Rico begitu tersiksa pada
puisinya, tapi juga begitu lemah karena tak bisa berbuat apa-apa." Ujar
Lyn.
"Bukan tidak bisa, tapi tidak mau" ujar Dona. Ada kristal bening
keluar dari mata Dona. Sebuah tisu disodorkan Tyas kepada Dona.
Ditatapnya wajah Tyas. Ternyata selama ini wanita yang disangkanya
lebih dipilih Rico pun sama. Sama-sama kecewa dengan sikap Rico yang
tidak tegas dan tukang tebar pesona.
"Seharusnya aku ada janji dengan Rico, tapi tampaknya dia lupa padaku... menikah saja dia tak mengundangku."
"Janji?"
"Yah, biar gimana juga Rico akan kuliah S3 di Ausie, dan harusnya
kami bertemu saat aku pulang ke Indonesia." Ujar Dona. "Terlalu banyak
yang Rico janjikan ke aku... aku merasa bodoh." Ujar Dona.
Tyas menghampiri Dona dan memeluknya.
"Mbak... bukankah dengan mengetahui semua ini, mbak tidak lagi harus gagal." Ujar Tyas. Tyas merasa persoalan Dona lebih berat.
"Terima kasih Tyas, maafin aku ya udah nyangka kamu macam-macam"
ujar Dona. Kebencian pada Tyas luntur saat itu juga. Ditatapnya Lyn.
Satu-satunya wanita yang tak menangis saat itu.
Lyn terdiam canggung. Ditatapnya dua wanita itu. Tyas yang polos,
Dona yang tegas dan pernah terluka. Mereka sama-sama penuh cinta,
sama-sama terjebak dengan seorang yang sama, yang juga melukai hati
Lyn. Lyn tak ingin mempermasalahkah. Lyn hanya memikirkan orangtuanya.
Biar bagaimanapun Rico sudah menjadi harapan orangtua Lyn. Begitu
sulitnya bagi Lyn memberi tahu mereka kalau Rico tak lebih dari seorang
teman.
"Rico bagaimana kabarnya, Lyn? Kapan ke sini lagi?"
"Baik, bu... ga tahu, sibuklah dia.."
"Masak datang ke rumah calon sibuk segala... cepat suruhlah melamar ke rumah dia" ujar mama Lyn beberapa waktu lalu.
Lyn menghela napas mengingat perbincangannya dengan mamanya beberapa waktu lalu. Tiba-tiba dirinya tersadar.
"Aku harus segera pulang, nih. Aku ngejar pesawat jam 2... hmmm, aku kabur dari rumah, hehe" ujar Lyn
"Haaaa, kamu serius Lyn?" tanya Dona tak percaya.
"Masak sih, mbak Lyn" Ujar Tyas kaget.
"Iyalah... kalau aku bilang-bilang, bisa-bisa orangtuaku minta ikut,
dipenggallah Rico, hehehe" ujar Lyn berceloteh menghidupkan suasana
yang tadinya begitu sendu.
Dona dan Tyas terkekeh.
***
Perjalanan menuju bandara dilalui dengan diam. Lyn tertidur di
bangku belakang. Tyas masih sibuk membaca novel Kang Abik sambil
sesekali mengusap air matanya. Dona konsentrasi dengan jalan di
depannya. Pastilah Allah sudah menentukan takdir bertemu dengan
kedua teman barunya. Pertemuan yang hanya beberapa jam saja, tetapi
begitu berarti bagi ketiganya.
Tinit tinit..
Lyn terbangun mendengar bunyi sms dari HP-nya.
Dari Rico
Lyn, gimana kabar Medan?
Rasanya pengen makan roti cane, masakan ibumu,
dan jalan-jalan ke danau Toba
Kamu lagi ngapain? Aku ingin cerita banyak
Lyn membaca SMS itu dan memilih menutup kembali HP-nya, meletakkan
kembali ke dalam tas dan meneruskan tidur. Terpikir di benaknya untuk
menyatakan yang sebenarnya tentang Rico pada kedua orangtuanya. Menutup
segala pintu "boleh curhat" kepada Rico.
Tak lama, ponsel Tyas berbunyi. Tyas segera menutup bukunya dan mengambil HP dari kantongnya.
Dari Rico
Hidup tak selamanya indah, ya...
Tapi, sangat indah ketika masih bersahabat dengan kamu...
Apa kabar Tyas?
Tyas membacanya dengan wajah mendelik. Sesekali menatap Dona yang
masih berkonsentrasi dengan pemandangan di depan. Dihapusnya SMS dari
Rico. Dimasukkan kembali HP-nya ke dalam tas.
"Seru, yas ceritanya?" tanya Dona
"Iyah... akhirnya Anna menikah dengan Azzam..." ujar Tyas polos.
"Jangan kebanyakan baca yang kayak gituan, sekali-kali baca tuh
cerita tentang kekerasan rumah tangga, hehehe. Biar di otak kamu ga
hanya yang indah-indah tentang pernikahan" ujar Dona asal nyeplos.
"Iiiih, mbak Dona jahil." Tyas merasa makin dekat dengan Dona. Baru
diketahui kemudian usianya terpaut lima tahun. Tyas seperti menemukan
sosok `kakak´ dalam diri Dona.
"Becanda, neng"
Nut nut
Giliran HP Dona berbunyi.
Serentak Lyn dan Tyas berkata
"Pasti dari Rico"
"Eh, kenapa jadi kompakan gini? Mau bikin grup lawak bareng, ya"
celoteh Dona sambil membayar uang tol ke loket. Dicek Hp-nya sambil
membaca keras-keras SMS dari Rico.
Seharusnya aku menuruti nuraniku...
Memperjuangkanmu dan memenuhi janji-janjiku
Masih adakah tempat buatku untuk ada di sisimu
***
Terinspirasi dari berbagai hal, terutama begitu banyaknya `sandiwara´ di dunia maya, khususnya Facebook . Terinspirasi juga dari seorang teman dengan cerita serunya . Thank u inspirasinya, neng, hehehe...
Sepenuhnya cerita ini fiksi, kalau merasa ada kisah yang sama dan tokohnya mirip, sueeer, itu cuma kebetulan aja
***
"Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
(Syekh Muhammad Al Ghazali)
***
novi_khansa'kreatif
~Graphic Design 4 Publishing~
YM : novi_ningsih
http://akunovi.multiply. com
http://novikhansa.wordpress. com/
- 11a.
-
Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu
Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com inga_fety
Tue Dec 15, 2009 1:29 am (PST)
baca tulisan novi di milis sebelah, tapi komennya di milis ini aja ah :) moga semuanya baik-baik aja yah, nov..
salam,
fety
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , novi khansa' <novi_ningsih@com ...> wrote:
>
>
> Kejadian itu begitu tiba-tiba hingga aku mungkin tak bisa terkejut.
> Mendapati ibu jatuh dalam posisi telentang ketika ingin menaiki bus
> kota. Aku dibantu calon penumpang lainnya membantu ibu untuk bangkit.
> Siang itu kami dalam perjalanan dari rumah bulikku. Aku lupa, ibu sudah
> lama tidak terbiasa menaiki angkutan umum dan kejar mengejar bus
> bukanlah sesuatu yang biasa baginya. Aku lupa, kaki ibu sudah lama
> sakit hingga tak mudah dari jatuh untuk kembali berdiri. Ya Allah, aku
> benar-benar lupa.
>
> Sudah
> hampir sebulan ibu memintaku untuk mengantarkan ke rumah adiknya tiap
> akhir pekan. Tak banyak permintaan ibu yang bisa aku lakukan dan hal
> ini adalah sesuatu yang mudah bagiku. Aku memang gampang nyasar dan
> tidak tahu jalan, tetapi saat itu ibu bergantung kepadaku tentang arah
> perjalanan kami. Alhamdulillah, setiap perjalanan lancar, walau aku
> sempat kebablasan, hehe.
>
> Sejak menikah, ibu lebih sering
> bepergian bersama bapak dengan motornya. Dari motor GL keluaran tahun
> 80-an hingga ganti motor bebek, ibu dan bapak masih sering pergi
> bersama. Ibu sudah mulai lupa kalau harus naik angkot ke suatu tempat,
> mungkin bisa dihitung perjalanan ibu dengan angkutan umum. Ketika bapak
> meninggal hampir enam tahun lalu, kakak perempuanku menyicil mobil,
> kemudian ibu lebih sering diantar jemput kakak perempuanku dengan
> mobilnya.
>
> Aku mungkin anak yang paling kere, hehe... cuma
> sanggup mengantar jemput ibu dengan angkutan umum. Dengan kakak
> laki-lakiku, ibu merasa aman menggunakan motor. Aku bukannya tidak bisa
> naik motor, tapi kejadian beberapa waktu lalu, mengerem mendadak saat
> memboncengi ibu menjadi kesan membekas tersendiri buat ibu... Sangatlah
> jarang ibu meminta tolong aku membonceng dengan motor, tentu saja salah
> satunya juga karena aku belum juga memiliki SIM.
>
> Kini, aku hanya
> bisa memandangi ibu dari tempat duduk di belakang. Ibu jatuh dari bus
> karena terburu-buru akan naik. Aku benar-benar lupa kalau ibu pernah
> bilang dia tak mau berlari-lari ketika naik bus. Aku juga tahu kalau
> kaki ibu sakit dan tak mudah baginya untuk menaiki tangga satu demi
> satu.
>
> Aku berpikir keras saat itu, terus memandangi ibu dari
> belakang. Mengingat kejadian yang begitu cepat. Bu, maafin nopi, ya...
> Ibu tidak pernah meminta apapun kepada aku. Hampir selalu menuruti apa
> yang aku inginkan. Dari mulai aktivitas yang aku jalani dan berbagai
> keinginan lainnya. Ibu selalu mendukung apa yang aku lakukan.
> Kepercayaan menjadi modal buatku kalau aku tidak akan berbuat
> macam-macam.
>
> Setelah sekitar tiga puluh menit bus meluncur,
> aku pun bersiap. Aku menghampiri ibu yang duduk di depanku. âDikit
> lagi, buâ Aku sempat khawatir kalau nanti harus turun dari bus itu,
> semoga ibu tidak jatuh lagi di jalan. Aku perhatikan jalan, terus dan
> terus hingga kami hampir sampai pada tujuan. Aku berdiri dan mengajak
> ibu juga berdiri. Ketika kernet berkata, âKalimalang ada?â Aku pun
> spontan menjawab, âAdaâ. Hehehe, jadi kayak diabsen di kelas aja. :D
>
> Ketika
> bus berhenti aku turun terlebih dahulu, sementara rambu-rambu sudah
> menunjukkan lampu hijau. Ibu perlahan turun dan aku memegangi tangannya
> sambil menengok jalan di belakang. Alhamdulillah, sang sopir mau
> bersabar menanti sampai ibu selamat turun.... Fuuuh, lega... maafin,
> Nopi, ya, bu :D
>
>
>
>
> ***
>
> "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> (Syekh Muhammad Al Ghazali)
>
> ***
>
>
>
> novi_khansa'kreatif
> ~Graphic Design 4 Publishing~
> YM : novi_ningsih
> http://akunovi.multiply. com
> http://novikhansa.wordpress. com/
>
- 11b.
-
Re: [catcil] Maafin, Nopi, ya, Bu--> Fety
Posted by: "Novi Khansa" novi_ningsih@yahoo.com novi_ningsih
Tue Dec 15, 2009 2:04 am (PST)
Alhamdulillah, baik2 aja, Fet :)
apa kabar Fety? :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "febty f" <inga_fety@.com ..> wrote:
>
> baca tulisan novi di milis sebelah, tapi komennya di milis ini aja ah :) moga semuanya baik-baik aja yah, nov..
>
> salam,
> fety
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , novi khansa' <novi_ningsih@com > wrote:
> >
> >
> > Kejadian itu begitu tiba-tiba hingga aku mungkin tak bisa terkejut.
> > Mendapati ibu jatuh dalam posisi telentang ketika ingin menaiki bus
> > kota. Aku dibantu calon penumpang lainnya membantu ibu untuk bangkit.
> > Siang itu kami dalam perjalanan dari rumah bulikku. Aku lupa, ibu sudah
> > lama tidak terbiasa menaiki angkutan umum dan kejar mengejar bus
> > bukanlah sesuatu yang biasa baginya. Aku lupa, kaki ibu sudah lama
> > sakit hingga tak mudah dari jatuh untuk kembali berdiri. Ya Allah, aku
> > benar-benar lupa.
> >
> > Sudah
> > hampir sebulan ibu memintaku untuk mengantarkan ke rumah adiknya tiap
> > akhir pekan. Tak banyak permintaan ibu yang bisa aku lakukan dan hal
> > ini adalah sesuatu yang mudah bagiku. Aku memang gampang nyasar dan
> > tidak tahu jalan, tetapi saat itu ibu bergantung kepadaku tentang arah
> > perjalanan kami. Alhamdulillah, setiap perjalanan lancar, walau aku
> > sempat kebablasan, hehe.
> >
> > Sejak menikah, ibu lebih sering
> > bepergian bersama bapak dengan motornya. Dari motor GL keluaran tahun
> > 80-an hingga ganti motor bebek, ibu dan bapak masih sering pergi
> > bersama. Ibu sudah mulai lupa kalau harus naik angkot ke suatu tempat,
> > mungkin bisa dihitung perjalanan ibu dengan angkutan umum. Ketika bapak
> > meninggal hampir enam tahun lalu, kakak perempuanku menyicil mobil,
> > kemudian ibu lebih sering diantar jemput kakak perempuanku dengan
> > mobilnya.
> >
> > Aku mungkin anak yang paling kere, hehe... cuma
> > sanggup mengantar jemput ibu dengan angkutan umum. Dengan kakak
> > laki-lakiku, ibu merasa aman menggunakan motor. Aku bukannya tidak bisa
> > naik motor, tapi kejadian beberapa waktu lalu, mengerem mendadak saat
> > memboncengi ibu menjadi kesan membekas tersendiri buat ibu... Sangatlah
> > jarang ibu meminta tolong aku membonceng dengan motor, tentu saja salah
> > satunya juga karena aku belum juga memiliki SIM.
> >
> > Kini, aku hanya
> > bisa memandangi ibu dari tempat duduk di belakang. Ibu jatuh dari bus
> > karena terburu-buru akan naik. Aku benar-benar lupa kalau ibu pernah
> > bilang dia tak mau berlari-lari ketika naik bus. Aku juga tahu kalau
> > kaki ibu sakit dan tak mudah baginya untuk menaiki tangga satu demi
> > satu.
> >
> > Aku berpikir keras saat itu, terus memandangi ibu dari
> > belakang. Mengingat kejadian yang begitu cepat. Bu, maafin nopi, ya...
> > Ibu tidak pernah meminta apapun kepada aku. Hampir selalu menuruti apa
> > yang aku inginkan. Dari mulai aktivitas yang aku jalani dan berbagai
> > keinginan lainnya. Ibu selalu mendukung apa yang aku lakukan.
> > Kepercayaan menjadi modal buatku kalau aku tidak akan berbuat
> > macam-macam.
> >
> > Setelah sekitar tiga puluh menit bus meluncur,
> > aku pun bersiap. Aku menghampiri ibu yang duduk di depanku. âDikit
> > lagi, buâ Aku sempat khawatir kalau nanti harus turun dari bus itu,
> > semoga ibu tidak jatuh lagi di jalan. Aku perhatikan jalan, terus dan
> > terus hingga kami hampir sampai pada tujuan. Aku berdiri dan mengajak
> > ibu juga berdiri. Ketika kernet berkata, âKalimalang ada?â Aku pun
> > spontan menjawab, âAdaâ. Hehehe, jadi kayak diabsen di kelas aja. :D
> >
> > Ketika
> > bus berhenti aku turun terlebih dahulu, sementara rambu-rambu sudah
> > menunjukkan lampu hijau. Ibu perlahan turun dan aku memegangi tangannya
> > sambil menengok jalan di belakang. Alhamdulillah, sang sopir mau
> > bersabar menanti sampai ibu selamat turun.... Fuuuh, lega... maafin,
> > Nopi, ya, bu :D
> >
> >
> >
> >
> > ***
> >
> > "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> > (Syekh Muhammad Al Ghazali)
> >
> > ***
> >
> >
> >
> > novi_khansa'kreatif
> > ~Graphic Design 4 Publishing~
> > YM : novi_ningsih
> > http://akunovi.multiply. com
> > http://novikhansa.wordpress. com/
> >
>
- 12.
-
[Motivasi] Leadership: Bedanya Bosan Dan Malas
Posted by: "Ikhwan Sopa" ikhwan.sopa@gmail.com ikhwansopa
Tue Dec 15, 2009 2:12 am (PST)
*
Leadership: Bedanya Bosan Dan Malas
"Waspadalah jika Anda mudah jenuh atau gampang bosan! Bakat leadership Anda
mungkin cukup tinggi."*
Semalam, setelah menyiapkan materi leadership "Tranforming Leaders" untuk
para anggota dewan, saya merenungi sesuatu. Sesuatu yang benar-benar menarik
karena menciptakan sebuah cara pandang baru. Cara pandang yang menurut saya
lebih empowering alias memberdayakan. Cara pandang yang bisa merubah
paradigma kita selama ini tentang rasa bosan. Saya lalu mengupdate status
dengan ungkapan sebagaimana paragraf pertama di atas.
John Adair, dalam salah satu buku leadershipnya, mengungkapkan bahwa salah
satu karakteristik seorang leader yang ideal dan terus tumbuh, adalah
memiliki kualitas *toughness* atau keras hati (dan mungkin juga keras
kepala) yang sehat. Para leader dengan kualitas pribadi yang demikian,
adalah mereka yang *demanding* alias penuntut, dan pada saat yang sama
sering merasa *tidak nyaman* di dalam lingkungannya.
Ya, *tidak nyaman* alias *bosenan*!
Rasa tidak nyaman itu muncul karena *standar tinggi* yang mereka ciptakan
sendiri. Segala hal di sekitar mereka, cenderung lebih cepat menjadi
membosankan karena di mata mereka semua itu segera menjadi *di bawah standar
*.
Rasa tidak nyaman inilah yang seringkali menciptakan fenomena "out of the
box", "terobosan", "breakthrough", "kreatifitas" , "trend", dan sebagainya.
Dengan kata lain, kebosanan yang dikontrol dengan baik dan terarah sangat
mungkin akan menciptakan fenomena *kebangkitan *atau *terobosan*.
Maka, jika Anda mulai merasa *bosan* dengan pekerjaan, profesi, atau bisnis
Anda saat ini, waspadalah! Anda mungkin punya bakat *leadership* yang
tinggi. Jika Anda bisa mengontrol, menginvestigasi, dan mengelola kebosanan
dengan *baik dan terarah*, sangat mungkin rasa bosan Anda itu, yang selama
ini adalah "*kendala*" dan "*masalah*", akan berbalik 180 derajat menjadi "*
peluang*" dan "*tantangan*".
Agar kita bisa melakukan pergeseran "paradigma kebosanan" dari *masalah*
dan *kendala*, menjadi *peluang* dan *tantangan*, maka poin-poin berikut
ini layak Anda pertimbangkan.
1. Segala sesuatu tidak diciptakan dengan *sia-sia*. Segala sesuatu punya *
makna* untuk *memantaskan* dan *membesarkan* Anda.
2. Rasa *bosan* harus dibedakan dari rasa *malas*.
3. Kemampuan membedakan *bosan* dari *malas*, bisa berarti *perbedaan
besar* dalam
hidup Anda, saat ini dan di masa depan.
*BOSAN*
Jika Anda merasa bosan, Anda cenderung meninggalkan *yang ada* dan mencari
yang *baru*. Anda cenderung melupakan yang *di tangan* dan mulai mencari *dunia
luar*. Jika Anda bosan, apa yang ada mulai terasa *tidak nyaman*, dan
kemudian Anda mulai mencari-cari *alternatif*. Anda bosan jika Anda
merasakan sesuatu yang *monoton* dan *begitu-begitu saja*.
Anda harus memastikan, apakah Anda benar-benar merasa *bosan* atau hanya
merasa *malas*. Anda harus melakukan uji kriteria.
Yang berikut ini adalah pertanyaan yang merupakan turunan dari konsep John
Adair, tentang elemen mutlak di dalam leadership, yaitu *The Leader*, *The
Situation*, *The Team*.
*"Apa yang sebenarnya saya inginkan?"
"Apa yang bisa saya lakukan sekarang?"
"Siapa yang bisa membantu saya?"*
*The Team* - Pertanyaan terakhir itu krusial, sebab ciri dari seorang leader
adalah kemampuannya untuk mendapatkan *pengikut* dan *pendukung*.
*The Situation* - Pertanyaan yang di tengah juga krusial, sebab memulai
segala bentuk transformasi harus dimulai dari *diri sendiri*.
*The Leader* - This is You - Pertanyaan pertama paling krusial, sebab itu
adalah tentang *kejelasan visi* alias vision clarity. Paling krusial karena
secara langsung mengacu kepada *eksistensi* dan *tujuan keberadaan diri*.
Jika jawaban yang Anda peroleh dari ketiga pertanyaan itu, ternyata masih
terkait sangat erat dengan segala hal yang melekat pada diri Anda saat ini,
yaitu pekerjaan Anda, profesi Anda, karir Anda, bisnis Anda, lingkungan dan
organisasi Anda, maka bisa jadi; Anda cuma *malas*!
Jika Anda *yakin* bahwa jawaban Anda memang mengacu kepada berbagai hal *
baru* dan berada *di luar sana*, maka sangat mungkin Anda perlu menetapkan
ulang *visi* dan *misi* Anda.
*Bosan* adalah tentang *kejelasan visi*, tentang *keyakinan* dan tentang *
keterikatan* Anda pada visi itu.
*Bosan* adalah tentang *WHAT*.
*MALAS*
Secara sederhana, fenomena kemalasan bisa dideskripsikan begini.
Anda tahu bahwa itu *baik*, *pantas*, dan *layak* untuk Anda. Anda *berhak*,
Anda sebenarnya *menginginkannya*, dan Anda sebenarnya *tahu* bahwa Anda
memang *bisa* mendapatkannya.
Anda hanya sedang terkooptasi oleh keadaan temporer. Anda hanya sedang
kebingungan dalam memilih *cara* untuk menuju ke sana. Dalam konteks ini,
Anda hanya perlu berfokus untuk kreatif dalam menjawab pertanyaan yang di
tengah.
*"Apa yang sekarang bisa saya sikapi, putuskan, dan lakukan tentang semua
ini?"*
*Malas* adalah tentang *motivasi*.
*Malas* adalah tentang *HOW*.
Waspadalah dalam mengindentifikasi perasaan Anda.
Bosan adalah tentang *vision clarity*, malas adalah tentang *motivasi*.
Bosan adalah tentang *WHAT*, malas adalah tentang *HOW*.
Semoga bermanfaat.
Ikhwan Sopa
Master Trainer E.D.A.N.
Artikel lain:
http://www.motivasi-komunikasi- leadership. co.cc
http://www.facebook.com/pages/ Motivasi- Komunikasi- Leadership/ 196571006305
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
MARKETPLACE

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar